Berfikir Dan Bertindak Taktis Dan Strategis

5
Berfikir dan Bertindak Taktis dan Strategis By: Tua Hasiholan Hutabarat Makassar, 29 Desember 2010 _________________________________________________________ Ada yang mengatakan, kerja-kerja atau tugas pemberdayaan di masyarakat adalah kerja-kerja ideal. Dibutuhkan manusia-manusia yang tangguh, cerdas dan didukung oleh strategi, metode, pendekatan dan cara-cara yang sangat efektif, sehingga tujuan bisa tercapai. Tapi, sering sekali idealisme atau semangat yang luarbiasa tinggi saja tidak cukup. Kecerdasan saja tidak cukup, apalagi sekedar mengandalkan dana ataupun sekedar teori-teori saja. Bekerja bersama masyarakat juga membutuhkan cara berfikir dan bertindak yang handal, sehingga secara perlahan dapat merubah situasi yang ingin dirubah. Banyak orang yang bekerja bersama masyarakat mengalami kegagalan, ataupun kegiatannya berhasil namun tidak bisa merubah masyarakat karena cara berfikir dan bertindaknya terlalu idealis. Mengapa bisa demikian? Kegagalan itu terjadi karena orang tersebut berfikir dan bertindak sesuai dengan yang ada di fikirannya saja, atau apa yang menurut pemikirannya baik dan benar saja. Ada juga orang yang bertindak sesuai dengan apa yang tertulis saja, bahkan hany kata teori saja. Ketika dilaksanakan di lapangan, ternyata teori, buku, pemikiran dan yang menurutnya baik tidak terlaksana, atau jika pun terlaksana, hasilnya kurang baik.

description

Bagaimana bisa berfikir dan bertindak taktis dan strategis bagi seorang Community Organizer

Transcript of Berfikir Dan Bertindak Taktis Dan Strategis

Page 1: Berfikir Dan Bertindak Taktis Dan Strategis

Berfikir dan Bertindak Taktis dan Strategis By:

Tua Hasiholan Hutabarat

Makassar, 29 Desember 2010

_________________________________________________________

Ada yang mengatakan, kerja-kerja atau tugas pemberdayaan di masyarakat

adalah kerja-kerja ideal. Dibutuhkan manusia-manusia yang tangguh, cerdas dan

didukung oleh strategi, metode, pendekatan dan cara-cara yang sangat efektif,

sehingga tujuan bisa tercapai. Tapi, sering sekali idealisme atau semangat yang

luarbiasa tinggi saja tidak cukup. Kecerdasan saja tidak cukup, apalagi sekedar

mengandalkan dana ataupun sekedar teori-teori saja. Bekerja bersama

masyarakat juga membutuhkan cara berfikir dan bertindak yang handal,

sehingga secara perlahan dapat merubah situasi yang ingin dirubah.

Banyak orang yang bekerja bersama masyarakat mengalami kegagalan, ataupun

kegiatannya berhasil namun tidak bisa merubah masyarakat karena cara berfikir

dan bertindaknya terlalu idealis. Mengapa bisa demikian? Kegagalan itu terjadi

karena orang tersebut berfikir dan bertindak sesuai dengan yang ada di

fikirannya saja, atau apa yang menurut pemikirannya baik dan benar saja. Ada

juga orang yang bertindak sesuai dengan apa yang tertulis saja, bahkan hany

kata teori saja. Ketika dilaksanakan di lapangan, ternyata teori, buku, pemikiran

dan yang menurutnya baik tidak terlaksana, atau jika pun terlaksana, hasilnya

kurang baik.

Page 2: Berfikir Dan Bertindak Taktis Dan Strategis

Ada kasus dimana seseorang yang melaksanakan pertemuan dengan

masyarakat. Idealnya, pertemuan tersebut dilakukan di kantor desa, karena hal-

hal yang menyangkut pembangunan desa harus dilakukan di kantor desa. Ketika

dilaksanakan, ternyata sebahagian masyarakat tidak mau datang. Setelah diteliti,

ternyata masyarakat tidak datang karena menganggap pertemuan tersebut tidak

beda dengan pertemuan-pertemuan lain di kantor desa yang tidak membawa

hasil apapun.

Kemudian ada juga contoh kasus dimana secara teori, untuk melibatkan

perempuan pembangunan, maka dalam setiap pertemuan harus menghadirkan

50% perempuan. Kemudian dibuat dan di undanglah beberapa orang perempuan

sehingga memenuhi syarat jumlah 50% tersebut. Ternyata, ketika dilakukan

pertemuan, seluruh perempuan yang hadir tidak mau mengeluarkan pendapat.

