Bea Cukai Pajak

25
MAKALAH BEA MASUK DAN CUKAI “Pengadilan Pajak, Strategi Keberatan dan Banding Serta Proses Akhir dari Banding” Dosen : H. Mukhlisy Ilyas, Se.,Ak.,Bkp.,CPA.,CPMA Oleh: Hany Tri Inayati Triana Agustira Novi Herlina Yulianti Mutia Hamzah Yuli Nur Intan Ayuna Jurusan Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Riau 2015

description

catatan

Transcript of Bea Cukai Pajak

MAKALAH BEA MASUK DAN CUKAIPengadilan Pajak, Strategi Keberatan dan Banding Serta Proses Akhir dari BandingDosen : H. Mukhlisy Ilyas, Se.,Ak.,Bkp.,CPA.,CPMA

Oleh:Hany Tri InayatiTriana AgustiraNoviHerlina YuliantiMutia HamzahYuliNur Intan Ayuna

Jurusan Akuntansi S1 Fakultas EkonomiUniversitas Riau2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul Pengadilan Pajak, Strategi Keberatan dan Banding Serta Proses Akhir dari Banding.Dalam penyelesaian makalah ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak H. Mukhlisy Ilyas, Se.,Ak.,Bkp.,CPA.,CPMA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan serta teman-teman yang turut membantu dalam menyelesaikan makalah ini..Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Bea Masuk Pajak dan Cukai yang diberikan dosen pembimbing. Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat serta menambah pengetahuan pembaca tentang Pengadilan Pajak, Strategi Keberatan dan Banding Serta Proses Akhir dari Banding. Penulis menyadari bahwa manusia tak luput dari segala kesalahan, begitupun dalam penulisan karya tulis ini yang jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis butuhkan agar kedepannya kami mampu lebih baik lagi. Sebelum dan sesudahnya penulis ucapkan terimakasih.

Pekanbaru, 23 April 2015

Penulis

A. Pengadilan PajakPengadilan pajakadalah badan peradilan yang melaksanakanKekuasaan kehakiman di Indonesiabagiwajib pajakatau penanggungpajakyang mencari keadilan terhadap sengketa pajak.Dimana yang dimaksud sengketa pajak adalah sengketa yang timbul dibidang perpajakan antara wajib pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukanBandingatauGugatankepada Pengadilan pajak. Itu termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan undang-undang penagihan dengan surat paksa.B. Mempersiapkan Keberatan1. PendahuluanDalam menghadapi sengketa pajak, wajib pajak memiliki hak untuk :a. Mengajukan Keberatan (Pasal 25 26 UU KUP)Jika Wajib Pajak berpendapat bahwa jumlah, rugi, jumlah pajak, dan pemotongan atau pemungutan tidak sebagaimana mestinya, maka Wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak.b. Mengajukan Permohonan Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan (Pasal 36 ayat 1a)Direktur Jenderal Pajak dapat mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannyac. Mengajukan permohonan pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar (pasal 36 ayat 1b)Direktur Jenderal Pajak dapat mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar.d. Mengajukan Gugatan ke Pengadilan PajakGugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap : Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain yang ditetapkan dalam pasal 25 ayat (1) dan pasal 26 KUP Keputusan Pembetulan dalam pasal 16 yang berkaitan dengan Surat Tagihan Pajak. Keputusan sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 yang berkaitan Surat Tagihan Pajak.**Gugatan hanya dapat diajukan ke Pengadilan Pajak.2. Pengajuan KeberatanKeberatan diajukan atas suatu :a. SKPKBb. SKPKBTc. SKPLBd. SKPNe. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan

3. Syarat pengajuan Keberatan :a. Diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak atas SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN, Pemotongan dan Pemungutan oleh Pihak ketigab. Surat Keberatan diajukan terhadap satu jenis ketetapan pajak. (Satu SKP satu surat keberatan)c. Diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesiad. Mengemukakan jumlah pajak terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut, atau jumlah rugi menurut perhitungan Wajib Pajak.e. Disertai dengan alasan-alasan yang jelas.f. Diajukan dalam jangka waktu 3 Bulan sejak tanggal surat ketetapan pajak, tanggal pemotongan atau pemungutan, kecuali terjadi keadaan diluar kekuasaan wajib pajak (Force Majeur)g. Pengajuan Keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan proses pelaksanaan penagihan

4. Hak Wajib Pajak dalam Keberatan:Agar Wajib Pajak dapat membuat alasan-alasan yang kuat dalam pengajuan keberatan, sebelum mengajukan keberatan wajib pajak berhak untuk :a. Meminta Dasar Pengenaan Pajakb. Meminta Dasar Perhitungan Rugic. Meminta Dasar Pemotongan dan Pemungutan.

