Benakat Minyak

12
PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTIM DALAM CEKUNGAN SUMATERA SELATAN DI DAERAH BENAKAT MINYAK DAN SEKIRANYA, KABUPATEN MUARA ENIM PROPINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Tarsis A. D. Sub Direktorat Batubara, DIM SARI Batubara sebagai salah satu pilihan energi pengganti minyak bumi tedapat hampir di seluruh kawasan Indonesia, guna memenuhi kebutuhan energi secara berkesinanbungan perlu diadakan eksplorasi terhadap daerah- daerah yang secara geologi diketahui mengandung formasi pembawa batubara. Sehubungan dengan hal ini pada tahun anggaran 2001 satu tim dari Subdit Eksplorasi Batubara melakukan penyelidikan endapan batubara di daerah Benakat Minyak, Kabupaten Muara Enim, Propinsi Sumatera Selatan. Secara administratif daerah Benakat Minyak termasuk kedalam wilayah Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten Muara Enim. Secara geologi formasi pembawa batubara di daerah penyelidikan adalah Formasi Muara Enim. Ditemukan 3 lapisan batubara dengan tebal rata-rata 3,00m, 5,00m dan 10,30m. Dari hasil perhitungan sumberdaya didapatkan sumberdaya yang terdapat di daerah penyelidikan 25.083.690 ton. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Semenjak tiga Dasawarsa terahir pemerintah sedang meningkatkan pembangunan di segala bidang, khususnya industri. Energi sebagai penggerak pembangunan tersebut terutama minyak dan gas bumi cadangannya terbatas dan di prioritaskan untuk komoditi ekspor. Hal ini mendorong untuk melakukan kebijaksanaan efisiensi dan diversifikasi energi dengan mencari energi lain sebagai pengganti minyak bumi. Batubara sebagai salah satu pilihan energi pengganti minyak bumi terdapat hampir di seluruh kawasan Indonesia. Salah satu daerah dimana terdapat endapan Batubara adalah Kab. Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Guna memenuhi kebutuhan energi secara berkesinambungan perlu diadakan eksplorasi ter- hadap daerah-daerah yang secara geologi diketahui mengandung formasi pembawa batubara, tetapi belum diketahui besar sumberdaya serta kualitas Batubara yang dikandungnya. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka pada tahun anggaran 2001 satu tim dari Sub Direktorat Batubara direncanakan akan melakukan penyelidikan endapan batubara di Daerah Benakat Minyak dan sekitarnnya, Kabupaten Muara Enim Propinsi Sumatera Selatan 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud penyelidikan ini adalah dalam rangka menginventarisasikan sumberdaya Batubaa sesuai dengan tugas dan fungsi Sub Direktorat Batubara, Direktorat Sumberdaya Mineral, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui potensi sumberdaya serpih bitumen di daerah tersebut yang meliputi jenis, sumberdaya, prospek pemanfaatannya dan kemungkinannya untuk pengembangan daerah.

description

Potensi Oil dan Gas di Sumsel

Transcript of Benakat Minyak

Page 1: Benakat Minyak

PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTIM DALAM CEKUNGAN SUMATERA SELATAN DI DAERAH BENAKAT MINYAK DAN SEKIRANYA, KABUPATEN MUARA ENIM PROPINSI

SUMATERA SELATAN

Oleh : Tarsis A. D.

Sub Direktorat Batubara, DIM

SARI

Batubara sebagai salah satu pilihan energi pengganti minyak bumi tedapat hampir di seluruh kawasan

Indonesia, guna memenuhi kebutuhan energi secara berkesinanbungan perlu diadakan eksplorasi terhadap daerah-

daerah yang secara geologi diketahui mengandung formasi pembawa batubara. Sehubungan dengan hal ini pada

tahun anggaran 2001 satu tim dari Subdit Eksplorasi Batubara melakukan penyelidikan endapan batubara di

daerah Benakat Minyak, Kabupaten Muara Enim, Propinsi Sumatera Selatan. Secara administratif daerah

