BERDASARKAN TWO FACTOR THEORY MOTIVATION HYGIENE … · _Walt Disney PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN...
Transcript of BERDASARKAN TWO FACTOR THEORY MOTIVATION HYGIENE … · _Walt Disney PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN...
-
i
TINJAUAN EMPLOYEE ENGAGEMENT
BERDASARKAN TWO FACTOR THEORY
(MOTIVATION & HYGIENE FACTORS)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Yessica Kharina S
139114088
PROGAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
HALAMAN MOTTO
It’s not about perfect. It’s about effort. And when you bring that effort
every single day. That’s where transformation happens. That’s how
change occurs.
“Never let the fear of striking out keep you from playing the game”
_Walt Disney
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Untuk Mama, Mba Debie, (Alm) Papa di surga,
dan semua yang kucintai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
TINJAUAN EMPLOYEE ENGAGEMENT BERDASARKAN
TWO FACTOR THEORY
(MOTIVATION & HYGIENE FACTORS)
Yessica Kharina Septiani
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsep motivasi Two
Factor Theory dan employee engagement pada karyawan customer service dalam
sebuah bank pemerintah daerah. Hipotesis penelitian ini adalah adanya hubungan
positif antara kedua faktor motivasi dalam Two Factor Theory dan employee
engagement pada karyawan customer service. Subjek dalam penelitian ini
berjumlah 74 karyawan customer service. Alat ukur dalam penelitian ini
menggunakan skala Two Factor Theory dan skala employee engagement. Pada
skala Two Factor Theory terdiri dari 22 item dengan koefisien reliabilitas sebesar
α = 0,700 dan skala employee engagement menghasilkan koefisien reliabilitas α =
0,869. Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan uji korelasi Spearman’s rho
dengan bantuan program IBM SPSS versi 21. Penelitian ini menghasilkan nilai
korelasi motivation factors (intrinsik) sebesar r = 0,589 dan nilai signifikansi p =
0,000. Kemudian, menghasilkan nilah korelasi hygiene factors (estrinsik) sebesar
r = 0,408 dan nilai signifikansi p = 0,000. Hasil ini menunjukkan adanya
hubungan positif dan signifikan antara kedua faktor motivasi dan employee
engagement. Hal tersebut menjelaskan bahwa semakin tinggi motivasi intrinsik
dan ekstrinsik maka kecenderungan karyawan customer service untuk engage
(terikat) semakin kuat.
Kata kunci : employee engagement, Two Factor Theory, customer service, bank
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
THE REVIEW OF EMPLOYEE ENGAGEMENT BASED ON
TWO FACTOR THEORY
(MOTIVATION & HYGIENE FACTORS)
Yessica Kharina Septiani
ABSTRACT
The aim of the research is to know the relationship between the employee
engagement and the motivation concept of Two Factor Theory in local bank’s
customer service staff. The hypothesis of this research shows that there are some
positive relationship between them. The subject of the research is 74 employees of
local bank’s customer service staff. The scales that have been used in this
research are two Two Factors Theory’s scale and employee engagement scale.
There are 22 items with coefficient reliability α = 0,700 in Two Factor Theory
and α = 0,869 in employee engagement. The Spearman’s rho correlation testing
is being used for the hypothesis testing with the help of the IBM SPSS program
version 21. This research result shows motivation factors correlation (intrinsic)
r = 0,589 and the significant value is p = 0,000. On the other hand, hygiene
factors correlation (extrinsic) r = 0,589 and the significant value p = 0,000. The
conclusion is there is a significant positive relationship between both Two Factor
Theory and employee engagement. It’s also shows us the the higher value of
intrinsic and extrinsic motivation give the local’s bank customer service staff to
have strong employee engagement.
Keywoords : employee engagement, Two Factor Theory, customer service, bank
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat, hidayah dan penyertaan- Nya, peneliti mampu menjalani proses studi
hingga akhir dengan baik dan lancar. Semua ini menunjukkan bahwa tidak ada
yang mustahil dengan terus berusaha dan berdoa maka dimudahkan dan
dilancarkan segala urusan.
Peneliti menyadari bahwa kesuksesan dan kelancaran dalam menyusun
skripsi ini tidak terlepas dari banyak pihak yang telah membantu serta mendukung
dalam menghadapi halang rintang dan kegelisahan. Beribu terimakasih saya
haturkan kepada Mama, wanita hebat yang terus berjuang untuk terus
memberikan motivasi, dukungan serta pendampingannya. Papa di surga,
terimakasih atas semua perjuangan dan pengorbananmu hingga akhir sehingga
mampu mewujudkan keinginanmu agar anak-anaknya terus belajar dan
menggapai pendidikan setinggi-tingginya. Teruntuk kakak saya Debie
Kharismawati terimakasih atas bantuan dan bimbingannya dalam memperdalam
kemampuan bahasa inggris begitu juga dengan candaannya yang sangat
menghibur. Terimakasih juga untuk Stepanus Andy Christian yang terus setia
mendampingi, membantu, mendukung, dan mendengarkan setiap kelegaan
maupun ketakutan dalam menyelesaikan studi ini.
Selama proses studi dan penulisan skripsi, peneliti tak lupa mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
1. Ibu Dr. Titik Kristiyani M.Psi selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak R. Landung Eko P., M.Psi selaku dosen pembimbing skripsi atas
bimbimngan, nasehat, dan dukungannya. Terimakasih atas waktu luangnya
yang selalu menyempatkan untuk membimbing skripsi walau selalu banyak
revisi.
3. Bapak Prof. Agustinus Supratiknya selaku dosen pembimbing akademik.
Terimakasih atas nasehat dan saran yang selalu diberikan untuk kelancaran
dalam menyelesaikan studi ini.
4. Seluruh dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta atas pembelajaran, ilmu, dan pengalaman yang telah diberikan.
Terimakasih atas waktu yang telah diberikan demi kelancaran skripsi ini.
5. Segenap staff dan karyawan Faklutas Psikologi dengan sabar dan ramah
dalam melayani maupun memberikan informasi selama saya berkuliah di
Fakultas Psikologi.
6. Kepada keluarga besar Unit Kegiatan Mahasiswa Group Tari Sanata Dharma,
terkhusus Mas Agus selaku pelatih, terimakasih atas pengalaman diluar
pembelajaran formal, terimakasih atas dukungannya agar kegiatan UKM dan
kuliah tetap berjalan seimbang.
7. Kepada keluarga saya di UKM Grisadha terkhusus anggota garapan tari Yu
Warni Emprit, Mba Desi, Mba Dina, Shella, Ocha, Achi, Galuh, dan Martha.
Terimakasih atas pengalaman, curhatan, kerja kelompoknya walau beda
fakultas semuanya. Terimakasih atas dinamika yang membuatku untuk bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
lebih berkarya di bidang seni, berani, tanggung jawab, bijaksana, dan percaya
diri. Harapannya, kita akan terus mengembangkan potensi dan terus berkarya
sampai kapanpun!
8. Kepada Koko Edwin Gandawijaya, terimakasih untuk waktunya dalam
bertukar pikiran maupun membantu saya dalam memahami materi-materi
dalam skripsi saya terutama mengenai analisis statistik.
9. Kepada teman satu bimbingan, satu perjuangan untuk Cindy dan Vero,
terimakasih atas waktunya untuk menghibur, menyemangati, bertukar pikiran
tentang skripsi maupun berbagi ilmu tentang merawat diri dan makeup.
Kuncinya adalah selain nyiapin materi buat sidang, cantik juga perlu. First
Impression
10. Kepada Ibu Kos, Bu Yeti. Terimakasih atas kamar kosnya yang nyaman,
kondisi kos yang kondusif serta makanan yang sering diberikan kepada kami
anak-anak kosmu yang tentu akan menambah semangat.