5. Pengajuan Surat Keberatan :Surat keberatan dapat disampaikan dengan cara :a. secara Langsung ke KPP tempat WP terdaftarTanggal surat keberatan diterima adalah tanggal saat surat diterima di Tempat Pelayanan Terpadu KPP. Wajib pajak akan menerima bukti penerimaan Surat keberatan. Surat Keberatan diterima secara Phisik oleh petugas DJP-b. Disampaikan melalui kantor pos dan giro dengan pengiriman pos tercatat. Bukti pengiriman melalui pos (Resi) merupakan tanda bukti penerimaan surat keberatan. Pengertian pos tercatat adalah tertulis dalam bukti pengiriman surat hal-hal sebagai berikut : Tanggal kirim Nama dan alamat pengirim Nama dan alamat yang dituju Isi atau jenis surat yang dikirim

6. Surat Keberatan yang tidak memenuhi syarat :a. Tidak dianggap sebagai surat kberatan, sehingga tidak dipertimbangkanb. Kepada wajib pajak akan diberikan penolakan secara formal melalui surat biasa paling lambat 1 bulan sejak surat tersebut diterimac. Surat keberatan yang tidak memenuhi syarat formal keberatan, tetapi pengajuannya belum melampaui 3 bulan, wajib pajak masih diberi kesempatan untuk memperbaiki surat keberatannya dan dapat diajukan kembali dalam batas waktu 3 bulan setelah tgl SKPd. Surat keberatan yang diajukan setelah melewati 3 bulan tidak dapat diperbaiki lagi, kecuali dapat dibuktikan keterlambatan tersebut karena factor force majeur.e. Alternatif lain yang dapat ditempuh Wajib Pajak adalah mengajukan permohonan peninjauan kembali berdasarkan pasal 36 ayat (1) huruf b UU KUP.

7. Jangka waktu Penyelesaian Keberatana. Direktur Jenderal pajak dalam jangka waktu paling lama 12 bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan wajib pajakb. Jika jangka waktu 12 bulan terlewati, maka keberatan dianggap DITERIMA.

8. Keputusan KeberatanKeputusan keberatan yang diterbitkan DJP dapat berupa :a. Menerima seluruhnyab. Menerima Sebagianc. Menolakd. Menambah Besarnya pajak yang terutang

9. Masalah-masalah dalam keberatan yang terkait dengan wajib pajak :a. Wajib Pajak tidak siap dalam hal : data, informasi, catatan dan dokumen dalam pengajuan keberatanb. Wajib pajak tidak memenuhi persyaratan formal dan persyaratan material pengajuan keberatanc. Wajib pajak terlambat dalam menyampaikan permohonan keberatan (lewat dari 3 bulan)d. Wajib pajak memiliki interprestasi dan pemahaman yang lemah terhadap peraturan perpajakan.e. Pihak ketiga yang menjadi wakil wajib pajak tidak memenuhi syarat yang diatur dalam KMK 576/KMK.04/2001 dan KEP DJP No. 188/PJ./2001.f. Komunikasi Wajib pajak dan Fiscus tidak berjalan dengan baik.

