BENCANA

download BENCANA

of 25

description

efsgrgfd

Transcript of BENCANA

BAB 1PENDAHULUAN

1. Latar BelakangBerbagai bencana yang telah terjadi di Indonesia memberikan banyak pembelajaran bagi masyarakat Indonesia dan dunia bahwa banyaknya korban jiwa dan harta benda dalam musibah tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan dan ketidaksiapan masyarakat dalam mengantisipasi bencana. Disamping itu, kejadian-kejadian bencana tersebut pun semakin menyadarkan banyak pihak tentang pentingnya perencanaan dan pengaturan dalam penanggulangan bencana khususnya para pemberi layanan kesehatan. Pengalaman terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Nias (Sumatera Utara) tahun 2004 telah membuka wawasan pengetahuan di Indonesia dan bahkan di dunia. Kejadian tersebut mengubah paradigma manajemen penanggulangan bencana dari yang bersifat tanggap darurat menjadi paradigma pencegahan dan pengurangan risiko bencana (PRB). Penyelenggaraan penanggulangan bencana di Indonesia dilakukan pada berbagai tahapan kegiatan dan intervensi, yang berpedoman pada kebijakan pemerintah yaitu Undang-Undang No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah terkait lainnya. Pentingnya pemahaman mengenai manajemen bencana akan menjadi landasan atau dasar dalam mengembangkan intervensi pengurangan risiko bencana dalam penanggulangan bencana. 2. Tujuan 1. Memberikan pengetahuan dasar tentang manajemen bencana. 2. Memberikan pemahaman dasar tentang konsep penanggulangan bencana. BAB 2PEMBAHASAN

Step 11. Mitigasi : Tanggap darurat untuk mengurangi risiko bencana berupa tindakan preventif2. Kewaspadaan : Suatu kegiatan antisipasi terhadap suatu bencana3. Bencana : Peristiwa yang mengancam kehidupan, baik karena faktor alam maupun non-alam4. Pemulihan : Upaya yang bertujuan untuk mengembalikan suatu keadaan ke fungsi semula5. Respons : Hasil dari suatu aksiStep 21. Apa saja jenis dan bentuk dari bencana?2. Apa saja bentuk-bentuk mitigasi dan bagaimana cara melaksanakannya?3. Apa perbedaan mitigasi dengan kewaspadaan?4. Apa tahapan-tahapan dari manajemen bencana?Step 31. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwayang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yangdisebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusiasehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugianharta benda, dan dampak psikologis.Jenis-Jenis Bencana Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaianperistiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

2. Manajemen bencana1. Prabencana (pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan)a. Penyusunan peta rawan bencana.b. Penyusunan peraturan dan pedoman dalam penanggulangan krisis akibat bencana yang salah satunya terkait dengan penempatan dan mobilisasi SDM Kesehatan.c. Pemberdayaan tenaga kesehatan pada sarana kesehatan khususnya Puskesmas dan RS, terutama di daerah rawan bencanad. Penyusunan standar ketenagaan, sarana dan pembiayaan.e. Penempatan tenaga kesehatan disesuaikan dengan situasi wilayah setempat (kerawanan terhadap bencana).f. Pembentukan Tim Reaksi Cepat (Brigade Siaga Bencana, BSB).g. Sosialisasi SDM Kesehatan tentang penanggulangan krisis akibat bencana.h. Pelatihan-pelatihan dan gladi.i. Pembentukan Pusat Pelayanan Kesehatan Terpadu atau PSC di Kabupaten/Kota.2. Saat bencana (tanggap darurat)a. Mobilisasi SDM Kesehatan sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan.b. b. Pengorganisasian SDM Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan.3. Pascabencana (pemulihan/rehabilitasi dan rekonstruksi)a. Mobilisasi SDM Kesehatan sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan.b. Pengorganisasian SDM Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan.c. Upaya pemulihan SDM Kesehatan yang menjadi korban agar dapat menjalankan fungsinya kembali.d. Rekruitmen SDM Kesehatan untuk peningkatan upaya penanggulangan krisis akibat bencana pada masa yang akan datang.e. Program pendampingan bagi petugas kesehatan di daerah bencana.

