Bilangan Bulat Tgl 2 Nov
-
Upload
sumiarta-genz -
Category
Documents
-
view
89 -
download
0
Transcript of Bilangan Bulat Tgl 2 Nov
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bilangan dahulunya digunakan sebagai simbol untuk menggantikan
suatu benda misalnya kerikil, ranting yang masing-masing suku atau bangsa
memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk
simbol. Selain itu, bilangan pada awalnya hanya dipergunakan untuk
mengingat jumlah. Namun, dalam perkembangannya setelah para pakar
matematika menambahkan perbendaharaan simbol dan kata-kata yang tepat
untuk mendefinisikan bilangan. Hal yang sangat penting bagi kehidupan dan
tak bisa kita pungkiri bahwa dalam kehidupan sehari-hari, kita akan selalu
bertemu dengan yang namanya bilangan, karena bilangan selalu dibutuhkan
baik dalam teknologi, sains, ekonomi ataupun dalam dunia musik, filosofi dan
hiburan serta banyak aspek kehidupan lainnya.
Ketika bilangan maupun proses berhitung sudah semakin penting,
maka suatu suku bangsa mulai mensistematiskannya, ini dilakukan dengan
mengurutkan bilangan kedalam kelompok tertentu, ukuran kelompok
ditentukan oleh proses pemasangan anggota. Misalkan sebuah bilangan,
namakan b, dipilih sebagai basis untuk berhitung dan nama bilangan diurutkan
oleh bilangan 1,2,….,b. Nama bilangan yang lebih besar dari b diperoleh dari
kombinasi bilangan yang sudah ada.
Bilangan yang pertama kali dikenal manusia adalah bilangan asli. Hal
ini karena secara alamiah manusia akan melihat berbagai benda/objek dan
kemudian untuk keperluan tertentu mereka harus menghitungnya. Mereka
memiliki, uang, kambing, anak, pohon, saudara, dan lain-lain. Untuk
menghitung benda-benda tersebut bilangan yang digunakan adalah bilangan
asli.
Bilangan asli yang sudah dikenal tentu harus dilengkapi dengan suatu
aturan untuk mengoperasikan bilangan tersebut. Operasi tersebut adalah
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Kita sudah mengetahui
bahwa bilangan asli bersifat tertutup terhadap penjumlahan. Artinya,
1
penjumlahan dua bilangan asli akan menghasilkan bilangan asli. Tetapi tidak
demikian dengan pengurangan. Kita akan mendapati bahwa jika sebuah
bilangan asli dikurangi dengan bilangan asli hasilnya belum tentu bilangan
asli. Sebagai contoh, 5 - 5 = 0. Perluasan ini kemudian dikenal sebagai
bilangan cacah.
Perkembangan selanjutnya, bilangan cacah pun ternyata tidak dapat
sepenuhnya merepresentasikan objek dalam dunia nyata. Dalam dunia nyata
ada orang yang memiliki uang, ada orang yang tidak memiliki uang, dan
bahkan ada orang yang memiliki utang. Keadaan pertama dapat kita tulis
dengan bilangan asli, sedangkan keadaan kedua bisa kita tulis dengan bilangan
0. Bagaimana dengan keadan yang ketiga jika yang menjadi kerangka acuan
adalah keberadaan uang. Hal ini akan membawa kita pada perluasan sistem
bilangan cacah menjadi menjadi bilangan bulat. Oleh karena itu dalam
makalah ini kami membahas mengenai bilangan bulat.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pengertian bilangan bulat?
1.2.2 Bagaimana hubungan antara dua bilangan bulat?
1.2.3 Bagaimana operasi bilangan bulat?
1.2.4 Bagaimana perpangkatan pada bilangan bulat positif?
1.2.5 Bagaimana operasi hitung campuran pada bilangan bulat?
1.2.6 Bagaimana perbedaan karakteristik antara bilangan cacah, asli, dan
bulat?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian bilangan bulat.
1.3.2 Untuk mengetahui hubungan antara dua bilangan bulat.
1.3.3 Untuk mengetahui operasi bilangan bulat.
1.3.4 Untuk mengetahui perpangkatan pada bilangan bulat positif.
1.3.5 Untuk mengetahui operasi hitung campuran pada bilangan bulat.
1.3.6 Untuk mengetahui perbedaan karakteristik antara bilangan cacah, asli,
dan bulat.
2
bilangan bulat negatif bilangan bulat positif bilangan 0
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Bilangan Bulat
Sistem bilangan bulat tercipta sebagai perluasan sistem bilangan cacah
untuk mendapatkan bilangan yang tertutup terhadap operasi pengurangan.
Bilangan bulat adalah bilangan bukan pecahan yang terdiri dari:
Bilangan bulat positif {1, 2, 3, 4, 5, …}
Bilangan nol : 0
Bilangan bulat negatif { …,-5,-4,-3,-2,-1}
Himpunan Bilangan bulatℤ = { …, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, … }
Garis bilangan bulat :
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
Di dalam bilangan bulat terdapat bilangan genap dan bilangan ganjil :
Bilangan bulat genap { …, -6, -4, -2, 0, 2, 4, 6, … }
Bilangan yang habis dibagi dengan 2
Bilangan bulat ganjil { …, -5, -3, -1, 1, 3, 5, … }
Bilangan yang apabila dibagi 2 tersisa 1
Untuk setiap bilangan bulat mempunyai 2 karakteristik yaitu
a. Karakteristik tanda yang terdiri atas tanda positif dan tanda negatif.
b. Karakteristik kuantitas.
Contoh:
Bilangan 4 memiliki tanda positif dan kuantitasnya 4.