10. Strategi Dalam Proses Keberatana. Pastikan permohonan keberatan memenuhi persyaratan formal keberatan Diajukan ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar Diajukan Tidak lewat dari 3 bulan Surat Keberatan dibuat dalam bahasa Indonesia Dibuat untuk masing-masing SKP. (Satu SKP satu Surat Keberatan). Menyebutkan Jumlah pajak yang terutang, jumlah rugi dan jumlah pemotongan atau pemungutan menurut wajib pajak Menyebutkan alasan pengajuan keberatan Surat ditandatangani oleh pihak yang berwenang menandatangani surat keberatan (Board of Director yang tercantum di akta). Jika ditandatangai pihak lain maka harus dilampiri dengan Surat Kuasa khusus.b. Pastikan permohonan keberatan memenuhi persyaratan material keberatan : Pastikan materi yang diajukan keberatan memiliki alasan yang kuat Alasan harus didukung dengan :- Bukti pendukung yang kuat (harus valid)- Dasar hokum yang kuat (sesuai dengan peraturan yang berlaku saat itu dan untuk masalah tsb) Sebelum membuat alasan keberatan, wajib pajak harus mengetahui:- Butir-butir yang akan dikoreksi oleh Fiscus- Alasan Fiscus melakukan koreksi- Dasar hukum yang digunakan fiscus untuk membuat koreksiSehingga alasan yang disampaikan dalam surat keberatan TEPAT.** Jika keberatan ditolak, upaya selanjutnya yang dapat dilakukan wajib pajak adalah mengajukan bandingContoh Kasus : Surat Keberatan yang memenuhi persyaratan formal :Dari pemeriksaan tahun 2003 fiscus menerbitkan SKPKB PPh Pasal 21. hal ini karena menurut fiscus terdapat obyek PPh pasal 21 yang belum dilaporkan WP. Padahal selisih tersebut hanyalah karena adanya perbedaan periode yang digunakan dalam SPT Badan -Laporan keuangan (menggunakan tahun buku) dengan tahun takwim yang harus digunakan untuk SPT 1721.Pekanbaru, 5 April 2005No. :Lampiran : -Hal : Permohonan Keberatan atas SKPKB PPh Pasal 21 No. xxxxxxxxxxxxxTgl 17 Pebruari 2005

Kepada Yth.Direktorat Jenderal PajakKantor Wilayah xxxxxxxxxxxxKantor Pelayanan Pajak xxxxxxAlamat lengkapxxxxxxxxxxxx

U.P : Sie Penerimaan dan Keberatan.

Dengan Hormat,Sehubungan dengan telah diterbitkannya SKPKB PPh Pasal 21 No. xxxxxxxxxxx tanggal 17 Pebruari 2005 Sebesar Rp. 132.811.256,- atas nama :

Nama Wajib Pajak : PT Tax InaNPWP : 00.000.000.0-000.000Alamat : PEKANBARU

yang kami terima tanggal 20 Pebruari 2005 dengan perincian sebagai berikut :Uraian : Jumlah dalam RupiahDasar Pengenaan Pajak 3.052.302.069PPh pasal 21 terutang 660.806.052Setoran Masa & Tahunan 553.700.200PPh 21 Kurang Bayar 107.105.852Sanksi Bunga pasal 13 (2) 25.705.404Jumlah Pajak yang masih harus dibayar 132.811.256

Bersama ini kami mengajukan Keberatan atas SKPKB PPh Pasal 21 No. xxxxxxxxxxxxx tersebut.

Adapun alasan kami mengajukan keberatan adalah :1. Menurut Pemeriksa terdapat obyek PPh 21 yang belum dilaporkan dalam SPT PPh 21 yaitu sebagai berikut :Jenis Obyek Jumlah dalam RupiahGaji 500.689.595Tunjangan Lembur, dll 76.272.000Premi Asuransi 83.559.000THR 760.000Total 661.280.595

2. Atas Biaya yang merupakan Obyek PPh 21 telah dipotong PPh 21 seluruhnya. Namun akibat perbedaan periode tahun buku yang dianut Wajib Pajak, sehingga terdapat perbedaan periode pembebanan biaya yang merupakan obyek PPh pasal 21 dalam Laporan Keuangan Vs SPT PPh Pasal 21. Rekonsiliasi Obyek PPh 21 berdasarkan SPT PPh Badan Vs SPT PPh 21 adalah sebagai berikut :Keterangan Jumlah dalam Rupiah1. Total Biaya Gaji dlm Lap Keuangan [Jul02 Jun03] 3.542.376.0492. Total Biaya Gaji dlm SPT 1721 th 2003 [Jan03 Des03] 2.794.002.0223. Selisih Lap Keu Vs SPT 1721 748.374.027

dikurangi Biaya Gaji Jan Jun02 (1.646.909.526)ditambah Biaya Gaji Jan Jun03 1.811.798.999Koreksi Fiskal (BIK) th 2001/2002 321.303.131Koreksi Fiskal (BIK) th 2002/2003 262.181.423Total 748.374.027**Menurut pendapat kami seharusnya atas SKP PPh pasal 21 tersebut adalah NIHIL.Demikian permohonan kami, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.Hormat Kami,PT TAX INA

TaufikDirektur

C. Mempersiapkan Banding1. Sengketa Pajak Dalam Proses BandingSengketa pajak dalam proses banding atau sering disebut sengketa banding adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib pajak dengan fiscus mengenai keputusan keberatan yang tidak disetujui oleh wajib pajak. Seperti halnya dengan keberatan, Wajib Pajak atau penanggung pajaklah yang harus mengajukan permohonan banding.

