BBLR NICU
Transcript of BBLR NICU
![Page 1: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/1.jpg)
LANDASAN TEORI
A. ASFIKSIA
1. Pengertian
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami
kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
2. Etiologi dan faktor rediosposisi
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan
pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat ganguan dalam
persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung
secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau
secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan.
Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit
menahun seperti anemia, hipertensi, jantung dll. Faktor-faktor yang timbul dalam
persalinan yang bersifat mendadak yaitu faktor janin berupa gangguan aliran
darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat, depresi pernapasan karena obat-
obatan anestesia/ analgetika yang diberikan ke ibu, perdarahan intrakranial,
kelainan bawaan seperti hernia diafragmatika, atresia saluran pernapasan,
hipoplasia paru-paru dll. Sedangkan faktor dari pihak ibu adalah gangguan his
misalnya hipertonia dan tetani, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan,
hipertensi pada eklamsia, ganguan mendadak pada plasenta seperti solusio
plasenta.
Towel (1996) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernapasan paa
bayi terdiri dari :
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik
atau anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia
janin dengan segala akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
1
![Page 2: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/2.jpg)
berkutangnya aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi
ini sering ditemukan pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi
mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada penyakit
eklamsi dsb.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta, asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak
pada plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta dsb.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah
dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara
ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan
talipusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir
dan janin, dll.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena
beberapa hal yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu,
trauma yang terjadi saat persalinan misalnya perdarahan intra kranial,
kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia atau
stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru, dsb.
3. Tanda dan gejala
1. Hipoksia
2. RR> 60 x/mnt atau < 30 x/mnt
3. Napas megap-megap/gasping sampai dapat terjadi henti napas
4. Bradikardia
5. tonus otot berkurang
6. Warna kulit sianotik/pucat
4. Patofisiologi
Pernapasan spontan bayi baru lahir tergantung pada keadaan janin pada masa
hamil dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia
2
![Page 3: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/3.jpg)
ringan yang bersifat sementara. Proses ini sangat perlu untuk merangsang
hemoreseptor pusat pernapasan untuk terjadinya usaha pernapasan yang pertama
yang kemudian akan berlanjut menjadi pernapasan yang teratur. Pada penderita
asfiksia berat usaha napas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya dalam periode
apneu. Pada tingkat ini disamping penurunan frekuensi denyut jantung
(bradikardi) ditemukan pula penurunan tekanan darah dan bayi nampak lemas
(flasid). Pada asfiksia berat bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak
menunjukan upaya bernapas secara spontan. Pada tingkat pertama gangguan
pertukaran gas/transport O2 (menurunnya tekanan O2 darah) mungkin hanya
menimbulkan asidosis respiratorik, tetapi bila gangguan berlanjut maka akan
terjadi metabolisme anaerob dalam tubuh bayi sehingga terjadi asidosis
metabolik, selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler.Asidosis dan
gangguan kardiovaskuler dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel-sel otak,
dimana kerusakan sel-sel otak ini dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa
(squele).
5. Klasifikasi
Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sbb:
1. “Vigorous Baby†�Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan
istimewa.
2. asphyksia sedang
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung
lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek
iritabilitas tidak ada.
3. Asphyksia berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-
kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asphyksia dengan henti
jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit
sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum,
pemeriksaan fisik sama pada asphyksia berat
6. Pemeriksaan Diagnostik
3
![Page 4: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/4.jpg)
1. Analisa Gas darah
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Baby gram (RO dada)
5. USG (kepala)
7. Manajemen terapi
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir
yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi
gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti
tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :
1. Memastika saluran nafas terbuka :
Meletakan bayi dalam posisi yang benar
Menghisap mulut kemudian hidung k/p trakhea
Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka
2. Memulai pernapasan :
Lakukan rangsangan taktil
Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3. Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau
bila perlu menggunakan obat-obatan
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
1. Tindakan umum
a. Pengawasan suhu
b. Pembersihan jalan nafas
c. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
2. Tindakan khusus
a. Asphyksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama
memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan
dan intermiten, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu
diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asphiksia berat hampir
selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4
4
![Page 5: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/5.jpg)
mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis
2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntuikan kedalam intra vena
perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat
jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha
pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif
diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan
perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase
jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit.
Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3
yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi
dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai
kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan
asam dan basa yang belum dikoreksi atau gangguan organik
seperti hernia diafragmatika atau stenosis jalan nafas.
b. Asphyksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam
waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif
harus segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2
intranasaldengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi
dorsofleksi kepala. Kemudioan dilakukan gerakan membuka dan
menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan
kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan
gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan
gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan
tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2
menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak
langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi ke
kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya
mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan
frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas
spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil
jika setelah dilakukan berberapa saat terjasi penurunan frekuensi
5
![Page 6: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/6.jpg)
jantung atau perburukan tonus otot, intubasi endotrakheal harus
segera dilakukan, bikarbonas natrikus dan glukosa dapat segera
diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan
pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan dengan
adekuat.
8. Diagnosis yang sering muncul
1. Bersihan nafas tidak efektif
2. Pola nafas bayi tidak efektif b.d kelemahan otot pernapasan
3. Risiko infeksi b.d prosedur infasif
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelemahan
5. PK : Asidosis
6. Hipotermia b.d pajanan lingkungan yang dingin, bayi baru lahir
B. BAYI BERAT LAHIR RENDAH
1. Pengertian
Bayi berat lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada
saat kelahiran kurang dari 2.500 gram (sampai 2.499 gram)
Faktor Resiko BBLR
Faktor yang berperan terhadap lahirnya BBLR antara lain :
1. Faktor keturunan (genetika)
2. Infeksi yang terjadi saat kehamilan
3. Penyakit kronis pada ibu
4. Status gizi ibu yang kurang
5. Pekerjaan ibu yang berat
6. Kecelakaan
7. Mempunyai riwayat pernah melahirkan BBLR
8. Bayi kembar
9. Ibu perokok aktif maupun pasif
10. Janin dengan cacat bawaan
6
![Page 7: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/7.jpg)
Indikasi
1. Berdasarkan berat, yaitu bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram disebut bayi berat lahir rendah, tanpa memperhatikan masa gestasinya.
2. Berdasarkan masa gestasinya, yaitu berat lahir harus dihubungkan
dengan masa gestasi.
