Biodiesel Kelompok 8
-
Upload
rizka-amalia-k-putri -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of Biodiesel Kelompok 8
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
1/41
LABORATORIUM
TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI, DAN NABATI
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA2016
Modul Percobaan : Biodiesel
Kelompok : 8
1. Daniatus Syahr Hajj NRP. 2313 030 023
2. Dias Faradisah Putri NRP. 2313 030 048
3. Rizka Amalia K. Putri NRP. 2313 030 073
4. Brima Dewantoro NRP. 2313 030 085
Tanggal Percobaan : 11 April 2016
Asisten Laboratorium : Cicik Khoirun Nisa’
Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T.
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
2/41
i
ABSTRAK
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester dari rantai
panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan
terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan. Tujuan dari percobaanuntuk mengetahui pengaruh waku pengandukan (0 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120
menit) terhadap kualitas biodiesel dari minyak jelantah serta untuk mengetahui perbandingan
kualitas biodiesel dari minyak jelantah (warna, bau, viskositas, densitas, angka asam, yield dan
flash and fire point) dengan standar SNI 04-07182-2006.
Variabel pada percobaan biodiesel ini adalah waktu pengadukan pada proses
transesterifikasi yaitu 0 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit. Pada percobaan ini
dilakukan analisa sifat fisik dan kimia pada minyak goreng bekas gorengan batagor dan pada
biodiesel yang telah dihasilkan. Pada proses percobaan pembuatan biodiesel terdapat 4 tahapan,
yaitu proses pre-treatment minyak jelantah, dimana minyak jelantah yang akan digunakan untuk
pembuatan biodiesel disaring terlebih dahulu untuk menyaring kotoran yang berada di dalam
minyak. Lalu melakukan uji densitas, viskositas dan FFA. Kemudian dilanjutkan pada proses
transesterifikasi untuk pembentukan biodiesel dan gliserol. Tahapan transesterifikasi yaitu dengancara mencampurkan 1000 liter minyak dengan larutan metoksida (200 mL metanol dan 4,55 gram
NaOH) pada suhu 60oC serta pengadukan 600 rpm selama 120 menit dan pendiaman selama 24
jam. Setalah proses transesterifikasi kemudian melakukan tahapan pencucian biodiesel dimana
biodiesel yang dihasilkan dicampurkan dengan aquades pada suhu 60oC dengan perbandingan 1 :
1 proses pencampuran dengan cara pengadukan menggunakan magnetic stirrer selama 30 menit
dan proses pendiaman selama 24 jam. Hasil biodiesel yang didapatkan kemudian dilakukan
analisa fisik dan kimia yaitu warna, volume, yield, densitas, viskositas, angka asam dan flash and
fire point kemudian membandingkan hasil tersebut dengan SNI.
Berdasarkan percobaan dan analisa yang telah dilakukan, dapat diketahui semakin lama
waktu pengadukan maka kualitas dari biodiesel yang dihasilkan semakin baik. Kualitas biodiesel
yang memiliki kualitas terbaik serta sesuai dengan SNI adalah biodiesel yang lama waktu
pengadukannya adalah 120 menit dengan nilai yield sebesar 99%, densitas 0,88 gram/mL,
viskositas 10,97mm2 /s, angka asam 0,3192 mg NaOH/gram sampel, flash point 140oC dan fire
point 160oC.
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
3/41
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iiDAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang ............................................................................................. I-1
I.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ I-1
I.3. Tujuan Percobaan ......................................................................................... I-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Dasar Teori ................................................................................................. II-1
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1. Variabel Percobaan ................................................................................. III-1
III.2. Bahan yang Digunakan ........................................................................... III-1
III.3. Alat yang Digunakan .............................................................................. III-1
III.4. Prosedur Percobaan ................................................................................ III-2
III.5 Gambar Rangkaian Percobaan ................................................................ III-5
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Percobaan ...................................................................................... IV-1
IV.2. Pembahasan ............................................................................................ IV-2
BAB V PENUTUPV.1 Kesimpulan ................................................................................................ V-1
V.2 Saran .......................................................................................................... V-2
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... vi
DAFTAR NOTASI......................................................................................................... vii
APPENDIKS ................................................................................................................. viii
LAMPIRAN
- Laporan sementara
- Jurnal
- Lembar Revisi
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
4/41
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I1.1 Biodiesel .................................................................................................... II-3
Gambar I1.2 Minyak dan Lemak .................................................................................... II-5
Gambar I1.3 Minyak Goreng .......................................................................................... II-6
Gambar I1.4 Minyak Goreng Bekas ............................................................................... II-8
Gambar I1.5 Reaksi Esterifikasi ................................................................................... II-10
Gambar I1.6 Reaksi Transesterifikasi ........................................................................... II-10
Gambar IV.1 Hasil Biodiesel .......................................................................................... IV-1
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
5/41
iv
DAFTAR GRAFIK
Grafik II.1 Grafik Hubungan Volume Biodiesel dan Waktu Pengadukan .................... IV-3
Grafik II.2 Grafik Hubungan Yield Biodiesel dan Waktu Pengadukan ........................ IV-4
Grafik II.3 Grafik Hubungan Densitas Biodiesel dan Waktu Pengadukan ................... IV-5
Grafik II.4 Grafik Hubungan Viskositas Biodiesel dan Waktu Pengadukan ................ IV-6
Grafik II.5 Grafik Hubungan Angka Asam Biodiesel dan Waktu Pengadukan ............ IV-7
Grafik II.6 Grafik Hubungan Flash Point Biodiesel dan Waktu Pengadukan .............. IV-8
Grafik II.7 Grafik Hubungan Fire Point Biodiesel dan Waktu Pengadukan ................ IV-9
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
6/41
v
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 SNI Biodiesel .................................................................................................. II-4
Tabel IV.1 Hasil Pengujian Minyak Jelantah .................................................................. IV-1
Tabel IV.2 Perbandingan Hasil Pengujian Biodiesel dengan SNI 04-7182-2006 ........... IV-1
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
7/41
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Sekarang ini cadangan minyak bumi yang dihasilkan Indonesia semakin sedikit sedangkan
jumlah penduduk semakin bertambah disertai jumlah penggunaan kendaraan bermotor yang
juga semakin meningkat, sehingga kebutuhan akan bahan bakar dari minyak bumi semakin
meningkat pula. Semakin banyaknya penggunaan kendaraan bermotor dengan bahan bakar dari
minyak bumi juga semakin memperbesar risiko terhadap tubuh manusia, karena sisa
pembakaran (gas buang) bahan bakar kendaraan bermotor tersebut menghasilkan gas-gas yang
berbahaya bagi kesehatan manusia, oleh karena itu dibutuhkan suatu bahan bakar alternatif
untuk mencegah dan menanggulangi hal tersebut.
Pada tahun 2005 LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) dan BATAN (Badan
Tenaga Nuklir Nasional) berusaha melakukan penelitian untuk menggantikan bahan bakar
minyak yang berasal dari fosil dengan menggunakan bahan bakar minyak dari sumber nabati
dan hewani. Bahan bakar minyak dari sumber non fosil meliputi: bioethanol, biodiesel,
biosolar, biogas, dan biopertamax. Salah satu dari hasil bahan bakar non fosil (bahan bakar
yang berasal dari sumber nabati maupun nabati) adalah biodiesel. Biodiesel adalah bahan bakar
alternatif yang dihasilkan dari transeterifikasi dan esterifikasi (Darmawan & Susila, 2013).
Biodiesel merupakan bahan bakar yang ramah terhadap lingkungan. Biodiesel tidak
mengandung berbahaya seperti Pb, bersifat biodegradable, emisi gas buangnya juga lebih
rendah dibandingkan emisi bahan bakar diesel. Biodiesel memiliki efek pelumasan yang tinggi
sehingga dapat memperpanjang umur mesin dan memiliki angka setana yang tinggi (> 50) (Aziz,
2011).
Minyak goreng bekas merupakan salah satu bahan baku yang memiliki peluang untuk
pembuatan biodiesel, karena minyak ini masih mengandung trigliserida, disamping asam lemak bebas. Data statistik menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan peningkatan produksi
minyak goreng. Dari 2,49 juta ton pada tahun 1998, menjadi 4,53 juta ton tahun 2004 dan 5,06
juta ton pada tahun 2005. Selain ketersediaannya yang relatif berlimpah, minyak goreng bekas
merupakan limbah sehingga berpotensi mencemari lingkungan berupa naiknya kadar COD
(Chemical Oxygen Demand ) dan BOD ( Biology Oxygen Demand ) dalam perairan, selain itu
juga menimbulkan bau busuk akibat degradasi biologi. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha-
usaha pemanfaatan minyak goreng bekas tersebut. Salah satunya adalah sebagai bahan baku
dalam pembuatan biodiesel (Darmawan & Susila, 2013).
