Web viewAir merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus hidrologi. Menurut Asdak...

29
ACARA II MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) III I. TUJUAN 1.Agar mahasiswa dapat menyusun sebuah peta lereng. 2.Agar mahasiswa dapat menyusun sebuah peta penggunaan lahan. 3.Agar mahasiswa dapat menyusun sebuah peta tanah. 4.Agar mahasiswa dapat menyusun peta satuan lahan. 5.Agar mahasiswa dapat menghitung volume curah hujan (Vh). 6.Agar mahasiswa dapat menghitung besar aliran (Q) / run off. 7.Agar mahasiswa dapat menghitung volume aliran permukaan (Vp). 8.Agar mahasiswa mampu menentukan kualitas penutupan lahan suatu Daerah Aliran Sungai (R). II. ALAT DAN BAHAN 1.Peta Rupabumi Indonesia Lembar 1507-444 Bungkal skala 1 : 25.000 2.Kertas kalkir 3.Block millimeter 4.Penggaris 5.Benang 6.Kalkulator 7.Alat tulis menulis

Transcript of Web viewAir merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus hidrologi. Menurut Asdak...

Page 1: Web viewAir merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus hidrologi. Menurut Asdak (1995: 7) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah perjalanan air dari

ACARA II

MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) III

I. TUJUAN

1. Agar mahasiswa dapat menyusun sebuah peta lereng.

2. Agar mahasiswa dapat menyusun sebuah peta penggunaan lahan.

3. Agar mahasiswa dapat menyusun sebuah peta tanah.

4. Agar mahasiswa dapat menyusun peta satuan lahan.

5. Agar mahasiswa dapat menghitung volume curah hujan (Vh).

6. Agar mahasiswa dapat menghitung besar aliran (Q) / run off.

7. Agar mahasiswa dapat menghitung volume aliran permukaan (Vp).

8. Agar mahasiswa mampu menentukan kualitas penutupan lahan suatu

Daerah Aliran Sungai (R).

II. ALAT DAN BAHAN

1. Peta Rupabumi Indonesia Lembar 1507-444 Bungkal skala 1 : 25.000

2. Kertas kalkir

3. Block millimeter

4. Penggaris

5. Benang

6. Kalkulator

7. Alat tulis menulis

III. CARA KERJA

1. Menyusun sebuah peta lereng dari Daerah Aliran Sungai (DAS).

2. Menyusun sebuah peta penggunaan lahan dari Daerah Aliran Sungai

(DAS).

3. Menyusun sebuah peta tanah dari Daerah Aliran Sungai (DAS).

4. Menyusun sebuah peta satuan lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan

cara mengoverlay ketiga peta tersebut diatas (peta lereng, peta penggunaan

lahan, dan peta tanah).

Page 2: Web viewAir merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus hidrologi. Menurut Asdak (1995: 7) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah perjalanan air dari

5. Menghitung volume curah hujan (Vh), besar aliran permukaan/run off (Q),

menentukan besar volume aliran permukaan (Vp) serta menentukan

kualitas penutupan lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan

menggunakan unit analisis satuan lahan.

IV. DASAR TEORI

Air merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus

hidrologi. Menurut Asdak (1995: 7) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah

perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan

kembali lagi ke laut yang tidak pernah habis, air tersebut akan tertahan sementara

di sungai, danau, dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia, hewan,

dan tumbuhan.

Air menguap dari permukaan bumi laut akibat energi panas matahari. Uap

air tersebut dibawa oleh udara yang bergerak. Dalam kondisi yang

memungkinkan, uap tersebut mengalami kondensasi dan membentuk butir-butir

air yang akan jatuh kembali sebagai presipitasi berupa hujan atau salju. Presipitasi

akan jatuh di laut, darat, dan sebagaian langsung menguap kembali sebelum

mencapai permukaan bumi.

Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan masuk ke

dalam tanah (infiltration), sedangkan air hujan yang tidak terserap ke dalam tanah

akan tertampung sementara dalam cekungan-cekungan permukaan tanah (surface

detention) untuk kemudian mengalir di atas permukaan ke tempat yang lebih

rendah (runoff) untuk selanjutnya masuk ke sungai. Air infiltrasi akan tertahan di

dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk kelembaban

tanah. Apabila tingkat kelembaban air tanah telah cukup jenuh maka air hujan

yang baru masuk ke dalam tanah akan bergerak lateral untuk selanjutnya pada

tempat tertentu akan keluar lagi ke permukaan tanah (subsurface flow) dan

akhirnya mengalir ke sungai. Alternatif lainnya, air hujan yang masuk ke dalam

tanah tersebut akan vertikal ke tanah yang lebih dalam dan menjadi bagian dari air

tanah (groundwater).

Secara umum, air infiltrasi akan mengalir ke sungai atau danau, namun ada

sebagian air infiltrasi yang tetap tinggal dalam lapisan tanah bagian atas (top soil)

Page 3: Web viewAir merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus hidrologi. Menurut Asdak (1995: 7) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah perjalanan air dari

untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer melalui permukaan tanah

(evaporation) dan melalui permukaan tajuk vegetasi (transpiration). Secara

sederhana siklus hidrologi dapat ditunjukan seperti pada gambar berikut :

Gambar 1. Siklus Hidrologi

Limpasan terdiri dari air yang berasal dari tiga sumber yaitu aliran

permukaan, aliran antara, dan aliran air tanah. Aliran permukaan (surface flow)

merupakan bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan tanah

menuju ke sungai, danau, dan lautan (Asdak, 1995). Aliran permukaan terjadi

apabila intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi air tanah, dimana dalam hal

ini tanah telah jenuh air. Aliran antara (interflow) adalah aliran dalam arah lateral

yang terjadi di permukaan tanah. Aliran antara terdiri dari gerakan air dan lengas

tanah secara lateral menuju elevasi yang lebih rendah, yang akhirnya masuk ke

sungai. Proses aliran ini lebih lambat dari aliran permukaan, dengan tingkat

kelambatan dalam beberapa jam sampai hari. Sedangkan aliran air tanah adalah

aliran yang terjadi di bawah permukaan air tanah ke elevasi yang lebih rendah

yang akhirnya menuju sungai. Air hujan yang terinfiltrasi melalui permukaan

tanah sebagian menjadi aliran antara dan sebagian yang lain mengalir ke bawah

(perkolasi) sehingga mencapai muka air tanah. Proses aliran air tanah ini lebih

lambat dari aliran antara, dengan tingkat kelambatan dalam mingguan sampai

tahunan.

Semua tipe aliran tersebut memberikan sumbangan pada aliran sungai.

Aliran permukan mulai terjadi segera setelah hujan, aliran antara agak lambat dan

aliran air tanah yang paling lambat sampai ke sungai. Dalam analisis hidrologi,

Page 4: Web viewAir merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus hidrologi. Menurut Asdak (1995: 7) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah perjalanan air dari

aliran permukaan dan aliran antara dapat disebut sebagi aliran langsung (direct

flow), sedangkan aliran air tanah disebut sebagai aliran tidak langsung. Apabila

terjadi hujan pada suatu daerah, aliran yang terjadi di sungai merupakan

sumbangan dari aliran langsung, sedangkan sumbangan dari air tanah merupakan

tanggapan yang tertunda. Meskipun tidak terjadi hujan, beberapa sungai masih

mengalirkan air. Aliran tersebut berasal dari sumbangan air tanah secara kontinyu.

Aliran air tanah yang mengisi sungai disebut sebagai aliran dasar (base flow).

Aliran permukaan dapat terkonsentrasi menuju sungai dalam waktu

singkat, sehingga aliran permukaan merupakan penyebab utama terjadinya banjir.

Jumlah aliran permukaan sangat bergantung pada intensitas hujan, kemiringan

lereng, jenis tanah, dan penggunaan lahan.

Intensitas hujan akan mempengaruhi debit dan volume aliran permukaan.

Jika intensitas hujan melebihi laju infiltrasi, maka akan terjadi limpasan

permukaan. Pengaruh faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan penggunaan

lahan terhadap aliran permukaan ditunjukkan dalam koefisien air larian (C).

