bblr

20
A. Latar Belakang Bayi dengan badan lahir rendah akan meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian bayi. Berat badan lahir sangat menentukan prognosa dan komplikasi yang terjadi. Hal ini akan bertambah buruk jika berat badan tidak bertambah untuk waktu yang lama. Masalah yang mengancam pada BBLR dan BBLSR adalah resiko kehilangan panas dan ir yang relative lebih besar karena permukaan tubuh reltif luas, jaringan lemak subkutan lebih tipis, sehingga resiko kehilangan panas melalui kulit dan kekurangan cadangan energi lebih besar. Daya tahan tubuh relative rendah karena prematuritas dan malnutisinya, juga fungsi organ belum baik (terutama UK < 34 minggu), misalnya : system pernafasan, saluran cerna, hati , ginjal, metabolisme dan system kekebalan. Bayi BBLSR mempunyai insiden perumahsakitan kembali yang lebih tinggi selama tahun pertama kehidupan, jika dibanding dengan bayi yang lebih besar, sebagai akibat dari hernia inguinalis, infeksi, pengobatan sisa akibat prematuritas dan gangguan perawatan B. Fenomena Masalah kesehatan anak di tiap Negara berbeda, karena perbedaan lingkungan yang mempengaruhinya. Namun secara garis besar masalah tersebut dikelompokkan menjadi dua kategori. Masalah anak di Negara maju dan masalah anak di Negara berkembang. Pola penyakit di Negara maju antara lain : keganasan, kecelakaan, kelainan genetic dan gangguan psikologik. Sedangkan masalah anak di Negara berkembang yang saat ini terjadi adalah penyakit infeksi, infeksi parasit dan penyakit kurang gizi. Dimana pola penyakit di Negara berkembang juga pernah dialami oleh kelompok Negara maju 50- 100 tahun yang lalu. Indonesia dikategorikan dalam Negara berkembang, apalagi dengan adannya krisis ekonomi yang berdampak pada aspek kesehatan. Tingkat social ekonomi yang rendah sering dihubungkan dengan kelahiran bayi berat lahir rendah. Jadi baik tidaknya keadaan sosial ekonomi suatu tempat dapat dilihat dari tinggi rendahnya angka kematian bayi (AKB). Di Indonesia pada tahun 1980 AKB mencapai 46,0 % sedangkan di Singapura pada tahun yang sama AKB 13,5 %. C. Insidden Frekuensi kejadian bayi lahir kurang dari masa gestasi 37 minggu (menurut U.S. Collaborative Perinatal Study) adalah 7,1 % untuk kulit putih dan 17,9 % untuk kulit berwarna. Kira-kira