Sengketa banding bisa menyangkut masalah formal maupun material, namun kebanyakan Wajib Pajak menyangka sengketa banding hanya menyangkut sengketa material, sehingga seringkali tidak disadari bahwa sengketa mungkin sudah berawal saat fiscus mulai melaksanakan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang bersangkutan.

2. Sengketa FormalSengketa formal timbul apabila WP atau fiscus atau keduanya tidak mematuhi prosedur dan tata cara yang telah ditetapkan oleh UU perpajakan, khususnya UU KUP dan UU Pengadilan Pajak. Bagi fiscus, UU KUP telah menetapkan dan prosedur tata cara pemeriksaan pajak, penerbitan ketetapan pajak, sempai penerbitan keputusan keberatan. Apabila fiscus melanggar ketentuan tersebut, maka pelanggaran itulah yang menimbulkan sengketa formal dari pihak fiscus.

Contoh : fiskus menerbitkan SKP atau Surat Keputusan Keberatan setelah melampaui jangka waktu yang ditetapkan.

Dilain pihak, sengketa formal dari pihak WP bias terjadi apabila WP tidak melaksanakan prosedur dan tata cara yang ditetapkan dalam UU KUP maupun UU Pengadilan pajak. Contohnya WP tidak mengajukan keberatan atau banding dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.3. Sengketa MaterialSengketa material atau lazim disebut maateri sengketa terjadi apabila terdapat perbedaan jumlah pajak yang terutang atau terdapat perbedaan jumlah pajak yang lebih dibayar (dalam kasus restitusi) menurut perhitungan fiscus yang tercantum pada ketetapan pajak- dengan jumlah menurut perhitungan Wajib Pajak.

Perbedaan tersebut bisa timbul karena adanya perbedaan pendapat mengenai : Dasar hukum yang seharusnya digunakan ; Persepsi atas ketentuan peraturan pajak ; Perselisihan atas suatu transaksi tertentu ; atau hal-hal lainnya.

Kesemuanya itu dapat mengakibatkan jumlah pajak yang ditetapkan oleh fiscus menjadi berbeda dibandingkan dengan jumlah pajak menurut perhitunan Wajib Pajak. Dan perbedaan jumlah pajak menurut fiscus dengan WP itulah yang merupakan sengketa material.

Baik Sengketa formal maupun sengketa material sangat menentukan hasil akhir putusan banding. Dalam proses banding, hakim akan melakukan pemeriksaan formal terlebih dahulu sebelum mulai memeriksa materi sengketa.

Permohonan banding tidak akan diproses lebih lanjut oleh pengadilan pajak tanpa pemeriksaan materi sengketa- apabila banding WP tidak memenuhi ketentuan formal yang telah ditetapkan.

Sebaliknya apabila ketetapan pajak atau keputusan keberatan tidak memenuhi ketentuan formal, maka pengadilan pajak dapat menyatakan ketetapan pajak ataupun keputusan keberatan harus batal demi hokum. Dalam hal ini, permohonan banding WP dapat diterima selueuhnya atau diterima sebagian, tergantung hasil pemeriksaan keseluruhan oleh hakim pengadilan pajak.

4. Ketentuan Formal Pengajuan BandingKetentuan formal mengenai pelaksanaan banding diatur dalam ketentuan pasal 27 UU KUP Jo UU Pengadilan pajak, yang bisa diuraikan sbb :a. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak terhadap suatu keputusan keberatan yang ditetapkan oleh dirjen pajak.b. Putusan badan peradilan pajak bukan merupakan keputusan tata usaha Negara.c. Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajakd. Syarat formal pengajuan banding Diajukan ke pengadilan pajak Dibuat secara tertulis dalam bahasa Indonesia Diajukan oleh Wajib pajak, ahli warisnya, seornag pengurus atau kuasa hukumnya.e. Pemeriksaan formal dalam hal ini meliputi : Nama Wajib Pajak pemohon banding NPWP Pemohon Banding Alamat Pemohon Banding Nama, NPWP dan Alamat WP Pemohon banding akan dicocokkan dengan data yang tercantum pada kartu NPWP atau administrasi KPP. Jika terdapat perbedaan, WP Pemohon banding harus dapat menjelaskan alasan-alasannya. Nama penandatangan surat banding dan surat kuasa khusus. Apabila nama penandatangan surat banding berbeda dengan nama WP orang Pribadi yang mengajukan banding, atau dalam hal nama penandatangan surat banding.5. Pencabutan BandingWajib Pajak yang telah mengajukan permohonan Bading ke Pengadilan Pajak dapat mencabut permohonan tersebut dengan mengajukan surat pernyataan pencabutan banding kepada pengadilan pajak.