11. Terakhir kepada seluruh keluarga Psikologi kelas A. Terimakasih atas
semangat dan dinamikannya dari awal kuliah sampai saat ini. Terimakasih
atas semua candaan, dan bersedia untuk bertukar pikiran tidak hanya untuk
masalah di kampus tapi juga diluar kampus. Sayang kalian!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
HALAMAN MOTTO..................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................................... vi
ABSTRAK..................................................................................................... vii
ABSTRACT...................................................................................................... viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH............ ix
KATA PENGANTAR.................................................................................... x
DAFTAR ISI................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG........................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................... 9
C. TUJUAN PENELITIAN..................................................................... 9
D. MANFAAT PENELITIAN................................................................ 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
1. Manfaat teoritis............................................................................ 9
2. Manfaat praktis............................................................................ 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. EMPLOYEE ENGAGEMENT.......................................................... 11
1. Definisi Employee Engagement................................................... 11
2. Dimensi Employee Engagement.................................................. 15
3. Penyebab Employee Engagement................................................ 21
B. TWO FACTOR THEORY................................................................. 24
1. Definisi Two Factor Theory......................................................... 24
2. Dimensi Two Factor Theory........................................................ 26
3. Dampak Two Factor Theory........................................................ 30
C. CUSTOMER SERVICE..................................................................... 32
1. Customer Service......................................................................... 32
D. DINAMIKA HUBUNGAN................................................................ 34
E. KERANGKA PENELITIAN.............................................................. 36
F. HIPOTESIS......................................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 38
A. JENIS PENELITIAN.......................................................................... 38
B. IDENTIFIKASI VARIABEL............................................................. 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
1. Variabel Bebas............................................................................. 38
2. Variabel Tergantung.................................................................... 39
C. DEFINISI OPERASIONAL............................................................... 39
1. Employee Engagement................................................................ 39
2. Two Factor Theory....................................................................... 40
D. SUBJEK PENELITIAN...................................................................... 40
E. METODE DAN PENGAMBILAN DATA........................................ 41
1. Skala Two Factor Theory............................................................. 42
2. Skala Employee Engagement....................................................... 44
F. MUTU ALAT UKUR......................................................................... 46
1. Validitas....................................................................................... 46
2. Seleksi Item.................................................................................. 47
3. Reliabilitas................................................................................... 49
4. Daya Diskriminasi........................................................................ 50
G. METODE ANALISA DATA............................................................. 52
1. Uji Normalitas.............................................................................. 52
2. Uji Linearitas................................................................................ 53
3. Uji Hipotesis................................................................................ 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................ 54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvi
A. PELAKSANAAN PENELITIAN....................................................... 54
B. DESKRIPSI DATA PENELITIAN.................................................... 54
1. Deskripsi Subjek Penelitian......................................................... 54
2. Deskripsi Data Penelitian............................................................. 59
C. ANALISIS DATA PENELITIAN...................................................... 61
1. Uji Asumsi................................................................................... 61
2. Uji Hipotesis................................................................................ 64
D. PEMBAHASAN................................................................................. 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 70
A. KESIMPULAN................................................................................... 70
B. SARAN............................................................................................... 70
1. Bagi Karyawan Customer Service............................................... 70
2. Bagi Perusahaan........................................................................... 71
3. Bagi Penelitian Selanjutnya......................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 73
LAMPIRAN.................................................................................................... 79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Blueprint Skala Two Factor Theory................................................. 42
Tabel 2: Distribusi Item Skala Two Factor Theory........................................ 43
Tabel 3: Blueprint Skala Employee Engagement........................................... 44
Tabel 4: Distribusi Item Skala Employee Engagement.................................. 45
Tabel 5: Distribusi Item Skala Two Factor Theory Setelah Try Out.............. 48
Tabel 6: Distribusi Item Skala Employee Engagement Setelah Try Out........ 49
Tabel 7.1: Deskripsi Usia............................................................................... 55
Tabel 7.2: Deskripsi Jenis Kelamin................................................................ 56
Tabel 7.3: Deskripsi Lama Bekerja................................................................ 56
Tabel 7.4: Deskripsi Gaji............................................................................... 58
Tabel 8.1: Data Empirik Skala Two Factor Theory........................................ 59
Tabel 8.2: Data Empirik Skala Employee Engagement.................................. 60
Tabel 9.1: Uji Normalitas............................................................................... 62
Tabel 9.2: Uji Linearitas................................................................................. 63
Tabel 9.3: Uji Linearitas (1)............................................................................ 64
Tabel 9.4: Uji Hipotesis.................................................................................. 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Skala Uji Coba Penelitian........................................................ 80
Lampiran 2: Validitas Isi Two Factor Theory & Employee Engagement........ 90
Lampiran 3: Reliabilitas Two Factor Theory & Employee Engagement......... 94
Lampiran 4: Skala Final Penelitian................................................................. 100
Lampiran 5: Hasil Uji T Mean Emprik & Teoritik.......................................... 109
Lampiran 6: Hasil Uji Asumsi.......................................................................... 111
Lampiran 7: Hasil Uji Hipotesis...................................................................... 113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perubahan zaman saat ini terasa begitu cepat sehingga setiap
instansi atau perusahaan secara otomatis harus mempersiapkan berbagai
tantangan dinamika kerja instansi. Hal tersebut dilakukan agar perusahaan
mampu bersaing dengan berbagai perkembangan industri. Persaingan
dalam dunia indsutri tidak hanya persaingan dalam penjualan produk
tetapi persaingan dalam pelayanan pelanggan (kompas.com/25/02/2011).
Persaingan pelayananan pelanggan dalam dunia industri dilakukan karena
perusahaan dengan layanan cepat lebih memiliki kesempatan untuk
menarik lebih banyak pelanggan dan mendapatkan keuntumgan (Sakwa &
Oloko, 2014). Hal ini tentu menghindarkan perusahaan dari kerugian
organisasi.
Tahun 2017 salah satu BPD di pulau Jawa mengalami tantangan
perusahaan terkait dengan pelayanan pelanggan. Berdasarkan wawancara
dengan salah satu pimpinan kantor cabang BPD X, diketahui bahwa
adanya penurunan efisiensi waktu pelayanan, sehingga terjadi
penumpukkan antrean pelanggan yang berdampak pada keluhan karena
waktu menunggu pelayanan yang lama. Hal ini disebabkan karena
penurunan kinerja dan kurangnya jumlah karyawan customer service.
Dalam kurun waktu sebulan 28% karyawan customer service mengajukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
surat pengunduran diri. Disisi lain, karyawan customer service yang masih
bekerja diketahui merasa keberatan karena harus memberikan usaha lebih
dengan berkurangnya jumlah karyawan.
Wawancara yang dilakukan dengan 5 karyawan customer service
menghasilkan opini mengenai pekerjaan mereka di perusahaan. Para
karyawan tersebut berpendapat bahwa jabatan customer service dituntut
bekerja dengan menampilkan sikap dan perilaku sopan serta etika
berkomunikasi yang baik. Narasumber juga menyatakan bahwa karyawan
customer service dituntut untuk dapat mengelola emosi. Tuntutan peran
kerja ini dianggap melelahkan. Narasumber merasa harus memanipulasi
sikap dan keadaan emosi mereka selama bekerja. Keadaan tersebut
memungkinkan para karyawan garda depan termasuk customer service
menjadi menjadi rentang terhadap stress dan withdrawal (Kao & Cheng ,
2014).
Narasumber menambahkan bahwa jabatan customer service
menjadi jabatan yang paling sering mengikuti berbagai agenda evaluasi
dan sosialisasi produk terbaru dari perusahaan. Hal ini menyebabkan
karyawan customer service menambah jam kerja atau bahkan
menggunakan hari libur mereka untuk tetap mengikuti agenda kegiatan.
Meskipun begitu, beberapa narasumber mengatakan pernah tidak
menghadiri agenda evaluasi sehingga menerima resiko berupa teguran dari
supervisor. Kemudian, banyaknya rekan customer service yang
mengundurkan diri membuat mereka harus bersedia memberikan usaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
lebih untuk melayani. Namun, terkadang mereka lebih memilih untuk
bekerja santai atau bahkan menambah waktu istirahat lebih lama. Selain
itu mereka juga diminta untuk bersedia membantu mempersiapkan agenda
kegiatan seperti acara tahun baru perusahaan. Masa kerja karyawan
customer service yang hanya sampai usia 36 tahun juga dianggap sebagai
pertimbangan bagi mereka untuk tetap bekerja pada jabatan tersebut.
Beberapa pengalaman tersebut membuat narasumber merasa keberatan
jika mereka harus diberi tanggung jawab diluar jam dan peran kerja
mereka.
Berbagai bentuk perilaku yang telah dipaparkan dan dilakukan oleh
karyawan customer service dapat dikategorikan sebagai permasalahan
employee engagement. Employee engagement dimaknai sebagai
keterikatan karyawan yang ditunjukkan secara fisik, kognitif, dan emosi
dalam sebuah peran kerja (Kahn, 1990). Employee engagement ditandai
dengan adanya psychological meaningfulness. Hal ini menunjukkan rasa
berharga dan bermanfaat bahwa perna mereka diibutuhkan bagi pelanggan
maupun perusahaan. Kemudian, employee engagement ditandai dengan
adanya psychological safety. Hal ini mencerminkan adanya perasaan aman
yang mencakup tidak ada ketakutan untuk mecoba dan konsekuensi
negatif terhadap pandangan pada diri, status maupun karir. Selain itu,
psychological availability mencerminkan kebersediaan individu untuk
lebih bersedia memberikan sumber dayanya secara fisik, kognitif, maupun
emosi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
Penelitian Smith dan Markwick (2009) menganalisis pentingnya
employee engagement dalam suatu perusahaan. Pertama, employee
engagement secara konstan dapat memberikan keuntungan bagi organisasi.
Hal ini disebabkan karena employee engagement berdampak pada
customer engagement yang mencerminkan sebuah kesetiaan. Kedua,
employee engagement memiliki dampak yang signifikan pada performansi
organisasi, sehingga mengarahkan pada keuntungan dan menambah
efisiensi dalam perilaku inovatif. Jika permasalahan engagement tidak
terselesaikan yang berarti tingkat engagement rendah, maka karyawan
akan cenderung memiliki tingkat absensi tinggi sehingga menghambat
produktivitas perusahaan (Mokaya & Kipyegon, 2014). Selain itu
beberapa penelitian menunjukkan bahwa karyawan yang engage mampu
membuat perusahaan lebih produktif dan kompetitif di dunia bisnis. Hal
inilah yang membuat engagement menjadi tantangan bisnis organisasi di
seluruh dunia dan penting diteliti terutama bagi perusahaan yang
memberikan jasa pelayanan (Iqbal, 2012; Slatten & Mehmetoglu, 2011).
Terdapat penelitian yang mengaitkan employee engagement dan
beberapa variabel seperti value congruance yang berupa penilaian diri
terhadap keberhargaan, efektivitas dan kesanggupan (Rich & Lepine,
2010). Selain itu, employee engagement juga dikaitkan dengan reward
atau hadiah. Hal ini dikarenakan individu melihat keuntungan yang
mereka dapat dari peran pekerjaan mereka (Saks, 2006). Namun beberapa
penelitian menemukan adanya hubungan employee engagement dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
konsep motivasi. Dalam Mahwish dan Meryem (2015) menyebutkan
bahwa salah satu faktor yang membuat karyawan engage adalah konsep
motivasi. Hal ini telah diungkapkan Herzberg (1976) yang menyatakan
jika perilaku karyawan setidaknya masih menunjukkan sikap positif
namun tidak bersedia memberikan usaha lebih untuk perusahaan, maka hal
ini berkaitan dengan konsep motivasi.
Beberapa penelitian menemukan bahwa dengan adanya konsep
motivasi yang berupa faktor ekstrinsik maka karyawan akan
meningkatknya untuk bekerja lebih baik (Mickel & Baron, 2008).
