BERDASARKAN TWO FACTOR THEORY MOTIVATION HYGIENE … · _Walt Disney PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN...

132
i TINJAUAN EMPLOYEE ENGAGEMENT BERDASARKAN TWO FACTOR THEORY (MOTIVATION & HYGIENE FACTORS) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh : Yessica Kharina S 139114088 PROGAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of BERDASARKAN TWO FACTOR THEORY MOTIVATION HYGIENE … · _Walt Disney PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN...

  • i

    TINJAUAN EMPLOYEE ENGAGEMENT

    BERDASARKAN TWO FACTOR THEORY

    (MOTIVATION & HYGIENE FACTORS)

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    Disusun Oleh :

    Yessica Kharina S

    139114088

    PROGAM STUDI PSIKOLOGI

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2018

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN MOTTO

    It’s not about perfect. It’s about effort. And when you bring that effort

    every single day. That’s where transformation happens. That’s how

    change occurs.

    “Never let the fear of striking out keep you from playing the game”

    _Walt Disney

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Untuk Mama, Mba Debie, (Alm) Papa di surga,

    dan semua yang kucintai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    TINJAUAN EMPLOYEE ENGAGEMENT BERDASARKAN

    TWO FACTOR THEORY

    (MOTIVATION & HYGIENE FACTORS)

    Yessica Kharina Septiani

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsep motivasi Two

    Factor Theory dan employee engagement pada karyawan customer service dalam

    sebuah bank pemerintah daerah. Hipotesis penelitian ini adalah adanya hubungan

    positif antara kedua faktor motivasi dalam Two Factor Theory dan employee

    engagement pada karyawan customer service. Subjek dalam penelitian ini

    berjumlah 74 karyawan customer service. Alat ukur dalam penelitian ini

    menggunakan skala Two Factor Theory dan skala employee engagement. Pada

    skala Two Factor Theory terdiri dari 22 item dengan koefisien reliabilitas sebesar

    α = 0,700 dan skala employee engagement menghasilkan koefisien reliabilitas α =

    0,869. Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan uji korelasi Spearman’s rho

    dengan bantuan program IBM SPSS versi 21. Penelitian ini menghasilkan nilai

    korelasi motivation factors (intrinsik) sebesar r = 0,589 dan nilai signifikansi p =

    0,000. Kemudian, menghasilkan nilah korelasi hygiene factors (estrinsik) sebesar

    r = 0,408 dan nilai signifikansi p = 0,000. Hasil ini menunjukkan adanya

    hubungan positif dan signifikan antara kedua faktor motivasi dan employee

    engagement. Hal tersebut menjelaskan bahwa semakin tinggi motivasi intrinsik

    dan ekstrinsik maka kecenderungan karyawan customer service untuk engage

    (terikat) semakin kuat.

    Kata kunci : employee engagement, Two Factor Theory, customer service, bank

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    THE REVIEW OF EMPLOYEE ENGAGEMENT BASED ON

    TWO FACTOR THEORY

    (MOTIVATION & HYGIENE FACTORS)

    Yessica Kharina Septiani

    ABSTRACT

    The aim of the research is to know the relationship between the employee

    engagement and the motivation concept of Two Factor Theory in local bank’s

    customer service staff. The hypothesis of this research shows that there are some

    positive relationship between them. The subject of the research is 74 employees of

    local bank’s customer service staff. The scales that have been used in this

    research are two Two Factors Theory’s scale and employee engagement scale.

    There are 22 items with coefficient reliability α = 0,700 in Two Factor Theory

    and α = 0,869 in employee engagement. The Spearman’s rho correlation testing

    is being used for the hypothesis testing with the help of the IBM SPSS program

    version 21. This research result shows motivation factors correlation (intrinsic)

    r = 0,589 and the significant value is p = 0,000. On the other hand, hygiene

    factors correlation (extrinsic) r = 0,589 and the significant value p = 0,000. The

    conclusion is there is a significant positive relationship between both Two Factor

    Theory and employee engagement. It’s also shows us the the higher value of

    intrinsic and extrinsic motivation give the local’s bank customer service staff to

    have strong employee engagement.

    Keywoords : employee engagement, Two Factor Theory, customer service, bank

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

    berkat, hidayah dan penyertaan- Nya, peneliti mampu menjalani proses studi

    hingga akhir dengan baik dan lancar. Semua ini menunjukkan bahwa tidak ada

    yang mustahil dengan terus berusaha dan berdoa maka dimudahkan dan

    dilancarkan segala urusan.

    Peneliti menyadari bahwa kesuksesan dan kelancaran dalam menyusun

    skripsi ini tidak terlepas dari banyak pihak yang telah membantu serta mendukung

    dalam menghadapi halang rintang dan kegelisahan. Beribu terimakasih saya

    haturkan kepada Mama, wanita hebat yang terus berjuang untuk terus

    memberikan motivasi, dukungan serta pendampingannya. Papa di surga,

    terimakasih atas semua perjuangan dan pengorbananmu hingga akhir sehingga

    mampu mewujudkan keinginanmu agar anak-anaknya terus belajar dan

    menggapai pendidikan setinggi-tingginya. Teruntuk kakak saya Debie

    Kharismawati terimakasih atas bantuan dan bimbingannya dalam memperdalam

    kemampuan bahasa inggris begitu juga dengan candaannya yang sangat

    menghibur. Terimakasih juga untuk Stepanus Andy Christian yang terus setia

    mendampingi, membantu, mendukung, dan mendengarkan setiap kelegaan

    maupun ketakutan dalam menyelesaikan studi ini.

    Selama proses studi dan penulisan skripsi, peneliti tak lupa mengucapkan

    terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    1. Ibu Dr. Titik Kristiyani M.Psi selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

    Sanata Dharma Yogyakarta.

    2. Bapak R. Landung Eko P., M.Psi selaku dosen pembimbing skripsi atas

    bimbimngan, nasehat, dan dukungannya. Terimakasih atas waktu luangnya

    yang selalu menyempatkan untuk membimbing skripsi walau selalu banyak

    revisi.

    3. Bapak Prof. Agustinus Supratiknya selaku dosen pembimbing akademik.

    Terimakasih atas nasehat dan saran yang selalu diberikan untuk kelancaran

    dalam menyelesaikan studi ini.

    4. Seluruh dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

    Yogyakarta atas pembelajaran, ilmu, dan pengalaman yang telah diberikan.

    Terimakasih atas waktu yang telah diberikan demi kelancaran skripsi ini.

    5. Segenap staff dan karyawan Faklutas Psikologi dengan sabar dan ramah

    dalam melayani maupun memberikan informasi selama saya berkuliah di

    Fakultas Psikologi.

    6. Kepada keluarga besar Unit Kegiatan Mahasiswa Group Tari Sanata Dharma,

    terkhusus Mas Agus selaku pelatih, terimakasih atas pengalaman diluar

    pembelajaran formal, terimakasih atas dukungannya agar kegiatan UKM dan

    kuliah tetap berjalan seimbang.

    7. Kepada keluarga saya di UKM Grisadha terkhusus anggota garapan tari Yu

    Warni Emprit, Mba Desi, Mba Dina, Shella, Ocha, Achi, Galuh, dan Martha.

    Terimakasih atas pengalaman, curhatan, kerja kelompoknya walau beda

    fakultas semuanya. Terimakasih atas dinamika yang membuatku untuk bisa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    lebih berkarya di bidang seni, berani, tanggung jawab, bijaksana, dan percaya

    diri. Harapannya, kita akan terus mengembangkan potensi dan terus berkarya

    sampai kapanpun!

    8. Kepada Koko Edwin Gandawijaya, terimakasih untuk waktunya dalam

    bertukar pikiran maupun membantu saya dalam memahami materi-materi

    dalam skripsi saya terutama mengenai analisis statistik.

    9. Kepada teman satu bimbingan, satu perjuangan untuk Cindy dan Vero,

    terimakasih atas waktunya untuk menghibur, menyemangati, bertukar pikiran

    tentang skripsi maupun berbagi ilmu tentang merawat diri dan makeup.

    Kuncinya adalah selain nyiapin materi buat sidang, cantik juga perlu. First

    Impression

    10. Kepada Ibu Kos, Bu Yeti. Terimakasih atas kamar kosnya yang nyaman,

    kondisi kos yang kondusif serta makanan yang sering diberikan kepada kami

    anak-anak kosmu yang tentu akan menambah semangat.

    11. Terakhir kepada seluruh keluarga Psikologi kelas A. Terimakasih atas

    semangat dan dinamikannya dari awal kuliah sampai saat ini. Terimakasih

    atas semua candaan, dan bersedia untuk bertukar pikiran tidak hanya untuk

    masalah di kampus tapi juga diluar kampus. Sayang kalian!

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ ii

    HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii

    HALAMAN MOTTO..................................................................................... iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................................... vi

    ABSTRAK..................................................................................................... vii

    ABSTRACT...................................................................................................... viii

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH............ ix

    KATA PENGANTAR.................................................................................... x

    DAFTAR ISI................................................................................................... xiii

    DAFTAR TABEL........................................................................................... xvii

    DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xviii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG........................................................................ 1

    B. RUMUSAN MASALAH.................................................................... 9

    C. TUJUAN PENELITIAN..................................................................... 9

    D. MANFAAT PENELITIAN................................................................ 9

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    1. Manfaat teoritis............................................................................ 9

    2. Manfaat praktis............................................................................ 10

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. EMPLOYEE ENGAGEMENT.......................................................... 11

    1. Definisi Employee Engagement................................................... 11

    2. Dimensi Employee Engagement.................................................. 15

    3. Penyebab Employee Engagement................................................ 21

    B. TWO FACTOR THEORY................................................................. 24

    1. Definisi Two Factor Theory......................................................... 24

    2. Dimensi Two Factor Theory........................................................ 26

    3. Dampak Two Factor Theory........................................................ 30

    C. CUSTOMER SERVICE..................................................................... 32

    1. Customer Service......................................................................... 32

    D. DINAMIKA HUBUNGAN................................................................ 34

    E. KERANGKA PENELITIAN.............................................................. 36

    F. HIPOTESIS......................................................................................... 36

    BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 38

    A. JENIS PENELITIAN.......................................................................... 38

    B. IDENTIFIKASI VARIABEL............................................................. 38

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    1. Variabel Bebas............................................................................. 38