Bilangan (-7 ) memiliki tanda negatif dan kuantitasnya 7.
3
Definisi :
Sistem bilangan bulat terdiri atas himpunan ℤ = { … , -2, -1, 0, 1, 2, …}
dengan operasi biner penjumlahan dan perkalian, untuk a, b, dan c sebarang
bilangan bulat, maka berlaku sifat :
1. Tertutup terhadap operasi penjumlahan. Ada dengan tunggal ( a + b)
2. Tertutup terhadap operasi perkalian. Ada dengan tunggal ( a × b )
3. Sifat komutatif terhadap operasi penjumlahan a + b = b + a
4. Sifat komutatif terhadap operasi perkalian a × b = b × a
5. Sifat asosiatif terhadap penjumlahan ( a + b ) + c = a + ( b + c)
6. Sifat asosiatif terhadap operasi perkalian ( a × b ) × c = a × ( b × c )
7. Sifat distributif kiri perkalian terhadap penjumlahan a × ( b + c ) = ( a × b ) +
( a × c ).
8. Sifat distributif kanan perkalian terhadap penjumlahan ( a + b )× c = ( a × c ) +
( b × c ).
9. Untuk setiap a, ada tunggal elemen 0 dalam ℤ sehingga a + 0 = 0 + a = a,
0 disebut elemen identitas terhadap operasi penjumlahan pada bilangan bulat.
10. Untuk setiap a, ada tunggal elemen 1 dalam ℤ sehingga a × 1 = 1 × a = a,
1 disebut elemen identitas terhadap operasi perkalian pada bilangan bulat.
2.2 Hubungan antara Dua Bilangan Bulat
Perhatikan garis bilangan di atas.
Pada garis bilangan tersebut, makin ke kanan letak bilangan, makin
besar nilainya. Sebaliknya, makin ke kiri letak bilangan, makin kecil
nilainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk setiap p, q bilangan bulat
berlaku:
a. Jika p terletak di sebelah kanan q maka p > q dan (p – q)
menghasilkan bilangan positif.
b. Jika p terletak di sebelah kiri q maka p < q dan (p – q)
menghasilkan bilangan negatif.
4
Contoh:
Pada suatu garis bilangan, bilangan (– 4) terletak di sebelah kiri
bilangan 3 sehingga ditulis – 4 < 3 atau 3 > – 4.
Adapun bilangan (– 4) terletak di sebelah kanan (– 6) sehingga ditulis
– 4 > – 6 atau – 6 < – 4.
Jika kedua kalimat di atas digabungkan maka diperoleh – 6 < – 4 < 3
atau 3 > – 4 > – 6.
2.3 Sifat dan Operasi Bilangan Bulat
1. Sifat dan Operasi Penjumlahan Bilangan Bulat
I. Sifat Operasi Penjumlahan Bilangan Bulat
a. Sifat komutatif penjumlahan
Untuk sebarang bilangan bulat p dan q berlaku:
p + q = q + p
Contoh: 15 + (–6) = –6 + 15
b. Sifat asosiatif penjumlahan
Untuk sebarang bilangan bulat p, q, dan r maka berlaku:
(p + q) + r = p + (q + r)
Contoh: ((–3) + 4) + (–5) = –3 + (4 + (–5))
c. Sifat tertutup pada penjumlahan
Penjumlahan bilangan bulat pasti menghasilkan bilangan bulat juga.
Sifat ini disebut sifat tertutup. Jadi, untuk sembarang bilangan bulat p
dan q, maka (p + q) ∈ℤ dengan ℤ himpunan bilangan bulat.
Contoh: –12 + 8 = –4;
–12 dan 8 bilangan bulat
–4 juga bilangan bulat
d. Unsur identitas pada penjumlahan
Untuk sembarang bilangan bulat p, maka p + 0 = 0 + p = p
0 adalah unsur identitas (elemen netral) pada penjumlahan.
Contoh: –15 + 0 = 0 + (–15) = –15
5
5
=
3 (2)
+
II. Operasi penjumlahan pada bilangan bulat yaitu:
a. Jika a dan b adalah bilangan bulat positif, bagaimana kita
menyelesaikan a + b ?
Penyelesaian:
Misalkan c adalah bilangan bulat yang menyatakan a + b, yaitu
c = a + b
Contoh:
1. 3 + 2 =…
Penyelesaian dengan menggunakan garis bilangan
Dari gambar di atas diperoleh 3 + 2 = 5
Penyelesaian dengan menggunakan gambar
Dari ilustrasi di atas menambahkan kartu positif sebanyak 2
pada 3 buah kartu positif yang telah ada. Dengan demikian
diperoleh 5 buah kartu positif.
b. Jika a dan b adalah bilangan bulat positif, bagaimana kita
menyelesaikan – a + (– b ) ?
Penyelesaian:
Misalkan c adalah bilangan bulat yang menyatakan – a + (–b ),
yaitu:
c = – a + (–b ) maka
c + b = – a + (–b ) + b
c + b = – a + ( (–b ) + b )
c + b = – a + 0
( c + b ) + a = – a + a
6
-5-2
-5+(-2)= -7
(–5) –2
+
=
–7
( c + b ) + a = 0
c + ( b + a ) = 0
c + ( a + b ) = 0
c +( a + b ) + (– (a + b)) = – ( a +b)
c + (( a + b ) + (– (a + b) ) = – (a + b)
c + 0 = – ( a + b)
c = – ( a + b)
Karena c = – a + (–b ) maka –a + ( – b ) = – ( a + b).