Kemudian, penelitian Kjerulf (2015) menemukan bahwa faktor ekstrinsik
dalam konsep motivasi cenderung memiliki kekurangan untuk
memberikan dampak positif bagi kinerja dan karyawan itu sendiri. Namun,
salah satu penelitian yang dilakukan di industri perbankan menemukan
faktor intrinsik dan ekstrinsik keduanya memberikan hubungan positif
dengan employee engagement (Khan & Iqbal, 2013). Faktor intrinsik dan
ekstrinsik mengarah pada konsep motivasi yang dicetuskan oleh
Herzeberg yaitu Two Factor Theory.
Konsep Two Factor Theory merupakan motivasi yang disebabkan
oleh perasaan puas atau tidak puas yang berkaitan dengan pencapaian
kerja (dalam Fugar, 2007). Two Factor Theory terdiri dari dua faktor yaitu
motivation factors (intrinsik) dan hygiene factors (ekstrinsik). Faktor
intrinsik terdiri dari adanya nilai-nilai pribadi seperti pencapaian,
pengakuan, dan tanggung jawab. Faktor intrinsik dianggap dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
mendorong individu untuk kebutuhan akutalisasi dan realisasi diri dalam
pekerjaan sehingga dapat memberikan dampak positif jangka panjang.
Disisi lain, faktor ekstrinsik dikaitkan pada hubungan individu dengan
lingkungan tempat bekerja seperti kebijakan perusahaan dan gaji (House
& Wigdor, 1999).
Dalam Hyun dan Sungmin (2009) menyatakan bahwa konsep
motivasi Two Factor Theory yang terdiri dari motivation factors (intrinsik)
dan hygiene factors (ekstrinsik) membawa pengaruh positif dalam dunia
kerja. Penelitian Yusoff dan Kian (2013) menyatakan bahwa untuk
memotivasi karyawan butuh adanya faktor intrinsik atau motivation
factors yang disediakan perusahaan. Faktor intrinsik tersebut dapat
membawa karyawan untuk lebih memaknai pekerjaannya, sehingga
berdampak pada hasil kerja, rasa bertanggung jawab, pencapaian jangka
panjang yang menimbulkan engagement. Sedangkan, ekstrinsik atau
hygiene factors hanya membuat karyawan bersedia bekerja tanpa diikuti
kualitas kerja sehingga faktor ini belum tentu dapat memunculkan sikap
engagement.
Berdasarkan wawancara dengan salah satu pimpinan cabang BPD
diketahui bahwa kapasitas kerja, gaji, dan juga asuransi bagi kesejahteraan
karyawan sudah sesuai dan tentunya mengikuti aturan ketenagakerjaan.
Perusahaan juga dianggap dapat menghargai kinerja karyawan yang padat
dengan mengadakan “family trip” bagi seluruh karyawan setiap satu tahun
sekali. Gaji yang diberikan tentu sudah sesuai upah minimum provinsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
Perusahaan tentu juga memberikan penghitungan tersendiri ketika
karyawan menambah jam kerja (lembur). Namun fasilitas yang sudah
diberikan karyawan dianggap masih tidak menghasilkan dampak positif
bagi perusahaan.
Penjelasan yang telah dipaparkan memberi sebuah gambaran
bahwa perusahaan merasa kurang adanya hubungan timbal balik dari
karyawan customer service. Jika dilihat menggunakan konsep Social
Exchange Theory (SET) tersedianya kebutuhan yang diinginkan
memungkinkan dapat memberikan hubungan positif dengan employee
engagement. Hal ini dikarenakan engagement merupakan sebuah
hubungan timbal balik balik antara karyawan dan organisasi (Robinson,
Perryman & Hayday, 2004). Jika karyawan mendapatkan keuntungan dari
organisasi, maka mereka akan bertukar dengan kesiapan untuk engage
(Khan & Iqbal, 2013).
Melihat adanya perbedaan antara penelitian terdahulu dan keadaan
pada karyawan customer service di BPD X, maka masih terdapat peluang
untuk melihat keadaan employee engangement dengan faktor intrinsik dan
ekstrinsik dari Two Factor Theory. Konsep motivasi Two Factor Theory
yang terdiri dari motivation factors (intrinsik) dan hygiene factors
(ekstrinsik) dianggap tepat untuk melihat kebutuhan karyawan yang
didapat di tempat kerja. Hal ini dikarenakan Two Factor Theory meyakini
bahwa pekerja memiliki kebutuhan yang dapat mengarahkan perilaku
mereka (Osemeke & Adegboyega, 2017). Konsep motivasi Two Factor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
Theory dianggap menarik karena teori ini tidak hanya menyangkut aspek
eksternal seperti upah tetapi juga aspek kemampuan dan pencapaian diri
yang dibutuhkan individu (Osemeke & Adegboyega, 2017).
Pengujian employee engagement dengan beberapa variabel pada
dasarnya cukup banyak diteliti. Namun hasil kajian peneliti, beberapa
penelitian sebelumnya menggunakan subjek pada ranah ritel untuk
menguji employee engagement (Bhatnagar, J. 2010; Mahwish, W. 2015;
Priyardashni, 2016; Ramadhan & Sembiring, 2014; Shuck, B. 2014).
Selain itu, peneltian pada ranah perbankan masih menggunakan sampel
karyawan secara keseluruhan untuk melihat engagement (Anand & Banu,
2016; Mishra & Kapse, 2013; Mokaya & Kipyegon, 2014; Putri & Baga,
2015). Sedangkan pengujian faktor intrinsik dan ekstrinsik menggunakan
berbagai konsep motivasi dari berbagai tokoh (Kjerulf, 2015; Khan &
Iqbal, 2013)
Studi ini nantinya diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa
kebaruan penelitian mengenai hubungan employee engagement dengan
konsep Two Factor Theory khususnya pada customer service di bidang
perbankan. Hal ini dikarenakan karyawan customer service tidak hanya
memberikan layanan berkualitas, tetapi berperan penting untuk
memasarkan perusahaan, menciptakan kepuasan pelanggan, dan membuat
hubungan baik dengan pelanggan (Cadwallader, 2009). Kedua, studi ini
berkontribusi untuk penelitian dibidang industri terutama berfokus pada
pengujian Two Factor Theory dicetuskan oleh F. Herzberg. Ketiga,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk penelitian
yang lebih baru di negara Indonesia, terkhusus di daerah tempat
pengambilan sampel pada penelitian ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah konsep motivasi Two Factor Theory (motivation & hygiene
factors) secara signifikan berhubungan dengan employee engagement pada
karyawan customer service?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah adanya hubungan yang
signifikan antara konsep motivasi Two Factor Theory (motivation &
hygiene factors) dan employee engagement pada karyawan customer
service.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan di bidang Psikologi Industri dan Organisasi (PIO)
mengenai hubungan Two Factor Theory dengan employee engagement
pada karyawan customer service.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan organisasi untuk mengevaluasi
sejauh mana engagement sehingga membuka pandangan karyawan
untuk lebih terlibat aktif memberikan kontribusi pada organisasi dalam
bentuk keterikatannya dengan organisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. EMPLOYEE ENGAGEMENT
1. Definisi Employee Engagement
Gagasan mengenai employee engagement telah muncul pada tahun
1961 oleh Kahn dan Goffman. Secara konsep, Kahn dan Goffman
menyebutnya sebgaia kelekatan dan ketidaklekatan terhadap variasi
peran kerja (Kahn 1990:649). Namun, seiring perkembangan ilmu
penelitian, muncullah kembali beberapa pendapat mengenai
engagement. Menurut Welch (2011), konsep dari employee engagement
ini terus berkembang sehingga menjadi fokus dalam organisasi secara
global. Berbagai pendapat mengenai engagement kemudian dibagi
menjadi beberapa wave yang terkelompokkan melalui tahun munculnya
penemuan-penemuan baru dari para ahli.
Karakteristik employee engagement pada era pre-wave ini
merupakan pengenalan secara menyuluruh mengenai kebutuhan
karyawan untuk engaged (terikat) dengan pekerjaan dan organisasi
mereka (Welch, 2011). Seperti dalam Katz dan Kahn (1966)
diterangkan bahwa kebutuhan perilaku karyawan adalah untuk
pencapaian efektivitas organisasi termasuk untuk sesekali terikat
(engage) dalam perilaku inovatif dan kooperatif yang melebihi dari apa
yang diperlukan namun tetap sesuai dengam objektivitas dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
organisasi. Pada era ini hanya fokus pada kebutuhan mengenali
pekerjaan mereka untuk terikat dan sebagai penghubung untuk
keefektipan organisasi.
Pada era wave 1, konsep engagement kembali mencuat pada tahun
1990. Tahun ini, Kahn melalukan penelitian kualitatif mengenai kondisi
psikologis dari engagement dan disengagement dengan mewawancarai
konselor dan pekerja pada perusahaan arsitektur. Disengagement
kemudian didefinisikan sebagai pemisahan diri dalam peran kerja yang
mana individu mulai menarik diri dari segala peran kerja (Kahn, 1990).
Kondisi psikologis menurut Kahn sendiri ditunjukkan secara fisik,
kognitif, dan emosi mereka dalam sebuah peran kerja. Kondisi
psikologis terkait engagement dan disengagement di tempat kerja, yaitu
keberartian (meaningfulness), keamanan (safety), dan kebersediaan
(availability). Kahn berpendapat bahwa terdapat tiga pertanyaan
mendasar pada diri mereka, yaitu “betapa berartinya saya untuk
membawa diri ke dalam sebuah peran kerja tertentu?”, “seberapa aman
melakukannya?”, dan “bagaimana saya dapat melakukannya?” (Kahn,
1990).
Era ini juga muncul pula ketertarikan baru terhadap istilah
employee engagement, terutama yang diperkenalkan ketika digunakan
oleh konsultan perusahaan Gallup pada tahun 1999 (Schaufeli &
Bakker, 2010). Gallup’s Buckingham dan Coffman (1999) mengajukan
istilah ini dalam buku bisins mereka yang diakui bahwa keterikatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
karyawan (employee engagement) mengarahkan pada kesetiaan
pelanggan.
Pertengahan tahun 2000 muncullah era wave 2. Era ini mengacu
pada ketertarikan terhadap kerja praktis dari konsep employee
engagement dan membangkitkan ketertarikan bagi para akademisi.
