BAB I_PPG Kecamatan Gamping

135
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia. Untuk mencapai keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut diperlukan kebijakan pembangunan kesehatan yang lebih dinamis dan proaktif dengan melibatkan semua faktor terkait, pemerintah, swasta dan masyarakat. Gamping adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia,. Kecamatan Gamping Sleman merupakan sebagai kawasan penyangga pengembangan kota Yogyakarta ke arah barat. Pusat kecamatan Gamping berada di dusun Patukan, Kelurahan Ambarketawang . Pemerintah Kecamatan Gamping merupakan kecamatan bertipe B (Pola Maksimal). Kecamatan Gamping terbagi dalam 5 kelurahan, 59 dusun, 187 Rukun Warga (RW), dan 529 Rukun Tetangga (RT), dengan luas wilayah kurang lebih 2683 Ha. Kecamatan 1

Transcript of BAB I_PPG Kecamatan Gamping

Page 1: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari upaya

peningkatan kualitas kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia. Untuk

mencapai keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut diperlukan

kebijakan pembangunan kesehatan yang lebih dinamis dan proaktif dengan

melibatkan semua faktor terkait, pemerintah, swasta dan masyarakat.

Gamping adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia,. Kecamatan Gamping Sleman

merupakan sebagai kawasan penyangga pengembangan kota Yogyakarta ke

arah barat. Pusat kecamatan Gamping berada di dusun Patukan,

Kelurahan Ambarketawang. Pemerintah Kecamatan Gamping merupakan

kecamatan bertipe B (Pola Maksimal).

Kecamatan Gamping terbagi dalam 5 kelurahan, 59 dusun, 187

Rukun Warga (RW), dan 529 Rukun Tetangga (RT), dengan luas wilayah

kurang lebih 2683 Ha. Kecamatan Gamping memiliki penduduk tidak kurang

dari 69.998 jiwa, yang terdiri dari 34.878 laki-laki, dan 35.120 perempuan,

dengan 13.891 Kepala Keluarga. Secara topografi, wilayah kecamatan

gamping relatif datar kecuali di sebagian wilayah selatan Kecamatan

Balecatur dan Ambarketawang yang berupa pegunungan. Sebanyak 1.348

Ha tanah terletak dibawah 100 mdpl, 1.577 ha lainnya terletak di ketinggian

100-499 mdpl.

1

Page 2: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

Kecamatan Gamping memiliki Sarana Kesehatan yang berupa Kantor

Pelayanan Kesehatan Kecamatan yang terdiri dari 5 Kantor Pembantu yang

terletak di masing-masing kelurahan. 6 Apotek, dan 2 Laboratorium Klinik.

Sarana pendidikan di Kecamatan Gamping meliputi 44 TK, 40 SD, 1 SLB

Dasar, 6 SMP, dan 6 SMA, dan 2 Perguruan Tinggi. Di antara sekolah

pendidikan tersebut adalah SMA 1 Gamping, SMK Maritim Putra

Samudra, SMA Proklamasi 1945, SMEA YPKK, Sekolah Tinggi Pertanahan

Negara (STPN), dan Politeknik Kesehatan Yogyakarta.

Masalah gizi masih merupakan masalah serius yang dihadapi

sebagian besar penduduk Indonesia. Kekurangan energi dan protein,

Anemia, Obesitas, Kekurangan vitamin A, gangguan Kekurangan Yodium

merupakan masalah gizi yang masih menjadi perhatian yang serius oleh

pemerintah Indonesia. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkaitan

dengan pencegahan dan penanganan masalah gizi di Indonesia telah

ditetapkan, seperti suplementasi Fe, suplementasi Vitamin A dosis tinggi,

garam beryodium, dan pembagian makanan tambahan (PMT). Namun,

permasalahan gizi masih banyak terdapat di Indonesia.

Berdasarkan perkembangan masalah gizi, di Sleman pada tahun

2011 diperkirakan sekitar 62.009 balita yang dipantau menurut indikator BB/U

(berat badan menurut umur) terdapat status gizi buruk 0,50%, gizi kurang

8,27%, gizi baik 88,52%, gizi lebih 2,72%. (Dinkes, 2011)

Masalah gizi yang tersebut di atas merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan

pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Konsumsi zat gizi yang

salah serta adanya kejadian infeksi penyakit merupakan penyebab dari

2

Page 3: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

masalah gizi. Konsumsi zat gizi yang salah serta adanya kejadian infeksi

penyakit erat kaitannya dengan rendahnya perekonomian di tingkat rumah

tangga yang merupakan imbas dari krisis ekonomi dan politik serta SDM

yang rendah.

Berbagai permasalahan yang telah disampaikan di atas menjadikan

dasar mahasiswa melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Pengumpulan

data dasar di kecamatan Gamping, Sleman, Yogyakarta yang selanjutnya

hasil dari pengumpulan data dasar akan digunakan untuk bahan

pertimbangan untuk melakukan intervensi gizi di daerah tersebut.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui informasi mengenai jenis dan besar masalah pada balita,

usila dan ibu hamil serta faktor terkait sebagai bahan masukan dalam

menyusun rencana intervensi gizi di Kecamatan Gamping.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui keadaan umum geografis Kecamatan Gamping.

b. Diketahui keadaan demografi penduduk Kecamatan Gamping.

c. Diketahui pencapaian pembangunan kesehatan di

Kecamatan Gamping.

d. Diketahui status ekonomi penduduk Kecamatan Gamping.

e. Diketahui penggunaan garam penduduk Kecamatan Gamping.

f. Diketahui cara penyimpanan garam penduduk Kecamatan

Gamping.

g. Diketahui sex rasio balita.

3

Page 4: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

h. Diketahui penyakit pada balita.

i. Diketahui tingkat pengetahuan gizi ibu balita

j. Diketahui status gizi balita

k. Diketahui kecukupan zat gizi yang dikonsumsi balita.

l. Diketahui hubungan antara pengetahuan gizi ibu balita dan

pemberian ASI Ekslusif terhadap sakit pada balita selama 1 bulan

terakhir.

m. Diketahui hubungan antara pengetahuan, pendidikan, dan

pekerjaan orang tua terhadap status gizi balita.

n. Diketahui hubungan antara kejadian sakit pada balita terhadap

status gizi balita.

o. Diketahui hubungan antara kecukupan energi dan protein

terhadap status gizi pada balita.

p. Diketahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang gizi

q. Diketahui status gizi KEK ibu hamil berdasarkan LILA.

r. Diketahui prosentase gangguan kehamilan.

s. Diketahui kecukupan zat gizi ibu hamil.

t. Diketahui sex ratio pada usila.

u. Diketahui status gizi pada usila.

v. Diketahui aktivitas fisik usila.

w. Diketahui kebiasaan makan usila.

x. Diketahui penyakit pada usila.

4

Page 5: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

a. Sebagai lahan pembelajaran intervensi gizi.

b. Sebagai latihan konsultasi.

c. Menerapkan ilmu yang telah diperoleh pada saat kuliah, khususnya

mata kuliah Perencanaan Program Gizi (PPG).

2. Bagi Masyarakat Kecamatan Gamping

a. Memberi informasi tentang masalah gizi balita, ibu hamil, dan usila.

b. Menambah pengetahuan mengenai pangan dan gizi

5

Page 6: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera bagi badan, jiwa dan sosial

yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 1992 Tentang Kesehatan, menyatakan bahwa kesehatan sebagai

salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-

cita bangsa Indonesia dan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan.

Dengan memperhatikan peranan kesehatan di atas, diperlukan upaya yang

lebih memadai bagi peningkatan derajat kesehatan dan pembinaan

penyelenggaraan upaya kesehatan secara menyeluruh dan terpadu.

Status kesehatan dan gizi dipengaruhi oleh lingkungan, perilaku,

pelayanan kesehatan dan genetik. Lingkungan adalah area dari seluruh

kondisi dan pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan

perkembangan suatu organisasi. Faktor lingkungan antara lain lingkungan

fisik, biologis dan sosial memegang peranan yang terbesar dalam

menentukan status kesehatan dan gizi. Secara umum lingkungan ini

dibedakan atas 2 macam yaitu :

a. Lingkungan fisik adalah lingkungan alamiah yang terdapat di sekitar

manusia. Lingkungan fisik ini banyak macamnya misalnya cuaca, musim,

keadaan geografis dan struktur geologi.

6

Page 7: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

b. Lingkungan non fisik adalah lingkungan yang muncul sebagai akibat

adanya interaksi antar manusia, misalnya faktor sosial, budaya, biologis

norma, nilai dan adat-istiadat.

Faktor yang cukup berpengaruh terhadap status kesehatan dan gizi

adalah faktor perilaku yang berkaitan dengan pengetahuan dan pendidikan

yang menentukan perilaku seseorang atau kelompok untuk berperilaku sehat

dan tidak sehat.

Faktor pelayanan kesehatan memegang peranan yang lebih kecil

dalam menentukan status kesehatan dan gizi dibandingkan dengan kedua

faktor tersebu.

Faktor keturunan mempunyai pengaruh yang lebih kecil dibandingkan

faktor lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Dengan demikian

disarankan dalam peningkatan status kesehatan dan gizi disamping

peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehtan dan gizi harus disertai

dengan upaya perbaikan lingkungan dan perilaku masyarakat yang

berdampak positif pada status kesehatan dan gizi.

B. Gizi dan Pembangunan

Visi pembangunan kesehatan nasional yaitu masyarakat sehat dan

mandiri menuju Indonesia sehat 2010. Suatu gambaran masyarakat yang

ingin dicapai dalam perwujudan Indonesia sehat 2010 yaitu masyarakat yang

berbentuk perorangan, keluarga dan komunitas yang sehat serta mandiri

mampu memelihara kesehatannya.

7

Page 8: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

Misi Pembangunan Kesehatan Nasional yaitu :

1. Meningkatkan status kesehatan perorangan, keluarga, komunitas dan

masyarakat.

2. Menanggulangi berbagai masalah kesehatan masyaraket sesuai dengan

skala prioritas.

3. Menggalang kerjasama dengan berbagai potensi untuk penyelenggaraan

progam kesehatan masyarakat.

4. Meningkatkan peran serta dan kemandirian masyarakat dalam

pemeliharaan kesehatan.

Secara makro, peningkatan aktivitas ekonomi untuk mengurangi

jumlah penduduk miskin merupan suatu keharusan. Kemiskinan dan gizi

buruk adalah suatu fenomena yang saling terkait. Karena itu, meningkatkan

status gizi masyarakat terkait erat dengan peningkatan aktivitas ekonomi.

Peningkatan penduduk miskin berbanding lurus dengan peningkatan angka

balita yang menderita gizi buruk. Segenap upaya para orang tua dan

pemerintah untuk mengurangi dan mengantisipasi terjadinya gizi buruk pada

balita, dinisbahkan untuk menciptakan generasi unggul yang nantinya

mengawal pembangunan Nasional. Sebab, keberhasilan pembangunan

Nasional bergantung pada generasi saat ini.

C. Masalah Gizi

Masalah gizi yang sering dijumpai di beberapa negara berkembang

yaitu kekurangan energi, protein dan zat besi. Kekurangan vitamin A juga

sering dijumpai tetapi tidak disemua negara. Kekurangan gizi lain yang

8

Page 9: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

sempat berpengaruh terhadap kesehatan yaitu Iodium, Vitamin D dan

Vitamin C. pengamatan awal seharusnya dipusatkan pada keadaan

kekurangan yang sangat menonjol dan paling dominan. Boleh jadi ada

beberapa kekurangan gizi yang tidak nyata berpengaruh pada kesehatan,

tetapi ini diperlukan untuk penelitian dari sistim kewaspadaan pangan dan

gizi. (roedjito,1990).

1. Kurang Energi Protein (KEP)

b. Definisi Kurang Energi Protein (KEP)

Kurang energi protein (KEP) yaitu seseorang yang kurang gizi

yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam

makan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu sehingga

tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG). Anak disebut KEP

apabila berat badannya kurang dari 80% indeks BB untuk baku

standar WHO-NCHS (Depkes RI, 1998).

c. Penyebab Kurang Energi Protein (KEP)

KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan  protein dan

energi, dalam makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka

kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga diserta adanya kekurangan

dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut malnutrisi primer bila kejadian

KEP akibat kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari

oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta rendahnya

pengetahuan dibidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah

nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama,

seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan

dan metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat,

9

Page 10: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

penyerapan nutrisi yang turun dan atau meningkatnya kehilangan

nutrisi.

Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi

berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi

penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan

karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui

proses katabolik. Jika terjadi stres katabolik (infeksi) maka

kebutuhan akan protein akan meningkat, sehingga dapat

menyebabkan defisiensi protein yang relatif, jika kondisi ini terjadi

pada saat status gizi masih diatas -3 SD (-2SD--3SD), maka

terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut atau decompensated

malnutrition). Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan anti

oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -

3 SD, maka akan terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi

Kekurangan ini terus dapat teradaptasi  sampai dibawah -3 SD maka

akan terjadilah marasmik (malnutrisi kronik atau compensated

malnutrition). Dengan demikian pada KEP dapat terjadi : gangguan

pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan

hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai

sintesa enzim.

d. Gejala Klinis KEP

Secara klinis KEP terdapat  dalam 3 tipe yaitu :

1) Kwashiorkor, ditandai dengan : edema, yang dapat terjadi di

seluruh tubuh, wajah sembab    dan membulat, mata sayu,

rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut   

10

Page 11: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

dan rontok, cengeng, rewel dan apatis, pembesaran hati, otot

mengecil (hipotrofi), bercak    merah ke coklatan di kulit dan

mudah terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai

penyakit infeksi terutama akut, diare dan anemia.

2) Marasmus, ditandai dengan : sangat kurus, tampak tulang

terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel,

kulit keriput, jaringan lemak sumkutan minimal/tidak ada, perut

cekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi dan diare.

3) Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan

marasmus.

e. Deteksi KEP

KEP dapat dideteksi dengan cara antropometri yaitu

mengukur BB dan umur yang dibandingkan dengan indeks BB untuk

standar WHO-NCHS sebagaimana tercantum dalam KMS (Depkes

RI, 1998).