Jadi, jika a dan b bilangan bulat positif, maka
– a + ( – b ) = – ( a + b).
Contoh: –5 + (–2) =…
Penyelesaian menggunakan garis bilangan
Dari gambar di atas diperoleh –5 + (–2) = –7
Penyelesaian menggunakan gambar
7
-7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0
Dari ilustrasi di atas:
Menambahkan kartu negatif sebanyak 2 pada 5 kartu negatif yang
telah ada. Dengan demikian, diperoleh 7 kartu negatif.
Secara matematis:
Misalkan c adalah bilangan bulat yang menyatakan –5 + (–2), yaitu
c = –5 + (–2) maka
c + 2 = –5 + (–2) + 2
c + 2 = –5 + ( (–2) + 2 )
c + 2 = –5 + 0
(c + 2) + 5 = –5 + 5
( c + 2 ) + 5 = 0
c + ( 2 + 5 ) = 0
c + ( 5 + 2 ) = 0
c +( 5 + 2 ) + (– (5 + 2)) = – ( 5 +2)
c + ((5 + 2 ) + (– (5 + 2) ) = – (5 + 2)
c + 0 = – ( 5 + 2)
c = – ( 5 + 2)
Karena c = –5 + (–2 ) maka –5 + (–2) = – (5 + 2) = –7
c. Jika a dan b bilangan bulat positif dengan a < b, bagaimana
menyelesaikan a + ( – b ) ?
Penyelesaian:
Karena a < b maka ada c > 0 sedemikian sehingga b = a + c.
Berdasarkan hal tersebut maka dari b = a + c didapat c = b – a.
a + (–b) = a + (– (a + c))
= a + ((–a) + (–c))
= (a + (–a)) + (–c)
= 0 + (–c)
= (–c)
karena c = b – a , maka a + (– b )= (–c) = – ( b – a )
8
3
–4
3+(-4)=-1
3 (-4)
(-1)
+
=
Model Pembuat Nol
Contoh: 3 + (– 4)=…
Penyelesaian menggunakan garis bilangan
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3
Dari ilustrasi garis bilangan di atas diperoleh 3 + (– 4) = –1
Penyelesaian menggunakan gambar
Dari ilustrasi di atas diperoleh:
Menambahkan kartu negatif sebanyak 4 pada 3 kartu positif yang
telah ada. Kemudian memasangkan kartu positif dan kartu negatif,
dimana setiap kartu yang berpasangan bernilai 0. Dengan demikian,
tersisa 1 kartu negatif.
Secara matematis:
Karena 3 < 4 maka ada c > 0 sedemikian sehingga 4 = 3 + c.
Berdasarkan hal tersebut maka dari 4 = 3 + c didapat c = 4 – 3
3 + (– 4 ) = 3 + ( – (3+c))
= 3 + ((–3) + ( –c))
= ( 3 + (– 3) )+ (–c )
9
4 (-2)
+
=
2
Model Pembuat Nol
= 0 + (–c)
= (–c)
karena c = 4 – 3 , maka 3 + ( – 4 )= (–c) = – ( 4 – 3 )= –1
d. Jika a dan b bilangan bulat positif dengan b < a, bagaimana
menyelesaikan a + (–b )?
Penyelesaian :
Karena b < a maka ada c > 0 sedemikian sehingga a = b + c.
Berdasarkan hal tersebut maka dari a = b + c didapat c = a – b
a + (–b ) = b + c + ( – b )
= b + (–b) + c
= 0 + c
= c
karena c = a – b, maka a + (–b ) = c = a – b
Contoh:
4 + (–2)=…
Dari ilustrasi di atas diperoleh:
Menambahkan kartu negatif sebanyak 2 pada 4 kartu positif yang
telah ada. Kemudian memasangkan kartu positif dan kartu negatif,
dimana setiap kartu yang berpasangan bernilai 0. Dengan demikian,
tersisa 2 kartu positif.
10
Secara matematis:
Karena 2 < 4 maka terdapat c > 0 sedemikian sehingga 4 = 2 + c.
Berdasarkan hal tersebut maka dari 4 = 2 + c didapat c = 4 – 2
4 + (–2 ) = 2 + c + (–2)
= 2 + (–2) + c
= 0 + c
= c
karena c = 4 – 2, maka 4 + (–2 ) = c = 4 – 2 = 2
2. Sifat dan Operasi Pengurangan Bilangan Bulat
I. Sifat operasi pengurangan bilangan bulat
a. Lawan dari p adalah –p
Penjumlahan sembarang bilangan bulat dengan lawannya selalu
bernilai 0. Jadi, untuk sembarang bilangan bulat p berlaku
p + (–p) = –p + p = 0.
Contoh:
24 + (–24)= –24 + 24 = 0
b. Mengurangi dengan suatu bilangan sama dengan menambah
dengan lawan pengurangnya. Jadi, untuk sembarang bilangan bulat
p dan q selalu berlaku p – q = p + (– q).
Contoh:
8 – 4 = 8 + (–4) = 4
c. Mengurangi suatu bilangan dengan bilangan negatif sama dengan
menambah dengan lawan bilangan itu . Jadi, untuk sembarang
bilangan bulat p dan q selalu berlaku p – (–q) = p + q.
