BBLR NICU

49
LANDASAN TEORI A. ASFIKSIA 1. Pengertian Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 2. Etiologi dan faktor rediosposisi Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat ganguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan. Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, jantung dll. Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan yang bersifat mendadak yaitu faktor janin berupa gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat, depresi pernapasan karena obat-obatan anestesia/ analgetika yang diberikan ke ibu, perdarahan intrakranial, kelainan bawaan seperti hernia diafragmatika, atresia saluran pernapasan, hipoplasia paru-paru dll. Sedangkan faktor dari pihak 1

Transcript of BBLR NICU

Page 1: BBLR NICU

LANDASAN TEORI

A. ASFIKSIA

1. Pengertian

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami

kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.

2. Etiologi dan faktor rediosposisi

Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan

pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat ganguan dalam

persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung

secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau

secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan.

Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit

menahun seperti anemia, hipertensi, jantung dll. Faktor-faktor yang timbul dalam

persalinan yang bersifat mendadak yaitu faktor janin berupa gangguan aliran

darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat, depresi pernapasan karena obat-

obatan anestesia/ analgetika yang diberikan ke ibu, perdarahan intrakranial,

kelainan bawaan seperti hernia diafragmatika, atresia saluran pernapasan,

hipoplasia paru-paru dll. Sedangkan faktor dari pihak ibu adalah gangguan his

misalnya hipertonia dan tetani, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan,

hipertensi pada eklamsia, ganguan mendadak pada plasenta seperti solusio

plasenta.

Towel (1996) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernapasan paa

bayi terdiri dari :

1. Faktor ibu

a.    Hipoksia ibu

Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik

atau anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia

janin dengan segala akibatnya.

b.    Gangguan aliran darah uterus

Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan

1

Page 2: BBLR NICU

berkutangnya aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi

ini sering ditemukan pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi

mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada penyakit

eklamsi dsb.

2.     Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi

plasenta, asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak

pada plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta dsb.

3.     Faktor fetus

Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah

dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara

ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan

talipusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir

dan janin, dll.

4.     Faktor neonatus

Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena

beberapa hal yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu,

trauma yang terjadi saat persalinan misalnya perdarahan intra kranial,

kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia atau

stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru, dsb.

3.     Tanda dan gejala

1.    Hipoksia

2.    RR> 60 x/mnt atau < 30 x/mnt

3.     Napas megap-megap/gasping sampai dapat terjadi henti napas

4.     Bradikardia

5.     tonus otot berkurang

6.     Warna kulit sianotik/pucat

 

 

4. Patofisiologi

Pernapasan spontan bayi baru lahir tergantung pada keadaan janin pada masa

hamil dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia

2

Page 3: BBLR NICU

ringan yang bersifat sementara. Proses ini sangat perlu untuk merangsang

hemoreseptor pusat pernapasan untuk terjadinya usaha pernapasan yang pertama

yang kemudian akan berlanjut menjadi pernapasan yang teratur. Pada penderita

asfiksia berat usaha napas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya dalam periode

apneu. Pada tingkat ini disamping penurunan frekuensi denyut jantung

(bradikardi) ditemukan pula penurunan tekanan darah dan bayi nampak lemas 

(flasid). Pada asfiksia berat bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak

menunjukan upaya bernapas secara spontan. Pada tingkat pertama gangguan

pertukaran gas/transport  O2 (menurunnya tekanan O2 darah) mungkin hanya

menimbulkan asidosis respiratorik, tetapi bila gangguan berlanjut maka akan

terjadi metabolisme anaerob dalam tubuh bayi sehingga terjadi asidosis

metabolik, selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler.Asidosis dan

gangguan kardiovaskuler dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel-sel otak,

dimana kerusakan sel-sel otak ini dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa

(squele).

5. Klasifikasi

Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sbb:

1.    “Vigorous Baby†�Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan

istimewa.

2.     asphyksia sedang

Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung

lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek

iritabilitas tidak ada.

3.     Asphyksia berat

Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung

kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-

kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asphyksia dengan henti

jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit

sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum,

pemeriksaan fisik sama pada asphyksia berat 

6. Pemeriksaan Diagnostik

3

Page 4: BBLR NICU

1.     Analisa Gas darah

2.     Elektrolit  darah

3.     Gula darah

4.     Baby gram (RO dada)

5.    USG (kepala)

7. Manajemen terapi

Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir

yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi

gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti

tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :

1.  Memastika saluran nafas terbuka :

Meletakan bayi dalam posisi yang benar

Menghisap mulut kemudian hidung k/p trakhea

Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka

2.  Memulai pernapasan :

Lakukan rangsangan taktil

Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif

3.  Mempertahankan sirkulasi darah :

Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau

bila perlu menggunakan obat-obatan

Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :

1.     Tindakan umum

a.    Pengawasan suhu

b.   Pembersihan jalan nafas

c.      Rangsang untuk menimbulkan pernafasan

2.     Tindakan khusus

a.     Asphyksia berat

Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama

memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan

dan intermiten, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu

diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asphiksia berat hampir

selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4

4

Page 5: BBLR NICU

mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis

2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntuikan kedalam intra vena

perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat

jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha

pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif

diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan

perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase

jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit.

Tindakan ini  diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3

yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi

dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai

kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan

asam dan basa yang belum dikoreksi atau gangguan organik

seperti hernia diafragmatika atau stenosis jalan nafas.

b.     Asphyksia sedang

Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam

waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif

harus segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2

intranasaldengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi

dorsofleksi kepala. Kemudioan dilakukan gerakan membuka dan

menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan

kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan

gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan

gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan

tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2

menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak

langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua

cara yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi ke

kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya

mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan

frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas

spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil

jika setelah dilakukan berberapa saat terjasi penurunan frekuensi

5

Page 6: BBLR NICU

jantung atau perburukan tonus otot, intubasi endotrakheal harus

segera dilakukan, bikarbonas natrikus dan glukosa dapat segera

diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan

pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan dengan

adekuat.

8. Diagnosis yang sering muncul

1.     Bersihan nafas tidak efektif

2.     Pola nafas bayi tidak efektif  b.d kelemahan otot pernapasan

3.     Risiko infeksi b.d prosedur infasif

4.     Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  b.d kelemahan

5.     PK : Asidosis

6.     Hipotermia b.d pajanan lingkungan yang dingin, bayi baru lahir

B. BAYI BERAT LAHIR RENDAH

1. Pengertian

Bayi berat lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada

saat kelahiran kurang dari 2.500 gram (sampai 2.499 gram)

Faktor Resiko BBLR

Faktor yang berperan terhadap lahirnya BBLR antara lain :

1. Faktor keturunan (genetika)

2. Infeksi yang terjadi saat kehamilan

3. Penyakit kronis pada ibu

4. Status gizi ibu yang kurang

5. Pekerjaan ibu yang berat

6. Kecelakaan

7. Mempunyai riwayat pernah melahirkan BBLR

8. Bayi kembar

9. Ibu perokok aktif maupun pasif

10. Janin dengan cacat bawaan

6

Page 7: BBLR NICU

Indikasi

1. Berdasarkan berat, yaitu bayi dengan berat lahir kurang dari 2500

gram disebut bayi berat lahir rendah, tanpa memperhatikan masa gestasinya.

