BIB 02 Hermeneutika 2

2

Click here to load reader

Transcript of BIB 02 Hermeneutika 2

Page 1: BIB 02 Hermeneutika 2

1/2

HERMENEUTIKA

Prinsip Khusus Penafsiran

Yakub Tri Handoko, M. Th.

Prinsip khusus berkaitan dengan jenis literatur (genre atau form) suatu teks. Alkitab terdiri dari

berbagai jenis literatur, misalnya narasi, surat kiriman, puisi, apokaliptik (misalnya kitab

Wahyu), perumpamaan, dll. Keunikan jenis literatur ini menuntut prinsip penafsiran yang

khusus. Memperhitungkan keterbatasan waktu, tulisan ini hanya akan membahas prinsip dasar

dalam jenis apokaliptik dan perumpamaan.

Apokaliptik

Tulisan apokaliptik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: penggunaan simbol-simbol, penerimaan

visi (penglihatan) melalui malaikat, perhatian pada akhir jaman, dll. Perlu diketahui, sebelum

kitab Wahyu ditulis sudah ada sekelompok tulisan apokaliptik dalam budaya Yahudi. Para

sarjana bahkan menganggap sebagian dari Zakharia dan Daniel sebagai apokaliptik.

Berikut ini adalah pedoman umum yang perlu diketahui:

(1) Akhir jaman bagi gereja mula-mula sudah dimulai pada jaman mereka (Kis 2:17).

(2) Tidak semua bagian kitab Wahyu adalah nubuat (misalnya ps 2-3).

(3) Simbol-simbol tersebut tidak boleh diinterpretasikan secara literal. Contoh: 144.000

merujuk pada kegenapan seluruh umat Allah: 12 patriakh (representasi umat Allah di PL) x

12 rasul (representasi umat Allah di PB) x 1000 (angka kegenapan atau kesempurnaan).

(4) Semua simbol harus diinterpretasikan sesuai dengan pemahaman penerima kitab tentang

simbol-simbol tersebut.

(5) Simbol-simbol yang sudah dijelaskan oleh Yohanes harus dijadikan sebagai tolak ukur

dalam menginterpretasikan simbol yang lain.

� Seorang yang menyerupai Anak Manusia = Kristus yang mati dan hidup selamanya

(1:17-18).

� Kaki dian emas = ketujuh jemaat (1:20).

� Tujuh bintang = tujuh malaikat jemaat = penatua? (1:20).

� Naga yang besar = iblis (12:9; 20:2).

� Tujuh kepala = tujuh gunung dan tujuh raja (17:9, 10).

� Sepuluh tanduk = sepuluh raja (17:12).

� Perempuan pelacur = kota yang besar = Roma? (17:18).

� Lenan halus = perbuatan benar dari orang kudus (19:8).

(6) Sumber simbol yang dipakai berasal dari Perjanjian Lama (terutama Yesaya, Yehezkiel,

Daniel), tulisan apokaliptik Yahudi, beberapa mitologi kuno, konsep kontemporer

penerima surat berkaitan dengan pemerintah Romawi. Simbol tidak boleh ditafsirkan dari

kacamata modern. Contoh: 10 tanduk = MEE?

(7) Beberapa simbol bisa memiliki arti yang berbeda. Contoh: perempuan dalam ps. 12

berbeda dengan perempuan dalam ps. 17.

Page 2: BIB 02 Hermeneutika 2

2/2

(8) Tidak setiap simbol yang ada harus dicari artinya. Perhatian utama harus diberikan pada

maksud utama suatu penglihatan. Detail yang ada kadang berfungsi untuk: 1) mendapatkan

efek dramatis – 6:12-14; 2) memperjelas gambaran keseluruhan supaya penerima surat

tidak salah menangkap artinya – 9:7-11.

(9) Rangkaian penglihatan yang ada tidak boleh dimengerti secara kronologis.

� Ada kesamaan atau paralel antara tujuh meterai, tujuh sangkakala dan tujuh

malapetaka.

� Kedatangan Kristus (=penghakiman) ditulis dalam berbagai tempat yang berbeda (1:7;

6:16; 7:17; 11:18; 14:15-16; 16:17-21; 19:11-21; 20:11-15).

Perumpamaan

Berikut ini adalah beberapa pedoman dasar penafsiran perumpamaan:

(1) Perumpamaan tidak boleh ditafsirkan secara alegoris (setiap kata memiliki arti rohani).

Contoh: dua dinar (Luk 10:35) tidak mungkin merujuk pada PL dan PB, karena pada waktu

Yesus mengajarkan perumpamaan ini belum ada satu kitab PB pun yang ditulis.

(2) Perhatian harus lebih difokuskan pada inti pengajaran yang ingin disampaikan dalam suatu

perumpamaan. Inti pengajaran ini dapat dilihat dari:

� Tujuan perumpamaan (Luk 18:1).

� Latar belakang perumpamaan (Luk 10:29-30; 15:1-2).

� Topik pembicaraan (Hal Kerajaan surga seperti...., Mat 13)

� Konklusi di akhir perumpamaan (Luk 16:9-13).

(3) Penafsir juga perlu memperhatikan kepada siapa suatu perumpamaan diberikan (Luk 9:10-

11).

(4) Detail perumpamaan harus dilihat dari sisi kultural bangsa Yahudi. Contoh: ‘sepatu’ di Luk

15:22 menunjukkan penerimaan kembali sebagai anak (bukan budak). Kata ini tidak boleh

dihubungkan dengan Ef 6:15 (sepatu = kerelaan memberitakan Injil).

Latihan:

1. Apakah yang dimaksud dengan ‘semuanya itu’ di Mat 6:32?

2. Apakah Yoh 3:16 bertentangan dengan 1Yoh 2:15?

3. Apakah ‘penuh Roh Kudus’ harus berbahasa roh? Bandingkan pemunculan frase ‘penuh Roh

Kudus’ berikut ini: Luk 1:15, 41, 67; 4:1; Kis 4:8, 31; 6:3, 5; 7:55; 9:17; 11:24; 13:9).

4. Bacalah Ibrani 11:1-40 secara seksama. Apakah orang yang beriman pasti ditolong

(mendapatkan kelepasan) dari Allah?

5. Apakah inti perumpamaan Anak yang Hilang di Luk 15? #