Perusahaan konsultan sendiri mengaitkan hubungan tingginya employee
engagement dengan tingginya kinerja bisnis (Hewitt, 2004). Hasil
tersebut didapatkan dari pengukuran engagement menggunakan
Gallups’s questionnaire yang terdiri dari 12 pertanyaan. Pada tahun
2002, Harter memberikan Gallup’s questionnaire dengan pertanyaan
tambahan mengenai kepuasan kerja secara keseluruhan pada organisasi
sebagai tempat kerja. Pengukuran tersebut diberi nama Q12
questionnaire sebagai pengukuran employee engagement. Mereka
mendefiniskan employee engagement sebagai kombinasi dari variabel
kognitif dan emosional dalam tempat kerja. Hal tersebut mengabaikan
konsep Kahn (1990) yang menyatakan bahwa elemen perilaku
ditunjukkan melalui komponen fisik.
Era wave 2 ditandai dengan meningkatnya minat dari para
profesional. Institut untuk studi ketenagakerjaan mulai melaporkan
bahwa adaya keterlibatan karyawan dalam sebuah penelitian di Inggris
(Robinson, 2004). Laporan tersebut menghasilkan sebuah definisi
mengenai engagement melalui sebuah penelitian oleh Human
Resources profesional pada 40 organisasi. Robinson (2004)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
mendefinisikan konsep engagement sebagai perilaku positif karyawan
terhadap organisasi dan nilai-nilainya yang melibatkan kesadaran akan
konteks bisnis dan bekerja untuk meningkatkan efisiensi kerja dan
efektivitas organisasi.
Pada era wave 3, konsep employee engagement semakin menarik
perhatian para akademisi untuk mempublikasikannya kedalam sebuah
buku yang diterbitkan pada tahun 2010 (Welch, 2011). Tahun 2006,
Saks mempertimbangkan konsep employee engagement. Saks merujuk
kembali pada definisi Kahn (1990) yaitu employee engagement
dimaknai sebagai keterikatan karyawan yang terdiri atas komponen
kognitif, emosional, dan fisik (perilaku). Saks kemudian memperluas
konsep employee engagement meliputi job engagement dan
organization engagement. Karyawan dengan rasa job engagement tentu
akan memiliki perasaan positif terhadap seluruh pekerjaannya.
Sedangkan, karyawan dengan rasa organization engagement akan
memiliki orientasi terhadap perusahaan dan mengacu pada tujuan
organisasi (Saks, 2006).
Survei mengenai employee engagement juga dilakukan oleh
Chartered Institute of Personnel and Development (CIPD, 2006). Hasil
survei CIPD mendukung penuh penelitian yang mengacu pada teori
para akademisi dan ringkasan pemahaman employee engagement
sebagai psychological conditions (keadaan psikologis) yang
membentuk gambaran keinginan atau gairah kerja pada individu. Selain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
itu, Macey dan Schneider (2008) memaknai employee engagement
sebagai keadaan kompleks yang meliputi sifat, keadaan, konstruk
perilaku, pekerjaan, dan kondisi organisasi yang mungkin memfasilitasi
keadaan dan perilaku keterlibatan. Albrecht (dalam Welch, 2011)
memberikan sumbangan terbaru pada periode wave 3 yang memaknai
employee engagement sebagai keadaan psikologis kerja yang positif
dari karyawan berupa keinginan tulus untuk berkontribusi terhadap
keberhasilan organisasi.
Berdasarkan penjabaran perkembangan dari konsep employee
engagement, peneliti menyimpulkan bahwa employee engaement
merupakan suatu keadaan psikologis kerja yang positif berupa
keterikatan individu secara fisik, kognitif, dan emosi sehingga
membentuk gairah kerja pada individu yang mengacu pada pencapaian
tujuan organisasi.
2. Dimensi Employee Engagement
Dalam beberapa literatur dijelaskan bahwa employee engagement
merupakan variabel dasar yang mempengaruhi sikap dan perilaku yang
berhubungan dengan pekerjaan (Christian, Garza & Slaughter, 2011).
Kahn (1990) menjelaskan bahwa terdapat tiga dimensi dalam employee
engagement, yaitu emotional engagement sebagai bentuk keterlibatan
secara emosional terhadap pekerjaan individu itu sendiri; cognitive
engagement sebagai bentuk keseriusan individu untuk fokus pada saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
bekerja; physical engagement sebagai bentuk kebersediaan individu
bekerja lebih untuk atasan. Dimensi tersebut merupakan penggambaran
konsep awal engagement yang dapat mengukur tingkat dimensi yang
individu sadari dan tanpa disadari.
Kahn (1990) kembali memutuskan untuk mengulangi determinan
engagement dengan sebutan psychological condition yang terdiri dari
meaningfulness, safety, dan availability. Hal ini didukung oleh Welch
(2011) yang menjelaskan bahwa employee engagement dapat dipahami
sebagai kinerja peran kognitif, emosional dan fisik yang bergantung
pada kondisi kejiwaan (psychological conditions) (Welch, 2011).
a. Psychological Meaningfulness
Dimensi ini dilihat sebagai penerimaan individu pada suatu
umpan balik dari investasi yang telah ia berikan berupa fisik,
kognitif, atau emosional. Pengalaman keberhargaan
(meaningfulness) seseorang, ketika mereka merasa bermanfaat,
berguna, dan bernilai yang seolah-olah mereka membuat suatu
perbedaan dan tidak dianggap biasa (Kahn, 1990). Dimensi ini
serupa dengan aspek absorption yaitu karyawan menikmati seluruh
pekerjaannya, merasa sulit terpisah oleh pekerjaannya (Schaufeli,
2002). Aspek pada psychological meaningfulness dikaitkan dengan
elemen kerja yang menciptakan insentif yang berupa reward
(pendorong) atau bahkan disinsentif untuk dapat terlibat secara
pribadi. Terdapat tiga aspek dalam keadaan psikologis ini, yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
1) Task Characteristics
Aspek ini merupakan pengalaman anggota organisasi
ketika melakukan peran kerjanya yang bersifat menantang,
membutuhkan kreatifitas, sehingga individu akan cenderung
mengalami beragam pengalaman yang berharga atau berarti.
Situasi ideal untuk aspek ini misalnya bekerja pada proyek
besar dan rumit. Pada aspek task characteristics ini menuntut
keterampilan rutin dan adanya keterampilan baru yang
memungkinkan seseorang untuk merasakan kompetensi,
pertumbuhan, dan pembelajaran.
2) Role Characteristics
Aspek ini dikaitkan dengan peran identitas yang harus
dilakukan anggota organisasi secara eksplisit. Anggota
organisasi dapat menyukai atau tidak menyukai identitas dan
sikap mereka saat situasi peran kerja. Keadaan ini biasanya
mereka lakukan atas dasar seberapa baik peran mereka sesuai
dengan apa yang mereka lihat atau inginkan untuk mereka
lakukan.
3) Work Interactions
Pada aspek ini individu akan mendapatkan pengalaman
psychological meaningfulness ketika tugas kinerja mereka
diikuti dengan penghargaan interpersonal dari interaksi dengan
supervisor, sesama karyawan dan klien. Interaksi tersebut juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
memberikan sebuah martabat bagi individu, penghargaan pada
diri sendiri, dan rasa dihargai atau berharga.
b. Psychological Safety
Dimensi ini merupakan kebersediaan individu untuk
menunjukkan pengalamaan yang bersifaat perasaaan. Perasaan
tersebut mencakup tidak adanya ketakutan atau konsekuensi negatif
terhadap pandangan pada diri sendiri, status atau karir. Dimensi ini
dianggap sebagai perasaan aman seseorang dalam sebuah situasi
yang mana mereka percaya bahwa mereka tidak menderita (Kahn,
1990). Dimensi ini serupa dengan aspek dedication yaitu perasaan
antuisias, bangga, dan percaya dalam menghadapi tantangan
(Schaufeli, 2002). Aspek pada psychological safety dikaitkan
dengan unsur-unsur sistem sosial yang menciptakan situasi sosial
yang mengancam atau justu aman bersifat dapat diprediksi
sehingga menciptakan keputusan yang konsisten untuk terlibat.
Terdiri dari empat aspek, yaitu :
1) Interpersonal Relationships
Aspek ini berkaitan dengan perasaan aman dan nyaman
secara psikologis ketika mereka didukung dan dipercaya. Hal
ini seperti sebuah relasi yang memiliki kelenturan yang mana
mengizinkan sesoerang untuk mencoba dan mungkin untuk
gagal tanpa menimbulkan ketakutan atas konsekuensinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
2) Group and Intergroup Dynamics
Aspek ini mencakup kekhawatiran anggota organisasi
secara sadar ataupun tidak sadar ketika dalam situasi peran
kerja. Beberapa dinamika dalam situasi kerja seperti ketika
berhadapan dengan otoritas, dan persaingan. Dalam aspek ini
juga meliputi distribusi wewenang dan kekuasaan di antara
kelompok-kelompok dalam organisasi. Contohnya, dalam
suatu perusahaan terdapat pebedaan distribusi tugas dalam
suatu kelompok, termasuk dalam pembedaan terhadap status
dari sebuah kelompok.
3) Management Style and Process
Aspek ini berhubungan dengan lingkungan manajerial
yang suportif . Hal ini memungkinkan orang untuk berani
mencoba dan tanpa takut gagal sebagai konsekuensinya.
Seseorang akan merasa lebih aman saat mereka memiliki
kendali atas pekerjaan mereka. Keengganan manajerial untuk
melonggarkan kontrol, mengirim pesan bahwa karyawan
mereka tidak dipercaya dan mereka harus memiliki ketakutan
ketika melampaui batas kemampuan atau keinginan mereka.
