Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2015-1... · Web view2.1.2 Fungsi Budaya...
Transcript of Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2015-1... · Web view2.1.2 Fungsi Budaya...
BAB 2
LANDASAN TEORI
Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2012 : 36) manajemen mengacu pada
proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar
diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain.
Fungsi manajemen yaitu
1. Planning: menetapkan tujuan, strategi, dan mengembangkan rencana
untuk mengkoordinasi aktivitas.
2. Organizing: menentukan apa yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan,bagaimana pelaksanaanya dan siapa yang akan melakukan.
3. Leading: motivasi, bimbingan, dan kegitan lain yang mempengaruhi
dalam berurusan dengan orang lain.
4. Controlling: memonitor seluruh aktivitas untuk memastikan semua
rencara berjalan dengan baik.
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu proses menangani berbagai
masalah pada ruang lingkup karyawan,manajer,buruh dan tenaga kerja lainnya untuk
dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang
telah ditentukan.
2.1 Budaya Organisasi
2.1.1 Pengertian Budaya Organisasi
Pengertian budaya organisasi menurut para ahli:
Menurut Robbins & Coulter (2012:51) budaya organisasi adalah nilai,
prinsip, tradisi, dan sikap yang mempengaruhi cara bertindak anggota
organisasi.
Menurut Kreitner & Kinicki (2007:64) budaya organisasi adalah nilai dan
keyakinan bersama yang mendasari identitas organisasi.
Menurut Mathis & Jackson (2006:128) budaya organisasi adalah pola nilai
dan keyakinan bersama yang memberikan arti dan peraturan perilaku bagi
anggota organisasional.
Menurut Robbins (2008) budaya organisasi mengacu pada suatu sistem
makna bersama yang diselenggarakan oleh angggota yang membedakan
organisasi dari organisasi lain
13
Dari beberapa definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa budaya organisasi
merupakan nilai-nilai, sikap, dan perilaku setiap anggota dalam suatu organisasi yang
mencerminkan karakteristik organisasi tersebut dan juga yang membedakan
organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya organisasi juga harus diikuti oleh
seluruh anggota organisasi. Budaya organisasi dibentuk melalui interaksi 4 (empat)
faktor utama, yaitu: Personal and professional characteristics of people within the
organization (characteristics of organizational members), organizational ethics, the
employment relationship, and organizational structure (Jones dan George,
2008:415). Budaya organisasi merupakan faktor paling penting dalam suatu
organisasi, Organisasi dengan budaya yang kuat dapat menarik perhatian seorang
individu untuk bergabung dalam suatu organisasi. Budaya organisasi yang kuat dapat
mendukung tercapainya tujuan organisasi karena budaya organisasi dapat membantu
organisasi untuk mengarahkan karyawan untuk melakukan pekerjaan yang dengan
baik, sehingga setiap karyawan perlu memahami dan mengimplementasikan budaya
tersebut. Budaya organisasi sering diartikan sebagai nilai-nilai, simbol-simbol yang
dimengerti dan dipatuhi bersama oleh seluruh anggota organisasi sehingga para
anggota merasa terikat dalam suatu keluarga dan menciptakan suatu kondisi yang
berbeda dengan organisasi lain.
2.1.2 Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Robbins (2006:725) budaya menjalankan sejumlah fungsi didalam
organisasi, yaitu:
1. Budaya mempunyai peran menetapkan tapal batas, artinya budaya
menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
2. Budaya membawa suatu rasa identitas ke anggota-anggota organisasi.
3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas
daripada kepentingan diri pribadi seseorang.
4. Budaya meningkatkan kemantapan sistem sosial.
5. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi
itu dengan memberikan standar-standar yang tepat mengenai apa yang harus
dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan.
6. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku para karyawan.
14
2.1.3 Karakteristik-Karakteristik Budaya Organisasi
Karakteristik budaya organisasi menurut Robbins dalam Rommy (2011),
adalah:
1. Inisiatif individual
Yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan atau indepedensi yang dipunyai
setiap anggota organisasi dalam mengemukakan pendapat. Inisiatif individual
tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi
sepanjang menyangkut ide untuk memajukan organisasi dan memberikan
pelayanan bagi masyarakat.