Benakat Minyak termasuk kedalam wilayah Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten Muara Enim. Secara geologi

formasi pembawa batubara di daerah penyelidikan adalah Formasi Muara Enim. Ditemukan 3 lapisan batubara

dengan tebal rata-rata 3,00m, 5,00m dan 10,30m. Dari hasil perhitungan sumberdaya didapatkan sumberdaya

yang terdapat di daerah penyelidikan 25.083.690 ton.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Semenjak tiga Dasawarsa terahir pemerintah

sedang meningkatkan pembangunan di segala bidang,

khususnya industri. Energi sebagai penggerak

pembangunan tersebut terutama minyak dan gas

bumi cadangannya terbatas dan di prioritaskan untuk

komoditi ekspor. Hal ini mendorong untuk

melakukan kebijaksanaan efisiensi dan diversifikasi

energi dengan mencari energi lain sebagai pengganti

minyak bumi. Batubara sebagai salah satu pilihan

energi pengganti minyak bumi terdapat hampir di

seluruh kawasan Indonesia. Salah satu daerah dimana

terdapat endapan Batubara adalah Kab. Muara Enim

Provinsi Sumatera Selatan.

Guna memenuhi kebutuhan energi secara

berkesinambungan perlu diadakan eksplorasi ter-

hadap daerah-daerah yang secara geologi diketahui

mengandung formasi pembawa batubara, tetapi

belum diketahui besar sumberdaya serta kualitas

Batubara yang dikandungnya.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka

pada tahun anggaran 2001 satu tim dari Sub

Direktorat Batubara direncanakan akan melakukan

penyelidikan endapan batubara di Daerah Benakat

Minyak dan sekitarnnya, Kabupaten Muara Enim

Propinsi Sumatera Selatan

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud penyelidikan ini adalah dalam

rangka menginventarisasikan sumberdaya Batubaa

sesuai dengan tugas dan fungsi Sub Direktorat

Batubara, Direktorat Sumberdaya Mineral, Direktorat

Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral,

Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral.

Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui

potensi sumberdaya serpih bitumen di daerah tersebut

yang meliputi jenis, sumberdaya, prospek

pemanfaatannya dan kemungkinannya untuk

pengembangan daerah.

Page 2: Benakat Minyak

1.3 Lokasi daerah Penyelidikan

Daerah penyelidikan secara administratif

termasuk kedalam wilayah hukum Kecamatan Talang

ubi dan Muara Lakitan, Kabupaten Muara Enim dan

Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan

(Gambar 1). Sedangkan secara geografis dibatasi oleh

koordinat (Tabel 1) dengan luas daerah 105.000 Ha

Tabel 1. Koordinat daerah penyelidikan.

No Lintang Selatan Bujur Timur 1 03007’30” 103022’45” 2 03007’30” 103038’15” 3 03015’00” 103022’45” 4 03015’00” 103038’15” 5 03015’00” 103030’00” 6 030 15’00” 103045’00” 7 03030’00” 103030’45” 8 03030’30” 103045’45”

2 KEADAAN GEOLOGI

2.1 Geologi Regional

Secara regional daerah penyelidikan

termasuk dalam Cekungan Sumatera Selatan pada

Antiklinorium Pendopo, stratigrafi cekungan tersebut

disusun oleh batuan sedimen yang terdiri Dari

Formasi Lahat, Talang Akar, Baturaja, Gumai, Air

Benakat, Muara Enim, Kasai dan Aluvial. Batuan

sedimen tersebut telah mengalami gangguan tektonik

sehingga terangkat membentuk lipatan dan

pensesaran. Proses erosi menyebabkan batuan

terkikis kemudian membentuk morfologi yang

tampak sekarang.

2.1.1 Penyelidik Terdahulu

Cekungan Sumatera Selatan adalah bagian

dari cekungan besar Sumatttera Tengah dan Selatan

(De Coster, 1974; Harsa, 1975) yang dipisahkan dari

Cekungan Sumatera Tengah oleh Tinggian Bukit

Tigapuluh.

Geologi daerah ini telah diketahui dengan

baik dan telah dipublikasikan oleh PERTAMINA,

geologis PT. CALTEX dan PT. STANVAC

(Pulunggono, 1969; Mertoyoso dan Nayoan, 1975;

Adiwidjaja dan De Coster, 1973; De Coster 1975;

Harsa, 1978).

Pola strukturnya telah dibahas oleh Soedarmono,

1974. Penyelidikan terakhir dilakukaan oleh tim

Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral pada

tahun 1998 dan 1999 menginventarisasi batubara di

daerah Rimba Ukur dan Talang Tambak.