2. Berdasarkan masa gestasinya, yaitu berat lahir harus dihubungkan

dengan masa gestasi.

Kurang bulan : kurang dari 259 hari (37 minggu penuh)

Cukup bulan : 259 – 293 hari (37 – 41 minggu)

Lebih bulan : 294 hari (42 minggu atau lebih)

Berat lahir rendah dibagi menjadi dua kelompok besar :

Bayi Kurang Bulan (Prematuritas Murni)

Masa gestasi bayi prematur ialah kurang dari 37 minggu atau 259 hari. Di

negeri maju angka kejadian kelahiran bayi prematur ialah sekitar 6-7%. Di

negeri sedang berkembang, angka kematian ini lebih kurang 3 kali lipat.

Penyebabnya :

1. Tidak diketahui sebabnya pada kira-kira 25-50% kasus

2. Penyebab Obsterik

a. Kehamilan multiple

b. Toksemia, perdarahan antepartum karena plasenta previa atau solusio plasenta

c. Ketuban pecah dini

d. Induksi persalinan, atau bedah sesar berencana secepatnya karena:

Toksemia berat, hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung

Pada kasus dengan penyakit hemolitik

Hidramnion

Versi luar pada presentasi bokong

3. Faktor ibu

a. Penyakit

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia

gravidarum, perdarahan anterpartum, trauma fisis dan psikologis. Penyakit

lainnya ialah nefritis akut, diabetes melitus, infeksi akut atau tindakan operatif

dapat merupakan faktor etiologi prematuritas.

b. Usia

7

Page 8: BBLR NICU

Angka kejadian prematuritas tinggi adalah pada usia ibu di bawah 20 tahun

dan pada multigravida yang jarak antar kelahirannya selalu dekat. Kejadian

terendah ialah pada usia ibu antara 26-35 tahun.

c. Keadaan sosial-ekonomi

Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian

tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini

disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal

yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari

perkawinan yang tidak sah ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi

yang lahir dari perkawinan yang sah.

d. Faktor janin

Kelainan congenital

Inkompatibilitas rhesus

Karakteristik Klinis

Berat badan kurang dari 2500 gram panjang badan kurang atau sama dengan

45 di lingkaran dada kurang dari 30 cm. lingkaran pada kepala kurang dari 33 cm.

masa gestasi kurang dari 37 minggu.

1. Tidak ada verniks, kelopak dan bulu mata tampak kosong, edema (biasanyapada

ekstremitas bawah) yang menjadi lebih nyata sesudah 24-48 jam. Kulitnya tampak

mengkilat dan licin serta terdapat pitting edema. Edema ini dapat berubah sesuai

dengan perubahan posisinya. Edema seringkali berhubungan dengan perdarahan

antepartum, diabetes melitus dan toksemia gravidarum.

2. Kelopak mata rapat sekali pada bayi sangat prematur.

3. Jaringan subkutis. Sedikit lemak subkuttan baru ada setelah masa gestasi 28

minggu. Struktur tulang kadang-kadang menonjol abnormal. Hampir-hampir tak

ada bokong. Anus mencucu.

4. Rambut lanugo. Lebat sampai 28 minggu semakin berkurang sejalan dengan

bertambahnya masa gestasi.

5. Kuku jari tangan dan kaki. Kadang-kadang pendek, terutama pada jair kaki

6. kepala. Besar bila dibandingkan dengan bayinya sutura kadang-kadang melebar,

tulangnya teraba lunak

8

Page 9: BBLR NICU

7. Telinga. Tulang rawannya halus dan sangat kurang pada bayi yang sangat kecil.

Telinga dapat dengan mudah dilipat ke depan dan daya pegasnya lambat

8. Mata. Seringkali tampak menonjol

9. Dada. Pendek bila dibandingkan perutnya. Sela iga menonjol

10. Perut. Dindingnya tipis dan halus. Kadang-kadang dapat terlihat gerak peristaltik

usus. Hati dan limpa biasanya teraba

11. Genitalia Testis mungkin masih dalam rongga perut, dalam kanalis inguinalis atau

skrotum, tergantung masa gestasinya. Labia minor tidak mehutipi labia mayor

sampai mencapai cukup bulan. Dapat dijumpai vaginal skin tag, dan sering

terdapat pseudomenstruasi.

12. Payudara. Putting susu rata, mulai menonjol setelah 36 minggu. Jaringan payudara

akan berkembang sesuai dengan bertambahnya masa gestasi.

13. Sendi. Siku, lutut, panggul, pergelangan tangan dan kaki, tidak dapat digerakkan

maksimal.

14. Bayi lebih banyak tidur daripada bangun

15. Tangisnya lemah, pernapasan belum teratur dan sering terdapat serangan apnu.

16. Otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai dalam

abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam fleksi dan kepala menghadap ke suatu

jurusan.

17. Tonic neck reflex biasanya lemah, refleks moro dapat positif. Relfeks menghisap

dan menelan belum sempurna, demikian pula refleks batuk.

18. Kalau bayi lapar biasanya menangis, gelisah, aktivitas bertambah. Bila dalam

waktu 3 hari tanda kelaparan ini tidak terdapat, kemungkinan besar bayi menderita

infeksi atau perdarahan intracranial.

Keterbatasan fungsi fisiologis bayi kurang bulan

Bayi kurang bulan fisiknya kecil, fungsi-fungsi tubuhnya belum matang dan cadangan

bahan-bahan vitalnya sedikit, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

ekstrauterinya.

1. Cadangan-cadangan yang kurang

a. Protein, protein serum darah

1) Menyebabkan edema perifer sering terjadi pada bayi prematur

2) Immunoglobulinya rendah dan respon terhadap antigen terbatas, karena itu

bayi akan rentan terhadap infeksi antibodi IgG di dapat melalui ibu secara

9

Page 10: BBLR NICU

transplasental. Konsentrasinya tergantung dari masa gestasinya. Antibodi

IgM, yang merupakan antibodi spesifik dan bersifat bakterisidal terhadap

bakteri gram negatif tidak ditransfer dari ibu.