Kurang bulan : kurang dari 259 hari (37 minggu penuh)
Cukup bulan : 259 – 293 hari (37 – 41 minggu)
Lebih bulan : 294 hari (42 minggu atau lebih)
Berat lahir rendah dibagi menjadi dua kelompok besar :
Bayi Kurang Bulan (Prematuritas Murni)
Masa gestasi bayi prematur ialah kurang dari 37 minggu atau 259 hari. Di
negeri maju angka kejadian kelahiran bayi prematur ialah sekitar 6-7%. Di
negeri sedang berkembang, angka kematian ini lebih kurang 3 kali lipat.
Penyebabnya :
1. Tidak diketahui sebabnya pada kira-kira 25-50% kasus
2. Penyebab Obsterik
a. Kehamilan multiple
b. Toksemia, perdarahan antepartum karena plasenta previa atau solusio plasenta
c. Ketuban pecah dini
d. Induksi persalinan, atau bedah sesar berencana secepatnya karena:
Toksemia berat, hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung
Pada kasus dengan penyakit hemolitik
Hidramnion
Versi luar pada presentasi bokong
3. Faktor ibu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia
gravidarum, perdarahan anterpartum, trauma fisis dan psikologis. Penyakit
lainnya ialah nefritis akut, diabetes melitus, infeksi akut atau tindakan operatif
dapat merupakan faktor etiologi prematuritas.
b. Usia
7
![Page 8: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/8.jpg)
Angka kejadian prematuritas tinggi adalah pada usia ibu di bawah 20 tahun
dan pada multigravida yang jarak antar kelahirannya selalu dekat. Kejadian
terendah ialah pada usia ibu antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial-ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian
tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini
disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari
perkawinan yang tidak sah ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi
yang lahir dari perkawinan yang sah.
d. Faktor janin
Kelainan congenital
Inkompatibilitas rhesus
Karakteristik Klinis
Berat badan kurang dari 2500 gram panjang badan kurang atau sama dengan
45 di lingkaran dada kurang dari 30 cm. lingkaran pada kepala kurang dari 33 cm.
masa gestasi kurang dari 37 minggu.
1. Tidak ada verniks, kelopak dan bulu mata tampak kosong, edema (biasanyapada
ekstremitas bawah) yang menjadi lebih nyata sesudah 24-48 jam. Kulitnya tampak
mengkilat dan licin serta terdapat pitting edema. Edema ini dapat berubah sesuai
dengan perubahan posisinya. Edema seringkali berhubungan dengan perdarahan
antepartum, diabetes melitus dan toksemia gravidarum.
2. Kelopak mata rapat sekali pada bayi sangat prematur.
3. Jaringan subkutis. Sedikit lemak subkuttan baru ada setelah masa gestasi 28
minggu. Struktur tulang kadang-kadang menonjol abnormal. Hampir-hampir tak
ada bokong. Anus mencucu.
4. Rambut lanugo. Lebat sampai 28 minggu semakin berkurang sejalan dengan
bertambahnya masa gestasi.
5. Kuku jari tangan dan kaki. Kadang-kadang pendek, terutama pada jair kaki
6. kepala. Besar bila dibandingkan dengan bayinya sutura kadang-kadang melebar,
tulangnya teraba lunak
8
![Page 9: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/9.jpg)
7. Telinga. Tulang rawannya halus dan sangat kurang pada bayi yang sangat kecil.
Telinga dapat dengan mudah dilipat ke depan dan daya pegasnya lambat
8. Mata. Seringkali tampak menonjol
9. Dada. Pendek bila dibandingkan perutnya. Sela iga menonjol
10. Perut. Dindingnya tipis dan halus. Kadang-kadang dapat terlihat gerak peristaltik
usus. Hati dan limpa biasanya teraba
11. Genitalia Testis mungkin masih dalam rongga perut, dalam kanalis inguinalis atau
skrotum, tergantung masa gestasinya. Labia minor tidak mehutipi labia mayor
sampai mencapai cukup bulan. Dapat dijumpai vaginal skin tag, dan sering
terdapat pseudomenstruasi.
12. Payudara. Putting susu rata, mulai menonjol setelah 36 minggu. Jaringan payudara
akan berkembang sesuai dengan bertambahnya masa gestasi.
13. Sendi. Siku, lutut, panggul, pergelangan tangan dan kaki, tidak dapat digerakkan
maksimal.
14. Bayi lebih banyak tidur daripada bangun
15. Tangisnya lemah, pernapasan belum teratur dan sering terdapat serangan apnu.
16. Otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai dalam
abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam fleksi dan kepala menghadap ke suatu
jurusan.
17. Tonic neck reflex biasanya lemah, refleks moro dapat positif. Relfeks menghisap
dan menelan belum sempurna, demikian pula refleks batuk.
18. Kalau bayi lapar biasanya menangis, gelisah, aktivitas bertambah. Bila dalam
waktu 3 hari tanda kelaparan ini tidak terdapat, kemungkinan besar bayi menderita
infeksi atau perdarahan intracranial.
Keterbatasan fungsi fisiologis bayi kurang bulan
Bayi kurang bulan fisiknya kecil, fungsi-fungsi tubuhnya belum matang dan cadangan
bahan-bahan vitalnya sedikit, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
ekstrauterinya.
1. Cadangan-cadangan yang kurang
a. Protein, protein serum darah
1) Menyebabkan edema perifer sering terjadi pada bayi prematur
2) Immunoglobulinya rendah dan respon terhadap antigen terbatas, karena itu
bayi akan rentan terhadap infeksi antibodi IgG di dapat melalui ibu secara
9
![Page 10: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/10.jpg)
transplasental. Konsentrasinya tergantung dari masa gestasinya. Antibodi
IgM, yang merupakan antibodi spesifik dan bersifat bakterisidal terhadap
bakteri gram negatif tidak ditransfer dari ibu.
3) Faktor pembekuan plasma rendah, karena keterbatasan hati dalam
menggunakan vitamin K. masa protrombin sepanjang sampai bayi
berumur kira-kira 2 minggu, karena itu bayi sudah mengalami perdarahan
b. Karbohidrat, cadangan glikogen sedikit, karena janin baru menumpuk
cadangan glikogennya di hati (dan dalam jumlah kecil juga di jantung dan otot
rangka) setelah mendekati cukup bulan. Akan terjadi hipoglikemia bila tidak
diberi minum.
c. Lemak
1) Jumlah cadangan lemak subkhutis (putih) kurang. Cadangan baru ditimbun
setelah masa gestasi 28 minggu. Akibatnya :
Perlindungan tubuh kurang sehingga mudah kehilangan panas
Cadangan energi kurang (bayi kurang bulan lebih cepat memakai
cadangan lemaknya, karena cadangan glikogennya rendah). Hal ini
akan terasa bila kebutuhan energinya meningkat, misalnya pada
keadaan penyakit membran hialin.