1) Deteksi Klinik : anamnesis (terutama anamnesis makanan,

tumbuh kembang, serta penyakit yang pernah diderita) dan

pemeriksaan fisik (tanda-tanda malnutrisi dan berbagai defisiensi

vitamin)

2) Deteksi Laboratorik : terutama Hb, albumin, serum ferritin

3) Anthropometrik : BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi

badan menurut umur), LILA/U (lingkar lengan atas menurut

umur), BB/TB (berat badan menurut tinggi badan), LLA/TB

(lingkar lengan atas menurut tinggi badan)

4) Analisis diet

11

Page 12: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

f. Penanggulangan KEP

Pelayanan gizi balita KEP pada dasarnya setiap balita yang

berobat atau dirujuk ke rumah sakit dilakukan pengukuran berat

badan, tinggi badan dan LILA untuk menentukan status gizinya,

selain melihat tanda-tanda klinis dan laboratorium. Penentuan status

gizi maka perlu direncanakan tindakan sebagai berikut :

1) Balita KEP ringan, memberikan penyuluhan gizi dan nasehat

pemberian makanan di rumah (bilamana pasien rawat jalan,

dianjurkan untuk memberi makanan di rumah (bayi umur < 4

bulan) dan terus diberi ASI sampai 3 tahun.

2) Balita KEP sedang :

a) Penderita rawat jalan : diberikan nasehat pemberian

makanan dan vitamin serta teruskan ASI dan pantau terus

berat badannya.

b) Penderita rawat inap : diberikan makanan tinggi energi dan

protein, dengan kebutuhan energi 20-50% diatas kebutuhan

yang dianjurkan (angka kecukupan gizi/AKG) dan diet sesuai

dengan penyakitnya.

c) Balita KEP berat : harus dirawat inap dan dilaksanakan

sesuai pemenuhan kebutuhan nutrisinya. Pelayanan gizi

(Depkes RI, 1998)

g. Kegiatan penanggulangan KEP balita

Kegiatan penanggulangan KEP balita meliputi :

1) Penjaringan balita KEP yaitu kegiatan penentuan ulang status

gizi balita beradsarkan berat badan dan perhitungan umur

12

Page 13: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

balita yang sebenarnya dalam hitungan bulan pada saat

itu.Cara penjaringan yaitu balita dihitung kembali umurnya

dengan tepat dalam hitungan bulan, balita ditimbang berat

badannya dengan menggunakan timbangan dacin,

berdasarkan hasil perhitungan umur dan hasil pengukuran BB

tersebut tentukan status gizi dengan KMS atau standar

antropometri.

2) Kegiatan penanganan KEP balita meliputi program PMT balita

adalah program intervensi bagi balita yang menderita KEP yang

ditujukan untuk mencukupi kebutuhan zat gizi balita gar

meningkat status gizinya sampai mencapai gizi baik (pita hijau

dalam KMS), pemeriksaan dan pengobatan yaitu pemeriksaan

dan pengobatan untuk mengetahui kemungkinan adanya

penyakit penyerta guna diobati seperlunya sehingga balita KEP

tidak semakin berat kondisinya, asuhan

kebidanan/keperawatan yaitu untuk memberikan bimbingan

kepada keluarga balita KEP agar mampu merawat balita KEP

sehingga dapat mencapai status gizi yang baik melalui

kunjungan rumah dengan kesepakatan keluarga agar bisa

dilaksanakan secara berkala, suplementasi gizi/ paket

pertolongan gizi hal ini diberikan untuk jangka pendek.

Suplementasi gizi meliputi : pemberian sirup zat besi; vitamin A

(berwarna biru untuk bayi usia 6-11 bulan dosis 100.000 IU dan

berwarna merah untuk balita usia 12-59 bulan dosis 200.000

IU); kapsul minyak beryodium, adalah larutan yodium dalam

13

Page 14: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

minyak berkapsul lunak, mengandung 200 mg yodium diberikan

1x dalam setahun.

h. Penatalaksanaan KEP

Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit : Prinsip dasar

penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan

kegawatan).

1) Penanganan hipoglikemi

2) Penanganan hipotermi

3) Penanganan dehidrasi

4) Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

5) Pengobatan infeksi

6) Pemberian makanan

7) Fasilitasi tumbuh kejar

8) Koreksi defisiensi nutrisi mikro

9) Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental

10) Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh

2. Anemia

a. Definisi Anemia

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau

jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah

berada dibawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin,

yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan

mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan

berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam

14

Page 15: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen

dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar

haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5

gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Darah akan bertambah banyak

dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia.

Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan

bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah.

Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah

18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan

sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya

dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002).

b. Penyebab Anemia

Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya

adalah sebagai berikut:

1) Kurang gizi (malnutrisi)

a) Kekurangan zat besi

b) Kekurangan vitamin B12

c) Kekurangan asam folat

d) Kurangan vitamin C

2) Kurang zat besi dalam diit

3) Malabsorpsi

4) Kehilangan banyak darah, seperti :

a) Akut (mendadak)

b) Kecelakaan

15

Page 16: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

c) Pembedahan

d) Persalinan

e) Pecah pembuluh darah

f) Kronik (menahun)

g) Perdarahan hidung

h) Wasir (hemoroid)

i) Ulkus peptikum

j) Kanker atau polip di saluran pencernaan

k) Tumor ginjal atau kandung kemih

l) Perdarahan menstruasi yang sangat banyak

5) Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria

dan lain-lain.

c. Gejala Anemia

Tanda dan gejala yang terjadi akibat anemia menurut Sarwono

Prawirohardjo (2002:282) adalah sebagai berikut :

1) Gangguan lemah

2) Pucat

3) Mudah pingsan, sementara tensi masih dalam batas normal (perlu

dicurigai anemia defisiensi)

4) Secara klinik dapat dilihat tubuh yang malnutrisi

d. Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan

Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998),

adalah sebagai berikut:

1) Anemia Defisiensi Besi

16

Page 17: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat

KEPurangan zat besi dalam darah.Untuk menegakan diagnosa

Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil

anamnesa didapatkan gangguan cepat lelah, sering pusing, mata

berkunang-kunang dan gangguan mual muntah pada hamil muda.

Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan

menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama

kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan

sachli dapat digolongkan sebagai berikut:

a) Hb 11 gr% : Tidak anemia

b) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan

c) Hb 7 – 8 gr% : Anemia sedang

d) Hb < 7 gr% : Anemia berat

2) Anemia Megaloblastik

Anemia Megaloblastik adalah anemia yang disebabkan

oleh karena KEPurangan asam folat, anemia ini jarang terjadi

karena kekurangan vitamin B12.

3) Anemia Hipoplastik

Anemia Hipoplastik adalah anemia yang disebabkan oleh

hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru.

Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan

diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi

ekternal dan pemeriksaan retikulosi.

17

Page 18: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

4) Anemia Hemolitik

Anemia Hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh

penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat

dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan

kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta

gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.

e. Pengobatan Anemia pada ibu hamil

1) Anemia Defisiensi Besi

Pengobatan anemia gizi besi yaitu dengan suplementasi

keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam

laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.

a) Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu

fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian

preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1

gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan

kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk

profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).

b) Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak

tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan

penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa

kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat

parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg)

intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat

meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).

2) Anemia Megaloblastik

18

Page 19: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

Pengobatannya dengan suplementasi :

a) Asam folik 15 – 30 mg per hari

b) Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari

c) Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari

d) Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban

sehingga dapat diberikan transfusi darah.

3) Anemia Hemolitik

Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik

serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya

diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun

pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil.

Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.

f. Efek Anemia pada ibu hamil, bersalin dan nifas

Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat

mengakibatkan: Abortus, Missed Abortus dan kelainan kongenital.

Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan: Persalinan

prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin

dalam rahim, asfiksia aintrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis

dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa

mengakibatkan kematian. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan

gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan

anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu

cepat lelah. Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia

uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris

puerpuralis dan gangguan involusio uteri.

19

Page 20: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

3. GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium)

a. Definisi

Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah

sekumpulan gejala atau kelainan yang ditimbulkan karena tubuh

menderita Kekurangan Yodium secara terus – menerus dalam

waktu yang lama yang berdampak pada pertumbuhan dan

perkembangan makhluk hidup (manusia dan hewan) (DepKes RI,

1996). Makin banyak tingkat Kekurangan iodium yang dialami makin

banyak komplikasi atau kelainan yang ditimbilkannya, meliputi

pembesaran kelenjar tiroid dan berbagai stadium sampai timbul

bisu-tuli dan gangguan mental akibat kretinisme (Chan et al, 1988).

b. Dampak GAKI

Kodyat (1996) mengatakan bahwa pada umumnya masalah

ini lebih banyak terjadi di daerah pegunungan dimana makanan

yang dikonsumsinya sangat tergantung dari produksi makanan yang

berasal dari tanaman setempat yang tumbuh pada kondisi tanah

dengan kadar iodium rendah.

Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)

merupakan masalah yang serius mengingat dampaknya secara

langsung mempengaruhi kelangsungan hidup dan kulitas manusia.

Kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah

dampak defisiensi iodium adalah wanita usia subur (WUS) ; ibu

hamil ; anak balita dan anak usia sekolah (Jalal, 1998).

20

Page 21: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

1) Kekurangan Iodium pada Janin

Kekurangan iodium pada janin akibat Ibunya

Kekurangan iodium. Keadaan ini akan menyebabkan besarnya

angka kejadian lahir mati, abortus, dan cacat bawaan, yang

semuanya dapat dikurangi dengan pemberian iodium. Akibat

lain yang lebih berat pada janin yang Kekurangan iodium

adalah kretin endemik.

Kretin endemik ada dua tipe, yang banyak didapatkan

adalah tipe nervosa, ditandai dengan retardasi mental, bisu tuli,

dan kelumpuhan spastik pada kedua tungkai. Sebaliknya yang

agak jarang terjadi adalah tipe hipotiroidisme yang ditandai

dengan Kekurangan hormon tiroid dan kerdil.

Penelitian terakhir menunjukkan, transfer T4 dari ibu ke

janin pada awal kehamilan sangat penting untuk perkembangan

otak janin. Bilamana ibu Kekurangan iodium sejak awal

kehamilannya maka transfer T4 ke janin akan berkurang

sebelum kelenjar tiroid janin berfungsi.

Jadi perkembangan otak janin sangat tergantung pada

hormon tiroid ibu pada trimester pertama kehamilan, bilamana

ibu Kekurangan iodium maka akan berakibat pada rendahnya

kadar hormon tiroid pada ibu dan janin. Dalam trimester kedua

dan ketiga kehamilan, janin sudah dapat membuat hormon

tiroid sendiri, namun karena kekurangan iodium dalam masa ini

maka juga akan berakibat pada kurangnya pembentukan

hormon tiroid, sehingga berakibat hipotiroidisme pada janin.

21

Page 22: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

2) Kekurangan Iodium pada Saat Bayi Baru Lahir

Yang sangat penting diketahui pada saat ini, adalah

fungsi tiroid pada bayi baru lahir berhubungan erat dengan

keadaan otak pada saat bayi tersebut lahir. Pada bayi baru

lahir, otak baru mencapai sepertiga, kemudian terus

berkembang dengan cepat sampai usia dua tahun. Hormon

tiroid pembentukannya sangat tergantung pada kecukupan

iodium, dan hormon ini sangat penting untuk perkembangan

otak normal.

Di negara sedang berkembang dengan Kekurangan

iodium berat, penemuan kasus ini dapat dilakukan dengan

mengambil darah dari pembuluh darah balik talipusat segera

setelah bayi lahir untuk pemeriksaan kadar hormon T4 dan

TSH. Disebut hipotiroidisme neonatal, bila didapatkan kadar T4

kurang dari 3 mg/dl dan TSH lebih dari 50 mU/mL.

Pada daerah dengan Kekurangan iodium yang sangat

berat, lebih dari 50% penduduk mempunyai kadar iodium urin

kurang dari 25 mg per gram kreatinin, kejadian hipotiroidisme

neonatal sekitar 75-115 per 1000 kelahiran. Yang sangat

mencolok, pada daerah yang kekurangan iodium ringan,

kejadian gondok sangat rendah dan tidak ada kretin, angka

kejadian hipotiroidisme neonatal turun menjadi 6 per 1000

kelahiran.

22

Page 23: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

Dari pengamatan ini disimpulkan, bila kekurangan

iodium tidak dikoreksi maka hipotiroidisme akan menetap sejak

bayi sampai masa anak. Ini berakibat pada retardasi

perkembangan fisik dan mental, serta risiko kelainan mental

sangat tinggi. Pada populasi di daerah kekurangan iodium berat

ditandai dengan adanya penderita kretin yang sangat

mencolok.

3) Kekurangan Iodium pada Masa Anak

Penelitian pada anak sekolah yang tinggal di daerah

kekurangan iodium menunjukkan prestasi sekolah dan IQ

kurang dibandingkan dengan kelompok umur yang sama yang

berasal dari daerah yang berkecukupan iodium. Dari sini dapat

disimpulkan kekurangan iodium mengakibatkan keterampilan

kognitif rendah. Semua penelitian yang dikerjakan di daerah

kekurangan iodium memperkuat adanya bukti kekurangan

iodium dapat menyebabkan kelainan otak yang berdimensi

luas. Dalam penelitian tersebut juga ditegaskan, dengan

pemberian koreksi iodium akan memperbaiki prestasi belajar

anak sekolah. Faktor penentu kadar T3 otak dan T3 kelenjar

hipofisis adalah kadar T4 dalam serum, bukan kadar T3 serum,

sebaliknya terjadi pada hati, ginjal dan otot. Kadar T3 otak yang

rendah, yang dapat dibuktikan pada tikus yang kekurangan

iodium, didapatkan kadar T4 serum yang rendah, akan menjadi

normal kembali bila dilakukan koreksi terhadap kekurangan

iodiumnya. Keadaan ini disebut sebagai hipotiroidisme otak,

23

Page 24: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

yang akan menyebabkan bodoh dan lesu, hal ini merupakan

tanda hipotiroidisme pada anak dan dewasa. Keadaan lesu ini

dapat kembali normal bila diberikan koreksi iodium, namun lain

halnya bila keadaan yang terjadi di otak. Ini terjadi pada janin

dan bayi yang otaknya masih dalam masa perkembangan,

walaupun diberikan koreksi iodium otak tetap tidak dapat

kembali normal.