2.1.2 Stratigrafi dan Struktur geologi

Kerangka stratigrafi daerah cekungan

Sumatera Selatan pada umumnya dikenal satu daur

besar (megacycle) terdiri dari fase transgresi yang

diikuti oleh fase regresi. Formasi Lahat yang

terbentuk sebelum trangresi utama pada umumnya

merupakan sedimen non marin. Formasi Yang

terbentuk pada Farse Transgresi adalah : Formasi

Talang Akar, Baturaja, dan Gumai, Sedangkan yang

terbentuk pada fase regresi adalah Formasi Air

Benakat, Muara Enim dan Kasai.

Formasi Talang Akar merupakan transgresi

yang sebenarnya dan dipisahkan dari Formasi Lahat

oleh suatu ketidakselarasan yang mewakili

pengangkatan regional dalam Oligosen Bawah dan

Oligosen Tengah. Sebagian dari formasi ini adalah

fluviatil sampai delta dan marin dangkal. Formasi

Baturaja terdiri dari gamping yang sering merupakan

terumbu yang tersebar disana sini. Formasi Gumai

yang terletak diatasnya mempunyai penyebaran yang

luas, pada umunya terdiri dari serpih marin dalam.

Page 3: Benakat Minyak

Formasi Air Benakat merupakan permulaan

endapan regresi dan terdiri dari lapisan pasir pantai.

Formasi Muara enim merupakan endapan rawa

sebagai fase ahir regresi, dan terjadi endapan

batubara yang penting. Formasi Kasai diendapkan

pada fase akhir regresi terdiri dari batulempung

tufaan, batupasir tufaan, kadangkala konglomerat dan

beberapa lapisan batubara yang tidak menerus.

Kerangka tektonik Cekungan Sumatera

Selatan terdiri dari Paparan Sunda di sebelah timur

dan jalur tektonik bukit barisan di sebelah barat.

Daerah Cekungan ini dibatasi dari cekungan Jawa

Barat oleh Tinggian Lampung (Koesoemadinata

1980).

Di dalam daerah cekungan terdapat daerah

peninggian batuan dasar para tersier dan berbagai

depresi. Perbedaan relief dalam batuan dasar ini

diperkirakan karena pematahan dasar dalam

bongkah-bongkah. Hal ini sangat ditentukan oleh

adanya Depresi Lematang di Cekungan Palembang,

yang jelas dibatasi oleh jalur patahan dari Pendopo-

Antiklinorium dan Patahan Lahat di sebelah barat

laut dari Paparan Kikim.

Cekungan Sumatera Selatan dan Cekungan

Sumatera Tengah merupakan satu cekungan besar

yang dipisahkan oleh Pegunungan Tigapuluh.

Cekungan ini terbentuk akibat adanya pergerakan

ulang sesar bongkah pada batuan pra tersier serta

diikuti oleh kegiatan vulkanik.

Daerah cekungan Sumatera Selatan dibagi

menjadi depresi Jambi di utara, Sub Cekungan

Palembang Tengah dan Sub Cekungan Pelembang

Selatan atau Depresi Lematang, masing-masing

dipisahkan oleh tinggian batuan dasar (“basement”).

Di daerah Sumatera Selatan terdapat 3 (tiga)

antiklinurium utama, dari selatan ke utara:

Antiklinorium Muara Enim, Antiklinorium Pendopo

Benakat dan Antiklinorium Palembang.

Pensesaaran batuan dasar mengontrol

sedimen selama paleogen. Stratigrafi normal

memperlihatkan bahwa pembentukan batubara

hampir bersamaan dengan pembentukan sedimen

tersier. Endapan batubara portensial sedemikian jauh

hanya terdapai pada pertengahan siklus regresi

mulaai dari akhir Formasi Benakat dan diakhiri oleh

pengendaapan Formasi Kasai.Lapisan batubara

terdapat pada horizon anggota Formasi Muara Enim

dari bawah keatas

Struktur geologi yang berkembang akibat

gaya tegasan yang bekerja dengan arah barat-daya –

timur laut membentuk lipatan dan sesar. Struktur

lipatan membentuk antiklinorium Pendopo-Benakat.

Jurus umum masing-masing antiklin dan sinklin

berarah baratlaut – tenggara yang sesuai dengan arah

memanjang pulau Sumatera.

