Besarnya Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Pada Populasi Jawa.doc _ratnany
Transcript of Besarnya Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Pada Populasi Jawa.doc _ratnany
7/23/2019 Besarnya Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Pada Populasi Jawa.doc _ratnany
http://slidepdf.com/reader/full/besarnya-tingkat-kebutuhan-perawatan-ortodonti-pada-populasi-jawadoc-ratnany 1/4
Orthodontic Dental Journal Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2010; 26-29
26
Besarnya tingkat kebutuhan perawatan ortodonti pada populasi Jawa
(Orthodontic treatment need in Javanese)
Ratnany Indraswari1, Thalca Agusni2, Mieke Sylvia, M.A.R2
1 Peserta Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi2 Staf Pengajar Departemen Ortodontia
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
Surabaya-Indonesia
ABSTRACTThe increasing of education and living standard of the people makes them realized that they need to improve their
performance. One of the improvement they need is the treatment of orthodontics. Esthetic and malocclusion problems will be
increased at the same time with the increasing on demand and the understanding of the people about it. People who live in
Surabaya city consist of many kinds of population, however the major population is Javanese and Chinese ethnic. IOTN
which has Aesthetic Component (AC) and Dental Health Component (DHC) is used to measure the treatment need level oforthodontics because of it’s easy and practical used. So the Javanese and Chinese treatment need level of orthodontics can
be measured.
Key words: treatment need, IOTN, aesthetic component, dental health component.
Korespondensi (correspondence): Ratnany Indraswari, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Airlangga, Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo no.47 Surabaya 60123, Indonesia. Email: [email protected]
PENDAHULUANPenduduk Indonesia dulu berasal dari ras
Mongoloid dan Austromelanesid yang membentuksub-ras Proto-Melayu, selanjutnya Proto-Melayu
dengan Mongoloid membentuk Deutro-Melayuyang banyak menghuni pulau Jawa. Denganterjadinya makroevolusi dan pengaruh migrasirasial di Indonesia maka timbullah berbagaikelompok etnik termasuk Jawa dan Cina. Karenaetnik Jawa dan Cina berasal dari ras pokok yangsama maka tentunya mempunyai persamaanmorfologi struktur anatomi kraniofasial, tetapi
kenyataannya kedua kelompok etnik tersebutmemiliki ciri-ciri yang berbeda dalam bentuk mata,hidung, bibir, rambut dan warna kulit.
5
Ortodonti adalah ilmu yang mengawasi pertumbuhan dan perkembangan sistem pengunyahan, sehingga tidak terjadi penyimpangandan kelainan dan diperoleh bentuk wajah yang
menyenangkan dan fungsi pengunyahan yangmaksimal.
13 Oklusi gigi adalah salah satu unsur
yang penting dalam pengunyahan, estetika dan berbicara. Apabila terjadi sesuatu kelainan ataumaloklusi mungkin akan menyebabkan gangguan.Oleh karena itu perawatan yang dilakukan sedini
mungkin lebih baik daripada apabila sudah terjadikelainan, sebab perawatan maloklusi memerlukan
waktu, ketekunan dan biaya.