3) Faktor pembekuan plasma rendah, karena keterbatasan hati dalam

menggunakan vitamin K. masa protrombin sepanjang sampai bayi

berumur kira-kira 2 minggu, karena itu bayi sudah mengalami perdarahan

b. Karbohidrat, cadangan glikogen sedikit, karena janin baru menumpuk

cadangan glikogennya di hati (dan dalam jumlah kecil juga di jantung dan otot

rangka) setelah mendekati cukup bulan. Akan terjadi hipoglikemia bila tidak

diberi minum.

c. Lemak

1) Jumlah cadangan lemak subkhutis (putih) kurang. Cadangan baru ditimbun

setelah masa gestasi 28 minggu. Akibatnya :

Perlindungan tubuh kurang sehingga mudah kehilangan panas

Cadangan energi kurang (bayi kurang bulan lebih cepat memakai

cadangan lemaknya, karena cadangan glikogennya rendah). Hal ini

akan terasa bila kebutuhan energinya meningkat, misalnya pada

keadaan penyakit membran hialin.

Cadangan lemak coklat juga kurang-kapasitas termogenesis terhadap

udara dingin akan menurun.

d. Mineral

1) Kalsium (mungkin magnesium). Tujuh puluh lima persen kalsium baru

akan ditimbun oleh janin setelah 28 minggu. Kebutuhan anak pertumbuhan

secepat pasca natal, melebihi kadar kalsium yang tersedia dari susu. Akan

meninggalkan risiko terhadap rikets.

2) Besi. Cadangan besi terutama didapat dari hemoglobin setelah masa 2

bulan terakhir kehamilan. Bayi kurang bulan akan mempunyai risiko

mengalami anemia defisiensi apabila tidak diberi tambahan.

3) Natrium. Ginjal bayi kurang bulan, kurang mampu menahan natrium

dibandingkan bayi cukup bulan dapat kehilangan paling sedikit 3

mmol/kg/24 jam. Mudah terjadi hiponatremia, terutama jika kandungan

natrium pada susunya rendah. Periksalah urine setiap hari untuk melihat

apakah ada kehilangan natrium, demikian pula osmolalitasnya untuk

membedakan dengan kehilangan natrium yang disebabkan oleh ketidak

10

Page 11: BBLR NICU

sesuaikan sekresi ADH. Bayi jadi kurang aktif, hipotensif, dan dapat

terjadi kejang. Kadang-kadang terdapat ileus. Hipernatremia dapat terjadi

pada bayi yang mendapat fototerapi atau lampau pemanas-yaitu bila

diberikan cairan glukosa IV dengan konsentrasi terlal tinggi, sehingga air

akan keluar bersama glikosaria.

e. Vitamin. Semua vitamin, rendah cadangannya pada waktu bayi lahir, terutama

C, D dan E. Kombinasi antara faktor kebutuhan untuk pertumbuhan cepat dan

absorbsi dari susu yang rendah pada waktu pasenata, menyebabkan bayi

rentan terhadap rikets, defisiensi asam folat, defisiensi vitamin E dan

hipprotombinema (devisiensi vitamin K). sampai mencapai masa gestasi 34

minggu, bayi belum dapat melakukan hidroksilasi I-OH vitamin D menjadi

1,25 dihidroksivitamin D. salah satu sebab mengapa bayi sangat rendah berat

lahirnya adalah karena bayi kekurangan dihidroksivitamin D.

f. Enzim. Enzim tertentu kadarnya rendah, atau fungsinya belum naik,

misalnya :

1) Bilirubin-UDP glukoronil transferase pada hati merupakan faktor yang

memberi andil terjadinya hiperbilirubinemia pada neonatus. Beberapa

enzim lain, yang diperlukan untuk mengambil, mentransfer, dan ekskresi

bilirubin, mungkin pula kurang adekuat fungsinya untuk kehidupan

ekstrauterin.

2) Enzim sel darah merah, terutama yang berfungsi untuk stabilitas dinding

sel. Merupakan predisposisi terhadap hemolisis dini.

2. Vitalitas menurun. Bayi kurang aktif bila dibandingkan dengan yang cukup bulan,

lebih banyak tidur, tangisan lebih lemah. Refleks moro kadang-kadang kurang

berkembang, atau tidak ada sama sekali.

3. Pengaturan temperatur belum stabil. Suhu badan cenderung menurun, karena :

a. Permukaan tubuh lebih luas

b. Kurangnya lemak subkutis

c. Kapasitas produksi panasnya lebih rendah (inaktivitas, minum lebih sedikit,

kekurangan cadangan lemak coklat).

Catatan : dapat juga terjadi hipertermia karena mekanisme produksi keringatnya

belum efektif.

4. Masalah pada sistem pencernaan

11

Page 12: BBLR NICU

a. Bayi kurang bulan yang kecil, seringkali refleks hisap dan menelannya lemah.

Koordinasi faringnya belum baik, refleks menutupnya juga tidak ada, sehingga

merupakan predeposisi terhadap aspirasi makanan.

b. Makanan dari lambung sering keluar lagi karena tonus stingter esofagus

bagian interiornya lemah dan lambungnya juga kecil.

c. Waktu pengosongan lambung lama; pada posisi tengkurap lebih singkat

daripada posisi terlentang.

d. Pencernaan dan absorpsi protein cukup baik, bahkan pada bayi sangat

prematur sekalipun absorbsi lemak kurang efisien, karena lipase pankreasnya

tidak adekuat dan cadangan asam empedunya sedikit. Seringkali terjadi

malabsorpsi karena adefisiensi laktase relatif.

e. Otot dinding usus besar seringkali lemah dan mudah distensi. Perkembangan

pleksus saraf autonom pada susu besar belum sempurna, terutama pada bayi

yang sangat prematur. Karena itu sering terjadi konstipasi.

5. Masalah sistem pernapasan

a. Pernapasan seringkali ireguler, baik iramanya maupun kedalaman inspirasi-

ekspirasinya. Pada bayi yang sangat kecil sering terdapat pernapasan periodik

(pernapasan cepat selama 20 detik dan kemudian berubah menjadi apancu

selama 10 detik). Serangan apneu berulang yang lebih dari 30 detik

merupakan masalah serius.

b. Susu lebih sering terinhalasi karena koordinasi faringnya kurang baik dan

tidak mempunyai refleks batuk.

c. Defisiensi surfaktan menyebabkan terjadinya sindrom gawat napas

d. Perkembangan struktur alveoli belum lengkap, sehingga cadangan respirasinya

belum naik, atau tidak ada sama sekali. Karena itu, bila sedikit saja terjadi

atelektasis akan berakibat parah.