Cadangan lemak coklat juga kurang-kapasitas termogenesis terhadap
udara dingin akan menurun.
d. Mineral
1) Kalsium (mungkin magnesium). Tujuh puluh lima persen kalsium baru
akan ditimbun oleh janin setelah 28 minggu. Kebutuhan anak pertumbuhan
secepat pasca natal, melebihi kadar kalsium yang tersedia dari susu. Akan
meninggalkan risiko terhadap rikets.
2) Besi. Cadangan besi terutama didapat dari hemoglobin setelah masa 2
bulan terakhir kehamilan. Bayi kurang bulan akan mempunyai risiko
mengalami anemia defisiensi apabila tidak diberi tambahan.
3) Natrium. Ginjal bayi kurang bulan, kurang mampu menahan natrium
dibandingkan bayi cukup bulan dapat kehilangan paling sedikit 3
mmol/kg/24 jam. Mudah terjadi hiponatremia, terutama jika kandungan
natrium pada susunya rendah. Periksalah urine setiap hari untuk melihat
apakah ada kehilangan natrium, demikian pula osmolalitasnya untuk
membedakan dengan kehilangan natrium yang disebabkan oleh ketidak
10
![Page 11: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/11.jpg)
sesuaikan sekresi ADH. Bayi jadi kurang aktif, hipotensif, dan dapat
terjadi kejang. Kadang-kadang terdapat ileus. Hipernatremia dapat terjadi
pada bayi yang mendapat fototerapi atau lampau pemanas-yaitu bila
diberikan cairan glukosa IV dengan konsentrasi terlal tinggi, sehingga air
akan keluar bersama glikosaria.
e. Vitamin. Semua vitamin, rendah cadangannya pada waktu bayi lahir, terutama
C, D dan E. Kombinasi antara faktor kebutuhan untuk pertumbuhan cepat dan
absorbsi dari susu yang rendah pada waktu pasenata, menyebabkan bayi
rentan terhadap rikets, defisiensi asam folat, defisiensi vitamin E dan
hipprotombinema (devisiensi vitamin K). sampai mencapai masa gestasi 34
minggu, bayi belum dapat melakukan hidroksilasi I-OH vitamin D menjadi
1,25 dihidroksivitamin D. salah satu sebab mengapa bayi sangat rendah berat
lahirnya adalah karena bayi kekurangan dihidroksivitamin D.
f. Enzim. Enzim tertentu kadarnya rendah, atau fungsinya belum naik,
misalnya :
1) Bilirubin-UDP glukoronil transferase pada hati merupakan faktor yang
memberi andil terjadinya hiperbilirubinemia pada neonatus. Beberapa
enzim lain, yang diperlukan untuk mengambil, mentransfer, dan ekskresi
bilirubin, mungkin pula kurang adekuat fungsinya untuk kehidupan
ekstrauterin.
2) Enzim sel darah merah, terutama yang berfungsi untuk stabilitas dinding
sel. Merupakan predisposisi terhadap hemolisis dini.
2. Vitalitas menurun. Bayi kurang aktif bila dibandingkan dengan yang cukup bulan,
lebih banyak tidur, tangisan lebih lemah. Refleks moro kadang-kadang kurang
berkembang, atau tidak ada sama sekali.
3. Pengaturan temperatur belum stabil. Suhu badan cenderung menurun, karena :
a. Permukaan tubuh lebih luas
b. Kurangnya lemak subkutis
c. Kapasitas produksi panasnya lebih rendah (inaktivitas, minum lebih sedikit,
kekurangan cadangan lemak coklat).
Catatan : dapat juga terjadi hipertermia karena mekanisme produksi keringatnya
belum efektif.
4. Masalah pada sistem pencernaan
11
![Page 12: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/12.jpg)
a. Bayi kurang bulan yang kecil, seringkali refleks hisap dan menelannya lemah.
Koordinasi faringnya belum baik, refleks menutupnya juga tidak ada, sehingga
merupakan predeposisi terhadap aspirasi makanan.
b. Makanan dari lambung sering keluar lagi karena tonus stingter esofagus
bagian interiornya lemah dan lambungnya juga kecil.
c. Waktu pengosongan lambung lama; pada posisi tengkurap lebih singkat
daripada posisi terlentang.
d. Pencernaan dan absorpsi protein cukup baik, bahkan pada bayi sangat
prematur sekalipun absorbsi lemak kurang efisien, karena lipase pankreasnya
tidak adekuat dan cadangan asam empedunya sedikit. Seringkali terjadi
malabsorpsi karena adefisiensi laktase relatif.
e. Otot dinding usus besar seringkali lemah dan mudah distensi. Perkembangan
pleksus saraf autonom pada susu besar belum sempurna, terutama pada bayi
yang sangat prematur. Karena itu sering terjadi konstipasi.
5. Masalah sistem pernapasan
a. Pernapasan seringkali ireguler, baik iramanya maupun kedalaman inspirasi-
ekspirasinya. Pada bayi yang sangat kecil sering terdapat pernapasan periodik
(pernapasan cepat selama 20 detik dan kemudian berubah menjadi apancu
selama 10 detik). Serangan apneu berulang yang lebih dari 30 detik
merupakan masalah serius.
b. Susu lebih sering terinhalasi karena koordinasi faringnya kurang baik dan
tidak mempunyai refleks batuk.
c. Defisiensi surfaktan menyebabkan terjadinya sindrom gawat napas
d. Perkembangan struktur alveoli belum lengkap, sehingga cadangan respirasinya
belum naik, atau tidak ada sama sekali. Karena itu, bila sedikit saja terjadi
atelektasis akan berakibat parah.
6. Toleransi terhadap obat belum naik. Bayi kurang bulan tidak dapat bereaksi
terhadap obat-obatan tertentu sebaik bayi cukup bulan. Dalam memberikan obat
sangat perlu diperhatikan dosis,
a. Kemoterapik
1) Sulfonamide; beberapa misalnya sulfafurazol, berkompetisi dengan
bilirubin untuk berikatan dengan albumin, sehingga bilirubin akan keluar
12
![Page 13: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/13.jpg)
ke ekstravaskuler dan dapat terjadi ensefulopati bilirubin karena
perlemakan otak.