2. Toleransi terhadap tindakan beresiko
Suatu budaya organisasi dikatakan baik apabila dapat memberikan toleransi
kepada anggota atau para pegawai agar dapat bertindak agresif dan inovatif
dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat sertaberani
mengambil resiko terhadap apa yang dilakukannya.
3. Pengarahan
Pengarahan dimaksudkan sejauh mana organisasi dapat menciptakan dengan
jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan harapan tersebut jelas
tercantum dalam visi, misi, dan tujuan organisasi. Kondisi ini dapat
berpengaruh terhadap kinerja organisasi.
4. Integrasi
Integrasi dimaksudkan sejauh mana organisasi dapat mendorong unit-unit
organisasi untuk bekerja secara terkoordinasi. Kekompakan unit-unit tersebut
dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan.
5. Dukungan Pimpinan
Dukungan pimpinan dimaksudkan sejauh mana pimpinandapat memberikan
komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap
bawahan.
1. Kontrol
Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau
norma-norma yang berlaku di dalam suatu organisasi.
2. Identitas
Dimaksudkan untuk sejauh mana para anggota suatu organisasi atau
perusahaan dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai suatu kesatuan
15
dalam organisasidan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau
keahlian profesional tertentu.
3. Pemberian penghargaan
Sejauh mana organisasi memberikan penghargaan kepada pegawai
yang didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan didasarkan atas
senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya.
4. Toleransi terhadap konflik
Sejauh mana para pegawai atau karyawan di dorong untuk
mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat
merupakan fenomena yang sering terjadi dalam suatu organisasi.
Namun perbedaan pendapat dan kritik tersebut bisa digunakan untuk
melakukan perbaikan atau perubahan strategi untuk memberikan
pelayanan yang maksimal kepada masyarakat
5. Pola komunikasi
Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang
formal. Kadang-kadang hierarki kewenangan dapat menghambat
terjadinya pola komunikasi antara
atasan dan bawahan atau antar karyawan itu sendiri
Sedangkan menurut Luthans (2006), menyatakan budaya organisasi
mempunyai sejumlah karakteristik penting. Beberapa diantaranya adalah:
1. Aturan perilaku yang diamati. Ketika anggota organisasi berinteraksi satu
sama lain, mereka menggunakan bahasa, istilah, dan ritual umum yang
berkaitan dengan rasa hormat dan cara berperilaku.
2. Norma. Adalah standar perilaku, mencakup pedoman mengenai seberapa
banyak pekerjaan yang dilakukan, yang dalam banyak perusahaan menjadi
”jangan melakukan terlalu banyak; jangan terlalu sedikit.”
3. Nilai dominan. Organisasi mendukung dan berharap peserta membagikan
nilai-nilai utama. Contohnya adalah tata nilai, kualitas produk tinggi, sedikit
absen, dan efisiensi tinggi.
4. Filosofi. Terdapat kebijakan yang membentuk kepercayaan organisasi
mengenai bagaimana karyawan dan atau pelanggan diperlakukan.
16
5. Aturan.Terdapat pedoman ketat berkaitan dengan pencapaian perusahaan.
Pendatang baru harus mempelajari teknik dan prosedur yang ada agar
diterima sebagai anggota kelompok yang berkembang.
6. Iklim Organisasi. Merupakan keseluruhan ”perasaan” yang disampaikan
dengan pengaturan baru yang bersifat fisik, cara peserta berinteraksi, dan cara
anggota organisasi berhubungan dengan pelanggan dan individu dari luar.
2.1.4 Dimensi Budaya Organisasi
Menurut Robbins & Coulter (2012:52), ada 7 dimensi budaya organisasi yaitu:
1. Inovasi dan keberanian mengambil risiko (Inovation and risk taking),
adalah sejauh mana organisasi mendorong para karyawan bersikap inovatif
dan berani mengambil resiko. Selain itu bagaimana organisasi menghargai
tindakan pengambilan risiko oleh karyawan dan membangkitkan ide
karyawan.