Koefisien air larian adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara

besarnya aliran permukaan dan besarnya curah hujan. Nilai C berkisar antara 0

sampai 1. Nilai C = 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terdistribusi menjadi

air intersepsi dan terutama air infiltrasi, sebaliknya, untuk nilai C=1 menunjukkan

bahwa semua air hujan mengalir sebagai air larian. Angka C dipakai untuk

menghitung besarnya air larian (Q) dan mengidentifikasi kawasan resapan air

suatu daerah tangkapan. Angka koefisien air larian dapat dilihat pada Tabel 2

berikut.

Tabel 2. Nilai Koefisien Air Larian (C) untuk Metode Rasional Berdasarkan

Lereng, Penggunaan lahan, dan Tekstur Tanah

No. Penggunaan lahan Nilai C

0-5% 5-10% 10-30%

1. Urban areas

30%

50%

70%

0,40

0,55

0,65

0,50

0,65

0,80

-

-

-

2. Cultivated areas (daerah

Page 5: Web viewAir merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus hidrologi. Menurut Asdak (1995: 7) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah perjalanan air dari

olahan)

Sandy Loam

Clay and Silt Loam

Tight Clay

0,30

0,50

0,60

0,40

0,60

0,70

0,52

0,72

0,82

3. Pastures (padang rumput)

Sandy Loam

Clay and Silt Loam

Tight Clay

0,10

0,30

0,40

0,16

0,36

0,55

0,22

0,42

0,60

4. Forested areas (daerah

hutan)

Sandy Loam

Clay and Silt Loam

Tight Clay

0,10

0,30

0,40

0,25

0,35

0,50

0,30

0,50

0,60

Sumber: Kumar (1979:109)

Menurut Asdak (1995: 212) mengemukakan bahwa infiltrasi adalah

perjalanan air masuk ke dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke

arah lateral) dan gravitasi (gerakan air ke arah vertikal). Setelah keadaan jenuh

pada lapisan tanah bagian atas terlampaui, sebagian dari air tersebut mengalir ke

tanah yang lebih dalam sebagai akibat gaya gravitasi bumi dan dikenal sebagai

proses perkolasi. Air kapiler selalu bergerak dari daerah basah menuju daerah

yang lebih kering, dan akan berkurang dengan bertambahnya kelembaban tanah.

Gaya kapiler bekerja lebih kuat pada tanah dengan butiran halus seperti liat

daripada tanah berbutir kasar seperti pasir.

Menurut Steel (1984) dalam Suhardianto dkk (2002: 9-10) ada 3 faktor

yang mempengaruhi besarnya infiltrasi yaitu:

a. Karakteristik curah hujan

Curah hujan yang kecil kemungkinan diserap seluruhnya oleh tanah dan tidak

menghasilkan limpasan. Curah hujan yang besar menyebabkan pemadatan

permukaan tanah diakibatkan oleh hantaman butir-butir hujan. Hal ini

terutama terjadi pada tanah-tanah yang tidak diolah dan tidak ditanami atau

pada tanah-tanah yang diolah tetapi belum ditanami. Hantaman butir-butir

Page 6: Web viewAir merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus hidrologi. Menurut Asdak (1995: 7) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah perjalanan air dari

hujan segera menghilangkan porositas yang terbentuk karena pengolahan

tanah. Curah hujan yang semakin besar akan meningkatkan kelembaban tanah

dan menurunkan infiltrasi.

b. Karakteristik tanah

Semakin kecil ukuran pori pada permukaan tanah, semakin kecil pula

infiltrasinya. Partikel tanah berukuran kecil seperi liat memberikan ruang pori

yang kecil, sementara pasir dan kerikil adalah sebaliknya. Permukaan tanah

yang mengandung koloid liat apabila dibasahi akan menurunkan infiltrasi.

c. Penutupan tanah

Penutupan tanah akan melindungi permukaan tanah terhadap pemadatan oleh

hantaman butir-butir hujan. Kesempatan infiltrasi akan meningkat jika

penutupan permukaan tanah semakin rapat, karena vegetasi dapat mengurangi

air hujan sampai ke permukaan tanah dan menghambat aliran air di permukaan

tanah.