3. Pemasalahan yang dihadapi:1. Masalah pada korban bencanaa. Traumaterjadi akibat terkena langsung benda-benda keras/ tajam atau tumpul.b. Gangguan pernapasanc. Luka bakerd. Keluhan psikologis dan gangguan psikiatrik (stres pascatrauma) Stres pascatraumae. Korban meninggal2. Masalah pada SDM Kesehatana. Kurangnya informasi mengenai peta kekuatan SDM Kesehatan di daerah yang terkait dengan bencana.b. Belum semua tenaga setempat termasuk Puskesmas mampu laksana dalam penanggulangan bencana.c. Masih sedikitnya peraturan yang mengatur penempatan SDM Kesehatan di daerah rawan bencana.d. Distribusi SDM Kesehatan masih belum mengacu pada kerawanan suatu wilayah terhadap bencana.e. Kurangnya minat SDM Kesehatan untuk bertugas di daerah bencana atau konflik karena tidak adanya jaminan keselamatan dan keamananf. Belum semua daerah mempunyai Tim Reaksi Cepat penanggulangan krisis akibat bencana.g. Masih ada daerah yang belum pernah menyelenggarakan pelatihanpelatihan alam penanggulangan krisis akibat bencana.h. Masih ada daerah yang belum pernah menyelenggarakan gladi penanggulangan krisis akibat bencana.i. Pelayanan kesehatan pada saat kejadian bencana seringkali terhambat karena masalah kekurangan SDM Kesehatan.j. Dibutuhkn masa pemulihan yang cukup lama bagi SDM Kesehatan yang menjadi korban bencana sehingga mengganggu kelancaran pelaksanaan pelayanan kesehatan di daerah bencana.

4. Alur koordinasi tanggap bencana menurut Pasal 5 UU No.24 tahun 2007 :PemerintahBNBP (dulu Bakornas) dipimpin langsung oleh wakil presiden yang membawahi banyak menteri. Berfungsi untuk mendapatkan informasi mengenai bencana yang terjadi dan bekerjasama dengan pihak-pihak lain untuk menanggulangi bencana.SatkorlakPB diketuai gubernurSatlak (ada dikabupaten/Kota)NB : yang baru TAGANA (Taruna Siaga Bencana)Step 4RESPONSMITIGASIBENCANAPEMULIHANKEWASPADAAN

Step 51. Menjelaskan tentang bentuk-bentuk dari Bencana2. Menjelaskan tentang Manajemen Bencana dan keterkaitannya dengan Manajemen KesehatanStep 6Pada step ini mahasiswa akan belajar dari referensi untuk didiskusikan pada DKK 2Step 7

BENCANA1. DEFINISI UU No. 24 tahun 2007 mendefinisikan bencana sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Sementara Asian Disaster Preparedness Center (ADPC) mendefinisikan bencana dalam formulasi The serious disruption of the functioning ofsociety, causing widespread human, material or environmental losses, which exceed theability of the affected communities to cope using their own resources 0.

1. KARAKTERISTIKDefinisi bencana mengandung tiga aspek dasar, yaitu:1. Terjadinya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard).1. Peristiwa atau gangguan tersebut mengancam kehidupan, penghidupan, dan fungsi dari masyarakat.1. Ancaman tersebut mengakibatkan korban dan melampaui kemampuan masyarakat untuk mengatasi dengan sumber daya mereka.Bencana dapat terjadi, karena ada dua kondisi yaitu 1. Adanya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard) 1. Kerentanan (vulnerability) masyarakatBila terjadi hazard, tetapi masyarakat tidak rentan, maka berarti masyarakat dapat mengatasi sendiri peristiwa yang mengganggu, sementara bila kondisi masyarakat rentan, tetapi tidak terjadi peristiwa yang mengancam maka tidak akan terjadi bencana.Bukti-bukti yang ada telah memperlihatkan dengan jelas bahwa tanah air kita merupakan wilayah yang rawan bencana alam. Unsur kunci dari terjadinya bencana adalah resiko, yaitu kemungkinan timbulnya kerugian (kematian, luka-luka, kerusakan harta, gangguan kegiatan perekonomian, dan berbagai kerugian lainnya) karena suatu bahaya atau ancaman bencana terhadap suatu wilayah dan pada suatu kurun waktu tertentu. Tidak semua potensi bahaya alam akan menimbulkan resiko bencana. Apabila suatu peristiwa yang memiliki potensi bahaya terjadi di suatu daerah dengan kondisi yang rentan, maka daerah tersebut berisiko terjadi bencana. Jadi resiko dipengaruhi oleh faktor-faktor bahaya (Hazards) dan kerentanan (vulnerability).