2. Perhatian terhadap detail (Attention to detail), adalah sejauh mana
organisasi mengharapkan karyawan memperlihatkan kecermatan, analisis dan
perhatian kepada rincian.
3. Berorientasi kepada hasil (outcome orientation), adalah sejauh mana
manajemen memusatkan perhatian pada hasil dibandingkan perhatian pada
teknik dan proses yang digunakan untuk meraih hal tersebut.
4. Berorientasi kepada manusia (People orientation), adalah sejauh mana
keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di
dalam organisasi.
5. Berorientasi tim (Team orientation), adalah sejauh mana kegiatan kerja
diorganisasikan sekitar tim-tim, bukan individu-individu.
6. Sikap agresif (Aggressivenes), adalah sejauh mana orang-orang dalam
organisasi itu agresif dan kompetitif untuk menjalankan budaya organisasi
sebaik-baiknya.
7. Stabilitas (Stability), adalah sejauh mana kegiatan organisasi menekankan
status quo (mempertahankan apa yang ada karena dianggap sudah cukup
baik) daripada pertumbuhan.
17
2.2 Kepuasan Kerja Karyawan
2.2.1 Pengertian Kepuasan Kerja Karyawan
Menurut Locke dalam Luthans (2008:141) definisi kepuasan kerja melibatkan
reaksi kognitif, afektif dan evaluatif atau sikap. Sementara itu Luthans (2008:141)
berpandangan bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari persepsi pekerja tentang
bagaimana pekerjaanya memberikan sesuatu yang dianggap penting. Penilaian
individu terhadap posisinya sekarang dan merasakan tidak puas dapat memicu
seseorang untuk mencari pekerjaan di tempat lain. Menurut Robbins dan Judge
(2007:99) kepuasan kerja sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang
yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Herzberg (2005)
mengemukakan bahwa istilah kepuasan kerja dapat didefinisikan sebagai suatu
perasaan positif yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya.
2.2.2 Faktor-Faktor Kepuasan Kerja Karyawan
Herzberg dalam Hasibuan (2005) berpendapat ada empat faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja seseorang. Faktor-faktor dalam kepuasan kerja, yaitu:
1. Faktor Psikologik, berhubungan dengan kejiwaan anggota, dengan dimeni:
(a) Minat
(b) Ketentraman dalam bekerja
(c) Sikap terhadap kerja
(d) Bakat dan keterampilan
2. Faktor Sosial, berhubungan dengan interaksi sosial, dengan dimensi:
(a) Interaksi sesama karyawan
(b) Interaksi dengan atasan
(c) Interaksi dengan anggota yang berbeda jenis pekerjaannya
3. Faktor Fisik, berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi
fisik karyawan, dengan dimensi:
(a) Jenis pekerjaan
(b) Pengaturan waktu dan waktu istirahat
(c) Perlengkapan kerja
(d) Keadaan ruangan, suhu, penerangan, pertukaran udara
(e) Kondisi kesehatan anggota, umur dan sebagainya
4. Faktor Finansial, berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan anggota,
dengan dimensi:
18
(a) Sistem dan besarnya gaji
(b) Jaminan sosial
(c) Macam-macam tunjangan/fasilitas yang diberikan
(d) Promosi dan sebagainya
2.2.3 Dimensi Kepuasan Kerja Karyawan
Menurut Robbins dan Judge (2007:81) Dimensi Kepuasan Karyawan terdiri atas:
1. Pekerjaannya (Work It Self)
Suatu pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan
bidangnya masing – masiing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan
seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan
tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja. Indikatornya
adalah jenis pekerjaan.
2. Gaji (Pay)
Salah satu faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak
atau tidak. Indikatornya adalah tingkat gaji dan tingkat reward.
3. Supervisi/Atasan (Supervision)
Atasan yang baik artinya mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi
bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus
atasannya. Indikatornya adalah sikap atasan dan gaya kepemimpinan.