4) Kekurangan Iodium pada Dewasa

Pada orang dewasa, dapat terjadi gondok dengan

segala komplikasinya, yang sering terjadi adalah hipotiroidisme,

bodoh, dan hipertiroidisme. Karena adanya benjolan/modul

pada kelenjar tiroid yang berfungsi autonom. Disamping efek

tersebut, peningkatan ambilan kelenjar tiroid yang disebabkan

oleh kekurangan iodium meningkatkan risiko terjadinya kanker

kelenjar tiroid bila terkena radiasi.

Selama ini perhatian para pakar terpusat pada GAKI

tingkat berat, dan tingkat sedang, baru sekitar sepuluh tahun

belakang ini tertarik mengamati apa yang terjadi pada GAKI

tingkat ringan yang jumlahnya jauh lebih besar. Dampak buruk

GAKI tingkat ringan ternyata lebih mengejutkan. Pada tingkat

ringan sudah terjadi kelainan perkembangan sel-sel syaraf

yang mempengaruhi kemampuan belajar anak yang

ditunjukkan dengan rendahnya IQ anak penderita GAKI.

Perkembangan sel otak terjadi dengan pesat pada janin dan

anak sampai usia dua tahun, karena itu ibu hamil penderita

24

Page 25: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

GAKI tingkat ringan dapat memberikan dampak buruk pada

perkembangan syaraf motorik dan kognitif janin yang berkaitan

dengan perkembangan kecerdasan anak.

c. Faktor – Faktor yang berhubungan dengan masalah GAKI

1) Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess

Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya

masalah GAKI. Hal ini disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan

proses adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur iodium dalam

makanan dan minuman yang dikonsumsinya (Djokomoeldjanto,

1994).

Hal ini dibuktikan oleh Marine dan Kimbell (1921) dengan

pemberian iodium pada anak usia sekolah di Akron (Ohio) dapat

menurunkan gradasi pembesaran kelenjar tiroid. Temuan lain oleh

Dunn dan Van der Haal (1990) di Kecamatan Jixian, Propinsi

Heilongjian (Cina) dimana pemberian iodium antara tahun 1978

dan 1986 dapat menurunkan prevalensi gondok secara drastic dari

80 % (1978) menjadi 4,5 % (1986).

Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi

cukup besar secara terus menerus, seperti yang dialami oleh

masyarakat di Hokaido (Jepang) yang mengkonsumsi ganggang

laut dalam jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi dalam dosis

tinggi akan terjadi hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi

tirosin dan proses coupling (Djokomoeldjanto, 1994).

25

Page 26: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

2) Faktor Geografis dan Non Geografis

Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat

hubungannya dengan letak geografis suatu daerah, karena pada

umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan

seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia

gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di

Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan.

Daerah yang biasanya mendapat suplai makanannya dari

daerah lain sebagai penghasil pangan, seperti daerah pegunungan

yang notabenenya merupakan daerah yang miskin kadar iodium

dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun

pasti daerah tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau

daerah endemik iodium (Soegianto, 1996 dalam Koeswo, 1997).

3) Faktor Bahan Pangan Goiterogenik

Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya

gondok, namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut

berperan. Salah satunya adalah bahan pangan yang bersifat

goiterogenik (Djokomoeldjanto, 1974). Williams (1974) dari hasil

risetnya mengatakan bahwa zat goiterogenik dalam bahan

makanan yang dimakan setiap hari akan menyebabkan zat iodium

dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut

merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah

masuk ke dalam tubuh.

Giterogenik adalah zat yang dapat menghambat

pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi

26

Page 27: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat goiterogenik

dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke

bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat

(Linder, 1992).

Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis

pangan seperti kelompok Sianida (daun + umbi singkong , gaplek,

gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung) ; kelompok

Mimosin (pete cina dan lamtoro) ; kelompok Isothiosianat (daun

pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan

cuka).

4) Faktor Zat Gizi Lain

Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai

tahap pembentukan hormon dari kelenjar thyroid terutama tahap

transportasi hormon. Baik T3 maupun T4 terikat oleh protein dalam

serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas.

Sehingga defisiensi protein akan menyebabkan tingginya T3 dan T4

bebas, dengan adanya mekanisme umpan balik pada TSH maka

hormon dari kelenjar thyroid akhirnya menurun.

d. Penanggulangan GAKI

Penyebab utama terjadinya GAKI adalah kekurangan iodium.

Iodium merupakan salah satu unsur mineral mikro yang sangat

dibutuhkan oleh tubuh walaupun dalam jumlah yang relatif kecil. Namun

apabila diabaikan dapat menimbulkan efek atau dampak yang cukup

berpengaruh dalam kehidupan semua orang dan korban penderita GAKI

akan menjadi beban semua orang yang ada disekitar kehidupannya.

27

Page 28: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

Ada beberapa pendapat yang salah dan kenyataan yang

berbeda. Pendapat yang salah, misalnya, garam beryodium dapat

mengobati GAKI seperti kretin, namun kenyataan GAKI tidak dapat

diobati kecuali hanya dicegah. Juga pendapat yang salah, bahwa

mengkonsumsi iodium sangat berbahaya, kenyataannya mengkonsumsi

iodium, melalui garam beriodium dalam jangka lama tidak berbahaya.

Pemecahan masalah sebenarnya sangat sederhana, berikan

satu sendok iodium pada setiap orang yang membutuhkan, dan terus

menerus. Karena iodium tidak dapat disimpan oleh tubuh dalam waktu

lama, dan hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit sehingga harus

berlangsung terus menerus.

Pada daerah kekurangan iodium endemik akibat tanah dan hasil

panen serta rumput untuk makanan ternak tidak cukup kandungan

iodiumnya untuk dikonsumsi oleh penduduk setempat, maka

suplementasi dan fortifikasi iodium yang diberikan terus menerus sangat

tinggi angka keberhasilannya.

Yang paling sering digunakan untuk melawan GAKI adalah

program garam beriodium dan suplementasi minyak beriodium. Pilihan

pertama tentunya dengan garam beriodium karena biayanya sangat

murah, dan teknologinya mudah. Untuk suplementasi minyak beriodium,

keuntungannya praktis, sebaiknya hanya untuk intervensi pada populasi

yang berisiko, walaupun mudah pemakaiannya, namun memerlukan

teknologi yang lebih rumit.

Penyuluhan kesehatan secara berkala pada masyarakat perlu

dilakukan, demikian juga perlu diberikan penjelasan pada pembuat

28

Page 29: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

keputusan, dan tentunya juga diberikan tambahan pengetahuan kepada

tenaga kesehatan.

Selanjutnya yang penting juga adalah penelitian tentang GAKI

dengan pendekatan multidisiplin, baik klinis, eksperimental maupun

epidemiologi, untuk menemukan cara yang terjamin dan mudah

penerapannya.

GAKI yang terlihat di masyarakat atau populasi, hanya sebagai

puncak gunung es. Di daerah endemik, gondoklah yang terlihat dari

bagian puncak gunung es tersebut, namun efek dari kekurangan iodium

yang utama yaitu kerusakan otak merupakan komponen yang

tersembunyi dan tidak terlihat .

5. Obesitas

a. Pengertian

Obesitas ( kegemukan ) adalah keadaan terdapatnya

timbunan lemak berlebihan dalam tubuh. Secara klinik biasanya

dinyatakan dalam bentuk Indeks Masa Tubuh (IMT) > 30 kg/m2.

Untuk orang Asia, kriteria obesitas apabila IMT > 25kg/m2. Korelasi

antara IMT dengan lemak tubuh sangat erat ( r 0,7-0,8 ). Untuk

praktisnya pengukuran lemak tubuh digunakan lingkar pinggang atau

indeks masa tubuh.

Berbagai komplikasi obesitas lebih erat hubungannya dengan

obesitas sentral, yang penetapannya paling baik dengan mengukur

lingkar pinggang. Apabila lingkar pinggang > 90 cm pada pria dan >

80 cm pada wanita, sudah termasuk obesitas sentral (untuk orang

Asia). Masa kini banyak orang beranggapan kegemukan dapat

29

Page 30: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

mengurangi keindahan tubuh, mengurangi kelincahan gerak tubuh

dan sering lebih mudah menimbulkan kelelahan. Selain itu kelebihan

berat badan dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan dan

dihubungkan dengan meningkatnya bermacam penyakit seperti :

diabetes mellitus (DM) (penyakit gula), hipertensi, penyakit jantung

koroner dan stroke. Pada wanita bisa terjadi kelainan haid, keputihan,

kemandulan serta penyakit kulit di lipatan paha dan payudara.

Obesitas juga sering dihubungkan dengan gangguan pernapasan,

rematik, varises, hernia dan penyakit batu empedu.

Para peneliti mendapatkan risiko untuk menderita DM baik

pada pria maupun wanita menjadi naik beberapa kali berhubungan

dengan kenaikan IMT. Terdapat hubungan yang kuat antara IMT

dengan hipertensi. Wanita yang obese memiliki risiko hipertensi 3 - 6

kali dibanding wanita dengan berat badan normal. Kelebihan berat

badan juga berhubungan dengan kematian (20-30&) karena penyakit

kardiovaskuler. Pria dan wanita yang overweight atau obese

mempunyai risiko 2-3 kali terkena penyakit kardiovaskuler. Pada

remaja berisiko lebih dari 2 kali lipat meninggal karena penyakit

jantung koroner pada masa dewasa. Obesitas juga mengurangi

kualitas hidup, seperti stroke, artritis (radang sendi), batu empedu,

kesulitan bernafas, masalah kulit, infer- tilitas, masalah psikologis,

mangkir kerja dan pemanfaatan sarana kesehatan.

Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Himpunan Studi

Obesitas Indonesia (HISOBI) th.2004 mendapatkan angka prevalensi

obesitas (IMT=/>30 kg/m2) 9,16 % pada pria dan 11,02 % pada

30

Page 31: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

wanita. Prevalensi lingkar pinggang =/> 90cm sebesar 41,2% pada

pria dan =/> 80cm sebesar 53,3% pada wanita. Bila tren seperti

sekarang ini berjalan terus, maka tahun 2025 tidak mustahil 40 % dari

penduduk Indonesia akan menyandang gelar "obese".

Saat ini kita hidup pada masa berat badan lebih ( IMT 23 -

24,9 ) dan obesitas. ( IMT 25 - 30 ) sudah menjadi suatu epidemi,

dengan dugaan peningkatan prevalensi obesitas akan mencapai 50

% pada tahun 2025 bagi negara-negara maju.

b. Faktor Terjadinya

Terjadinya obesitas karena faktor genetik dan lingkungan.

Anak yang obesitas biasanya berasal dari keluarga yang obesitas.

Bila kedua orang tua obese, sekitar 80% anak-anak mereka akan

menjadi obese. Bila salah satu orang tua obese, menjadi 40% dan

bila orang tuanya tidak obese prevalensi obese untuk anak turun

menjadi 14%. Sampai saat ini sudah diketahui 7 gen penyebab

obesitas pada manusia : leptin receptor, melanocortin receptor-4

(MC4R), alpha melanocyte stimulating hormone (alpha MSH),

prohormone convertase-1 (PC-1), leptin, Barder5t-Biedl, dan

Dunnigan partial lypo-dystrophy.

Faktor lingkungan yang berperan sebagai penyebab

terjadinya obesitas adalah perilaku makan, aktivitas fisik, trauma

(neurologik atau psikologik), obat-obatan (golongan steroid), sosial

ekonomi.

31

Page 32: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

c. Penanganan

Obesitas merupakan hasil dari proses yang berjalan

menahun, sehingga penanganannya tidak akan efektif bila hanya

dalam waktu singkat. Penurunan berat badan sampai 1 kg per

minggu sudah cukup sebagai parameter keber-hasilan penurunan

berat badan. Kita harus mewaspadai adanya sindroma Yoyo, yaitu

penurunan berat badan yang berlebihan akan menyebabkan defisit

energi mendadak dan akan berisiko naiknya kembali berat badan.

Penurunan berat badan bersifat individual, tergantung pada umur,

berat badan awal dan adanya usaha penurunan berat badan

sebelumnya serta ada tidaknya penyakit penyerta. Sasaran

penurunan berat badan yang realistik adalah 5-10% dari berat badan

awal dalam kurun waktu 6-12 bulan. Garis besar penanganan

obesitas terdiri dari intervensi diet, aktivitas fisik, perubahan perilaku,

Farmakoterapi dan Intervensi bedah.

d. Intervensi Diet.

Pengaturan makan merupakan tiang utama penanganan

obesitas, oleh sebab itu perlu ditekankan pada penderita bahwa

kosistensi pengaturan makan jangka panjang sangat menentukan

keberhasilan pengobatan. Keberhasilan pengobatan dievaluasi

minimal dalam jangka waktu 6 bulan. Dua macam nutrisi medik yang

efektif untuk menurunkan berat badan, yaitu Low Calorie balance

Diets (LCD),Very Low Calorie Diets (VLCD), Low Calorie balance

Diets (LCD).

32

Page 33: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

Hal ini dapat dicapai dengan mengurangi asupan lemak dan

karbohidrat. Dapat diberikan 1200-1600 kkal/hari dengan protein 1

g/kg BB, lemak 20-25% dari kalori total dan sisa- nya karbohidrat.

Beberapa rekomendasi praktis dapat dilakukan untuk mencapai

sasaran diet : makan setidaknya 5-7 porsi buah dan sayuran perhari.

Makan 25-30 gram serat perhari (dari buah/sayur, roti gandum,

sereal, pasta dan kacang-kacangan. Untuk sumber karbohidrat hasil

proses, pilihlah roti gandum.Minum sedikitnya 8 gelas sehari. Makan

sedikitnya 2 porsi perhari hasil olahan susu rendah lemak. Pilih

protein rendah lemak seperti ayam tanpa kulit, kalkun dan produk

kedelai. Sebaiknya makan daging lebih sedikit. Makan ikan

setidaknya 2 kali seminggu. Asupan garam maksimum 2.400 mg

perhari.

e. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik aktif berupa aktivitas yang rutin, merupakan

bagian penting dari program penurunan berat badan. Olahraga juga

dapat mengurangi rata-rata angka kesakitan dan kematian beberapa

penyakit kronik. Dokter dapat menekan-kan urgensinya aktivitas fisik

pada penderita, dan menyarankan untuk melakukan aktivitas fisik

paling sedikit 150 menit perminggu. Latihan fisik saja sudah dapat

menurunkan berat badan rata-rata 2-3 kg. Perubahan perilaku

merupakan usaha maksimal untuk menerapkan aspek non -

parmakologis dalam pengelolaan penyakit. Perencanaan makan dan

kegiatan jasmani merupakan aspek penting dalam terapi non-

farmakologis.