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
8/41
Bab I Pendahuluan
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI, NABATIPROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIAFTI - ITS
I-2
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan biodiesel dari minyak jelantah adalah :
1. Bagaimana pengaruh waku pengandukan (0 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit dan
120 menit) terhadap kualitas biodiesel dari minyak jelantah?
2. Bagaimana perbandingan kualitas biodiesel dari minyak jelantah (warna, bau,
viskositas, densitas, angka asam, yield dan flash and fire point ) dengan standar SNI 04-
07182-2006?
I.3 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan biodiesel dari minyak jelantah ini antara lain :
1.
Untuk mengetahui pengaruh waku pengandukan (0 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit
dan 120 menit) terhadap kualitas biodiesel dari minyak jelantah.
2. Untuk mengetahui perbandingan kualitas biodiesel dari minyak jelantah (warna, bau,
viskositas, densitas, angka asam, yield dan flash and fire point ) dengan standar SNI 04-
07182-2006.
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
9/41
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II. 1.1 Bahan Bakar Diesel
Bahan bakar diesel yang sering disebut solar (light oil) merupakan suatu campuran
hidrokarbon yang didapat dari penyulingan minyak mentah pada temperature 2000C-3400C.
Minyak solar yang sering digunakan adalah hidrokarbon rantai lurus (hetadecene(C16H34))
dan alpha-methilnapthalene. Bahan bakar yang sebaiknya digunakan dalam motor diesel
adalah jenis bahan bakar yang dapat segera terbakar (sendiri) yaitu yang dapat memberikan
periode persyaratan pembakaran rendah (Darmanto & Sigit, 2006).Menurut Darmanto & Sigit (2006), bahan bakar motor diesel juga mempunyai sifat-
sifat yang mempengaruhi prestasi. Sifat-sifat bahan bakar diesel yang mempengaruhi prestasi
dari motor diesel antara lain : penguapan (volatility), residu karbon, viskositas, belerang, abu
dan endapan, titik nyala, titik tuang, sifat korosi, mutu nyala dan cetane number .
Penguapan (Volatility)
Penguapan dari bahan bakar diesel diukur dengan 90% suhu penyulingan. Ini adalah
suhu dengan 90% dari contoh minyak yang telah disuling, semakin rendah suhu ini
maka semakin tinggi penguapannya.
Residu karbon
Residu karbon adalah karbon yang tertinggal setelah penguapan dan pembakaran
habis. Bahan yang diuapkan dari minyak, diperbolehkan residu karbon maksimum
0,10%.
Viskositas
Viskositas minyak dinyatakan oleh jumlah detik yang digunakan oleh volume tertentu
dari minyak untuk mengalir melalui lubang dengan diameter kecil tertentu, semakin
rendah jumlah detiknya berarti semakin rendah viskositasnya.
Belerang
Belerang dalam baha n bakar terbakar bersama minyak dan menghasilkan gas yang
sangat korosif yang diembunkan oleh dinding-dinding silinder, terutama ketika mesin
beroperasi dengan beban ringan dan suhu silinder menurun. Kandungan belerang
dalam bahan bakar tidak boleh melebihi 0,5 %-1,5%.
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
10/41
Bab II Tinjauan Pustaka
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS
II-2
Abu dan Endapan
Abu dan endapan dalam bahan bakar adalah sumber dari bahan mengeras yang
mengakibatkan keausan mesin. Kandungan abu maksimal yang diijinkan adalah
0,01% dan endapan 0,05%.
Titik Nyala
Titik nyala merupakan suhu yang paling rendah yang harus dicapai dalam pemanasan
minyak untuk menimbulkan uap terbakar sesaat ketika disinggungkan dengan suatu
nyala api. Titik nyala minimum untuk bahan bakar diesel adalah 1500F.
Titik Tuang
Titik tuang adalah suhu minyak mulai membeku/berhenti mengalir. Titik tuang
maksimum untuk bahan bakar diesel adalah 0 0F.
Sifat korosif
Bahan bakar minyak tidak boleh mengandung bahan yang bersifat korosif dan tidak
boleh mengandung asam basa.
Mutu penyalaan
Nama ini menyatakan kemampuan bahan bakar untuk menyala ketika diinjeksikan ke
dalam pengisian udara tekan dalam silinder mesin diesel. Suatu bahan bakar dengan
mutu penyalaan yang baik akan siap menyala, dengan sedikit keterlambatan
penyalaan. Bahan bakar dengan mutu penyalaan yang buruk akan menyala dengan
sangat terlambat. Mutu penyalaan adalah salah satu sifat yang paling penting dari
bahan bakar diesel untuk dipergunakan dalam mesin kecepatan tinggi. Mutu penyalaan
bahan bakar tidak hanya menentukan mudahnya penyalaan dan penstarteran ketika
mesin dalam keadaan dingin tetapi juga jenis pembakaran yang diperoleh dari bahan
bakar. Bahan bakar dengan mutu penyalaan yang baik akan memberikan mutu operasi
mesin yang lebih halus, tidak bising, terutama akan menonjol pada beban ringan.
Bilangan Cetana (Cetane Number )
Mutu penyalaan yang diukur dengan indeks yang disebut Cetana. Mesin diesel
memerlukan bilangan cetana sekitar 50. Bilangan cetana bahan bakar adalah persen
volume dari cetana dalam campuran cetana dan alpha-metyl naphthalene mempunyai
mutu penyalaan yang sama dan bahan bakar yang diuji. Cetana mempunyai mutu
penyalaaan yang sangat baik dan alpha-metyl naphthalene mempunyai mutu
penyalaaan yang buruk. Bilangan cetana 48 berarti bahan bakar cetana dengan
campuran yang terdiri atas 48% cetana dan 52% alpha-metyl naphthalene.
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
11/41
Bab II Tinjauan Pustaka
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS
II-3
II.1.2 Biodiesel
Gambar II.1 Biodiesel
Dari berbagai produk olahan minyak bumi yang digunakan sebagai bahan bakar, yang
paling banyak digunakan adalah bahan bakar diesel, karena kebanyakan alat transportasi, alat pertanian, peralatan berat dan penggerak generator pembangkit listrik menggunakan bahan
bakar tersebut. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif pengganti minyak diesel yang
diproduksi dari minyak tumbuhan atau lemak hewan. Penggunaan biodiesel dapat dicampur
dengan petroleum diesel (solar). Biodiesel mudah digunakan, bersifat biodegradable, tidak
beracun, dan bebas dari sulfur dan senyawa aromatik. Selain itu biodiesel mempunyai nilai
flash point (titik nyala) yang lebih tinggi dari petroleum diesel sehingga lebih aman jika
disimpan dan digunakan. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif dari sumber terbarukan (renewable), dengan
komposisi ester asam lemak dari minyak nabati antara lain : minyak kelapa sawit, minyak
kelapa, minyak jarak pagar, minyak biji kapuk, dan masih ada lebih dari 30 macam tumbuhan
Indonesia yang potensial untuk dijadikan biodiesel (Darmawan & Susila, 2013).
Biodiesel merupakan bahan bakar yang ramah terhadap lingkungan. Biodiesel tidak
mengandung berbahaya seperti Pb, bersifat biodegradable, emisi gas buangnya juga lebih
rendah dibandingkan emisi bahan bakar diesel. Biodiesel memiliki efek pelumasan yang
tinggi sehingga dapat memperpanjang umur mesin dan memiliki angka setana yang tinggi ( >
50) (Aziz, 2011).
Biodiesel pada umumnya diklasifikasikan sebagai mono-alkil ester dari lemak atau
minyak yang mempunyai potensi sangat besar untuk dikembangkan sebagai bahan bakar
karena mempunyai banyak keuntungan dari segi lingkungan. Keuntungan penggunaan
biodiesel diantaranya adalah dapat diperbaharui, penggunaan energi lebih efisien, dapat
menggantikan penggunaan bahan bakar diesel dan turunannya dari bahan bakar minyak serta
dapat digunakan pada kebanyakan motor diesel dengan tidak perlu modifikasi, dapat
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
12/41
Bab II Tinjauan Pustaka
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS
II-4
mengurangi emisi yang menyebabkan pemanasan global, mengurangi emisi gas beracun dari
knalpot, bersifat “biodegradable” dan mudah digunakan (Hendra, 2014).