Permohonan Banding yang dicabut akan dihapus dari daftar sengketa melalui :a. Penetapan Ketua dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan sebelum sidang dilaksanakanb. Putusan Majelis/Hakim tunggal melalui pemeriksaan dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan dalam sidang atas persetujuan terbanding.**Permohonan Banding yang telah dicabut dan mendapat penetapan/putusan tidak dapat diajukan kembali

6. Kuasa HukumBerdasarkan ketentuan Pasal 34 ayat (2) UU Pengadilan Pajak, Wajib pajak dapat menunjuk kuasa hukum untuk mendampingi/mewakili wajib pajak dalam proses banding. Syarat-syarat untuk menjadi kuasa hukum :a. WNIb. Mempunyai pengetahuan yang luas dan keahlian tentang peraturan perundang-undangan perpajakan.c. Persyaratan lain yang ditentukan Menteri KeuanganMengacu pada peraturan tersebut, Wajib Pajak dapat menunjuk seorang kuasa yang bukan pegawainya dengan surat kuasa khusus dengan syarat-syarat sbb :a. Menyerahkan asli surat kuasa khusus yang bermaterai yang memuat : Nama dan alamat serta Nomor Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak pemberi kuasa Nama, alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak penerima kuasa. Bidang/cakupan hak/kewajiban perpajakan tertentu yang dikuasakan Wajib Pajak selaku pemberi kuasa kepada penerima kuasa yang bersangkutanb. Menguasai ketentuan-ketentuan dibidang perpajakan.Persyaratan ini terpenuhi apabila telah memperoleh pendidikan dibidang perpajakan yang dibuktikan dengan memiliki ; brevet yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak atau Ijazah formal pendidikan dibidang perpajakan yang diterbitkan oleh lembaga pendidikan negeri atau swasta dengan status disamakan dengan negeri**Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan atau tindak pidana lain dibidang keuangan Negara.

7. Tata Cara untuk mendapatkan Surat Keterangan Terdaftar sebagai Kuasa Hukum Pengadilan Pajak :a. Bagi Kuasa Hukum Pengacara : Syarat yang harus dipenuhi (kumulatif) : Warga Negara Indonesia, Pengacara (berlisensi), Sebagai Ahli Pajak, memiliki NPWP atau form 1721 A1 dari pemberi kerja Mendaftarkan diri ke sekretariat pengadilan pajak (mengisi formulir yang telah disediakan) dengan melampirkan salinan dokumen yang telah dilegalisir: KTP Surat Ijin Praktek Pengacara Brevet Pajak/ Ijasah NPWP atau form 1721 A1 dari Pemberi kerja. Pas Photo 2 x 3 2 lembarb. Bagi Kuasa Hukum yang bukan pengacara : Syarat yang harus dipenuhi : WNI, Sebagai Ahli Pajak, Memiliki NPWP atau Form 1721 A1 dari pemberi kerja. Mendaftarkan diri ke sekretariat pengadilan pajak (mengisi formulir yang telah disediakan) dengan melampirkan salinan dokumen yang telah dilegalisir KTP Brevet Pajak/ Ijasah PWP atau form 1721 A1 dari Pemberi kerja. Pas Photo 2 x 3 2 lembar

8. Proses Pelaksanaan BandingBatasan waktu pelaskanaan banding telah ditetapkan dalam ketentuan UU Pengadilan pajak. Berikut ini bagan proses pelaksanaan banding :Bagan 1. (sumber : Studi Kasus Banding Pengadilan Pajak hal. 12)

Bagan 1. Proses dan jangka waktu pelaksanaan banding ke Pengadilan Pajak.(Sumber : Buku Studi Kasus Banding Pengadilan Pajak hal. 12)