4) Organizational Norms
Aspek ini dikaitkan dengan sebuah norma yang
merupakan harapan bersama tentang perilaku umum anggota
dari sebuah sistem (Hackman, 1986). Individu yang tetap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
berada pada cara kerja dan berperilaku seperti biasanya akan
merasa lebih aman daripada individu yang menyimpang di luar
batas-batas cara dan perilaku seperti individu yang lain.
c. Psychological Availability
Dimensi ini dikaitkan dengan individu yang memiliki
sumber daya fisik, kognitif, atau psikologis untuk lebih melibatkan
diri dalam peran kerja. Dimensi ini mengukur seberapa siap
seseorang untuk terikat (engage). Seseorang yang lebih atau rendah
kesediaannya (availability) untuk memberikan sumber dayanya
pada peran kerja bergantung pada bagaimana penyelesaian atau
solusi mereka terhadap variasi tuntutan dari lingkungan kerja
maupun tidak (Kahn, 1990). Dimensi ini serupa dengan aspek
vigour yaitu tingginya tingkat enerhi dan ketahanan mental
karyawan (Schaufeli, 2002). Aspek pada psychological availability
diartikan sebagai memberikan kesempatan individu untuk memiliki
dan memberikan sumber daya lebih atau justru lebih sedikit yang
nantinya berpengaruh pada proses melibatkan diri mereka dalam
peran kerja. Terdiri dari empat aspek, yaitu:
1) Physical Energy
Pada aspek ini individu dituntut memiliki tingkat energi
secara fisik, kekuatan, dan kesiapan individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
2) Emotional Energy
Aspek ini individu dimaksudkan memiliki kemampuan
emosional untuk terikat (engage) secara personal. Secara
sederhana, individu dalam hal ini akan memiliki keyakinan
akan tanggungjawabnya dalam suatu organisasi sehingga tidak
akan meninggalkan akan menghindar dari pekerjaan di sebuah
organisasi.
3) Insecurity
Aspek ini mengenai bagaimana perasaan aman dari
individu tentang pekerjaan dan status mereka. Gangguan
ketidaknyaman (insecurity) dari diri mereka sendiri dalam
pekerjaan mereka, secara umum akan menimbulkan
kecemasan dan salah satunya individu tersebut menjadi kurang
percaya diri.
4) Outside Life
Aspek ini mengenai potensi psikologis dari peran kinerja
anggota organisasi. Pada saat tertentu anggota organisasi
dengan sukarela menginvestasikan sumber dayanya diluar
kehidupan kerjanya dalam peran kinerja.
3. Penyebab Employee Engagement
Employee engagement sebenarnya sudah cukup banyak
diteliti sehingga menghasilkan beragam pendapat dan hasil penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
mengenai kondisi apa yang dapat menyebabkan individu menjadi
terikat (engage) pada suatu organisasi. Dalam penilitian Saks (2006)
disebutkan beberapa variabel sebagai penyebab employee engagement,
seperti perceived organizational support (POS), reward, dan justice.
Perceive organizational support termasuk dalam dimensi
psychological safety yaitu adanya keinginan individu untuk
menunjukkan dan bersedia terikat dengan suatu organisasi tanpa adanya
ketakutan seperti konsekuensi negatif (Kahn, 1992). Kahn (1990)
menemukan bahwa dukungan dan kepercayaan dalam hubungan
interpersonal terlebih dengan adanya dukungan manajemen maka akan
lebih mengenal psychological safety. Anggota organisasi akan merasa
aman dalam lingkungan kerja dengan adanya keterbukaan dan
dukungan. Lingkungan yang mendukung akan diikuti dengan anggota
yang bersedia untuk mencoba suatu hal yang baru dan ketika gagal hal
tersebut bukan menjadi ketakutan tetapi sebuah pembelajaran (Kahn,
1990).
Reward atau hadiah, menurut Kahn (1990) individu memiliki
beragam persepsi mengenai fungsi mereka ketika terikat (engage)
dilihat dari keuntungan yang didapat dari peran mereka dalam suatu
organisasi. Dalam hal ini, adanya harapan dari para karyawan ketika
mereka terikat dengan sendirinya dalam pekerjaan, mereka memiliki
persepsi untuk adanya jumlah yang lebih dalam hal hadiah (upah,
insentif) dan juga pengakuan. Menurut Maslach (2001) kurangnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
hadiah atau pengakuan akan mengarah pada burnout. Sedangkan dalam
Social Exchange Theory, ketika karyawan menerima hadiah dan
pengakuan dari organisasi, mereka akan merasa memiliki kewajiban
untuk meningkatkan keterikatan mereka pada organisasi (Saks, 2006).
Pada dimensi psychological safety yang diidentifikasi oleh
Kahn (1990), melibatkan situasi sosial yang dapat diprediksi dan
bersifat konsisten. Hal tersebut menyangkut keadilan dari organisasi
seperti dalam penyaluran hadiah (reward) dan peraturan-peraturan yang
berlaku. Persepsi terhadap keadilan ini akan berhubungan dengan hasil
akhir organisasi seperti kepuasan kerja, komitmen, dan kinerja
(Colquitt, 2001).
Menurut Mokaya dan Kipyegon (2014) dengan adanya
pemenuhan secara sosial, psikologis, maupun materiil, memungkinkan
karyawan untuk bersedia tinggal dalam organisasi dan memberikan
kontribusinya untuk kesuksesan organisasi. Peran tersebut terdapat
dalam konsep motivasi Two Factor Theory yang terdiri dari faktor
ekstrinsik maupun intrinsik. Khan dan Iqbal (2013) menyatakan bahwa
karyawan memiliki faktor intrinsik dan ekstrinsik yang mereka
butuhkan sehingga mengarahkan pada kondisi engagement. Hal ini
kemudian menjadi menarik ketika faktor-faktor tersebut ini dapat
mengembangkan kekuatan individu (Wubbolding, 1996).
Engagement diperkirakan juga dapat disebabkan oleh
beberapa variabel demografis. Menurut Swaminathan dan Ananth
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
(2009) ditemukan bahwa pengalaman masa kerja dan gaji bulanan
ternyata memiliki kontribusi terhadap meningkatkan perasaan terikat
(engage) pada karyawan. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa
karyawan yang sudah bekerja selama lebih dari 16 tahun akan merasa
lebih engage. Selain itu, karyawan yang pengalaman bekerja dibawah 6
tahun juga diketahui merasa engage dikarenakan karyawan yang
memilik pengalaman dibawah 6 tahun merasa masih membutuhkan
lebih banyak pembelajaran dan lebih stabil dalam meyelesaikan
pekerjaan mereka. Selain itu, karyawan yang mendapatkan penghasilan
lebih tinggi dianggap lebih terpuaskan dalam segala aspek terutama
uang. Namun, dalam penelitian tersebut diketahui bahwa jenis kelamin,
usia dan jenjang pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap employee engagement.
B. TWO FACTOR THEORY (TEORI DUA FAKTOR)
1. Definisi Two Factor Theory
Herzberg, Mausner, dan Snyderman pada tahun 1959
melaporkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa manusia
memiliki dua pasang kebutuhan. Kebutuhannya sebagai binatang
untuk menghindari rasa sakit dan kebutuhannya sebagai manusia
untuk bertumbuh secara psikologis. Temuan ini menuntun mereka
untuk mengambangkan faktor ganda teori motivasi atau Two Factors
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
Theory. Sejak saat itu pula teori ini telah menarik perhatian dari
bidang psikologi dan manajer industri (House & Wigdor, 1999).
Menurut Two Factor Theory yang dicetuskan oleh
Herzberg, terdapat 2 faktor motivasi. Motivation factors (intrinsik)
sendiri terkait dengan sifat pekerjaan itu sendiri dan imbalan yang
mengalir langsung dari performansi kerja. Selain faktor intrinsik yang
dianggap ampuh adalah adanya karakteristik yang mendorong
kebutuhan individu untuk aktualisasi diri dan realisasi diri di dalam
pekerjaannya. Beberapa aspek dalam faktor intrinsik antara lain
prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, dan
kemajuan. Sedangkan hygiene factors (ekstrinsik) dikaitkan pada
hubungan individu dengan konteks atau lingkungan tempat dia
melakukan pekerjaannya. Seperti upah, kebijakan dan administrasi
perusahaan dalam organisasi dianggap sebagai faktor utama dalam
faktor ekstrinsik (House & Wigdor, 1999).
Dalam beberapa kajian literatur lain mengenai motivasi
intrinsik dan estrinsik dikatakan bahwa perbedaan keduanya terletak
pada sumber dorongan. Kjerulf (2015) menjelaskan bahwa motivation
factors (intrinsik) ketika seseorang memiliki keinginan melakukan
sesuatu. Di sisi lain, hygiene factors (ekstrinsik) ketika seseorang
melakukan sesuatu karena individu lain yang mencoba
mengarahkannya. Dalam Khan dan Iqbal (2013) motivasi intrinsik
merujuk pada dorongan untuk kepentingan kesenangan dan kepuasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
pribadi. Motivasi ekstrinsik merujuk pada dorongan untuk nilai
instrumental seperti hadiah.
Berrdasarkan penjabaran konsep Two Factor Theory yang
terdiri dari motivation factors (intrinsik) dan hygiene factors
(ekstrinsik), peneliti menyimpulkan bahwa Two Factor Theory
merupakan keadaan psikologis yang berfokus pada motivasi
disebabkan oleh kepuasan yang bersumber dari nilai pribadi untuk
aktualisasi dan realisasi diri, dan bersumber dari nilai instrumental
untuk mendapatkan keuntungan dari apa yang telah dilakukan.
2. Dimensi Two Factor Theory
Dalam Fugar (2007) Herzberg menyimpulkan bahwa Two Factor
Theory adalah produk dari dua faktor, yaitu :
a. Motivation factors
Faktor ini merupakan faktor yang dapat menghasilkan
kepuasan positif. Faktor ini mendorong individu untuk memenuhi
kebutuhan aktualisasi dan realisasi diri dalam pekerjaannya. Selain
itu, faktor ini dikenal sebagai job content yang bertujuan
meningkatkan rasa berarti karyawan pada pekerjaannya,
pengalaman tanggung jawab, serta pencapaian dari usaha mereka
(Robbins, 2009). Faktor ini melekat dalam pekerjaan dan
memotivasi karyawan untuk sebuah kinerja yang unggul. Faktor ini
disebut dengan faktor intrinsik yang dikaitkan dengan isi pekerjaan,
yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
1) Achievement
Aspek ini dideskripsikan sebagai adanya keberhasilan
menyelesaikan pekerjaan, penyelesaian masalah,
mempertahankan nama baik, evaluasi hasil kerjaan. Termasuk
adanya kegagalan dan ketiadaan dalam pencapaian.
