Bentuk Dan Penyebaran Endapan Batu Gamping

6
Bentuk dan Penyebaran Endapan Batu Gamping Batu gamping yang terdapat di daerah ini termasuk dalam Formasi Baturaja. Secara umum penelitian dilakukan oleh RW. Van Bammelen menggolongkan batu gamping pada Formasi Baturaja berkembang di sekitar Pegunungan Gumai dan Garba, serta antiklin dekat Baturaja dimana ditemukan fosil-fosil penunjuk yang diperkirakan mempunyai ketebalan lebih dari 300 meter. Dari hasil penelitian atau eksplorasi yang dilakukan oleh Kendarsi Roeslan pada tahun 1973, diperkirakan ada dua formasi batuan di daerah ini yaitu Formasi Baturaja dan Formasi Gumai. Formasi Baturaja mempunyai ketebalan mencapai 1.000 meter sampai 1.200 meter dan berkembang sebagai endapan pasiran. Lapisan dasar dari Formasi Baturaja ini terdiri dari kuarsa konglomerat dan sedikit lapisan batubara yang mempunyai ketebalan beberapa ratus meter. Batuan ini diselimuti oleh batu gamping yang menyebar secara lateral ke dalam batuan vulkanik dari Semangko Sistem dengan kedudukan Barat Daya dari Formasi Baturaja. Batu gamping yang terdapat di daerah ini ada 2 jenis yaitu : a. Batu gamping berkoral (Coraline facies limestone) b. Batu gamping pasiran (Sandy limestone) Batu gamping didaerah ini memiliki ketebalan hingga mencapai 85m yang hanya dapat terbentuk dan ditemukan pada daerah lautan melalui proses karst. Karst adalah sebuah bentukan di permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanya depresi tertutup (closed depression), drainase permukaan, dan gua. Daerah ini dibentuk terutama oleh

Transcript of Bentuk Dan Penyebaran Endapan Batu Gamping

Page 1: Bentuk Dan Penyebaran Endapan Batu Gamping

Bentuk dan Penyebaran Endapan Batu Gamping

Batu gamping yang terdapat di daerah ini termasuk dalam Formasi Baturaja. Secara

umum penelitian dilakukan oleh RW. Van Bammelen menggolongkan batu gamping pada

Formasi Baturaja berkembang di sekitar Pegunungan Gumai dan Garba, serta antiklin dekat

Baturaja dimana ditemukan fosil-fosil penunjuk yang diperkirakan mempunyai ketebalan

lebih dari 300 meter.

Dari hasil penelitian atau eksplorasi yang dilakukan oleh Kendarsi Roeslan pada

tahun 1973, diperkirakan ada dua formasi batuan di daerah ini yaitu Formasi Baturaja dan

Formasi Gumai. Formasi Baturaja mempunyai ketebalan mencapai 1.000 meter sampai 1.200

meter dan berkembang sebagai endapan pasiran. Lapisan dasar dari Formasi Baturaja ini

terdiri dari kuarsa konglomerat dan sedikit lapisan batubara yang mempunyai ketebalan

beberapa ratus meter. Batuan ini diselimuti oleh batu gamping yang menyebar secara lateral

ke dalam batuan vulkanik dari Semangko Sistem dengan kedudukan Barat Daya dari Formasi

Baturaja.

Batu gamping yang terdapat di daerah ini ada 2 jenis yaitu :

a. Batu gamping berkoral (Coraline facies limestone)

b. Batu gamping pasiran (Sandy limestone)

Batu gamping didaerah ini memiliki ketebalan hingga mencapai 85m yang hanya

dapat terbentuk dan ditemukan pada daerah lautan melalui proses karst. Karst adalah

sebuah bentukan di permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanya

depresi tertutup (closed depression), drainase permukaan, dan gua. Daerah ini dibentuk

terutama oleh pelarutan batuan, kebanyakan batu gamping.

Daerah karst terbentuk oleh pelarutan batuan terjadi di litologi lain, terutama batuan

karbonat lain misalnya dolomit, dalam evaporit seperti halnya gips dan halite, dalam silika

seperti halnya batupasir dan kuarsa, dan di basalt dan granit dimana ada bagian yang

kondisinya cenderung terbentuk gua (favourable). Daerah ini disebut karst asli.

Daerah karst dapat juga terbentuk oleh proses cuaca, kegiatan hidrolik, pergerakan

tektonik, air dari pencairan salju dan pengosongan batu cair (lava). Karena proses dominan

dari kasus tersebut adalah bukan pelarutan, kita dapat memilih untuk penyebutan bentuk

lahan yang cocok adalah pseudokarst (karst palsu).

Page 2: Bentuk Dan Penyebaran Endapan Batu Gamping

Sifat endapan Batu Gamping

Dikenal batu gamping non-klastik, merupakan koloni dari binatang laut antara lain

dari Coelenterata, Molusca dan Protozoa, Foraminifera dan sebagainya. Jenis batu gamping

ini sering disebut sebagai batu gamping Koral karena penyusun utamanya adalah Koral yang

merupakan anggota dari Coelenterata. Batu gamping ini merupakan pertumbuhan atau

perkembangan koloni Koral, oleh sebab itu di lapangan tidak menunjukkan perlapisan yang

baik dan belum banyak mengalami pengotoran mineral lain.