6. Toleransi terhadap obat belum naik. Bayi kurang bulan tidak dapat bereaksi

terhadap obat-obatan tertentu sebaik bayi cukup bulan. Dalam memberikan obat

sangat perlu diperhatikan dosis,

a. Kemoterapik

1) Sulfonamide; beberapa misalnya sulfafurazol, berkompetisi dengan

bilirubin untuk berikatan dengan albumin, sehingga bilirubin akan keluar

12

Page 13: BBLR NICU

ke ekstravaskuler dan dapat terjadi ensefulopati bilirubin karena

perlemakan otak.

2) Kloramfenikol; dalam keadaan normal diekskresikan melalui konjugasi

oleh ensim hepar. Karena fungsinya belum sempurna, akan terjadi

akumulasi obat dalam bentuk aktifnya, kadang-kadang menyebabkan

kolaps sirkulasi (disebut grey baby sindrom).

3) Beberapa antibiotik dapat berakibat toksik; (a) kolkisin, aminoglikosid

(misalnya gentamisin, kanamisin, tobramisin) dapat merusak ginjal (b)

novobiosom menyebabkan hiperbilirubunemia karena menghambat

glukuronil transferase, (c) aminoglikosid, streptomisin akan menyebabkan

tuli dan kerusakan vestibular (d) tetrasiklin akan menyebabkan warna

kuning pada gigi dan menghambat pertumbuhan tulang.

b. Berbagai analog vitamin K dosis besar preparat vitamin K yang larut dalam air

akan menyebabkan hemolisis meningkat, sehingga akan terjadi

hiperbilirubinemia hebat. Jenis alamiah yang larut dalam lemak, vitamin K

(fitomenadion) atau yang sintetis, tidak menyebabkan toksisitas. Dosisnya

jangan melebihi 5 mg.

c. Oksigen derajat prematuritas berbanding terbalik dengan bahaya displasia

bronkopulmonar dan fibroplasias retrolental konsentrasi oksigen yang aman

tidak diketahui.

d. Preparat kulit. Misalnya heksaklorfan. Absorbsi berlebihan larutan

heksaklorfan 3% dapat menyebabkan mielinopati spongiformis pada bayi

sangat prematur. Alkohol, misalnya dari kapas, mudah diabsorbsi juga bersifat

traumatis bagi kulit yang tipis.

Perkembangan refleks belum sempurna, rooting, menghisap, menelan dan refleks

laring, belum berkembang sempurna pada bayi dengan masa gestasi kurang dari 34

minggu. Merupakan predisposisi terjadinya aspirasi makanan.

Masalah pada sistem sirkulasi darah.

a. Denyut nadi sedikit lebih cepat dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Bervariasi

antara 100-160/menit. Sinus aritmia sangat jelas. Karena sistem saraf autonom

belum sempurna.

13

Page 14: BBLR NICU

b. Tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan bayi cukup bulan, meningkat

sesuai dengan masa gestasi pada masa gestasi 28 minggu tekanan sistol 50 mmHg.

80 mmHg setelah cukup bulan. Diastolic juga rendah, berkisar antara 30-45

mmHg.

c. Volume darah. Jumlah dara pada plasenta bayi kurang bulan, relatif lebih banyak

dibandingkan pada bayi cukup bulan, karena itu penundaan penjepitan tali pusat

akan cukup memberikan kenaikan volume darah.

Masalah sistem hemetopik

a. Sel darah merah hemoglobin meningkat sesuai masa gestasi, sampai 36 minggu.

Adaptasi sel darah merah terhadap keadaan ekstrauterin kurang baik, karena

kekurangan 2,3 DPG dan rendahnya P50 akan menyebabkan kurva disosiasi

oksigen bergeser ke kiri konsentrasi hemoglobin fetal tinggi enzim

intrakorpuskuler sedikit.s emua itu akan mengakibatkan afinitas terhadap oksigen

meningkat, tetapi kemampuan mengkompensasi keadaan asfiksia akan menurun.

Dapat terlihat bentuk sel darah abnormal (piknositosis intantil) dan umur selnya

menurun kira-kira 70 hari. Karena zat besi tidak ada akan terjadi anemia fisiologis

sampai berumur 2-3 bulan disebut refactory early anemia of prematerity (REAP).

Kadang-kadang diperlukan transfusi darah bila bayi tampak malas minum, kurang

aktif atau tampak lelah sehabis minum.

b. Leukosit. Pada waktu labir sel polimorfonuklear merupakan sel-sel yang dominan.

Jumlahnya meningkat cepat sampai mencapai puncak pada umur 12 jam (900-

18000 mmHg), kemudian turun lagi sampai mencapai nilai yang agak konstant

setelah umur 12 jam (1500-4000/mm.). setelah 1 minggu. Limfosit akan dominan.

Neonates bereaksi terhadap infeksi dengan cara meningkatkan hitung netrofilnya

(terutama bentuk yang belum matang) dan dapat terlihat granulasi toksik.

c. Penyakit hemoragik dan trombositopneia lebih sering terjadi pada bayi kurang

bulan.

Masalah pada sistem hepatobilier

a. Ikterus sering terjadi, karena berbagai fungsi enzim belum sempurna. Pengukuran

kadar bilirubin secara berkala perlu dilakukan, dengan interval 4-6 jam bila

14

Page 15: BBLR NICU

kadarnya melebihi 170 µmol/L (10mg%) dan dicatat pada grafik, untuk

meramalkan kapan kira-kira kadarnya mencapai 340 µmol/L. bila kenaikan

bilirubin lebih besar dari 17µmol/L/jam maka diperlukan transfusi tukar. Bayi

sangat prematur memerlukan transfusi tukar pada kadar yang lebih rendah.

b. Cadangan asam empedu berkurang karena kemampuan reabsorbsi ileum terminal

juga kurang. Hal ini akan menyebabkan pemakaian asam-asam lemak dan vitamin

yang larut dalam lemak tidak efisien.

Masalah pada sistem ginjal. Derajat kematangan ginjal bervariasi sesuai dengan masa

gestasi.

a. Aliran darah ke ginjal rendah, karena tekanan arteri rata-rata juga rendah. Hal ini

akan meningkatkan resistensi vaskuler ginjal dan meningkatkan penebalan sel-sel

pada membran glomerulus. Terdapat peningkatan aktivitas ranin/angiotensisn.

Fungsi seperti ginjal dewasa akan dicapai pada umur 4-5 bulan

b. Fungsi tubulus ginjal bahkan lebih rendah lagi, mengakibatkan ketidak

seimbangan fungsi glomerulus-tubulus. Imaturitas fungsional pada ginjal akan

mengakibatkan :

1. Kemampuan mengekskresikan air (dilusi) dan menahan air (konsentrasi)

berkurang

2. Kesulitan dalam menahan filtrasi asam amino, natrium fofat dan glukosa, serta

dalam mensekresi ion H.