2) Recognition
Aspek ini menunjukkan adanya tindakan penghargaan dari
supervisor, individu lain dalam manajemen seperti nasabah,
rekan, profesional kolega atau publik. Aspek ini dapat
ditunjukkan dalam bentuk tindakan pengumuman, pujian,
ataupun menyalahkan.
3) Advancement
Aspek ini melihat perubahan yang sebenarnya dalam
status atau posisi seseorang dalam perusahaan. Hal tersebut
termasuk kemungkinan adanya kenaikan jabatan.
4) Work It Self
Aspek ini melihat tugas dalam pekerjaan sebagai sumber
perasaan senang atau buruk terhadap pekerjaan itu sendiri.
Pekerjaan dapat menjadi rutinitas atau sebuah kreatifitas atau
justru membosankan, terlalu mudah atau terlalu sulit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
5) Responsibility
Dalam aspek ini meliputi tanggung jawab pribadi untuk
suatu pekerjaan dan untuk pekerjaan lain atau memberikan
tanggung jawab baru.
b. Hygiene factors
Faktor ini mendorong individu untuk mendapatakan nilai
instrumental. perilaku mereka ditempat kerja. Faktor ini tidak
mengarah pada kepuasan positif jangka panjang. Tetapi jika faktor-
faktor ini tidak hadir, maka muncul ketidakpuasan. Faktor ini juga
dikenal sebagai faktor job context yang menyediakan petunjuk bagi
perusahaan dalam membuat keadaan kerja yang baik sehingga
karyawan nyaman bekerja didalamnya (Robbins, 2009). Selain itu,
faktor ini juga merupakan faktor ekstrinsik yang bekerja sebagai
pemeliharaan untuk menghindari ketidakpuasan. Faktor ekstrinsik
ini meliputi :
1) Company Policy
Aspek ini dideskripsikan sebagai ketidakjelasan
komunikasi, kurangnya wewenang untuk memuaskan
penyelesaian tugas, dan kurangnya tugas organisasi.
2) Supervision
Dijelaskan sebagai aspek yang melihat mampu atau tidak
mampunya supervisor dalam melaksanakan tugasnya, adil atau
tidak adil dalam mengawasi, siap atau tidak siapmya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
supervisor untuk menyerahkan tanggung jawab, dan siap atau
tidak siapnya untuk mengajar.
3) Interpersonal Relation
Dalam aspek ini melihat interaksi antara individu dan
atasan, rekan, bawahan. Termasuk salah satu hubungan kerja
atau semata-mata hubungan sosial dalam pekerjaan.
4) Salary
Aspek ini meliputi adanya upah atau peningkatan gaji dan
tidak terpenuhinya harapan pada peningkatan gaji.
5) Working Condition
Aspek ini melihat kondisi fisik kerja, jumlah pekerjaan,
ketersediaan fasilitas untuk bekerja. Selain itu, meliputi kurang
tidaknya ventilasi, penerangan, peralatan, ruang, dan
karakteristik lingkungan lainnya.
Penggunaan Two Factor Theory dalam konsep motivasi
terdapat opini dari beberapa tokoh. Dalam House dan Wigdor (1999)
dinyatakan jika dua faktor dalam teori Herzberg pada mulanya bersifat
independen, setelah melakukan kajian dari beberapa penelitian maka
ditemukan kedua faktor tersebut bersifat unidimensional. Selain itu,
kedua faktor dalam Two Factor Theory tidak dapat dibedakan faktor
mana yang lebih mempunyai efek terhadap individu. Hal ini
disebabkan karena setiap individu memiliki kebutuhan dan
kepuasannya masing-masing (House & Wigdor, 1999). Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
kebutuhan setiap individu sifatnya tidak permanen, individu dapat
termotivasi dengan kebutuhan dan faktor kepuasan yang berbeda
karena pengalaman (Osemeke & Adegboyega, 2017).
Beberapa kajian literatur mengenai motivation factors
(intrinsik) dan hygiene factors (ekstrinsik) menyatakan bahwa faktor
ekstrinsik merupakan faktor yang lebih baik dalam bekerja (Lam,
2001; Mickel & Baron, 2008). Namun, penelitian lain menemukan
bahwa faktor ekstrinsik cenderung memiliki kekurangan untuk
memberikan dampak positif bagi kinerja dan karyawan itu sendiri.
Disisi lain, penelitian yang dilakukan di industri perbankan
menemukan bahwa faktor intrinsik dan ekstrinsik keduanya tetap
memberikan hubungan positif pada kinerja dan engagement karyawan
(Khan & Iqbal, 2013)
3. Dampak Two Factor Theory
Dalam beberapa literatur, hasil penelitian menunjukkan
adanya hasil yang menguntungkan dengan adanya konsep motivasi.
Segal dkk (2005) yang menemukan bahwa konsep motivasi memiliki
kekuatan untuk mempengaruhi pengusaha agar menjadi sukses. Dalam
hal performansi kerja, konsep motivasi memiliki hubungan positif
dengan berbagai hasil kerja. Hailesilasie (2009) dengan menggunakan
kuesioner sebagai metode pengumpulan data dan menggunakan
analisis regresi, peneliti menemukan bahwa motivasi menuntun pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
performansi. Selain itu, Haines dkk (2008) melakukan penelitian
dengan mengumpulkan data melalui kuesioner sebanyak 331
kuesioner dari karyawan di bidang bisnis. Berdasarkan penelitian
tersebut, diketahui bahwa faktor intrinsik sebagai salah satu faktor
terbesar agar individu dalapat terlibat dalam penerimaan penugasan
internasional.
Konsep motivasi juga dianggap dapat mempengaruhi suatu
keterikan karyawan dengan organisasi. Kahn (1990) serta May, Gilson
dan Harter (2004) menemukan adanya korelasi pada motivasi dan
employee engagement. Namun, penelitian menemukan hubungan tidak
langsung antara motivasi dan employee engagement (Khan & Iqbal,
2013). Dalam penelitian tersebut, ditemukan bahwa adanya hubungan
positif antara konsep motivasi dan employee engagement pada
karyawan bank di Pakistan. Pengujian hipotesis yang menggunakan
ANOVA, diketahui semakin meningkatnya faktor intrinsik pada
karyawan, maka semakin tinggi nilai employee engagement. Namun,
faktor ekstrinsik diketahui memiliki pengaruh lebih pada employee
engagement daripada motivasi intrinsik. Dalam Chalofsky & Krishna
(2009) diketahui bahwa faktor intrinsik juga diketahui memiliki
hubungan dengan employee engagement, walaupun masih sedikit
penelitian yang mendukung opini tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
C. CUSTOMER SERVICE (LAYANAN PELANGGAN)
1. Customer Service
Pelanggan atau customer didefinisikan sebagai orang yang
membeli barang atau jasa. Seorang pelanggan juga dipandang sebagai
orang yang harus ditangani pedagang atau pelaku bisnis, biasanya
secara reguler. Selanjutnya, layanan atau service sering dipandang
sebagai kontribusi terhadap minat atau kesejahteraan orang lain
(Webster's II, 1999).
Berdasarkan “Klasifikasi Baku Jabatan Indonesia Tahun
2014”, customer service atau layanan pelanggan termasuk pekerjaan
dalam golongan pokok 4 yaitu Tenaga Tata Usaha. Tenaga Tata
Usaha bertugas mencatat, mengatur, menyimpan, menghitung dan
mengambil informasi terkait, dan melakukan sejumlah tugas-tugas
administrasi sehubungan dengan operasional keuangan, pengaturan
perjalanan, permintaan informasi, dan perjanjian. Pekerjaan dalam
golongan pokok ini diklasifikasikan ke dalam subgolongan pokok
yaitu (41) Tenaga Tata Usaha Perkantoran Umum, (42) Tenaga Tata
Usaha Pelayanan Pelanggan, (43) Tenaga Tata Usaha Penghitungan
dan Pencatatan Bahan dan (44) Tenaga Tata Usaha Lainnya (KBJI
2014, hal 421).
Customer service merupakan pekerjaan pada golongan
Tenaga Tata Usaha Pelayanan Pelanggan dan diklasifikasikan kembali
sebagai pekerjaan dalam golongan Tenaga Tata Usaha Penerangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
Tenaga Tata Usaha Penerangan bertugas merespon pertanyaan secara
langsung, tertulis, elektronik dan telepon serta keluhan tentang barang,
layanan, dan kebijakan organisasi, memberikan informasi dan
merujuk orang ke sumber lain. Mereka dipekerjakan di lokasi yang
menempatkan mereka dalam kontak langsung dengan klien atau
dengan produksi barang dan jasa yang diberikan (KBJI 2014, hal 435).
Tugas layanan pelanggan menurut “Klasifikasi Baku
Jabatan Indonesia Tahun 2014” meliputi :
1. Menjawab pertanyaan mengenai pelayanan barang, dan kebijakan,
memberikan informasi tentang ketersediaan, lokasi, harga dan
masalah terkait.
2. Menanggapi pertanyaan tentang masalah dan memberikan saran,
informasi dan bantuan, mencatat informasi tentang pertanyaan dan
keluhan, merujuk pertanyaan yang kompleks kepada pemimpin
tim atau penasihat ahli.
3. Mengeluarkan formulir, kotak informasi dan brosur yang relevan
untuk pihak yang berkepentingan.
Pekerjaan yang diklasifikasikan di sini meliputi petugas kounter
penerangan, pegawai informasi dan lainnya (KBJI 2014, hal 436).
