Benigna Prostat Hiperplasia
description
Transcript of Benigna Prostat Hiperplasia
Benign Prostate Hiperplasia (BPH)
Anesty Claresta
102011223
Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
Pendahuluan
Pembesaran Prostat Jinak (BPH, Benign Prostatic Hyperplasia) adalah pertumbuhan
jinak pada kelenjar prostat, yang menyebabkan prostat membesar. Pembesaran prostat sering
terjadi pada pria di atas 50 tahun. Prostat adalah kelenjar sebesar buah kenari yang letaknya
tepat di bawah kandung kemih dan hanya ada pada kaum pria.1
Prostat adalah penghasil sebagian besar cairan di dalam air mani (semen) yang
menjaga sperma agar tetap hidup. Kelenjar prostat mulai berkembang sebelum bayi lahir dan
akan terus berkembang hingga mencapai usia dewasa. Perkembangan prostat dipengaruhi oleh
hormon seks pria, yaitu androgen. Hormon androgen yang utama adalah testosteron.
Pembesaran prostat jinak (PPJ) atau benigna prostate hyperplasia (BPH) merupakan
salah satu penyakit yang tidak ditularkan dan insidensinya sangat berhubungan dengan usia.
Artinya, semakin panjang usianya semakin besar kemungkinan mendapatkan penyakit PPJ
ini.
Skenario
Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan sering BAK, terutama
pada malam hari. Setiap setelah selesai BAK, pasien selalu merasa tidak lampias dan
pancaran urinnya lemah. Keluhan ini sudah dirasakan selama 6 bulan terakhir dan dirasa
semakin memberat.
1
Anamnesis
Menanyakan identitas pasien (Nama, usia, alamat, dan pekerjaan)
Keluhan utama
o Apa keluhan utama nya?
o Sudah berapa lama mengalami keluhan tersebut?
Riwayat penyakit sekarang
o Adakah kesulitan berkemih?
o Berapa kali berkemih dalam satu hari?
o Adakah rasa nyeri waktu berkemih?
o Apakah berkemih tidak puas dan urin menetes?
o Apakah ada nyeri suprapubik?
o Apakah urin berwarna merah (gross hematuria)?
o Apakah disertai kolik?
o Apakah ada keluhan lain seperti demam, sakit kepala, mual, muntah, dll?
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat trauma pada abdomen dan alat genital.
Riwayat hipertensi.
Riwayat minum jamu atau obat
Riwayat penyakit keluarga.1
Jika ada kecurigaan PBH ditanyakan pertanyaan untuk mengisi quesioner skor internasional
gejala prostat. Untuk menentukan keparahan dari sindrom BPH yang diderita oleh pasien.1
2
Gambar 1. Tabel I-PSS (International Prostate Syndrome Score)
Sumber: www.willowbanksurgery.org
3
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik
Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah meningkat
Suhu normal
Frekuensi nadi cepat/meningkat
Pernapasan meningkat
Inspeksi :
o Ada benjolan supra pubik
Palpasi :
o Nyeri tekan supra pubik
o Teraba benjolan
o Konsistensi benjolan : kenyal (berfluktuasi) di supra pubik
o Balotemen (negative)
o Rectal toucher :
Pemeriksaan rectal toucher dapat memberikan gambaran tonus
sfingter ani mukosa rectum, adanya kelainan lain sepeerti benjolan
di dalam rectum dan tentu saja meraba prostat. Pada perabaan
prostat harus diperhatikan konsistensi yang pada pembesaran
prostat jinak konsistensinya kenyal, adakah asimetri, adakah nodul
pada prostat, apakah batas atas dapat diraba dan apabila batas atas
masih dapat diraba biasanya berat prostat diperkirakan kurang dari
60 gram. Pada adeno carcinoma prostat pada pemeriksaan rectal
toucher akan teraba prostat dengan konsistensi keras atau adanya
asimetri dengan bagian yang lebih keras. Dengan rectal toucher
dapat diketahui adanya batu prostat yaitu apabila dapat diraba
adanya krepitasi.2
Perkusi :
o Nyeri ketok CVA (negative).