4. Rekan Kerja (Co-worker)
Faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya
dan dengan hubungan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda
jenis pekerjaaanya. Indikatornya adalah sikap rekan kerja.
2.2.4 Korelasi Kepuasan Kerja Karyawan
Hubungan antara kepuasan Kerja karyawan dengan variabel lain dapat
menimbulkan hal yang bersifat positif atau negatif. Dapat dilihat beberapa macam
korelasi kepuasan karyawan menurut Prof. Dr. Wibowo, S.E., M. Phil,(2010) adalah
sebagai berikut:
1. Motivasi
Manajer secara potensial dapat meningkatkan motivasi pekerja melalui
berbagai usaha untuk meningkatkan kepuasan karyawan.
2. Komitmen Organisasional
19
Komitmen organisasional dapat diartikan sebagai dimana seseorang dapat
mengidentifikasi dengan organisasi dan mempunyai komitmen terhadap
tujuannya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kepuasan karyawan.
3. Perasaan Stres
Stres dapat berpengaruh sangat negatif terhadap perilaku organisasi dan
kesehatan individu. Hal ini juga dapat mempengaruhi terhadap kepuasan
karyawan.
4. Prestasi Kerja
Prestasi kerja sangat menentukan puas atau tidaknya dari suatu kepuasan
karyawan. Karena jika seseorang memiliki prestasi kerja banyak, maka
seseorang akan mendapatkan kepuasan karyawan, begitu juga sebaliknya jika
seseorang memiliki prestasi kerja sedikit, maka sesorang akan mendapatkan
ketidakpuasan kerja.
2.2.5 Pengaruh Kepuasan Kerja Karyawan
Terdapat tiga pengaruh kepuasan Kerja karyawan menurut Prof. Dr. Wibowo, S.E.,
M. Phil (2010), antara lain:
1. Kepuasan dan Produktifitas
2. Kepuasan dan Kemangkiran
Banyak penelitian menunjukkan bahwa kepuasan memiliki korelasi negatif
dengan kemangkiran. Sebagai contoh adalah misalkan seseorang mempunyai
beberapa kepentingan, mereka tetap mendapatkan pekerjaan memuaskan dan
tetap mengambil cuti kerja untuk menikmati akhir pekan apabila dapat
memperoleh kebebasan tanpa sanksi atau denda.
3. Kepuasan dan Pergantian
Kepuasan juga berhubungan secara negatif dengan pergantian. Kondisi pasar
tenaga kerja, harapan tentang alternatif peluang kerja dan lamanya bekerja
dengan organisasi merupakan hambatan penting pada keputusan aktual untuk
seseorang meninggalkan pekerjaannya.
2.3 Komitmen Organisasi
2.2.1 Pengertian Komitmen Organisasi
Mathis dan Jackson dalam Sopiah (2008:155) mendefinisikan komitmen
organisasional sebagai derajat dimana karyawan percaya dan mau menerima tujuan-
20
tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasinya.
Komitmen organisasi menurut Mayer dan Allen (1991) dalam Soekidjan (2009)
dapat juga berarti penerimaan yang kuat individu terhadap tujuan dan nilai-nilai
organisasi, dan individu berupaya serta berkarya dan memiliki hasrat yang kuat
untuk tetap bertahan di organisasi tersebut. Selanjutnya menurut Aranya et.al dalam
Prasetyono dan Kompyurini (2007) yang dikutip oleh Kurniawan (2013:7)
mendefinisikan komitmen sebagai:
1. Keyakinan dan penerimaan tujuan dan nilai organisasi.
2. Kemauan untuk berusaha atau bekerja untuk kepentingan organisasi.
3. Hasrat untuk menjaga keanggotaan organisasi.
Mowday dalam Sabrina (2011) yang dikutip Kurniawan (2013:7)
mengemukakan bahwa komitmen organisasi terbangun apabila masing-masing
individu mengembangkan tiga sikap yang saling berhubungan terhadap organisasi,
yang antara lain adalah:
1. Identifikasi (identification), yaitu pemahaman atau penghayatan terhadap
tujuan organisasi.