Hanya laki-laki saja yang bicara. Akhirnya, perempuan yang hadir pun hanya jadi

penonton dalam pertemuan tersebut, dan tujuan yang diharapkan pun tidak

tercapai.

Berdasarkan dua contoh di atas dapat dilihat, bahwasannya jika berpatokan saja

dengan apa yang tertulis, apa yang dianggap benar/baik dan sesuai dengan

teorinya saja sering tidak berhasil baik di masyarakat. Mengapa demikian?

Apakah teori, aturan dan apa yang tertulis di buku tersebut memang tidak bisa

dijadikan panduan untuk bekerja di masyarakat? Atau dengan kata lain, apakah

yang bersifat ideal sering tidak tepat untuk dilakukan? Jawabannya bisa ya…bisa

juga tidak…!

Di lain kasus, ada orang yang melakukan sesuatu itu hanya berdasarkan

pertimbangan kelancaran atau kesuksesan saja. Menurut mereka, apa yang bisa

sukses dijalankan, mana yang bisa cepat berhasil, atau apa yang lancar

dilaksanakan, itulah yang akan dikerjakan. Akhirnya, karena berfikir seperti itu,

sering sekali kegiatan-kegiatan di masyarakat menjadi tidak bermanfaat bagi

masyarakat. Dikarenakan tujuan mereka hanyalah kelancaran dari kegiatan, maka

biasanya mereka lupa dengan hal-hal yang utama atau prinsipil. Padahal, untuk

melakukan perubahan, maka yang dirubah haruslah yang prinsipil, utama atau

yang bersifat hakekat. Kelalaian seperti ini berdampak tidak baik pada

masyarakat, bahkan bisa membuat masyarakat menjadi bosan dan jenuh, karena

kegiatan-kegiatan yang dijalankan tidak membawa perubahan pada diri mereka.

Lalu cara berfikir dan bertindak seperti apa yang perlu? Jawabannya adalah,

seorang organizer yang bekerja bersama masyarakat harus bisa berfikir taktis dan

strategis. Apa yang dimaksud dengan cara berfikir taktis dan strategis? Mari kita

jawab satu-per satu.

Bayangkan saja jika kita dari sebuah Desa A akan menuju Desa B. Ada satu jalan

besar yang harus kita lewati untuk menuju Desa B. Jalan besar itu adalah jalan

yang sangat strategis, karena kemungkinan bisa lebih cepat, jalannya besar, di

pinggir jalan banyak rumah, dan sebagainya. Berdasarkan contoh tersebut, hal-

hal yang strategis adalah hal-hal yang yang memang menjadi tujuan utama kita,

yakni kota B. Namun untuk menuju kota B, terkadang jalan besar tersebut macet,

banyak gangguan di jalan, kemungkinan menabrak orang yang ramai, atau

kemungkinan ada keramaian di jalan, sehingga kita bisa terhambat. Dari yang kita

rencanakan di perjalanan hanya menghabiskan waktu 1 jam, karena banyak

kendala, akhirnya ditempuh selama 2 jam lebih.

Page 3: Berfikir Dan Bertindak Taktis Dan Strategis

Selain jalan utama atau jalan besar tersebut, ada juga jalan-jalan kecil, lorong, dan

gang yang sebenarnya bisa dilewati. Walaupun jalannya berputar-putar, banyak

belokan, melewati sungai dan parit, namun tujuannya tetap ke Kota B. Ketika kita

lewati jalan-jalan kecil tersebut, ternyata kita bisa lebih cepat sampai sekaligus tidak

mendapat kendala di jalan. Cara berfikir seperti inilah yang disebut dengan cara

berfikir taktis.

Lalau apa kesimpulan yang kita bisa ambil dari cerita di atas?

Berfikir strategis adalah cara berfikir yang berhubungan secara langsung dengan

tujuan, atau cara berfikir yang ideal, cara berfikir normatif (sesuai norma), cara

berfikir dan bertindak yang sesuai dengan teori atau aturan yang ada. Cara

berfikir dan bertindak seperti ini dianggap cara yang lurus-lurus saja. Ibarat seekor

kuda dengan kusirnya. Kuda berfikir lurus-lurus saja, karena memakai kacamata

kuda, sedangkan si kusir berfikir bebas, dan ia yang kemudian mengarahkan si

kuda agar terus berjalan ke arah yang benar. Si kuda yang berfikir lurus-lurus saja

bisa terjerembab ke lumpur, menginjak kayu dan sebagainya, sehingga bisa celaka

dan tidak mencapai tujuan. Sedangkan si kusir yang berfikir bebas, karena fikiran

dan matanya terbuka, ia bisa membelokkan jalan kuda ke kiri dan ke kanan, untuk

kemudian sampai ke tujuan.