    2. Variabel Tergantung.................................................................... 39

    C. DEFINISI OPERASIONAL............................................................... 39

    1. Employee Engagement................................................................ 39

    2. Two Factor Theory....................................................................... 40

    D. SUBJEK PENELITIAN...................................................................... 40

    E. METODE DAN PENGAMBILAN DATA........................................ 41

    1. Skala Two Factor Theory............................................................. 42

    2. Skala Employee Engagement....................................................... 44

    F. MUTU ALAT UKUR......................................................................... 46

    1. Validitas....................................................................................... 46

    2. Seleksi Item.................................................................................. 47

    3. Reliabilitas................................................................................... 49

    4. Daya Diskriminasi........................................................................ 50

    G. METODE ANALISA DATA............................................................. 52

    1. Uji Normalitas.............................................................................. 52

    2. Uji Linearitas................................................................................ 53

    3. Uji Hipotesis................................................................................ 53

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................ 54

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    A. PELAKSANAAN PENELITIAN....................................................... 54

    B. DESKRIPSI DATA PENELITIAN.................................................... 54

    1. Deskripsi Subjek Penelitian......................................................... 54

    2. Deskripsi Data Penelitian............................................................. 59

    C. ANALISIS DATA PENELITIAN...................................................... 61

    1. Uji Asumsi................................................................................... 61

    2. Uji Hipotesis................................................................................ 64

    D. PEMBAHASAN................................................................................. 66

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 70

    A. KESIMPULAN................................................................................... 70

    B. SARAN............................................................................................... 70

    1. Bagi Karyawan Customer Service............................................... 70

    2. Bagi Perusahaan........................................................................... 71

    3. Bagi Penelitian Selanjutnya......................................................... 71

    DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 73

    LAMPIRAN.................................................................................................... 79

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1: Blueprint Skala Two Factor Theory................................................. 42

    Tabel 2: Distribusi Item Skala Two Factor Theory........................................ 43

    Tabel 3: Blueprint Skala Employee Engagement........................................... 44

    Tabel 4: Distribusi Item Skala Employee Engagement.................................. 45

    Tabel 5: Distribusi Item Skala Two Factor Theory Setelah Try Out.............. 48

    Tabel 6: Distribusi Item Skala Employee Engagement Setelah Try Out........ 49

    Tabel 7.1: Deskripsi Usia............................................................................... 55

    Tabel 7.2: Deskripsi Jenis Kelamin................................................................ 56

    Tabel 7.3: Deskripsi Lama Bekerja................................................................ 56

    Tabel 7.4: Deskripsi Gaji............................................................................... 58

    Tabel 8.1: Data Empirik Skala Two Factor Theory........................................ 59

    Tabel 8.2: Data Empirik Skala Employee Engagement.................................. 60

    Tabel 9.1: Uji Normalitas............................................................................... 62

    Tabel 9.2: Uji Linearitas................................................................................. 63

    Tabel 9.3: Uji Linearitas (1)............................................................................ 64

    Tabel 9.4: Uji Hipotesis.................................................................................. 65

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1: Skala Uji Coba Penelitian........................................................ 80

    Lampiran 2: Validitas Isi Two Factor Theory & Employee Engagement........ 90

    Lampiran 3: Reliabilitas Two Factor Theory & Employee Engagement......... 94

    Lampiran 4: Skala Final Penelitian................................................................. 100

    Lampiran 5: Hasil Uji T Mean Emprik & Teoritik.......................................... 109

    Lampiran 6: Hasil Uji Asumsi.......................................................................... 111

    Lampiran 7: Hasil Uji Hipotesis...................................................................... 113

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Perubahan zaman saat ini terasa begitu cepat sehingga setiap

    instansi atau perusahaan secara otomatis harus mempersiapkan berbagai

    tantangan dinamika kerja instansi. Hal tersebut dilakukan agar perusahaan

    mampu bersaing dengan berbagai perkembangan industri. Persaingan

    dalam dunia indsutri tidak hanya persaingan dalam penjualan produk

    tetapi persaingan dalam pelayanan pelanggan (kompas.com/25/02/2011).

    Persaingan pelayananan pelanggan dalam dunia industri dilakukan karena

    perusahaan dengan layanan cepat lebih memiliki kesempatan untuk

    menarik lebih banyak pelanggan dan mendapatkan keuntumgan (Sakwa &

    Oloko, 2014). Hal ini tentu menghindarkan perusahaan dari kerugian

    organisasi.

    Tahun 2017 salah satu BPD di pulau Jawa mengalami tantangan

    perusahaan terkait dengan pelayanan pelanggan. Berdasarkan wawancara

    dengan salah satu pimpinan kantor cabang BPD X, diketahui bahwa

    adanya penurunan efisiensi waktu pelayanan, sehingga terjadi

    penumpukkan antrean pelanggan yang berdampak pada keluhan karena

    waktu menunggu pelayanan yang lama. Hal ini disebabkan karena

    penurunan kinerja dan kurangnya jumlah karyawan customer service.

    Dalam kurun waktu sebulan 28% karyawan customer service mengajukan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    surat pengunduran diri. Disisi lain, karyawan customer service yang masih

    bekerja diketahui merasa keberatan karena harus memberikan usaha lebih

    dengan berkurangnya jumlah karyawan.

    Wawancara yang dilakukan dengan 5 karyawan customer service

    menghasilkan opini mengenai pekerjaan mereka di perusahaan. Para

    karyawan tersebut berpendapat bahwa jabatan customer service dituntut

    bekerja dengan menampilkan sikap dan perilaku sopan serta etika

    berkomunikasi yang baik. Narasumber juga menyatakan bahwa karyawan

    customer service dituntut untuk dapat mengelola emosi. Tuntutan peran

    kerja ini dianggap melelahkan. Narasumber merasa harus memanipulasi

    sikap dan keadaan emosi mereka selama bekerja. Keadaan tersebut

    memungkinkan para karyawan garda depan termasuk customer service

    menjadi menjadi rentang terhadap stress dan withdrawal (Kao & Cheng ,

    2014).

    Narasumber menambahkan bahwa jabatan customer service

    menjadi jabatan yang paling sering mengikuti berbagai agenda evaluasi

    dan sosialisasi produk terbaru dari perusahaan. Hal ini menyebabkan

    karyawan customer service menambah jam kerja atau bahkan

    menggunakan hari libur mereka untuk tetap mengikuti agenda kegiatan.

    Meskipun begitu, beberapa narasumber mengatakan pernah tidak

    menghadiri agenda evaluasi sehingga menerima resiko berupa teguran dari

    supervisor. Kemudian, banyaknya rekan customer service yang

    mengundurkan diri membuat mereka harus bersedia memberikan usaha

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    lebih untuk melayani. Namun, terkadang mereka lebih memilih untuk

    bekerja santai atau bahkan menambah waktu istirahat lebih lama. Selain

    itu mereka juga diminta untuk bersedia membantu mempersiapkan agenda

    kegiatan seperti acara tahun baru perusahaan. Masa kerja karyawan

    customer service yang hanya sampai usia 36 tahun juga dianggap sebagai

    pertimbangan bagi mereka untuk tetap bekerja pada jabatan tersebut.

    Beberapa pengalaman tersebut membuat narasumber merasa keberatan

    jika mereka harus diberi tanggung jawab diluar jam dan peran kerja

    mereka.

    Berbagai bentuk perilaku yang telah dipaparkan dan dilakukan oleh

    karyawan customer service dapat dikategorikan sebagai permasalahan

    employee engagement. Employee engagement dimaknai sebagai

    keterikatan karyawan yang ditunjukkan secara fisik, kognitif, dan emosi

    dalam sebuah peran kerja (Kahn, 1990). Employee engagement ditandai

    dengan adanya psychological meaningfulness. Hal ini menunjukkan rasa

    berharga dan bermanfaat bahwa perna mereka diibutuhkan bagi pelanggan

    maupun perusahaan. Kemudian, employee engagement ditandai dengan

    adanya psychological safety. Hal ini mencerminkan adanya perasaan aman

    yang mencakup tidak ada ketakutan untuk mecoba dan konsekuensi

    negatif terhadap pandangan pada diri, status maupun karir. Selain itu,

    psychological availability mencerminkan kebersediaan individu untuk

    lebih bersedia memberikan sumber dayanya secara fisik, kognitif, maupun

    emosi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    Penelitian Smith dan Markwick (2009) menganalisis pentingnya

    employee engagement dalam suatu perusahaan. Pertama, employee

    engagement secara konstan dapat memberikan keuntungan bagi organisasi.

    Hal ini disebabkan karena employee engagement berdampak pada

    customer engagement yang mencerminkan sebuah kesetiaan. Kedua,

    employee engagement memiliki dampak yang signifikan pada performansi

    organisasi, sehingga mengarahkan pada keuntungan dan menambah

    efisiensi dalam perilaku inovatif. Jika permasalahan engagement tidak

    terselesaikan yang berarti tingkat engagement rendah, maka karyawan

    akan cenderung memiliki tingkat absensi tinggi sehingga menghambat

    produktivitas perusahaan (Mokaya & Kipyegon, 2014). Selain itu

    beberapa penelitian menunjukkan bahwa karyawan yang engage mampu

    membuat perusahaan lebih produktif dan kompetitif di dunia bisnis. Hal

    inilah yang membuat engagement menjadi tantangan bisnis organisasi di

    seluruh dunia dan penting diteliti terutama bagi perusahaan yang

    memberikan jasa pelayanan (Iqbal, 2012; Slatten & Mehmetoglu, 2011).

    Terdapat penelitian yang mengaitkan employee engagement dan

    beberapa variabel seperti value congruance yang berupa penilaian diri

    terhadap keberhargaan, efektivitas dan kesanggupan (Rich & Lepine,

    2010). Selain itu, employee engagement juga dikaitkan dengan reward

    atau hadiah. Hal ini dikarenakan individu melihat keuntungan yang

    mereka dapat dari peran pekerjaan mereka (Saks, 2006). Namun beberapa

    penelitian menemukan adanya hubungan employee engagement dengan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    konsep motivasi. Dalam Mahwish dan Meryem (2015) menyebutkan

    bahwa salah satu faktor yang membuat karyawan engage adalah konsep

    motivasi. Hal ini telah diungkapkan Herzberg (1976) yang menyatakan

    jika perilaku karyawan setidaknya masih menunjukkan sikap positif

    namun tidak bersedia memberikan usaha lebih untuk perusahaan, maka hal

    ini berkaitan dengan konsep motivasi.

    Beberapa penelitian menemukan bahwa dengan adanya konsep

    motivasi yang berupa faktor ekstrinsik maka karyawan akan

    meningkatknya untuk bekerja lebih baik (Mickel & Baron, 2008).