2.2 Geologi Daerah Penyelidikan

2.2.1 Morfologi

Morfologi umum daerah penyelidikan

merupakan perbukitan bergelombang rendah dengan

kemiringan lereng 100-200 dengan elevasi 25 m

sampai dengan 125m dpl dan sering membentuk

pematang yang berah umun baratlaut – tenggara

disusun olehsatuan batuan Tersier klastika halus yang

memebentuk Formasi Air Benakat, Formasi Muara

Enim dan Formasi Kasai

Terdapat dua pola lairan sungai utama di

daerah penyelidikan yaitu sebelah timur laut daerah

penyelidikan umunya membentuk pola aliran

dendritik, pola aliran ini umumnya menempati

batuan yang dibentuk oleh Formasi Air Benakat,

sungai-sungai pada satuan ini umumnya telah

nenunjukan tahapan dewasa dengan tingkat

pengendapan yang cukup tinggi.

Sebelah barat daya daerah penyelidikan pola

umum alirang sungainya menunjukan pola aliran

trellis. Aapola ini pada umumnya menempati satuan

batuan Formasi Muara-Enim dan Formasi Kasai.

Sungai utama di daerah penyelidikan terdiiri atas

sungai Semanggus di daerah barat dan Sungai

Benakat serta Sungai Baung di daerah sebelah timur

daerah penyelidikan. Pemisah aliran berarah hampir

Page 4: Benakat Minyak

utara-selatan dimana pada bagian barat daerah

penyelidikan sungai-sungai mengalir kearah sungai

Semanggus, sedangkan pada bagian timur daerah

penyelidikan sungai sungai mengalir ke arah timur

dengan Sungai Baung dan Sungai Benakat sebagai

sungai Utama.

Sungai-sungai di sebelah timur daerah

penyelidikan umumnya merupakan sungai sungai

“Resekwen” dan “Obsekwen”, sedangkan disebelah

barat daerah penyelidikan sungai-sungainya

merupakan sungai “Konsekwen” dan “obsekwen”

Secara umum morfologi daerah

penyelidikan dikontrol oleh struktur lapisan dan

litologi pembentuk dimana daerah penyelidikan satu

sayap homoklin dari suatu antiklin dengan perbedaan

litologi pembentuk antara Formasi Air benakat,

Muara Enim dan Kasai menghasilkan pola aliran

sungai mengahsilkan pola aliran sungai yang

berbeda. Adapun tahapan daerah penyelidikan sudah

pada tahapan dewasa.

2.2.2 Stratigrafi dan Struktur Geologi

Stratigrafi daerah penyelidikan mencakup

3(tiga) formasi yaitu: Formasi Air Benakat, Formasi

Muara Enim, Formasi Kasai dan endapan aluvial

Formasi Air Benakat

Merupakan satuan batuan tertua yang

tersingkap di daerah penyelidikan berumur Miosen

Tengah sampai awal Miosen atas. Satuan ini

tersingkap di sebelah timur dan timur laut daerah

penyelidikan, pelamparannya meliputi daerah Sungai

Baung, Benakat Minyak dan Talang Mandung. Arah

umum jurus pada formasi ini barat laut tenggara

dengan kemiringan berkisaar antara 200 – 400.

Formasi Air benakat meliputi 40% daerah

penyelidikan. Ciri litologi dari formasi ini adalah ;

Bagian bawah di dominasi oleh batulempung abu-abu

gelap kebiruan sampai abu-abu gelap kecoklatan,

setempat tufaan, lunak dan getas; bagian tangah

disusun oleh batupasir halus–sedang, glaukonit, hijau

muda - abu-abu kecoklatan mengandung kuarsa,

feldfar dan fragmen batuan lain; bagian aatas disusun

oleh perselingan batupasir, batulempung, batulanau

dan serpih dengan sisipan tipis pasir kuarsa. Satuan

batuan ini terjadi paeda fasa regresi, bersifat endapan

laut dangkal. Di daerah penyelidikan pada formasi

ini tidak dijumpai batubara.

Formasi Muara Enim

Formasi Muara enim diendapkan secara

selaras diatas Formasi Air Benakat. Formasi Muara

Enim merupakan formasi pembawa batubara yang

berumur Miosen Atas – Pliosen Bawah. Shell, 1978

telah membagi formasi ini berdasarkan kelompok

kandungan lapisan batubara menjadi 4 (empat)

anggota yaitu M1, M2, M3 dan M4. Pada daerah

penyelidikan berdasarkan hasil pemboran dangkal,

tidak seluruh satuan anggota tersebut ditembus oleh

bor.