Spesifikasi biodiesel menurut Standar Nasional Indonesia tahun 2006 dapat dilihat
pada tabel II.1 sebagai berikut :
Tabel II.1 SNI Biodiesel
No Parameter Satuan Nilai
1 Massa jenis pada 40 °C kg/m3 850 – 890
2 Viskositas kinematik pada 40 °C mm2/s(cSt) 2,3 – 6,0
3 Angka setana min. 51
4 Titik nyala (mangkok tertutup) °C min. 100
5 Titik kabut °C maks. 18
6 Korosi lempeng tembaga (3 jam pada 50
°C)
maks. no 3
7 Residu karbon- dalam contoh asli, atau
- dalam 10% ampas distilasi
%-massa maks.0,05
maks.0,30
8 Air dan sedimen %-vol. maks. 0,05*
9 Temperatur distilasi 90 % °C maks. 360
10 Abu tersulfatkan %-massa maks. 0,02
11 Belerang Ppm-m (mg/kg) maks. 100
12 Fosfor Ppm-m (mg/kg) maks. 10
13 Angka asam mg-KOH/g maks. 0,8
14 Gliserol bebas %-massa maks. 0,02
15 Gliserol total %-massa maks. 0,2416 Kadar ester alkil %-massa min. 96,5
17 Angka iodium %-massa
(g-I2/100 g)
maks. 115
18 Uji Halphen Negatif
Catatan dapat diuji terpisah dengan ketentuan kandungan sedimen maksimum 0,01 %-vol
Sumber : SNI Biodiesel no. 04-7182-2006
II.1.3 Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak merupakan salah satu dari anggota golongan lipid netral, dimana
minyak dan lemak pasti merupakan anggota lipid. Lipid dapat diklasifikasikan menjadi 4
kelas yaitu lipid netral, fosfatida, spingolipida, dan glikolipid. Minyak memiliki komposisi
dan sifat fisik-kimia yang berbeda-beda. Perbedaan komposisi dan sifat fisik – kimia
disebabkan oleh perbedaan sumber, iklim, keadaan tempat tumbuh dan pengolahan (Ketaren,
1986).
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
13/41
Bab II Tinjauan Pustaka
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS
II-5
Gambar II.2 Minyak dan Lemak
Lemak dan minyak yang dapat dimakan (edible fat ), dihasilkan oleh alam, yang dapat
bersumber dari bahan nabati atau hewani. Dalam tanaman atau hewan, minyak tersebut
berfungsi sebagai sumber cadangan energi. Minyak dan lemak dapat diklasifikasikan
berdasarkan sumbernya, sebagai berikut :
1. Bersumber dari tanaman
a. Biji-bijian palawija : minyak jagung, biji kapas, kacang, rape seed , wijen, kedelai,
bunga matahari
b.
Kulit buah tanaman tahunan : minyak zaitun dan kelapa sawit
c. Biji-bijian dari tanaman tahunan : kelapa, coklat, inti sawit, babassu, cohune dan
sejenisnya
2.
Bersumber dari hewan
a. Susu hewan peliharaan : lemak susu
b. Daging hewan peliharaan : lemak sapi dan turunannya oleostearin, oleo oil dari
oleo stock, lemak babi dan mutton tallow.
c. Hasil laut : minyak ikan sardin, menhaden dan sejenisnya, dan minyak ikan paus.
(Ketaren, 1986)
II.1.3.1 Minyak Goreng
Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh
manusia. Selain itu minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan
karbohidrat dan protein. Satu gram minyak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat
dan protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak, khususnya minyak nabati,
mengandung asam-asam lemak esensial seperti asam linoleat, lenolenat, dan arakidonat yang
dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol. Minyak juga
berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E dan K.
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
14/41
Bab II Tinjauan Pustaka
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS
II-6
Minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan yang
berbeda-beda. Tetapi minyak seringkali ditambahkan dengan sengaja ke bahan makanan
dengan berbagai tujuan. Dalam pengolahan bahan pangan, minyak berfungsi sebagai media
penghantar panas, seperti minyak goreng, mentega dan margarin. Minyak goreng adalah salah
satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Minyak goreng yang kita konsumsi sehari-hari sangat erat kaitannya dengan kesehatan
kita. Masyarakat kita sangat majemuk dengan ingkat ekonomi yang berbeda-beda. Ada
masyarakat yang menggunakan minyak goreng hanya untuk sekali pakai, namun ada
juga masyarakat yang menggunakan minyak oreng untuk berkali-kali pakai (Sutiah,
Firdausi, & Budi, 2008).
Gambar II.3 Minyak Goreng
Minyak goreng memang sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat.
Makanan yang digoreng biasanya lebih lezat dan gurih, tanpa membutuhkan tambahan
bumbu bermacam-macam. Dengan demikian, menggoreng adalah cara yang paling
praktis untuk memasak. Dalam proses penggorengan, minyak goreng berperan sebagai
media untuk perpindahan panas yang cepat dan merata pada permukaan bahan
yang digoreng (Yustinah, 2011).
II.1.3.1.1 Sifat Fisika dan Kimia Minyak
Sifat fisika dari minyak, yaitu :
Warna
Zat warna dalam minyak terdiri dari 2 yaitu zat warna alamiah dan warna dari hasil
degradasi zat warna alamiah.
a.
Zat warna alamiah ( Natural Coloring Matter )
Zat warna yang termasuk golongan ini terdapat secara alamiah di dalam bahan yang
mengandung minyak dan ikut terekstrak bersama minyak pada proses ekstraksi. Zat
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
15/41
Bab II Tinjauan Pustaka
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS
II-7
warna tersebut antara lain terdiri dari α dan β karoten, xanthofil, klorofil dan
anthosyanin. Zat warna ini menyebabkan minyak berwarna kuning, kuning
kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerah-merahan.
b. Warna Akibat Oksida dan Degradasi Komponen Kimia
Warna gelap, disebabkan oleh proses oksidasi terhadap tokoferol (vitamin E).
Jika minyak bersumber dari tanaman hijau, maka zat klorofil yang berwarna
hijau turut terekstrak bersama minyak dan klorofil tersebut sulit dipisahkan dari
minyak. Selain itu warna gelap juga dapat terjadi selama proses dan
penyimpanan, yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu suhu pemanasan yang
terlalu tinggi; pengepresan dalam tekanan dan suhu tinggi; ekstraksi minyak
dengan menggunakan pelarut organik campuran tertentu, misal petroleum-
benzena; logam Fe, Cu dan Mn; oksidasi terhadap fraksi tidak tersabunkan.
Warna cokelat, biasanya hanya terdapat pada minyak atau lemak yang berasal
dari bahan yang trlah busuk atau memar.
Odor dan Flavor
Odor dan flavor pada minyak atau lemak selain terdapat secara alami, juga
terjadi karena pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek sebagai hasil
penguraian pada kerusakan minyak atau lemak. Akan tetapi pada umumnya odor dan
flavor ini disebabkan oleh komponen bukan minyak. Sebagai contoh, bau khas dari
minyak kelapa sawit dikarenakan terdapatnya beta ionone, sedangkan bau khas yang
dari minyak kelapa ditimbulkan oleh nonyl methylketon.
Kelarutan
Suatu zat dapat larut dalam pelarut jika mempunya nilai polaritas yang sama,
yaitu zat polar larut dalam pelarut bersifat polar dan tidak larut dalam pelarut non
polar. Minyak dan lemak tidak larut dalam air, kecuali minyak jarak. Minyak dan
lemak hanya sedikit larut dalam alkohol, tapi akan melarut sempurna dalam etil,
karbon disulfida dan pelarut-pelarut halogen.
Bobot Jenis (Densitas)
Bobot jenis dari minyak dan lemak biasanya ditentukan pada temperatur 25oC,
kaan tetapi dalam hal ini dianggap penting juga untuk diukur pada temperatur 40oC
atau 60oC untuk lemak yang titik cairnya tinggi.