    Kemudian, penelitian Kjerulf (2015) menemukan bahwa faktor ekstrinsik

    dalam konsep motivasi cenderung memiliki kekurangan untuk

    memberikan dampak positif bagi kinerja dan karyawan itu sendiri. Namun,

    salah satu penelitian yang dilakukan di industri perbankan menemukan

    faktor intrinsik dan ekstrinsik keduanya memberikan hubungan positif

    dengan employee engagement (Khan & Iqbal, 2013). Faktor intrinsik dan

    ekstrinsik mengarah pada konsep motivasi yang dicetuskan oleh

    Herzeberg yaitu Two Factor Theory.

    Konsep Two Factor Theory merupakan motivasi yang disebabkan

    oleh perasaan puas atau tidak puas yang berkaitan dengan pencapaian

    kerja (dalam Fugar, 2007). Two Factor Theory terdiri dari dua faktor yaitu

    motivation factors (intrinsik) dan hygiene factors (ekstrinsik). Faktor

    intrinsik terdiri dari adanya nilai-nilai pribadi seperti pencapaian,

    pengakuan, dan tanggung jawab. Faktor intrinsik dianggap dapat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    mendorong individu untuk kebutuhan akutalisasi dan realisasi diri dalam

    pekerjaan sehingga dapat memberikan dampak positif jangka panjang.

    Disisi lain, faktor ekstrinsik dikaitkan pada hubungan individu dengan

    lingkungan tempat bekerja seperti kebijakan perusahaan dan gaji (House

    & Wigdor, 1999).

    Dalam Hyun dan Sungmin (2009) menyatakan bahwa konsep

    motivasi Two Factor Theory yang terdiri dari motivation factors (intrinsik)

    dan hygiene factors (ekstrinsik) membawa pengaruh positif dalam dunia

    kerja. Penelitian Yusoff dan Kian (2013) menyatakan bahwa untuk

    memotivasi karyawan butuh adanya faktor intrinsik atau motivation

    factors yang disediakan perusahaan. Faktor intrinsik tersebut dapat

    membawa karyawan untuk lebih memaknai pekerjaannya, sehingga

    berdampak pada hasil kerja, rasa bertanggung jawab, pencapaian jangka

    panjang yang menimbulkan engagement. Sedangkan, ekstrinsik atau

    hygiene factors hanya membuat karyawan bersedia bekerja tanpa diikuti

    kualitas kerja sehingga faktor ini belum tentu dapat memunculkan sikap

    engagement.

    Berdasarkan wawancara dengan salah satu pimpinan cabang BPD

    diketahui bahwa kapasitas kerja, gaji, dan juga asuransi bagi kesejahteraan

    karyawan sudah sesuai dan tentunya mengikuti aturan ketenagakerjaan.

    Perusahaan juga dianggap dapat menghargai kinerja karyawan yang padat

    dengan mengadakan “family trip” bagi seluruh karyawan setiap satu tahun

    sekali. Gaji yang diberikan tentu sudah sesuai upah minimum provinsi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    Perusahaan tentu juga memberikan penghitungan tersendiri ketika

    karyawan menambah jam kerja (lembur). Namun fasilitas yang sudah

    diberikan karyawan dianggap masih tidak menghasilkan dampak positif

    bagi perusahaan.

    Penjelasan yang telah dipaparkan memberi sebuah gambaran

    bahwa perusahaan merasa kurang adanya hubungan timbal balik dari

    karyawan customer service. Jika dilihat menggunakan konsep Social

    Exchange Theory (SET) tersedianya kebutuhan yang diinginkan

    memungkinkan dapat memberikan hubungan positif dengan employee

    engagement. Hal ini dikarenakan engagement merupakan sebuah

    hubungan timbal balik balik antara karyawan dan organisasi (Robinson,

    Perryman & Hayday, 2004). Jika karyawan mendapatkan keuntungan dari

    organisasi, maka mereka akan bertukar dengan kesiapan untuk engage

    (Khan & Iqbal, 2013).

    Melihat adanya perbedaan antara penelitian terdahulu dan keadaan

    pada karyawan customer service di BPD X, maka masih terdapat peluang

    untuk melihat keadaan employee engangement dengan faktor intrinsik dan

    ekstrinsik dari Two Factor Theory. Konsep motivasi Two Factor Theory

    yang terdiri dari motivation factors (intrinsik) dan hygiene factors

    (ekstrinsik) dianggap tepat untuk melihat kebutuhan karyawan yang

    didapat di tempat kerja. Hal ini dikarenakan Two Factor Theory meyakini

    bahwa pekerja memiliki kebutuhan yang dapat mengarahkan perilaku

    mereka (Osemeke & Adegboyega, 2017). Konsep motivasi Two Factor

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    Theory dianggap menarik karena teori ini tidak hanya menyangkut aspek

    eksternal seperti upah tetapi juga aspek kemampuan dan pencapaian diri

    yang dibutuhkan individu (Osemeke & Adegboyega, 2017).

    Pengujian employee engagement dengan beberapa variabel pada

    dasarnya cukup banyak diteliti. Namun hasil kajian peneliti, beberapa

    penelitian sebelumnya menggunakan subjek pada ranah ritel untuk

    menguji employee engagement (Bhatnagar, J. 2010; Mahwish, W. 2015;

    Priyardashni, 2016; Ramadhan & Sembiring, 2014; Shuck, B. 2014).

    Selain itu, peneltian pada ranah perbankan masih menggunakan sampel

    karyawan secara keseluruhan untuk melihat engagement (Anand & Banu,

    2016; Mishra & Kapse, 2013; Mokaya & Kipyegon, 2014; Putri & Baga,

    2015). Sedangkan pengujian faktor intrinsik dan ekstrinsik menggunakan

    berbagai konsep motivasi dari berbagai tokoh (Kjerulf, 2015; Khan &

    Iqbal, 2013)

    Studi ini nantinya diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa

    kebaruan penelitian mengenai hubungan employee engagement dengan

    konsep Two Factor Theory khususnya pada customer service di bidang

    perbankan. Hal ini dikarenakan karyawan customer service tidak hanya

    memberikan layanan berkualitas, tetapi berperan penting untuk

    memasarkan perusahaan, menciptakan kepuasan pelanggan, dan membuat

    hubungan baik dengan pelanggan (Cadwallader, 2009). Kedua, studi ini

    berkontribusi untuk penelitian dibidang industri terutama berfokus pada

    pengujian Two Factor Theory dicetuskan oleh F. Herzberg. Ketiga,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk penelitian

    yang lebih baru di negara Indonesia, terkhusus di daerah tempat

    pengambilan sampel pada penelitian ini.

    B. RUMUSAN MASALAH

    Apakah konsep motivasi Two Factor Theory (motivation & hygiene

    factors) secara signifikan berhubungan dengan employee engagement pada

    karyawan customer service?

    C. TUJUAN PENELITIAN

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah adanya hubungan yang

    signifikan antara konsep motivasi Two Factor Theory (motivation &

    hygiene factors) dan employee engagement pada karyawan customer

    service.

    D. MANFAAT PENELITIAN

    1. Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

    pengetahuan di bidang Psikologi Industri dan Organisasi (PIO)

    mengenai hubungan Two Factor Theory dengan employee engagement

    pada karyawan customer service.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    2. Manfaat Praktis

    Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan organisasi untuk mengevaluasi

    sejauh mana engagement sehingga membuka pandangan karyawan

    untuk lebih terlibat aktif memberikan kontribusi pada organisasi dalam

    bentuk keterikatannya dengan organisasi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. EMPLOYEE ENGAGEMENT

    1. Definisi Employee Engagement

    Gagasan mengenai employee engagement telah muncul pada tahun

    1961 oleh Kahn dan Goffman. Secara konsep, Kahn dan Goffman

    menyebutnya sebgaia kelekatan dan ketidaklekatan terhadap variasi

    peran kerja (Kahn 1990:649). Namun, seiring perkembangan ilmu

    penelitian, muncullah kembali beberapa pendapat mengenai

    engagement. Menurut Welch (2011), konsep dari employee engagement

    ini terus berkembang sehingga menjadi fokus dalam organisasi secara

    global. Berbagai pendapat mengenai engagement kemudian dibagi

    menjadi beberapa wave yang terkelompokkan melalui tahun munculnya

    penemuan-penemuan baru dari para ahli.

    Karakteristik employee engagement pada era pre-wave ini

    merupakan pengenalan secara menyuluruh mengenai kebutuhan

    karyawan untuk engaged (terikat) dengan pekerjaan dan organisasi

    mereka (Welch, 2011). Seperti dalam Katz dan Kahn (1966)

    diterangkan bahwa kebutuhan perilaku karyawan adalah untuk

    pencapaian efektivitas organisasi termasuk untuk sesekali terikat

    (engage) dalam perilaku inovatif dan kooperatif yang melebihi dari apa

    yang diperlukan namun tetap sesuai dengam objektivitas dari

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    organisasi. Pada era ini hanya fokus pada kebutuhan mengenali

    pekerjaan mereka untuk terikat dan sebagai penghubung untuk

    keefektipan organisasi.

    Pada era wave 1, konsep engagement kembali mencuat pada tahun

    1990. Tahun ini, Kahn melalukan penelitian kualitatif mengenai kondisi

    psikologis dari engagement dan disengagement dengan mewawancarai

    konselor dan pekerja pada perusahaan arsitektur. Disengagement

    kemudian didefinisikan sebagai pemisahan diri dalam peran kerja yang

    mana individu mulai menarik diri dari segala peran kerja (Kahn, 1990).

    Kondisi psikologis menurut Kahn sendiri ditunjukkan secara fisik,

    kognitif, dan emosi mereka dalam sebuah peran kerja. Kondisi

    psikologis terkait engagement dan disengagement di tempat kerja, yaitu

    keberartian (meaningfulness), keamanan (safety), dan kebersediaan

    (availability). Kahn berpendapat bahwa terdapat tiga pertanyaan

    mendasar pada diri mereka, yaitu “betapa berartinya saya untuk

    membawa diri ke dalam sebuah peran kerja tertentu?”, “seberapa aman

    melakukannya?”, dan “bagaimana saya dapat melakukannya?” (Kahn,

    1990).

    Era ini juga muncul pula ketertarikan baru terhadap istilah

    employee engagement, terutama yang diperkenalkan ketika digunakan

    oleh konsultan perusahaan Gallup pada tahun 1999 (Schaufeli &

    Bakker, 2010). Gallup’s Buckingham dan Coffman (1999) mengajukan

    istilah ini dalam buku bisins mereka yang diakui bahwa keterikatan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    karyawan (employee engagement) mengarahkan pada kesetiaan

    pelanggan.