2) Kloramfenikol; dalam keadaan normal diekskresikan melalui konjugasi
oleh ensim hepar. Karena fungsinya belum sempurna, akan terjadi
akumulasi obat dalam bentuk aktifnya, kadang-kadang menyebabkan
kolaps sirkulasi (disebut grey baby sindrom).
3) Beberapa antibiotik dapat berakibat toksik; (a) kolkisin, aminoglikosid
(misalnya gentamisin, kanamisin, tobramisin) dapat merusak ginjal (b)
novobiosom menyebabkan hiperbilirubunemia karena menghambat
glukuronil transferase, (c) aminoglikosid, streptomisin akan menyebabkan
tuli dan kerusakan vestibular (d) tetrasiklin akan menyebabkan warna
kuning pada gigi dan menghambat pertumbuhan tulang.
b. Berbagai analog vitamin K dosis besar preparat vitamin K yang larut dalam air
akan menyebabkan hemolisis meningkat, sehingga akan terjadi
hiperbilirubinemia hebat. Jenis alamiah yang larut dalam lemak, vitamin K
(fitomenadion) atau yang sintetis, tidak menyebabkan toksisitas. Dosisnya
jangan melebihi 5 mg.
c. Oksigen derajat prematuritas berbanding terbalik dengan bahaya displasia
bronkopulmonar dan fibroplasias retrolental konsentrasi oksigen yang aman
tidak diketahui.
d. Preparat kulit. Misalnya heksaklorfan. Absorbsi berlebihan larutan
heksaklorfan 3% dapat menyebabkan mielinopati spongiformis pada bayi
sangat prematur. Alkohol, misalnya dari kapas, mudah diabsorbsi juga bersifat
traumatis bagi kulit yang tipis.
Perkembangan refleks belum sempurna, rooting, menghisap, menelan dan refleks
laring, belum berkembang sempurna pada bayi dengan masa gestasi kurang dari 34
minggu. Merupakan predisposisi terjadinya aspirasi makanan.
Masalah pada sistem sirkulasi darah.
a. Denyut nadi sedikit lebih cepat dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Bervariasi
antara 100-160/menit. Sinus aritmia sangat jelas. Karena sistem saraf autonom
belum sempurna.
13
![Page 14: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/14.jpg)
b. Tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan bayi cukup bulan, meningkat
sesuai dengan masa gestasi pada masa gestasi 28 minggu tekanan sistol 50 mmHg.
80 mmHg setelah cukup bulan. Diastolic juga rendah, berkisar antara 30-45
mmHg.
c. Volume darah. Jumlah dara pada plasenta bayi kurang bulan, relatif lebih banyak
dibandingkan pada bayi cukup bulan, karena itu penundaan penjepitan tali pusat
akan cukup memberikan kenaikan volume darah.
Masalah sistem hemetopik
a. Sel darah merah hemoglobin meningkat sesuai masa gestasi, sampai 36 minggu.
Adaptasi sel darah merah terhadap keadaan ekstrauterin kurang baik, karena
kekurangan 2,3 DPG dan rendahnya P50 akan menyebabkan kurva disosiasi
oksigen bergeser ke kiri konsentrasi hemoglobin fetal tinggi enzim
intrakorpuskuler sedikit.s emua itu akan mengakibatkan afinitas terhadap oksigen
meningkat, tetapi kemampuan mengkompensasi keadaan asfiksia akan menurun.
Dapat terlihat bentuk sel darah abnormal (piknositosis intantil) dan umur selnya
menurun kira-kira 70 hari. Karena zat besi tidak ada akan terjadi anemia fisiologis
sampai berumur 2-3 bulan disebut refactory early anemia of prematerity (REAP).
Kadang-kadang diperlukan transfusi darah bila bayi tampak malas minum, kurang
aktif atau tampak lelah sehabis minum.
b. Leukosit. Pada waktu labir sel polimorfonuklear merupakan sel-sel yang dominan.
Jumlahnya meningkat cepat sampai mencapai puncak pada umur 12 jam (900-
18000 mmHg), kemudian turun lagi sampai mencapai nilai yang agak konstant
setelah umur 12 jam (1500-4000/mm.). setelah 1 minggu. Limfosit akan dominan.
Neonates bereaksi terhadap infeksi dengan cara meningkatkan hitung netrofilnya
(terutama bentuk yang belum matang) dan dapat terlihat granulasi toksik.
c. Penyakit hemoragik dan trombositopneia lebih sering terjadi pada bayi kurang
bulan.
Masalah pada sistem hepatobilier
a. Ikterus sering terjadi, karena berbagai fungsi enzim belum sempurna. Pengukuran
kadar bilirubin secara berkala perlu dilakukan, dengan interval 4-6 jam bila
14
![Page 15: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/15.jpg)
kadarnya melebihi 170 µmol/L (10mg%) dan dicatat pada grafik, untuk
meramalkan kapan kira-kira kadarnya mencapai 340 µmol/L. bila kenaikan
bilirubin lebih besar dari 17µmol/L/jam maka diperlukan transfusi tukar. Bayi
sangat prematur memerlukan transfusi tukar pada kadar yang lebih rendah.
b. Cadangan asam empedu berkurang karena kemampuan reabsorbsi ileum terminal
juga kurang. Hal ini akan menyebabkan pemakaian asam-asam lemak dan vitamin
yang larut dalam lemak tidak efisien.
Masalah pada sistem ginjal. Derajat kematangan ginjal bervariasi sesuai dengan masa
gestasi.
a. Aliran darah ke ginjal rendah, karena tekanan arteri rata-rata juga rendah. Hal ini
akan meningkatkan resistensi vaskuler ginjal dan meningkatkan penebalan sel-sel
pada membran glomerulus. Terdapat peningkatan aktivitas ranin/angiotensisn.
Fungsi seperti ginjal dewasa akan dicapai pada umur 4-5 bulan
b. Fungsi tubulus ginjal bahkan lebih rendah lagi, mengakibatkan ketidak
seimbangan fungsi glomerulus-tubulus. Imaturitas fungsional pada ginjal akan
mengakibatkan :
1. Kemampuan mengekskresikan air (dilusi) dan menahan air (konsentrasi)
berkurang
2. Kesulitan dalam menahan filtrasi asam amino, natrium fofat dan glukosa, serta
dalam mensekresi ion H.
3. Tidak mampu mengeksresikan urea
4. Ekskresi berbagai jenis obat (misalnya penisilin, gentamisin), juga tidak
efisien
C. ASFIKSIA NEONATORUM
15
![Page 16: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/16.jpg)
1. Pengertian
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia berarti hipolesia yang progresif karena
gangguan pertukaran gas serta transfor O2 dan ibu kejanin sehingga terdapat gangguan
dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2.