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
16/41
Bab II Tinjauan Pustaka
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS
II-8
Indeks Bias
Indeks bias adalah derajat penyimpanan dari cahaya yang dilewatkan pada suatu
medium yang cerah. Indeks bias tersebut pada minyak dan lemak dipakai pada
pengenalan unsur-kimia dan untuk pengujian kemurnian minyak. Indeks bias ini akan
meningkat pada minyak atau lemak dengan rantai rangkap.
(Ketaren, 1986)
Sifat kimia minyak
Pada umumnya asam lemak jenuh dari minyak (mempunyai rantai lurus
monokarboksilat dengan jumlah atom karbon yang genap). Reaksi yang penting pada minyak
dan lemak adalah reaksi hidrolisa, oksidasi dan hidrogenasi (Ketaren, 1986).
II.1.3.2 Minyak Goreng Bekas
Minyak goreng bekas merupakan minyak yang berasal dari sisa minyak
penggorengan bahan makanan. Minyak goreng bekas maupun minyak nabati yang
baru tersusun atas gliserida yang mempunyai rantai karbon panjang, yaitu ester antara
gliserol dengan asam karboksilat. Perbedaan minyak goreng bekas dengan minyak nabati
yang baru terletak pada komposisi asam lemak jenuh dan tak jenuhnya. Minyak goreng
bekas memiliki kandungan asam lemak jenuh lebih besar dari minyak nabati yang baru.
Hal ini disebabkan pada proses penggorengan terjadi perubahan rantai tak jenuh
menjadi rantai jenuh pada senyawa penyusunnya. Komposisi asam lemak tak jenuh
minyak jelantah adalah 30% sedangkan asam lemak jenuh 70% (Aziz, 2007).
Gambar II.4 Minyak Goreng Bekas
Penggunaan minyak goreng secara kontinyu dan berulang-ulang pada suhu
tinggi (160-180oC) disertai adanya kontak dengan udara dan air pada proses
penggorengan akan mengakibatkan terjadinya reaksi degradasi yang komplek dalam
minyak dan menghasilkan berbagai senyawa hasil reaksi. Minyak goreng jugamengalami perubahan warna dari kuning menjadi warna gelap. Reaksi degradasi ini
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
17/41
Bab II Tinjauan Pustaka
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS
II-9
menurunkan kualitas minyak dan akhirnya minyak tidak dapat dipakai lagi dan
harus dibuang. Produk reaksi degradasi yang terdapat dalam minyak ini juga akan
menurunkan kualitas bahan pangan yang digoreng dan menimbulkan pengaruh
buruk bagi kesehatan. Walaupun menimbulkan dampak yang negatif, penggunaan
jelantah, atau minyak goreng yang telah digunakan lebih dari sekali untuk menggoreng
(minyak goreng bekas), adalah hal yang biasa di masyarakat (Yustinah, 2011).
Pembentukan asam lemak bebas dalam minyak goreng bekas atau jelantah
diakibatkan oleh proses hidrolisis yang terjadi selama proses penggorengan yang biasanya
dilakukan pada suhu 160-200oC. Tingginya angka asam suatu minyak jelantah menunjukkan
buruknya kualitas dari minyak jelantah tersebut, sehingga minyak jelantah dibuang
sebagai limbah akan mengganggu lingkungan dan menyumbat saluran air (Mardina, Faradina,
& Setiawan, 2012).
Minyak goreng sering kali dipakai untuk menggoreng secara berulang-ulang, bahkan
sampai warnanya coklat tua atau hitam dan kemudian dibuang. Penggunaan minyak goreng
secara berulang-ulang akan menyebabkan oksidasi asam lemak tidak jenuh yang kemudian
membentuk gugus peroksida dan monomer siklik. Hal tersebut dapat menimbulkan dampak
negatif bagi yang mengkonsumsinya, yaitu menyebabkan berbagai gejala keracunan.
Beberapa penelitian pada binatang menunjukkan bahwa gugus peroksida dalam dosis yang
besar dapat merangsang terjadinya kanker kolon. Karena itu, maka penggunaan minyak
jelantah secara berulang-ulang sangat berbahaya bagi kesehatan (Suirta, 2009).
II.1.4 Pembuatan Biodiesel
Pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas/jelantah dapat dilakukan dengan melalui
2 tahapan yaitu esterifikasi ( pre-treatment ) dan proses transesterifikasi.
Dalam penggunaannya, minyak goreng mengalami perubahan kimia akibat oksidasi dan
hidrolisis, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada minyak goreng tersebut. Melalui
proses-proses tersebut beberapa trigliserida akan terurai menjadi senyawa-senyawa lain, salah
satunya Free Fatty Acid (FFA) atau asam lemak bebas. Kandungan asam lemak bebas inilah
yang kemudian akan diesterifikasi dengan metanol menghasilkan biodiesel. Sedangkan
kandungan trigliseridanya ditransesterifikasi dengan metanol, yang juga menghasilkan
biodiesel dan gliserol. Dengan kedua proses tersebut maka minyak jelantah dapat bernilai
tinggi (Suirta, 2009).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan asam lemak bebas adalahmereaksikan asam lemak bebas dengan alkohol dengan bantuan katalis asam sulfat. Reaksi ini
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
18/41
Bab II Tinjauan Pustaka
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS
II-10
dikenal dengan esterifikasi. Diharapkan dengan pre-treatment ini dapat menurunkan kadar
asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak goreng bekas sehingga kualitas biodiesel yang
dihasilkan akan lebih baik. Reaksinya adalah sebagai berkut :
Gambar II.5 Reaksi Esterifikasi
Transesterifikasi adalah suatu reaksi yang menghasilkan ester dimana salah satu
pereaksinya juga merupakan senyawa ester. Jadi disini terjadi pemecahan senyawa trigliserida
dan migrasi gugus alkil antara senyawa ester. Ester yang dihasilkan dari reaksi
transesterifikasi ini disebut biodiesel. Reaksinya adalah sebagai berikut :
Gambar II.6 Reaksi Transesterifikasi
Reaksi esterifikasi dan transesterifikasi merupakan reaksi bolak balik yang relatif
lambat. Untuk mempercepat jalannya reaksi dan meningkatkan hasil, proses dilakukan dengan pengadukan yang baik, penambahan katalis dan pemberian reaktan berlebih agar reaksi
bergeser ke kanan. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi transesterifikasi
adalah pengadukan, suhu, katalis, perbandingan pereaksi dan waktu reaksi (Aziz, 2011).
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
19/41
III-1
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan
- Variabel Bebas : Waktu pengadukan saat transesterifikasi (0 menit, 30 menit, 60
menit, 90 menit dan 120 menit)
- Variabel Kontrol : Jenis minyak jelantah, suhu (60oC) kecepatan pengadukan (600
rpm), jumlah Metanol (1 : 5) dan NaOH (1 : 0,005)
- Variabel Terikat : Kualitas biodiesel ( yield , densitas, viskositas, angka asam dan
flash and fire point )
III.2 Bahan yang Digunakan
1.
Aquades
2. Etanol
3. Indikator PP
4. Metanol
5.
Minyak jelantah
6.
NaOH
III.3 Alat yang Digunakan
1. Beaker Glass
2. Buret Statif, dan klem holder
3.
Cawan
4. Corong
5.
Erlenmeyer
6. Gelas Ukur
7. Labu Ukur
8. Magnetic Stirrer
9.
Piknometer
10. Pipet tetes
11. Stopwatch
12.
Termometer
13.
Timbangan elektrik
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
20/41
Bab III Metodologi Percobaan
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS
III-2
14. Viscometer Ostwald
III.4 Prosedur Percobaan
III.4.1 Tahap Persiapan Bahan ( Pre-treatment)
1.
Menyiapkan minyak jelantah sebanyak 1,5 liter
2. Menyaring minyak jelantah dengan menggunakan kertas saring
3. Mengumpulkan hasil penyaringan minyak jelantah
III.4.2 Tahap Analisa FFA
1. Membuat larutan NaOH 0,1 N
2. Mengambil minyak sebanyak 5 gram
3. Melarutkan minyak tersebut dengan larutan alkohol 96% sebanyak 25 mL
4.
Menambahkan indikator PP 3 tetes kemudian dititrasi hingga berwarna merah jambu
5. Menghitung jumlah miligram NaOH yang digunakan untuk menetralkan asam lemak
bebas dalam 1 gram minyak atau lemak
%sampelminyak beratx10
256x NaOH Nx NaOHVFFA%
6.