Bagan 2 : Proses Banding dengan acara Biasa.(Sumber : Syaiful Anwar, SH, Msc. Makalah Seminar)9. Persiapan PersidanganDalam hal pengajuan banding WP memenuhi ketentuan formal yang disyaratkan, maka pengadilan pajak akan memulai persiapan persidangan dengan meminta Surat Uraian Banding (SUB) atau Surat Tanggapan dari Fiskus (pihak Terbanding) dan mengirimklan salinannya ke WP Pemohon Banding, serta menunjuk Majelis atau Hakim Tunggal untuk menyelesaikan sengketa antara WP dengan fiskus:a. Surat Uraian Banding (SUB) atau Surat Tanggapanb. Surat Bantahanc. Penunjukan Majelis atau Hakim Tunggal

10. Persidangan BandingPersidangan banding dapat dilakukan melalui serangkaian proses pemeriksaan. Ada 2 jenis pemeriksaan dalam proses banding :a. Pemeriksaan Dengan Acara Biasa (PAB)Pemeriksaan dengan acara biasa (PAB) dilakukan dilakukan oleh Majelis yang terdiri dari 1 (satu) orang Hakim Ketua dan 2 (dua) orang Hakim Anggota, disertai Panitera, dan dihadiri oleh terbanding. Apabila perlu juga dihadiri oleh pemohon banding atau kuasa hukumnya.Pemeriksaan dengan acara biasa dilakukan apabila surat permohonan banding telah memenuhi ketentuan formal. b. Pemeriksaan Dengan Acara Cepat (PAC)Pemeriksaan dengan acara cepat (PAC) dilakukan oleh hakim tunggal atau majelis hakim dan dihadiri oleh terbanding. Apabila dipandang perlu juga dihadiri oleh pemohon banding atau kuasa hukumnya.

Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan terhadap : Sengketa pajak tertentu Gugatan yang tidak diputus dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak gugatan diterima Tidak dipenuhinya salah satu ketentuan pasal 84 (1) UU Pengadilan pajak. Atau atas putusan yang keliru (salah tulis atau salah hitung) Sengketa pajak tertentu, yang berdasarkan pertimbangan hukum bukan merupakan wewenang pengadilan pajak.

Contoh Surat banding yang memenuhi ketentuan formal.Tangerang , 20 April 2005

No :Lampiran : 11 SetHal : Permohonan Banding Atas Keputusan Keberatan atas SKPKB PPhPasal 21 No. xxxxxxxx tgl 10 Desember 2003 yang diterbitkan oleh KPP Mana.

Kepada Yth.Badan Peradilan PajakGedung D Departemen Keuangan Lt V-IXJalan Kalilio - Jakarta Pusat

Dengan hormat,

Bersama ini kami :Nama : PT Apa SajaNPWP : 00.000.000.0-000.000Alamat : Tangerang

bermaksud mengajukan permohonan banding atas Surat Keputusan Keberatan Nomor xxxxxxxxxxx tgl 10 Desember 2003 yang kami terima pada tanggal 2 Maret 2005 mengenai Keberatan atas SKPKB PPh Pasal 21 tahun 2001 Nomor xxxxxxxx tanggal 24 Pebruari 2003.Besarnya SKPKB PPh Pasal 21 tahun 2001 yang diterbitkan berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh KPP Mana adalah sebagai berikut :

Perhitungan tersebut diatas tetap dipertahankan dalam Surat Keputusan Keberatan.

Sedangkan PPh Pasal 21 tahun 2001 yang terutang menurut PT Apasaja adalah :Perbedaan perhitungan tersebut disebabkan adanya koreksi penambahan obyek PPh Pasal 21 yang tidak disetujui Wajib Pajak. Koreksi tersebut menurut Fiscus karena adanya pemberian kepada karyawan yang belum dilaporkan dalam ST Tahunan PPh Pasal 21. Wajib Pajak tidak menyetujui koreksi tersebut. Menurut wajib pajak semua Pembayaran kepada karyawan yang merupakan obyek PPh Pasal 21 telah dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Pasal 21.