33

Page 34: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

Penderita agar menyadari untuk mengubah perilaku, karena

keberhasilan penurunan berat badan ini sangat dipengaruhi oleh

faktor dirinya sendiri, kedisiplinan mengikuti program diet serta

kesinambungan pengobatan. Motivasi penderita sangat menentukan

keberhasilan upaya penurunan berat badan.

f. Farmakoterapi.

Tiga mekanisme dapat digunakan untuk mengklasifikasi obat-

obatan untuk terapi obesitas adalah terapi yang mengurangi asupan

makanan, yang mengganggu metabolisme dengan cara

mempengaruhi proses pra atau pascaabsorbsi. Terapi yang

meningkatkan pengeluaran energi atau termogenesis.

Obat yang tersedia saat ini Orlistat : yang menghambat lipase

pankreas (enzim yang dihasilkan kelenjar ludah perut) dan akan

menyebabkan penurunan penyerapan lemak sampai 30%. Efedrin

dan kafein : meningkatkan pengeluaran energi, akan meningkatkan

konsumsi oksigen sekitar 10% selama beberapa jam. Pada uji klinis

efedrin dan kafein menghasil kan penurunan berat badan lebih besar

dibanding kelompok plasebo. Diperkirakan 25 - 40% penurunan berat

badan oleh karena termogenesis dan 60-75% karena pengurangan

asupan makanan. Efek samping utama adalah peningkatan nadi dan

perasaan berdebar-debar yang terjadi pada sejumlah penderita.

Sibutramin, menurunkan energy intake dan mempertahankan

penurunan pengeluaran energi setelah penurunan berat badan. Pada

penelitian ternyata terbukti sibutramin menurunkan asupan makanan

dengan cara mempercepat timbulnya rasa kenyang dan

34

Page 35: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

mempertahankan penurunan pengeluaran energi setelah penurunan

berat badan.

g. Intervensi Bedah.

Intervensi bedah untuk mengatasi masalah obesitas

sebenarnya telah diterapkan sejak th.1960 dengan bedah pintas

lambung. Hanya karena teknologi bedah saat itu masih terbatas,

membuat operasi ini hampir selalu berujung pada kematian pasien.

Ada beberapa pilihan pembedahan seperti Laparoscopic Adjustable

Gastric Binding, Vertical Banded Gastroplasty, Roux-en-Y gastric

bypass. Laparoscopic Adjustable Gastric Binding, merupakan

tindakan bedah generasi mutakhir untuk menangani penderita

dengan obesitas yang berat, dimana hanya dengan membuat

lubang/irisan kecil diperut (diameter 0,5-1,0 cm). Dengan pita/ plaster

silikon yang dilekatkan seputar lambung bagian atas, sehingga

terbentuk satu kantong kecil. Apabila penderita makan, kantong kecil

tadi akan cepat penuh dan ini akan memberikan sensasi kenyang.

Pengosongan makanan dari kantong kecil tersebut akan

secara pelan-pelan melalui ikatan yang dibuat dan penderita tidak

akan merasa lapar sampai beberapa jam. Dengan intervensi bedah

ini, diharapkan dapat menurunkan berat badan dari 20 kg sampai

lebih dari 100kg.

35

Page 36: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

BAB III

METODE PENGUMPULAN DATA

A. Jenis dan Rancangan

Jenis pengumpulan data ini adalah observasional dengan rancangan

penelitian cross sectional.

B. Lokasi dan Waktu

Lokasi pengambilan data adalah di Kecamatan Gamping, pada tiga

dusun, yaitu Plumbon, Sorowajan dan Karangbendo. Waktu pengambilan

data pada tanggal 8 – 13 November 2010.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam pengumpulan data dasar ini adalah semua balita, ibu

hamil, dan usila di Kecamatan Gamping, Kecamatan Gamping

Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

2. Sampel

Sampel yang diambil adalah sebagian dari balita, ibu hamil, dan

Usila yang berada di Kecamatan Gamping, Kecamatan Gamping.

Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling dengan

ketentuan setiap mahasiswa 20 balita, 10 lansia dan 5 ibu hamil.

Khusus untuk pengambilan sampel ibu hamil disesuaikan dengan

jumlah ibu hamil yang ada.

36

Page 37: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

a) Balita sebanyak 260 balita

Dusun Sorowajan : 80 balita

Dusun Plumbon : 80 balita

Dusun Karangbendo : 100 balita

b) Ibu hamil sebanyak 34 orang

Dusun Sorowajan : 8 orang

Dusun Plumbon : 14 orang

Dusun Karangbendo : 12 orang

c) Usila sebanyak 130 orang

Dusun Sorowajan : 40 orang

Dusun Plumbon : 40 orang

Dusun Karangbendo : 50 orang

D. Data yang Dikumpulkan

1. Balita

Pada balita data yang dikumpulkan meliputi data :

a. Berat Badan

b. Tinggi Badan

c. Umur (Tanggal lahir)

d. Jenis Kelamin

e. Penyakit yang diderita dalam 1 bulan terakhir

f. Pemberian ASI

g. Tingkat Pengetahuan Ibu Balita atau pengasuh

h. Intake Energi Balita

i. Intake Protein Balita

37

Page 38: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

j. Intake Karbohidrat balita

k. Intake Lemak balita

2. Ibu Hamil

Pada Ibu Hamil data yang dikumpulkan meliputi data :

a. LILA (Lingkar Lengan Atas)

b. Berat badan

c. Umur ibu

d. Umur kehamilan

e. Tinggi badan

f. Status gizi Ibu hamil

g. Paritas

h. Intake energi ibu hamil

i. Intake protein ibu hamil

j. Intake Fe ibu hamil

k. Tingkat pengetahuan ibu hamil

l. Tingkat pendidikan ibu hamil

3. Usila

Pada usila data yang dikumpulkan meliputi data :

a. Berat Badan

b. Tinggi Badan atau rentang lengan

c. Umur

d. Jenis Kelamin

e. Status gizi dengan IMT

f. Kebiasaan makan lansia

g. Aktivitas fisik (olah raga)

38

Page 39: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

h. Status kesehatan atau penyakit yang diderita.

E. Definisi Operasional

1. Masalah Gizi pada Balita

a. Status Gizi Balita

Adalah tingkat keadaan gizi anak usia 0-5 tahun yang dinyatakan

sebagai persen perbandingan berat badan balita tersebut dengan baku

berat badan menurut umur (WHO-NCHS).

Parameter:

1) Gizi Lebih >+ 2SD

2) Gizi Baik ≥-2 SD sampai +2SD

3) Gizi Kurang <-2 SD sampai ≥-3SD

4) Gizi Buruk <-3SD

Skala: Ordinal

b. Intake Energi Balita

Adalah gambaran jumlah intake energi dari makanan setiap hari, yang

dinyatakan sebagai perbandingan rata-rata intake energi dengan

kecukupan kalori tiap kelompok balita perhari.

Intake Kalori= Asupankalori per hariKecukupankalori perhari

x100 %

Parameter:

1) Kurang jika asupan kalori < 80%

2) Baik/Cukup/Normal jika asupan kalori 80-110%

3) Lebih jika asupan kalori > 110%

Skala: ordinal

39

Page 40: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

c. Intake Protein Balita

Adalah jumlah protein dari makanan setiap hari yang dinyatakan

sebagai persen perbandingan rata-rata intake protein dengan

kecukupan protein tiap individu perhari.

Intake protein= Asupan protein per hariKecukupan protein perhari

x100 %

Parameter:

1) Kurang jika asupan kalori < 80%

2) Baik/Cukup/Normal jika asupan kalori 80-110%

3) Lebih jika asupan kalori > 110%

Skala: ordinal

d. Intake Karbohidrat Balita

Adalah jumlah karbohidrat dari makanan setiap hari yang dinyatakan

sebagai persen perbandingan rata-rata intake karbohidrat dengan

kecukupan karbohidrat tiap individu perhari.

Intakekarbohidrat= Asupankarbohidrat per hariKecukupankarbohidrat perhari

x100 %

Parameter:

4) Kurang jika asupan kalori < 80%

5) Baik/Cukup/Normal jika asupan kalori 80-110%

6) Lebih jika asupan kalori > 110%

Skala: ordinal

e. Intake Lemak Balita

Adalah jumlah lemak dari makanan setiap hari yang dinyatakan

sebagai persen perbandingan rata-rata intake lemak dengan

kecukupan lemak tiap individu perhari.

40

Page 41: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

Intake lemak= Asupan lemak per hariKecukupan lemak perhari

x100 %

Parameter:

7) Kurang jika asupan kalori < 80%

8) Baik/Cukup/Normal jika asupan kalori 80-110%

9) Lebih jika asupan kalori > 110%

Skala: ordinal

f. Pengetahuan Gizi Ibu Balita atau Pengasuhnya

Adalah pengetahuan ibu balita atau pengasuhnya tentang gizi yang

diukur dari kemampuan ibu dalam menjawab soal-soal atau

pertanyaan kuesioner yang diajukan

Parameter:

1) Kurang jika skor < 75%

2) Baik jika skor >75%

Skala : Ordinal

2. Masalah Gizi pada Ibu Hamil

a. Status Gizi Ibu Hamil

Adalah gambaran keadaan gizi dari bumil yang dinilai dengan indeks

LILA.

Parameter : ≥ 23,5 cm = Tidak beresiko KEK

< 23,5 cm = Beresiko KEK

Skala : Ordinal

b. Intake Protein Ibu Hamil

Adalah gambaran jumlah intake protein dalam makanan setiap hari,

yang dinyatakan sebagi % perbandingan rata-rata intake protein

dengan kecukupan protein tiap kelompok perhari.

41

Page 42: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

Intake Protein = Asupan Protein per hariKecukupan Protein per hari

×100%

Parameter :

1) Kurang jika asupan kalori < 80%

2) Baik/Cukup/Normal jika asupan kalori 80-110%

3) Lebih jika asupan kalori > 110%

Skala: ordinal

c. Intake Energi Ibu Hamil

1) Kurang jika asupan kalori < 80%

2) Baik/Cukup/Normal jika asupan kalori 80-110%

3) Lebih jika asupan kalori > 110%

Skala: Ordinal

d. Pengetahuan Gizi Ibu Hamil

Adalah pengetahuan ibu hamil tentang gizi yang diukur dari

kemampuan ibu dalam menjawab soal-soal atau pertanyaan evaluasi

yang diajukan.

Parameter :

1) Kurang jika skor <75%

2) Baik jika skor >75%

Skala : Ordinal

3. Massalah Gizi pada Usila

a. Status Gizi Usila

Adalah gambaran keadaan gizi usila yang dinilai dengan indeks

massa tubuh (IMT).

Parameter : Kurus, IMT <18,50

Normal, IMT = 18,50-25,00

42

Page 43: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

Gemuk, IMT > 25,00

IMT = Asupan Protein per Hari

(Tinggi Badan (cm) )2

Skala : Ordinal

F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data primer

1) Balita

Meliputi data berat badan, tinggi badan, umur, jenis kelamin,

pemberian ASI, pola makan, serta pengetahuan ibu balita atau

pengasuh balita.

2) Ibu Hamil

Meliputi data usia kehamilan, konsumsi tablet Fe, LILA (Lingkar

Lengan Atas), berat badan, umur ibu, tinggi badan, tingkat

pengetahuan ibu hamil.

3) Usila

Meliputi data jenis kelamin, berat badan, tinggi badan atau rentang

lengan atau tinggi lutut, umur, status gizi, fekuensi oleh raga dalam

satu minggu, kebiasaan makan, dan penyakit yang diderita

responden.

2. Data sekunder

Data monografi dan demografi Kecamatan Gamping

43

Page 44: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

2. Cara Pengumpulan Data

a. Data primer

Data primer yang berupa identitas keluarga dan sampel, tingkat

pengetahuan, riwayat penyakit yang pernah diderita diperoleh dengan

wawancara menggunakan kuesioner. Sedangkan status gizi untuk

balita dengan menimbang berat badan menggunakan timbangan injak

dan timbangan dacin. Pengukuran tinggi badan menggunakan metlin

atau microtoice. Sedangkan untuk mengukur rentang lengan

menggunakan alat metlin. Data konsumsi makanan atau asupan gizi

diperoleh dengan recall menu selama 1 hari.

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari kecamatan, kelurahan, dan Puskesmas

setempat.

G. Instrumen

Data Gizi pada Balita

a. Status GIzi

1) Tinggi Badan : Mikrotoa atau metlin

2) Berat Badan : Timbangan injak dan dacin

3) Umur : Kuesioner

b. Asupan Gizi (energi dan protein) dengan pencatatan recall 1 x 24 jam,

menggunakan form recall.

c. Pengetahuan ibu atau pengasuh dan pemberian ASI dengan

menggunakan kuesioner.

44

Page 45: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

3. Data Gizi pada Ibu Hamil

a. Status Gizi:

1) Mengukur LILA (Lingkar Lengan Atas): Pita ukur LILA

2) Umur dengan menggunakan kuesioner

b. Asupan Gizi (energi dan protein) dengan pencatatan recall 1 x 24 jam,

menggunakan form recall.

c. Pengetahuan Gizi Ibu

Untuk mengukur pengetahuan gizi Ibu maka dengan menggunakan

kuesioner

3. Usila

Status gizi usila:

a. Tinggi Badan : Mikrotoa atau metlin

b. Rentang Lengan : Metlin

c. Berat Badan : Timbangan injak dan dacin

d. Umur : Kuesioner

H. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

a. Editing

Pengoreksian data yang meliputi kelengkapan pengisian atau

jawaban yang tidak jelas yang dilakukan di tempat pengumpulan

data sehingga dapat dilakukan perbaikan.

b. Coding

Pengklasifikasikan hasil dengan cara memberi kode pada masing-

masing item untuk memudahkan pembacaan.

45

Page 46: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

c. Tabulasi

Adalah memasukkan data hasil penelitian ke dalam tabel sesuai

dengan kriteria yang ditentukan.