    Pertengahan tahun 2000 muncullah era wave 2. Era ini mengacu

    pada ketertarikan terhadap kerja praktis dari konsep employee

    engagement dan membangkitkan ketertarikan bagi para akademisi.

    Perusahaan konsultan sendiri mengaitkan hubungan tingginya employee

    engagement dengan tingginya kinerja bisnis (Hewitt, 2004). Hasil

    tersebut didapatkan dari pengukuran engagement menggunakan

    Gallups’s questionnaire yang terdiri dari 12 pertanyaan. Pada tahun

    2002, Harter memberikan Gallup’s questionnaire dengan pertanyaan

    tambahan mengenai kepuasan kerja secara keseluruhan pada organisasi

    sebagai tempat kerja. Pengukuran tersebut diberi nama Q12

    questionnaire sebagai pengukuran employee engagement. Mereka

    mendefiniskan employee engagement sebagai kombinasi dari variabel

    kognitif dan emosional dalam tempat kerja. Hal tersebut mengabaikan

    konsep Kahn (1990) yang menyatakan bahwa elemen perilaku

    ditunjukkan melalui komponen fisik.

    Era wave 2 ditandai dengan meningkatnya minat dari para

    profesional. Institut untuk studi ketenagakerjaan mulai melaporkan

    bahwa adaya keterlibatan karyawan dalam sebuah penelitian di Inggris

    (Robinson, 2004). Laporan tersebut menghasilkan sebuah definisi

    mengenai engagement melalui sebuah penelitian oleh Human

    Resources profesional pada 40 organisasi. Robinson (2004)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    mendefinisikan konsep engagement sebagai perilaku positif karyawan

    terhadap organisasi dan nilai-nilainya yang melibatkan kesadaran akan

    konteks bisnis dan bekerja untuk meningkatkan efisiensi kerja dan

    efektivitas organisasi.

    Pada era wave 3, konsep employee engagement semakin menarik

    perhatian para akademisi untuk mempublikasikannya kedalam sebuah

    buku yang diterbitkan pada tahun 2010 (Welch, 2011). Tahun 2006,

    Saks mempertimbangkan konsep employee engagement. Saks merujuk

    kembali pada definisi Kahn (1990) yaitu employee engagement

    dimaknai sebagai keterikatan karyawan yang terdiri atas komponen

    kognitif, emosional, dan fisik (perilaku). Saks kemudian memperluas

    konsep employee engagement meliputi job engagement dan

    organization engagement. Karyawan dengan rasa job engagement tentu

    akan memiliki perasaan positif terhadap seluruh pekerjaannya.

    Sedangkan, karyawan dengan rasa organization engagement akan

    memiliki orientasi terhadap perusahaan dan mengacu pada tujuan

    organisasi (Saks, 2006).

    Survei mengenai employee engagement juga dilakukan oleh

    Chartered Institute of Personnel and Development (CIPD, 2006). Hasil

    survei CIPD mendukung penuh penelitian yang mengacu pada teori

    para akademisi dan ringkasan pemahaman employee engagement

    sebagai psychological conditions (keadaan psikologis) yang

    membentuk gambaran keinginan atau gairah kerja pada individu. Selain

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    itu, Macey dan Schneider (2008) memaknai employee engagement

    sebagai keadaan kompleks yang meliputi sifat, keadaan, konstruk

    perilaku, pekerjaan, dan kondisi organisasi yang mungkin memfasilitasi

    keadaan dan perilaku keterlibatan. Albrecht (dalam Welch, 2011)

    memberikan sumbangan terbaru pada periode wave 3 yang memaknai

    employee engagement sebagai keadaan psikologis kerja yang positif

    dari karyawan berupa keinginan tulus untuk berkontribusi terhadap

    keberhasilan organisasi.

    Berdasarkan penjabaran perkembangan dari konsep employee

    engagement, peneliti menyimpulkan bahwa employee engaement

    merupakan suatu keadaan psikologis kerja yang positif berupa

    keterikatan individu secara fisik, kognitif, dan emosi sehingga

    membentuk gairah kerja pada individu yang mengacu pada pencapaian

    tujuan organisasi.

    2. Dimensi Employee Engagement

    Dalam beberapa literatur dijelaskan bahwa employee engagement

    merupakan variabel dasar yang mempengaruhi sikap dan perilaku yang

    berhubungan dengan pekerjaan (Christian, Garza & Slaughter, 2011).

    Kahn (1990) menjelaskan bahwa terdapat tiga dimensi dalam employee

    engagement, yaitu emotional engagement sebagai bentuk keterlibatan

    secara emosional terhadap pekerjaan individu itu sendiri; cognitive

    engagement sebagai bentuk keseriusan individu untuk fokus pada saat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    bekerja; physical engagement sebagai bentuk kebersediaan individu

    bekerja lebih untuk atasan. Dimensi tersebut merupakan penggambaran

    konsep awal engagement yang dapat mengukur tingkat dimensi yang

    individu sadari dan tanpa disadari.

    Kahn (1990) kembali memutuskan untuk mengulangi determinan

    engagement dengan sebutan psychological condition yang terdiri dari

    meaningfulness, safety, dan availability. Hal ini didukung oleh Welch

    (2011) yang menjelaskan bahwa employee engagement dapat dipahami

    sebagai kinerja peran kognitif, emosional dan fisik yang bergantung

    pada kondisi kejiwaan (psychological conditions) (Welch, 2011).

    a. Psychological Meaningfulness

    Dimensi ini dilihat sebagai penerimaan individu pada suatu

    umpan balik dari investasi yang telah ia berikan berupa fisik,

    kognitif, atau emosional. Pengalaman keberhargaan

    (meaningfulness) seseorang, ketika mereka merasa bermanfaat,

    berguna, dan bernilai yang seolah-olah mereka membuat suatu

    perbedaan dan tidak dianggap biasa (Kahn, 1990). Dimensi ini

    serupa dengan aspek absorption yaitu karyawan menikmati seluruh

    pekerjaannya, merasa sulit terpisah oleh pekerjaannya (Schaufeli,

    2002). Aspek pada psychological meaningfulness dikaitkan dengan

    elemen kerja yang menciptakan insentif yang berupa reward

    (pendorong) atau bahkan disinsentif untuk dapat terlibat secara

    pribadi. Terdapat tiga aspek dalam keadaan psikologis ini, yaitu :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    1) Task Characteristics

    Aspek ini merupakan pengalaman anggota organisasi

    ketika melakukan peran kerjanya yang bersifat menantang,

    membutuhkan kreatifitas, sehingga individu akan cenderung

    mengalami beragam pengalaman yang berharga atau berarti.

    Situasi ideal untuk aspek ini misalnya bekerja pada proyek

    besar dan rumit. Pada aspek task characteristics ini menuntut

    keterampilan rutin dan adanya keterampilan baru yang

    memungkinkan seseorang untuk merasakan kompetensi,

    pertumbuhan, dan pembelajaran.

    2) Role Characteristics

    Aspek ini dikaitkan dengan peran identitas yang harus

    dilakukan anggota organisasi secara eksplisit. Anggota

    organisasi dapat menyukai atau tidak menyukai identitas dan

    sikap mereka saat situasi peran kerja. Keadaan ini biasanya

    mereka lakukan atas dasar seberapa baik peran mereka sesuai

    dengan apa yang mereka lihat atau inginkan untuk mereka

    lakukan.

    3) Work Interactions

    Pada aspek ini individu akan mendapatkan pengalaman

    psychological meaningfulness ketika tugas kinerja mereka

    diikuti dengan penghargaan interpersonal dari interaksi dengan

    supervisor, sesama karyawan dan klien. Interaksi tersebut juga

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    memberikan sebuah martabat bagi individu, penghargaan pada

    diri sendiri, dan rasa dihargai atau berharga.

    b. Psychological Safety

    Dimensi ini merupakan kebersediaan individu untuk

    menunjukkan pengalamaan yang bersifaat perasaaan. Perasaan

    tersebut mencakup tidak adanya ketakutan atau konsekuensi negatif

    terhadap pandangan pada diri sendiri, status atau karir. Dimensi ini

    dianggap sebagai perasaan aman seseorang dalam sebuah situasi

    yang mana mereka percaya bahwa mereka tidak menderita (Kahn,

    1990). Dimensi ini serupa dengan aspek dedication yaitu perasaan

    antuisias, bangga, dan percaya dalam menghadapi tantangan

    (Schaufeli, 2002). Aspek pada psychological safety dikaitkan

    dengan unsur-unsur sistem sosial yang menciptakan situasi sosial

    yang mengancam atau justu aman bersifat dapat diprediksi

    sehingga menciptakan keputusan yang konsisten untuk terlibat.

    Terdiri dari empat aspek, yaitu :

    1) Interpersonal Relationships

    Aspek ini berkaitan dengan perasaan aman dan nyaman

    secara psikologis ketika mereka didukung dan dipercaya. Hal

    ini seperti sebuah relasi yang memiliki kelenturan yang mana

    mengizinkan sesoerang untuk mencoba dan mungkin untuk

    gagal tanpa menimbulkan ketakutan atas konsekuensinya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    2) Group and Intergroup Dynamics

    Aspek ini mencakup kekhawatiran anggota organisasi

    secara sadar ataupun tidak sadar ketika dalam situasi peran

    kerja. Beberapa dinamika dalam situasi kerja seperti ketika

    berhadapan dengan otoritas, dan persaingan. Dalam aspek ini

    juga meliputi distribusi wewenang dan kekuasaan di antara

    kelompok-kelompok dalam organisasi. Contohnya, dalam

    suatu perusahaan terdapat pebedaan distribusi tugas dalam

    suatu kelompok, termasuk dalam pembedaan terhadap status

    dari sebuah kelompok.

    3) Management Style and Process

    Aspek ini berhubungan dengan lingkungan manajerial

    yang suportif . Hal ini memungkinkan orang untuk berani

    mencoba dan tanpa takut gagal sebagai konsekuensinya.

    Seseorang akan merasa lebih aman saat mereka memiliki

    kendali atas pekerjaan mereka. Keengganan manajerial untuk

    melonggarkan kontrol, mengirim pesan bahwa karyawan

    mereka tidak dipercaya dan mereka harus memiliki ketakutan

    ketika melampaui batas kemampuan atau keinginan mereka.