Contoh:
4– (–2) = 4 +2 = 6
–9 – (–10)= – 9 + 10 = 1
d. Pengurangan pada bilangan bulat tidak bersifat asosiatif. Untuk
sembarang bilangan bulat p, q,dan r maka ( p−q )−r≠p−(q−r )
dengan p≠q≠0
11
–
2 6
Contoh: (–10 – 5) - 2 ≠ -10 – (5 - 2))
e. Pengurangan pada bilangan bulat tidak bersifat komutatif. Untuk
sembarang bilangan bulat p, q maka ( p−q )≠(q−p) dengan
p≠q≠0
Contoh: (–10 – 5) ≠ 5 – (–10).
f. Pengurangan pada bilangan bulat bersifat tertutup, karena
pengurangan dua bilangan bulat pasti bilangan bulat juga. Jadi,
untuk setiap p, q ∈ ℤ maka (p – q) ∈ ℤ dengan ℤ himpunan
bilangan bulat.
Contoh : – 17 – (– 19) = – 17 +19
= 2
(– 17) dan (– 19) bilangan bulat, 2 juga bilangan bulat.
II. Operasi pengurangan pada bilangan bulat yaitu:
a. Jika a dan b adalah bilangan bulat positif, bagaimana kita
menyelesaikan a – b ?
Penyelesaian:
Misalkan c adalah bilangan bulat yang menyatakan a – b, yaitu
c = a – b
Contoh:
1). 2 – 6 =…
Penyelesaian dengan garis bilangan
Dari gambar di atas diperoleh 2 – 6 = –4
Penyelesaian dengan gambar
12
(-4)
Dari ilustrasi diatas diperoleh:
Karena yang ada kartu positif sebanyak 2. Sedangkan, yang
diambil kartu positif sebanyak 6. Hal ini belum bisa dilakukan.
Untuk itu, ditambahkan dulu kartu positif dan kartu negatif yang
berpasangan sampai bisa diambil kartu positif yang diinginkan.
Dengan demikian, didapat ilustrasi gambar seperti di bawah ini.
Sehingga yang tersisa, kartu negatif sebanyak 4.
Dari ilustrasi di atas diperoleh:
2 – 6 artinya 2 diambil 6 tersisa –4.
Jadi, 2 – 6 = –4
b. Jika a dan b adalah bilangan bulat positif, bagaimana kita
menyelesaikan – a – (–b ) ?
Penyelesaian:
Misalkan c adalah bilangan bulat yang menyatakan – a – (–b ),
yaitu:
c = – a – (–b ) maka
c – b = – a – (–b ) – b
c – b = – a – ( (–b ) + b )
13
-
26
(–5) –2
– =
(–3)
c – b = – a – 0
c – b = – a
c – b + a = –a + a
c – b + a = 0
c – ( b – a ) = 0
c – ( b – a ) + (b – a) = b – a
c = b – a
Karena c = – a – (–b ) maka –a – ( – b ) = (b – a).
Jadi, jika a dan b bilangan bulat positif, maka
– a – ( – b ) = (b – a)
Contoh: –5 – (–2)=…
Penyelesaian menggunakan gambar
Dari ilustrasi diatas:
Mengambil kartu negatif sebanyak 2 pada 5 kartu negatif yang telah
ada. Sehingga didapat 3 kartu negatif.
Secara matematis:
Misalkan c adalah bilangan bulat yang menyatakan –5 – (–2), yaitu
c = – 5 – (–2 ) maka
c – 2 = – 5 – (–2 ) – 2
c – 2 = – 5 – ( –2 + 2 )
c – 2 = ( – 5 ) – 0
c – 2 = –5
c – 2 + 5 = – 5 + 5
c – 2 + 5 = 0
c – ( 2 – 5 ) = 0
c – ( 2 – 5 ) + (2 – 5) = (2 – 5)
14
6 –1
–
6 –1
c = (2 – 5)
Karena c = – 5 – (–2 ) maka –5 – ( – 2 ) = (2 – 5) = – 3 .
c. Jika a dan b bilangan bulat positif , bagaimana menyelesaikan
a – ( – b ) ?
Penyelesaian:
Misalkan c = a – (– b). maka
c – b = a – (-b) –b
c – b = a- ((-b) + b)
c – b = a – 0
c – b = a
c – b – a = a – a
c – (b +a) = 0
c – (b +a) + (b + a)= (b + a)
c = b +a
karena c = a – (-b) , maka a - (– b )= c = b + a
Contoh: 6 – (–1)=…
Penyelesaian:
Karena yang ada kartu positif sebanyak 6. Sedangkan, yang
diambil kartu negatif sebanyak 1. Hal ini belum bisa dilakukan.
Untuk itu, ditambahkan dulu kartu positif dan kartu negatif yang
berpasangan sampai bisa diambil kartu negatif yang diinginkan.
Dengan demikian, didapat ilustrasi gambar seperti dibawah ini.
15
7
Jadi, yang tersisa kartu positif sebanyak 7.
Jadi, dari gambar di atas diperoleh 6 – (–1) = 7.
Secara matematis:
Misalkan c = 6 – (– 1). maka
c – 1 = 6 – (–1) –1
c – 1 = 6 – ((–1) + 1)
c – 1 = 6 – 0
c – 1 = 6
c – 1 – 6 = 6 – 6
c – (1 +6) = 0
c – (1 + 6) + (1 + 6) = 1 + 6
c = 1 + 6
karena c = 6 – (–1) , maka 6 – (– 1 ) = c = 1 + 6 = 7
3. Sifat dan Operasi Perkalian Bilangan Bulat
I. Sifat Operasi Perkalian Bilangan Bulat
a. Sifat tertutup pada perkalian
Perkalian bilangan bulat pasti menghasilkan bilangan bulat
juga. Jadi, untuk sembarang bilangan bulat p dan q, maka (p × q) ∈ ℤ dengan ℤ himpunan bilangan bulat.