2. Keterlibatan (involvement), yaitu perasaan terlibat dalam suatu pekerjaan atau
perasaan bahwa pekerjaan tersebut adalah menyenangkan.
3. Loyalitas (loyality), yaitu perasaan bahwa organisasi adalah tempatnya
bekerja dan tinggal.
Seseorang yang memiliki komitmen yang tinggi akan memiliki identifikasi
terhadap organisasi, bersungguh-sungguh dalam mengerjakan pekerjaannya dan ada
loyalitas terhadap organisasi. Lalu muncul sikap untuk tetap berusaha kearah tujuan
organisasi dan keinginan untuk tetap bergabung dengan organisasi dalam jangka
waktu lama.
2.2.2 Indikator Perilaku Komitmen Organisasi
Menurut Mayer dan Allen (1990) dalam Momeni, et.all (2012:219) komitmen
organisasi dibagi menjadi 3 macam berdasarkan sumbernya :
1. Komitmen Afektif (affective commitment), keinginan secara emosional
terkait dengan organisasi, identifikasi, serta keterlibatan berdasarkan atas
nilai-nilai yang sama.
21
2. Komitmen Kontinu (continuance commitment), komitmen yang didasari
oleh kesadaran akan biaya-biaya yang akan ditanggung jika tidak bergabung
dengan organisasi.
3. Komitmen Normatif (normative commitment), komitmen yang didasari
oleh perasaan wajib sebagai anggota/pegawai untuk tetap tinggal, karena
perasaan hutang budi.
2.2.3 Membangun Komitmen Organisasi
Menurut Armstong (1992) dalam Nasution (2006),ada 3 pilar besar dalam
komitmen. Ketiga pilar itu meliputi:
1. Adanya perasaan menjadi bagian dari organisasi (a sense of belonging to the
organization). Untuk mencapai rasa memiliki tersebut, maka salah satu pihak
dalam manajemen harus mampu membuat anggota:
a. Mampu mengidentifikasikan dirinya terhadap organisasi.
b. Merasa yakin bahwa apa yang dilakukannya/pekerjaannya adalah
berharga bagi organisasi tersebut.
c. Merasa nyaman dengan organisasi tersebut
d. Merasa mendapat dukungan yang penuh dari organisasi dalam bentuk
misi yang jelas (apa yang direncanakan untuk dilakukan), nilai-nilai
yang ada (apa yang diyakini sebagai hal yang penting oleh
manajemen) dan norma-norma yang berlaku (cara-cara berperilaku
yang bisa diterima oleh organisasi).
2. Adanya ketertarikan atau kegairahan terhadap pekerjaan (a sense of
excitement in the job). Perasaan seperti ini bisa dimunculkan dengan cara:
a. Mengenali faktor-faktor motivasi intrinsik dalam mengatur desain
pekerjaan (job design).
b. Kualitas kepemimpinan.
c. Kemauan dari manajer dan supervisor untuk mengenali bahwa
motivasi dan komitmen anggotanya bisa meningkat jika ada perhatian
terus menerus, memberi delegasi atas wewenang serta memberi
kesempatan serta ruang yang cukup bagi anggota untuk menggunakan
keterampilan dan keahliannya secara maksimal. Kurangnya komitmen
terhadap organisasi dan nilai-nilai dari organisasi adalah penyebab
utama dari turn over yang tinggi.
22
3. Adanya rasa memiliki terhadap organisasi (ownership)
Rasa memiliki bisa muncul jika anggota merasa bahwa mereka benar-benar
diterima menjadi bagian atau kunci penting dari organisasi. Konsep penting dari
ownership meluas dalam bentuk partisipasi dalam membuat keputusan-keputusan
dan mengubah praktek kerja, yang pada akhirnya mempengaruhi keterlibatan
anggota. Jika anggota merasa dilibatkan dalam membuat keputusan-keputusan dan
jika mereka merasa ide-idenya didengar dan jika mereka merasa memberi kontribusi
yang ada pada hasil yang dicapai, maka mereka cenderung menerima keputusan-
keputusan atau perubahan yang dilakukan. Hal ini dikarenakan mereka merasa
dilibatkan, bukan karena dipaksa.