Berfikir dan bertindak strategis adalah cara yang paling sesuai dengan apa yang

tertulis di buku atau teori yang ada. Jika sebuah teori mengatakan untuk

mengajak seseorang diskusi harus diberikan pemahaman dan dibentuk

kesadarannya terlebih dahulu, maka hal itulah yang harus dilakukan. Namun

kenyataannya tidaklah demikian. Untuk membuat seseorang paham dan sadar,

maka dibutuhkan waktu yang sangat panjang, bahkan bisa saja tidak berhasil

dilakukan.

Orang yang berfikir taktis tidak langsung menerapkan apa yang disebutkan di

dalam buku atau dikatakan sebuah teori. Yang penting bagi orang yang berfikir

taktis adalah; bagaimana masyarakat yang di ajak diskusi bisa datang ke

pertemuan. Persoalan orang tersebut belum sadar atau tidak bukanlah persoalan

utama. Karena bagi mereka, dengan kehadiran seseorang tersebut di pertemuan

atau diskusi, maka paling tidak ia bisa mendengar apa yang di bicarakan dalam

diskusi tersebut. Ketika orang tersebut sudah datang dan mendengar, bisa saja

kemudian ia menjadi sadar tentang pentingnya diskusi atau pertemuan tersebut.

Pertanyaannya kemudian adalah, mana yang lebih baik antara berfikir strategis

dan taktis? Jawabannya adalah; kedua-duanya sama-sama baik. Penting untuk

berfikir strategis, karena hal itu akan tetap menjaga kita supaya berada di jalur

yang benar untuk melakukan perubahan di masyarakat. Tujuan utama dari

kegiatan yang kita lakukan bersama masyarakat adalah bagaimana masyarakat

bisa keluar dari kemiskinan, ketidakadilan dan kemelaratan. Segala sesuatu yang

bersifat strategis memang harus dijaga, dipegang dan dipedomani. Jangan pernah

keluar dari benang merah yang menghubungkan kita (seorang Community

Organizer) dengan tujuan utama kita.

Page 4: Berfikir Dan Bertindak Taktis Dan Strategis

Di sisi lain, berfikir taktis juga penting, bahkan perlu untuk seorang

Community Organizer, karena dengan begitu, kita bisa lebih lincah bergerak.

Seperti se ekor burung kecil di pohon yang sulit di bidik dan ditembak, karena

ia bergerak lincah dan cepat. Bergerak lincah dan cepat adalah cara berfikir

taktis, walaupun untuk itu ia harus lebih lelah sedikit, karena membutuhkan

tenaga yang lebih besar. Tapi tidak masalah jika harus mengeluarkan tenaga

atau energi yang lebih besar, karena bagi kita, tujuan menguatkan

masyarakat, dan melepaskan masyarakat dari cengkeraman kemiskinan

adalah lebih penting daripada kita terpaku, diam dan tidak bergerak.

Cara berfikir taktis sering sekali dianggap cara berfikir dan bertindak yang

aneh. Karena selain sangat lincah dan liar, cara berfikir dan bertindak taktis

juga kadang-kadang dianggap tidak berhubungan sama sekali dengan tujuan

utama yang ingin dicapai. Andaikan saja kita ingin memberi pemahaman

kepada kepala desa agar ia bisa mengerti dan sadar tentang pentingnya

melibatkan perempuan dalam perencanaan pembangunan di desa, maka kita

tidak harus diskusi-diskusi saja dengan si kepala desa. Diskusi-diskusi,

obrolan, training atau pertemuan-pertemuan bisa saja tidak efektif, karena

Pak Kepala Desa sudah bosan dengan pertemuan-pertemuan dan diskusi.

Agar tujuan kita bisa tercapai, bisa saja kita ikut mancing, main catur, atau

pergi ke empang milik kepala desa. Atau lihat juga apa yang disenangi kepala

desa. Jika si Kepala Desa senangnya mancing, ikutlah memancing dengannya

(walaupun kita tidak suka memancing). Jika Pak Kepala Desa sukanya main

bola, maka ikutlah bermain bola, atau ajak bicara-bicara sepak bola

dengannya. Intinya, bangunlah kedekatan psikologis dengan kepala desa

tersebut.

Pada saat melakukan sesuatu yang disenangi oleh kepala desa, maka

bangunlah pembicaraan-pembicaraan yang ringan-ringan saja. Jangan

bicarakan yang serius dan formal, karena hal itu akan membuatnya bosan.