Contoh: (– 8) × 9 = – 72;
(– 8) dan 9 bilangan bulat
(–72) juga bilangan bulat
b. Sifat komutatif pada perkalian
Untuk sembarang bilangan bulat p dan q berlaku
p × q = q × p
16
Contoh:
9 × (–7) = (–7) × 9
(–8) × (–12) = (–12) × (–8)
c. Sifat asosiatif perkalian
Untuk sembarang bilangan bulat p, q, dan r berlaku
( p × q ) × r = p × ( q × r )
Contoh: ((–6) × 7) × (–8) = (–6) × (7 × (–8))
d. Unsur identitas pada perkalian
Untuk sembarang bilangan bulat p, maka: p × 1 = 1 × p = p.
1 adalah unsur identitas (elemen netral pada perkalian)
Contoh: (–10) × 1 = 1 × (–10) = –10
e. Perkalian bilangan 0
Untuk sembarang bilangan bulat p, maka: 0 × p = p × 0 = 0
Contoh: 23 × 0 = 0 × 23 = 0
f. Sifat distributif
Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan
Untuk sembarang bilangan bulat p, q, dan r berlaku
p × (q + r) = ( p × q) + ( p × r)
Contoh: (–5) × (9 + (–1)) = ((–5) × 9) + ((–5) × (–1))
Sifat distributif perkalian terhadap pengurangan
Untuk sembarang bilangan bulat p, q, dan r berlaku
p × (q – r) = (p × q) – (p × r)
Contoh: 7 × ((–10) –12) = (7 × (–10)) – (7 × 12)
II. Operasi Perkalian Bilangan Bulat
Arti perkalian
2 × 3 = 3 + 3
= 6
4 × 5 = 5 + 5 + 5 + 5
= 20
n × b = b + b+ b+ b…b, sampai n suku
17
× × × × × × ×
a. Perkalian antara dua bilangan bulat positif
2 × 5 = 5 + 5
= 10
4 × 3 = 3+ 3 + 3 + 3
= 12
Jadi, untuk bilangan bulat a, b berlaku
a × b = ab
b. Perkalian bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif
3 × (–6) = (–6) + (–6) + (–6)
= –18
4 × (–12) = (–12) + (–12) + (–12) + (–12)
= –48
Jadi, untuk bilangan bulat a, b berlaku
a × ( -b) = – ab
c. Perkalian bilangan bulat negatif dan bilangan bulat positif
Jadi, untuk bilangan bulat a, b berlaku
(-a) × b = – (ab)
d. Perkalian bilangan bulat negatif dan bilangan bulat negatif
18
× × × × ×
×
×
Jadi, untuk bilangan bulat a, b berlaku
(-a) × ( –b) = ab
4. Sifat dan Operasi Pembagian Bilangan Bulat
I. Sifat Operasi Pembagian Bilangan Bulat
a. Pembagian pada bilangan bulat tidak bersifat komutatif
Untuk sembarang bilangan bulat p dan q, dengan p, q ∉{0,1},
maka:
p : q ≠ q : p
Contoh: 12 : (–6) ≠ (–6) : 12
b. Pembagian pada bilangan bulat tidak bersifat asosiatif
Untuk sembarang bilangan bulat p, q, dan r dengan p, q, r ∉{0,1}
maka:
(p : q) : r ≠ p : (q : r)
Contoh: ((–48) : 8): (–2) ≠ (–48) : (8 : (–2))
c. Pembagian pada bilangan bulat tidak bersifat tertutup, karena
pembagian dua bilangan bulat tidak selalu menghasilkan bilangan
bulat.
Terdapat p, q ∈ℤ sehingga (p : q) ∉ℤ dengan ℤ himpunan
bilangan bulat.
Contoh: (–4) : 8 = −1
2 ; (–4) dan 8 bilangan bulat.
Sedangkan (−12 )∉bilangan bulat
19
d. Hasil bagi bilangan bulat dengan 0, hasilnya adalah tidak
terdefinisi
Jika a adalah bilangan bulat, maka:
a : 0 → tidak terdefinisi (~)
0 : a → 0 (nol)
Contoh:
1. 5 : 0 = tidak terdefinisi ( ~)
2. 0 : 2 = 0
II. Operasi Pembagian Bilangan Bulat
Operasi pembagian merupakan kebalikan dari operasi perkalian
18 : 3 = 6 6 × 3 = 18
36 : 4 = 9 9 × 4 = 36
Jadi, untuk bilangan bulat a, b, dan c berlaku
a: b= c c × b = a
a. Pembagian bilangan bulat negatif dan bilangan bulat positif
– 18 : 6 = – 3 – 3 × 6 = –18
– 32 : 4 = – 8 – 8 × 4 = – 32
– 45 : 9 = – 5 – 5 × 9 = – 45
Jadi untuk bilangan bulat a, b, dan c berlaku
( –a): b= c c × b =( –a)
b. Pembagian bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif
18 : (– 3) = –6 – 6 × (– 3) = 18
36 : (– 4) = – 9 – 9 × (- 4) = 36
24 : (– 6) = – 4 – 4 × (– 6) = 24
Jadi untuk bilangan bulat a, b, dan c berlaku
a : (–b)= c ….. c × ( –b) = a
c. Pembagian bilangan bulat negatif dan bilangan bulat negatif
–18 : (– 3) = 6 . 6 × (– 3) = –18
– 42 : (–6) = 7 . 7 × (– 6) = – 42
–72 : (– 8) = 9 . 9 × (– 8) = –72
20
Jadi, untuk bilangan bulat a, b, dan c berlaku
-a: (– b)= c … c × ( – b) = –a
2.4 Perpangkatan Bilangan Bulat Positif
1. Pengertian Perpangkatan Bilangan
Kuadrat atau pangkat dua suatu bilangan adalah mengalikan suatu
bilangan dengan bilangan itu sendiri. Lebih lanjut, perpangkatan suatu
bilangan artinya perkalian berulang dengan bilangan yang sama.