Batu gamping klastik, merupakan hasil rombakan jenis batu gamping non-klastik

melalui proses erosi oleh air, transportasi, sortasi, sedimentasi. Oleh karenanya selama proses

tersebut terikut jenis mineral lain yang merupakan pengotor dan memberi warna pada batu

gamping yang bersangkutan. Akibat adanya proses sortasi, maka secara alamiah akan

terbentuk pengelompokan ukuran butir. Dikenal jenis kalsirudit apabila batu gamping

tersebut fragmental, kalkarenit apabila batu gamping tersebut berukuran pasir, dan kalsilutit

apabila batu gamping tersebut berukuran lempung. Tingkat pengotoran atau kontaminasi oleh

mineral asing berkaitan erat dengan ukuran butirnya. Pada umumnya jenis batu gamping ini

di lapangan menunjukkan berlapis. Adanya perlapisan dan struktur sedimen yang lain serta

adanya kontaminasi mineral tertentu yang akan memberi warna dalam beberapa hal

memberikan nilai tambah setelah batu gamping tersebut terkena sentuhan teknologi.

Setelah itu, mata air mineral dapat pula mengendapkan batu gamping yang disebut

sebagai endapan sinter kapur. Batu gamping jenis ini terjadi karena proses kimia di alam,

peredaran air panas alam, maka melarutkan batu gamping di bawah permukaan yang

kemudian diendapkan kembali di permukaan bumi.

Secara kimia batu gamping terdiri atas Kalsium karbonat (CaCO3). Di alam tidak

jarang pula dijumpai batu gamping magnesium. Kadar magnesium yang tinggi mengubah

batu gamping menjadi batu gamping dolomitan dengan komposisi kimia(CaCO3MgCO3).

Hasil penelitian hingga kini menyebutkan bahwa kadar Calsium Oksida batu gamping di

Jawa umunya tinggi (CaO > 50%). Selain magnesium, batu gamping kerap kali tercampur

dengan lempung, pasir, bahkan jenis mineral lainnya.

Pada umumnya, batu gamping yang padat dan keras mempunyai berat jenis 2. Selain

yang pejal (masif), dijumpai pula batu gamping yang sarang (porus). Mengenai warna dapat

dikatakan bervariasi dari putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, merah, bahkan

hitam. Semuanya disebakan karena jumlah dan jenis pengotor yang ada. Warna kemerahan

Page 3: Bentuk Dan Penyebaran Endapan Batu Gamping

disebabkan oleh mangan, oksida besi sedang kehitaman karena zat organic. Batu gamping

yang mengalami metamorfisme berubah menjadi marmer.

Di beberapa daerah berbatu gamping yang tebal lapisannya didapatkan gua atau

sungai bawah tanah yang terjadi berkaitan erat dengan kerja air tanah. Air hujan yang

mengandung CO2 dari udara dan CO2 dari pembusukkan zat organic di permukaan setelah

meresap ke dalam tanah dapat melarutkan batu gamping yang dilaluinya sepanjang rekahan.

Reaksi yang berlangsung adalah :

CaCO3 + 2CO2 + H2O Ca(HCO3)2 + CO2

Ca(HCO3)2 larut dalam air sehingga lambat laun terjadilah rongga dalam bentuk gua

atau sungai bawah tanah.

Seperi dijelaskan dimuka, secara geologi batu gamping mungkin berubah menjadi

dolomitan (MgO 2,2% - 10,9%) atau dolomite (MgO > 19,9%) karena pengaruh pelindian

(leaching) atau peresapan unsure magnesium dari laut ke dalam batu gamping tersebut. Di

samping itu, dolomite juga diendapkan secara tersendiri atau bersamaan dengan batu

gamping. Ada hubungan yang erat antara batu gamping dengan dolomite seperti yang

dikemukakan oleh Pettijohn (1949).

Nama Batuan Kadar Dolomit (%) Kadar MgO (%)

Batu gamping

Batu gamping bermagnesium

Batu gamping dolomitan

Dolomit berkalsium

Dolomit

0 – 5

5 – 10

10 – 50

50 – 90

0 - 100

0,1 – 1,1

1,1 – 2,2

2,2 – 10,9

10,9 – 19,7

19,7 – 21,8

Penyebaran batu gamping di alam mudah dikenal pada foto udara yang menunjukkan

rona yang khas berwarna terang. Dalam beberapa hal kenampakan karst dapat dikenali pada

foto udara, pada peta topografi ataupun di lapangan khususnya pada batu gamping non-

klastik.

Secara kimia batugamping terdiri atas kalsium karbonat (CaCO3). Di alam tidak

jarang pula dijumpai batugamping magnesium. Kadar magnesium yang tinggi mengubah

batugamping dolomitan dengan komposisi kimia CaCO3MgCO3. Adapun sifat dari

batugamping adalah sebagai berikut :

a. Warna : Putih, putih kecoklatan, dan putih keabuan

b. Kilap : Kaca dan tanah

c. Goresan : Putih sampai putih keabuan

Page 4: Bentuk Dan Penyebaran Endapan Batu Gamping

d. Bidang belahan : Tidak teratur

e. Pecahan : Uneven

f. Kekerasan : 2,7 – 3,4 skala mohs

g. Berat Jenis : 2,387 Ton/m3

h. Tenacity : Keras, Kompak, sebagian berongga