Apabila kadar FFA dari minyak jelantah kurang dari 3% maka proses pembuatan
biodiesel langsung pada tahapan transesterifikasi, jika kadar FFA lebih dari 3% maka
perlu melakukan tahapan esterifikasi terlebih dahuluIII.4.3 Tahap Percobaan Biodiesel (Proses Transesterifikasi)
1. Menyiapkan minyak jelantah yang telah disaring sebanyak 1 liter
2. Menyiapkan larutan metanol dengan perbandingan volume metanol dengan minyak
adalah 1 : 5 serta padatan NaOH dengan perbandingan berat NaOH dengan minyak
adalah 0,005 : 1
3. Memanaskan minyak hingga suhu mencapai 60oC
4. Mencampurkan larutan metanol dan NaOH kemudian memanaskannya hingga suhu
60oC
5. Mencampurkan larutan metoksida ke dalam minyak jelantah
6. Mengambil 240 mL campuran minyak jelantah dan metoksida pada t = 0 menit
pengadukan, kemudian mendiamkannya
7. Melakukan proses pengadukan dengan menggunakan magnetic stirrer dengan
kecepatan sebesar 600 rpm dan mengondisikan pada suhu 60oC selama 120 menit
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
21/41
Bab III Metodologi Percobaan
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS
III-3
8. Pada setiap t = 30 menit, menghentikan proses pengadukan dan pemanasan kemudian
mengambil 240 mL campuran minyak dan metoksida kemudian mendiamkannya
9. Hasil pengadukan yang dilakukan kemudian didiamkan selama 24 jam agar
membentuk 2 lapisan antara biodiesel (metil ester) dan gliserol
III.4.4 Tahap Pencucian Biodiesel
1. Menyiapkan air pencuci biodiesel dengan cara menambahkan aquades dengan
perbandingan 1 : 1 dari volume biodiesel pada beaker glass
2. Memanaskan aquades hingga suhu 60oC dan mencampurkan biodiesel yang akan
dicuci
3. Melakukan pengadukan antara biodiesel dan aquades dengan menggunakan
magnetic stirrer selama 30 menit lalu membiarkan campuran mengendap hingga
terbentuk dua lapisan yang berwarna putih susu (gum) dan kuning (biodiesel)
4.
Mendiamkan campuran aquades dan biodiesel hasil pencucian selama 24 jam
5. Memisahkan biodiesel dan gum yang masih mengandung air
III.4.5 Tahap Analisa
III.4.5.1 Analisa densitas
1. Menimbang piknometer kosong dan mencatat hasilnya
2.
Memasukkan biodiesel ke dalam piknometer
3.
Menimbang biodiesel yang telah dimasukkan ke dalam piknometer dan mencatat
hasilnya
4. Menghitung densitas dengan rumus :
piknovolume
kosong pikno berat-isi pikno berat
III.4.5.2 Analisa Viskositas
1. Memasukkan 3 mL aquades ke dalam Viscometer Oswald serta mencatat suhunya
menggunakan termometer
2.
Mencatat waktu penurunan aquades dari batas tara atas dengan batas tara bawah
3. Memasukkan 3 mL minyak ke dalam Viscometer Oswald mencatat suhunya
menggunakan termometer
4. Mencatat waktu penurunan biodiesel dari batas tara atas dengan batas tara bawah
5. Menghitung viskositas dinamis dengan rumus :
22
11
2
1
txρ
txρ
μ
μ
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
22/41
Bab III Metodologi Percobaan
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS
III-4
Keterangan :
1μ = viskositas aquades pada suhu ToC (cP)
2μ = viskositas biodiesel pada suhu ToC (cP)
1ρ = densitas aquades pada suhu ToC (gram/mL)
2ρ = densitas biodiesel pada suhu ToC (gram/mL)
1t = waktu aquades (detik)
2t = waktu biodiesel (detik)
6. Menghitung viskositas kinematik dengan rumus :
v=μ
ρ
Keterangan :
v = viskositas kinematik (mm2/s)
μ = viskositas minyak/biodiesel pada suhu ToC (cP)
ρ = densitas minyak/biodiesel pada suhu ToC (gram/mL)
III.4.5.3 Analisa Angka Asam
7. Membuat larutan NaOH 0,1 N
8.
Mengambil minyak sebanyak 5 gram9.
Melarutkan minyak tersebut dengan larutan alkohol 96% sebanyak 25 mL
10. Menambahkan indikator PP 3 tetes kemudian dititrasi hingga berwarna merah
jambu
11. Menghitung jumlah miligram NaOH yang digunakan untuk menetralkan asam
lemak bebas dalam 1 gram minyak atau lemak
sampelminyak berat
40x NaOH Nx NaOHV)(AsamBilangan valueacid
III.4.5.4 Menghitung Yield
Menghitung yield dengan menggunakan rumus :
%100diolahsebelumminyak jumlah
dihasilkanyang biodiesel jumlah(%)Rendemen
III.4.5.5 Analisa Flash and Fire Point
1. Mencuci cawan uji menggunakan pelarut alkohol
2.
Memasukkan 10 mL biodiesel kedalam cawan
3.
Memanaskan dan mencatat suhu pada termometer sebagai flash point dan fire
point
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
23/41
Bab III Metodologi Percobaan
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS
III-5
III.5 Gambar Rangkaian Percobaan
Proses pre-treatment minyak
Penyaringan minyak Pengujian kadar FFA Pengukuran
minyak densitas minyak
Proses Pembuatan Biodiesel (Transesterifikasi)
Pembuatan larutan metoksida Proses pengadukan Pengambilan pada setiap t =30
dan pemanasan pada suhu 60oC dan pemanasan menit dan proses pendiaman
Proses Pencucian Biodiesel
Pembentukan 2 Proses Pencucian Proses Pembentukan 2 lapisan
lapisan dengan aquades Pendiaman gum dan biodiesel
gliserol & biodiesel
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
24/41
Bab III Metodologi Percobaan
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS
III-6
Proses Analisa Biodiesel
Pengukuran Densitas Pengukuran Viskositas Pengujian Angka Asam
Biodiesel Biodiesel Biodiesel
Pengujian Flash and Fire Point pada Biodiesel
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
25/41
IV-1
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
Berikut ini merupakan gambar hasil percobaan biodiesel dengan variabel waktu
pengadukan selama 0 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit.
Gambar IV.1 Hasil Biodiesel
Berikut merupakan hasil analisa parameter warna, densitas, viskositas dan kadar FFA
minyak jelantah serta hasil analisa sifat fisik dan kimia biodiesel yang dihasilkan
berdasarkan warna, volume, densitas, viskositas, yield , angka asam, flash dan fire point :
Tabel IV.1 Hasil Pengujian Minyak Jelantah
Karakteristik Hasil Analisa Kelompok
Warna
Densitas
Viskositas
Kadar FFA
Coklat kekuningan
0,91 gram/mL
24,67 mm2/s
1,69 %
Tabel IV.2 Perbandingan Hasil Pengujian Biodiesel dengan SNI 04-7182-2006
Parameter
Pengadukan
selama 0
menit
Pengadukan
selama 30
menit
Pengadukan
selama 60
menit
Pengadukan
selama 90
menit
Pengadukan
selama 120
menit
SNI
WarnaKuning
bening
Kuning
bening
Kuning
bening
Kuning
bening
Kuning
bening-
Volume (mL) 170 186 190 192 198 -
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
26/41
Bab IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS
IV-2
Parameter
Pengadukan
selama 0
menit
Pengadukan
selama 30
menit
Pengadukan
selama 60
menit
Pengadukan
selama 90
menit
Pengadukan
selama 120
menit
SNI
Yield 84,06 % 90,95 % 92,91 % 93,31 % 95,74 % -
Densitas
(gram/mL)0,9 0,89 0,89 0,88 0,88
0,85 – 0,89
gram/mL
Viskositas
(mm2/s)19,28 11,40 11,24 10,58 10,97
2,3 – 6,0
mm2/s
Angka Asam
(mg NaOH /
gram sampel)
0,56 0,399 0,399 0,3192 0,3192Maks 0,8 mg
KOH/g sampel
Flash Point (oC) 130 135 135 135 140 Min 100oC
Fire Point (oC) 145 150 155 157 160 -
IV.2 Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waku pengandukan (0 menit, 30
menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit) terhadap kualitas biodiesel dari minyak jelantah
serta untuk mengetahui perbandingan kualitas biodiesel dari minyak jelantah (warna, bau,
viskositas, densitas, angka asam, yield dan flash and fire point ) dengan standar SNI 04-
07182-2006.