Beberapa penelitian sebelumnya menguatkan bahwa
jabatan layanan pelanggan (customer service) adalah sesuatu yang
dilakukan untuk pelanggan sehiungga meningkatkan pengalaman dan
pengetahuan pelanggan (Harris, 2000). Perspektif yang sama berasal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
dari Zemke & Woods (1998) yang mengklaim bahwa layanan
pelanggan adalah hubungan dengan orang-orang yang penting untuk
semua hal yang pelanggan lakukan, memenuhi kebutuhan dan harapan
pelanggan seperti yang didefinisikan oleh pelanggan dan digunakan
untuk menciptakan hubungan yang saling menguntungkan antara
dirinya dan yang dilayaninya.
D. Dinamika Hubungan Antar Variabel Penelitian
Penelitian mengenai konsep motivasi sudah banyak menghasilkan
berbagai opini, tetapi hampir semua peneliti setuju bahwa konsep motivasi
merupakan tenaga sebagai pendorong individu untuk memulai aktivitas
dan menyelesaikannya dengan memberikan semua usahanya untuk
memenuhi keinginan mereka (Khan & Iqbal, 2013). Konsep motivasi Two
Factor Theory terukur melalui faktor intrinsik dan ekstrinsik seperti,
pencapaian, penghargaan, upah, dan kondisi kerja (Fugar, 2007). Tujuan
dari adanya faktor tersebut untuk menciptakan lingkungan dimana
individu bersedia bekerja dengan semangat, inisiatif, menarik dan antusias,
dengan tingginya tingkat kepuasan secara personal dan grup, adanya rasa
bertanggung jawab, setia dan nyaman untuk mencapai tujuan personal dan
organisasi (Palaniammal, 2013).
Keterikatan karyawan (employee engagement) menjadi salah satu
target organisasi sebagai faktor pendukung pencapaian tujuan organisasi.
Hal ini disebabkan karena beberapa penelitian mengatakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
employee engagement merupakan kesiapan dan kemampuan karyawan
untuk memberikan kontribusi pada kesuksesan perusahaan dengan
memberikan usaha, kecerdasan dan energi lebih untuk bekerja (Perrin,
2003). Dalam Buckingham dan Coffman (1999) menyatakan bahwa
employee engagement digunakan sebagai perilaku yang efektif untuk
mendapatkan hasil menguntungkan bagi perusahaan. Begitu juga menurut
Shuck (2011), hasil penelitian menemukan bahwa employee engagement
dapat mengurangi tingkat turnover dalam organisasi. Dalam May dan
Gilson (2004) dikatakan bahwa organisasi dalam mengembangkan pekerja
harus diimbangi dengan adanya peningkatan faktor safety yang dapat
dinikmati oleh karyawan. Kahn (1990) menghubungkan employee
engagement pada konsep motivasi, sehingga mengarahkan pada tingkat
kinerja yang tinggi. Persoalan ini dapat dijelaskan melalui konsep social
exchange theory (SET).
Konsep social exchange theory (SET) dipercaya berhubungan
dengan peningkatan kepercayaan, kesetiaan, dan komitmen selama dalam
agenda tersebut bersedia untuk melakukan sebuah pertukaran (Cropanzo &
Mictchell, 2005). Aturan pertukaran secara normal didasarkan pada
hubungan timbal balik. Jika karyawan mendapatkan penghasilan dan
keuntungan dari organisasi, mereka akan bertukar dengan kesiapan untuk
engage dalam memberikan kontribusi mereka bagi organisasi (Kahn &
Iqbal, 2013). Menurut Robinson, Perryman, dan Hayday (2004),
engagement merupakan hubungan timbal balik antara karyawan dan atasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
(organisasi). Jika karyawan mendapatkan keuntungan dari organisasi,
mereka akan termotivasi dan akan memberikan semua usaha untuk engage
dalam bekerja supaya mendapatkan hasil lebih. Engagement diperkirakan
tetap memiliki hubungan yang positif dengan faktor-faktor dalam
motivasi, namun masih sangat sedikit yang menggunakan seluruh aspek
sebagai faktor yang berkontribusi dalam engagement (Khan & Iqbal,
2013).
E. KERANGKA PENELITIAN
Hubungan kedua faktor dalam Two Factor Theory dan employee
engagement pada karyawan customer service.
F. HIPOTESIS
Berdasarkan kerangka penelitian mengenai keterkaitan konsep motivasi
dalam Two Factor Theory yang terdiri dari motivation factors dan hygiene
factors sebagai variabel bebas dan employee engagement sebagai variabel
MOTIVATION
FACTORS
(INTRINSIK)
EMPLOYEE
ENGAGEMENT
HYGIENE
FACTORS
(EKSTRINSIK))
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
tergantung, maka hipotesis penelitian yang diajukan yaitu konsep motivasi
pada Two Factor Theory yang terdiri dari motivation factors dan hygiene
factors secara signifikan berhubungan dengan employee engagement pada
karyawan customer service.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuantitatif. Tujuan jenis penelitian kuantitatif adalah mengkaji teori secara
lebih objektif dengan cara menguji hubungan antar variabel-variabel yang
diteliti (Supratiknya, 2015). Berdasarkan fungsinya, penelitian yang
dilakukan termasuk penelitian dasar, karena hasil penelitian digunakan
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengujian teori-teori yang
sudah ada. Selain itu berdasarkan bentuknya, penelitian yang akan
dilakukan termasuk survei yang berupa pengambilan sampel yang
representatif dari populasi sebagai data penelitian.
B. IDENTIFIKASI VARIABEL
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah atribut dari individu atau kelompok yang
menyebabkan, mendahului, atau mempengaruhi hasil (Creswell,
2014). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsep motivasi
Two Factor Theory yang terdiri dari motivation factors dan hygiene
factors.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
2. Variabel Tergantung
Variabel tergantung adalah atribut dari individu atau kelompok yang
bergantung pada variabel bebas, atau hasil dipengaruhi variabel bebas
(Creswell, 2014). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah
employee engagement.
C. DEFINISI OPERASIONAL
1. Employee Engagement
Employee engagement merupakan suatu keadaan psikologis
berupa ketikatan individu secara fisik, kognitif, dan emosi sehingga
membentuk gambaran keinginan atau gairah kerja pada individu
(Kahn, 1990), yang terukur melalui aspek-aspek dalam psychological
conditions yang terdiri dari task characteristics, role characteristics,
work interactions, interpersonal relationships, group and intergroup
dynamics, management style and process, organizational norms,
physical energy, emotional energy, insecurity, outside life. Semakin
tinggi skor total employee engagement yang diperoleh, maka semakin
tinggi kecenderungan karyawan untuk engage (terikat) pada
perusahaan. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh
dari skala employee engagement, maka semakin rendah
kecenderungan karyawan untuk engage (terikat).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
2. Two Factor Theory
Konsep motivasi dalam Two Factor Theory merupakan
keadaan psikologis yang berfokus pada motivasi yang disebabkan oleh
kepuasan intirinsik dan ekstrinsik yang berkaitan dengan pemenuhan
sikap kerja. Two Factor Theory terdiri dari dua faktor yaitu motivation
factors (intrinsik) dan hygiene factors (ekstrinsik). Motivation factors
(intrinsik) merupakan kepuasan yang bersumber dari nilai pribadi dan
terukur melalui aspek achievement, recognition, work it self,
responsibility, advancement. Kemudian, hygiene factors (ekstrinsik)
merupakan kepuasan yang bersumber dari nilai instrumental dan
terukur melalui company policy, supervision, salary, interpersonal
relation, working condition, job satisfaction. Semakin tinggi skor total
faktor Two Factor Theory yang diperoleh, maka semakin tinggi faktor
tersebut diperoleh karyawan. Sebaliknya, semakin rendah skor total
yang diperoleh dari faktor Two Factor Theory, maka semakin rendah
faktor tersebut diperoleh.
D. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian adalah karyawan bank pada jabatan customer
service di salah satu bank pemerintah daerah. Pemilihan customer service
sebagai subjek penelitian dikarenakan customer service merupakan
layanan yang diberikan sebagai pendukung dari sebuah produk yang
dihasilkan suatu perusahaan, sehingga peran customer service
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
menjembatani antara pelanggan dengan perusahaan (Ziethaml & Bitner,
2003). Kriteria customer service yang menjadi subjek penelitian adalah
karyawan customer service yang sudah menjabat sebagai pegawai tetap.
Hal tersebut dikarenakan subjek penelitian sudah seharusnya mendapatkan
hak dan kewajibannya secara penuh sesuai dengan kesepakatan dari aturan
dan kebijakan organisasi.
E. METODE DAN PENGAMBILAN DATA
Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini
dengan cara melakukan penyebaran skala. Seluruh skala dalam alat tes ini
berbentuk skala Likert. Dalam penelitian ini, subjek diminta memberikan
respon “sesuai” hingga “tidak sesuai” terhadap setiap item yang terdiri dari
beberapa pilihan respon (Supratiknya, 2014). Pada penelitian ini, alat tes
yang digunakan terdiri dari 4 respon : “Sangat Sesuai” , “Sesuai”, “Tidak
Sesuai”, “Sangat Tidak Sesuai”. Pilihan respon jawaban netral tidak
diberikan dalam alat tes ini. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi
central tendency effect atau kecenderungan subjek untuk memberikan
respon jawaban netral pada setiap item, sehingga dapat mempengaruhi
validitas item tes (Supratiknya, 2014).