3. Tidak mampu mengeksresikan urea

4. Ekskresi berbagai jenis obat (misalnya penisilin, gentamisin), juga tidak

efisien

C. ASFIKSIA NEONATORUM

15

Page 16: BBLR NICU

1.   Pengertian

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara

spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia berarti hipolesia yang progresif karena

gangguan pertukaran gas serta transfor O2 dan ibu kejanin sehingga terdapat gangguan

dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2.

2.    Etiologi

1.    Asfiksia intra uterin

2.    Bayi kurang bulan

3.    Obat-obat yang diberikan/diminum oleh ibu

4.    Penyakit neuromuscular bawaan (congenital)

5.    Cacat bawaan

6.    Hipoksia intrapartum

3.    Derajat ringan deratnya asfiksia

a.    Normal bila nilai APGAR 7 – 10

b.    Asfiksia sedang bila nilai APGAR score 4 – 6

c.    Asfiksia berat bila nilai APGAR score 0 – 3

4.    Tanda dan gejala

- Apnu primer         :     Pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus  

neuromuscular menurun

-Apnu sekunder      :    Apabila asfiksia berlanjut, bagi menunjukkan pernafasan

megap-megap yang dalam, denyut jantung terus menurun, bayi terlihat lemah (pasif),

pernafasan makin lama makin lemah

5.    Faktor predisposisi

-    Ibu :

1.    Gangguan his misalnya hipertoni dan tetani

2.    Hipotensi mendadak pada ibu karena pendarahan misalnya plasenta previa

3.    Hipertensi pada eklamsi

16

Page 17: BBLR NICU

4.    Gangguan mendadak pada plasenta seperti salutio plasenta

-    Janin :

1.    gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat

2.    Depresi pernafasan karena obat-obat anastesi/analgesik yang diberikan kepada

ibu, pendarahan intrakranial dan kelainan bawaan

3.    Ketuban keruh/meconium

6.    Diagnosis

Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-

tanda gawat janin. Tiga hal perlu mendapat perhatian:

1.    Denyut jantung janin

Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 denyut semenit, selama his frekuensi ini

bias turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan

kecepatan dnyut jantung umumnya tidak besar artinya, akan tetapi apabila frekuensi

turun sampai dibawah 100x semenit di luar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu

merupakan tanda bahaya.

2.    Mekanisme dalam air ketuban

Mekoneum pada presentasi-sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi

kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan harus menimbulkan

kewaspadaan. Asanya mekoneum dalam air ketuban pada presentasi-kepala dapat

merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan

mudah.

3.    Pemeriksaan pH darah janin

Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil

pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya.

Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun dibawah 7,2

hal itu dianggap sebagai tanda bahaya oleh beberapa penulis.

7.    Penatalaksanaan awal asfiksia

1.    Cegah pelepasan panas yang berlebihan, keringkan (hangatkan) dengan

17

Page 18: BBLR NICU

menyelimuti seluruh tubuhnya terutama bagian kepala dengan handuk yang kering

2.    Bebaskan jalan nafas : atur posisi-isap lendir

Bersihkan jalan nafas bayi dengan hati-hati dan pastikan bahwa jalan nafas bayi bebas

dari hal-hal yang dapat menghalangi masuknya udara kedalam paru-paru. Hal ini dapat

dilakukan dengan :

-    Extensi kepala dan leher sedikit lebih rendah dari tubuh bayi

-    Hisap lendir/cairan pada mulut dan hidung bayi sehingga jalan nafas bersih dari

cairan ketuban, mekonium/lendir dan darah menggunakan penghisap lendir DeLee

3.    Rangsangan taktil

Bila mengeringkan tubuh bayi dan penghisap lendir/cairan ketuban dari mulut dan

hidung yang pada dasrnya merupakan tindakan rangsangan belum cukup untuk

menimbulkan pernafasan yang adekuat pada bayi baru lahir dengan penyulit, maka

diperlukan rangsangan taktil tambahan. Selama melakukan rangsangan taktil,

hendaknya jalan nafas sudah dipastikan bersih. Walaupun prosedur ini cukup

sederhana tetapi perlu dilakukan dengan cara yang betul. Ada 2 cara yang memadai

dan cukup aman untuk memberikan rangsangan taktil yaitu :

1.    Menepuk atau menyentil telapak kaki dan menggosok punggung bayi. Cara ini

sering kali menimbulkan pernafasan pada bayi yang mengalami depresi pernafasan

yang ringan.

2.    Cara lain yang cukup aman adalah melakukan penggosokan pada punggung bayi

secara cepat, mengusap atau mengelus tubuh , tungkai dan kepala bayi juga

merupakan rangsangan taktil, tetapi rangsangan yang ditimbulkan lebih ringan dari

menepuk, menyentil atau menggosok. Prosedur ini tidak dilakukan pada bayi-bayi

dengan apnu, hanya dilakukan pada bayi-bayi yang telah berusaha bernafas. Elusan

pada tubuh bayi, dapat membantu untuk meningkatkan frekuensi dan dalamnya

pernafasan

B. HIPOTERMI

18

Page 19: BBLR NICU

Mekanisme pengaturan tempratur suhu tubuh bayi belum berfungsi dengan

sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakuka pencegahan kehilangan panas

tubuh maka bayi baru lahir dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia,

sangat resiko tinggi untuk mengalami kesakita berat bahkan sampai kematian.

Hipotermi medah terjadi terutama pada bayi yang tubuhnya basah atau tidak seger

dikeringkan dan diselimuti walaupun berada dalam ruangan yang relative hangat.

Mekanisme thermoregulasi bila suhu tubuh dingin dipertahankan dengan cara

vaso konstriksi perifer contohnya aktifitas otot, shivering

( menggigil), Non shivering ( metabolisme lemak coklat / brown fat ). Non shivering

thermogenesis pembentuka panas dilakuakn dengan meningkatkan metabolisme

terutama lemak coklat darah menjadi hangat saat melewati coklat tubuh hanga.

Mekanisme thermoregulasi :

1. Internal gradient : dari permukaan dalam

2. External gradient

dari permukaan tubuh sekitar seperti :

- Evavorasi : jalan utama bagi bayi kehilangan panas tubuhnya,

kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan caoiran ketuban pada

permukaan tubuh oleh poanas tubuh bayi sendiri Karena setelah lahir

tubuh bayi tidak langsung dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi

pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera

dikeringkan dan diselimuti.