    4) Organizational Norms

    Aspek ini dikaitkan dengan sebuah norma yang

    merupakan harapan bersama tentang perilaku umum anggota

    dari sebuah sistem (Hackman, 1986). Individu yang tetap

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    berada pada cara kerja dan berperilaku seperti biasanya akan

    merasa lebih aman daripada individu yang menyimpang di luar

    batas-batas cara dan perilaku seperti individu yang lain.

    c. Psychological Availability

    Dimensi ini dikaitkan dengan individu yang memiliki

    sumber daya fisik, kognitif, atau psikologis untuk lebih melibatkan

    diri dalam peran kerja. Dimensi ini mengukur seberapa siap

    seseorang untuk terikat (engage). Seseorang yang lebih atau rendah

    kesediaannya (availability) untuk memberikan sumber dayanya

    pada peran kerja bergantung pada bagaimana penyelesaian atau

    solusi mereka terhadap variasi tuntutan dari lingkungan kerja

    maupun tidak (Kahn, 1990). Dimensi ini serupa dengan aspek

    vigour yaitu tingginya tingkat enerhi dan ketahanan mental

    karyawan (Schaufeli, 2002). Aspek pada psychological availability

    diartikan sebagai memberikan kesempatan individu untuk memiliki

    dan memberikan sumber daya lebih atau justru lebih sedikit yang

    nantinya berpengaruh pada proses melibatkan diri mereka dalam

    peran kerja. Terdiri dari empat aspek, yaitu:

    1) Physical Energy

    Pada aspek ini individu dituntut memiliki tingkat energi

    secara fisik, kekuatan, dan kesiapan individu.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    2) Emotional Energy

    Aspek ini individu dimaksudkan memiliki kemampuan

    emosional untuk terikat (engage) secara personal. Secara

    sederhana, individu dalam hal ini akan memiliki keyakinan

    akan tanggungjawabnya dalam suatu organisasi sehingga tidak

    akan meninggalkan akan menghindar dari pekerjaan di sebuah

    organisasi.

    3) Insecurity

    Aspek ini mengenai bagaimana perasaan aman dari

    individu tentang pekerjaan dan status mereka. Gangguan

    ketidaknyaman (insecurity) dari diri mereka sendiri dalam

    pekerjaan mereka, secara umum akan menimbulkan

    kecemasan dan salah satunya individu tersebut menjadi kurang

    percaya diri.

    4) Outside Life

    Aspek ini mengenai potensi psikologis dari peran kinerja

    anggota organisasi. Pada saat tertentu anggota organisasi

    dengan sukarela menginvestasikan sumber dayanya diluar

    kehidupan kerjanya dalam peran kinerja.

    3. Penyebab Employee Engagement

    Employee engagement sebenarnya sudah cukup banyak

    diteliti sehingga menghasilkan beragam pendapat dan hasil penelitian

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    mengenai kondisi apa yang dapat menyebabkan individu menjadi

    terikat (engage) pada suatu organisasi. Dalam penilitian Saks (2006)

    disebutkan beberapa variabel sebagai penyebab employee engagement,

    seperti perceived organizational support (POS), reward, dan justice.

    Perceive organizational support termasuk dalam dimensi

    psychological safety yaitu adanya keinginan individu untuk

    menunjukkan dan bersedia terikat dengan suatu organisasi tanpa adanya

    ketakutan seperti konsekuensi negatif (Kahn, 1992). Kahn (1990)

    menemukan bahwa dukungan dan kepercayaan dalam hubungan

    interpersonal terlebih dengan adanya dukungan manajemen maka akan

    lebih mengenal psychological safety. Anggota organisasi akan merasa

    aman dalam lingkungan kerja dengan adanya keterbukaan dan

    dukungan. Lingkungan yang mendukung akan diikuti dengan anggota

    yang bersedia untuk mencoba suatu hal yang baru dan ketika gagal hal

    tersebut bukan menjadi ketakutan tetapi sebuah pembelajaran (Kahn,

    1990).

    Reward atau hadiah, menurut Kahn (1990) individu memiliki

    beragam persepsi mengenai fungsi mereka ketika terikat (engage)

    dilihat dari keuntungan yang didapat dari peran mereka dalam suatu

    organisasi. Dalam hal ini, adanya harapan dari para karyawan ketika

    mereka terikat dengan sendirinya dalam pekerjaan, mereka memiliki

    persepsi untuk adanya jumlah yang lebih dalam hal hadiah (upah,

    insentif) dan juga pengakuan. Menurut Maslach (2001) kurangnya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    hadiah atau pengakuan akan mengarah pada burnout. Sedangkan dalam

    Social Exchange Theory, ketika karyawan menerima hadiah dan

    pengakuan dari organisasi, mereka akan merasa memiliki kewajiban

    untuk meningkatkan keterikatan mereka pada organisasi (Saks, 2006).

    Pada dimensi psychological safety yang diidentifikasi oleh

    Kahn (1990), melibatkan situasi sosial yang dapat diprediksi dan

    bersifat konsisten. Hal tersebut menyangkut keadilan dari organisasi

    seperti dalam penyaluran hadiah (reward) dan peraturan-peraturan yang

    berlaku. Persepsi terhadap keadilan ini akan berhubungan dengan hasil

    akhir organisasi seperti kepuasan kerja, komitmen, dan kinerja

    (Colquitt, 2001).

    Menurut Mokaya dan Kipyegon (2014) dengan adanya

    pemenuhan secara sosial, psikologis, maupun materiil, memungkinkan

    karyawan untuk bersedia tinggal dalam organisasi dan memberikan

    kontribusinya untuk kesuksesan organisasi. Peran tersebut terdapat

    dalam konsep motivasi Two Factor Theory yang terdiri dari faktor

    ekstrinsik maupun intrinsik. Khan dan Iqbal (2013) menyatakan bahwa

    karyawan memiliki faktor intrinsik dan ekstrinsik yang mereka

    butuhkan sehingga mengarahkan pada kondisi engagement. Hal ini

    kemudian menjadi menarik ketika faktor-faktor tersebut ini dapat

    mengembangkan kekuatan individu (Wubbolding, 1996).

    Engagement diperkirakan juga dapat disebabkan oleh

    beberapa variabel demografis. Menurut Swaminathan dan Ananth

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    (2009) ditemukan bahwa pengalaman masa kerja dan gaji bulanan

    ternyata memiliki kontribusi terhadap meningkatkan perasaan terikat

    (engage) pada karyawan. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa

    karyawan yang sudah bekerja selama lebih dari 16 tahun akan merasa

    lebih engage. Selain itu, karyawan yang pengalaman bekerja dibawah 6

    tahun juga diketahui merasa engage dikarenakan karyawan yang

    memilik pengalaman dibawah 6 tahun merasa masih membutuhkan

    lebih banyak pembelajaran dan lebih stabil dalam meyelesaikan

    pekerjaan mereka. Selain itu, karyawan yang mendapatkan penghasilan

    lebih tinggi dianggap lebih terpuaskan dalam segala aspek terutama

    uang. Namun, dalam penelitian tersebut diketahui bahwa jenis kelamin,

    usia dan jenjang pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan

    terhadap employee engagement.

    B. TWO FACTOR THEORY (TEORI DUA FAKTOR)

    1. Definisi Two Factor Theory

    Herzberg, Mausner, dan Snyderman pada tahun 1959

    melaporkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa manusia

    memiliki dua pasang kebutuhan. Kebutuhannya sebagai binatang

    untuk menghindari rasa sakit dan kebutuhannya sebagai manusia

    untuk bertumbuh secara psikologis. Temuan ini menuntun mereka

    untuk mengambangkan faktor ganda teori motivasi atau Two Factors

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    Theory. Sejak saat itu pula teori ini telah menarik perhatian dari

    bidang psikologi dan manajer industri (House & Wigdor, 1999).

    Menurut Two Factor Theory yang dicetuskan oleh

    Herzberg, terdapat 2 faktor motivasi. Motivation factors (intrinsik)

    sendiri terkait dengan sifat pekerjaan itu sendiri dan imbalan yang

    mengalir langsung dari performansi kerja. Selain faktor intrinsik yang

    dianggap ampuh adalah adanya karakteristik yang mendorong

    kebutuhan individu untuk aktualisasi diri dan realisasi diri di dalam

    pekerjaannya. Beberapa aspek dalam faktor intrinsik antara lain

    prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, dan

    kemajuan. Sedangkan hygiene factors (ekstrinsik) dikaitkan pada

    hubungan individu dengan konteks atau lingkungan tempat dia

    melakukan pekerjaannya. Seperti upah, kebijakan dan administrasi

    perusahaan dalam organisasi dianggap sebagai faktor utama dalam

    faktor ekstrinsik (House & Wigdor, 1999).

    Dalam beberapa kajian literatur lain mengenai motivasi

    intrinsik dan estrinsik dikatakan bahwa perbedaan keduanya terletak

    pada sumber dorongan. Kjerulf (2015) menjelaskan bahwa motivation

    factors (intrinsik) ketika seseorang memiliki keinginan melakukan

    sesuatu. Di sisi lain, hygiene factors (ekstrinsik) ketika seseorang

    melakukan sesuatu karena individu lain yang mencoba

    mengarahkannya. Dalam Khan dan Iqbal (2013) motivasi intrinsik

    merujuk pada dorongan untuk kepentingan kesenangan dan kepuasan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    pribadi. Motivasi ekstrinsik merujuk pada dorongan untuk nilai

    instrumental seperti hadiah.

    Berrdasarkan penjabaran konsep Two Factor Theory yang

    terdiri dari motivation factors (intrinsik) dan hygiene factors

    (ekstrinsik), peneliti menyimpulkan bahwa Two Factor Theory

    merupakan keadaan psikologis yang berfokus pada motivasi

    disebabkan oleh kepuasan yang bersumber dari nilai pribadi untuk

    aktualisasi dan realisasi diri, dan bersumber dari nilai instrumental

    untuk mendapatkan keuntungan dari apa yang telah dilakukan.

    2. Dimensi Two Factor Theory

    Dalam Fugar (2007) Herzberg menyimpulkan bahwa Two Factor

    Theory adalah produk dari dua faktor, yaitu :

    a. Motivation factors

    Faktor ini merupakan faktor yang dapat menghasilkan

    kepuasan positif. Faktor ini mendorong individu untuk memenuhi

    kebutuhan aktualisasi dan realisasi diri dalam pekerjaannya. Selain

    itu, faktor ini dikenal sebagai job content yang bertujuan

    meningkatkan rasa berarti karyawan pada pekerjaannya,

    pengalaman tanggung jawab, serta pencapaian dari usaha mereka

    (Robbins, 2009). Faktor ini melekat dalam pekerjaan dan

    memotivasi karyawan untuk sebuah kinerja yang unggul. Faktor ini

    disebut dengan faktor intrinsik yang dikaitkan dengan isi pekerjaan,

    yaitu :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    1) Achievement

    Aspek ini dideskripsikan sebagai adanya keberhasilan

    menyelesaikan pekerjaan, penyelesaian masalah,

    mempertahankan nama baik, evaluasi hasil kerjaan. Termasuk

    adanya kegagalan dan ketiadaan dalam pencapaian.