1. 0. 0. 1. JENIS-JENISBencana terdiri dari berbagai bentuk. UU No. 24 tahun 2007 mengelompokan bencana ke dalam tiga kategori yaitu:1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.1. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.1. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.Ethiopian Disaster Preparedness and Prevention Commission (DPPC) mengelompokkan bencana berdasarkan jenis hazard, yang terdiri dari:1. Natural hazard. Ini adalah hazard karena proses alam yang manusia tidak atau sedikit memiliki kendali. Manusia dapat meminimalisir dampak hazard dengan mengembangkan kebijakan yang sesuai, seperti tata ruang dan wilayah, prasyara bangunan, dan sebagainya. Natural hazard terdiri dari beragam bentuk seperti dapat dilihat pada tabel berikut:

ORIGINPHENOMENA/EXAMPLES

Geological hazardsEarthquakes

Tsunamis (also called tidal waves)

Volcanic activity

Mass earth movements e.g. landslides, rockslides subsidence, surface collapse, geological fault activity

Hydro-meteorological hazardsFloods, debris and mudflows

Tropical cyclones, storms surges, thunderstorms, hailstorms, rain and windstorms, blizzards and other severe storms drought

Desertification

Bush or wildfries

Heat waves

Sand or dust storms

permafrost

Snow avalanches

Biological hazardsOutbreaks of epidemic diseases

Plant or animal contagion

Extensive investasions

1. Human made hazard. Ini adalah hazard sebagai akibat aktivitas manusia yang mengakibatkan kerusakan dan kerugian fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Hazard ini mencakup:1. Technological hazard sebagai akibat kecelakaan industrial, prosedur yang berbahaya, dan kegagalan infrastruktur. Bentuk dari hazard ini adalah polusi air dan udara, paparan radioaktif, ledakan, dan sebagainya.1. Environmental degradation yang terjadi karena tindakan dan aktivitas manusia sehingga merusak sumber daya lingkungan dan keragaman hayati dan berakibat lebih jauh terganggunya ekosistem.1. Conflict adalah hazard karena perilaku kelompok manusia pada kelompok yang lain sehingga menimbulkan kekerasan dan kerusakan pada komunitas yang lebih luas.

MANAJEMEN BENCANA

Manajemen Pra Bencana

1. Pencegahan (Preventif) Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya).Misalnya :-Melarang pembakaran hutan dalam perladangan -Melarang penambangan batu di daerah yang curam.2. MitigasiSerangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU 24/2007).Bentuk mitigasi : Mitigasi struktural (membuat chekdam, bendungan, tanggul sungai, rumah tahan gempa, dll.) Mitigasi non-struktural (peraturan perundang-undangan, pelatihan, dll.)3. KesiapsiagaanSerangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU 24/2007). Misalnya: Penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi evakuasi, Rencana Kontinjensi, dan sosialisasi peraturan / pedoman penanggulangan bencana.4. Peringatan DiniSerangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang (UU 24/2007)Pemberian peringatan dini harus : Menjangkau masyarakat (accesible) Segera (immediate) Tegas tidak membingungkan (coherent) Bersifat resmi (official)