- Konduksi : kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung dantara

kulit bayi dengan permukaan yang lebih dingin. Meja atau tempat tidur

dan timbangan yang tempraturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan

menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi

diletakkan diatas benda-benda tersebut.

- Konveksi : kehilangan panas suhu tubuh bayi yang terjadi saat bayi

terpapar udara sekitar yang lebih dingin.

- Radiasi : kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan didekat

benda-benda yang yang mempunyai suhu tubuh yang lebih rendah dari

suhu tubuh bayi.

Bayi yang bersuhu tubuh normal akan tampak telapak kakinya hangat dan

berwarna kemerahan, dan tubuh teraba hangat. Klasifikasi suhu tubuh bayi :

19

Page 20: BBLR NICU

- suhu tubuh normal : 36,5-37,5 ºC

- Cold stress ( stress dingin ): 36-36,5 ºC

- Moderate hypothermia : 32-36 º c

- Severa hypothermia : >32 ºC

Neonatus rentan mengalami hipotermia karena permukaan tubuhnya yang

relative luas, jaringan lemak bawah kulit yang relative tipis, lemak coklat yang

kurang terutama pada BBLR. Faktor-faktor penyebab hipotermia :

- Perawatan yang kurang tepat setelah lahir

- Dipisahkannya bayi dengan ibunya

- BBLR / Prematur

- Tempat melahirkan yang dingin

- Umur bayi saat dirujuk

- Suhu tubuh tidak dijaga saat dirujuk

- Penyakit / patologid pada bayi : aspiksia neonatus, penyakit pada bayi

( sepsis)

Tanda dan Gejala Hypotermia :

- Vasokonstruksi perifer : acrosyanosis, extrimitas dingin, perfusi

menurun.

- Depresi SSP : letargi, bradikardi, apnea, kurang minum

- Metbolisme menigkat : hipoglikemia, hypoxia, acidosis

- Tekanan arteria pulmonalis meningkat : distress pernafasan, tachypnea

- Gejala kronis : BB menurun dan tidak bisa meningkat

Tanda stress dingin ( cold stress) :

- Telapak kaki teraba dingin

- Kemampuan isap lemah

- Aktifitas dan tangis lemah

Hypotermia berat

Apabila terdapat 2 atau lebih gejala dibawah ini :

- Tangis lemah / tidak menangis

- Mengantuk tidak bisa dibangunkan

- Kulit mengeras, kemeraghan

20

Page 21: BBLR NICU

- Mengisap ASI lemah

- Suhu 36-32 ºC

MANAJEMEN STERSS DINGIN, HYPOTERMIA SEDANG DAN BERAT

1. Stres dingin ( cold stress)

- Bungkus bayi secukupnya

- Hangatkn ruangan atau tempat tidur

- Hindari hilngnya panas

- Letakkan bayi didekat ibu

- Metode kanguru

- Beri Asi

2. Hypotermia sedang, penatalaksanaanya :

- Metode kanguru

- Hangatkan ruagan atau tem[pat tidur

- Cegah hilangnya panas

- Pemas extra : bungkus bayi dengan kain hangat balon lampu 200 watt,

penghangat ( heater, radian warmer, inkubator)

4. Hypotermia berat, penatalaksanaanya :

- Gunakan pemans berat, naikan panas dengan cepat sampai dengan 34ºC

kemudian perlahan-lahan

- Cegah kehilangan panas

- Infuse D 10% 60-80 ml/kg

- Beri vit k dan O2

- Beri antibiotic

Pencegahan hypothermia :

o Membungkus bayi

o Mengenakan bola lampu

o Buli-buli panas

o Kotak yang dibei bola lampu

o Incubator

21

Page 22: BBLR NICU

o Metoda kanguru

Sedangkan pencegahan hypothermia saat bayi lahir :

o Melahirkan diruangan yang hangat

o Jangan se4gera memandikan bayi

o Bayi segera dikeringkan dengan kain yang hangat dan bersih

o Bungkus bayi dengan kain yang hangat kepala ditutup

DAFTAR PUSTAKA

22

Page 23: BBLR NICU

Staf pengajar ilmu kesehatan anak. FKUI.2002. Ilmu Kesehatan Anak.

Percetakan INFOMEDIKA .Jakarta

Nelson,Waldo E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC.Jakarta

Winknjosastro, H. 199. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, Jakarta.

Saefuddin, B.A. 2001. Buku Acuan Nasional, Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,

Jakarta.

Depkes, 2001. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal, Buku Acuan,

Jakarta.

Cecily L.Betz & Linda A. Sowden, 2001, Busaku ku Keperawatan Pediatri, EGC, Jakarta.

Carpenito,LJ, 1999, Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, EGC, Jakarta.

Komite Medik RSUP Dr. Sardjito, 1999, Standar Pelayanan Medis RSUP. Dr. Sardjito, Medika Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta, Indonesia.

Markum,AH, 1991, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, FK UI, Jakarta, Indonesia

McCloskey J.C, Bulechek G.M, 1996, Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby, St. Louis.

Nanda, 2001, Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2001-2002, Philadelphia.Price & Wilson,1995, Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, EGC

www.medica.com

www.springerlink.com

www.horseadvice.com

www.vetmet.ufl.edu

www.thepigsite.com

www.wikipedia.com

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY ‘D’DENGAN BBLR

DI RUANG NICU RSUD PROPINSI NTB

23

Page 24: BBLR NICU

TANGGAL 25-26 NOVEMBER 2008

Tanggal 25 November 2008 pukul 07.00 wita

I. PENGUMPULAN DATA

A. Data Subyektif

1. Identitas

Nama bayi : Bayi “D”

Umur : 3 hari

Lahir : 23 November 2008 pukul 11.00 WITA

Anak ke : I (pertama)

JK : Perempuan

Nama ibu : Ny “D” Nama ayah : Tn “B”

Umur : 22 tahun Umur : 25 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Sasak Suku : Sasak

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Lendang Lekong

MR : 91 18 55

2. Hari/tanggal masuk Rumah Sakit Ruang NICU : Minggu, 23 November 2008

pukul 13.00 Wita

3. Alasan masuk ruang NICU : bayi lahir spontan di bidan Fety tanggal

23/11/2008 pukul 11.00 WITA, A-S: 6-8, BB: 2000gr, bayi sempat apnue

setelah diberi minum ASI langsung dari ibu , oleh bidan diberi O2 saja

4. Hari/tanggal pengkajian : selasa, 25 November 2008, jam 07.00 WITA.

5. Keluhan utama saat dikaji

K/U bayi lemah, tangis (+), sianosis (-), hipotermi (-).

6. Riwayat kehamilan dan kelahiran :

a. Prenatal

- Ibu mengatakan hamil pertama dengan usia kehamilan 8 bulan

HPHT: 10-04-2008.