4
Pemeriksaan penunjang
A. Laboratorium
1. Sedimen Urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi saluran
kemih.3
2. Kultur Urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi atau sekaligus menentukan
sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.4
B. Pencitraan
1). Foto polos abdomen
Mencari kemungkinan adanya batu saluran kemih atau kalkulosa prostat dan kadang
menunjukan bayangan buii-buli yang penuh terisi urin yang merupakan tanda dari retensi
urin.4
2. IVP ( Intra Vena Pielografi)
Mengetahui kemungkinan kelainan ginjal atau ureter berupa hidroureter atau
hidronefrosis,memperkirakan besarnya kelenjar prostat, penyakit pada buli-buli.4
3. Ultrasonografi ( trans abdominal dan trans rektal )
Untuk mengetahui, pembesaran prostat, volume buli-buli atau mengukur sisa urin dan
keadaan patologi lainnya seperti difertikel, tumor.4
4. Systocopy
Untuk mengukur besar prostat dengan mengukur panjang uretra parsprostatika dan
melihat penonjolan prostat ke dalam rektum
Working diagnosis dan Differential diagnosis
Working diagnosis : Benigna Prostate Hiperplasia
Differential diagnosis : Prostatitis dan CA Prostat
Prostatitis
5
Prostatitis akut adalah infeksi bakteri yang serius pada kelenjar prostat. Infeksi
ini tergolong keadaan darurat medis. Ini harus dibedakan dari bentuk-bentuk lain
seperti prostatitis bakterial kronis dan sindrom nyeri panggul kronis.3
Tanda dan gejala
Pria dengan penyakit ini sering sering menggigil, demam, sakit di punggung
bawah dan daerah kelamin, frekuensi kencing dan urgensinya sering di malam hari,
buang air kecil serasa terbakar atau nyeri, nyeri tubuh, dan dibuktikan dengan adanya
infeksi saluran kemih (sebagaimana dibuktikan oleh keberadaan sel-sel darah putih
dan bakteri dalam urin). Prostatitis akut mungkin merupakan komplikasi dari biopsi
prostat.3
Diagnosis
Prostatitis akut relatif mudah untuk didiagnosis karena gejalanya yang
menunjukkan adanya infeksi. Organisme ini dapat ditemukan dalam darah atau air
seni. Penyebab umumnya adalah bakteri Escherichia coli, Klebsiella, Proteus,
Pseudomonas, Enterobacter, Enterococcus, Serratia, and Staphylococcus aureus. Ini
bisa menjadi darurat medis pada beberapa pasien dan rawat inap dengan antibiotik
intravena mungkin diperlukan. Hitung darah lengkap menunjukkan peningkatan sel
darah putih. Sepsis dari prostatitis sangat jarang, tetapi mungkin terjadi pada pasien
immunocompromised.3
CA Prostat
Kanker prostat adalah keganasan pada laki-laki yang paling sering kedua di
Amerika Serikat dan kanker penyebab kematian paling sering ketiga setelah kanker
paru dan kolorektal pada laki-laki yang berusia di atas 55 tahun. Jarang pada orang
Asia, lebih sering pada orang kulit hitam daripada orang kulit putih ( keturunan
Afrika-Amerika). Penyebab kanker prostat tidak diketahui.4
Etiologi
Penyebab hiperplasia prostat belum diketahui dengan pasti, ada beberapa pendapat dan
fakta yang menunjukan, ini berasal dan proses yang rumit dari androgen dan estrogen.