2. Etiologi
1. Asfiksia intra uterin
2. Bayi kurang bulan
3. Obat-obat yang diberikan/diminum oleh ibu
4. Penyakit neuromuscular bawaan (congenital)
5. Cacat bawaan
6. Hipoksia intrapartum
3. Derajat ringan deratnya asfiksia
a. Normal bila nilai APGAR 7 – 10
b. Asfiksia sedang bila nilai APGAR score 4 – 6
c. Asfiksia berat bila nilai APGAR score 0 – 3
4. Tanda dan gejala
- Apnu primer : Pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus
neuromuscular menurun
-Apnu sekunder : Apabila asfiksia berlanjut, bagi menunjukkan pernafasan
megap-megap yang dalam, denyut jantung terus menurun, bayi terlihat lemah (pasif),
pernafasan makin lama makin lemah
5. Faktor predisposisi
- Ibu :
1. Gangguan his misalnya hipertoni dan tetani
2. Hipotensi mendadak pada ibu karena pendarahan misalnya plasenta previa
3. Hipertensi pada eklamsi
16
![Page 17: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/17.jpg)
4. Gangguan mendadak pada plasenta seperti salutio plasenta
- Janin :
1. gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat
2. Depresi pernafasan karena obat-obat anastesi/analgesik yang diberikan kepada
ibu, pendarahan intrakranial dan kelainan bawaan
3. Ketuban keruh/meconium
6. Diagnosis
Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-
tanda gawat janin. Tiga hal perlu mendapat perhatian:
1. Denyut jantung janin
Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 denyut semenit, selama his frekuensi ini
bias turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan
kecepatan dnyut jantung umumnya tidak besar artinya, akan tetapi apabila frekuensi
turun sampai dibawah 100x semenit di luar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu
merupakan tanda bahaya.
2. Mekanisme dalam air ketuban
Mekoneum pada presentasi-sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi
kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan harus menimbulkan
kewaspadaan. Asanya mekoneum dalam air ketuban pada presentasi-kepala dapat
merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan
mudah.
3. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil
pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya.
Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun dibawah 7,2
hal itu dianggap sebagai tanda bahaya oleh beberapa penulis.
7. Penatalaksanaan awal asfiksia
1. Cegah pelepasan panas yang berlebihan, keringkan (hangatkan) dengan
17
![Page 18: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/18.jpg)
menyelimuti seluruh tubuhnya terutama bagian kepala dengan handuk yang kering
2. Bebaskan jalan nafas : atur posisi-isap lendir
Bersihkan jalan nafas bayi dengan hati-hati dan pastikan bahwa jalan nafas bayi bebas
dari hal-hal yang dapat menghalangi masuknya udara kedalam paru-paru. Hal ini dapat
dilakukan dengan :
- Extensi kepala dan leher sedikit lebih rendah dari tubuh bayi
- Hisap lendir/cairan pada mulut dan hidung bayi sehingga jalan nafas bersih dari
cairan ketuban, mekonium/lendir dan darah menggunakan penghisap lendir DeLee
3. Rangsangan taktil
Bila mengeringkan tubuh bayi dan penghisap lendir/cairan ketuban dari mulut dan
hidung yang pada dasrnya merupakan tindakan rangsangan belum cukup untuk
menimbulkan pernafasan yang adekuat pada bayi baru lahir dengan penyulit, maka
diperlukan rangsangan taktil tambahan. Selama melakukan rangsangan taktil,
hendaknya jalan nafas sudah dipastikan bersih. Walaupun prosedur ini cukup
sederhana tetapi perlu dilakukan dengan cara yang betul. Ada 2 cara yang memadai
dan cukup aman untuk memberikan rangsangan taktil yaitu :
1. Menepuk atau menyentil telapak kaki dan menggosok punggung bayi. Cara ini
sering kali menimbulkan pernafasan pada bayi yang mengalami depresi pernafasan
yang ringan.
2. Cara lain yang cukup aman adalah melakukan penggosokan pada punggung bayi
secara cepat, mengusap atau mengelus tubuh , tungkai dan kepala bayi juga
merupakan rangsangan taktil, tetapi rangsangan yang ditimbulkan lebih ringan dari
menepuk, menyentil atau menggosok. Prosedur ini tidak dilakukan pada bayi-bayi
dengan apnu, hanya dilakukan pada bayi-bayi yang telah berusaha bernafas. Elusan
pada tubuh bayi, dapat membantu untuk meningkatkan frekuensi dan dalamnya
pernafasan
B. HIPOTERMI
18
![Page 19: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/19.jpg)
Mekanisme pengaturan tempratur suhu tubuh bayi belum berfungsi dengan
sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakuka pencegahan kehilangan panas
tubuh maka bayi baru lahir dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia,
sangat resiko tinggi untuk mengalami kesakita berat bahkan sampai kematian.
Hipotermi medah terjadi terutama pada bayi yang tubuhnya basah atau tidak seger
dikeringkan dan diselimuti walaupun berada dalam ruangan yang relative hangat.
Mekanisme thermoregulasi bila suhu tubuh dingin dipertahankan dengan cara
vaso konstriksi perifer contohnya aktifitas otot, shivering
( menggigil), Non shivering ( metabolisme lemak coklat / brown fat ). Non shivering
thermogenesis pembentuka panas dilakuakn dengan meningkatkan metabolisme
terutama lemak coklat darah menjadi hangat saat melewati coklat tubuh hanga.
Mekanisme thermoregulasi :
1. Internal gradient : dari permukaan dalam
2. External gradient
dari permukaan tubuh sekitar seperti :
- Evavorasi : jalan utama bagi bayi kehilangan panas tubuhnya,
kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan caoiran ketuban pada
permukaan tubuh oleh poanas tubuh bayi sendiri Karena setelah lahir
tubuh bayi tidak langsung dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi
pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera
dikeringkan dan diselimuti.
- Konduksi : kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung dantara
kulit bayi dengan permukaan yang lebih dingin. Meja atau tempat tidur
dan timbangan yang tempraturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi
diletakkan diatas benda-benda tersebut.
- Konveksi : kehilangan panas suhu tubuh bayi yang terjadi saat bayi
terpapar udara sekitar yang lebih dingin.
- Radiasi : kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan didekat
benda-benda yang yang mempunyai suhu tubuh yang lebih rendah dari
suhu tubuh bayi.