Dalam menentukan infiltrasi suatu permukaan tanah yang dihitung adalah

lajunya. Laju infiltrasi adalah banyaknya air yang masuk melalui tanah per satuan

waktu. Laju maksimal gerakan air masuk ke dalam tanah dinamakan kapasitas

infiltrasi. Kapasitas infitrasi sebagai laju infiltrasi maksimum yang dimiliki suatu

tanah dalam meresapkan air hujan yang jatuh di permukaannya. Jadi, jika curah

hujan sama atau lebih besar daripada infiltrasi maka laju infiltrasi sama dengan

kapasitas infiltrasi. Laju infiltrasi yang tinggi tidak hanya meningkatkan jumlah

air yang tersimpan dalam tanah, tetapi juga mengurangi besarnya banjir yang

diakibatkan oleh limpasan (runoff).

Secara kuantitatif, besarnya infiltrasi dapat diukur dengan melakukan

pengujian secara langsung di lapangan, yaitu menggunakan ring infiltrometer

dalam jangka waktu tertentu sehingga lapisan tanah telah mencapai tingkat

kejenuhan maksimal. Secara kualitatif besarnya laju infiltrasi dapat diperkirakan

berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi, seperti bentuklahan, kemiringan,

penggunaan lahan, tanah, tumbuh-tumbuhan, serta ada tidaknya genangan. Terkait

dengan faktor tanah terhadap infiltrasi, tanah berpasir mempunyai nilai infiltrasi

lebih tinggi dibandingkan tanah liat. Jenis tanah terbagi dalam empat kelompok,

yaitu:

Page 7: Web viewAir merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus hidrologi. Menurut Asdak (1995: 7) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah perjalanan air dari

a. Kelompok A, terdiri atas tanah dengan potensi limpasan rendah, mempunyai

laju infiltrasi tinggi, terutama untuk tanah pasir (deep sand) dengan silty dan

clay sangat sedikit, juga kerikil (gravel) yang sangat lulus air.

b. Kelompok B, terdiri dari tanah dengan potensi limpasan agak rendah, laju

infiltrasi sedang, tanah berbutir sedang (sandy soils) dengan laju meloloskan

air sedang.

c. Kelompok C, terdiri dari tanah dengan limpasan agak tinggi, laju infiltrasi

lambat jika tanah tersebut sepenuhnya masih basah, tanahnya berbutir sedang

sampai halus (clay dan colloids) dengan laju meloloskan air lambat.

d. Kelompok D, terdiri dari tanah dengan potensi limpasan tinggi, mempunyai

laju infiltrasi sangat lambat, terutama tanah liat (clay) dengan daya kembang

(swelling) tinggi, tanah dengan muka air tanah permanen tinggi, tanah dengan

lapis lempung di dekat permukaan dan tanah yang dilapisi dengan bahan

kedap air. Tanah ini mempunyai laju meloloskan air sangat lambat.

Tabel 4. Klasifikasi Tanah secara Hidrologi Berdasarkan Tekstur Tanah

No. Tekstur Tanah Laju Infiltrasi

Minimum (fc)

(mm/jam)

Pengelompok

an Tanah

Secara

Hidrologi

1. Pasir (Sand) 210 A

2. Pasir Berlempung (Loamy Sand) 61 A

3. Lempung Berpasir (Sandy Loam) 26 B

4. Lempung (Loam) 13 B

5. Lempung Berdebu (Silty Loam) 6,9 C

6. Lempung Liat Berpasir (Sandy Clay

Loam)

4,3 C

7. Lempung Liat Berdebu (Silty Clay

Loam)

2,3 D

8. Lempung Berliat (Clay Loam) 1,5 D

9. Liat Berpasir (Sandy Clay) 1,3 D

10. Liat Berdebu (Silty Clay) 1,0 D

11. Liat (Clay) 0,5 D

Page 8: Web viewAir merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus hidrologi. Menurut Asdak (1995: 7) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah perjalanan air dari

Satuan LahanLi-Pmk-III

Sumber: Triatmodjo (2009: 156)

Adapun klasifikasi laju infiltrasi menurut U.S Soil Conservation disajikan

pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Klasifikasi Laju Infiltrasi