Dehidrotestosteron yang berasal dan testosteron dengan bantuan enzim 5α-reduktase
diperkirakan sebagai mediator utama pertumbuhan prostat. Dalam sitoplasma sel prostat
6
ditemukan reseptor untuk dehidrotestosteron (DHT). Reseptor ini jumlahnya akan meningkat
dengan bantuan estrogen. DHT yang dibentuk kemudian akan berikatan dengan reseptor
membentuk DHT-Reseptor komplek. Kemudian masuk ke inti sel dan mempengaruhi RNA
untuk menyebabkan sintesis protein sehingga terjadi protiferasi sel. Adanya anggapan bahwa
sebagai dasar adanya gangguan keseimbangan hormon androgen dan estrogen, dengan
bertambahnya umur diketahui bahwa jumlah androgen berkurang sehingga terjadi peninggian
estrogen secara retatif. Diketahui estrogen mempengaruhi prostat bagian dalam (bagian
tengah, lobus lateralis dan lobus medius) hingga pada hiperestrinisme, bagian inilah yang
mengalami hiperplasia.4
Hingga sekarang belum diketahui secara pasti penyebab prostat hiperplasi,
tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasi prostat erat kaitannya dengan
peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Beberapa hipotesis yang
diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasi prostat adalah :
1. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut
2. Peranan dari growth factor (faktor pertumbuhan) sebagai pemicu pertumbuhan stroma
kelenjar prostat
3. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati
4. Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem sehingga
menyebabkan produksi selstroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.4
Epidemiologi
BPH merupakan masalah umum yang mempengaruhi kualitas hidup di sekitar
sepertiga pria yang lebih tua dari 50 tahun. BPH sangat jelas terjadi secara histologi hinga
90% pria dengan usia 85 tahun. Sebanyak 14 juta pria di Amerika Serikat memiliki gejala
BPH. Seluruh dunia, sekitar 30 juta pria memiliki gejala yang berhubungan dengan BPH.
Prevalensi BPH pada orang kulit putih dan Afrika-Amerika mirip. Namun, BPH cenderung
lebih parah dan progresif di Afrika-Amerika. Mungkin karena tingkat testosteron tinggi,
aktivitas 5-alpha-reductase, ekspresi reseptor androgen dan aktivitas faktor pertumbuhan pada
populasi ini. Aktivitas meningkat menyebabkan tingkat peningkatan hiperplasia prostat dan
pembesaran prostat.3
Patofisiologi
7
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genetalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-
buli, dan membungkus uretra posterior. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal
pada orang dewasa ± 20gram. Menurut Mc Neal (1976) membagi kelenjar prostat
dalam beberapa zona, antara lain zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona
fibromuskuler anterior dan periuretra. Pada usia lanjut akan terjadi perubahan keseimbangan
testosteron estrogen karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi tertosteron
menjadi estrogen pada jaringan adipose di perifer. Pertumbuhan kelenjar prostat sangat
tergantung pada hormon tertosteron, yang di dalam sel-sel kelenjar prostat hormon ini akan
dirubahmenjadi dehidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim alfa reduktase.4,5
Dehidrotestosteron inilah yang secaralangsung memacu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar
prostat untuk mensintesis protein sehingga terjadi pertumbuhan kelenjar prostat.
Oleh karena pembesaran prostat terjadi perlahan, maka efek terjadinya perubahan pada
traktus urinarius juga terjadi perlahan-lahan. Perubahan patofisiologi yang disebabkan
pembesaran prostat sebenarnyadisebabkan oleh kombinasi resistensi uretra daerah prostat,
tonus trigonum dan leher vesika dan kekuatankontraksi detrusor. Secara garis besar, detrusor
dipersarafi oleh sistem parasimpatis, sedang trigonum, leher vesika dan prostat oleh sistem
simpatis. Pada tahap awal setelah terjadinya pembesaran prostat akan terjadiresistensi yang
bertambah pada leher vesika dan daerah prostat. Kemudian detrusor akan mencoba mengatasi
keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih kuat dan detrusor menjadi lebih tebal. Penonjolan
serat detrusor kedalam kandung kemih dengan sistoskopi akan terlihat seperti balok yang
disebut trahekulasi (buli-buli balok). Mukosa dapat menerobos keluar diantara serat detrusor.
Tonjolan mukosa yang kecil dinamakan sakula sedangkan yang besar disebut
divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut Fase kompensasi otot dinding kandung kemih.
