Bentuk Dan Penyebaran Endapan Batu Gamping
-
Upload
najib-arangi-panjah -
Category
Documents
-
view
184 -
download
1
Transcript of Bentuk Dan Penyebaran Endapan Batu Gamping
Bentuk dan Penyebaran Endapan Batu Gamping
Batu gamping yang terdapat di daerah ini termasuk dalam Formasi Baturaja. Secara
umum penelitian dilakukan oleh RW. Van Bammelen menggolongkan batu gamping pada
Formasi Baturaja berkembang di sekitar Pegunungan Gumai dan Garba, serta antiklin dekat
Baturaja dimana ditemukan fosil-fosil penunjuk yang diperkirakan mempunyai ketebalan
lebih dari 300 meter.
Dari hasil penelitian atau eksplorasi yang dilakukan oleh Kendarsi Roeslan pada
tahun 1973, diperkirakan ada dua formasi batuan di daerah ini yaitu Formasi Baturaja dan
Formasi Gumai. Formasi Baturaja mempunyai ketebalan mencapai 1.000 meter sampai 1.200
meter dan berkembang sebagai endapan pasiran. Lapisan dasar dari Formasi Baturaja ini
terdiri dari kuarsa konglomerat dan sedikit lapisan batubara yang mempunyai ketebalan
beberapa ratus meter. Batuan ini diselimuti oleh batu gamping yang menyebar secara lateral
ke dalam batuan vulkanik dari Semangko Sistem dengan kedudukan Barat Daya dari Formasi
Baturaja.
Batu gamping yang terdapat di daerah ini ada 2 jenis yaitu :
a. Batu gamping berkoral (Coraline facies limestone)
b. Batu gamping pasiran (Sandy limestone)
Batu gamping didaerah ini memiliki ketebalan hingga mencapai 85m yang hanya
dapat terbentuk dan ditemukan pada daerah lautan melalui proses karst. Karst adalah
sebuah bentukan di permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanya
depresi tertutup (closed depression), drainase permukaan, dan gua. Daerah ini dibentuk
terutama oleh pelarutan batuan, kebanyakan batu gamping.
Daerah karst terbentuk oleh pelarutan batuan terjadi di litologi lain, terutama batuan
karbonat lain misalnya dolomit, dalam evaporit seperti halnya gips dan halite, dalam silika
seperti halnya batupasir dan kuarsa, dan di basalt dan granit dimana ada bagian yang
kondisinya cenderung terbentuk gua (favourable). Daerah ini disebut karst asli.
Daerah karst dapat juga terbentuk oleh proses cuaca, kegiatan hidrolik, pergerakan
tektonik, air dari pencairan salju dan pengosongan batu cair (lava). Karena proses dominan
dari kasus tersebut adalah bukan pelarutan, kita dapat memilih untuk penyebutan bentuk
lahan yang cocok adalah pseudokarst (karst palsu).
Sifat endapan Batu Gamping
Dikenal batu gamping non-klastik, merupakan koloni dari binatang laut antara lain
dari Coelenterata, Molusca dan Protozoa, Foraminifera dan sebagainya. Jenis batu gamping
ini sering disebut sebagai batu gamping Koral karena penyusun utamanya adalah Koral yang
merupakan anggota dari Coelenterata. Batu gamping ini merupakan pertumbuhan atau
perkembangan koloni Koral, oleh sebab itu di lapangan tidak menunjukkan perlapisan yang
baik dan belum banyak mengalami pengotoran mineral lain.
Batu gamping klastik, merupakan hasil rombakan jenis batu gamping non-klastik
melalui proses erosi oleh air, transportasi, sortasi, sedimentasi. Oleh karenanya selama proses
tersebut terikut jenis mineral lain yang merupakan pengotor dan memberi warna pada batu
gamping yang bersangkutan. Akibat adanya proses sortasi, maka secara alamiah akan
terbentuk pengelompokan ukuran butir. Dikenal jenis kalsirudit apabila batu gamping
tersebut fragmental, kalkarenit apabila batu gamping tersebut berukuran pasir, dan kalsilutit
apabila batu gamping tersebut berukuran lempung. Tingkat pengotoran atau kontaminasi oleh
mineral asing berkaitan erat dengan ukuran butirnya. Pada umumnya jenis batu gamping ini
di lapangan menunjukkan berlapis. Adanya perlapisan dan struktur sedimen yang lain serta
adanya kontaminasi mineral tertentu yang akan memberi warna dalam beberapa hal
memberikan nilai tambah setelah batu gamping tersebut terkena sentuhan teknologi.