Bayi yang bersuhu tubuh normal akan tampak telapak kakinya hangat dan
berwarna kemerahan, dan tubuh teraba hangat. Klasifikasi suhu tubuh bayi :
19
![Page 20: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/20.jpg)
- suhu tubuh normal : 36,5-37,5 ºC
- Cold stress ( stress dingin ): 36-36,5 ºC
- Moderate hypothermia : 32-36 º c
- Severa hypothermia : >32 ºC
Neonatus rentan mengalami hipotermia karena permukaan tubuhnya yang
relative luas, jaringan lemak bawah kulit yang relative tipis, lemak coklat yang
kurang terutama pada BBLR. Faktor-faktor penyebab hipotermia :
- Perawatan yang kurang tepat setelah lahir
- Dipisahkannya bayi dengan ibunya
- BBLR / Prematur
- Tempat melahirkan yang dingin
- Umur bayi saat dirujuk
- Suhu tubuh tidak dijaga saat dirujuk
- Penyakit / patologid pada bayi : aspiksia neonatus, penyakit pada bayi
( sepsis)
Tanda dan Gejala Hypotermia :
- Vasokonstruksi perifer : acrosyanosis, extrimitas dingin, perfusi
menurun.
- Depresi SSP : letargi, bradikardi, apnea, kurang minum
- Metbolisme menigkat : hipoglikemia, hypoxia, acidosis
- Tekanan arteria pulmonalis meningkat : distress pernafasan, tachypnea
- Gejala kronis : BB menurun dan tidak bisa meningkat
Tanda stress dingin ( cold stress) :
- Telapak kaki teraba dingin
- Kemampuan isap lemah
- Aktifitas dan tangis lemah
Hypotermia berat
Apabila terdapat 2 atau lebih gejala dibawah ini :
- Tangis lemah / tidak menangis
- Mengantuk tidak bisa dibangunkan
- Kulit mengeras, kemeraghan
20
![Page 21: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/21.jpg)
- Mengisap ASI lemah
- Suhu 36-32 ºC
MANAJEMEN STERSS DINGIN, HYPOTERMIA SEDANG DAN BERAT
1. Stres dingin ( cold stress)
- Bungkus bayi secukupnya
- Hangatkn ruangan atau tempat tidur
- Hindari hilngnya panas
- Letakkan bayi didekat ibu
- Metode kanguru
- Beri Asi
2. Hypotermia sedang, penatalaksanaanya :
- Metode kanguru
- Hangatkan ruagan atau tem[pat tidur
- Cegah hilangnya panas
- Pemas extra : bungkus bayi dengan kain hangat balon lampu 200 watt,
penghangat ( heater, radian warmer, inkubator)
4. Hypotermia berat, penatalaksanaanya :
- Gunakan pemans berat, naikan panas dengan cepat sampai dengan 34ºC
kemudian perlahan-lahan
- Cegah kehilangan panas
- Infuse D 10% 60-80 ml/kg
- Beri vit k dan O2
- Beri antibiotic
Pencegahan hypothermia :
o Membungkus bayi
o Mengenakan bola lampu
o Buli-buli panas
o Kotak yang dibei bola lampu
o Incubator
21
![Page 22: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/22.jpg)
o Metoda kanguru
Sedangkan pencegahan hypothermia saat bayi lahir :
o Melahirkan diruangan yang hangat
o Jangan se4gera memandikan bayi
o Bayi segera dikeringkan dengan kain yang hangat dan bersih
o Bungkus bayi dengan kain yang hangat kepala ditutup
DAFTAR PUSTAKA
22
![Page 23: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/23.jpg)
Staf pengajar ilmu kesehatan anak. FKUI.2002. Ilmu Kesehatan Anak.
Percetakan INFOMEDIKA .Jakarta
Nelson,Waldo E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC.Jakarta
Winknjosastro, H. 199. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
Saefuddin, B.A. 2001. Buku Acuan Nasional, Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta.
Depkes, 2001. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal, Buku Acuan,
Jakarta.
Cecily L.Betz & Linda A. Sowden, 2001, Busaku ku Keperawatan Pediatri, EGC, Jakarta.
Carpenito,LJ, 1999, Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, EGC, Jakarta.
Komite Medik RSUP Dr. Sardjito, 1999, Standar Pelayanan Medis RSUP. Dr. Sardjito, Medika Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta, Indonesia.
Markum,AH, 1991, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, FK UI, Jakarta, Indonesia
McCloskey J.C, Bulechek G.M, 1996, Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby, St. Louis.
Nanda, 2001, Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2001-2002, Philadelphia.Price & Wilson,1995, Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, EGC
www.medica.com
www.springerlink.com
www.horseadvice.com
www.vetmet.ufl.edu
www.thepigsite.com
www.wikipedia.com
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY ‘D’DENGAN BBLR
DI RUANG NICU RSUD PROPINSI NTB
23
![Page 24: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/24.jpg)
TANGGAL 25-26 NOVEMBER 2008
Tanggal 25 November 2008 pukul 07.00 wita
I. PENGUMPULAN DATA
A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama bayi : Bayi “D”
Umur : 3 hari
Lahir : 23 November 2008 pukul 11.00 WITA
Anak ke : I (pertama)
JK : Perempuan
Nama ibu : Ny “D” Nama ayah : Tn “B”
Umur : 22 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sasak Suku : Sasak
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Lendang Lekong
MR : 91 18 55
2. Hari/tanggal masuk Rumah Sakit Ruang NICU : Minggu, 23 November 2008
pukul 13.00 Wita
3. Alasan masuk ruang NICU : bayi lahir spontan di bidan Fety tanggal
23/11/2008 pukul 11.00 WITA, A-S: 6-8, BB: 2000gr, bayi sempat apnue
setelah diberi minum ASI langsung dari ibu , oleh bidan diberi O2 saja
4. Hari/tanggal pengkajian : selasa, 25 November 2008, jam 07.00 WITA.
5. Keluhan utama saat dikaji
K/U bayi lemah, tangis (+), sianosis (-), hipotermi (-).
6. Riwayat kehamilan dan kelahiran :
a. Prenatal
- Ibu mengatakan hamil pertama dengan usia kehamilan 8 bulan
HPHT: 10-04-2008.
24
![Page 25: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/25.jpg)
- Ibu mengatakan sering memeriksakan kehamilannya di PKM 6
kali, dan pernah mendapatkan imunisasi TT 2 kali.
- Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit dan tidak ada
masalah selama kehamilan.
b. Natal
- Bayi lahir spontan, tunggal, letak kepala, ditolong oleh bidan di
BPS bidan Fety tanggal 23 November 2008 pukul 11.00 WITA.
c. Postnatal
- K/U bayi lemah, tangis (+), sianosis (-), hipotermi (-), BB: 2000 gr,
PB: 45 cm, LILA: 9 cm, LIKA: 30, jenis kelamin: perempuan, A-
S: 6-9
7. Riwayat Psikososial
- Kontak dini : ibu dan ayah langsung kontak dini dengan
bayinya setelah bayi lahir
- Pemberian ASI : sudah diberikan ASI
- Kontak mata : langsung dilakukan saat lahir
- Respon orangtua :Ibu, ayah, dan keluarga merasa bahagia dengan
kelahiran bayi namun cemas dengan kondisi bayinya.
B. Data objektif
1. Keadaan umum
- K/U bayi lemah, tangis (+), sianosis (-), nafas berat (-), retraksi (-),
hipotermi (-), jenis kelamin: perempuan
o BB : 2000 gr
o PB : 45 cm
o LILA : 9 cm
o LIKA : 30 cm
- TTV :
o Suhu : 37,1 0C
o Respirasi : 38 x/mnt
o DJ : 120x/mnt
2. Pemeriksaan fisik
25
![Page 26: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/26.jpg)
- Kepala : Tidak teraba molase, tidak terdapat kaput, tidak ada edema,
tidak ada trauma lahir, UUB berbentuk berlian, UUK berbentuk
segitiga, dan sedikit cekung, tidak ada pembengkakan atau benjolan.
- Telinga : Lunak, daya pegas bagus, tidak ada pengeluaran secret, tidak
ada kelainan, puncak daun telinga di atas garis hayal yang ditarik dari
quantus mata bagian luar.
- Hidung,mata dan mulut : Hidung simetris, tidak ada pengeluaran secret
atau cairan, neonatus bernapas melalui hidung, bibir tidak cyanosis,
tidak ada pengeluaran saliva yang berlebihan, tidak ada sumbing,
reflex hisap masih lemah.
- Leher : tidak ada pembengkakan, pergerakan lemas
- Dada : simetris, putting susu menonjol, tidak terdapat pengeluaran
secret atau carain, respirasi 38 x/mnt, ada retraksi dinding dada, bunyi
jantung normal.
- Bahu, lengan dan tangan : gerakan normal, jumlah jari lengkap, sistem
syaraf reflex morro (+)
- Perut : lebih menonjol atau cembung daripada dada, perut tidak
kembung, tali pusat belum kering, tidak ada tanda-tanda infeksi pada
tali pusat, tidak ada benjolan,
- Genitalia : jenis kelamin perempuan, labia minora tertutup oleh labia
mayora, lubang vagina terpisah dengan lubang uretra.
- Tungkai dan kaki : simetris, pergerakan lemah, jumlah jari lengkap.
- Punggung dan anus : tidak ada benjolan atau cekungan pada punggung,
terdapat lubang anus.
- Kulit : kemerahan, tidak terdapat tanda lahir, tidak ada lanugo, verniks
tidak ada, terdapat milia pada hidung, tidak ada bercak mongol pada
bokong.
II. INTERPRESTASI DATA DASAR
1. Diagnosa
Bayi kurang bulan kecil masa kehamilan hari ketiga dengan Berat Badan Lahir
Rendah
Dasar
- Usia kehamilan 32-33 minggu
26
![Page 27: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/27.jpg)
- K/U bayi lemah, tangis (+), sianosis (-), nafas berat (-), retraksi (-),
hipotermi (-), jenis kelamin: perempuan
o BB : 2000 gr
o PB : 45 cm
o LILA : 9 cm
o LIKA : 30 cm
- TTV :
o Suhu : 37,1 0C
o Respirasi : 38 x/mnt
o DJ : 120x/mnt
2. Masalah :
- Berat badan bayi kurang dari 2500 gr
3. Kebutuhan :
- Berikan kehangatan pada bayi
- Berikan nutrisi sesuai dengan kebutuhan bayi
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Potensial infeksi
Potensial gangguan pemenuhan nutrisi
Potensi hipotermi berat
Potensi hipoglikemi
IV. TINDAKAN SEGERA
Tidak ada
V. RENCANA TINDAKAN
- Observasi k/u bayi
- Observasi tanda-tanda vital
- Observasi infuse dan O2
- Timbang dan seka bayi
27
![Page 28: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/28.jpg)
- Jaga kehangatan tubuh bayi dengan cara membungkus bayi dengan selimut
yang hangat dan kering dibawah radian warmer dan tetap mengganti selimut
bayi jika basah
- Pemenuhan nutrisi dan cairan dengan menggunakan sonde
- Perawatan tali pusat
- Pengaturan posisi
- Tarik residu
VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 25 November 2008
Tempat : Ruang NICU RSU Mataram
07.00 :
- Observasi k/u bayi
- Menyeka dan menimbang bayi, serta melakukan perawatn tali pusat
- Mengatur posisi bayi
- Menghangatkan bayi dengan cara membungkus bayi dengan selimut
yang hangat dan kering dibawah radian warmer dan mengganti selimut
bayi jika basah.
09.00 :
- Menarik residu 3cc
- Memberikan pemenuhan nutrisi dan cairan melalui sonde dengan
memberikan ASI 1cc
- Mengatur posisi bayi
- Visite dokter
11.00 :
- Mengatur posisi bayi
- Mengobservasi infuse dan O2
- Beri injeksi Ampicillin 100 gr
- Mengganti selimut bayi
12.00 :
- Mengobservasi k/u bayi dan tanda-tanda vital :
- k/u bayi lemah, tangis (+), sianosis (-),hipotermi (-), BAB/BAK:+/+,O2
dan infuse terpasang.
- Tanda-tanda vital: Respirasi: 44 x/mnt,DJ: 136 x/mnt, Suhu: 36,5 0C.
28
![Page 29: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/29.jpg)
- Menarik residu (-)
- Sonde ASI 1 cc
- Mengganti selimut bayi
Sore
k/u lemah (+), tangis (+), cyanosis (-), O2, infuse dan pemberian antibiotic lanjut,
NGT Residu (-), sonde ASI 8 x 1 cc. BAB/BAK +/+
14.00 :
- Mengatur posisi bayi
- Mengobservasi k/u bayi: k/u bayi lemah, tangis (+), sianosis (-),
hipotermi (-), infuse, NGt dan O2 terpasang.
