Bedah sesar

3
Bedah sesar ( bahasa Inggris : caesarean section atau caesarean section dalam Inggris-Amerika), disebut juga dengan seksio sesarea (disingkat dengan sc ) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu ( laparatomi ) dan rahim ( histerotomi ) untuk menge luarkan bayi . Bedah caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan karena berisiko kepada komplikasi medis lainnya. (Wikipedia) Sectio caesaria atau lebih dikenal dengan operasi caesar berasal dari kata latin “Caesaria” yaitu “caeso matris utera” yang berarti memotong uterus induk (Johnston, 1968). Sectio-caesaria merupakan tindakan terakhir yang harus diambil oleh seorang dokter hewan untuk menghentikan masa kebuntingan, baik yang disebabkan oleh distokia maupun oleh penyebab yang lain. Dan pada kasus-kasus tertentu operasi caesar merupakan tindakan pertama untuk menyelamatkan induk atau anak ataupun kedua-duanya. Akan tetapi operasi caesar umumnya dilakukan terhadap hewan yang mengalami distokia. Indikasi untuk melakukan operasi caesar bermacam-macam, begitu pula dengan teknik yang akan dilakukan. Sebelum operasi caesar dilakukan yang terlebih dahulu diperhatikan adalah pemilihan obat anastesi. Pada operasi caesar dapat digunakan anastesi umum dan anastesi lokal. Ada beberapa hal lain yang berkaitan dengan komplikasi yang akan terjadi pada induk pasca operasi. Komplikasi-komplikasi yang mungkin akan terjadi terhadap induk pasca operasi caesar antara lain: gangguan pada luka operasi, peritonitis, emfisema sub kutaneus, retensi membran fetus, metritis, mastitis, infertilitas, bahkan adanya kemungkinan kematian mendadak pada induk (Jackson, 2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan selama operasi berlangsung atau pasca operasi selain dipengaruhi oleh komplikasi induk juga dipengaruhi oleh tindakan-tindakan dokter hewan selama pelaksanaan operasi caesar dan perawatan pasca operasi. Pemeriksaan terhadap kondisi kesehatan dan fisik induk sebelum dan sesudah operasi caesar akan dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi-komplikasi induk pasca operasi. Daftar Pustaka Benson, G.J., Thurman., W.J. Tranguilli., and C.W. Smit. (1985).

description

bedah sesar pada kucing

Transcript of Bedah sesar

Page 1: Bedah sesar

Bedah sesar (bahasa Inggris: caesarean section atau caesarean section dalam Inggris-Amerika), disebut juga dengan seksio sesarea (disingkat dengan sc) adalah proses persalinandengan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan karena berisiko kepada komplikasi medis lainnya. 

(Wikipedia)

Sectio caesaria atau lebih dikenal dengan operasi caesar berasal dari kata latin  “Caesaria” yaitu “caeso matris utera” yang berarti memotong uterus induk (Johnston, 1968). Sectio-caesaria merupakan tindakan terakhir yang harus diambil oleh seorang dokter hewan untuk menghentikan masa kebuntingan, baik yang disebabkan oleh distokia maupun oleh penyebab yang lain. Dan pada kasus-kasus tertentu operasi caesar merupakan tindakan pertama untuk menyelamatkan induk atau anak ataupun kedua-duanya. Akan tetapi operasi caesar umumnya dilakukan terhadap hewan yang mengalami distokia. Indikasi untuk melakukan operasi caesar bermacam-macam, begitu pula dengan teknik yang akan dilakukan.Sebelum operasi caesar dilakukan yang terlebih dahulu diperhatikan adalah pemilihan obat anastesi. Pada operasi caesar dapat digunakan anastesi umum dan anastesi lokal. Ada beberapa hal lain yang berkaitan dengan komplikasi yang akan terjadi pada induk pasca operasi. Komplikasi-komplikasi yang mungkin akan terjadi terhadap induk pasca operasi caesar antara lain: gangguan pada luka operasi, peritonitis, emfisema sub kutaneus, retensi membran fetus, metritis, mastitis, infertilitas, bahkan adanya kemungkinan kematian mendadak pada induk (Jackson, 2004).Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan selama operasi berlangsung atau pasca operasi selain dipengaruhi oleh komplikasi induk juga dipengaruhi oleh tindakan-tindakan dokter hewan selama pelaksanaan operasi caesar dan perawatan pasca operasi. Pemeriksaan terhadap kondisi kesehatan dan fisik induk sebelum dan sesudah operasi caesar akan dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi-komplikasi induk pasca operasi. 