Variabel pada percobaan biodiesel ini adalah waktu pengadukan pada proses
transesterifikasi yaitu 0 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit. Pada percobaan
ini dilakukan analisa sifat fisik dan kimia pada minyak goreng bekas gorengan batagor dan
pada biodiesel yang telah dihasilkan. Pada proses percobaan pembuatan biodiesel terdapat 4
tahapan, yaitu proses pre-treatment minyak jelantah, dimana minyak jelantah yang akan
digunakan untuk pembuatan biodiesel disaring terlebih dahulu untuk menyaring kotoran
yang berada di dalam minyak. Kemudian melakukan uji densitas, viskositas dan FFA.
Tujuan pengujian FFA dalam minyak adalah untuk mengetahui kadar FFA dalam minyak,
sehingga apabila kadar FFA tinggi (>3 %) maka perlu dilakukan proses esterifikasi sebelum
melakukan transesterifikasi. Namun, dari hasil FFA yang didapatkan yaitu sebesar 1,69 %
sehingga proses pembuatan biodiesel langsung pada tahapan transesterifikasi. Kemudian
dilanjutkan pada proses transesterifikasi untuk pembentukan biodiesel dan gliserol. Tahapan
transesterifikasi yaitu dengan cara mencampurkan 1000 liter minyak dengan larutan
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
27/41
Bab IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS
IV-3
metoksida (200 mL metanol dan 4,55 gram NaOH) pada suhu 60oC serta pengadukan 600
rpm selama 120 menit dan pendiaman selama 24 jam. Setalah proses transesterifikasi
kemudian melakukan tahapan pencucian biodiesel dimana biodiesel yang dihasilkan
dicampurkan dengan aquades pada suhu 60oC dengan perbandingan 1 : 1 proses
pencampuran dengan cara pengadukan menggunakan magnetic stirrer selama 30 menit dan
proses pendiaman selama 24 jam. Hasil biodiesel yang didapatkan kemudian dilakukan
analisa fisik dan kimia yaitu warna, volume, yield , densitas, viskositas, angka asam dan flash
and fire point kemudian membandingkan hasil tersebut dengan SNI.
IV.2.1 Mutu Biodiesel
Untuk mengetahui mutu dari suatu biodiesel dapat diketahui dari sifak fisik dan
kimianya. Karakteristik biodiesel dapat diketahui dengan beberapa uji yang dapat dilakukan,
yaitu warna, berat jenis (densitas), viskositas, angka asam, yield dan flash and fire point .
Berikut analisa – analisa yang digunakan untuk mengetahui karakteristik biodiesel :
1. Warna
Berdasarkan Tabel IV.2, warna yang didapatkan pada biodiesel pada variabel waktu
0 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit adalah kuning bening.
2. Volume
Berdasarkan Tabel IV.2, volume yang didapatkan pada biodiesel pada variabel waktu
0 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit berturut-turut yaitu sebesar 170 mL;
186 mL; 190 ml; 192 mL dan 198 mL.
Kemudian dari hasil percobaan biodiesel ini, didapatkan sebuah grafik hubungan
antara waktu pengandukan dengan volume biodiesel yang dihasilkan sebagai berikut :
Grafik IV.1 Grafik Hubungan Volume Biodiesel dan Waktu Pengadukan
165
170
175
180
185
190
195
200
0 20 40 60 80 100 120 140
V o l u m e ( m L )
Waktu Pengadukan (menit)
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
28/41
Bab IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS
IV-4
Dari Grafik IV.1 didapatkan hubungan antara waktu pengadukan dengan volume
biodiesel yang dihasilkan dalam transesterifikasi adalah semakin meningkat. Hal ini
sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa semakin lama waktu reaksi maka yield
atau volume yang dihasilkan semakin meningkat (Aziz, 2011).
Nilai volume terendah yaitu pada waktu pengadukan 0 menit, dimana didapatkan
volume sebesar 170 mL sedangkan volume tertinggi pada t = 120 menit yaitu sebesar 198
mL.
3. Yield
Berdasarkan Tabel IV.2, yield yang didapatkan pada biodiesel pada variabel waktu 0
menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit berturut-turut yaitu sebesar 84,06 %;
90,95 %; 92,91 %; 93,31 % dan 95,74 %.
Kemudian dari hasil percobaan biodiesel ini, didapatkan sebuah grafik hubungan
antara waktu pengandukan dengan yield biodiesel yang dihasilkan sebagai berikut :
Grafik IV.2 Grafik Hubungan Yield Biodiesel dan Waktu Pengadukan
Dari Grafik IV.2 didapatkan hubungan antara waktu pengadukan dengan yield
biodiesel yang dihasilkan dalam transesterifikasi adalah semakin meningkat. Hal ini
sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa semakin lama waktu reaksi maka yield
yang dihasilkan semakin meningkat (Aziz, 2011).
Nilai yield terendah yaitu pada waktu pengadukan 0 menit, dimana nilai yield sebesar
84,06 % sedangkan nilai yield tertinggi pada t = 120 menit yaitu sebesar 95,74 %.
4. Densitas
Dari hasil analisa densitas yang telah dilakukan, untuk densitas dari minyak goreng
bekas yang akan dikonversi menjadi biodiesel yaitu sebesar 0,91 gram/mL. Berdasarkan
82
84
86
88
90
92
94
96
98
0 20 40 60 80 100 120 140
Y i e l d ( % )
Waktu Pengadukan (menit)
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
29/41
Bab IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS
IV-5
Tabel IV.2, densitas yang didapatkan pada biodiesel pada variabel waktu 0 menit, 30
menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit berturut-turut yaitu sebesar 0,9 gram/mL; 0,89
gram/mL; 0,89 gram/mL; 0,88 gram/mL dan 0,88 gram/mL.
Kemudian dari hasil percobaan biodiesel ini, didapatkan sebuah grafik hubungan
antara waktu pengandukan dengan densitas biodiesel yang dihasilkan sebagai berikut :
Grafik IV.3 Grafik Hubungan Densitas Biodiesel dan Waktu Pengadukan
Dari Grafik IV.3 didapatkan hubungan antara waktu pengadukan dengan densitas
biodiesel yang dihasilkan dalam transesterifikasi adalah semakin menurun. Nilai densitastertinggi yaitu pada waktu pengadukan 0 menit, dimana nilai densitas sebesar 0,9
gram/mL sedangkan nilai densitas terendah pada t = 90 dan 120 menit yaitu sebesar 0,88
gram/mL.
Dari hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa densitas biodiesel pada variabel
waktu 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit sesuai dengan standar SNI 04-7812-
2006 tentang biodiesel yang menetapkan bahwa untuk massa jenis biodiesel yaitu sekitar
0,85-0,89 gram/mL. Namun pada nilai densitas pada t = 0 menit tidak sesuai dengan SNI
yaitu sebesar 0,9 gram/mL. Hal ini disebabkan oleh dalam proses transesterifikasi
pembuatan biodiesel, akan dihasilkan metil ester dan gliserol. Apabila terjadi reaksi
penyabunan dalam proses transesterifikasi mengakibatkan biodiesel yang terbentuk
lebih susah dipisahkan dengan gliserol. Gliserol yang terikut dalam biodiesel sehingga
mengakibatkan kerapatan dalam biodiesel menjadi lebih besar, sehingga terlihat
lebih keruh (Ramadhas et al., 2005).
0,875
0,88
0,885
0,89
0,895
0,9
0,905
0 20 40 60 80 100 120 140
D e n s i t a s ( g r a m / m L )
Waktu Pengadukan (menit)
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
30/41
Bab IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS
IV-6
Menurut Padil et al., (2010), biodiesel yang memiliki massa jenis melebihi ketentuan
akan menghasilkan reaksi pembakaran tidak sempurna. Sehingga akan meningkatkan
emisi dan keausan mesin.
5.
Viskositas
Dari hasil analisa viskositas yang telah dilakukan, untuk viskositas dari minyak
goreng bekas yang akan dikonversi menjadi biodiesel yaitu sebesar 24,67 mm2/s.