Formasi ini diendapkan sebagai kelanjutan

dari fasa regresi dengan satuan anggota terdiri atas :

Anggota M1

Terdiri dari perulangan batupasir, batulanau,

abtulempung dan batubara. Umumnya berwarna

hhhijau muda – abu-abu kecoklatan, struktur

lenticular umum dijumpai pada batulempung.

Batubara di anggota M1 daerah penyelidikan tidak

berkembang hanya dijumpai sebagai sisipan dengan

ketebalan 0,10 m – 0,20 m

Anggota M2

Terdiri dari batulempung, batulempung

karbonan, batulanau, batupasir dan batubara.

Batulempung karbonan berwarna abu-abu tua,

umumnya masif sebagian paralel laminasi dan “flaser

bedding”, banyak dajumpai jejak tumbuhan dan

fragmen batubara. Satuan ini biasanya dijumpai

sebagai batuan pengapit batubara, Batubara pada

Anggota M1 dijumpai 1 lapisan dengan ketebalan

berkisar antara 10,00m sampai 7,20m,

Page 5: Benakat Minyak

Anggota M3

Terdiri atas batupassir, batulanau,

batulempung dan batubara. Batupasir abu-abu

terang, berbutir sangat halus – halus terpilah baik,

dominan kuarsa, tersemen buruk. Batulanau abu-abu

terang kehijauan-kecoklatan, kompak paralel

laminasi, mengandung jejak tumbuhan.

Batulempung bertindak sebagai pengapit batubara.

Batubara pada Anggota ini ditemukan 2 lapisan

dengan ketebalan 7,00m dan5,00m.

Anggota M4

Anggota M4 tidak diketemukan di daerah

penyelidikan. Penyebaran Formasi Muara Enim

Meliputi 15% daerah penyelidikan.

Formasi Kasai

Diendapkan diatas Formasi Muara Enim

berumur Pliosen, tersusun dari batulempung tufaan

biru kehijauan dan biru, batupasir tufaan hijau,

batuapung. Di daerah penyelidikan tidak dijumpai

adanya batubara di formasi ini. Penyebaran Formasi

Kasai terletak disebelah barat daerah penyelidikan

Endapan Alivial

Endapan Aluvial yang terdiri atas kerakal,

kerikil, batupasir halus-kasar, lepas-lepas. Endapan

aluvial ini umumnya merupakan produk dari endapan

Sungai Semanggus.

Kenampakan struktur di daerah

penyelidikan merupakan hasil dari gaya tegasan

utama yaitu gaya kompresif berarah baratlaut –

timurlaut, yang menghasilkan pola struktur lipatan

regional antiklinorium dan sinklinorium yang

bersumbu baratlaut-tenggara. Di beberapa tempat

tempat akibat tegasan tersebut mengakibatkan

terjadinya pensesaran baik sesar geser maupun sesar

normal.

3 HASIL PENYELIDIKAN

3.1 Endapan Batubara

Untuk mendapatkan dimensi dan

pelamparan batubara di daerah penyelidikan, perlu

dilakukan pengelompokan lapisan batubara

berdasarkan hasil pemetaan geologi permukaan

berikut data bawah permukaan dari pemboran inti.

Dasar pengelompokan lapisan batubara

adalah sebagai berikut :

1. Dimensi ketebalan masing-masing lapisan

2. Variasi, asosiasi dan tingkat kerapatan hasil

temuan batubara, baik dari singkapan atau

pemboran dilihat pada posisi stratigrafi.

3. Kesinambungan secara lateral tiap-tiap lapisan.

4. Kualitas lapisan batubara.

5. Posisi stratigrafi dan kedudukan batubara dalam

pandangan geologi.

3.1.1 Singkapan batubara

Daerah yang diselidiki sebagian besar

merupakan hutan tanaman industri sehingga banyak

endapan lumpur dan kotoran hasil erosi yang

menutupi alur-alur sungai akibat pembukaan hutan

sebelum penanaman. Oleh sebab itu agak sukar

untuk mencari singkapan batubara karena tertutup

lumpur dan kotoran. Sebagian dari singkapan yang

didapatkan terendam oleh air sungai, sehingga

ketebalan batubara dan batuan pengapitnya tidak

dapat di deskripsi dengan baik.