2.2.4 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap komitmen organisasi
Menurut Dyne dan Graham (2005, dalam Soekidjan, 2009) faktor-faktor yang
mempengaruhi komitmen adalah:
1. Karakteristik Personal.
a. Ciri-ciri kepribadian tertentu yaitu, teliti, ektrovert, berpandangan positif
(optimis), cenderung lebih komit. Demikian juga individu yang lebih
berorientasi kepada tim dan menempatkan tujuan kelompok diatas tujuan
sendiri serta individu yang altruistik (senang membantu) akan cenderung
lebih komit.
b. Usia dan masa kerja, berhubungan positif dengan komitmen organisasi.
c. Tingkat pendidikan, makin tinggi semakin banyak harapan yang mungkin
tidak dapat di akomodir, sehingga komitmennya semakin rendah.
d. Jenis kelamin, wanita pada umumnya menghadapi tantangan lebih besar
dalam mencapai kariernya, sehingga komitmennya lebih tinggi.
e. Status perkawinan, yang menikah lebih terikat dengan organisasinya.
f. Keterlibatan kerja (job involvement), tingkat keterlibatan kerja individu
berhubungan positif dengan komitmen organisasi.
2. Situasional.
a. Adapun faktor yang mempengaruhi komitmen seseorang yang
berdasarkan situasioal ialah nilai (Value) tempat kerja. Yang berarti
bahwa nilai-nilai yang dapat dibagikan adalah suatu komponen kritis dari
hubungan saling keterikatan. Nilai-nilai kualitas, inovasi, kooperasi,
23
partisipasi dan trust dapat mempermudah setiap anggota/karyawan untuk
saling berbagi dan membangun hubungan yang erat. Jika para
anggota/karyawan percaya bahwa nilai organisasinya adalah kualitas
produk jasa, para anggota/karyawan terlibat dalam perilaku yang
memberikan kontribusi untuk mewujudkan hal itu.
b. Keadilan organisasi. Keadilan organisasi meliputi: Keadilan yang
berkaitan dengan kewajaran alokasi sumber daya, keadilan dalam proses
pengambilan keputusan, serta keadilan dalam persepsi kewajaran atas
pemeliharaan hubungan antar pribadi.
c. Karakteristik pekerjaan. Meliputi pekerjaan yang penuh makna, otonomi
dan umpan balik dapat merupakan motivasi kerja yang internal. Jerigan,
Beggs menyatakan kepuasan atas otonomi, status dan kebijakan
merupakan prediktor penting dari komitmen. Karakteristik spesifik dari
pekerjaan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab, serta rasa keterikatan
terhadap organisasi.
d. Dukungan organisasi. Dukungan organisasi mempunyai hubungan yang
positif dengan komitmen organisasi. Hubungan ini didefinisikan sebagai
sejauh mana anggota/karyawan mempersepsi bahwa organisasi (lembaga,
atasan, rekan) memberi dorongan, respek, menghargai kontribusi dan
memberi apresiasi bagi individu dalam pekerjaannya. Hal ini berarti jika
organisasi peduli dengan keberadaan dan kesejahteraan personal
anggota/karyawan dan juga menghargai kontribusinya, maka
anggota/karyawan akan menjadi komit.
3. Positional.
a. Masa kerja. Masa kerja yang lama akan semakin membuat
anggota/karyawan komit, hal ini disebabkan oleh karena: semakin
memberi peluang anggota/karyawan untuk menerima tugas menantang,
otonomi semakin besar, serta peluang promosi yang lebih tinggi. Juga
peluang investasi pribadi berupa pikiran, tenaga dan waktu yang semakin
besar, hubungan sosial lebih bermakna, serta akses untuk mendapat
informasi pekerjaan baru makin berkurang.
b. Tingkat pekerjaan. Berbagai penelitian menyebutkan status sosioekonomi
sebagai prediktor komitmen paling kuat. Status yang tinggi cenderung
meningkatkan motivasi maupun kemampun aktif terlibat.