Berdasarkan Tabel IV.2, nilai viskositas yang didapatkan pada biodiesel pada variabel
waktu 0 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit berturut-turut yaitu sebesar
19,28 mm2/s; 11,40 mm2/s; 11,24 mm2/s; 10,58 mm2/s dan 10,97 mm2/s.
Kemudian dari hasil percobaan biodiesel ini, didapatkan sebuah grafik hubungan
antara waktu pengandukan dengan viskositas biodiesel yang dihasilkan sebagai berikut :
Grafik IV.4 Grafik Hubungan Viskositas Biodiesel dan Waktu Pengadukan
Dari Grafik IV.4 didapatkan hubungan antara waktu pengadukan dengan viskositas
biodiesel yang dihasilkan dalam transesterifikasi adalah semakin menurun. Nilai
viskositas tertinggi yaitu pada waktu pengadukan 0 menit, dimana nilai viskositas sebesar
19,28 mm2/s sedangkan nilai viskositas terendah pada t = 90 menit yaitu sebesar 10,58
mm2/s.
Dari hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa viskositas biodiesel pada
variabel waktu 0 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit tidak sesuai dengan
standar SNI 04-7812-2006 tentang biodiesel yang menetapkan bahwa untuk viskositas
biodiesel yaitu sekitar 2,3 – 6,0 mm2/s. Hal ini disebabkan oleh terjadinya reaksi
penyabunan antara katalis basa (NaOH) dan asam lemak yang menyebabkan biodiesel
0
5
10
15
20
25
0 20 40 60 80 100 120 140
V i s k o s i t a s ( m m 2 / s )
Waktu Pengadukan (menit)
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
31/41
Bab IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS
IV-7
yang dihasilkan menjadi keruh dan sulit dipisahkan, sehingga nilai viskositas yang
dihasilkan tinggi (Ramadhas et al., 2005).
Biodiesel ini didominasi oleh metil oleat sehingga berkontribusi terhadap rendahnya
viskositas yang dihasilkan, selain itu karena tingkat efektivitas proses reaksi yang
tinggi. Jika bahan bakar terlalu kental, maka dapat menyulitkan aliran, pemompaan,
dan penyalaan. Jika bahan bakar terlalu encer, maka menyulitkan penyebaran bahan
bakar sehingga sulit terbakar dan akan menyebabkan kebocoran dalam pipa injeksi
(Setiawati, 2012).
6. Angka Asam
Berdasarkan Tabel IV.2, nilai angka asam yang didapatkan pada biodiesel pada
variabel waktu 0 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit berturut-turut yaitu
sebesar 0,56 mg NaOH/gram sampel; 0,399 mg NaOH/gram sampel; 0,399 mg
NaOH/gram sampel; 0,3192 mg NaOH/gram sampel dan 0,3192 mg NaOH/gram sampel.
Kemudian dari hasil percobaan biodiesel ini, didapatkan sebuah grafik hubungan
antara waktu pengandukan dengan angka asam biodiesel yang dihasilkan sebagai berikut:
Grafik IV.5 Grafik Hubungan Angka Asam Biodiesel dan Waktu Pengadukan
Dari Grafik IV.5 didapatkan hubungan antara waktu pengadukan dengan angka asam
biodiesel yang dihasilkan dalam transesterifikasi adalah semakin menurun. Nilai angka
asam tertinggi yaitu pada waktu pengadukan 0 menit, dimana nilai angka asam sebesar
0,56 mg NaOH/gram sampel sedangkan nilai angka asam terendah pada t = 90 dan 120
menit yaitu sebesar 0,3192 mg NaOH/gram sampel.
Dari hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa angka asam biodiesel pada
variabel waktu 0 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit sesuai dengan standar
0,3
0,35
0,4
0,45
0,5
0,55
0,6
0 20 40 60 80 100 120 140
A n g k a A s a m
( m g N a O H / g r a m
s a m p e l )
Waktu Pengadukan (menit)
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
32/41
Bab IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS
IV-8
SNI 04-7812-2006 tentang biodiesel yang menetapkan bahwa untuk angka asam biodiesel
yaitu maksimal 0,8 mg KOH/gram sampel. Menurut Padil et al., (2010), bahan bakar
mesin diesel yang ideal adalah bahan bakar yang merupakan rantai hidrokarbon jenuh
seluruhnya. Angka asam yang dimiliki biodiesel dari minyak kelapa ini juga sangat
rendah, hal ini berarti biodiesel mengandung asam lemak bebas yang sangat sedikit.
Dengan demikian, biodiesel tersebut tidak bersifat korosif dan tidak membahayakan
injektor mesin diesel.
7. Flash Point
Berdasarkan Tabel IV.2, nilai flash point yang didapatkan pada biodiesel pada
variabel waktu 0 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit berturut-turut yaitu
sebesar 130oC; 135 oC; 135 oC; 135 oC dan 140 oC.
Kemudian dari hasil percobaan biodiesel ini, didapatkan sebuah grafik hubungan
antara waktu pengandukan dengan flash point biodiesel yang dihasilkan sebagai berikut:
Grafik IV.6 Grafik Hubungan Flash Point Biodiesel dan Waktu Pengadukan
Dari Grafik IV.6 didapatkan hubungan antara waktu pengadukan dengan flash point
biodiesel yang dihasilkan dalam transesterifikasi adalah semakin meningkat. Nilai flash
point tertinggi yaitu pada waktu pengadukan 120 menit, dimana flash point sebesar 140
oC sedangkan nilai flash point terendah pada t = 0 menit yaitu sebesar 130oC.
Dari hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa flash point biodiesel pada
variabel waktu 0 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit sesuai dengan
standar SNI 04-7812-2006 tentang biodiesel yang menetapkan bahwa untuk flash point
biodiesel yaitu minimal 100oC sehingga biodiesel berada dalam batas aman terhadap
bahaya kebakaran selama penyimpan, penanganan dan transportasi. Titik nyala
125
127
129
131
133
135
137
139
141
0 20 40 60 80 100 120 140
F l a s h P o i n t ( o C )
Waktu Pengadukan (menit)
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
33/41
Bab IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS
IV-9
berhubungan dengan keamanan dan keselamatan, terutama dalam handling dan
storage. Titik nyala mengindikasikan tinggi rendahnya volatilitas dan kemampuan
untuk terbakar dari suatu bahan bakar (Setiawati, 2012).
8.
Fire Point
Berdasarkan Tabel IV.2, nilai fire point yang didapatkan pada biodiesel pada variabel
waktu 0 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit berturut-turut yaitu sebesar
145 oC; 150 oC; 155 oC; 157 oC dan 160 oC.
Kemudian dari hasil percobaan biodiesel ini, didapatkan sebuah grafik hubungan
antara waktu pengandukan dengan fire point biodiesel yang dihasilkan sebagai berikut:
Grafik IV.7 Grafik Hubungan Fire Point Biodiesel dan Waktu Pengadukan
Dari Grafik IV.7 didapatkan hubungan antara waktu pengadukan dengan fire point
biodiesel yang dihasilkan dalam transesterifikasi adalah semakin meningkat. Nilai fire
point tertinggi yaitu pada waktu pengadukan 120 menit, dimana fire point sebesar 160oC
sedangkan nilai fire point terendah pada t = 0 menit yaitu sebesar 145oC.
Kualitas biodiesel yang memiliki kualitas terbaik serta sesuai dengan SNI adalah
biodiesel yang lama waktu pengadukannya adalah 120 menit dengan nilai yield sebesar
99%, densitas 0,88 gram/mL, viskositas 10,97 mm2/s, angka asam 0,3192 mg
NaOH/gram sampel, flash point 140oC dan fire point 160oC.
140
145
150
155
160
165
0 20 40 60 80 100 120 140
F i r e P o i n t ( o C )
Waktu Pengadukan (menit)
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
34/41
V-1
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari percobaan biodiesel dari minyak goreng bekas, dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Semakin lama waktu pengadukan maka kualitas dari biodiesel yang dihasilkan
semakin baik.
2. Biodiesel dengan variabel waktu pengadukan 0, 30, 60, 90 dan 120 menit berwarna
kuning bening.
3. Parameter volume biodiesel yang memiliki kualitas terbaik adalah pada variabel
lama waktu pengadukannya 120 menit yaitu sebesar 192 mL.
4.
Parameter yield biodiesel yang memiliki kualitas terbaik adalah pada variabel lama
waktu pengadukannya 120 menit yaitu sebesar 95,74 %.