2. Analisa Data

Analisa data dengan menggunakan analisis deskriptif dan tabel silang

untuk mengetahui hubungan antar variabel.

46

Page 47: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Keadaan Geografi

Kecamatan Gamping dengan luas wilayah 819,333 Ha dan mencakup

11 dusun.

2. Demografi (Kependudukan : Jumlah Penduduk Total, Jumlah Askeskin)

Wilayah Kecamatan Gamping dibagi menjadi 11 dusun. Jumlah

penduduk dari pendataan bulan November 2010 sebanyak 32.693 jiwa

(Laki-laki 16.347 jiwa atau 50,006% dan perempuan 16.346 atau

49,998%) dengan jumlah kepala keluarga 8685 KK (KK laki-laki : 7603

KK dan KK perempuan: 1082 KK), sedangkan jumlah penduduk miskin

sebanyak 11.974 (36,62%).

Tabel 1: Distribusi Penduduk dengan Jaminan Kesehatan

di Kecamatan Gamping Tahun 2010

No Jenis Jamkesmas Jumlah Prosentase (%)

1 Askes 343 1,05

2 Jamkesmas 6.124 18,73

3 Jamkesos 1.763 5,39

4 Belum terjamin 24.463 74,83

(sumber: Puskesmas Gamping III)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 74,83 %

penduduk di belum mempunyai jaminan kesehatan. Sedangkan untuk

penduduk miskin dari 11.947 jiwa penduduk miskin yang mendapatkan

47

Page 48: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

jaminan kesehatan sebanyak 7887 jiwa atau baru mencapai 65,87 %

dari total penduduk miskin, jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin

terdiri dari Jamkesmas dan Jamkesos. Data peserta Jamkesmas yang

dikirim ke Puskesmas Gamping III sebesar 6124, sedang yang terdaftar

di SK Bupati Bantul hanya 6079 peserta (kapitasi Jamkesmas sejumlah

6079). Jumlah peserta Jamkesos sebanyak 1.763 turun sebesar 540

dibanding tahun sebelumnya.

3. Pencapaian Pembangunan Kesehatan

a. Derajat Kesehatan (Angka Kematian, Angka Kesakitan, Status

Gizi)

(1) Data Sepuluh Besar Penyakit

Gambar 1. Data 10 Besar Penyakit di Kecamatan Gamping

Tahun 2009

Sumber : Puskesmas Gamping III, 2009

Total penyakit menurut jumlah kunjungan sebanyak

19.705. Grafik di atas menunjukkan prosentase penyakit

terbesar adalah penyakit Comond Cold/JOO (22%) Sama

48

Page 49: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

dengan tahun sebelumnya, tetapi dengan prosentase turun

sebesar 12%. Jika tahun 2008 peringkat ke2 adalah penyakit

jaringan gigi untuk tahun ini adalah penyakit Myalgia/M79.1

sebesar 9% kunjungan. Tetapi penyakit yang berhubungan

dengan mulut dan gigi masih cukup tinggi.

(2) SKDN BALITA

Dari data posyandu yang dikumpulkan diperoleh data SKDN

sebagai berikut :

Gambar. 2 Data SKDN di Kecamatan Gamping

Sumber : Puskesmas Gamping III, 2009

Grafik di atas menunjukkan jumlah kunjungan balita ke

posyandu sebesar 62,72% (D/S) hal ini menunjukkan partisipasi

masyakat masih kurang. Sedang balita yang naik berat

badannnya (N/D) sebesar 62,34 %, angka ini menunjukkan

keadaan kesehatan Balita masih kurang.

(3) Status Gizi Balita Bulan Pebruari di Puskesmas Gamping III

49

Page 50: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

Gambar 3. Data Status Gizi Balita di Kecamatan Gamping Bulan

Pebruari Tahun 2009

Sumber : Puskesmas Gamping III, 2009

Jumlah Balita keseluruhan di wilayah Puskesmas Gamping

III pada bulan Pebruari 2009 sebanyak 1998 sedangkan yang

datang menimbang sebayak 1626 Balita (81,38%). Penilaian

status gizi menggunakan pedoman WHO-NCHS, dengan standar

tersebut, dapat dilihat bahwa status Gizi Balita laki-laki dan

perempuan hampir tidak ada perbedaan. Jumlah Balita dengan

Gizi Baik 72,23% , balita gizi buruk sebesar 0,15%, Baita gizi

kurang 6,76%, Balita gizi lebih sebesar 2,10%.

(4) ASI Eksklusif

Belum semua bayi umur 0-6 bulan di wilayah Puskesmas

Gamping III diberi ASI Eksklusif, hanya sekitar 60 %. Tetapi

angka ini sudah mengalami kenaikan dibanding tahun 2008 yang

hanya sebesar 48,29%. Kemungkinan kenaikan ini disebabkan di

beberapa dusun sudah dibentuk Kelompok Pendukung Ibu

50

Page 51: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

Menyusui, yang kegiatan di dalamnya memberikan pengetahuan

kepada ibu dari masalah kehamilan sampai masalah pemberian

makan pada anak.

4. Status Ekonomi Sampel

Jumlah sampel pada penelitian data dasar adalah 336 Kepala Keluarga

yang terbagi atas:

a. Keluarga miskin = 28,87% (97 KK)

b. Keluarga tidak miskin = 71,13% (239 KK)

28.87 %

71.13 %

STATUS EKONOMI

GakinTidak Gakin

Gambar 4. Proporsi Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kecamatan

Gamping Kecamatan Gamping Tahun 2010

5. Penggunaan Garam Sampel

1) Penggunaan Garam Beryodium Sampel

51

Page 52: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

Jumlah sampel pada penelitian data dasar adalah 336 Kepala

Keluarga yang terbagi atas:

a. Keluarga yang menggunakan garam beryodium memenuhi syarat

adalah 83,93% (282 KK)

b. Keluarga yang menggunakan garam beryodium tidak memenuhi

syarat adalah 14,29% (48 KK)

c. Keluarga yang tidak menggunakan garam beryodium adalah 1,79%

(6 KK)

83.93 %

14.29 %1.79 %

PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM

Beryodium memenui syarat (>30 ppm)Beryodium tidak memenui syarat (<30 ppm)Tidak Beryodium

Gambar 5. Proporsi Penggunaan Garam Beryodium

di Kecamatan Gamping Tahun 2010

2) Penggunaan garam beryodium pada keluarga miskin

Jumlah sampel pada penelitian data dasar adalah keluarga miskin

sebesar 97 Kepala Keluarga yang terbagi atas:

a. Keluarga miskin yang menggunakan garam beryodium memenuhi

syarat adalah 89% (86 KK)

52

Page 53: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

b. Keluarga miskin yang menggunakan garam beryodium tidak

memenuhi syarat adalah 11% (11 KK)

c. Tidak ada keluarga miskin yang tidak menggunakan garam

beryodium

89%

11%

PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM PADA KELUARGA MISKIN

Beryodium memenui syarat (>30 ppm)Beryodium tidak memenui syarat (<30 ppm)Tidak Beryodium

Gambar 6. Proporsi Penggunaan Garam Beryodium Pada Keluarga Miskin

di Kecamatan Gamping Tahun 2010

3) Penggunaan garam beryodium pada keluarga tidak miskin

Jumlah sampel pada penelitian data dasar adalah keluarga tidak miskin

sebesar 239 Kepala Keluarga yang terbagi atas:

a. Keluarga tidak miskin yang menggunakan garam beryodium

memenuhi syarat adalah 82% (196 KK)

b. Keluarga tidak miskin yang menggunakan garam beryodium tidak

memenuhi syarat adalah 15% (36 KK)

c. Keluarga tidak miskin yang tidak menggunakan garam beryodium

adalah 3% (7 KK)

53

Page 54: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

82%

15% 3%

TIDAK GAKIN

Beryodium memenui syarat (>30 ppm)

Beryodium tidak memenui syarat (<30 ppm)

Tidak Beryodium

Gambar 7. Proporsi Penggunaan Garam Beryodium Pada Keluarga Tidak Miskin

di Kecamatan Gamping Tahun 2010

6. Cara Penyimpanan Garam Sampel

1) Cara penyimpanan garam beryodium (>30 ppm)

Keluarga yang menggunakan garam beryodium >30 ppm, sebesar 282

Kepala Keluarga, yaitu:

a. Keluarga yang menyimpan garam beryodium tertutup tidak

kena sinar matahari adalah 61% (172 KK)

b. Keluarga yang menyimpan garam beryodium tertutup terkena

sinar matahari adalah 30% (85 KK)

c. Keluarga yang menyimpan garam beryodium dibiarkan terbuka

adalah 9% (25 KK)

54

Page 55: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

61%

30%

9%

CARA PENYIMPANAN GARAM BERYODIUM (>30ppm)

Tertutup tidak terkena sinar matahariTertutup terkena sinar marahariDibiarkan terbuka

Gambar 8. Proporsi Penyimpanan Garam Beryodium >30 ppm

di Kecamatan Gamping Tahun 2010

2) Cara penyimpanan garam beryodium (<30 ppm)

Keluarga yang menggunakan garam beryodium <30 ppm, sebesar 48

Kepala Keluarga, yaitu:

a. Keluarga yang menyimpan garam beryodium tertutup tidak kena sinar

matahari adalah 67% (32 KK)

b. Keluarga yang menyimpan garam beryodium tertutup terkena sinar

matahari adalah 14% (7 KK)

c. Keluarga yang menyimpan garam beryodium dibiarkan terbuka

adalah 19% (9 KK)

55

Page 56: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

67%

15%

19%

CARA PENYIMPANAN GARAM BERYODIUM (<30ppm)

Tertutup tidak terkena sinar matahariTertutup terkena sinar marahariDibiarkan terbuka

Gambar 9. Proporsi Penyimpanan Garam Beryodium <30 ppm

di Kecamatan Gamping Tahun 2010

3) Cara penyimpanan garam tidak beryodium

Keluarga yang tidak menggunakan garam beryodium, sebesar 6 Kepala

Keluarga, yaitu:

a. Keluarga yang menyimpan garam beryodium tertutup tidak kena sinar

matahari adalah 67% (4 KK)

b. Keluarga yang menyimpan garam beryodium tertutup terkena sinar

matahari adalah 16% (1 KK)

c. Keluarga yang menyimpan garam beryodium dibiarkan terbuka

adalah 17% (1 KK)

56

Page 57: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

67%

17%

17%

CARA PENYIMPANAN GARAM TIDAK BERY-ODIUM

Tertutup tidak terkena sinar matahariTertutup terkena sinar marahariDibiarkan terbuka

Gambar 10. Proporsi Penyimpanan Garam Tidak Beryodium

di Kecamatan Gamping Tahun 2010

B. Balita

1. Sex Ratio

50%50%

PROSENTASE JENIS KELAMIN BALITA

Laki-lakiPerempuan

Gambar 11. Sex Ratio Balita di Kecamatan Gamping

Kecamatan Gamping Tahun 2010

Berdasarkan diagram pie di atas, diketahui bahwa rasio jenis

kelamin balita laki-laki dan perempuan adalah 1:1. Artinya proporsi

sampel balita laki-laki dan perempuan seimbang.

57

Page 58: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

2. Penyakit pada Balita

BATUK PILEK PANAS DIARE0

50

100

150

200

250

93

127

91

15

167

133

169

245

YATIDAK

Gambar 12. Penyakit pada Balita Selama 1 Bulan Terakir

di Kecamatan Gamping Kecamatan Gamping Tahun 2010

Berdasarkan diagram batang mengenai penyakit balita 1 bulan

terakhir, balita yang menderita sakit batuk sebanyak 93 anak, sedangkan

yang menderita pilek sebanyak 127 anak, untuk yang menderita panas

sebanyak 91 anak dan balita yang diare sebanyak 15 anak.

3. Pengetahuan Ibu Balita

Tabel 2. Pengetahuan ibu BalitaKategori Jumlah Prosentase (%)

Kurang 10 3,85

Cukup 181 69,62

Baik 69 26,54

Jumlah 260 100,00

58

Page 59: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

4%

70%

27%

PROSENTASE PENGETAHUAN IBU BALITA

kurang cukup baik

Gambar 13. Pengetahuan Ibu Balita

di Kecamatan Gamping Kecamatan Gamping Tahun 2010

Pengetahuan ibu balita ditentukan berdasarkan hasil pengisian kuisioner

kepada ibu balita. Kuisioner tersebut berjumlah 20 pertanyaan tertutup. Data

yang diperoleh dari kuisioner tersebut telah disajikan dalam diagram pie

diatas. Dengan hasil ibu balita yang berpengetahuan kurang sebesar 4%, ibu

balita yang memiliki pengetahuan cukup sebesar 70%, dan ibu balita yang

memiliki pengetahuan baik sebesar 26%. Jadi dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar ibu balita memiliki pengetahuan cukup.

59

Page 60: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

4. Status Gizi Balita

2%8%

79%

12%

STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BB/TB

Kurus SekaliKurus NormalGemukGemuk Sekali

Gambar 14. Status Gizi Balita Berdasarkan BB/ TB

di Kecamatan Gamping Kecamatan Gamping Tahun 2010

Berdasarkan parameter berat badan menurut tinggi badan

(BB/TB), status gizi balita dengan kriteria kurus sekali sebesar 2% dengan

jumlah balita 4, balita yang status gizinya kurus ada 8% dengan jumlah

balita 21, balita yang memiliki staus gizi normal sebanyak 79% dengan

jumlah balita 205, dan balita yang gemuk sebesar 11% dengan jumlah

balita 30. Sedangkan balita dengan status gizi gemuk sekali tidak

ditemukan. Jadi, sebagian besar balita berdasarkan pengukuran berat

badan per tinggi badan menunjukkan status gizi normal.

60

Page 61: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

3% 12%

80%

5%

STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BB/U

Gizi BurukGizi KurangGizi BaikGizi Lebih

Gambar 15. Status Gizi Balita Berdasarkan BB/ U

di Kecamatan Gamping Kecamatan Gamping Tahun 2010

Berdasarkan parameter berat badan menurut umur (BB/U), status gizi

balita dengan kriteria gizi buruk sebesar 3% dengan jumlah balita 8, balita

yang memiliki status gizi kurang ada 12% dengan jumlah balita 31, balita

yang memiliki status gizi baik sebanyak 80% dengan jumlah balita 208, dan

balita yang status gizinya lebih sebesar 5% dengan jumlah balita 13. Jadi,

sebagian besar balita berdasarkan pengukuran berat badan menurut umur

menunjukkan status gizi baik.