Daftar Pustaka

Benson, G.J., Thurman., W.J. Tranguilli., and C.W. Smit. (1985). Cardiopulmonary Effects of an Intravenous Infusion of Quaifenesin, Ketamine, and Xylazin in Dogs. Am. J. Vet. Res. Vol 49 (9). (1986-1998).Boulton, T.B and Blogg, C.E. (1994). Anestesiologi. Edisi 10. Diterjemahkan oleh Oswari, J. EGC, Jakarta.

Brander, G.C., D.M Pugh and R.J. Bywater. (1991). Veterinary Applied Pharmacology and Therapeutics. 5th ed. Bailliere Tindal Limited, London.Caulkett, N., CP. H. Cribb and T. Duke. (1993). Xylazine Epidural Analgesia for Caesarean Section in Cattle. Can Vet Journal Vol. 34. Departement of Veterinary Anestesiology, Radiology and Surgery, Western University.

Ganiswarna, S.G. (1995). Farmakologi dan Terapi. Edisi 4.Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.Hall, L.W. and K.W. Clark (1983). Veterinary Anaesthesia. 8th Ed. Bailliere Tindal, London.Holenwoger. J.A.D. (1979). The anti-emetic effect of combellon after combined administration

Page 2: Bedah sesar

with Rompun in the dogs. Vet. Med. Rev. 1 (79): 10-13.Jackson. P,GG., (2004), Hand Book Obstetri Veteriner Edisi II, terjemahan oleh Aris Junaidi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Johnston, D. R, 1963. History of Human Infertility, Fert and Steril, W.B Saunders Company.Jones, L.M., N.H. Booth, and L.E. McDonald (1977). Veterinary Pharmacology and Therapeutics. Oxpord and IBH Pub. Co, New Delhi.Katzung, B.G. (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8. Bagian Farmakologi Kedokteran Universitas Airlangga, Jakarta.Keller, G.L. and D.H. Bauman.(1978).Ketamine and Xylazine Anaesthesia in Goat. V/M. Sac. 73: 443-444.Ko, J.C., B.L. Williams., E.R. Rogers., L.S. Pablo., W.C. McCaine dan C.J McGrath.(1995). Increasing xylazine dose-enhanced anesthetic properties of telazol-xylazine combination in Swine. Lab Animal Sci, USA. 45(3):4-290.

Lumb, W.V and Jones, E.W. (1984). Veterinary Anesthesia. Second Edition. Washinton Square, Philadeiphia.Mutchler, E. (1991). Dinamika Obat. Diterjemahkan oleh Mathhilda, Widodo dan A.S. Ranti. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Raharjo, E., P. Raharjo dan Sulistyono, H. (2008). Ansestesi Untuk Pembedahan Darurat. Bagian Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya.

Scott, P.R and M.E. Gessert. (1997). Evaluation of Extradural Xylazine Injection for Caesarian Operation in Ovine Dystocia Cases. The Veteriner Journal. Departement of Veterinary Clinical Studies, Scotland. 154; 63-67.

Sektiari, B. dan M.Y. Wiwik (2001). Pengaruh Premedikasi Acepromazin Terhadap Tekanan Intraokuler pada Anjing yang di Anestesi dengan Ketamin HCL: Media Kedokteran Hewan. 17(3):120-122.Wirdiajmodjo, K. (2000). Anestesiologi dan Reminasi, Modul Dasar untuk Pendidikan S.1. Kedokteran. Dirjen Dikti, Jakarta.Yusuf, I. (1987). Penilaian Pengaruh Xylazin dan Kombinasi Atropin-Xylazin terhadap Denyut Jantung, Kecepatan Pernapasan dan Suhu pada Kucing. Skripsi. Fakultas Kedoktreran Hewan Unsyiah, Banda Aceh.

Arthur, G.H. 2001. Veterinary Reproduction and Obstetrics 8th Edition. Diedit oleh David E. Noakes. WB Saunders : Philadelphia, United State of America

Fossum . 1997. Small animal surgery. Mosby year-book,inc. USAJackson., P. G. 2004. Handbook Obstetric Veteriner, 2nd edition. Saunders. Elsevier.