Perhatikan perpangkatan bilangan pokok 2 berikut.
21 = 2
22 = 2 × 2 (22 dibaca 2 kuadrat atau 2 pangkat 2)
= 4
23 = 2 × 2 × 2 (23 dibaca 2 pangkat 3)
= 8
2n = 2 × 2 × 2 × …× 2 (2n dibaca 2 pangkat n)
sebanyak n faktor
Secara umum dapat dituliskan sebagai berikut. Untuk sebarang
bilangan bulat p dan bilangan bulat positif n, berlaku
pn = p × p × p × …× p
sebanyak n faktor
dengan p disebut bilangan pokok dan n disebut pangkat (eksponen). Untuk
p ≠ 0 maka p0 = 1 dan p1 = p. Pada pembahasan kali ini, kita hanya akan
membahas perpangkatan bilangan bulat dengan pangkat bilangan bulat
positif.
2. Sifat-Sifat Bilangan Bulat Berpangkat Bilangan Bulat Positif
a. Sifat perkalian bilangan bulat berpangkat bilangan bulat positif
Perhatikan perkalian bilangan bulat berpangkat berikut.
32 × 33 = (3 × 3) × ( 3 × 3 × 3)
21
2 faktor 3 faktor
= (3 × 3 × 3 × 3 × 3)
5 faktor
.= 35
Jika m, n bilangan bulat positif dan p bilangan bulat maka
pm × pn = (p × p × p ×…× p) × ( p × p × p × …× p)
m faktor . n faktor
= p × p × p ×…× p × p × p × p ×…× p
(m+n) faktor
= pm+n
Jadi, pm × pn = pm+n
b. Sifat pembagian bilangan bulat berpangkat bilangan bulat positif
Untuk memahami sifat pembagian bilangan berpangkat,
perhatikan pembagian bilangan bulat berpangkat berikut:
55 : 53 = (5 × 5 × 5 × 5 × 5) : (5 × 5 × 5)
5 faktor 3 faktor
= 5 × 5
= 52
Jika m, n bilangan bulat positif dan p bilangan bulat maka
pm : pn = ( p × p × …× p) : (p × p ×…× p)
m faktor n faktor
= ( p × p × …× p)
(m-n) faktor
= pm-n
Jadi, pm : pn = pm-n
22
c. Sifat perpangkatan bilangan bulat berpangkat bilangan bulat positif
Untuk memahami sifat perpangkatan bilangan bulat berpangkat
perhatikan hal berikut:
(22)3 = (22) × (22) × (22)
= (2 × 2) × ( 2 × 2) × ( 2 × 2)
2 faktor 2 faktor 2 faktor
= (2 × 2 × 2 × 2 × 2 × 2)
6 faktor
= 26
Jika m, n bilangan bulat positif dan p bilangan bulat maka
(pm)n = (pm) × (pm) × …× (pm)
n faktor
= (p × p × …× p) × (p × p × …× p) × (p × p × …× p)
m faktor m faktor m faktor
n faktor
= (p × p × …× p × p × p × …× p × p × p × …× p)
(m × n) faktor
= pm×n
Jadi, (pm)n = p m×n
d. Sifat perpangkatan bilangan bulat positif dalam perkalian atau
pembagian
Sifat perpangkatan bilangan bulat positif dalam perkalian
Untuk memahami sifat perpangkatan dalam perkalian,
perhatikan uraian berikut:
(5 × 2)3 = 103 = 10 × 10 × 10 = 1.000
23
(5 × 2)3 = 53 × 23 = 125 × 8 = 1.000
(2 × 3)2 = 62 = 6 × 6 = 36
(2 × 3)2 = 22 × 32 = 4 × 9 = 36
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita tuliskan sebagai berikut:
Jika m bilangan bulat positif dan p, q bilangan bulat maka
(p × q)m = (p × q) × (p × q) × … × (p × q)
m faktor
= (p × p × …× p) × (q × q ×…× q)
m faktor m faktor
= pm × q m
Jadi, (p × q)m = pm ×q m
Sifat perpangkatan bilangan bulat positif dalam pembagian
Untuk memahami sifat perpangkatan dalam pembagian,
perhatikan uraian berikut:
(8 : 2)3 = 43 = 4 × 4 × 4 = 64
(8 : 2)3 = 83 : 23 = 512 : 8 = 64
(6 : 3)2 = 22 = 2 × 2 = 4
(6 : 3)2 = 62 : 32 = 36 : 9 = 4
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita tuliskan sebagai berikut:
Jika m bilangan bulat positif dan p, q bilangan bulat maka
(p : q)m = (p : q) × (p : q) × … × (p : q)
m factor
= (p × p × …× p) : (q × q ×…× q)
m faktor m faktor
= pm : q m
Jadi, (p : q)m = pm : q m
24
3. Kuadrat dan Akar Kuadrat serta Pangkat Tiga dan Akar Pangkat
Tiga Bilangan Bulat Positif
a. Kuadrat dan akar kuadrat bilangan bulat positif
Kalian telah mengetahui bahwa a2 = a × a di mana a2 dibaca a
kuadrat atau a pangkat dua. Jika a = 2 maka a2 = 2 × 2 = 4. Hal ini
dapat ditulis √a2 = √4 = √22 = 2. √4dibaca akar pangkat dua dari 4
atau akar kuadrat dari 4.