61

Page 62: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

22%

78%

STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN TB/U

STUNTEDNORMAL

Gambar 16. Status Gizi Balita Berdasarkan TB/U

di Kecamatan Gamping Kecamatan Gamping Tahun 2010

Berdasarkan parameter tinggi badan menurut umur (BB/U), status

gizi balita yang stunted sebesar 22% dengan jumlah balita 58, sedangkan

balita yang status gizinya normal sebesar 78% dengan jumlah balita 202.

Jadi, sebagian besar balita berdasarkan pengukuran tinggi badan

menurut umur menunjukkan status gizi normal.

5. Kecukupan Zat Gizi yang Dikonsumsi Balita

Pengukuran kecukupan zat gizi merupakan hasil perbandingan

antara jumlah asupan zat gizi yang dikonsumsi dan angka kecukupan zat

gizi (AKG) tersebut menurut umur.

62

Page 63: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

56%

27%

17%

ENERGI

KurangBaikLebih

Gambar 17. Tingkat Kecukupan Energi Balita

di Kecamatan Gamping Kecamatan Gamping Tahun 2010

Analisis kecukupan energi dari hasil recall 1x 24 jam, diketahui

balita dengan kecukupan energy yang kurang sebesar 56% yaitu 146

balita dan balita dengan kecukupan energy yang baik sebanyak 27%

yaitu sebanyak 71 balita, sedangkan balita yang kecukupan energinya

lebih ada 17% yaitu sebanyak 43 balita. Jadi, sebagian besar balita

kecukupan energi kurang.

Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah manifestasi dari

kurangnya asupan  protein dan energi, dalam makanan sehari-hari yang

tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga diserta

adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut malnutrisi

primer bila kejadian KEP akibat kekurangan asupan nutrisi, yang pada

umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta

rendahnya pengetahuan dibidang gizi.

63

Page 64: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

28%

7%65%

PROTEIN

KurangBaikLebih

Gambar 18. Tingkat Kecukupan Protein Balita

di Kecamatan Gamping Kecamatan Gamping Tahun 2010

Analisis kecukupan protein dari hasil recall 1x 24 jam, diketahui

balita dengan kecukupan protein yang kurang sebesar 28% yaitu 73 balita

dan balita dengan kecukupan protein yang baik sebanyak 7% yaitu

sebanyak 17 balita, sedangkan balita yang kecukupan proteinnya lebih

ada 65% yaitu sebanyak 170 balita. Jadi, sebagian besar balita

kecukupan protein lebih.

65%

18%

17%

KARBOHIDRAT

KurangBaikLebih

Gambar 19. Tingkat Kecukupan Karbohidrat Balita

di Kecamatan Gamping Kecamatan Gamping Tahun 2010

64

Page 65: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

Analisis kecukupan karbohidrat dari hasil recall 1x 24 jam,

diketahui balita dengan kecukupan karbohidrat yang kurang sebesar 65%

yaitu 169 balita dan balita dengan kecukupan karbohidrat yang baik

sebanyak 18% yaitu sebanyak 47 balita, sedangkan balita yang

kecukupan karbohidratnya lebih ada 17% yaitu sebanyak 44 balita. Jadi,

sebagian besar balita kecukupan karbohidrat kurang.

48%

29%

23%

LEMAK

KurangBaikLebih

Gambar 20. Tingkat Kecukupan Lemak Balita

di Kecamatan Gamping Kecamatan Gamping Tahun 2010

Berdasarkan analisis kecukupan lemak dari hasil recall 1x 24 jam,

diketahui balita dengan kecukupan lemak yang kurang sebesar 48% yaitu

125 balita dan balita dengan kecukupan lemak yang baik sebanyak 29%

yaitu sebanyak 76 balita, sedangkan balita yang kecukupan lemaknya

lebih ada 23% yaitu sebanyak 58 balita. Jadi, sebagian besar balita

kecukupan lemak kurang.

65

Page 66: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

65%

18%

16%

Fe

KurangBaikLebih

Gambar 21. Tingkat Kecukupan Fe Balita

di Kecamatan Gamping Kecamatan Gamping Tahun 2010

Berdasarkan analisis kecukupan fe dari hasil recall 1x 24 jam,

diketahui balita dengan kecukupan fe yang kurang sebesar 65% yaitu 170

balita dan balita dengan kecukupan fe yang baik sebanyak 19% yaitu

sebanyak 48 balita, sedangkan balita yang kelebihan asupan fe ada 16%

yaitu sebanyak 42 balita. Jadi, sebagian besar asupan fe pada balita

adalah kurang.

66%

19%

15%

VITAMIN C

KurangBaikLebih

Gambar 22. Tingkat Kecukupan Vitamin C Balita

di Kecamatan Gamping Kecamatan Gamping Tahun 2010

66

Page 67: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

Berdasarkan analisis kecukupan vitamin C dari hasil recall 1x 24

jam, diketahui balita dengan kecukupan vitamin C yang kurang sebesar

66% yaitu 172 balita dan balita dengan kecukupan vitamin C yang baik

sebanyak 19% yaitu sebanyak 49 balita, sedangkan balita yang kelebihan

asupan vitamin C ada 15% yaitu sebanyak 39 balita. Jadi, sebagian besar

asupan vitamin C pada balita adalah kurang.

6. Hubungan antara Pengetahuan Ibu dan Pemberian ASI Ekslusif Terhadap

Sakit Balita selama 1 Bulan Terakhir

Pengetahuan Ibu Baik Pengetahuan Ibu Kurang Balita dengan ASI ekslusif Balita tanpa ASI ekslusif

134

37

87 8478

11

53

36

Sakit dalam 1 bulan terakhir Tidak Sakit

Gambar 23. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Sakit pada Balita

Kejadian sakit pada balita dipengaruhi oleh pengetahuan ibu dan

faktor pemberian ASI Ekslusifnya, Namun, dari data di atas diketahui bahwa

ibu dengan pengetahuan baik dan balita diberikan ASI Ekslusif, hasilnya

tetap banyak balita yang sakit. Hal ini disebabkan karena bebera hal,

diantaranya: faktor lingkungan dan pola asuh kurang baik.

67

Page 68: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

7. Hubungan antara Pengetahuan, Pendidikan dan Pekerjaan Orang Tua

Terhadap Status Gizi Balita BB/U

Penget

ahuan

Ibu Baik

Penget

ahuan

Kurang

Pendidika

n Ibu Tin

ggi

Pendidika

n Ibu Ren

dah

Pendidika

n Bapak

Tinggi

Pendidika

n Bapak

Rendah

Ibu Bekerja

Ibu Tidak

Bekerja

Bapak

Bekerja

Bapak

Tidak

Bekerja

0

50

100

150

200

250

11 2 12 1 12 1 5 8 12 1

172

36

189

19

192

16

75

133

194

1429

1033

6

37

216 23

37

2

Status Gizi Kurang Staus Gizi Baik Staus Gizi Lebih

Gambar 24. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Berdasarkan Keadaan

Orang Tua

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita (BB/U)

berdasarkan keadaan orang tua, menunjukkan bahwa apabila pengetahuan

ibu baik maka menunjang status gizi anak yang baik pula. Selain itu,

pendidikan bapak dan ibu yang tinggi akan mempengaruhi status gizi balita

baik. Proporsi status gizi balita baik lebih dominan kepada ibu yang tida

bekerja, karena waktu mengasuh balita lebih maksimal dibandingkan ibu

yang tidak bekerja. Bapak yang bekerja mempengaruhi status gizi balita

baik, karena bapak yang bekerja memiliki penghasilan untuk menunjang

status gizi anak yang baik.

68

Page 69: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

8. Hubungan antara Kejadian Sakit pada Balita Terhadap Status Gizi Balita

Balita Sakit Balita Tidak Sakit

8 5

133

75

30

9

Status Gizi Kurang Status Gizi Baik Status Gizi Lebih

Gambar 25. Kejadian Sakit pada Balita Terhadap Status Gizi Balita

Status gizi secara langsung diperngaruhi oleh asupan dan infeksi pada

balita. Namun, berdasarkan data di atas walaupun balita sakit, status gizinya

tetap baik.

9. Hubungan antara Kecukupan Energi dan Protein Terhadap Status Gizi Balita

BB/U

Kecukupan En

ergi Kuran

g

Kecukupan En

ergi Cukup

Kecukupan En

ergi Le

bih

Kecukupan Protein

Kurang

Kecukupan Protein

Cukup

Kecukupan Protein

Lebih

07 6 11

0 2

4151

116

132

15

61

213

24 27

210

Status Gizi Kurang Status Gizi Baik Status Gizi Lebih

Gambar 26. Kecukupan Energi dan Protein Terhadap Status Gizi

69

Page 70: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

Kecukupan zat gizi yang dikonsumsi balita akan mempengaruhi

status gizi balita. Namun, berdasarkan data di atas ada beberapa hal

yang tidak sesuai dengan teori. Kecukupan energi dan protein kurang,

tetapi ada balita yang status gizinya lebih. Kecukupan energi dan

protein lebih, tetapi ada juga yang status gizinya kurang. Selain itu,

ada pula yang kecukupan proteinnya kurang, tetapi status gizinya

justru baik. Hal ini terjadi mungkin disebabkan oleh beberapa hal,

diantaranya: terjadi bias pada saat recall, seperti kurangnya

keterampilan pada saat melakukan recall, responden tidak jujur dan

faktor lupa.

C. Ibu Hamil

1. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Gizi

6%

53%

41%

PENGETAHUAN IBU HAMIL

kurang cukup baik

Gambar 27. Prosentase Pengetahuan Ibu Hamil di Kecamatan Gamping Kecamatan Gamping Tahun 2010

Pengetahuan ibu hamil ditentukan berdasarkan hasil pengisian

kuesioner yang beisi 20 pertanyaan tertutup. Data yang diperoleh dari

70

Page 71: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

kuesioner tersebut disajikan dalam diagram pie diatas. Dari data tersebut

diperoleh hasil ibu hamil dengan pengetahuan kurang sebesar 6%, ibu hamil

dengan pengetahuan cukup sebesar 53%, dan ibu hamil dengan

pengetahuan baik sebesar 41%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ibu hamil di

Kecamatan Gamping memiliki pengetahuan cukup.

2. Status Gizi KEK pada Ibu Hamil Berdasarkan LILA

24%

76%

STATUS GIZI IBU HAMIL BERDASARKAN LILA

KEKTIDAK KEK

Gambar 28. Proporsi Status Gizi Ibu Hamil berdasarkan LILA di Kecamatan

Gamping Kecamatan Gamping Tahun 2010

Status gizi ibu hamil ditentukan berdasarkan hasil pengukuran LILA

yang diukur menggunakan pita LILA. Data status gizi ibu hamil yang

diperoleh dari hasil pengukuran tersebut disajikan dalam diagram pie diatas.

Dari data tersebut diperoleh hasil sebesar 24% ibu hamil beresiko KEK dan

sebesar 76% ibu hamil tidak beresiko KEK. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

ibu hamil di Kecamatan Gamping tidak beresiko KEK.

71

Page 72: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

3. Prosentase Gangguan Kehamilan

47%

53%

PROSENTASE GANGGUAN KEHAMILAN

Tanpa GangguanAda Gangguan

Gambar 29. Gambaran Gangguan Kehamilan di Kecamatan Gamping

Kecamatan Gamping Tahun 2010

Data Gangguan ibu hamil didapatkan dari wawancara dengan

panduan kuesioner mengenai ada tidaknya gangguan saat hamil. Data yang

diperoleh dari kuesioner tersebut disajikan dalam diagram pie diatas. Dari

data tersebut diperoleh hasil bahwa 47% ibu hamil tidak ada gangguan

kehamilan dan 53% ibu hamil mengalami gangguan kehamilan.

72

Page 73: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

MUNTAH-MUNTAH

HEBAT

PENDARAHAN PD JLN KELUAR

KEJANG-KE-JANG

KELAINAN LETAK ANAK

LAINNYA

ADA 12 3 0 1 6

TIDAK ADA 22 30 34 33 28

3

8

13

18

23

28

33

12

30 1

6

22

3034 33

28

JENIS GANGGGUAN KEHAMILAN

Gambar 30. Jenis Gangguan Kehamilan di Kecamatan Gamping

Kecamatan Gamping Tahun 2010

Data mengenai gangguan ibu hamil ditentukan berdasarkan hasil

wawancara dengan panduan kuesioner mengenai ada tidaknya gangguan

selama masa kehamilan. Data yang diperoleh dari kuesioner tersebut

disajikan dalam diagram batang diatas. Dari data tersebut diperoleh hasil ibu

hamil dengan gangguan muntah-muntah hebat sebanyak 12 orang,

pendarahan pada jalan keluar sebanyak 3 orang, kelainan letak anak

sebanyak 1 orang, dan gangguan lainnya sebanyak 6 orang serta tidak ada

ibu hamil yang mengalami gangguan kejang-kejang. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa gangguan yang paling banyak dialami ibu hamil di Kecamatan

Gamping adalah muntah-muntah hebat.

73

Page 74: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

4. Kecukupan Zat Gizi Ibu Hamil

62%

24%

15%

ENERGI

KurangBaikLebih

Gambar 31. Analisa Kecukupan Energi Ibu Hamil di Kecamatan Gamping

Kecamatan Gamping Tahun 2010

Analisa kecukupan energi ibu hamil ditentukan berdasarkan hasil

wawancara dengan form food recall 1x24 jam. Data yang diperoleh dari

wawancara tersebut disajikan dalam diagram pie di atas. Dari data tersebut

diperoleh hasil ibu hamil dengan kecukupan energi kurang sebesar 62%, ibu

hamil dengan kecukupan energi baik sebesar 23%, dan ibu hamil dengan

kecukupan energi lebih sebesar 15%. Jadi dapat disimpulkan bahwa

kecukupan energi ibu hamil di Kecamatan Gamping kurang.