No. Kelas Laju Infiltrasi (mm/jam)

1. Sangat Cepat > 254

2. Cepat 127 – 254

3. Agak Cepat 63 – 127

4. Sedang 20 – 63

5. Agak Lambat 5 – 20

6. Lambat 1 – 5

7. Sangat Lambat < 1

Satuan lahan merupakan satuan bentangalam yang digambarkan serta di

petakan atas dasar sifat fisik atau karakteristik lahan tertentu. Satuan lahan dapat

digunakan sebagai satuan analisis. Satuan lahan diperoleh dengan

menumpangsusunkan (overlay) peta penggunaan lahan, peta tanah, dan peta

lereng. Setiap satuan lahan dilakukan pengenalan sifat morfologi tanah dan

karakteristik lingkungan fisik dengan menggunakan data primer dan data

sekunder. Data-data tersebut meliputi tekstur tanah, kemiringan lereng,

penggunaan lahan, serta luas daerah pada setiap satuan lahan. Contoh penulisan

satuan lahan dalam penelitian ini sebagai berikut.

Kelas Lereng

Penggunaan Lahan

Jenis tanah

Vegetasi penutup lahan memegang peranan penting dalam proses

intersepsi hujan yang jatuh dan transpirasi air yang terabsorpsi oleh akar. Lahan

Page 9: Web viewAir merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus hidrologi. Menurut Asdak (1995: 7) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah perjalanan air dari

dengan penutupan yang baik memiliki kemampuan meredam energi kinetis hujan,

sehingga memperkecil terjadinya erosi percik ('splash erosion'), memperkecil

koefisien aliran sehingga mempertinggi kemungkinan penyerapan air hujan,

khususnya pada lahan dengan solum tebal ('sponge effect'). Dalam menentukan

baik atau buruknya suatu penutupan lahan suatu daerah ialah dengan

membandingkan antara Volume Curah Hujan (Vh) dengan Volume Aliran

Permukaan/run off (Vp) atau dengan rumus berikut ini,

R=VhVp

Keterangan :

Vh = Volume Curah Hujan

Vp = Volume Aliran Permukaan (run off)

Hasil perbandingan tersebut dapat menyatakan keadaan sebagai berikut :

- R > 0,5 menunjukkan bahwa penutupan lahan baik.

- R < 0,5 menunjukkan bahwa penutupan lahan jelek.

Dalam menentukan volume curah hujan (Vh) dihitung dengan

menggunakan rumus seperti berikut,

Vh=H × L

Keterangan :

Vh = Volume curah hujan

H = Tebal rata – rata curah hujan dalam setahun

L = Luas wilayah satuan lahan

Sedangkan, rumus untuk menentukan besar aliran permukaan/run off (Q)

ialah sebagai berikut :

Q=K × P

Keterangan :

Q = Besar Aliran Permukaan

K = Koefisien aliran permukaan/run off

P = Curah hujan rata – rata tahunan

Page 10: Web viewAir merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus hidrologi. Menurut Asdak (1995: 7) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah perjalanan air dari

Untuk mencari volume aliran permukaan (Vp) menggunakan rumus

berikut ini,

Vp=Q × L

Keterangan :

Vp = Volume Aliran Permukaan (m3)

Q = Besar aliran permukaan

L = Luas wilayah (m2)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Menghitung tingkat kelas kemiringan lereng DAS Pelem dan

melakukan pemetaan

Diketahui :

Ci = 12,5 m (pd peta rbi skala 1 : 25.000 )

Penyebut skala = 25.000 cm = 250 m

Diagonal = √sisi2+sisi2

n = jumlah kontur terpotong

Rumus : tg∝= (n−1 ) xCid x penyebut skala

Maka :