Upaya Penanggulangan Bencana Upaya yang dilakukan dalam manajemen SDM Kesehatan yang terkait dengan penanggulangan krisis akibat bencana dibagi dalam tiga tahap berikut sesuai dengan siklus penanggulangan bencana. 1. Prabencana (pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan)a. Penyusunan peta rawan bencana Penyusunan peta rawan bencana dan peta geomedik sangat penting artinya untuk memperkirakan kemungkinan bencana yang akan terjadi serta kebutuhan fasilitas pelayanan kesehatan dan ketersediaan SDM Kesehatan berikut kompetensinya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan peta rawan bencana adalah:i. Ancaman (hazard), jenis bahaya bencana apa yang mungkin terjadi. Informasi ini dapat diperoleh dengan melihat keadaan geografis wilayah setempat.ii. Kerentanan (vulnerability), sejauh mana akibat dari bencana ini terhadap kehidupan masyarakat (khususnya kesehatan). Informasi yang dibutuhkan dalam menilai kerentanan yang terkait SDM Kesehatan berhubungan dengan data tentang inventarisasi ketenagaan yang dimiliki, contohnya dokter ahli, dokter umum, perawat, bidan, sanitarian, ahli gizi, dll.iii. Penyusunan peta rawan bencana sebaiknya dilakukan secara lintas program (melibatkan unit-unit program yang ada di Dinas Kesehatan) dan lintas ntibi (melibatkan instansi terkait seperti Pemda, RSU, TNI, POLRI, Dinas Kessos, PMI, Ormas, LSM, Peta rawan bencana secara berkala dievaluasi kembali agar sesuai dengan keadaan dan kondisi setempat.b. Penyusunan peraturan dan pedoman dalam penanggulangan krisis akibat bencana yang salah satunya terkait dengan penempatan dan mobilisasi SDM Kesehatan.c. Pemberdayaan tenaga kesehatan pada sarana kesehatan khususnya Puskesmas dan RS, terutama di daerah rawan bencana.d. Penyusunan standar ketenagaan, sarana dan pembiayaan.e. Penempatan tenaga kesehatan disesuaikan dengan situasi wilayah setempat (kerawanan terhadap bencana).f. Pembentukan Tim Reaksi Cepat (Brigade Siaga Bencana, BSB).g. Sosialisasi SDM Kesehatan tentang penanggulangan krisis akibat bencana.h. Pelatihan-pelatihan dan gladi.i. Pembentukan Pusat Pelayanan Kesehatan Terpadu atau PSC di Kabupaten/Kota.2. Saat bencana (tanggap darurat)a. Mobilisasi SDM Kesehatan sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan.b. Pengorganisasian SDM Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. 3. Pascabencana (pemulihan/rehabilitasi dan rekonstruksi)a. Mobilisasi SDM Kesehatan sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan.b. Pengorganisasian SDM Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan.c. Upaya pemulihan SDM Kesehatan yang menjadi korban agar dapat menjalankan fungsinya kembali.d. Rekruitmen SDM Kesehatan untuk peningkatan upaya penanggulangan krisis akibat bencana pada masa yang akan datang.e. Program pendampingan bagi petugas kesehatan di daerah bencana.

Mitigasi BencanaDalam siklus penanggulangan bencana, proses mitigasi diterapkan sebelum terjadi bencana (pre-event), bersamaan dengan tindakan pencegahan dan kesiapsiagaan. Istilah mitigasi digunakan untuk menggambarkan segala tindakan yang dilakukan untuk menurunkan dampak dari suatu bencana dan dapat dilakukan sebelum, saat, atau setelah bencana terjadi. Pengertian lain menyebutkan mitigasi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk memperkecil jatuhnya korban manusia atau kerugian harta benda akibat rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia, ataupun keduanya. Singkatnya mitigasi merupakan tindakan perlunakan atau penjinakan dampak suatu bencana.Mitigasi yang dilakukan sebelum terjadi bencana meliputi upaya persiapan (preparedness) untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang potensi timbulnya suatu bencana, dan melakukan sjumlah perencanaan untuk mereduksi risiko bencana. Mitigasi yang dilakukan pada saat bencana terjadi meliputi respon cepat untuk menyikapi bencana yang terjadi, seperti menyelamatkan korban ataupun harta benda, dan tindakan evakuasi. Tindakan mitigasi yang dilakukan pasca terjadi bencana meliputi upaya rehabilitasi dan rekonstruksi.Tindakan konkret yang dilakukan dalam proses mitigasi antara lain :1. Sebelum bencana, dapat dilakukan peringatan dini (early warning systems) secara optimal dan terus menerus kepada masyarakat:- Mendatangi area rawan bencana dan malakukan penilaian- Melakukan sejumlah upaya preventif, seperti pmabangunan parit dan reboisasi hutan untuk mengantisipasi banjir, membuat terasering dan membangun pemukimanyang jauh dari tebing untuk antisipasi longsor, dan lain sebagainya.2. Saat bencana terjadi, antara lain diberikan penerangan kepada masyrakat tentang bagaimana menyelamatkan diri, ke arah mana. Informasi ini harus diketahui oleh masyarakat.3. Sesudah terjadi bencana dilakukan upaya pemulihan (recovery) dan upaya ini harus melibatkan masyarakat.- Menyelamatkan korban secepatnya ke area yang lebih aman- Menyelamatkan harta benda yang masih mungkin diselamatkan- Menyiapkan tempat pengungsian sementara atau tenda-tenda darurat untuk para korban bencana- Menyediakan dapur-dapur umum- Menyediakan searan air bersih dan kesehatan- Memberikan dorongan kepada korban bencana untuk menghindrai frustrasi atau ntibi pasca trauma (lebih sering terjadi pada anak-anak dan wanita)- Koordinasi dengan aparat pusat atau daerah secepatnya. Sekaligus dilakukan evaluasi penanganan bencana untuk mengurangi risiko jika terjadi bencana kembali