74

Page 75: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

26%

24%

50%

PROTEIN

KurangBaikLebih

Gambar 32. Analisa Kecukupan Protein Ibu Hamil di Kecamatan Gamping

Kecamatan Gamping Tahun 2010

Analisa kecukupan protein ibu hamil ditentukan berdasarkan hasil

wawancara dengan form food recall 1x24 jam. Data yang diperoleh dari

wawancara tersebut disajikan dalam diagram pie di atas. Dari data tersebut

diperoleh hasil ibu hamil dengan kecukupan protein kurang sebesar 26%, ibu

hamil dengan kecukupan protein baik sebesar 24%, dan ibu hamil dengan

kecukupan protein lebih sebesar 50%. Jadi dapat disimpulkan bahwa

kecukupan protein ibu hamil di Kecamatan Gamping lebih.

75

Page 76: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

85%

6% 9%

KARBOHIDRAT

KurangBaikLebih

Gambar 33. Analisa Kecukupan Karbohidrat Ibu Hamil di Kecamatan Gamping

Kecamatan Gamping Tahun 2010

Analisa kecukupan karbohidrat ibu hamil ditentukan berdasarkan

hasil wawancara dengan form food recall 1x24 jam. Data yang diperoleh dari

wawancara tersebut disajikan dalam diagram pie di atas. Dari data tersebut

diperoleh hasil ibu hamil dengan kecukupan karbohidrat kurang sebesar

85%, ibu hamil dengan kecukupan karbohidrat baik sebesar 6%, dan ibu

hamil dengan kecukupan karbohidrat lebih sebesar 9%. Jadi dapat

disimpulkan bahwa kecukupan karbohidrat ibu hamil di Kecamatan Gamping

kurang.

76

Page 77: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

62%18%

21%

LEMAK

KurangBaikLebih

Gambar 34. Analisa Kecukupan Lemak Ibu Hamil di Kecamatan Gamping

Kecamatan Gamping Tahun 2010

Analisa kecukupan lemak ibu hamil ditentukan berdasarkan hasil

wawancara dengan form food recall 1x24 jam. Data yang diperoleh dari

wawancara tersebut disajikan dalam diagram pie di atas. Dari data tersebut

diperoleh hasil ibu hamil dengan kecukupan lemak kurang sebesar 62%, ibu

hamil dengan kecukupan lemak baik sebesar 18%, dan ibu hamil dengan

kecukupan lemak lebih sebesar 20%. Jadi dapat disimpulkan bahwa

kecukupan lemak ibu hamil di Kecamatan Gamping kurang.

77

Page 78: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

79%

21%

Fe

KurangBaikLebih

Gambar 35. Analisa Kecukupan Fe Ibu Hamil di Kecamatan Gamping

Kecamatan Gamping Tahun 2010

Analisa kecukupan Fe ibu hamil ditentukan berdasarkan hasil

wawancara dengan form food recall 1x24 jam. Data yang diperoleh dari

wawancara tersebut disajikan dalam diagram pie di atas. Dari data tersebut

diperoleh hasil ibu hamil dengan kecukupan Fe kurang sebesar 79%, ibu

hamil dengan kecukupan Fe baik sebesar 0%, dan ibu hamil dengan

kecukupan Fe lebih sebesar 21%. Jadi dapat disimpulkan bahwa kecukupan

Fe ibu hamil di Kecamatan Gamping kurang.

78

Page 79: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

50%

15%

35%

VITAMIN C

KurangBaikLebih

Gambar 36. Analisa Kecukupan Vitamin C Ibu Hamil di Kecamatan Gamping

Kecamatan Gamping Tahun 2010

Analisa kecukupan vitamin C ibu hamil ditentukan berdasarkan hasil

wawancara dengan form food recall 1x24 jam. Data yang diperoleh dari

wawancara tersebut disajikan dalam diagram pie di atas. Dari data tersebut

diperoleh hasil ibu hamil dengan kecukupan vitamin C kurang sebesar 50%,

ibu hamil dengan kecukupan vitamin C baik sebesar 15%, dan ibu hamil

dengan kecukupan vitamin C lebih sebesar 35%. Jadi dapat disimpulkan

bahwa kecukupan vitamin C ibu hamil di Kecamatan Gamping kurang.

Tabel 3: Rata-rata Asupan Zat Gizi Ibu Hamil

RATA-RATA ASUPAN ZAT GIZI IBU HAMILZAT GIZI JUMLAHENERGI 1529.54

PROTEIN 63.22KARBOHIDRAT 183.19

LEMAK 67.33Fe 11.94

VITAMIN C 92.38

79

Page 80: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

D. Usila

1. Sex Ratio

52%48%

PROPORSI JENIS KELAMIN USILA

Laki-lakiPerempuan

Gambar 37. Sex Ratio Lansia di Kecamatan Gamping

Kecamatan Gamping Tahun 2010

Data proporsi jenis kelamin usila didapat dari kuesioner usila.

Berdasarkan dagram pie di atas dapat diketahui bahwa dari total 130 usila,

proporsi usila laki-laki sebesar 52% dan perempuan sebesar 48%.

80

Page 81: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

2. Status Gizi Lansia

22%

38%

41%

STATUS GIZI LANSIA BERDASARKAN IMT

KURUSNORMALOVER WEIGHT

Gambar 40. Proporsi Status Gizi Lansia di Kecamatan Gamping

Kecamatan Gamping Tahun 2010

Status gizi usia lanjut yang dihitung dengan menggunakan parameter

Indeks Massa Tubuh (IMT) dari jumlah sampel usila diketahui bahwa

sebanyak 21%(28 orang) memiliki status gizi kurus, 38%(49 orang) memiliki

status gizi normal dan 41%(53 orang) memiliki status gizi lebih(overweight).

Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata status gizi usila di Kecamatan

Gamping berdasarkan IMT yaitu berstatus gizi lebih.

81

Page 82: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

3. Aktifitas Fisik Usila

29%

25%

45%

AKTIFITAS FISIK USILA

TIDAK PERNAH1-2 KALI>2 KALI

Gambar 41. Aktifitas Fisik Usila di Kecamatan Gamping

Kecamatan Gamping Tahun 2010

Data aktivitas fisik usila selama satu minggu diperoleh dari hasil

wawancara dengan menggunakan kuesioner. Berdasarkan diagram pie

mengenai aktivitas fisik usila diatas dapat diketahui bahwa sebesar 29%

usila tidak pernah melakukan aktivitas selama satu minggu, 26% usila

melakukan aktivitas fisik 1 – 2 kali selama satu minggu dan 45% usila

melakukan aktivitas fisik >2 kali dalam satu minggu. Jadi dapat disimpulkan

bahwa rata-rata usila di Kecamatan Bangutapan melakukan aktivitas fisik >2

kali dalam seminggu.

82

Page 83: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

4. Kebiasaan Makan Usila

Diperbanyak minum 6-8 gls

Diperbanyak Serat dalam

Sayur & Buah

Mengurangi Makanan Berlemak

Mengurangi Gula

Mengurangi Garam

0

20

40

60

80

100

120

90

104

9183 82

40

26

3947 48

KEBIASAAN MAKAN USILA

YATIDAK

Gambar 42. Analisa kebiasaan Lansia di Kecamatan Gamping

Kecamatan Gamping Tahun 2010

Data kebiasaan makan usila didapat dari hasil wawancara dengan

menggunakan kuesioner. Berdasarkan diagram batang mengenai kebiasaan

makan usila dapat diketahui bahwa dari 130 usila di Kecamatan Gamping

sebanyak 90 orang mempunyai kebiasaan memperbanyak minum 6-8

gelas/hari, 104 usila memperbanyak serat dalam sayur dan buah, 91 usila

mengurangi konsumsi makanan berlemak, 83 usila mengurangi konsumsi

gula, dan 82 usila mengurangi konsumsi garam.

83

Page 84: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

5. Penyakit pada Usila

DARAH TINGGI KENCING MANIS

JANTUNG TULANG DAN PERSENDIAN

LAINNYA0

20

40

60

80

100

120

140

39

17

3

56 55

91

113

127

74 75

PENYAKIT YANG SEDANG DIDERITA USILA

YATIDAK

Gambar 43. Proporsi Penyakit yang Diderita Lansia di Kecamatan Gamping

Kecamatan Gamping Tahun 2010

Data penyakit yang sedang diderita usila didapat dari wawancara

menggunakan kuesioner. Penyakit yang sering dialami oleh usila di

Kecamatan Gamping yaitu darah tinggi 39 orang, kencing manis 17 orang,

jantung 3 orang, tulang dan persendian 56 orang dan penyakit lain sebesar

55 orang. Jadi dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penyakit yang

paling banyak diderita oleh usila di Kecamatan Gamping adalah penyakit

tulang dan persendian.

84

Page 85: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

E. Masalah dan Besar Masalah

Tabel.4 Masalah dan besar masalah di Kecamatan Gamping, Bantul

No.Masalah

Besar Masalah

a. Penggunaan garam tidak memenuhi syarat dan tidak beryodium

16,08%

b. ASI eksklusif tidak berjalan 46,15%c. Balita stunted 22%d. Balita kurus 10%e. Balita gemuk 11%f. Balita gizi kurang 15%g. Kecukupan zat gizi kurang terhadap kebutuhan

energy pada balita 56%

h. Kecukupan zat gizi kurang terhadap kebutuhan Protein pada balita

28%

i. Kecukupan zat gizi kurang terhadap kebutuhan Fe pada balita

65%

j. Status KEK ibu hamil 24%k. Kecukupan zat gizi kurang terhadap kebutuhan

Energi bumil 62%

l. Kecukupan zat gizi kurang terhadap kebutuhan Protein bumil

26%

m. Kecukupan zat gizi kurang terhadap kebutuhan Fe bumil

79%

n. Status gizi usila Kurus 21%p. Status gizi usila Gemuk 41%q. Aktivitas kurang pada usila 55%

85

Page 86: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

F. Prioritas Masalah

Prioritas masalah disini diambil berdasarkan metode hanlon yaitu dengan

analisis USG (Urgen, Seriously, dan growth), dengan hasil sebagai berikut:

1. Kasus Ibu Hamil dengan KEK 24%:

2. Kasus Gizi Kurang pada Balita 15%

3. Kasus Asupan Energi pada Ibu Hamil Kurang dari Kecukupan 62%

4. Kasus Asupan Energi pada Balita kurang dari Kecukupan 56%

5. Kasus Asupan Protein pada Balita Kurang dari Kecukupan 28%

6. Kasus Asupan Fe pada Ibu Hamil Kurang dari Kecukupan 79%

7. Kasus Status Gizi Balita Kurus 10%

8. Kasus Asupan Protein pada Ibu Hamil Kurang dari Kecukupan 26%

9. Kasus Penggunaan Garam tidak Memenuhi Syarat dan Tidak

Beryodium 16,08%

10. Kasus ASI Eksklusif Tidak Berjalan 46,15%

11. Kasus Balita Stunting 22%

12. Kasus Asupan Fe pada Balita Kurang dari Kecukupan 65%

13. Kasus Status Gizi Usila Kurus 21%

14. Kasus Aktivitas Kurang pada Usila 55%

15. Kasus Status Gizi Usila Gemuk 41%

16. Kasus status Gizi Balita Gemuk 11%

86

Page 87: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Jumlah keluarga miskin ada 28,87% dan jumlah keluarga tidak miskin

71,13% dari 336 KK

2. Jumlah keluarga yang menggunakan garam beriodium ada 83,93%

dan yang tidak menggunakan garam beriodium serta garam

beriodiumnya kurang memenuhi syarat ada 16,08% dari 336 KK

3. Status gizi balita adalah sebagai berikut:

a. Stunting menurut TB/U adalah 22%

b. Kurus menurut BB/TB adalah 8%

c. Gemuk berdasarkan BB/TB adalah 11%

d. Gizi kurang menurut BB/U adalah 12%

4. Status gizi ibu hamil yang KEK sebesar 24% dari 34 ibu hamil.

5. Status gizi usila yang kurus sebesar 21% dan yang gemuk sebesar

41% dari total usila 130.

6. Prioritas masalah yang ditemukan di Kecamatan Gamping adalah

sebagai berikut :

a. KEK ibu hamil 24%

b. Gizi kurang pada balita 15%

c. Asupan energi pada ibu hamil kurang dari kecukupan adalah 62%

d. Asupan energi pada balita kurang dari kecukupan 56%

e. Asupan protein pada balita kurang dari kecukupan 28%

f. Asupan Fe pada ibu hamil kurang dari kecukupan 79%

87

Page 88: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

g. Status gizi balita kurus 10%

h. Asupan protein kurang dari kecukupan 26%

i. Penggunaan garam tidak memenuhi syarat dan tidak beriodium

16,08%

j. ASI Ekslusif tidak berjalan 46,15%

k. Status gizi balita stunting 22%

l. Kekurangan Fe pada balita 65%

m. Status gizi usila kurus 21%

n. Aktivitas kurang pada usila 55%

o. Status gizi usila gemuk 41%

p. Status gizi balita gemuk 11%

B. Saran

1. Keluarga turut andil dalam upaya pemantauan tumbuh kembang

balita dengan ikut serta kegiatan POSYANDU

2. Usila harus lebih aktif dalam upaya peningkatan kesehatan seperti

mengikuti kegiatan di POSYANDU LANSIA, lebih berhati-hati dalam

menentukan pilihan makanan yang sehat dan bergizi.

3. Peningkatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) oleh pusat

pelayanan kesehatan sehingga mudah sampai kepada masyarakat.