Adapun alasan kami mengajukan banding adalah karena :1. Permohonan Keberatan yang kami ajukan atas SKPKB PPh Pasal 21 tahun 2001 No. xxxxxx ditolak oleh KPP mana setelah melewati jangka waktu 12 bulan.2. Berdasarkan ketentuan pasal 26 ayat (1) Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama dua belas bulan sejak tanggal surat keberatan diterima, harus memberi keputusan atas Surat Keberatan yang diajukan Wajib Pajak.3. Wajib Pajak telah mengajukan Keberatan atas SKPKB PPh Pasal 21 ke KPP Mana pada tanggal 10 Maret 2003 (Photocopi surat keberatan terlampir).4. Sampai dengan tanggal 10 Maret 2004 Wajib Pajak belum mendapatkan keputusan atas keberatan yang telah diajukan sebelumnya.5. Berdasarkan ketentuan pasal 26 ayat (5) apabila jangka waktu dua belas bulan telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, maka keberatan yang diajukan wajib pajak dianggap diterima.6. Pada tanggal 2 Maret 2005 Wajib Pajak menerima Surat Keputusan Keberatan No xxxxxxxx tertanggal 10 Desember 2003 yang memutuskan bahwa Direktur Jenderal Pajak MENOLAK Keberatan Wajib Pajak Dalam Surat Keputusan Keberatan tersebut tertulis bahwa, KPP menolak keberatan atas SKPKB PPh Badan, padahal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas SKPKB PPh Pasal 21.7. Berdasarkan Cap Pos yang tertera pada amplop KPP (sampul surat keberatan) yang diterima Wajib Pajak tertulis cap pos tanggal 27 Pebruari 2005

Sebelum mengajukan permohonan banding, kami juga telah melunasi SKPKB PPh Pasal 21 No. xxxxxxxxx tanggal xxxxxx (Photocopi SSP terlampir).

Untuk memenuhi persyaratan formal permohonan banding ini, bersama ini kami lampirkan dokumen-dokumen sebagai berikut :1. Salinan Surat Keputusan Keberatan No. xxxxx tanggal 10 Desember 2003.2. Salinan SKPKB PPh Pasal 21 No xxxxxx tanggal 24 Pebruari 2003.3. Salinan Surat Keberatan No xxxx tanggal 10 Maret 2003 dan tanda terima surat keberatan.4. Salinan SSP tanggal xxxxxx.5. Photocopi NPWP Wajib Pajak6. Salinan Akta Pendirian PT Apa Saja dan Perubahannya.7. Salinan Audit Report th 2001 (Laporan Keuangan) PT Apa Saja .8. Surat Kuasa Asli .

Demi kelancaran proses banding ini, kuasa hukum kami akan menghadiri persidangan untuk menyampaikan data-data dan dokumen pendukung lainnya, serta memberikan keterangan yang diperlukan selama proses banding berlangsung.

Demikian permohonan banding ini kami buat dengan harapan agar dapat dikabulkan. Atas Perhatian dan kerjasamanya kami mengucapkan terima kasih.

Hormat Kami,

Triyani BudiantoKuasa Hukum Wajib Pajak

D. Apa yang perlu diketahui tentang Banding di Pengadilan Pajaka. Keputusan adalah suatu penetapan tertulis dibidang perpajakan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang bedasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan dan dalam rangka pelaksanaan UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.b. Sengketa Pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara Wajib Pajak atau penanggung Pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan banding atau gugatan kepada Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.c. Banding adalah upaya hukum terhadap suatu keputusan pejabat yang berwenang sepanjang diatur dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan.d. Surat Uraian Banding adalah surat Terbanding kepada Pengadilan Pajak yang berisi jawaban atas alasan banding yang diajukan oleh pemohon banding.e. Surat Bantahan adalah surat dari pemohon banding kepada Pengadilan Pajak yang berisi bantahan atas surat uraian banding atau surat bantahan.f. Tanggal terima adalah tanggal stempel Pos pengiriman, tanggal faksimilie atau dalam hal diterima secara langsung .

E. Syarat Pengajuan Surat Bandinga. Harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima Keputusan yang dibanding, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.b. Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.c. Banding diajukan dengan disertai alas an-alasan yang jelas, dan dicantumkan tanggal tanggal terima surat keputusan yang dibanding.d. Pada Surat Banding dilampirkan Salinan Keputusan yang disbanding.e. Banding hanya dapat diajukan apabila besarnya jumlah pajak yang terutang dimaksud telah dibayar sebesar 50% lima puluh persen) dengan melampirkan Surat Setoran Pajak (SSP) atau Pemindah Bukuan (Pbk).