Apabila keadaan berlanjut maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin. Pada
hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi
disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan cukup lama dan kuat sehingga kontraksi
terputus-putus (mengganggu permulaan miksi), miksi terputus, menetes pada akhir miksi,
pancaran lemah, rasa belum puas setelah miksi. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan
yang tidak sempurna atau pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga
sering berkontraksiwalaupun belum penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitas otot
detrusor (frekuensi miksi meningkat, nokturia, miksi sulit ditahan/urgency, disuria).5
8
Karena produksi urin terus terjadi, maka satu saat vesiko urinaria tidak mampu lagi
menampung urin,sehingga tekanan intravesikel lebih tinggi dari tekanan sfingter dan obstruksi
sehingga terjadi inkontinensia paradox (overflow incontinence). Retensi kronik menyebabkan
refluks vesiko ureter dan dilatasi. ureter danginjal, maka ginjal akan rusak dan terjadi gagal
ginjal. Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan
penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen
yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan
membentuk batu endapan yang menambal. Keluhan iritasi dan hematuria. Selain itu, stasis
urin dalam vesika urinariamenjadikan media pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat
menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis.3
Gejala Klinis
Gejala hiperplasia prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di
luar saluran kemih.
1. Gejala pada saluran kemih bagian bawah
Keluhan pada saluran kemih sebelah bawah (LUTS) terdiri atas gejala obstruktif
dan gejala iritatif. Gejala obstruktif disebabkan oleh karena penyempitan uretara pars
prostatika karena didesak oleh prostat yang membesar dan kegagalan otot detrusor untuk
berkontraksi cukup kuat dan atau cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus.4
Gejalanya ialah :
Harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistancy)
Pancaran miksi yang lemah (weak stream)
Miksi terputus (Intermittency)
Menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling)
Rasa belum puas sehabis miksi (Sensation of incomplete bladder emptying).
Manifestasi klinis berupa obstruksi pada penderita hipeplasia prostat masih tergantung tiga
faktor, yaitu :
Volume kelenjar periuretral
Elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat
Kekuatan kontraksi otot detrusor
Tidak semua prostat yang membesar akan menimbulkan gejala obstruksi, sehingga
meskipun volume kelenjar periurethral sudah membesar dan elastisitas leher vesika, otot
9
polos prostat dan kapsul prostat menurun, tetapi apabila masih dikompensasi dengan kenaikan
daya kontraksi otot detrusor maka gejala obstruksi belum dirasakan.3,4
Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaria yang tidak
sempurna pada saat miksi atau disebabkan oleh hipersensitifitas otot detrusor karena
pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada vesica, sehingga vesica sering
berkontraksi meskipun belum penuh.
Gejalanya ialah :
Bertambahnya frekuensi miksi (Frequency)
Nokturia
Miksi sulit ditahan (Urgency)
Disuria (Nyeri pada waktu miksi)
Gejala-gejala tersebut diatas sering disebut sindroma prostatismus. Secara klinis derajat berat
gejala prostatismus itu dibagi menjadi :
- Grade I : Gejala prostatismus + sisa kencing tidak ada
- Grade II : Gejala prostatismus + sisa kencing > 50 ml
- Grade III: Retensi urin dengan sudah ada gangguan saluran kemih bagian atas + sisa
urin > 150 ml.
Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah bawah,
WHO menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut Skor
Internasional Gejala Prostat atau I-PSS (International Prostatic Symptom Score). Sistem
skoring I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi (LUTS)
dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Setiap pertanyaan yang
berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai 0 sampai dengan 5, sedangkan keluhan yang
menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1 hingga 7.4
Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu:
- Ringan : skor 0-7
- Sedang : skor 8-19
- Berat : skor 20-35
10
Timbulnya gejala LUTS merupakan menifestasi kompensasi otot vesica urinaria untuk
mengeluarkan urin. Pada suatu saat otot-otot vesica urinaria akan mengalami kepayahan
(fatique) sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi yang diwujudkan dalam bentuk retensi
urin akut.