Setelah itu, mata air mineral dapat pula mengendapkan batu gamping yang disebut
sebagai endapan sinter kapur. Batu gamping jenis ini terjadi karena proses kimia di alam,
peredaran air panas alam, maka melarutkan batu gamping di bawah permukaan yang
kemudian diendapkan kembali di permukaan bumi.
Secara kimia batu gamping terdiri atas Kalsium karbonat (CaCO3). Di alam tidak
jarang pula dijumpai batu gamping magnesium. Kadar magnesium yang tinggi mengubah
batu gamping menjadi batu gamping dolomitan dengan komposisi kimia(CaCO3MgCO3).
Hasil penelitian hingga kini menyebutkan bahwa kadar Calsium Oksida batu gamping di
Jawa umunya tinggi (CaO > 50%). Selain magnesium, batu gamping kerap kali tercampur
dengan lempung, pasir, bahkan jenis mineral lainnya.
Pada umumnya, batu gamping yang padat dan keras mempunyai berat jenis 2. Selain
yang pejal (masif), dijumpai pula batu gamping yang sarang (porus). Mengenai warna dapat
dikatakan bervariasi dari putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, merah, bahkan
hitam. Semuanya disebakan karena jumlah dan jenis pengotor yang ada. Warna kemerahan
disebabkan oleh mangan, oksida besi sedang kehitaman karena zat organic. Batu gamping
yang mengalami metamorfisme berubah menjadi marmer.
Di beberapa daerah berbatu gamping yang tebal lapisannya didapatkan gua atau
sungai bawah tanah yang terjadi berkaitan erat dengan kerja air tanah. Air hujan yang
mengandung CO2 dari udara dan CO2 dari pembusukkan zat organic di permukaan setelah
meresap ke dalam tanah dapat melarutkan batu gamping yang dilaluinya sepanjang rekahan.
Reaksi yang berlangsung adalah :
CaCO3 + 2CO2 + H2O Ca(HCO3)2 + CO2
Ca(HCO3)2 larut dalam air sehingga lambat laun terjadilah rongga dalam bentuk gua
atau sungai bawah tanah.
Seperi dijelaskan dimuka, secara geologi batu gamping mungkin berubah menjadi
dolomitan (MgO 2,2% - 10,9%) atau dolomite (MgO > 19,9%) karena pengaruh pelindian
(leaching) atau peresapan unsure magnesium dari laut ke dalam batu gamping tersebut. Di
samping itu, dolomite juga diendapkan secara tersendiri atau bersamaan dengan batu
gamping. Ada hubungan yang erat antara batu gamping dengan dolomite seperti yang
dikemukakan oleh Pettijohn (1949).
Nama Batuan Kadar Dolomit (%) Kadar MgO (%)
Batu gamping
Batu gamping bermagnesium
Batu gamping dolomitan
Dolomit berkalsium
Dolomit
0 – 5
5 – 10
10 – 50
50 – 90
0 - 100
0,1 – 1,1
1,1 – 2,2
2,2 – 10,9
10,9 – 19,7
19,7 – 21,8
Penyebaran batu gamping di alam mudah dikenal pada foto udara yang menunjukkan
rona yang khas berwarna terang. Dalam beberapa hal kenampakan karst dapat dikenali pada
foto udara, pada peta topografi ataupun di lapangan khususnya pada batu gamping non-
klastik.
Secara kimia batugamping terdiri atas kalsium karbonat (CaCO3). Di alam tidak
jarang pula dijumpai batugamping magnesium. Kadar magnesium yang tinggi mengubah
batugamping dolomitan dengan komposisi kimia CaCO3MgCO3. Adapun sifat dari
batugamping adalah sebagai berikut :
a. Warna : Putih, putih kecoklatan, dan putih keabuan
b. Kilap : Kaca dan tanah
c. Goresan : Putih sampai putih keabuan
d. Bidang belahan : Tidak teratur
e. Pecahan : Uneven
f. Kekerasan : 2,7 – 3,4 skala mohs
g. Berat Jenis : 2,387 Ton/m3
h. Tenacity : Keras, Kompak, sebagian berongga