Berikut ini adalah contoh tindakan mitigasi pada bencana tanah longsor. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :1. PemetaanMenyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana geologi di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat atau pamerintah kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana.2. PenyelidikanMempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan dalam perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pembangunan wilayah.3. Pemeriksaan Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penanggulangannya.4. PemantauanPemantauan dilakukan di area rawan bencana, pada daerah strategis secara ekonomi dan jasa, agar dapat diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.5. SosialisasiMemberikan pemahaman kepada pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota atau kepada masyarakat umum, tentang bencana alam dan tanah longsor. Sosialisasi dilakukan dengan beberapa cara seperti berita, poster, booklet, leaflet, atau dapat juga secara langsung kepada aparat pemerintah.

Manajemen Saat Bencana

Pada saat terjadi bencana perlu diadakan mobilisasi SDM Kesehatan yang tergabung dalam suatu Tim Penanggulangan Krisis yang meliputi Tim Gerak Cepat, Tim Penilaian Cepat Kesehatan (Tim RHA) dan Tim Bantuan Kesehatan. Koordinator Tim dijabat oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota (mengacu Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1653/Menkes/SK/XII/2005). Kebutuhan minimal tenaga untuk masing-masing tim tersebut, antara lain:a. Tim Gerak Cepat, yaitu tim yang diharapkan dapat segera bergerak dalam waktu 0-24 jam setelah ada informasi kejadian bencana. Tim Gerak Cepat ini terdiri atas:1). Pelayanan Medisa. Dokter umum/BSB : 1 orgb. Dokter Spesialis Bedah : 1 orgc. Dokter Spesialis Anestesi : 1 orgd. Perawat mahir (perawat bedah, gawat darurat) : 2 orge. Tenaga DVI : 1 orgf. Apoteker/Asisten Apoteker : 1 orgg. Supir ambulans : 1 org2). Surveilans : 1 org Ahli epidemiologi/Sanitarian3). Petugas Komunikasi : 1 orgTenaga-tenaga di atas harus dibekali minimal pengetahuan umum mengenai bencana yang dikaitkan dengan bidang pekerjaannya masingmasing.b. Tim RHA, yaitu tim yang bisa diberangkatkan bersamaan dengan Tim Gerak Cepat atau menyusul dalam waktu kurang dari 24 jam. Tim ini minimal terdiri atas:1) Dokter umum : 1 org2) Ahli epidemiologi : 1 org3) Sanitarian : 1 orgc. Tim Bantuan Kesehatan, yaitu tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah Tim Gerak Cepat dan Tim RHA kembali dengan laporan dengan hasil kegiatan mereka di lapangan.