    2) Recognition

    Aspek ini menunjukkan adanya tindakan penghargaan dari

    supervisor, individu lain dalam manajemen seperti nasabah,

    rekan, profesional kolega atau publik. Aspek ini dapat

    ditunjukkan dalam bentuk tindakan pengumuman, pujian,

    ataupun menyalahkan.

    3) Advancement

    Aspek ini melihat perubahan yang sebenarnya dalam

    status atau posisi seseorang dalam perusahaan. Hal tersebut

    termasuk kemungkinan adanya kenaikan jabatan.

    4) Work It Self

    Aspek ini melihat tugas dalam pekerjaan sebagai sumber

    perasaan senang atau buruk terhadap pekerjaan itu sendiri.

    Pekerjaan dapat menjadi rutinitas atau sebuah kreatifitas atau

    justru membosankan, terlalu mudah atau terlalu sulit.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    5) Responsibility

    Dalam aspek ini meliputi tanggung jawab pribadi untuk

    suatu pekerjaan dan untuk pekerjaan lain atau memberikan

    tanggung jawab baru.

    b. Hygiene factors

    Faktor ini mendorong individu untuk mendapatakan nilai

    instrumental. perilaku mereka ditempat kerja. Faktor ini tidak

    mengarah pada kepuasan positif jangka panjang. Tetapi jika faktor-

    faktor ini tidak hadir, maka muncul ketidakpuasan. Faktor ini juga

    dikenal sebagai faktor job context yang menyediakan petunjuk bagi

    perusahaan dalam membuat keadaan kerja yang baik sehingga

    karyawan nyaman bekerja didalamnya (Robbins, 2009). Selain itu,

    faktor ini juga merupakan faktor ekstrinsik yang bekerja sebagai

    pemeliharaan untuk menghindari ketidakpuasan. Faktor ekstrinsik

    ini meliputi :

    1) Company Policy

    Aspek ini dideskripsikan sebagai ketidakjelasan

    komunikasi, kurangnya wewenang untuk memuaskan

    penyelesaian tugas, dan kurangnya tugas organisasi.

    2) Supervision

    Dijelaskan sebagai aspek yang melihat mampu atau tidak

    mampunya supervisor dalam melaksanakan tugasnya, adil atau

    tidak adil dalam mengawasi, siap atau tidak siapmya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    supervisor untuk menyerahkan tanggung jawab, dan siap atau

    tidak siapnya untuk mengajar.

    3) Interpersonal Relation

    Dalam aspek ini melihat interaksi antara individu dan

    atasan, rekan, bawahan. Termasuk salah satu hubungan kerja

    atau semata-mata hubungan sosial dalam pekerjaan.

    4) Salary

    Aspek ini meliputi adanya upah atau peningkatan gaji dan

    tidak terpenuhinya harapan pada peningkatan gaji.

    5) Working Condition

    Aspek ini melihat kondisi fisik kerja, jumlah pekerjaan,

    ketersediaan fasilitas untuk bekerja. Selain itu, meliputi kurang

    tidaknya ventilasi, penerangan, peralatan, ruang, dan

    karakteristik lingkungan lainnya.

    Penggunaan Two Factor Theory dalam konsep motivasi

    terdapat opini dari beberapa tokoh. Dalam House dan Wigdor (1999)

    dinyatakan jika dua faktor dalam teori Herzberg pada mulanya bersifat

    independen, setelah melakukan kajian dari beberapa penelitian maka

    ditemukan kedua faktor tersebut bersifat unidimensional. Selain itu,

    kedua faktor dalam Two Factor Theory tidak dapat dibedakan faktor

    mana yang lebih mempunyai efek terhadap individu. Hal ini

    disebabkan karena setiap individu memiliki kebutuhan dan

    kepuasannya masing-masing (House & Wigdor, 1999). Selain itu,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    kebutuhan setiap individu sifatnya tidak permanen, individu dapat

    termotivasi dengan kebutuhan dan faktor kepuasan yang berbeda

    karena pengalaman (Osemeke & Adegboyega, 2017).

    Beberapa kajian literatur mengenai motivation factors

    (intrinsik) dan hygiene factors (ekstrinsik) menyatakan bahwa faktor

    ekstrinsik merupakan faktor yang lebih baik dalam bekerja (Lam,

    2001; Mickel & Baron, 2008). Namun, penelitian lain menemukan

    bahwa faktor ekstrinsik cenderung memiliki kekurangan untuk

    memberikan dampak positif bagi kinerja dan karyawan itu sendiri.

    Disisi lain, penelitian yang dilakukan di industri perbankan

    menemukan bahwa faktor intrinsik dan ekstrinsik keduanya tetap

    memberikan hubungan positif pada kinerja dan engagement karyawan

    (Khan & Iqbal, 2013)

    3. Dampak Two Factor Theory

    Dalam beberapa literatur, hasil penelitian menunjukkan

    adanya hasil yang menguntungkan dengan adanya konsep motivasi.

    Segal dkk (2005) yang menemukan bahwa konsep motivasi memiliki

    kekuatan untuk mempengaruhi pengusaha agar menjadi sukses. Dalam

    hal performansi kerja, konsep motivasi memiliki hubungan positif

    dengan berbagai hasil kerja. Hailesilasie (2009) dengan menggunakan

    kuesioner sebagai metode pengumpulan data dan menggunakan

    analisis regresi, peneliti menemukan bahwa motivasi menuntun pada

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    performansi. Selain itu, Haines dkk (2008) melakukan penelitian

    dengan mengumpulkan data melalui kuesioner sebanyak 331

    kuesioner dari karyawan di bidang bisnis. Berdasarkan penelitian

    tersebut, diketahui bahwa faktor intrinsik sebagai salah satu faktor

    terbesar agar individu dalapat terlibat dalam penerimaan penugasan

    internasional.

    Konsep motivasi juga dianggap dapat mempengaruhi suatu

    keterikan karyawan dengan organisasi. Kahn (1990) serta May, Gilson

    dan Harter (2004) menemukan adanya korelasi pada motivasi dan

    employee engagement. Namun, penelitian menemukan hubungan tidak

    langsung antara motivasi dan employee engagement (Khan & Iqbal,

    2013). Dalam penelitian tersebut, ditemukan bahwa adanya hubungan

    positif antara konsep motivasi dan employee engagement pada

    karyawan bank di Pakistan. Pengujian hipotesis yang menggunakan

    ANOVA, diketahui semakin meningkatnya faktor intrinsik pada

    karyawan, maka semakin tinggi nilai employee engagement. Namun,

    faktor ekstrinsik diketahui memiliki pengaruh lebih pada employee

    engagement daripada motivasi intrinsik. Dalam Chalofsky & Krishna

    (2009) diketahui bahwa faktor intrinsik juga diketahui memiliki

    hubungan dengan employee engagement, walaupun masih sedikit

    penelitian yang mendukung opini tersebut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    C. CUSTOMER SERVICE (LAYANAN PELANGGAN)

    1. Customer Service

    Pelanggan atau customer didefinisikan sebagai orang yang

    membeli barang atau jasa. Seorang pelanggan juga dipandang sebagai

    orang yang harus ditangani pedagang atau pelaku bisnis, biasanya

    secara reguler. Selanjutnya, layanan atau service sering dipandang

    sebagai kontribusi terhadap minat atau kesejahteraan orang lain

    (Webster's II, 1999).

    Berdasarkan “Klasifikasi Baku Jabatan Indonesia Tahun

    2014”, customer service atau layanan pelanggan termasuk pekerjaan

    dalam golongan pokok 4 yaitu Tenaga Tata Usaha. Tenaga Tata

    Usaha bertugas mencatat, mengatur, menyimpan, menghitung dan

    mengambil informasi terkait, dan melakukan sejumlah tugas-tugas

    administrasi sehubungan dengan operasional keuangan, pengaturan

    perjalanan, permintaan informasi, dan perjanjian. Pekerjaan dalam

    golongan pokok ini diklasifikasikan ke dalam subgolongan pokok

    yaitu (41) Tenaga Tata Usaha Perkantoran Umum, (42) Tenaga Tata

    Usaha Pelayanan Pelanggan, (43) Tenaga Tata Usaha Penghitungan

    dan Pencatatan Bahan dan (44) Tenaga Tata Usaha Lainnya (KBJI

    2014, hal 421).

    Customer service merupakan pekerjaan pada golongan

    Tenaga Tata Usaha Pelayanan Pelanggan dan diklasifikasikan kembali

    sebagai pekerjaan dalam golongan Tenaga Tata Usaha Penerangan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    Tenaga Tata Usaha Penerangan bertugas merespon pertanyaan secara

    langsung, tertulis, elektronik dan telepon serta keluhan tentang barang,

    layanan, dan kebijakan organisasi, memberikan informasi dan

    merujuk orang ke sumber lain. Mereka dipekerjakan di lokasi yang

    menempatkan mereka dalam kontak langsung dengan klien atau

    dengan produksi barang dan jasa yang diberikan (KBJI 2014, hal 435).

    Tugas layanan pelanggan menurut “Klasifikasi Baku

    Jabatan Indonesia Tahun 2014” meliputi :

    1. Menjawab pertanyaan mengenai pelayanan barang, dan kebijakan,

    memberikan informasi tentang ketersediaan, lokasi, harga dan

    masalah terkait.

    2. Menanggapi pertanyaan tentang masalah dan memberikan saran,

    informasi dan bantuan, mencatat informasi tentang pertanyaan dan

    keluhan, merujuk pertanyaan yang kompleks kepada pemimpin

    tim atau penasihat ahli.

    3. Mengeluarkan formulir, kotak informasi dan brosur yang relevan

    untuk pihak yang berkepentingan.

    Pekerjaan yang diklasifikasikan di sini meliputi petugas kounter

    penerangan, pegawai informasi dan lainnya (KBJI 2014, hal 436).