Timbulnya dekompensasi vesica urinaria biasanya didahului oleh beberapa faktor pencetus,
antara lain:
Volume vesica urinaria tiba-tiba terisi penuh yaitu pada cuaca dingin, menahan
kencing terlalu lama, mengkonsumsi obat-obatan atau minuman yang mengandung
diuretikum (alkohol, kopi) dan minum air dalam jumlah yang berlebihan
Massa prostat tiba-tiba membesar, yaitu setelah melakukan aktivitas seksual atau
mengalami infeksi prostat akut
Setelah mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan kontraksi otot detrusor
atau yang dapat mempersempit leher vesica urinaria, antara lain: golongan
antikolinergik atau alfa adrenergik.
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan akibat penyulit hiperplasi prostat pada saluran kemih bagian atas berupa
gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang merupakan tanda
dari hidronefrosis)., atau demam yang merupakan tanda dari infeksi atau urosepsis.4
3. Gejala di luar saluran kemih
Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia inguinalis
atau hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi
sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.4
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada BPH dapat dilakukan dengan:
1. Observasi
Kurangi minum setelah makan malam, hindari obat dekongestan, kurangi kopi, hindari
alkohol,tiap 3 bulan kontrol keluhan, sisa kencing dan colok dubur.
2. Medikamentosa
A. Penghambat alfa (alpha blocker)
11
Prostat dan dasar buli-buli manusia mengandung adrenoreseptor-α1, dan
prostat memperlihatkan respon mengecil terhadap agonis. Komponen yang berperan
dalam mengecilnya prostat dan leher buli- buli secara primer diperantarai oleh reseptor
alpha blocker. Penghambatan terhadap alfa telah memperlihatkan hasil berupa
perbaikan subjektif dan objektif terhadap gejala dan tanda BPH pada beberapa pasien.
Penghambat alfa dapat diklasifikasikan berdasarkan selektifitas reseptor dan
waktu paruhnya.4
B. Penghambat α5-Reduktase (5α-Reductase inhibitors)
Finasteride adalah penghambat 5α-Reduktase yang menghambat perubahan
testosteron menjadi dihydratestosteron. Obat ini mempengaruhi komponen epitel
prostat, yang menghasilkan pengurangan ukuran kelenjar dan memperbaiki gejala.
Dianjurkan pemberian terapi ini selama 6 bulan, guna melihat efek maksimal terhadap
ukuran prostat (reduksi 20%) dan perbaikan gejala-gejala
C. Terapi Kombinasi
Terapi kombinasi antara penghambat alfa dan penghambat 5α-Reduktase
memperlihatkan bahwa penurunan symptom score dan peningkatan aliran urin hanya
ditemukan pada pasien yang mendapatkan hanya Terazosin. Penelitian terapi
kombinasi tambahan sedang berlangsung.3
D. Fitoterapi
Fitoterapi adalah penggunaan tumbuh-tumbuhan dan ekstrak tumbuh-
tumbuhan untuk tujuan medis. Penggunaan fitoterapi pada BPH telah popular di Eropa
selama beberapa tahun. Mekanisme kerjafitoterapi tidak diketahui, efektifitas dan
keamanan fitoterapi belum banyak diuji.
3. Terapi Bedah
Indikasinya adalah bila retensi urin berulang, hematuria, penurunan fungsi ginjal, infeksi
salurankemih berulang, divertikel batu saluran kemih, hidroureter, hidronefrosis jenis
pembedahan:
TURP (Trans Uretral Resection Prostatectomy)
o Yaitu pengangkatan sebagian atau keseluruhan kelenjar prostat melalui
sitoskopi atau resektoskop yang dimasukkan malalui uretra.6
12
Prostatektomi Suprapubis
o Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi yang dibuat pada kandung
kemih.6
Prostatektomi Retropubis
o Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi pada abdomen bagian
bawah melalui fosa prostat anterior tanpa memasuki kandung kemih.6
Prostatektomi Peritoneal
o Yaitu pengangkatan kelenjar prostat radikal melalui sebuah insisi diantara
skrotum dan rektum.6
Prostatektomi retropubis radikal
o Yaitu pengangkatan kelenjar prostat termasuk kapsula, vesikula seminalis dan
jaringan yang berdekatan melalui sebuah insisi pada abdomen bagian bawah,
uretra dianastomosiskan keleher kandung kemih pada kanker prostat.