Manajemen Pasca BencanaPascabencana (pemulihan/rehabilitasi dan rekonstruksi)a. Mobilisasi SDM Kesehatan sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan.1) Mobilisasi SDM kesehatan dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan SDM kesehatan pada saat dan pasca bencana bila:i. Masalah kesehatan yang timbul akibat bencana tidak dapat diselesaikan oleh daerah tersebut sehingga memerlukan bantuan dari daerah atau regional.ii. Masalah kesehatan yang timbul akibat bencana seluruhnya tidak dapat diselesaikan oleh daerah tersebut sehingga memerlukan bantuan dari regional, nasional dan internasional2) Langkah-langkah mobilisasi yang dilakukan:i. Menyiagakan SDM kesehatan untuk ditugaskan ke wilayah yang terkena bencanaii. Menginformasikan kejadian bencana dan meminta bantuan melalui:1. Jalur administrasi/Depdagri (Puskesmas Camat Bupati Gubernur Mendagri)2. Jalur administrasi/Depkes (Puskesmas Dinkes Kab/Kota Dinkes Provinsi Depkes)3. Jalur rujukan medic (Puskesmas RS Kab/Kota RS Provinsi RS rujukan wilayah Ditjen Bina Yanmed/ Depkes)b. Pengorganisasian SDM Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan.c. Upaya pemulihan SDM Kesehatan yang menjadi korban agar dapat menjalankan fungsinya kembali.d. Rekruitmen SDM Kesehatan untuk peningkatan upaya penanggulangan krisis akibat bencana pada masa yang akan datang.e. Program pendampingan bagi petugas kesehatan di daerah bencana.Pada pasca bencana ada beberapa yang perlu di perhatikan dan kajian lebih lanjut. Yaitu :1. Perkiraan jumlah korban yang menjadi korban bencana2. Jumlah fasilitas kesehatan yang masih berfungsi milik pemerintah3. Kesehatan obat dan alat kesehatan4. Tenaga kesehatan5. Kelompok masyarakat yang berisiko tinggi6. Kemampuan dan sumber daya setempat.Tolok Ukur : 1. Puskesmas setempat, Puskesmas Pembantu, Bidang Desa dan Pos kesehatan yang ada. 2. Bila mungkin, RS Swasta, Balai pengobatan Swasta, LSM Lokal maupun LSM Internasional yang terkait dengan bidang kesehatan bekerja sama serta mengkoordinasikan upayaupaya pelayanan kesehatan bersama. 3. Memakai standar pelayanan puskesmas. 4. Dalam kasuskasus tertentu rujukan dapat dilakukan melalui system rujukan yang ada. 5. 1 (satu) Pusat Kesehatan pengungsi untuk 20.000 orang. 6. 1 (satu) Rumah Sakit untuk 200.000 orang.

Koordinasi pada lintas sektor, yaitu:a. Pemulihan (rehabilitasi) prasarana/sarana kesehatan yang mengalami kerusakan.b. Pemulihan (rehabilitasi) kehidupan masyarakat ke arah kehidupan normal.c. Relokasi masyarakat pengungsi.d. Rekonsiliasi masyarakat yang terlibat bencana konflik sosial dengan kekerasane. Pembangunan kembali (rekonstruksi) prasarana/sarana kondisi yang permanen.f. Pemantauan, evaluasi dan analisis dampak bencana serta penanganan pengungsi

BAB 3KESIMPULAN DAN SARAN

1.KesimpulanBencanaadalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusangunung,gempa bumi,tanah longsor), nonalam (gagal teknologi, gagalmodernisasi, epidemi dan wabahpenyakit) dan bencana sosial (konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat dan teror).Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka.Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana alam. Kehilangan dan kerusakan termasuk yang paling sering harus dialami bersama datangnya bencana itu. Harta benda dan manusia terpaksa harus direlakan, dan itu semua bukan masalah yang mudah. Dan juga terhambatnya laju perekonomian daerah tersebut.Pedoman Manajemen Logistik, Peralatan, dan Kesehatan dalam penanggulangan bencana dimaksudkan sebagai petunjuk praktis yang dipergunakan oleh semua pihak dalam melaksanakan upaya penanggulangan bencana sejak prabencana, saat bencana dan pascabencana.Sehingga dapat mengurangi dampak atau kerugian yang disebabkan oleh bencana.

2.SaranPada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan manajemen logistik, peralatan serta kesehatan dapat berjalan secara efektif dan efisien dan terkoordinasi dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Bustami, Del Afriadi. 2011. Modul Pelatihan Dasar Manajemen Penanggulangan Bencana. Jakarta. UNDP.Hidayati, Deny dkk. 2006. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Mengantisipasi Bencana Gempa & Tsunami di Indonesia. LIPI UNESCO ISDR. Jakarta. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007.

DAFTAR ISI

BAB 11PENDAHULUAN11.Latar Belakang12.Tujuan1BAB 22PEMBAHASAN2Step 12Step 22Step 32Step 46Step 56Step 66Step 77BAB 321KESIMPULAN DAN SARAN211.Kesimpulan212.Saran22DAFTAR PUSTAKA23