24

Page 25: BBLR NICU

- Ibu mengatakan sering memeriksakan kehamilannya di PKM 6

kali, dan pernah mendapatkan imunisasi TT 2 kali.

- Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit dan tidak ada

masalah selama kehamilan.

b. Natal

- Bayi lahir spontan, tunggal, letak kepala, ditolong oleh bidan di

BPS bidan Fety tanggal 23 November 2008 pukul 11.00 WITA.

c. Postnatal

- K/U bayi lemah, tangis (+), sianosis (-), hipotermi (-), BB: 2000 gr,

PB: 45 cm, LILA: 9 cm, LIKA: 30, jenis kelamin: perempuan, A-

S: 6-9

7. Riwayat Psikososial

- Kontak dini : ibu dan ayah langsung kontak dini dengan

bayinya setelah bayi lahir

- Pemberian ASI : sudah diberikan ASI

- Kontak mata : langsung dilakukan saat lahir

- Respon orangtua :Ibu, ayah, dan keluarga merasa bahagia dengan

kelahiran bayi namun cemas dengan kondisi bayinya.

B. Data objektif

1. Keadaan umum

- K/U bayi lemah, tangis (+), sianosis (-), nafas berat (-), retraksi (-),

hipotermi (-), jenis kelamin: perempuan

o BB : 2000 gr

o PB : 45 cm

o LILA : 9 cm

o LIKA : 30 cm

- TTV :

o Suhu : 37,1 0C

o Respirasi : 38 x/mnt

o DJ : 120x/mnt

2. Pemeriksaan fisik

25

Page 26: BBLR NICU

- Kepala : Tidak teraba molase, tidak terdapat kaput, tidak ada edema,

tidak ada trauma lahir, UUB berbentuk berlian, UUK berbentuk

segitiga, dan sedikit cekung, tidak ada pembengkakan atau benjolan.

- Telinga : Lunak, daya pegas bagus, tidak ada pengeluaran secret, tidak

ada kelainan, puncak daun telinga di atas garis hayal yang ditarik dari

quantus mata bagian luar.

- Hidung,mata dan mulut : Hidung simetris, tidak ada pengeluaran secret

atau cairan, neonatus bernapas melalui hidung, bibir tidak cyanosis,

tidak ada pengeluaran saliva yang berlebihan, tidak ada sumbing,

reflex hisap masih lemah.

- Leher : tidak ada pembengkakan, pergerakan lemas

- Dada : simetris, putting susu menonjol, tidak terdapat pengeluaran

secret atau carain, respirasi 38 x/mnt, ada retraksi dinding dada, bunyi

jantung normal.

- Bahu, lengan dan tangan : gerakan normal, jumlah jari lengkap, sistem

syaraf reflex morro (+)

- Perut : lebih menonjol atau cembung daripada dada, perut tidak

kembung, tali pusat belum kering, tidak ada tanda-tanda infeksi pada

tali pusat, tidak ada benjolan,

- Genitalia : jenis kelamin perempuan, labia minora tertutup oleh labia

mayora, lubang vagina terpisah dengan lubang uretra.

- Tungkai dan kaki : simetris, pergerakan lemah, jumlah jari lengkap.

- Punggung dan anus : tidak ada benjolan atau cekungan pada punggung,

terdapat lubang anus.

- Kulit : kemerahan, tidak terdapat tanda lahir, tidak ada lanugo, verniks

tidak ada, terdapat milia pada hidung, tidak ada bercak mongol pada

bokong.

II. INTERPRESTASI DATA DASAR

1. Diagnosa

Bayi kurang bulan kecil masa kehamilan hari ketiga dengan Berat Badan Lahir

Rendah

Dasar

- Usia kehamilan 32-33 minggu

26

Page 27: BBLR NICU

- K/U bayi lemah, tangis (+), sianosis (-), nafas berat (-), retraksi (-),

hipotermi (-), jenis kelamin: perempuan

o BB : 2000 gr

o PB : 45 cm

o LILA : 9 cm

o LIKA : 30 cm

- TTV :

o Suhu : 37,1 0C

o Respirasi : 38 x/mnt

o DJ : 120x/mnt

2. Masalah :

- Berat badan bayi kurang dari 2500 gr

3. Kebutuhan :

- Berikan kehangatan pada bayi

- Berikan nutrisi sesuai dengan kebutuhan bayi

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL

Potensial infeksi

Potensial gangguan pemenuhan nutrisi

Potensi hipotermi berat

Potensi hipoglikemi

IV. TINDAKAN SEGERA

Tidak ada

V. RENCANA TINDAKAN

- Observasi k/u bayi

- Observasi tanda-tanda vital

- Observasi infuse dan O2

- Timbang dan seka bayi

27

Page 28: BBLR NICU

- Jaga kehangatan tubuh bayi dengan cara membungkus bayi dengan selimut

yang hangat dan kering dibawah radian warmer dan tetap mengganti selimut

bayi jika basah

- Pemenuhan nutrisi dan cairan dengan menggunakan sonde

- Perawatan tali pusat

- Pengaturan posisi

- Tarik residu

VI. PELAKSANAAN

Tanggal : 25 November 2008

Tempat : Ruang NICU RSU Mataram

07.00 :

- Observasi k/u bayi

- Menyeka dan menimbang bayi, serta melakukan perawatn tali pusat

- Mengatur posisi bayi

- Menghangatkan bayi dengan cara membungkus bayi dengan selimut

yang hangat dan kering dibawah radian warmer dan mengganti selimut

bayi jika basah.

09.00 :

- Menarik residu 3cc

- Memberikan pemenuhan nutrisi dan cairan melalui sonde dengan

memberikan ASI 1cc

- Mengatur posisi bayi

- Visite dokter

11.00 :

- Mengatur posisi bayi

- Mengobservasi infuse dan O2

- Beri injeksi Ampicillin 100 gr

- Mengganti selimut bayi

12.00 :

- Mengobservasi k/u bayi dan tanda-tanda vital :

- k/u bayi lemah, tangis (+), sianosis (-),hipotermi (-), BAB/BAK:+/+,O2

dan infuse terpasang.

- Tanda-tanda vital: Respirasi: 44 x/mnt,DJ: 136 x/mnt, Suhu: 36,5 0C.

28

Page 29: BBLR NICU

- Menarik residu (-)

- Sonde ASI 1 cc

- Mengganti selimut bayi

Sore

k/u lemah (+), tangis (+), cyanosis (-), O2, infuse dan pemberian antibiotic lanjut,

NGT Residu (-), sonde ASI 8 x 1 cc. BAB/BAK +/+

14.00 :

- Mengatur posisi bayi

- Mengobservasi k/u bayi: k/u bayi lemah, tangis (+), sianosis (-),

hipotermi (-), infuse, NGt dan O2 terpasang.