5. Parameter densitas biodiesel yang memiliki kualitas terbaik serta sesuai dengan
SNI adalah pada variabel lama waktu pengadukannya 90 dan 120 menit yaitu
sebesar 0,88 gram/mL.
6. Parameter viskositas biodiesel yang memiliki kualitas terbaik serta sesuai dengan
SNI adalah pada variabel lama waktu pengadukannya 90 menit yaitu sebesar 10,58
mm2/s.
7.
Parameter angka asam biodiesel yang memiliki kualitas terbaik serta sesuai dengan
SNI adalah pada variabel lama waktu pengadukannya 90 dan 120 menit yaitu
sebesar 0,3192 mg NaOH/gram sampel.
8. Parameter flash point biodiesel yang memiliki kualitas terbaik serta sesuai dengan
SNI adalah pada variabel lama waktu pengadukannya 120 menit yaitu sebesar 140
oC.
9. Parameter fire point biodiesel yang memiliki kualitas terbaik adalah pada variabel
lama waktu pengadukannya 120 menit yaitu sebesar 160 oC.
10. Kualitas biodiesel yang memiliki kualitas terbaik serta sesuai dengan SNI adalah
biodiesel yang lama waktu pengadukannya adalah 120 menit dengan nilai yield
sebesar 99%, densitas 0,88 gram/mL, viskositas 10,97 mm2/s, angka asam 0,3192
mg NaOH/gram sampel, flash point 140oC dan fire point 160oC.
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
35/41
Bab V Penutup
V-2LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI, NABATIPROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIAFTI - ITS
V.2 Saran
1. Penggunaan kertas saring yang berbentuk bulat, sehingga proses penyaringan dapat
lebih maksimal apabila menggunakan bentuk yang bulat.
2.
Sebaiknya menggunakan alat corong pemisah yang berskala dalam proses
pemisahan sehingga perhitungan volume biodiesel atau yield yang didapatkan dapat
lebih akurat.
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
36/41
vi
DAFTAR PUSTAKA
________.(2006). Standar Nasional Indonesia. SNI 04-7182-2006 . hal. 3
Aziz, I. (2007). Kinetika Reaksi Transesterifikasi Minyak Goreng Bekas. 19-23.Aziz, I. (2011). Pembuatan Produk Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas dengan Cara
Esterifikasi dan Transesterifikasi. Jurnal Kimia, 443-448.
Darmanto, S., & Sigit, I. (2006). Analisa Biodiesel Minyak Kelapa sebagai Bahan Bakar
Alternatif. Traksi, 64-72.
Darmawan, F. I., & Susila, I. W. (2013). Proses Produksi Biodiesel dari Minyak Jelantah
dengan Metode Pencucian Dry-Wash Sistem. Jurnal Teknik Mesin, 80-87.
Hendra, D. (2014). Pembuatan Biodiesel dari Biji Kemiri Sunan. Jurnal Penelitian Hasil
Hutan, 36-44.
Ketaren, S. (1986). Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Mardina, P., Faradina, E., & Setiawan, N. (2012). Penurunan Angka Asam pada Minyak
Jelantah. Jurnal Kimia 6 , 196-200.
Ramadhas, A.S., Jayaraj, S., & Muraleedharan, C. (2005). Biodiesel Production from High
FFA Rubber Seed Oil. Fuel 84, 335-340.
Setiawati, E. (2012). Teknologi Pembuatan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas dengan
Teknik Mikrofiltrasi dan Tramsesterifikasi sebagai Alternatif Bahan Bakar Mesin
Diesel. Jurnal Riset Industri , 117-127.
Suirta, I. W. (2009). Preparasi Biodiesel dari Minyak Jelantah Kelapa Sawit. Jurnal Kimia 3,
1-6.
Sutiah, K., Firdausi, S., & Budi, W. S. (2008). Studi Kualitas Minyak Goreng dengan
Parameter Viskositas dan Indeks Bias. Berkala Fisika, 53-58.
Yustinah, H. (2011). Adsorbsi Minyak Goreng Bekas Menggunakan Arang Aktif dari Sabut
Kelapa. Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam
Indonesia, B05-1-B05-5.
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
37/41
vii
DAFTAR NOTASI
Daftar Notasi Keterangan Satuan
Vm
ρ
μ
v
T
t
GA
N
M
e
BM
Wo
W1
VolumeMassa
Massa jenis
Viskositas Dinamis
Viskositas Kinematik
Suhu
Waktu
Berat sampel
Volume titrasi NaOH
Normalitas
Molaritas
Ekivalensi
Berat Molekul
Berat pikno kosong
Berat pikno + minyak
mLgram
gram/mL
cP
mm2/s
oC
s
gram
mL
N
M
-
gram/mol
gram
gram
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
38/41
viii
APPENDIKS
1. Membuat larutan NaOH 0,1 N sebanyak 500 mL
NaOH Na+
+ OH-
maka : e = 1 N = M × e
0,1 = M × 1
0,1 = M
0,1 = m x 1000
40 x 500
m = 1000
500x40x0,1
m = 2 gram
Cara Membuat :
o Menimbang NaOH sebanyak 2 gram.
o Memasukkan NaOH yang telah ditimbang ke dalam labu ukur 500 mL.
o Menambahkan aquades hingga batas tara.
o Mengocok larutan NaOH hingga homogen.
2. Menghitung FFA minyak goreng bekas
Berat sampel (G) = 5 gram
Volume titrasi NaOH (A) = 3,3 mL
N NaOH = 0,1 N
BM asam oleat = 256 gram/mol
FFA = %G10
Mx NA x
= %5x10
256x0,1 x3,3= 1,69 %
3. Menghitung densitas minyak goreng bekas
Berat pikno kosong (Wo) = 11,6 gram
Berat pikno + minyak (W1) = 20,7 gram
Volume pikno = 10 mL
M =BMxV
x1000m
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
39/41
ix
ρ =sampelVol
0W-
1W
=mL10
11,6-20,7= 0,91 gram/mL
4. Menghitung viskositas minyak T = 30oC
Viskositas dinamis
μ air
μ minyak =
ρ air x t air
ρ minyak x t minyak
0,8007
x =
0,99568 x 4,62
0,91 x 141,73
x = 22,4497 cP
Viskositas kinematik
v
=μ
ρ
v =22,4497
0,91
= 24,67 mm2/s
5.
Menghitung yield biodiesel dengan variabel waktu pengadukan 0 menit
Volume minyak yang dipakai = 200 mL
Volume biodiesel = 170 mL
Yield = x100%dipakaiyangminyakMassa
biodieselMassa
= x100%0,91x200
0,9x170
= 84,06 %- Perhitungan yang sama digunakan untuk variabel waktu pengadukan 30 menit, 60
menit, 90 menit dan 120 menit.
6. Menghitung densitas biodiesel dengan variabel waktu pengadukan 0 menit
Berat pikno kosong (Wo) = 11,6 gram
Berat pikno + minyak (W1) = 20,6 gram
Volume pikno = 10 mL
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
40/41
x
ρ =sampelVol
0W-
1W
=mL10
11,6-20,6= 0,9 gram/mL
- Perhitungan yang sama digunakan untuk variabel waktu pengadukan 30 menit, 60
menit, 90 menit dan 120 menit.
7.
Menghitung viskositas biodiesel dengan variabel waktu pengadukan 0 menit pada
T = 40oC
Viskositas Dinamis
μ air
μ minyak =
ρ air x t air
ρ minyak x t minyak
0,6560
x =
0,99225 x 2,40
0,9 x 70
x = 17,35 cP
Viskositas Kinematik
v
=μ
ρ
v =
17,35
0,9
= 19,28 mm2/s
- Perhitungan yang sama digunakan untuk variabel waktu pengadukan 30 menit, 60
menit, 90 menit dan 120 menit.
8.
Menghitung angka asam biodiesel dengan variabel waktu pengadukan 0 menit
Berat sampel (G) = 5 gram
Volume titrasi NaOH (A) = 0,7 mL
N NaOH = 0,1 N
BM NaOH = 39,9 gr/mol
Angka asam =G
BMx NA x
=5
39,9x0,1 x0,7= 0,56 mg NaOH / gram sampel
- Perhitungan yang sama digunakan untuk variabel waktu pengadukan 30 menit, 60
menit, 90 menit dan 120 menit.
-
8/16/2019 Biodiesel Kelompok 8
41/41