    Beberapa penelitian sebelumnya menguatkan bahwa

    jabatan layanan pelanggan (customer service) adalah sesuatu yang

    dilakukan untuk pelanggan sehiungga meningkatkan pengalaman dan

    pengetahuan pelanggan (Harris, 2000). Perspektif yang sama berasal

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    dari Zemke & Woods (1998) yang mengklaim bahwa layanan

    pelanggan adalah hubungan dengan orang-orang yang penting untuk

    semua hal yang pelanggan lakukan, memenuhi kebutuhan dan harapan

    pelanggan seperti yang didefinisikan oleh pelanggan dan digunakan

    untuk menciptakan hubungan yang saling menguntungkan antara

    dirinya dan yang dilayaninya.

    D. Dinamika Hubungan Antar Variabel Penelitian

    Penelitian mengenai konsep motivasi sudah banyak menghasilkan

    berbagai opini, tetapi hampir semua peneliti setuju bahwa konsep motivasi

    merupakan tenaga sebagai pendorong individu untuk memulai aktivitas

    dan menyelesaikannya dengan memberikan semua usahanya untuk

    memenuhi keinginan mereka (Khan & Iqbal, 2013). Konsep motivasi Two

    Factor Theory terukur melalui faktor intrinsik dan ekstrinsik seperti,

    pencapaian, penghargaan, upah, dan kondisi kerja (Fugar, 2007). Tujuan

    dari adanya faktor tersebut untuk menciptakan lingkungan dimana

    individu bersedia bekerja dengan semangat, inisiatif, menarik dan antusias,

    dengan tingginya tingkat kepuasan secara personal dan grup, adanya rasa

    bertanggung jawab, setia dan nyaman untuk mencapai tujuan personal dan

    organisasi (Palaniammal, 2013).

    Keterikatan karyawan (employee engagement) menjadi salah satu

    target organisasi sebagai faktor pendukung pencapaian tujuan organisasi.

    Hal ini disebabkan karena beberapa penelitian mengatakan bahwa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    employee engagement merupakan kesiapan dan kemampuan karyawan

    untuk memberikan kontribusi pada kesuksesan perusahaan dengan

    memberikan usaha, kecerdasan dan energi lebih untuk bekerja (Perrin,

    2003). Dalam Buckingham dan Coffman (1999) menyatakan bahwa

    employee engagement digunakan sebagai perilaku yang efektif untuk

    mendapatkan hasil menguntungkan bagi perusahaan. Begitu juga menurut

    Shuck (2011), hasil penelitian menemukan bahwa employee engagement

    dapat mengurangi tingkat turnover dalam organisasi. Dalam May dan

    Gilson (2004) dikatakan bahwa organisasi dalam mengembangkan pekerja

    harus diimbangi dengan adanya peningkatan faktor safety yang dapat

    dinikmati oleh karyawan. Kahn (1990) menghubungkan employee

    engagement pada konsep motivasi, sehingga mengarahkan pada tingkat

    kinerja yang tinggi. Persoalan ini dapat dijelaskan melalui konsep social

    exchange theory (SET).

    Konsep social exchange theory (SET) dipercaya berhubungan

    dengan peningkatan kepercayaan, kesetiaan, dan komitmen selama dalam

    agenda tersebut bersedia untuk melakukan sebuah pertukaran (Cropanzo &

    Mictchell, 2005). Aturan pertukaran secara normal didasarkan pada

    hubungan timbal balik. Jika karyawan mendapatkan penghasilan dan

    keuntungan dari organisasi, mereka akan bertukar dengan kesiapan untuk

    engage dalam memberikan kontribusi mereka bagi organisasi (Kahn &

    Iqbal, 2013). Menurut Robinson, Perryman, dan Hayday (2004),

    engagement merupakan hubungan timbal balik antara karyawan dan atasan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    (organisasi). Jika karyawan mendapatkan keuntungan dari organisasi,

    mereka akan termotivasi dan akan memberikan semua usaha untuk engage

    dalam bekerja supaya mendapatkan hasil lebih. Engagement diperkirakan

    tetap memiliki hubungan yang positif dengan faktor-faktor dalam

    motivasi, namun masih sangat sedikit yang menggunakan seluruh aspek

    sebagai faktor yang berkontribusi dalam engagement (Khan & Iqbal,

    2013).

    E. KERANGKA PENELITIAN

    Hubungan kedua faktor dalam Two Factor Theory dan employee

    engagement pada karyawan customer service.

    F. HIPOTESIS

    Berdasarkan kerangka penelitian mengenai keterkaitan konsep motivasi

    dalam Two Factor Theory yang terdiri dari motivation factors dan hygiene

    factors sebagai variabel bebas dan employee engagement sebagai variabel

    MOTIVATION

    FACTORS

    (INTRINSIK)

    EMPLOYEE

    ENGAGEMENT

    HYGIENE

    FACTORS

    (EKSTRINSIK))

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    tergantung, maka hipotesis penelitian yang diajukan yaitu konsep motivasi

    pada Two Factor Theory yang terdiri dari motivation factors dan hygiene

    factors secara signifikan berhubungan dengan employee engagement pada

    karyawan customer service.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. JENIS PENELITIAN

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    kuantitatif. Tujuan jenis penelitian kuantitatif adalah mengkaji teori secara

    lebih objektif dengan cara menguji hubungan antar variabel-variabel yang

    diteliti (Supratiknya, 2015). Berdasarkan fungsinya, penelitian yang

    dilakukan termasuk penelitian dasar, karena hasil penelitian digunakan

    untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengujian teori-teori yang

    sudah ada. Selain itu berdasarkan bentuknya, penelitian yang akan

    dilakukan termasuk survei yang berupa pengambilan sampel yang

    representatif dari populasi sebagai data penelitian.

    B. IDENTIFIKASI VARIABEL

    1. Variabel Bebas

    Variabel bebas adalah atribut dari individu atau kelompok yang

    menyebabkan, mendahului, atau mempengaruhi hasil (Creswell,

    2014). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsep motivasi

    Two Factor Theory yang terdiri dari motivation factors dan hygiene

    factors.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    2. Variabel Tergantung

    Variabel tergantung adalah atribut dari individu atau kelompok yang

    bergantung pada variabel bebas, atau hasil dipengaruhi variabel bebas

    (Creswell, 2014). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah

    employee engagement.

    C. DEFINISI OPERASIONAL

    1. Employee Engagement

    Employee engagement merupakan suatu keadaan psikologis

    berupa ketikatan individu secara fisik, kognitif, dan emosi sehingga

    membentuk gambaran keinginan atau gairah kerja pada individu

    (Kahn, 1990), yang terukur melalui aspek-aspek dalam psychological

    conditions yang terdiri dari task characteristics, role characteristics,

    work interactions, interpersonal relationships, group and intergroup

    dynamics, management style and process, organizational norms,

    physical energy, emotional energy, insecurity, outside life. Semakin

    tinggi skor total employee engagement yang diperoleh, maka semakin

    tinggi kecenderungan karyawan untuk engage (terikat) pada

    perusahaan. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh

    dari skala employee engagement, maka semakin rendah

    kecenderungan karyawan untuk engage (terikat).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    2. Two Factor Theory

    Konsep motivasi dalam Two Factor Theory merupakan

    keadaan psikologis yang berfokus pada motivasi yang disebabkan oleh

    kepuasan intirinsik dan ekstrinsik yang berkaitan dengan pemenuhan

    sikap kerja. Two Factor Theory terdiri dari dua faktor yaitu motivation

    factors (intrinsik) dan hygiene factors (ekstrinsik). Motivation factors

    (intrinsik) merupakan kepuasan yang bersumber dari nilai pribadi dan

    terukur melalui aspek achievement, recognition, work it self,

    responsibility, advancement. Kemudian, hygiene factors (ekstrinsik)

    merupakan kepuasan yang bersumber dari nilai instrumental dan

    terukur melalui company policy, supervision, salary, interpersonal

    relation, working condition, job satisfaction. Semakin tinggi skor total

    faktor Two Factor Theory yang diperoleh, maka semakin tinggi faktor

    tersebut diperoleh karyawan. Sebaliknya, semakin rendah skor total

    yang diperoleh dari faktor Two Factor Theory, maka semakin rendah

    faktor tersebut diperoleh.

    D. SUBJEK PENELITIAN

    Subjek penelitian adalah karyawan bank pada jabatan customer

    service di salah satu bank pemerintah daerah. Pemilihan customer service

    sebagai subjek penelitian dikarenakan customer service merupakan

    layanan yang diberikan sebagai pendukung dari sebuah produk yang

    dihasilkan suatu perusahaan, sehingga peran customer service

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    menjembatani antara pelanggan dengan perusahaan (Ziethaml & Bitner,

    2003). Kriteria customer service yang menjadi subjek penelitian adalah

    karyawan customer service yang sudah menjabat sebagai pegawai tetap.

    Hal tersebut dikarenakan subjek penelitian sudah seharusnya mendapatkan

    hak dan kewajibannya secara penuh sesuai dengan kesepakatan dari aturan

    dan kebijakan organisasi.

    E. METODE DAN PENGAMBILAN DATA

    Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini

    dengan cara melakukan penyebaran skala. Seluruh skala dalam alat tes ini

    berbentuk skala Likert. Dalam penelitian ini, subjek diminta memberikan

    respon “sesuai” hingga “tidak sesuai” terhadap setiap item yang terdiri dari

    beberapa pilihan respon (Supratiknya, 2014). Pada penelitian ini, alat tes

    yang digunakan terdiri dari 4 respon : “Sangat Sesuai” , “Sesuai”, “Tidak

    Sesuai”, “Sangat Tidak Sesuai”. Pilihan respon jawaban netral tidak

    diberikan dalam alat tes ini. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi

    central tendency effect atau kecenderungan subjek untuk memberikan

    respon jawaban netral pada setiap item, sehingga dapat mempengaruhi

    validitas item tes (Supratiknya, 2014).