- Mengganti selimut bayi

15.00 :

- Mengobservasi k/u bayi dan tanda-tanda vital :

- k/u bayi lemah, tangis (+) merintih, sianosis (-), nafas perlahan mulai

teratur, retraksi (-), hipotermi (-),BAK:+,O2 terpasang.

- Tanda-tanda vital= Respirasi: 54 x/mnt,DJ: 132 x/mnt, Suhu: 37 0C.

- Memasang NGT

- Mengganti selimut bayi

16.00 :

- Mengobservasi k/u bayi

- Tarik residu (-)

- Mengatur posisi bayi

18.00 :

- Mengobservasi k/u bayi dan tanda-tanda vital: k/u bayi lemah, tangis

(+), cyanosis (-), BAB/BAK:+/+, infuse, NGT, O2 terpasang.

suhu : 37,4°C, R : 48x/menit, DJ : 148x/menit

- Mengganti selimut bayi

Malam

k/u lemah (+), tangis (+), cyanosis (-), masih terpasang O2, minum ASi langsung ke

ibunya, muntah (-), infuse dextrose 10%, BAB/BAK +/+, pemberian antibiotic lanjut

20.00 :

- Mengobservasi k/u bayi

- Mengganti selimut bayi

29

Page 30: BBLR NICU

21.00 :

- Beri minum ASI

- Mengobservasi lokasi dan tetesan infuse

23.00 :

- injeksi ampicillin 2 x 100 gr

- Mengganti selimut

01.00 :

- Memberikan minum ASI

- Mengatur posisi bayi

03.00 :

- Memberikan minum ASi

- Mengganti selimut bayi

06.00 :

- Mengobservasi k/u bayi dan tanda-tanda vital: k/u bayi lemah, tangis

(+), cyanosis (-), BAB/BAK:+/+, infuse, O2 terpasang.

suhu : 37,5°C, R : 48x/menit, DJ : 140x/menit

- Memberikan minum ASI

VII. EVALUASI

Tanggal 26 November 2008

Pukul 06.00 Wita

k/u bayi lemah, tangis (+), cyanosis (-),BAK/BAB (+)/(+),O2 dan infuse

dextrose 10% 7 tetes/mnt terpasang.

Tanda-tanda vital: suhu : 37,5 °C, R : 48x/menit, DJ : 140x/menit

Tanggal 26 November 2008 pukul 07.00 wita

30

Page 31: BBLR NICU

I. PENGUMPULAN DATA

A. Data Subyektif

-

B. Data Objektif

- K/U lemah, tangis (+), merintih(-), cyanosis (-), hipotermi (-), muntah (-),

BAB/BAK +/+, ASI langsung ibu

- Tanda-tanda vital:

Suhu : 370C

Respirasi : 66x/mnt

DJ : 124x/mnt

- BB bayi : 2000 gr

II. INTERPRESTASI DATA DASAR

a. Diagnosa

Bayi kurang bulan kecil masa kehamilan hari keempat dengan Berat Badan

Lahir Rendah

Dasar :

- Usia kehamilan 32-33 minggu

- K/U bayi lemah, tangis (+), sianosis (-), nafas berat (-), retraksi (-),

hipotermi (-), jenis kelamin: perempuan

o BB : 2000 gr

o PB : 45 cm

o LILA : 9 cm

o LIKA : 30 cm

- TTV :

o Suhu : 37,1 0C

o Respirasi : 38 x/mnt

o DJ : 120x/mnt

b. Masalah :

- Berat badan bayi kurang dari 2500 gr

c. Kebutuhan :

- Berikan kehangatan pada bayi

- Berikan nutrisi sesuai dengan kebutuhan bayi

31

Page 32: BBLR NICU

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL

Potensial hipotermi

Potensial gangguan pemenuhan nutrisi

Potensial Infeksi

IV. TINDAKAN SEGERA

Tidak ada

V. RENACANA TINDAKAN

- Observasi k/u bayi

- Observasi tanda-tanda vital

- Observasi infuse

- Berikan antibiotik

- Timbang dan seka bayi

- Jaga kehangatan tubuh bayi dengan cara membungkus bayi dengan selimut

yang hangat dan kering dibawah radian warmer dan tetap mengganti selimut

bayi jika basah

- Pemenuhan nutrisi dan cairan

- Perawatan tali pusat

- Pengaturan posisi

VI. PELAKSANAAN

Tgl 26 November 2008

07.00 :

- Menyeka bayi dengan menggunakan air hangat

- Mengganti selimut bayi yang basah dengan selimut yang kering

- Menimbang BB : 2000 gr

- Melakukan perawatan tali pusat

09.00 :

- Mengganti lokasi infus

- Memberi minum ASI langsung ibu

11.00 :

- Memberikan injeksi Ampicillin 2 x 100 gr

- Memberikan injeksi gentamisin 10 mg

32

Page 33: BBLR NICU

12.00 :

- Mengobservasi k/u bayi dan tanda-tanda vital : K/U bayi lemah, tangis

(+), merintih(-), sianosis (-), hipotermi (-),, S: 37,2. R: 46x/mnt, DJ:

144x/mnt

- infuse terpasang

- mengganti selimut bayi

Sore:

K/U lemah, tangis (+), merintih(-), cyanosis (-), hipotermi (-), muntah (-), kembung

(-), BAB/BAK +/+, ASI langsung ibu, infuse dextrose 10% terpasang 8 tetes/mnt

14.00 :

- Mengobservasi k/u bayi : K/U lemah, tangis (+), merintih(-), cyanosis

(-), hipotermi (-), muntah (-), kembung (-), BAB/BAK +/+,

- Memberikan ASI langsung ibu

- infuse dextrose 10% terpasang 8 tetes/mnt

16.00 :

- Mengatur posisi bayi

- Mengganti selimut bayi

18.00 :

- Mengobservasi k/u bayi dan tanda vital : K/U bayi lemah, tangis (+),

merintih(-), sianosis (-), hipotermi (-)

- Infuse terpasang

- Tanda-tanda vital, Respirasi: 40x/mnt, DJ: 144x/mnt, Suhu: 36,6 0C

VII. EVALUASI

Tanggal 29 Oktober 2008 pukul 18.00 wita

- K/U lemah, tangis (+), merintih(-), cyanosis (-), hipotermi (-), muntah (-),

kembung (-), BAB/BAK +/+

- ASI langsung ibu

- Infuse dextrose 10% terpasang 8 tetes/mnt

- Tanda-tanda vital= Respirasi: 40 x/mnt,DJ: 144 x/mnt, Suhu: 36,6 0C

33