1. n=1

tg a= (1−1 ) x 12,5

√2 x250

tg a= 0

353,5

tg a= 0

a= 0 °

2. n=2

tg a= (2−1 ) x12,5

√2 x 250

tg a= 12,5

353,5

tg a= 0,0354

Page 11: Web viewAir merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus hidrologi. Menurut Asdak (1995: 7) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah perjalanan air dari

a= 2,004°

3. n=3

tg a= (3−1 ) x12,5

√2 x250

tg a= 25

353,5

tg a= 0,0709

a= 4,055°

4. n=4

tg a= (4−1 ) x12,5

√2 x 250

tg a= 37,5

353,5

tg a= 0,1063

a= 6,07°

5. n=5

tg a= (5−1 ) x12,5

√2 x 250

tg a= 50

353,5

tg a= 0,1418

a= 8,07°

6. n=6

tg a= (6−1 ) x12,5

√2 x 250

tg a= 62,5

353,5

tg a= 0,1773

a= 10,05°

7. n=7

tg a= (7−1 ) x12,5

√2 x 250

tg a= 75

353,5

tg a= 0,2127

a= 12,01°

Page 12: Web viewAir merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus hidrologi. Menurut Asdak (1995: 7) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah perjalanan air dari

8. n=8

tg a= (8−1 ) x12,5

√2 x250

tg a= 87,5

353,5

tg a= 0,2482

a= 13,94°

9. n=9

tg a= (9−1 ) x12,5

√2 x250

tg a= 100

353,5

tg a= 0,2836

a= 15,83°

10. n=10

tg a= (10−1 ) x12,5

√2 x 250

tg a= 112,5353,5

tg a= 0,3191

a= 17,7°

11. n=11

tg a= (11−1 ) x 12,5

√2 x 250

tg a= 125

353,5

tg a= 0,3546

a= 19,52

12. n=12

tg a= (12−1 ) x 12,5

√2 x 250

tg a= 137,5353,5

tg a= 0,390

a= 21,3°

Page 13: Web viewAir merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus hidrologi. Menurut Asdak (1995: 7) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah perjalanan air dari

13. n=13

tg a= (13−1 ) x12,5

√2 x250

tg a= 150

353,5

tg a= 0,425

a= 23,05°

14. n=14

tg a= (14−1 ) x12,5

√2 x250

tg a= 162,5353,5

tg a= 0,4609

a= 24,74°

15. n=15

tg a= (15−1 ) x12,5

√2 x250

tg a= 175

353,5

tg a= 0,4964

a= 26,40°

16. n=16

tg a= (16−1 ) x12,5

√2 x250

tg a= 187,5353,5

tg a= 0,53

a= 27,94°

17. n=17

tg a= (17−1 ) x12,5

√2 x250

tg a= 200

353,5

tg a= 0,56

Page 14: Web viewAir merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus hidrologi. Menurut Asdak (1995: 7) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah perjalanan air dari

a= 29,56°

Klasifikasi kelas lereng menurut van zuidam

Kelas Lereng Besar Sudut KlasifikasiI 0 o - 2 o DatarII 2 o - 4 o LandaiIII 4 o - 8 o MiringIV 8 o - 16 o Agak CuramV 16 o - 35 o CuramVI 35 o - 55 o Sangat CuramVII > 55 o Terjal

Sehingga

No. n kemiringan Kelas Lereng Keterangan

1. 1 0o I Datar

2. 2 2,004 ° II Landai

3. 3 4,055° II Landai

4. 4 6,07° III Miring

5. 5 8,07 ° III Miring

6. 6 10,05 ° IV Agak Curam

7. 7 12,01° IV Agak Curam

8. 8 13,94 ° IV Agak Curam

9. 9 15,83 ° IV Agak Curam

10. 10 17,7 ° V Curam

11. 11 19,52° V Curam

12. 12 21,3 ° V Curam

13. 13 23,05 ° V Curam

14. 14 24,74 ° V Curam

15. 15 26,40 ° V Curam

16. 16 27,94 ° V Curam

17. 17 29,56 ° V Curam

2. Menyusun sebuah peta penggunaan lahan dari Daerah Aliran Sungai

(DAS)

( Peta terlampir )3. Menyusun sebuah peta tanah dari Daerah Aliran Sungai (DAS)

Page 15: Web viewAir merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus hidrologi. Menurut Asdak (1995: 7) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah perjalanan air dari

( Peta terlampir )