Ketika sudah beberapa kali melakukan pendekatan, yakinlah, ketika kita

bicara yang serius, maka ia akan senang, mau mendengar dan tertarik. Atau

bisa juga walaupun ia tidak terlalu tertarik, tapi dia setuju dengan pemikiran

kita.

Kalau dianalisis, cara yang dilakukan tadi sebenarnya bisa saja tidak

berhubungan dengan tujuan kita untuk membuatnya sadar. Tapi kalau kita

langsung membicarakan hal-hal yang serius terkait dengan kegiatan kita,

maka kepada desa tadi bisa saja bosan dan malas mendengarnya. Namun

ketika hubungan kita dengannya sudah dekat dan enak, maka kita akan lebih

mudah mempengaruhinya.

Cara berfikir dan bertindak yang seperti di ceritakan di ataslah yang bersifat

taktis. Seorang Community Organizer jangan terlalu memaksakan fikiran,

panduan, maupun teori yang ada untuk membuat kepala desa sadar dan

paham dengan apa yang menjadi tujuan kita. Kadang-kadang kita harus

melakukan sesuatu yang sepertinya tidak berhubungan dengan tujuan

tersebut, namun kemudian kita kembali ke jalur atau jalan yang sebelumnya.

atau terlalu lama untuk berfikir dan bertindak taktis, karena jika terlalu lama,

maka kita akan terlalu jauh menyimpang dari hal-hal yang strategis.

Page 5: Berfikir Dan Bertindak Taktis Dan Strategis

Satu hal yang harus diingat oleh seorang pekerja sosial di masyarakat dalam

berfikir dan bertindak taktis dan strategis adalah, kita harus selalu ingat dengan

tujuan utama kita. Walaupun sepertinya kita melakukan sesuatu yang tidak

berhubungan dengan tujuan utama kita, namun di fikiran dan benak kita harus

tetap ingat akan tujuan utama tersebut. Jangan pernah lupa Berfikir dan

bertindak taktis dan strategis bisa sangat mudah dilakukan jika seorang

Community Organizer sudah benar-benar bisa memahami dan memiliki

pengalaman melakukannya di masyarakat. Untuk bisa berfikir dan bertindak

taktis, maka seorang pekerja sosial atau Community Organizer harus banyak

menimba pengalaman melalui kerja-kerja secara langsung bersama komunitas.

Tidak terlalu berguna jika hanya duduk, membaca, mengikuti training kelas dan

sebagainya. Seorang CO harus banyak terjun ke lapangan, bergaul dengan

masyarakat, melakukan pencatatan terhadap apa yang telah dan sedang

dilakukannya, dan mengambil pelajaran atas kekurangan dan kelemahannya,

dan meningkatkan apa yang telah berhasil dilakukan.

Akhirnya, berfikir dan bertindak taktis dan strategis adalah diibaratkan mencari

jarum di tumpukan jerami. Untuk menemukan jarum, tidak harus membakar

seluruh jerami, karena bisa saja malah hanya akan semakin mempersulit

menemukannya. Ada banyak cara lain yang bisa dilakukan. Bisa menggunakan

tangan, bisa menggunakan tongkat kayu, bisa dengan cara memilah-milah

jerami sedikit-sedikit, bisa juga dengan memijak-mijak jerami itu. Memijak

jerami tentu saja beresiko terkena jarum, tapi itulah proses. Memijak jerami,

menggunakan tongkat kayu dan sebagainya bisa saja beresiko, namun resiko

tersebut merupakan bagian dari proses menuju kedewasaan, sehingga akan

semakin hati-hati dan berpengalaman. Begitu juga ketika bekerja bersama

dengan komunitas/masyarakat. Ada banyak cara untuk memberdayakan dan

menguatkan masyarakat. Cara yang ditempuh tidak harus cepat sehingga

mencapai tujuan. Seorang Community Organizer harus pintar-pintar dan cerdik

untuk bertindak dan memilah-milah, makan tindakan dipilih. Mana yang

strategis, dan mana yang taktis. Sepanjang sesuatu yang taktis tersebut bisa

mencapai tujuan, walaupun harus berbelok-belok dan sepertinya tidak

berhubungan dengan tujuan tidaklah masalah. Walaupun begitu, cara berfikir

dan bertindak taktis dan strategis harus benar-benar dibangun dari

pengalaman, bukan dari teori-teori saja. Untuk itu tetaplah harus sering belajar

dari masyarakat, maka ilmu berfikir taktis dan strategis semakin terbiasa

dilakukan. Selamat belajar!

**************************************