description

n

Transcript of bblr

Page 1: bblr

A. Latar BelakangBayi dengan badan lahir rendah akan meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian bayi. Berat badan lahir sangat menentukan prognosa dan komplikasi yang terjadi. Hal ini akan bertambah buruk jika berat badan tidak bertambah untuk waktu yang lama.Masalah yang mengancam pada BBLR dan BBLSR adalah resiko kehilangan panas dan ir yang relative lebih besar karena permukaan tubuh reltif luas, jaringan lemak subkutan lebih tipis, sehingga resiko kehilangan panas melalui kulit dan kekurangan cadangan energi lebih besar. Daya tahan tubuh relative rendah karena prematuritas dan malnutisinya, juga fungsi organ belum baik (terutama UK < 34 minggu), misalnya : system pernafasan, saluran cerna, hati , ginjal, metabolisme dan system kekebalan. Bayi BBLSR mempunyai insiden perumahsakitan kembali yang lebih tinggi selama tahun pertama kehidupan, jika dibanding dengan bayi yang lebih besar, sebagai akibat dari hernia inguinalis, infeksi, pengobatan sisa akibat prematuritas dan gangguan perawatanB. FenomenaMasalah kesehatan anak di tiap Negara berbeda, karena perbedaan lingkungan yang mempengaruhinya. Namun secara garis besar masalah tersebut dikelompokkan menjadi dua kategori. Masalah anak di Negara maju dan masalah anak di Negara berkembang. Pola penyakit di Negara maju antara lain : keganasan, kecelakaan, kelainan genetic dan gangguan psikologik. Sedangkan masalah anak di Negara berkembang yang saat ini terjadi adalah penyakit infeksi, infeksi parasit dan penyakit kurang gizi. Dimana pola penyakit di Negara berkembang juga pernah dialami oleh kelompok Negara maju 50-100 tahun yang lalu. Indonesia dikategorikan dalam Negara berkembang, apalagi dengan adannya krisis ekonomi yang berdampak pada aspek kesehatan. Tingkat social ekonomi yang rendah sering dihubungkan dengan kelahiran bayi berat lahir rendah. Jadi baik tidaknya keadaan sosial ekonomi suatu tempat dapat dilihat dari tinggi rendahnya angka kematian bayi (AKB). Di Indonesia pada tahun 1980 AKB mencapai 46,0 % sedangkan di Singapura pada tahun yang sama AKB 13,5 %.C. InsiddenFrekuensi kejadian bayi lahir kurang dari masa gestasi 37 minggu (menurut U.S. Collaborative Perinatal Study) adalah 7,1 % untuk kulit putih dan 17,9 % untuk kulit berwarna. Kira-kira 1/3 – ½ bayi berat lahir rendah mempunyai masa gestasi 37 minggu atau lebih. Kejadian bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram bervariasi antara 6 – 16 %.Di bangsal Neonatus RSCM (1986) penyebab kematian neonatus adalah : cacat bawaan, sindrom gawat nafas, infeksi, asfiksia, imaturitas (Markum, AH, 2002).Tabel : Penyebab kematian Neonatus di Bangsal Neonatus RSCM Jakarta Tahun 1986Penyebab                                                                                    Kematian Neonatus ( % )Cacat bawaan                      33.8Sindrom gawat nafas                                                                             20.1Infeksi                                                                                                          19.4Asfiksia                                                                                                        17.7Imaturitas (tidak spesifik)                                                                      6.3Penyebab lain                                                                                             3.2

Page 2: bblr

BAB II TINJAUAN TEORI

A.DefinisiBayi berat lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram ( berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir ).Ada dua macam BBLR yaitu :

1. Bayi yang kurang bulan ( KB / SMK ) : bayi yang dilahirkan dengan umur kurang dari 37 minggu.

2. Bayi kecil masa kehamilan ( KMK ) : bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir kurang dari persentie ke-10 kurva pertumbuhan janin.

Sedangkan Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram disebut bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR ).B.EtiologiFaktor Ibu :

1.

o Paritas o Infertilitas o Abortus spontan sebelumnya o Bahan teratogonik ( alcohol, radiasi, obat ) o Penyakit kronis o Keadaan penyebab Infusifiensi plasenta ( penyakit jantung, ginjal, paru,

hipertensi, dll )

Faktor Plasenta

Penyakit Vaskuler Kehamilan ganda Malformasi Tumor

Faktor Janin

Kelainan kromosom Malformasi Infeksi congenital ( missal : rubella ) Kehamilan ganda

C. Tanda KlinisGambaran klinis BBLR secara umum adalah :

Berat kurang dari 2500 gram Panjang kurang dari 45 cm Lingkar dada kurang dari 30 cm Lingkar kepala kurang dari 33 cm

Page 3: bblr

Umur kehamilan kurang dari 37 minggu Kepala lebih besar Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang Otot hipotonik lemah Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus Kepala tidak mampu tegak Pernapasan 40 – 50 kali / menit Nadi 100 – 140 kali / menit

D. Pemeriksaan Diaknosis

Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan Titer Torch sesuai indikasi Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi Pemantauan elektrolit Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )

E. Penatalaksanaan1. Penanganan bayiSemakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator2. Pelestarian suhu tubuhBayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram3. InkubatorBayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.4. Pemberin oksigenEkspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan5. Pencegahan infeksiBayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah

Page 4: bblr

infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.6.Pemberian makananPemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.Petunjuk untuk volume susu yang diperlukanUmur/hari Jmlh ml/kg BB1 50- 652 1003 1254 1505 1606 1757 20014 22521 17528 150