4. Menyusun sebuah peta satuan lahan Daerah Aliran Sungai (DAS)

dengan cara meng-overlay ketiga peta tersebut diatas (peta lereng, peta

penggunaan lahan, dan peta tanah)

( Peta terlampir )

5. Menghitung volume curah hujan (Vh)

Diketahui : H = 1316mm/th = 1,316m/th

Rumus : Vh=H × L

Volume curah hujan dihitung setiap satuan lahan

6. Menghitung besar aliran / Runoff (Q)

Page 16: Web viewAir merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus hidrologi. Menurut Asdak (1995: 7) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah perjalanan air dari

7. Menghitung besar volume aliran permukaan (Vp)

Page 17: Web viewAir merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus hidrologi. Menurut Asdak (1995: 7) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah perjalanan air dari

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum di atas dapat dilakukan pembahasan sebagai

berikut:

Page 18: Web viewAir merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus hidrologi. Menurut Asdak (1995: 7) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah perjalanan air dari

Dalam praktikum geologi dan geomorfologi acara III ini, DAS yang

digunakan adalah DAS Pelem. DAS Pelem dapat dilihat di peta RBI Lembar

1507-444 Bungkal tahun 2001. Peta RBI Lembar 1507-444 Bungkal dapat

dijadikan sebagai basemap dalam pembuatan peta DAS Pelem. Secara

administratif, DAS Pelem terletak di Desa Koripan, Desa Pelem, Desa Munggu,

Desa Cepoko, dan Desa Ngrayun yang terletak di Kecamatan Bungkal Kabupaten

Ponorogo.

Pada langkah awal yang dapat dihitung yaitu tingkat kelas kemiringan

lereng DAS Palem dan melakukan pemetaan. Kelas klasifikasi lereng yang

digunakan adalah Klasifikasi Kelas Lereng Menurut Van Zuidam, yang terdiri

dari kelas I (datar), kelas II (landai), kelas III (miring), kelas IV (agak curam),

kelas V (curam), kelas VI (sangat curam), dan kelas VII (terjal). Dari DAS Palem

yang digunakan, dihasilkan V kelas lereng yaitu kelas I jumlah n = 1, kelas II

jumlah n = 2, kelas III jumlah n = 2, kelas IV jumlah n = 4, dan kelas V jumlah n

= 8. Adapapun untuk visualisasi kemiringan lereng menggunakan gradasi warna,

dimana semakin besar kemiringan lereng, maka warna yang divisualisasikan

semakin gelap. Adapun kelas lereng yang ada di DAS Pelem yaitu : Kelas I = 0 –

20(datar) , Kelas II =2 – 40 (landai) , Kelas III = 4 – 80 (miring), Kelas IV = 8-

160(agak curam) , Kelas V = 16-350 (curam).

Dengan menyusun peta penggunaan lahan dari DAS Palem. Dapat

diketahui bahwa di DAS Palem penggunaan lahannya yaitu untuk pemukiman,

sawah, hutan, semak belukar, dan tegalan.

Setelah di ketahui peta penggunaan lahan, kemudian dapat disusun peta

tanahnya. Tanah yang terdapat di DAS Palem terdiri dari tanah Litosol dan tanah

Latosol. Litosol solum dalam sehingga kecepatan air untuk infiltrasi besar dan

kecepatan runoff kecil. Latosol solum dangkal dan berada di lereng ang terjal,

sehingga koefisien runoff akan lebih besar.

Pada penyusunan peta satuan lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Palem

dilakukan dengan cara meng-overlay ketiga peta yang telah dibuat, yaitu peta

lereng, peta penggunaan lahan, dan peta tanah. Satuan lahan yang dihasilkan

adalah sebanyak 82 satuan lahan.

Page 19: Web viewAir merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus hidrologi. Menurut Asdak (1995: 7) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah perjalanan air dari

Pada langkah selanjutnya ada 3 hal yang dihitung yaitu menghitung volume curah

hujan per satuan lahan, menghitung besar aliran (runoff), dan menghitung volume

aliran permukaan. Untuk menghitung volume curah hujan per satuan lahan rumus

yang digunakan adalah V h=H × L. Dimana Vh = Volume curah hujan, H = Tebal

rata – rata curah hujan dalam setahun, dan L = Luas wilayah satuan lahan.

Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa volume curah hujan

tertinggi terdapat pada satlah La-Htn-V dengan tebal rata – rata curah hujan 1,316

dengan luas area 3562500 m2

Untuk menghitung besar aliran (runoff) digunakan rumus Q = K x P.

Dimana Q = Besar Aliran Permukaan, K = Koefisien aliran permukaan/run off ,

dan P = Curah hujan rata–rata tahunan. Berdasarkan tabel perhitungan dapat

diketahui bahwa runoff terbesar terletak pada satlah Li-Sw-V dengan runoff

sebesar 0,94752

Serta untuk menghitung volume aliran permukaan digunakan rumus Vp =

Q x L. Dimana Vp = Volume Aliran Permukaan (m3), Q = Besar aliran

permukaan, dan L = Luas wilayah (m2). Berdasarkan tabel perhitungan dapat

diketahui bahwa volume aliran permukaan terbesar terdapat pada satlah La-Htn-V

dengan volume aliran permukaan sebesar 2812950 m3.

Pada DAS Palem juga menentukan baik atau buruknya suatu penutupan

lahan di DAS Palem tersebut. Dalam menentukan baik atau buruknya suatu

penutupan lahan suatu daerah ialah dengan membandingkan antara Volume Curah

Hujan (Vh) dengan Volume Aliran Permukaan/run off (Vp) atau dengan rumus

berikut ini,

R=VhVp

Keterangan :

Vh = Volume Curah Hujan

Vp = Volume Aliran Permukaan (run off)

Hasil perbandingan tersebut dapat menyatakan keadaan sebagai berikut :

- R > 0,5 menunjukkan bahwa penutupan lahan baik.

- R < 0,5 menunjukkan bahwa penutupan lahan jelek.

Dan hasil penutupan lahan di DAS Palem menunjukkan bahwa seluruh penutupan

lahan di DAS Palem termasuk baik.

Page 20: Web viewAir merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus hidrologi. Menurut Asdak (1995: 7) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah perjalanan air dari

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kelas lereng yang ada di DAS Pelem yaitu : Kelas I = 0 – 20(datar) ,

Kelas II =2 – 40 (landai) , Kelas III = 4 – 80 (miring), Kelas IV = 8-

160(agak curam) , Kelas V = 16-350 (curam).

2. DAS Palem penggunaan lahannya yaitu untuk pemukiman, sawah, hutan,

semak belukar, dan tegalan.

3. Tanah yang terdapat di DAS Palem terdiri dari tanah Litosol dan tanah

Latosol.

4. Dari hasil overlay peta kemiringan lereng, peta tanah, dan eta penggunaan

lahan di DAS Pelem dapat diketahui bahwa satuan lahan yang dihasilkan

adalah sebanyak 82 satuan lahan.

5. Volume curah hujan tertinggi terdapat pada satlah La-Htn-V dengan tebal

rata – rata curah hujan 1,316 dengan luas area 3562500 m2

6. Runoff terbesar terletak pada satlah Li-Sw-V dengan runoff sebesar

0,94752

7. Volume aliran permukaan terbesar terdapat pada satlah La-Htn-V dengan

volume aliran permukaan sebesar 2812950 m3

8. Seluruh penutupan lahan di DAS Palem termasuk baik. Dengan nilai R

>0,5

VII.DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C.2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Bakosurtanal.2001.Peta Rupabumi Indonesia Lembar 1507-444 Bungkal skala 1 :

25.000. Cibinong : Bakosurtanal

Leo.2009. Hidrologi Dasar 1. http://leosejati.blogspot.com/2009/01/hidrologi-

dasar-1.html, dakses tanggal 21 Oktober 2012 pukul 20.56 WIB.

Lembaga Penelitian Tanah. 1966. Peta Tanah Tinjau Propinsi jawa Timur Skala 1

: 250.000.

Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta : Andi Offset

Page 21: Web viewAir merupakan sumberdaya alam dan akan mengalami suatu siklus hidrologi. Menurut Asdak (1995: 7) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah perjalanan air dari