Maloklusi bukanlah merupakan suatu penyakitseperti karies gigi ataupun periodontitis tetapi
merupakan akibat dari variasi wajar yang terjadi pada suatu sistem biologis individual. Maloklusi
dapat timbul sejak usia anak masih sangat mudasekali dan kelainan dapat berkembang dengan bertambahnya usia anak bila tidak segera mendapat penanganan yang baik.2 Untuk memudahkan dalam pengelompokan maloklusi maka dibuat klasifikasimaloklusi. Angle membagi 3 kelas dalam maloklusiyaitu klas I, klas II dan klas III.15
Untuk menentukan kebutuhan perawatan
ortodonti, beberapa indeks telah dikembangkan,salah satunya adalah Index of Orthodontics
Treatment Need (IOTN), merupakan indeks yang
cukup sederhana, obyektif dan praktis yang disusunoleh Brook dan Shaw pada tahun 1989. Indeks ini bertujuan untuk menggolongkan maloklusi berdasarkan adanya kelainan susunan geligi dan
ketidaksempurnaan estetik secara perorangandengan cara menggolongkan individu yang akanmendapatkan manfaat secara maksimal dengan perawatan ortodonti. Selain untuk mengukurkebutuhan perawatan, IOTN dapat juga digunakanuntuk keperluan survei epidemiologi ataupun untuk
mengukur keberhasilan perawatan, indeks initergantung pada operator bagaimana ia ingin
memanfaatkan kelebihan yang terdapat pada indeks
tersebut.1 IOTN terdiri dari dua bagian yaitu
Research Report
7/23/2019 Besarnya Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Pada Populasi Jawa.doc _ratnany
http://slidepdf.com/reader/full/besarnya-tingkat-kebutuhan-perawatan-ortodonti-pada-populasi-jawadoc-ratnany 2/4
Orthodontic Dental Journal Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2010; 26-29
27
Aesthetic Component (AC) dan Dental Health
Component (DHC). DHC digunakan untuk menilaidan memberi skor bagi faktor oklusi dan gangguankesehatan rongga mulut, sedangkan ACmemberikan skor untuk derajat gangguan estetikyang disebabkan karena malposisi gigi anterior.8
Dalam beberapa penelitian DHC lebih seringdipergunakan daripada AC, dan dalam
penggunaannya DHC dipakai terlebih dahuludaripada AC.
14
DHC memiliki tingkat keparahanmaloklusi 1-5, dimana tingkat 1-2 biasanya tidakmemerlukan perawatan atau memerlukan perawatanringan, skor 3 dapat diartikan sebagai perawatan”borderline” atau sedang, dan skor 4-5 sangatmemerlukan perawatan. Untuk membantu
pengukuran DHC digunakan penggaris plastik yangtransparan dimana pada ujung penggaris digunakan
untuk menilai jarak gigit dan gigitan terbalik,sedangkan pada ujung yang lain digunakan untukmenilai besarnya gigitan terbuka,
tumpang gigit dan deviasi letak gigit.
Gambar 1. Penggaris plastik transparan untukmengukur DHC.12
AC dibuat untuk melengkapi DHC dengancara mengukur data dari susunan estetik gigi
anterior. AC terdiri dari 10 foto berwarna yangmenunjukkan tingkatan derajat yang berbeda dari penampilan estetik susunan geligi. Skor 1 dan 2umumnya tidak memerlukan perawatan, skor 3 dan4 dilakukan perawatan ringan, skor 5-7membutuhkan perawatan ”borderline”, dan skor8-10 sangat memerlukan perawatan.
Pada umumnya perawatan dalam masa geligi pergantian akan memberikan hasil yang
memuaskan dalam waktu yang relatif singkat,asalkan perawatan tersebut sesuai dengan pola pertumbuhan rahang dan geligi. Hal ini disebabkankarena dalam masa tersebut masih terdapat pertumbuhan dan perkembangan aktif.
Gambar 2. IOTN photographs berwarna untuk
mengukur AC.
3
BAHAN DAN METODESebuah studi memberikan bukti kepada para
klinisi bahwa DHC pada anak umur 11 tahun samadengan umur 19 tahun. Maka penggunaan yang
tepat untuk DHC adalah saat berumur 11 sampai 19tahun. Pada AC, perawatan akan menunjukkan hasil
yang baik apabila dilakukan pada umur 11 tahunkarena pertumbuhan geligi akan tetap konstansetelah umur 11 tahun.
4 Oleh karena itu seleksi
perawatan ortodonti sebaiknya dilakukan pada anak-anak Sekolah Dasar.
6
Pada penelitian ini populasi sampel yangdigunakan adalah pelajar SD Katolik VincensiusSurabaya umur 11-12 tahun yang beretnik Cina
dengan kriteria sampel kedua orang tua pelajar sertakakek dan neneknya berasal dari etnik Cina dan pelajar SDN Pacar Kembang I Surabaya umur 11-12tahun yang beretnik Jawa dengan kriteria sampelkedua orang tua pelajar serta kakek dan neneknya berasal dari etnik Jawa. Dalam penelitian ini tidakdibedakan jenis kelamin dan sampel belum pernah
mendapatkan perawatan ortodonti sebelumnya.Sebelum penelitian ini dilakukan, penelitimemberikan Inform Concent kepada pihak orang
tua dan sekolah. Bila sampel telah memenuhikriteria maka dilakukan pengukuran secara langsungterhadap subyek penelitian.