Penelitian ini menggunakan dua skala yaitu skala Two Factor
Theory dan skala employee engagement.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
1. Skala Two Factor Theory
Skala Two Factor Theory tersusun dari beberapa aspek
yang dikemukakan oleh Herzberg (1959), sebagai berikut :
Tabel .1
Blueprint Skala Two Factor Theory
Dimensi Aspek Indikator Favorable Unfavorable
Motivation
Factors
Acheivement Melihat hasil
pekerjaan dan
mampu
menyelesaikan
masalah
2 1
Recognition Mendapatkan
penghargaan
2 1
Advancement Peningkatan
jabatan/posisi dan
peningkatan
pemberian tanggung
jawab
2 1
Work It-Self Pekerjaan sebagai
hal yang tidak
membosankan dan
sebagai tantangan
2 1
Responsibility Bertanggung jawab
atas pekerjaan
2 1
Hygiene
Factors
Company
Policy
Adanya koordinasi
tugas organisasi
2 1
Supervision Supervisor yang
berkompeten
2 1
Interpersonal
Relation
Adanya interaksi
dan kerjasama antar
individu
2 1
Salary Terpenuhinya upah
yang sesuai
2 1
Working
Condition
Terpenuhinya
fasilitas lingkungan
fisik
2 1
All Job
Satisfaction
Tingkat kerpuasan
individu secara
keseluruhan
2 1
Total 22 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
Tabel. 2
Distribusi Item Skala Two Factor Theory Sebelum Try Out
Dimensi Aspek Item
Favorable
Item
Unfavorable
Jumlah Persen
Motivation
Factors
Acheivement 1 , 5 3 3 9%
Recognition 2, 4 6 3 9%
Advancement 7, 11 9 3 9%
Work It-Self 8, 10 12 3 9%
Responsibility 13, 17 15 3 9%
Hygiene
Factors
Company
Policy
14, 16 18 3 9%
Supervision 19, 23 21 3 9%
Interpersonal
Relation
20, 22 24 3 9%
Salary 25, 29 27 3 9%
Working
Condition
26, 28 30 3 9%
All Job
Satisfaction
31, 33 32 3 9%
Total 22 11 33 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
2. Employee Engagement
Skala employee engagement disusun berdasarkan beberapa
aspek yang dicetuskan oleh Kahn (1990), sebagai berikut :
Tabel. 3
Blueprint Skala Employee Engagement
Aspek Indikator Favorable Unfavorable
Task
Characteristics
Bekerja secara cekatan,
kreatif dan bersedia
bekerja pada tugas yang
menantang
2 1
Role
Characteristics
Menerima identitas dalam
peran kerja
2 1
Work
Interactions
Adanya pernghargaan dari
atasan, rekan, ataupun
klien
2 1
Interpersonal
Relationships
Adanya kepercaya-an dan
dukungan dari perusahaan
2 1
Group and
Intergroup
Dynamics
Mampu bekerja dalan
situasi kerja yang
kompetitif
2 1
Management
Style and
Process
Berani mencoba tugas baru 2 1
Organizational
Norms
Mengikuti aturan dan
budaya perusahaan
2 1
Psychological
Energy
Kesiapan individu secara
fisik dalam melakukan
tugas kerja
2 1
Emotional
Energy
Tanggung jawab terhadap
tugas kerja dalam
perusahaan
2 1
Insecurity Adanya jenjang karir dan
tunjangan
2 1
Outside Life Aktif berkegiatan diluar
peran kerja
2 1
Total 22 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
45
Tabel. 4
Distribusi Item Skala Employee Engagement Sebelum Try Out
Aspek Item
Favorable
Item
Unfavorable
Jumlah Persen
Task
Characteristics
1, 5 3 3 9%
Role
Characteristics
2, 6 4 3 9%
Work
Interactions
7, 11 9 3 9%
Interpersonal
Relationships
8, 12 10 3 9%
Group and
Intergroup
Dynamics
13, 15 17 3 9%
Management
Style and
Process
16, 18 14 3 9%
Organizational
Norms
19, 23 21 3 9%
Psychological
Energy
20, 22 24 3 9%
Emotional
Energy
25, 27 29 3 9%
Insecurity 26, 30 28 3 9%
Outside Life 31, 33 32 3 9%
Total 22 11 33 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
46
F. MUTU ALAT UKUR
1. Validitas
Uji validitas adalah upaya yang peneliti lakukan untuk
memastikan alat tes yang digunakan memiliki kesesuaian dengan
variabel psikologis yang akan diukur (Supratiknya, 2014). Alat ukur
yang memiliki kesesuaian dengan konsep teoritis, definisi operasional
dan item yang dibuat akan membuat alat ukur tersebut semakin valid.
Pengujian validitas pada skala yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan uji validitas isi. Validitas isi merupakan tahap untuk
melihat kesesuaian isi alat ukur dengan konstruk yang diukur. Hal ini
dilakukan dengan cara melakukan analisis logis dengan bantuan orang
yang lebih ahli atau kompeten (expert judgement) dalam memberikan
penilaian keseuaian konten setiap item dengan tujuan konstruk yang
hendak diukur (Supratiknya, 2014).
Dalam penelitian ini, skala diuji menggunakan indeks
validitas isi – item (IVI-I). Hal ini dilakukan karena metode IVI ini
merupakan metode yang baik untuk menilai validitas isi dari sebuah
skala baru maupun skala revisi (Supratiknya, 2016). Indeks validitas
isi – item dalam skala Two Factor Theory menghasilkan rentang
indeks antara 0,79 – 0,93. Pada skala employee engagement
menghasilkan rentang indeks sebesar 0,79 – 0,93. Selain itu skala Two
Factor Theory dan employee engagement menghasilkan indeks
validitas isi – skala (IVI – S) sebssar 0,94 dan 0,93.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
47
2. Seleksi Item
Seleksi item dilakukan menggunakan indeks yang
dihasilkan dari korelasi item-total. Seleksi item dilakukan pada kedua
skala uji coba (try out) kemudian mengeliminasi indeks korelasi item-
total dibawah 0,2. Jika skor item yang berkorelasi ≥ 0,20 maka item
tersebut layak untuk dipertahankan (Kline, 1986 dalam Supratiknya,
2014). Uji coba dilaksanakan pada 18 Desember 2017 dengan
responden sebanyak 22 karyawan customer service bank X.
Penghitungan ini dilakukan menggunakan program IBM SPSS versi
21.
a. Skala Two Factor Theory
Pada skala motivasi, terdapat beberapa item yang memiliki
rit < 0,20 sehingga peneliti harus menggugurkan item tersebut.
Namun item unfavorable pada aspek Achievement, Recognition,
Advancement, Work It-Self, Responsibility, Supervision yang
memiliki rit < 0,20 terpaksa tetap digunakan agar komposisi setiap
aspek pada skala Two Factor Theory seimbang. Item unfavorable
sebagai distraktor penting untuk dipertimbangkan dalam seleksi
item khususnya item dengan format pilihan ganda (Supratiknya,
2014). Distraktor digunakan untuk menguji kemampuan testi untuk
menebak dalam menjawab. Jika distraktor ini bekerja, maka
jawaban testi akan memiliki sebaran yang merata pada masing-
masing pilihan jawaban (Supratiknya, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
48
Tabel. 5
Distribusi Item Skala Two Factor Theory Setelah Try Out
Dimensi Aspek Item
Favorable
Item
Unfavorable
Jumlah Persen
Motivation
Factors
Acheivement 1 ,
(3) 2 9%
Recognition (2), 4* (6) 2 9%
Advancement 7, 11* (9) 2 9%
Work It-Self 8*, (10) (12) 2 9%
Responsibility 13, (15) 2 9%
Hygiene
Factors
Company
Policy
14, 18 2 9%
Supervision , 23 (21) 2 9%
Interpersonal
Relation
20, 24 2 9%
Salary , 29 27 2 9%
Working
Condition
26, 30 2 9%
All Job
Satisfaction
31, 33* 32 2 9%
Total 11 11 22 100%
* : item gugur; < > : sengaja digugurkan; ( ) : sengaja tidak gugur
b. Skala Employee Engagement
Pada skala employee engagement, terdapat beberapa item
yang memiliki rit < 0,20 sehingga peneliti harus menggugurkan
item tersebut. Namun, item favorable terdapat beberapa aspek lain
yang terpaksa harus digugurkan walau rit > 0,20. Hal ini dilakukan
agar komposisi setiap aspek pada skala employee engagement
seimbang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
49
Tabel. 6
Distribusi Item Skala Employee Engagement Setelah Try Out
Aspek Item
Favorable
Item
Unfavorable
Jumlah Persen
Task
Characteristics
1*, 5 3 2 9%
Role
Characteristics
2, 6* 4 2 9%
Work
Interactions
, 11 9 2 9%
Interpersonal
Relationships
(8), 12* 10 2 9%
Group and
Intergroup
Dynamics
13*, (15) 17 2 9%
Management
Style and
Process
16*, 18 14 2 9%
Organizational
Norms
, 23 21 2 9%
Psychological
Energy
, 22 24 2 9%
Emotional
Energy
25*, 27 29 2 9%
Insecurity 26, 30* 28 2 9%
Outside Life 31, 33* 32 2 9%
Total 11 11 22 100%
* : item gugur; < > : sengaja digugurkan; ( ) : sengaja tidak gugur
3. Reliabilitas
Reliabitas mengacu pada konsistensi hasil pengukuran jika
prosedur pengetesannya dilakukan secara berulang terhadap suatu
populasi (APA, dalam Supratiknya., 2014). Reliabilitas dapat diukur
dengan menghitung koefisien reliabilitas Alpha’s Cronbach
(Supratiknya, 2014). Suatu pengukuran dipandang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
50
reliabilitas yang memuaskan apabila memiliki koefisien minimum
0,70. Jika koefisien minimum kurang dari 0,70 maka suatu alat
pengukuran dipandang tidak konsisten sehingga interpretasi skor
cenderung dianggap meragukan (Supratiknya, 2014).
a. Skala Two Factor Theory
Koefisien Alpha’s Cronbach pada skala ini setelah seleksi
item menghasilkan α = 0,700. Nilai koefisien tersebut dianggap
bahwa skala ini secara keseluruhan memiliki reliabilitas yang
cukup memuaskan.
b. Skala Employee Engagement
Koefisien Alpha’s Cronbach pada skala ini setelah seleksi
item menghasilkan α = 0,869. Nilai koefisien tersebut dianggap
bahwa skala employee engagement secara keseluruhan memiliki
reliabilitas yang