4. Terapi Invasif Minimal
Trans Uretral Mikrowave Thermotherapy (TUMT)
Yaitu pemasangan prostat dengan gelombang mikro yang disalurkan ke
kelenjar prostatmelalui antena yang dipasang melalui/pada ujung kateter.
Trans Uretral Ultrasound Guided Laser Induced Prostatectomy (TULIP)
Trans Uretral Ballon Dilatation(TUBD).6
Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan semakin
beratnya BPH, dapat terjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak mampu melewati
prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan apabila tidak diobati, dapat
mengakibatkan gagal ginjal.
Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan
penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen
yang akan menimbulkan herniadan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan
membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasi dan hematuria. Selain itu, stasis
13
urin dalam vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat
menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis.3
Prognosis
Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu
walaupun gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang tidak segera ditindak memiliki
prognosis yang buruk karena dapat berkembang menjadi kanker prostat.4
Pencegahan
Kini, sudah beredar suplemen makanan yang dapat membantu mengatasi pembesaran
kelenjar prostat. Salah satunya adalah suplemen yang kandungan utamanya saw palmetto.
Berdasarkan hasil penelitian, saw palmetto menghasilkan sejenis minyak, yang bersama-sama
dengan hormon androgen dapat menghambat kerja enzim 5-alpha reduktase, yang berperan
dalam proses pengubahan hormon testosteron menjadi dehidrotestosteron (penyebab BPH).
Hasilnya, kelenjar prostat tidak bertambah besar.
Berikut ini beberapa cara untuk mengurangi risiko masalah prostat, antara lain:
- Mengurangi makanan kaya lemak hewan
- Meningkatkan makanan kaya lycopene (dalam tomat), selenium (dalam makanan
laut), isoflavonoid (dalam produk kedelai)
- Mengkonsumsi vitamin A, E, dan C sebagai antioksidan yang berperan penting
dalam mencegah pertumbuhan sel kanker, karena menurut penelitian, 5-10%
kasus BPH dapat berkembang menjadi kanker prostat. Vitamin B1, B2, dan B6,
yang dibutuhkan dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein,
sehingga kerja ginjal dan organ tubuh lain tidak terlalu berat.
- Makan sedikitnya 5 porsi buah dan sayuran sehari
- Berolahraga secara rutin
- Pertahankan berat badan ideal.4
Kesimpulan
14
Pria ini menderita perbesaran jinak pada kelenjar prostatnya. Pembersaran prostat ini menjepit
saluran urethranya sehingga ditemukan adanya gangguan berkemih. Penyebab dari hiperplasia
prostat ini belum diketahui dengan jelas, diduga adanya perubahan sistem hormon akibat
proses penuaan yang menyebabkan kelainan ini.
Daftar Pustaka
1. Aeronson PI, Ward JPT. At a glance system urogenitalis: Anamnesis dan pemeriksaan
fisik urogenitalis. Ed ke-3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010. h.68.
2. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W I, Setiowulan W. Kapita selekta kedokteran. Ed.
Ke-3, jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius; 2000.h.332.
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K Marcellus S, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam . Ed ke-5, jilid 2. Jakarta: Interna publishing;2009. h. 1008-12.
4. Purnomo B. Urologi klinik. Ed ke-2. Jakarta : CV Sagung seto; 2005. h.125-44.
5. Price S A, Wilson L M. Patofisiologi : konsep klinis dan proses-proses penyakit. Ed ke-6,
Vol. 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.h1323.
6. Sjamsuhidajat R, Jong W D. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2005.h.783.
7. Martono H. BPH : Buku ajar geriatric. Ed. 3. Jakarta: FKUI; 2004.h.411.
15