7/23/2019 Besarnya Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Pada Populasi Jawa.doc _ratnany
http://slidepdf.com/reader/full/besarnya-tingkat-kebutuhan-perawatan-ortodonti-pada-populasi-jawadoc-ratnany 3/4
Orthodontic Dental Journal Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2010; 26-29
28
Untuk pengukuran penilaian digunakan IOTN.Subyek didudukkan di kursi dengan pencahayaanyang cukup terang kemudian diperiksa denganmenggunakan kaca mulut dan dibantu dengan penggaris plastik transparan untuk mengukur DHCdan IOTN photographs berwarna untuk mengukur
AC. Ada dua cara untuk mencatat DHC, pertamadengan hanya mencatat tingkatannya saja dan yang
kedua mencatat gambaran kelainan yang perludicatat. Sebagai contoh, terdapat peningkatan jarakgigit lebih dari 9 mm. Keadaan ini akan masukdalam derajat 5a dimana derajat 5 untukmenunjukkan tingkat maloklusi dan ”a” untukmenunjukkan kelainan jarak gigit. Dengan keduainformasi tersebut maka kelainan oklusal secarainividual lebih lengkap tercatat.
Hasil pengukuran ini akan dianalisisdengan menggunakan statistik deskriptif dengantabel frekuensi dan persentase, dan uji statistik
Mann-Whitney Test untuk mengetahui besarnya perbedaan kebutuhan perawatan ortodonti antara populasi Jawa dan populasi Cina.
HASILHasil pengukuran DHC dari SDN Pacar
Kembang I menunjukkan grade 4 sebesar 45,9%sedangkan pada SDK Vincensius didapatkan persentase tertinggi ada pada grade 1-2 sebesar42,1%. Pengukuran dengan menggunakan AC pada
SDN Pacar Kembang I menunjukkan persentasetertinggi ada pada grade 1-4 sebesar 75,6 %, grade
yang sama juga didapat SDK Vincensius dengan
persentase lebih besar yaitu 84,2%. Berdasarkan perhitungan DHC dengan menggunakan Mann-
Whitney Test diperoleh nilai Z score sebesar -1.111dengan tingkat signifikansi 0,266. Nilai signifikansiini lebih besar dari 0.05 sehingga tidak ada perbedaan skor DHC yang bermakna antara SDNPacar Kembang I dengan SDK Vincensius.
Berdasarkan hasil perhitungan AC dengan Mann-
Whitney Test diperoleh nilai Z score sebesar -0.304dengan tingkat signifikansi 0.761. Nilai ini lebih besar dari 0.05 sehingga tidak ada perbedaan skorAC yang bermakna antara SDN Pacar Kembang Idengan SDK Vincensius.
PEMBAHASANPemeriksaan yang dilakukan dengan
menggunakan IOTN terhadap 37 murid beretnikJawa di SDN Pacar Kembang I dan 38 murid beretnik Cina di SDK Vincensius berlangsungmasing-masing selama kurang dari 1 hari. Indeksini penggunaannya mudah, sederhana, waktu pemeriksaannya singkat yaitu sekitar 30 detik
sampai satu menit untuk pemeriksaan satu penderita, dan menunjukkan derajat kesesuaian
yang baik antar pemeriksa sehingga indeks inidapat dipakai untuk survey epidemiologi.17
Tingginya tingkat kebutuhan perawatan SDNPacar Kembang I bila dibandingkan dengan SDKatolik Vincensius dilihat dari DHC dan ACmungkin dapat disebabkan oleh adanya variasimorfologi manusia yang dapat dipengaruhi olehketurunan, variasi random dan lingkungan.16 Faktor
keturunan meliputi tipe muka, pengaruh ras, pola pertumbuhan dan perkembangan, dan sifat
morfologi dentofasial.9 Ada pula faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi etiologi maloklusi sepertifaktor skeletal, jaringan lunak dan kebiasaan.