Contoh : √81 = b 81 = 92 = 9 × 9 b = 9
√20= b 20 = b2 b = nilainya tidak bulat
√20=√4×5=√4×√5=2√5Secara umum dapat dituliskan sebagai berikut. a2 = b sama
artinya dengan √b=a.
b. Pangkat tiga dan akar pangkat tiga bilangan bulat positif
Di bagian depan telah dijelaskan bahwa operasi perpangkatan
merupakan perkalian berulang dengan unsur yang sama. Hal ini juga
berlaku pada bilangan berpangkat tiga a3 = a × a × a. Bentuk a3 disebut
pangkat tiga dari a.
Jika a = 2 maka a3 = 23 = 2 × 2 × 2 = 8. Hal ini dapat ditulis pula
bahwa 3√8=2 dan dibaca akar pangkat tiga dari 8 = 2.
a3 = b sama artinya dengan 3√b=a
Contoh:
3√27=b 27 = 33 = 3 × 3 × 3 b = 3
3√54=.. . 3√27×2=
3√27×3√2 = 33√2
2.5 Operasi Hitung Campuran pada Bilangan Bulat
Dalam menyelesaikan operasi hitung bilangan bulat, terdapat dua hal
yang perlu kalian perhatikan, yaitu:
1. Tanda operasi hitung
2. Tanda kurung
25
Apabila dalam suatu operasi hitung campuran bilangan bulat terdapat
tanda kurung, pengerjaan yang berada dalam tanda kurung harus dikerjakan
terlebih dahulu.
Apabila dalam suatu operasi hitung bilangan bulat tidak terdapat
tanda kurung, pengerjaannya berdasarkan sifat-sifat operasi hitung berikut.
1. Operasi penjumlahan (+) dan pengurangan (–) sama kuat, artinya operasi
yang terletak di sebelah kiri dikerjakan terlebih dahulu.
2. Operasi perkalian (×) dan pembagian (:) sama kuat, artinya operasi yang
terletak di sebelah kiri dikerjakan terlebih dahulu.
3. Operasi perkalian (×) dan pembagian (:) lebih kuat daripada operasi
penjumlahan (+) dan pengurangan (–), artinya operasi perkalian (×) dan
pembagian (:) dikerjakan terlebih dahulu daripada operasi penjumlahan (+)
dan pengurangan (–).
Contoh:
1. 4 x 5 – 6 : 2
Penyelesaian:
(4 x 5) – 8 : 2 = 20 – 8 : 2
= 20 – 4
= 16
2. Tina memiliki 60 permen lolipop, dia memberikannya secara merata
kepada 3 orang keponakannya yaitu Ika, Ulan, dan Gunarta. Kemudian
adik Ika yang bernama Dwi datang meminta bagian permen. Karena Dwi
menangis merengek meminta permen, Ika, Ulan, dan Gunarta masing-
masing memberikan 4 bagian permennya kepada Dwi. Berapakah sisa
permen yang dimiliki Ika?
Penyelesaian:
Dari soal diatas, diketahui bahwa 60 permen Tina dibagikan
kepada 3 orang keponakannya, ini berarti Ika, Ulan, dan Gunarta masing-
masing memiliki 20 permen. Karena Dwi menangis, Ika, Ulan, dan
Gunarta masing-masing memberikan 4 buah permennya kepada Dwi
sehingga masing-masing permen yang dimiliki mereka dikurangi 4 buah.
Jadi permen yang dimiliki Ika sekarang adalah 60 : 3 – 4 = 16.
26
3. Semula Andi memiliki 10 buah kelereng. Saat bermain kelereng bersama
teman-temannya, Andi menang dan jumlah kelerangnya menjadi 3 kali
lipat dari semula. Kemudian keesokan harinya ibu Andi membelikan
Andi 5 buah kelereng. Akan tetapi karena kecerobohan Andi, 2 buah
kelereng hilang. Berapakah kelerang yang dimiliki Andi sekarang?
Penyelesaian:
Dari soal di atas, diketahui bahwa mula-mula Andi memiliki 10
kelereng, karena menang dalam permainan, kelereng Andi menjadi 3 kali
semula. Ini berarti jumlah kelereng Andi menjadi 10 x 3 = 30. Kemudian
karena ibunya membelikan 5 buah kelereng dan karena 2 kelerengnya
hilang, ini berarti kelereng yang dimiliki Andi sekarang adalah 10 x 3 + 5
– 2 = 33.
2.6 Perkembangan Antara Bilangan Asli, Cacah, dan Bulat
Secara sederhana, sejarah bilangan dapat dimulai dengan bilangan asli.
Bilangan asli merupakan bilangan yang pertama kali dikenal manusia. Hal
ini, karena secara alamiah manusia akan melihat berbagai benda/objek dan
kemudian untuk keperluan tertentu mereka harus menghitungnya. Mereka
memiliki, uang, kambing, anak, pohon, saudara, dan lain-lain. Untuk
menghitung benda-benda tersebut bilangan yang digunakan adalah bilangan
asli. Tentu saja mereka tidak menyadari bahwa bilangan yang mereka
gunakan untuk menghitung tersebut adalah bilangan asli. Penamaan tersebut
dilakukan setelah jaman modern untuk keperluan pengembangan ilmu
pengetahuan. Dengan demikian, kita dapat mendefinisikan bahwa bilangan
asli adalah bilangan yang digunakan untuk menghitung. Notasi himpunan
bilangan asli adalah ℕ. Anggota bilangan asli adalah ℕ ={1,2,3,…}.