Dari lintasan pemetaan batuan khususnya

batubara dijumpai sebanyak 35 lokasi singkapan,

terutama banyak dijumpai pada anggota M2 dan M3

Formasi Muara Enim. Pada Anggota M1 sangat

sedikit dijumpai adanya singkapan batubara.

Hasil dari pemetaan geologi disarikan pada

Tabel.2.

3.1.2 Hasil Pemboran inti

Sejalan dengan pemetaan geologi, pada

daerah indikasi lapisan batubara yang telah dipetakan

Page 6: Benakat Minyak

dilakukan pemboran inti dengan tujuan untuk

mengetahui stratigrafi, tebal, serta berapa lapisan

batubara yang ada sehingga hubungan antar lubang

bor dapat dikorelasi untuk mengetahui geometri

daerah penyelidikan

Di daerah penyelidikan telah dilaksanakan

pemboran batubara sebanyak 15 titik pemboran

dengan kedalaman maksimal 75 m, total kedalaman

seluruhnya 759m. Penempatan lokasi lubang bor

ditentukan berdasarkan keadaan geologi dan kondisi

daerah setempat.

3.1.3 Korelasi Batubara

Dari data singkapan dan deskripsi inti bor,

pada masing-masing lubang bor, berdasarkan

kesamaan strata, kedudukan lapisan batubara dalam

pandangan geologi serta kualitas batubara, Korelasi

batubara pada daerah penyelidikan.

Berdasarkan korelasi batubara. Di daerah

penyelidikan dadat dikorelasikan ada tiga lapisan

batubara masing-masing satu lapisan pada anggota

M2 serta dua lapisan pada anggota M3. Diantara

lapisan lapisan utama tersebut terdapat beberapa

lapisan gantung yang merupakan sisipan.

Pembahasan masing lapisan batubara dari

masing-masing anggota Formasi Muara Enim adalah

sebagai berikut :

Lapisan 1 (Manggus)

Lapisan ini dicirikan oleh adanya sisipan

batubara yang mengandung sedikit lapisan tufa

“tonstein”. Lapisan ini ditemukan melampar secara

lateral mulai dari singkapan di Sungai Pangkul, hulu

Sungai Baung (GS 24), Bor ME-14, daerah sungai

Kasai kecil ((GS9, GS3), Simpang Solar (GS10,

GS11) sampai di daerah Suban Ulu pada bor ME-03.

Lapisan Manggus ini umumnya diapit oleh

batulempung-karbonan pada bagian atasnya dan

batulempung kelabu tua yang berselingan dengan

batupasir halus pada bagian bawahnya. Ketebalan

dari Lapisan Manggus ini sekitar 10,00m pada bagian

selatan (ME 14, ME4R1). Pada bagian utara ME-03,

lapisan ini menipis secara mendadak dengan

ketebalan hanya sekitar 1 m. Pada bagian ini pengapit

atas dari Lapisan Manggus adalah batupasir. Di

sebelah utara daerah Suban Ulu Lapisan Manggus

tidak diketemukan, baru dijumpai lagi di daerah

Sungai Menang di bagian utara daerah penyelidikan.

Lapisan 2(Burung)

Lapisan ini secara stratigrafi berada diatas

Lapisan Manggus pada anggota M3, dicirikan oleh

batubara yang berwarna coklat-kehitaman masif,

dengan pengapit atas batupasir halus sampai

batulempung, pengapit bawah batulempung

karbonan. Pelamparam secara lateral ditemukan

mulai daerah Kasai (GS1, GS9) ME-08 (Tebing

Maut), Simpang Solar (GS5), Sungai Bujang (SB1),

Suban Ulu ME-01, Sungai Lambanbatu (SB2,

SB3,SB08), ME05 Sungai Deras. Lapisan ini

mempunyai ketebalan berkisar sekitar 5,00m. Di

selatan daerah Kasai Lapisan Burung tidak

ditemukan baik dari singkapan maupun dari data

pemboran, juga disebelah utara sungai deras lapisan

ini tidak tersingkap. Lapisan Burung ditemukan

indikasinya berupa singkapan yang kurang jelas di

daerah Sungai Bemban. Di daerah Kasai sekitar

Lokasi Bor ME08 lapisan ini menunjukan

kecenderungan bercabang (“Spliting”)

Lapisan 3(Benuang)

Lapisan Benuang Mempunyai penciri yang

hampir sama dengan Lapisan Burung hanya secara

stratigrafi lapisan ini terletak diatas Lapisan Burung

masih pada Anggota M3 Formasi Muara Enim,

Lapisan Ini ditemukan melampar kerarah selatan

mulai daeri daerah Kasai(GS18), Tebing Maut

(ME07), ME 11, ME13, GS0, GS22 danGS 26.