11
Kebutuhan perawatan ortodontik tidak hanyadipengaruhi oleh penilaian secara objektif, tetapi juga dipengaruhi oleh penilaian subjektif akanestetika wajah mereka sendiri, faktor sosio-budayadan faktor sosio-ekonomi.7
Tidak adanya perbedaan skor yang bermakna pada uji statistik Mann-Whitney Test pada tingkatkebutuhan perawatan bila dilihat dari DHC dan AC
antara populasi Jawa dan populasi Cina mungkindisebabkan adanya penyebaran ras Mongoloid Asiayang meliputi berbagai negara di Asia tenggarasampai kepulauan Pasifik yang meliputi Indonesia,
sehingga saat ini banyak terjadi perkawinan campurantara ras Mongoloid dengan ras Deutro-melayu.Ras Mongoloid dan Deutro-melayu dapatdikelompokkan ke dalam satu ras, dikarenakanadanya beberapa kesamaan pada kedua ras tersebut,sehingga ini mungkin dapat mempengaruhi tidak
adanya perbedaan yang bermakna pada tingkatkebutuhan perawatan antara populasi Jawa dan
polpulasi Cina.10
Tingkat kebutuhan perawatan SDN PacarKembang I yang mewakili populasi Jawa lebihtinggi bila dibandingkan dengan SD KatolikVincensius yang mewakili populasi Cina.
DAFTAR PUSTAKA1. Agusni T. Beberapa indeks maloklusi. Maj Ked.
Gigi (Dent.J) 2001; 34:1:13-7.2. Agusni T. Index of orthodontic treatment need
untuk evaluasi perawatan ortodonti. Tesis.Universitas Airlangga; 2004.
3. Brook PH, Shaw WC. The development of anorthodontics treatment priority index. Eur J
Orthod 1989;11:309-20.4. Cooper S, Mandall NA, Dibiase D, Shaw WC.
The reliability of the index of orthodontictreatment need over time. Br J Orthod2000;25:1:47-54.
5. Dewanto H. Perbedaan ukuran komponen-komponen dentofasial antara kelompok Jawadan kelompok Cina. Kumpulan Makalah Ilmiah.Kongres PDGI ke XVIII, Semarang, PDGI.
1992.6. Djokosalamoen S. Kebutuhan perawatan
ortodonti pada anak-anak sekolah dasar yang berumur 12 tahun di kotamadya Surabaya. Maj
Ked Gigi (Dent.J) 1995;28:2:29-2.
7/23/2019 Besarnya Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Pada Populasi Jawa.doc _ratnany
http://slidepdf.com/reader/full/besarnya-tingkat-kebutuhan-perawatan-ortodonti-pada-populasi-jawadoc-ratnany 4/4
Orthodontic Dental Journal Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2010; 26-29
29
7. Flores-Mir C, Major PW. Self-perceivedorthodontic treatment need evaluated through 3grade scales in a university population. J ofOrthod 2004; 31:4: 329-34.
8. Foster TD. Buku ajar ortodonsi. Edisi 3,Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
1997.p..164-65.9. Graber TM. Ortodontics principles and
practice. 3rd
Ed. Philadelphia-London-Toronto:W.B. Saunders Co;1972.p. 204-05.
10. Jacob T. some problems pertaining to the racialhistory of the indonesian region. Utrecht:Drukkerij Neerlandica;1967.
11. McDonald FAJ. Ireland. Diagnosis of theOrthodontic Patient. New York-Toronto-Oxford: Oxford University Press;1998. p.140-
5.12. Millet DT, Welbury R. Orthodontics and
paediatric dentistry. Illustrated Ed Churchill-
Livingstone: Elsevier Health Sciences; 2000. p.8.
13. Mokhtar M. Dasar-dasar ortodonti perkembangan dan pertumbuhan kranio
dentofasial. Jakarta: Yayasan Penerbitan IkatanDokter Indonesia; 1998.p.23-25.
14. Neslihan, Esra Ertugay. The use of the index oforthodontic treatment need (IOTN) in a school population and referred population. BritishOrthodontic Society J of Orthod 2001;28:1: 45-
52.15. Salzmann ja. orthodontics in Dental Practice.
Philadelphia: JB Lippincoly; 1974. p.43-5.
16. Shaw WC. Orthodontics and occlusalmanagement. 1
st Ed. Wright Great Britain;
1993. p.57.17. So LL, Tang EL. accomparative study using
the occlusal index and the index of orthodontictreatment need. Angle Orthodontics 1993;63:57-64.