Bilangan asli yang sudah dikenal tentu harus dilengkapi dengan suatu
aturan untuk mengoperasikan bilangan tersebut. Operasi tersebut adalah
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Kita sudah
mengetahui bahwa bilangan asli bersifat tertutup terhadap penjumlahan.
Artinya, penjumlahan dua bilangan asli akan menghasilkan bilangan asli.
Tetapi tidak demikian dengan pengurangan. Kita akan mendapati bahwa jika
27
sebuah bilangan asli dikurangi dengan bilangan asli hasilnya belum tentu
bilangan asli. Sebagai contoh, 5 - 5 = 0. Jelas bahwa bukan anggota bilangan
asli. Oleh karena itu, sistem bilangan asli harus diperluas dengan
menyertakan 0 sebagai anggota. Perluasan ini kemudian dikenal sebagai
bilangan cacah.
Perkembangan selanjutnya, bilangan cacah pun ternyata tidak dapat
sepenuhnya merepresentasikan objek dalam dunia nyata. Dalam dunia nyata
ada orang yang memiliki uang, ada orang yang tidak memiliki uang, dan
bahkan ada orang yang memiliki utang. Keadaan pertama dapat kita tulis
dengan bilangan asli, sedangkan keadaan kedua bisa kita tulis dengan
bilangan 0. Bagaimana dengan keadaan yang ketiga jika yang menjadi
kerangka acuan adalah keberadaan uang. Hal ini akan membawa kita pada
perluasan sistem bilangan cacah menjadi menjadi bilangan bulat. Perluasan
bilangan bulat dapat juga dijelaskan dengan operasi pada dua bilangan bulat.
Dengan operasi pengurangan, ternyata diketahui bahwa jika dua bilangan
cacah dikurangkan maka hasilnya belum tentu bilangan cacah. Sebagai
contoh, 6 – 4 = 2 dan 2 masih merupakan bilangan cacah, tetapi 4 – 6 tidak
ada interpretasinya dalam bilangan cacah. Selanjutnya digunakan bilangan
negatif untuk menyatakan hasil 4 – 6. Dengan demikian, karena 4 – 6
merupakan kebalikan dari 6 –4, maka 4 – 6 = –2. Gabungan bilangan cacah
dengan bilangan negatif ini yang kemudian membentuk bilangan bulat.
Notasi himpunan bilangan bulat adalah ℤ , dan anggota bilangan bulat adalah ℤ ={…,-3,-2,-1,0,1,2,3,…}.
Perhatikan bahwa -2 tidak hanya dihasilkan dari 4 – 6, tetapi dapat
juga dihasilkan dari 5 – 7, 10 – 12, 20 – 22 dan masih banyak lagi.
Berdasarkan hal tersebut, setiap bilangan bulat mewakili suatu hasil
pengurangan dalam cacah. Sebagai contoh, bilangan 2 mewakili hasil-hasil
dari {2 – 0, 3 – 1, 4 – 2, …}. Bilangan –3 mewakili hasil-hasil dari {0 – 3, 2,
5, 7 – 10, …}. Hal ini berarti anggota himpunan bilangan bulat adalah hasil
operasi pengurangan pada bilangan cacah.
Bilangan bulat yang disertai dengan operasi penjumlahan dan
perkalian membentuk struktur tertentu dalam matematika. Struktur yang
28
dimiliki bilangan bulat terhadap operasi penjumlahan, sistem bilangan bulat
membentuk grup yang komutatif (grup abelian). Hal ini berarti terhadap
penjumlahan bilangan bulat bersifat tertutup, asosiatif, memiliki unsur
identitas, memiliki invers (lawan) dan komutatif. Terhadap perkalian,
bilangan bulat memiliki sifat, tertutup, komutatif, asosiatif, dan mempunyai
unsur identitas. Dengan demikian, sistem bilangan bulat memiliki sifat yang
lebih lengkap daripada sistem bilangan sebelumnya.
Skema perkembangan bilangan bulat
Bilangan Asli
Bilangan Cacah
Bilangan Bulat
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Sistem bilangan bulat tercipta sebagai perluasan sistem bilangan cacah
untuk mendapatkan bilangan yang tertutup terhadap operasi pengurangan.
Bilangan bulat adalah bilangan bukan pecahan yang terdiri dari:
Bilangan bulat positif (1, 2, 3, 4, 5, …)
Bilangan nol : 0
Bilangan bulat negatif ( …,-5,-4,-3,-2,-1)
Untuk setiap bilangan bulat mempunyai 2 karakteristik yaitu
a. Karakteristik tanda yang terdiri atas tanda positif dan tanda negatif.
b. Karakteristik kuantitas.
Hubungan antara dua bilangan bulat p, q yaitu
a. Jika p terletak di sebelah kanan q maka p > q dan (p–q) menghasilkan
bilangan positif.
b. Jika p terletak di sebelah kiri q maka p < q dan (p–q) menghasilkan
bilangan negatif.
Terdapat 4 operasi pada bilangan bulat yaitu: operasi penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Kuadrat atau pangkat dua suatu bilangan adalah mengalikan suatu
bilangan dengan bilangan itu sendiri. Lebih lanjut, perpangkatan suatu
bilangan artinya perkalian berulang dengan bilangan yang sama.
3.2 Saran
Dalam matematika, bilangn bersifat sangat mendasar sehingga mendasari
hampir semua cabang matematika. Maka dari itu, sebaiknya pembaca dapat
mengaplikasikan bilangan dengan kehidupan sehari-hari sehingga dapat
memudahkan dalam mempelajari bilangan.
30