F. Pemprosesan Surat Bandinga. Banding diajukan dengan Surat Banding dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak.b. Ditujukan kepada Pengadilan Pajak dengan melampirkan Salinan keputusan yang dibanding Bukti pembayaran sebesar 50 % dari pajak yang terutang yang dibanding Data dan bukti-bukti pendukung (SKP, Surat Permohonan Keberatan, SPT, Laporan Keuangan dll.c. Pemohon Banding dapat melengkapi bandingnya untuk memenuhi ketentuan yang berlaku sepanjang masih dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diterima Keputusan yang dibanding.d. Paling lambat 14 (empat belas hari) sebelum persidangan dimulai, Pemohon Banding mendapat pemberitahuan sidang.

G. Siapa yang mengajukan Bandinga. Banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak, ahli warisnya, seorang pengurus atau kuasa hukumnya.b. Apabila selama proses Banding, pemohon Banding meninggal dunia, Banding dapat dilanjutkan oleh warisnya, kuasa hukum dari ahli warisnya, atau Pengampunya dalam hal pemohon Banding Pailit.c. Apabila selama proses Banding pemohon Banding melakukan penggabungan, peleburan, pemecahan / pemekaran usaha, atau likuidasi, permohonan dimaksud dapat dilanjutkan oleh pihak yang menerima pertanggungjawaban karena penggabungan, peleburan, pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi dimaksud. H. Hak-hak Pemohon Bandinga. Pemohon Banding dapat melengkapi Surat Bandingnya untuk memenuhi ketentuan yang berlaku sepanjang masih dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diterima keputusan yang dibanding.b. Pemohon Banding dapat memasukkan Surat Bantahan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh hari) sejak tanggal terima salinan Surat Uraian Banding.c. Dapat hadir dalam persidangan guna memberikan keterangan lisan atau bukti-bukti yang diperlukan sepanjang memberitahukan kepada Ketua Pengadilan Pajak secara tertulis.d. Dapat hadir dalam sidang Pembacaan Putusan.e. Dapat didampingi atau diwakili oleh Kuasa Hukum yang telah terdaftar/mendapat ijin Kuasa Hukum dari Ketua Pengadilan Pajak.f. Dapat meminta kepada Majelis kehadiran saksi.

I. Pencabutan Bandinga. Terhadap Banding dapat diajukan surat pernyataan pencabutan kepada Pengadilan Pajak.b. Banding yang dicabut tersebut, dihapus dari daftar sengketa melalui penetapan Ketua dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan sebelum sidang dilaksanakan dan putusan Majelis.Hakim Tunggal melalui pemeriksaan dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan dalam siding atas persetujuan terbanding.c. Banding yang telah dicabut melalui penetapan atau putusan tersebut, tidak dapat diajukan kembali.

J. Pengecualiana. Pengajuan Banding dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan tidak mengikat apabila dalam jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaan pemohon banding.b. Pemohon Banding tidak harus melampirkan bukti pembayaran 50 % pajak yang terutang, sepanjang Banding diajukan atas Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB). K. Hal-hal lain yang perlu diketahuia. Pengadilan Pajak meminta Surat Uraian Banding kepada Terbanding dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal diterima Surat Banding lengkap.b. Dalam hal pemohon banding melengkapi surat atau dokumen susulan, jangka waktu 14 hari dihitung sejak tanggal diterimanya surat atau dokumen susulan dimaksud.c. Terbanding menyerahkan Surat Uraian Banding kepada Pengadilan Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim Permintaan Surat Uraian Banding.d. Salinan Surat Uraian Banding oleh Pengadilan Pajak dikirimkan kepada Pemohon Banding dalam jangka waktu 14 hari sejak tanggal diterima.e. Pemohon Banding memberikan tanggapan/bantahan atas Surat Uraian Banding yang diterimanya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal dikirim permintaan Surat Bantahan.f. Meskipun Terbanding atau Pemohon Banding tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud angka 3 dan 5, Pengadilan Pajak tetap melanjutkan pemeriksaan banding. L. Dasar Hukuma. Pasal 1 Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.b. Pasal 35 Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.c. Pasal 36 Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.d. Pasal 37 Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.e. Pasal 38 Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.f. Pasal 39 Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.g. Pasal 44 Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.h. Pasal 45 Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.

DAFTAR PUSTAKA

http://triyani08.blogspot.com/2005/05/bagaimana-mempersiapkan-keberatan-dan.html?m=1http://id.m.wikipedia.org/wiki/Pengadilan_Pajakhttp://www.setpp.depkeu.go.id/Ind/Board/Seri-01.asp