24
2.4 Penelitian Terdahulu
Table 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian
Chaterina Melina
Taurisa, Intan
Ratnawati
2012 Analisis Pengaruh
Budaya Organisasi
Dan Kepuasan
Kerja Terhadap
Komitmen
Organisasi Dalam
Meningkatkan
Kinerja Karyawan
Budaya organisasi
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kepuasan
kerja, budaya
organisasi dan
kepuasan kerja
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap komitmen
organisasional,
komitmen
organisasional
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kinerja
karyawan, serta
budaya organisasi
dan kepuasan kerja
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kinerja
karyawan pada PT.
Sido Muncul
Kaligawe
Semarang
25
Peneliti Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian
Nurjanah 2008 Pengaruh Gaya
Kepemimpinan dan
Budaya Organisasi
Terhadap
Komitmen
Organisasi Dalam
Meningkatkan
Kinerja Karyawan
Budaya organisasi
berpengaruh yang
positif dan
signifikan terhadap
komitmen
organisasi,
komitmen
organisasi
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kinerja
karyawan
Ratna Kusumawati 2008 Analisi Pengaruh
Budaya Organisasi
Dan Gaya
Kepemimpinan
Terhadap Kepuasan
Kerja Untuk
Meningkatkan
Kinerja Karyawan
Budaya organisasi
positif dan
signifikan
berpengaruh pada
kepuasan karyawan
dan positif dan
signifikan
berpengaruh pada
kinerja karyawan
Gde Bayu Surya
Parwita
2013 Pengaruh Kepuasan
Kerja Terhadap
Komitmen
Organisasi Dan
Disiplin Kerja
Kepuasan kerja
berpengaruh
terhadap komitmen
organisasi,
komitmen
organisasi
berpengaruh
terhadap disiplin
kerja, dan kepuasan
kerja berpengaruh
terhadap disiplin
26
Peneliti Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian
kerja. Hasil
penelitian ini
mendukung teori
bahwa semakin
meras puas seorang
pegawai, maka
semakin
berkomitmen dan
disiplin mereka
dalam menjalankan
tugasnya.
Sumber: Penulis, 2015
2.5 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Sumber: Penulis,2015
27
2.6 Hipotesis
Dalam penelitian ini, ditarik beberapa hipotesis yang menjadi dugaan
sementar terhadap variable-variabel yang di teliti sebagai berikut:
1. Ho: Tidak ada pengaruh antara Budaya Organisasi (X) terhadap Kepuasan
Kerja Karyawan (Y) pada PT. Pertamina.
Ha: Ada pengaruh antara Budaya Organisasi (X) terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan (Y) pada PT. Pertamina.
2. Ho: Tidak ada pengaruh antara Budaya Organisasi (X) terhadap Komitmen
Organisasi (Z) pada PT. Pertamina.
Ha: Ada pengaruh antara Budaya Organisasi (X) terhadap Komitmen
Organisasi (Z) pada PT. Pertamina.
3. Ho: Tidak ada pengaruh antara Kepuasan Kerja Karyawan (Y) terhadap
Komitmen Organisasi (Z) pada PT. Pertamina.
Ha: Ada pengaruh antara Kepuasan Kerja Karyawan (Y) terhadap Komitmen
Organisasi (Z) pada PT. Pertamina.
4. Ho: Tidak ada pengaruh antara Budaya Organisasi (X) terhadap Komitmen
Organisasi (Z) melalui Kepuasan Karyawan (Y) pada PT. Pertamina
Ha: Ada pengaruh antara Budaya Organisasi (X) terhadap Komitmen
Organisasi (Z) melalui Kepuasan Karyawan (Y) pada PT.Pertamina.
Dasar pengambilan keputusan:
Jika sig 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika sig < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak
28