    Penelitian ini menggunakan dua skala yaitu skala Two Factor

    Theory dan skala employee engagement.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    1. Skala Two Factor Theory

    Skala Two Factor Theory tersusun dari beberapa aspek

    yang dikemukakan oleh Herzberg (1959), sebagai berikut :

    Tabel .1

    Blueprint Skala Two Factor Theory

    Dimensi Aspek Indikator Favorable Unfavorable

    Motivation

    Factors

    Acheivement Melihat hasil

    pekerjaan dan

    mampu

    menyelesaikan

    masalah

    2 1

    Recognition Mendapatkan

    penghargaan

    2 1

    Advancement Peningkatan

    jabatan/posisi dan

    peningkatan

    pemberian tanggung

    jawab

    2 1

    Work It-Self Pekerjaan sebagai

    hal yang tidak

    membosankan dan

    sebagai tantangan

    2 1

    Responsibility Bertanggung jawab

    atas pekerjaan

    2 1

    Hygiene

    Factors

    Company

    Policy

    Adanya koordinasi

    tugas organisasi

    2 1

    Supervision Supervisor yang

    berkompeten

    2 1

    Interpersonal

    Relation

    Adanya interaksi

    dan kerjasama antar

    individu

    2 1

    Salary Terpenuhinya upah

    yang sesuai

    2 1

    Working

    Condition

    Terpenuhinya

    fasilitas lingkungan

    fisik

    2 1

    All Job

    Satisfaction

    Tingkat kerpuasan

    individu secara

    keseluruhan

    2 1

    Total 22 11

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    Tabel. 2

    Distribusi Item Skala Two Factor Theory Sebelum Try Out

    Dimensi Aspek Item

    Favorable

    Item

    Unfavorable

    Jumlah Persen

    Motivation

    Factors

    Acheivement 1 , 5 3 3 9%

    Recognition 2, 4 6 3 9%

    Advancement 7, 11 9 3 9%

    Work It-Self 8, 10 12 3 9%

    Responsibility 13, 17 15 3 9%

    Hygiene

    Factors

    Company

    Policy

    14, 16 18 3 9%

    Supervision 19, 23 21 3 9%

    Interpersonal

    Relation

    20, 22 24 3 9%

    Salary 25, 29 27 3 9%

    Working

    Condition

    26, 28 30 3 9%

    All Job

    Satisfaction

    31, 33 32 3 9%

    Total 22 11 33 100%

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    2. Employee Engagement

    Skala employee engagement disusun berdasarkan beberapa

    aspek yang dicetuskan oleh Kahn (1990), sebagai berikut :

    Tabel. 3

    Blueprint Skala Employee Engagement

    Aspek Indikator Favorable Unfavorable

    Task

    Characteristics

    Bekerja secara cekatan,

    kreatif dan bersedia

    bekerja pada tugas yang

    menantang

    2 1

    Role

    Characteristics

    Menerima identitas dalam

    peran kerja

    2 1

    Work

    Interactions

    Adanya pernghargaan dari

    atasan, rekan, ataupun

    klien

    2 1

    Interpersonal

    Relationships

    Adanya kepercaya-an dan

    dukungan dari perusahaan

    2 1

    Group and

    Intergroup

    Dynamics

    Mampu bekerja dalan

    situasi kerja yang

    kompetitif

    2 1

    Management

    Style and

    Process

    Berani mencoba tugas baru 2 1

    Organizational

    Norms

    Mengikuti aturan dan

    budaya perusahaan

    2 1

    Psychological

    Energy

    Kesiapan individu secara

    fisik dalam melakukan

    tugas kerja

    2 1

    Emotional

    Energy

    Tanggung jawab terhadap

    tugas kerja dalam

    perusahaan

    2 1

    Insecurity Adanya jenjang karir dan

    tunjangan

    2 1

    Outside Life Aktif berkegiatan diluar

    peran kerja

    2 1

    Total 22 11

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    Tabel. 4

    Distribusi Item Skala Employee Engagement Sebelum Try Out

    Aspek Item

    Favorable

    Item

    Unfavorable

    Jumlah Persen

    Task

    Characteristics

    1, 5 3 3 9%

    Role

    Characteristics

    2, 6 4 3 9%

    Work

    Interactions

    7, 11 9 3 9%

    Interpersonal

    Relationships

    8, 12 10 3 9%

    Group and

    Intergroup

    Dynamics

    13, 15 17 3 9%

    Management

    Style and

    Process

    16, 18 14 3 9%

    Organizational

    Norms

    19, 23 21 3 9%

    Psychological

    Energy

    20, 22 24 3 9%

    Emotional

    Energy

    25, 27 29 3 9%

    Insecurity 26, 30 28 3 9%

    Outside Life 31, 33 32 3 9%

    Total 22 11 33 100%

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    F. MUTU ALAT UKUR

    1. Validitas

    Uji validitas adalah upaya yang peneliti lakukan untuk

    memastikan alat tes yang digunakan memiliki kesesuaian dengan

    variabel psikologis yang akan diukur (Supratiknya, 2014). Alat ukur

    yang memiliki kesesuaian dengan konsep teoritis, definisi operasional

    dan item yang dibuat akan membuat alat ukur tersebut semakin valid.

    Pengujian validitas pada skala yang digunakan dalam penelitian ini

    menggunakan uji validitas isi. Validitas isi merupakan tahap untuk

    melihat kesesuaian isi alat ukur dengan konstruk yang diukur. Hal ini

    dilakukan dengan cara melakukan analisis logis dengan bantuan orang

    yang lebih ahli atau kompeten (expert judgement) dalam memberikan

    penilaian keseuaian konten setiap item dengan tujuan konstruk yang

    hendak diukur (Supratiknya, 2014).

    Dalam penelitian ini, skala diuji menggunakan indeks

    validitas isi – item (IVI-I). Hal ini dilakukan karena metode IVI ini

    merupakan metode yang baik untuk menilai validitas isi dari sebuah

    skala baru maupun skala revisi (Supratiknya, 2016). Indeks validitas

    isi – item dalam skala Two Factor Theory menghasilkan rentang

    indeks antara 0,79 – 0,93. Pada skala employee engagement

    menghasilkan rentang indeks sebesar 0,79 – 0,93. Selain itu skala Two

    Factor Theory dan employee engagement menghasilkan indeks

    validitas isi – skala (IVI – S) sebssar 0,94 dan 0,93.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 47

    2. Seleksi Item

    Seleksi item dilakukan menggunakan indeks yang

    dihasilkan dari korelasi item-total. Seleksi item dilakukan pada kedua

    skala uji coba (try out) kemudian mengeliminasi indeks korelasi item-

    total dibawah 0,2. Jika skor item yang berkorelasi ≥ 0,20 maka item

    tersebut layak untuk dipertahankan (Kline, 1986 dalam Supratiknya,

    2014). Uji coba dilaksanakan pada 18 Desember 2017 dengan

    responden sebanyak 22 karyawan customer service bank X.

    Penghitungan ini dilakukan menggunakan program IBM SPSS versi

    21.

    a. Skala Two Factor Theory

    Pada skala motivasi, terdapat beberapa item yang memiliki

    rit < 0,20 sehingga peneliti harus menggugurkan item tersebut.

    Namun item unfavorable pada aspek Achievement, Recognition,

    Advancement, Work It-Self, Responsibility, Supervision yang

    memiliki rit < 0,20 terpaksa tetap digunakan agar komposisi setiap

    aspek pada skala Two Factor Theory seimbang. Item unfavorable

    sebagai distraktor penting untuk dipertimbangkan dalam seleksi

    item khususnya item dengan format pilihan ganda (Supratiknya,

    2014). Distraktor digunakan untuk menguji kemampuan testi untuk

    menebak dalam menjawab. Jika distraktor ini bekerja, maka

    jawaban testi akan memiliki sebaran yang merata pada masing-

    masing pilihan jawaban (Supratiknya, 2014).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 48

    Tabel. 5

    Distribusi Item Skala Two Factor Theory Setelah Try Out

    Dimensi Aspek Item

    Favorable

    Item

    Unfavorable

    Jumlah Persen

    Motivation

    Factors

    Acheivement 1 ,

    (3) 2 9%

    Recognition (2), 4* (6) 2 9%

    Advancement 7, 11* (9) 2 9%

    Work It-Self 8*, (10) (12) 2 9%

    Responsibility 13, (15) 2 9%

    Hygiene

    Factors

    Company

    Policy

    14, 18 2 9%

    Supervision , 23 (21) 2 9%

    Interpersonal

    Relation

    20, 24 2 9%

    Salary , 29 27 2 9%

    Working

    Condition

    26, 30 2 9%

    All Job

    Satisfaction

    31, 33* 32 2 9%

    Total 11 11 22 100%

    * : item gugur; < > : sengaja digugurkan; ( ) : sengaja tidak gugur

    b. Skala Employee Engagement

    Pada skala employee engagement, terdapat beberapa item

    yang memiliki rit < 0,20 sehingga peneliti harus menggugurkan

    item tersebut. Namun, item favorable terdapat beberapa aspek lain

    yang terpaksa harus digugurkan walau rit > 0,20. Hal ini dilakukan

    agar komposisi setiap aspek pada skala employee engagement

    seimbang.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 49

    Tabel. 6

    Distribusi Item Skala Employee Engagement Setelah Try Out

    Aspek Item

    Favorable

    Item

    Unfavorable

    Jumlah Persen

    Task

    Characteristics

    1*, 5 3 2 9%

    Role

    Characteristics

    2, 6* 4 2 9%

    Work

    Interactions

    , 11 9 2 9%

    Interpersonal

    Relationships

    (8), 12* 10 2 9%

    Group and

    Intergroup

    Dynamics

    13*, (15) 17 2 9%

    Management

    Style and

    Process

    16*, 18 14 2 9%

    Organizational

    Norms

    , 23 21 2 9%

    Psychological

    Energy

    , 22 24 2 9%

    Emotional

    Energy

    25*, 27 29 2 9%

    Insecurity 26, 30* 28 2 9%

    Outside Life 31, 33* 32 2 9%

    Total 11 11 22 100%

    * : item gugur; < > : sengaja digugurkan; ( ) : sengaja tidak gugur

    3. Reliabilitas

    Reliabitas mengacu pada konsistensi hasil pengukuran jika

    prosedur pengetesannya dilakukan secara berulang terhadap suatu

    populasi (APA, dalam Supratiknya., 2014). Reliabilitas dapat diukur

    dengan menghitung koefisien reliabilitas Alpha’s Cronbach

    (Supratiknya, 2014). Suatu pengukuran dipandang memiliki

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 50

    reliabilitas yang memuaskan apabila memiliki koefisien minimum

    0,70. Jika koefisien minimum kurang dari 0,70 maka suatu alat

    pengukuran dipandang tidak konsisten sehingga interpretasi skor

    cenderung dianggap meragukan (Supratiknya, 2014).

    a. Skala Two Factor Theory

    Koefisien Alpha’s Cronbach pada skala ini setelah seleksi

    item menghasilkan α = 0,700. Nilai koefisien tersebut dianggap

    bahwa skala ini secara keseluruhan memiliki reliabilitas yang

    cukup memuaskan.

    b. Skala Employee Engagement

    Koefisien Alpha’s Cronbach pada skala ini setelah seleksi

    item menghasilkan α = 0,869. Nilai koefisien tersebut dianggap

    bahwa skala employee engagement secara keseluruhan memiliki

    reliabilitas yang