F. PrognosisPada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501- 2500 gram adalah 95 %, tetapi berat bayi kurang dari 1500 gram masih mempunyai angka kematian yang tinggi. Kematian diduga karena displasia bronkhopulmonal, enterokolitis nekrotikans, atau infeksi sekunder.BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan selama 2 tahun pertama akan mengalami pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup bulan dengan berat sesuai masa gestasi.Pada BBLR , makin imatur dan makin rendah berat lahir bayi, makin besar kemungkinan terjadi kecerdasan berkurang dan gangguan neurologik

G. Memulangkan BayiSebelum pulang bayi sudah harus mampu minum sendiri, baik dengan botol maupum putting susu ibu. Selain itu kenaikan berat badan berkisar antara 10 – 30 gram / hari dan suhu tubuh tetap normal diruang biasa. Biasanya bayi dipulangkan dengan berat badan lebih dari 2000 gram dan semua masalah berat sudah teratasi.

Daftar Pustaka1. Rustam Muchtar (1998). Sinopsis Obstetri, EGC. Jakarta.

2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (1985), Ilmu Kesehatan Anak, Jilid III, Jakarta, Balai Penerbit FKUI.3. Saifudin, Abdul Bari dkk (2002), Buku Panduan Praktis Pelayanan KesehatanMaternal dan Neonatal, Edisi 1, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,Jakarta.4. Wholey and Wong (1997), Essential of Pediatric Nursing, St. Louis Mosby.

Page 5: bblr

5.   Rosa M Sacharin ( 1996 ), Prinsip Keperawatan Pediatrik, Jakarta, EGC6. Sarwono P ( 1986 ), Ilmu Kebidanan, Edisi II, Cetakan 3, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka.

2.1 Definisi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram

tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1

(satu) jam setelah lahir (3).

2.2 Epidemiologi

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di

dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara

berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian

BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi

dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (4). BBLR termasuk

faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi

dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa

depan (1,2). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan

daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter

diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan

analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target

BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat

2010 yakni maksimal 7% (2,3).

2.3 Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain

adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,

kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya

BBLR (3).

(1) Faktor ibu

a. Penyakit

Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain

b. Komplikasi pada kehamilan.

Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-

eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.

c. Usia Ibu dan paritas

Page 6: bblr

Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu

dengan usia <>

d. Faktor kebiasaan ibu

Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan

ibu pengguna narkotika.

(2) Faktor Janin

Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.

(3) Faktor Lingkungan

Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-

ekonomi dan paparan zat-zat racun (4,7).

2.4 Komplikasi

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain (8):

Hipotermia

Hipoglikemia

Gangguan cairan dan elektrolit

Hiperbilirubinemia

Sindroma gawat nafas

Paten duktus arteriosus

Infeksi

Perdarahan intraventrikuler

Apnea of Prematurity

Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir

rendah (BBLR) antara lain (3,8):

Gangguan perkembangan

Gangguan pertumbuhan

Page 7: bblr

Gangguan penglihatan (Retinopati)

Gangguan pendengaran

Penyakit paru kronis

Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit

Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

2.5 Diagnosis

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka

waktu <> dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang (8).

2.5.1 Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari

etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR (3):

Umur ibu

Riwayat hari pertama haid terakir

Riwayat persalinan sebelumnya

Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

Kenaikan berat badan selama hamil

Aktivitas

Penyakit yang diderita selama hamil

Obat-obatan yang diminum selama hamil

2.5.2 Pemeriksaan Fisik

Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain (3):

Berat badan <>

Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

Page 8: bblr

Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa

kehamilan).

2.5.3 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain (3):

Pemeriksaan skor ballard

Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan

Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar

elektrolit dan analisa gas darah.

Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur

kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan

terjadi sindrom gawat nafas.

USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan <>

2.6 Penatalaksanaan/ terapi

2.6.1 Medikamentosa

Pemberian vitamin K1 (3):

Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau

Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-

10 hari, dan umur 4-6 minggu)

2.6.2 Diatetik

Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks

menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan

pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan

memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap

sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil

yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama (6):

Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan

cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap

paling kurang sehari sekali.

Page 9: bblr

Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari

selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan

keadaan bayi adalah sebagai berikut (3):

a. Berat lahir 1750 – 2500 gram

- Bayi Sehat

Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah

merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2

jam) bila perlu.

Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas

menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan

menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

- Bayi Sakit

Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan

minum seperti pada bayi sehat.

Apabila bayi memerlukan cairan intravena:

Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.

Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap

untuk menyusu.

Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas,

kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :

o Berikan cairan IV dan ASI menurut umur

o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah

mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan

ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan

bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau

tersedak.

b. Berat lahir 1500-1749 gram

- Bayi Sehat

Page 10: bblr

Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak

dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke

dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan

dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa

batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya

memakan waktu lebih dari 1 minggu)

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

ASI setiap kali minum.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,

coba untuk menyusui langsung.

- Bayi Sakit

Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan

IV secara perlahan.

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

ASI setiap kali minum.

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi

bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,

coba untuk menyusui langsung.

c. Berat lahir 1250-1499 gram

- Bayi Sehat

Beri ASI peras melalui pipa lambung

Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

ASI setiap kali minum

Page 11: bblr

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,

coba untuk menyusui langsung.

- Bayi Sakit

Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.

Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan

intravena secara perlahan.

Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan

minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap

kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,

coba untuk menyusui langsung.

d. Berat lahir <>tidak tergantung kondisi)

Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama

Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian

cairan intravena secara perlahan.

Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

ASI setiap kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,

coba untuk menyusui langsung.

2.6.3 Suportif

Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3):

Page 12: bblr

Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,

seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau

ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.

Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

Ukur suhu tubuh dengan berkala

Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :

Jaga dan pantau patensi jalan nafas

Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,

gangguan nafas, hiperbilirubinemia)

Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya

Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu

berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

2.7 Pemantauan (Monitoring)

2.7.1 Pemantauan saat dirawat

a. Terapi

Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan

Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu

b. Tumbuh kembang

Pantau berat badan bayi secara periodik

Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk

bayi dengan berat lair ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500>

Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat

lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :

- Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari

Page 13: bblr

- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumlah

pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari

- Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI

hingga 200 ml/kg/hari

- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.

2.7.2 Pemantauan setelah pulang

Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan

mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang

sebagai berikut (3,4):

Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.

Hitung umur koreksi

Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.

Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)

Awasi adanya kelainan bawaan

2.8 Pencegahan

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah

yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan (3):

1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun

kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,

terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,

dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu

2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,

tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar

mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik

3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi

sehat (20-34 tahun)

4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan

pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses

terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: bblr

1. United Nations Children’s Fund/World Health Organization. Low Birthweight.

UNICEF, New York, 2004. Avaliable from :

http://www.childinfo.org/areas/birthweight.htm. Last Update : Nov 2007 [diakses

tanggal 2 Desember 2007].

2. Setyowati T. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan

Rendah (Analisa data SDKI 1994). Badan Litbang Kesehatan, 1996. Avaliable from :

http://www.digilib.litbang.depkes.go.id. Last Update : 2003 [diakses tanggal 2

Desember 2007].

3. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar

Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 307-313.

4. World Health Organization (WHO). Development of a strategy towards promoting

optimal fetal growth. Avaliable from :

http://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/en.html. Last update : January

2007 [diakses pada tanggal 10 Desember 2007].

5. Mutalazimah. Hunbungan Lingkar Lengan Atas dan Kadar Hb Ibu Hamil dengan

Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Dalam : Jurnal Penelitian

Sains & Teknologi. Vol. 6. 2005; 114-126.

6. Suradi R. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Melihat situasi dan kondisi bayi. Avaliable

from : http://www.IDAI.or.id. Last Update : 2006. [diakses pada tanggal 10 Desember

2007].

7. Sitohang NA. Asuhan keperawatan pada bayi berat lahir rendah. Medan :

Universitas Sumatera Utara. 2004.