88

Page 89: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

BAB VI

RENCANA INTERVENSI

A. Alternatif Pemecahan masalah

Dari hasil prioritas masalah kami mengajukan alternatif untuk pemecahan

yang ada :

1. Kasus Ibu Hamil dengan KEK 24%:

a. Penyuluhan PUGS

b. Penyuluhan ibu hamil

c. Konsultasi gizi

d. Pengukuran status gizi

e. Pemberian makanan tambahan ibu hamil

2. Kasus Gizi Kurang pada Balita 15%

a. Penyuluhan PUGS

b. Penyuluhan ibu balita

c. Konsultasi gizi

d. Pengukuran status gizi

e. Lomba memasak dengan modifikasi resep untuk balita

f. Pemberian makanan tambahan balita

3. Kasus Asupan Energi pada Ibu Hamil Kurang dari Kecukupan 62%

a. Penyuluhan PUGS

b. Penyuluhan ibu hamil

c. Konsultasi gizi

d. Pengukuran status gizi

e. Pemberian makanan tambahan ibu hamil

89

Page 90: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

4. Kasus Asupan Energi pada Balita kurang dari Kecukupan 56%

a. Penyuluhan PUGS

b. Penyuluhan ibu balita

c. Konsultasi gizi

d. Pengukuran status gizi

e. Lomba memasak dengan modifikasi resep untuk balita

f. Pemberian makanan tambahan balita

5. Kasus Asupan Protein pada Balita Kurang dari Kecukupan 28%

a. Penyuluhan PUGS

b. Penyuluhan ibu balita

c. Konsultasi gizi

d. Pengukuran status gizi

e. Lomba memasak dengan modifikasi resep untuk balita

f. Pemberian makanan tambahan balita

6. Kasus Asupan Fe pada Ibu Hamil Kurang dari Kecukupan 79%

a. Penyuluhan PUGS

b. Penyuluhan ibu hamil

c. Konsultasi gizi

d. Pemberian makanan tambahan ibu hamil

7. Kasus Status Gizi Balita Kurus 10%

a. Penyuluhan PUGS

b. Penyuluhan ibu balita

c. Konsultasi gizi

d. Pengukuran status gizi

e. Lomba memasak dengan modifikasi resep untuk balita

90

Page 91: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

f. Pemberian makanan tambahan balita

8. Kasus Asupan Protein pada Ibu Hamil Kurang dari Kecukupan 26%

a. Penyuluhan PUGS

b. Penyuluhan ibu hamil

c. Konsultasi gizi

d. Pemberian makanan tambahan ibu hamil

9. Kasus Penggunaan Garam tidak Memenuhi Syarat dan Tidak Beryodium

16,08%

a. Penyuluhan PUGS

b. Penyuluhan penggunaan garam beryodium

10. Kasus ASI Eksklusif Tidak Berjalan 46,15%

Demo Inisiasi Menyusu Dini

11. Kasus Balita Stunting 22%

a. Penyuluhan PUGS

b. Penyuluhan ibu balita

c. Konsultasi gizi

d. Pengukuran status gizi

e. Pemberian makanan tambahan balita

12. Kasus Asupan Fe pada Balita Kurang dari Kecukupan 65%

a. Penyuluhan PUGS

b. Penyuluhan ibu balita

c. Konsultasi gizi

d. Pemberian makanan tambahan balita

13. Kasus Status Gizi Usila Kurus 21%

a. Penyuluhan Usila

91

Page 92: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

b. Penyuluhan PUGS

c. Konsultasi Gizi

14. Kasus Aktivitas Kurang pada Usila 55%

a. Penyuluhan Usila

b. Penyuluhan PUGS

c. Konsultasi Gizi

15. Kasus Status Gizi Usila Gemuk 41%

a. Penyuluhan Usila

b. Penyuluhan PUGS

c. Konsultasi Gizi

16. Kasus status Gizi Balita Gemuk 11%

a. Penyuluhan PUGS

b. Penyuluhan ibu balita

c. Konsultasi gizi

d. Pengukuran status gizi

B. Rencana Terpilih

1. Kasus Ibu Hamil dengan KEK 24%:

a. Penyuluhan PUGS

b. Penyuluhan ibu hamil

c. Konsultasi gizi

d. Pengukuran status gizi

2. Kasus Gizi Kurang pada Balita 15%

a. Penyuluhan PUGS

b. Penyuluhan ibu balita

92

Page 93: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

c. Konsultasi gizi

d. Pengukuran status gizi

e. Lomba memasak dengan modifikasi resep untuk balita

f. Pemberian makanan tambahan balita

3. Kasus Asupan Fe pada Ibu Hamil Kurang dari Kecukupan 79%

a. Penyuluhan PUGS

b. Penyuluhan ibu hamil

c. Konsultasi gizi

4. Kasus Penggunaan Garam tidak Memenuhi Syarat dan Tidak Beryodium

16,08%

a. Penyuluhan PUGS

b. Penyuluhan penggunaan garam beryodium

5. Kasus ASI Eksklusif Tidak Berjalan 46,15%

Demo Inisiasi Menyusu Dini

6. Kasus Aktivitas Kurang pada Usila 55%

a. Penyuluhan Usila

b. Penyuluhan PUGS

c. Konsultasi Gizi

93

Page 94: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

C. Hipopoc Tabel

Tabel 5. HipopocNo. Kegiatan Input Proses Output Outcome1. Penyuluhan

PUGSa. Tenaga

penyuluh : mahasiswa

b. Dana : mahasiswa

c. Tempat : rumah pak dukuh

d. Alat/media : leaflet, LCD

Ceramah praktek

a. Peningkatan pengetahuan

b. Peningkatan pemahaman tentang PUGS

a. Perubahan sikap atau perilaku ke arah yang lebih baik

b. Peningkatan peran masyarakat pada posyandu

2. Penyuluhan penggunaan garam beryodium

a. Tenaga penyuluh : mahasiswa

b. Dana : mahasiswa

c. Tempat : rumah pak dukuh

d. Alat/media : leaflet, LCD

Ceramah praktek

a. Peningkatan pengetahuan

b. Peningkatan pemahaman

a. Perubah sikap atau perilaku ke arah yang lebih baik

b. Peningkatan peran masyarakat pada posyandu

3. Penyuluhan ibu balita

a. Tenaga penyuluh : mahasiswa

b. Dana : mahasiswa

c. Tempat : posyandu balita

d. Alat/media : leaflet

Ceramah praktek

a. Peningkatan pengetahuan

b. Peningkatan pemahaman

a. Perubah sikap atau perilaku ke arah yang lebih baik

b. Peningkatan peran masyarakat pada posyandu

4. Penyuluhan ibu hamiil

a. Tenaga penyuluh : mahasiswa

b. Dana : mahasiswa

c. Tempat : posyandu ibu hamil

d. Alat/media : leaflet

Ceramah praktek

a. Peningkatan pengetahuan

b. Peningkatan pemahaman

a. Perubah sikap atau perilaku ke arah yang lebih baik

b. Peningkatan peran masyarakat pada posyandu

5. Demo Inisiasi menyusu Dini

a. Tenaga : mahasiswa dan instruktur senam

Praktek Peningkatan pengetahuan tentang pentingnya

Menyusui bayi ekslusif selama 6 bulan

94

Page 95: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

b. Dana : mahasiswa

c. Tempat : posyandu ibu hamil

d. Alat/media : sound system dan LCD

kolostrum dan ASI eksklusif bagi bayi

6. Penyuluhan usila

a. Tenaga penyuluh : mahasiswa

b. Dana : mahasiswa

c. Tempat : posyandu ibu hamil

d. Alat/media : leaflet dan LCD

Ceramah praktek

a. Peningkatan pengetahuan

b. Perubahan sikap atau perilaku ke arah yang lebih baik

c. Peningkatan pemahaman

d. Peningkatan peran masyarakat pada posyandu

e. Status gizi yang normal

f. Tingkat kesehatan tinggi.

7. Senam lansia a. Tenaga : mahasiswa dan instruktur senam

b. Dana : mahasiswa

c. Tempat : posyandu ibu hamil

d. Alat/media : sound sistem

Praktek Peningkatan pengetahuan tentang pentingnya olahraga usila

a. Pentingnya olahraga untuk usila

b. Olah raga yang teraur bagi lansia

8. Konsultasi gizi

a. Tenaga : mahasiswa

b. Dana : mahasiswa

c. Tempat : posyandu ibu hamil

d. Alat/media : leaflet dan gambar

Konsultasi praktek

Peningkatan pengetahuan mengenai gizi

a. Perubahan sikap atau perilaku kearah yang lebih baik

b. Peningkatan pemahaman mengenai gizi

c. Menyelesaikan masalah

95

Page 96: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

gizi yang dialami

9. Pengukuran status gizi

a. Tenaga: mahasiswa

b. Dana: mahasiswa

c. Tempat: rumah pak dukuh

d. Alat/media: dacin/timbangan elektrik, microtoice, pita ukur LLA, metlin, food model (gambar).

Praktek Mengetahui status gizi warga Kecamatan Gamping

Banyak balita yang hadir saat pengukuran antropometri untuk mengetahui status gizi

10. Lomba masak dengan modifikasi resep untuk balita

a. Tenaga: mahasiswa

b. Dana: mahasiswa

c. Tempat: rumah pak dukuh

d. Alat/media: alat masak, alat saji, bahan makanan yang akan diolah

Praktek Ibu balita Terampil dalam memodifikasi resep untuk meningkatkan selera makan balita

Ibu balita dapat mengubah kebiasaan makan anak, sehingga tidak sering jajan di luar

11. Lomba mewarnai bahan makanan sehat

a. Tenaga: mahasiswa

b. Dana: mahasiswa

c. Tempat: rumah pak dukuh

d. Alat/media: gambar bahan makanan dan pewarna

Praktek Melatih keterampilan, kreativitas dan imajinasi balita

Balita memiliki imajinasi yang luas. Dan memiliki kreativitas yang tinggi

12. Jalan sehat a. Tenaga: mahasiswa

b. Dana: mahasiswa

Praktek Menambah aktivitas lansia, untuk

Prosentase osteoporosis pada lansia berkurang, dan

96

Page 97: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

dan sponsor

c. Tempat: masing-masing Dusun

d. Alat/media: sound system

melatih tulang agar tidak mudah keropos

lansia tetap aktiv berraktivitas

13. Pemberian PMT penyuluhan

a. Tenaga: mahasiswa

b. Dana: mahasiswa dan sponsor

c. Tempat: masing-masing Dusun

d. Alat/media: Makanan tambahan

Praktek dan ceramah

Ibu balita mampu mengetahui makanan yang sesuai untuk pertumbuhan balitanya

Tidak ada lagi balita dengan gizi kurang ataupun gizi buruk di Kecamatan Gamping

97

Page 98: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

D. POA (Jadwal Kegiatan dalam tiga minggu)

Tabel. POA

No. Jenis Masalah Intervensi Tujuan Sasaran Peralatan Waktu Sumberdaya PJ1. Sosialisasi MMD a. Memaparkan

kegiatan pkl yang akan dilaksanakan di Kecamatan Gamping

Seluruh perangkat Kecamatan

Laptop dan LCD Hari ke 1

Presentan Mahasiswa di damping oleh kepala dusun

Satrio Adi Pamungkas

2. Makanan yang tidak aneka ragam

Penyuluhan PUGS

a. Meningkatan pengetahuan

b. Merubahan sikap atau perilaku ke arah yang lebih baik

c. Meningkatan pemahaman tentang PUGS

d. Meningkatan peran masyarakat pada posyandu

Seluruh anggota keluarga

Leaflet dan LDC Hari ke 2

Presentan Mahasiswa

Wulan Murlyanawati

3. Cara penyimpanan garam yang tidak tepat

Penyuluhan cara penyimpanan garam beryodium

a. Meningkatan pengetahuan

b. Merubah sikap atau perilaku ke arah yang lebih baik

c. Meningkatan pemahaman

d. Meningkatan peran masyarakat pada posyandu

Seluruh anggota keluarga

Leaflet dan LCD Hari ke 3

Presentan mahasiswa

Yeni Ervianasari

98

Page 99: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

4. KEP balita a. Penyuluhan ibu balita

b. Lomba masak dengan modifikasi resep untuk balita

c. Lomba mewarnai bahan makanan sehat

a. Meningkatan pengetahuan

b. Merubah sikap atau perilaku ke arah yang lebih baik

c. Meningkatan pemahaman

d. Meningkatan peran masyarakat pada posyandu

a. Menambah kreativitas dan inovasi ibu dalam mengolah bahan makanan.

b. Menambah kreativitas balita dalam berimajinasi tentang warna

Ibu balita

Ibu Balita

Balita

Leaflet dan LCD

Alat masak, alat saji, bahan makanan yang akan diolah

Gambar bahan makanan dan pewarna

Hari ke 4

Hari ke 5

Hari ke 6

Presentan mahaiswa

Juri adalah mahasiswa dan kader

Juri adalah mahasiswa dan pamong Kecamatan (RT&RW)

Yuliyanti

Apriliana C.T

Ayu Dzurriyyana

99

Page 100: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

5. KEK Ibu Hamil a. Penyuluhan ibu hamil

b. Demo Inisiasi Menyusu Dini

a. Meningkatan pengetahuan

b. Merubah sikap atau perilaku ke arah yang lebih baik

c. Meningkatan pemahaman

d. Meningkatan peran masyarakat pada posyandu

a. Meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya kolostrum dan ASI eksklusif bagi bayi

Semua Ibu hamil

Semua Ibu hamil

Leaflet dan LCD

Sound system dan LCD

Hari ke 7

Hari ke 8

Presentan mahasiswa dan petugas puskesmas

Presentan mahasiswa dan petugas puskesmas

Devi Setyorini

Galiharum Dwi A.

6. Kurangnya aktivitas pada Usila

a. Penyuluhan usila

b. Senam lansia

a. Meningkatkan pengetahuan

b. Merubah sikap atau perilaku ke arah yang lebih baik

c. Meningkatan pemahaman

d. Meningkatkan peran masyarakat pada posyandu

a. Peningkatan pengetahuan

Semua Usila

Semua Usila

Leaflet dan LCD

Tape

Hari ke 9

Hari ke 10

Presentan mahasiswa

Mahasiswa dan

Liris Nurfi’ah I.

Nur Laili F.

100

Page 101: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

tentang pentingnya olahraga usila

instruktur senam lansia

7. Masalah Gizi a. Konsultasi gizi

b. Pengukuran status gizi

c. Jalan sehat

a. Meningkatkan pengetahuan

b. Merubah sikap atau perilaku kearah yang lebih baik

c. Meningkatkan pemahaman mengenai gizi

d. Menyelesaikan masalah gizi yang dialami

a. Mengetahui status gizi warga Kecamatan Gamping.

a. Menjalin rasa kekeluargaan antara mahasiswa Poltekkes dengan warga di masing-masing Dusun.

Semua warga yang mengujungi Poksi

Semua warga yang mengujungi Poksi

Semua warga di masing-masing Dusun.

Leaflet dan gambar

Dacin/timbangan elektrik, microtoice, pita ukur LLA, metlin, food model (gambar).

Sound system

Hari ke 11

Hari ke 12

Hari ke 13

Mahasiswa

Mahasiswa

Mahasiswa dan perangkat Kecamatan

Putri Probosiwi

Roziana Hasnun

Satrio Pamungkas

101

Page 102: BAB I_PPG Kecamatan Gamping

102