Kearah selatan dari GS26 (Rimba Suban Sundo)

lapisan ini tidak ditemukan, ketebalan lapisan ini

berkisar antara 2m – 4m. sama dengan Lapisan

Page 7: Benakat Minyak

Burung yang berada diatasnya lapisan ini juga

menunjukan adanya Spliting di daerah Kasai.

3.2 Sumberdaya batubara

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan

dan sesuai dengan hasil korelasi seperti telah

diauraikan diatas, endapan Batubara di daerah

penyelidikan yang dapat dihitung jumlah

sumberdayanya terdapat 3 lapisan. Perhitungan

sumberdaya batubara ditentukan atas dasar :

1) Penyebaran Batubara kearah jurus ditentukan

berdasarkan pada singkapan yang dapat

dikorelasikan dan dibatasi sejauh 1000 m dari

singkapan terakhir.

2) Penyebaran Batubara kearah kemiringan

lebarnya dibatasi sampai kedalaman 50 m

dihitung tegak lurus dari permukaan singkapan

sehingga lebar kearah kemiringan dapat dihitung

dengan menggunakan rumus : L = 50 sin α,

dimana α adalah sudut kemiringan lapisan

batubara.

3) Tebal lapisan batubara yang dihitung pada

masing-masing lapisan merupakan tebal rata-rata

dari seluruh batubara yang termasuk kedalam

lapisan tersebut, dengan ketentuan ketebalan

kurang dari 1,00 m tidak diperhitungkan.

Berdasarkan kriteria tersebut sumberdaya

batubara dihitung berdasarkan rumus :

Sumberdaya = [ Panjang (m) x Lebar (m) x Tebal rata-rata (m) x Berat Jenis (ton) ]

*) dimana BJ adalah berat jenis rata-rata

Dari hasil perhitungan didapat total sumberdaya batubara 25.083.690 ton.

4 KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penyelidikan di lapangan,

maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

1. Formasi pembawa Batubara di daerah

penyelidikan adalah Formasi Muara Enim.

2. Berdasarkan analisa Batubara di daerah

penyelidikan baik di lapangan maupun hasil

rekonstruksi, ditemukan ada 3 lapisan

Batubara

3. Jumlah Sumberdaya batubara yang terdapat di

daerah penyelidikan adalah 25.083.690 Ton

Untuk penyelidikan selanjutnya sebaiknya

dipusatkan pada daerah antara Suban Ulu sampai

dengan Ribo Sekampung dimana pada derah

tersebut sebaran batubara cukup banyak

DAFTAR PUSTAKA

De. Coster G. L.,1974, The Geologi of Central Sumaatera nad South Sumatera Basins, Proceeding

Indonesian petroleun Assoc, 4th Annual Convention.

Gafoer.S, Burhan. G, Dan Purnomo.J, 1986, Laporan Geologi Lembar Palembang, Sumatera., Skala 1 :

250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Koesoemadinata, R.P., dan Harjono.,1977, Kerangka Sedimenter Endapan Batubara Tersier Indonesia, PIT

IAGI ke VI.

Shell Mijnbouw, 1978, Geological Map The South Sumatera Coal Province Scale 1 : 250.000.

Syufra Ilyas, 2000, Laporan Pengkajian Batubara Bersistem Dalam Cekungan Sumatera Selatan di Daerah

Talang Ubi Kabupaten Muara Enim Propinsi Sumatera Selatan, DIT SDM, Tidak Diterbitkan.

Page 8: Benakat Minyak

Gambar 1. Lokasi Daerah Penyelidikan

Page 9: Benakat Minyak
Page 10: Benakat Minyak
Page 11: Benakat Minyak
Page 12: Benakat Minyak