- Mengganti selimut bayi
15.00 :
- Mengobservasi k/u bayi dan tanda-tanda vital :
- k/u bayi lemah, tangis (+) merintih, sianosis (-), nafas perlahan mulai
teratur, retraksi (-), hipotermi (-),BAK:+,O2 terpasang.
- Tanda-tanda vital= Respirasi: 54 x/mnt,DJ: 132 x/mnt, Suhu: 37 0C.
- Memasang NGT
- Mengganti selimut bayi
16.00 :
- Mengobservasi k/u bayi
- Tarik residu (-)
- Mengatur posisi bayi
18.00 :
- Mengobservasi k/u bayi dan tanda-tanda vital: k/u bayi lemah, tangis
(+), cyanosis (-), BAB/BAK:+/+, infuse, NGT, O2 terpasang.
suhu : 37,4°C, R : 48x/menit, DJ : 148x/menit
- Mengganti selimut bayi
Malam
k/u lemah (+), tangis (+), cyanosis (-), masih terpasang O2, minum ASi langsung ke
ibunya, muntah (-), infuse dextrose 10%, BAB/BAK +/+, pemberian antibiotic lanjut
20.00 :
- Mengobservasi k/u bayi
- Mengganti selimut bayi
29
![Page 30: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/30.jpg)
21.00 :
- Beri minum ASI
- Mengobservasi lokasi dan tetesan infuse
23.00 :
- injeksi ampicillin 2 x 100 gr
- Mengganti selimut
01.00 :
- Memberikan minum ASI
- Mengatur posisi bayi
03.00 :
- Memberikan minum ASi
- Mengganti selimut bayi
06.00 :
- Mengobservasi k/u bayi dan tanda-tanda vital: k/u bayi lemah, tangis
(+), cyanosis (-), BAB/BAK:+/+, infuse, O2 terpasang.
suhu : 37,5°C, R : 48x/menit, DJ : 140x/menit
- Memberikan minum ASI
VII. EVALUASI
Tanggal 26 November 2008
Pukul 06.00 Wita
k/u bayi lemah, tangis (+), cyanosis (-),BAK/BAB (+)/(+),O2 dan infuse
dextrose 10% 7 tetes/mnt terpasang.
Tanda-tanda vital: suhu : 37,5 °C, R : 48x/menit, DJ : 140x/menit
Tanggal 26 November 2008 pukul 07.00 wita
30
![Page 31: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/31.jpg)
I. PENGUMPULAN DATA
A. Data Subyektif
-
B. Data Objektif
- K/U lemah, tangis (+), merintih(-), cyanosis (-), hipotermi (-), muntah (-),
BAB/BAK +/+, ASI langsung ibu
- Tanda-tanda vital:
Suhu : 370C
Respirasi : 66x/mnt
DJ : 124x/mnt
- BB bayi : 2000 gr
II. INTERPRESTASI DATA DASAR
a. Diagnosa
Bayi kurang bulan kecil masa kehamilan hari keempat dengan Berat Badan
Lahir Rendah
Dasar :
- Usia kehamilan 32-33 minggu
- K/U bayi lemah, tangis (+), sianosis (-), nafas berat (-), retraksi (-),
hipotermi (-), jenis kelamin: perempuan
o BB : 2000 gr
o PB : 45 cm
o LILA : 9 cm
o LIKA : 30 cm
- TTV :
o Suhu : 37,1 0C
o Respirasi : 38 x/mnt
o DJ : 120x/mnt
b. Masalah :
- Berat badan bayi kurang dari 2500 gr
c. Kebutuhan :
- Berikan kehangatan pada bayi
- Berikan nutrisi sesuai dengan kebutuhan bayi
31
![Page 32: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/32.jpg)
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Potensial hipotermi
Potensial gangguan pemenuhan nutrisi
Potensial Infeksi
IV. TINDAKAN SEGERA
Tidak ada
V. RENACANA TINDAKAN
- Observasi k/u bayi
- Observasi tanda-tanda vital
- Observasi infuse
- Berikan antibiotik
- Timbang dan seka bayi
- Jaga kehangatan tubuh bayi dengan cara membungkus bayi dengan selimut
yang hangat dan kering dibawah radian warmer dan tetap mengganti selimut
bayi jika basah
- Pemenuhan nutrisi dan cairan
- Perawatan tali pusat
- Pengaturan posisi
VI. PELAKSANAAN
Tgl 26 November 2008
07.00 :
- Menyeka bayi dengan menggunakan air hangat
- Mengganti selimut bayi yang basah dengan selimut yang kering
- Menimbang BB : 2000 gr
- Melakukan perawatan tali pusat
09.00 :
- Mengganti lokasi infus
- Memberi minum ASI langsung ibu
11.00 :
- Memberikan injeksi Ampicillin 2 x 100 gr
- Memberikan injeksi gentamisin 10 mg
32
![Page 33: BBLR NICU](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022051017/55cf9a89550346d033a235bb/html5/thumbnails/33.jpg)
12.00 :
- Mengobservasi k/u bayi dan tanda-tanda vital : K/U bayi lemah, tangis
(+), merintih(-), sianosis (-), hipotermi (-),, S: 37,2. R: 46x/mnt, DJ:
144x/mnt
- infuse terpasang
- mengganti selimut bayi
Sore:
K/U lemah, tangis (+), merintih(-), cyanosis (-), hipotermi (-), muntah (-), kembung
(-), BAB/BAK +/+, ASI langsung ibu, infuse dextrose 10% terpasang 8 tetes/mnt
14.00 :
- Mengobservasi k/u bayi : K/U lemah, tangis (+), merintih(-), cyanosis
(-), hipotermi (-), muntah (-), kembung (-), BAB/BAK +/+,
- Memberikan ASI langsung ibu
- infuse dextrose 10% terpasang 8 tetes/mnt
16.00 :
- Mengatur posisi bayi
- Mengganti selimut bayi
18.00 :
- Mengobservasi k/u bayi dan tanda vital : K/U bayi lemah, tangis (+),
merintih(-), sianosis (-), hipotermi (-)
- Infuse terpasang
- Tanda-tanda vital, Respirasi: 40x/mnt, DJ: 144x/mnt, Suhu: 36,6 0C
VII. EVALUASI
Tanggal 29 Oktober 2008 pukul 18.00 wita
- K/U lemah, tangis (+), merintih(-), cyanosis (-), hipotermi (-), muntah (-),
kembung (-), BAB/BAK +/+
- ASI langsung ibu
- Infuse dextrose 10% terpasang 8 tetes/mnt
- Tanda-tanda vital= Respirasi: 40 x/mnt,DJ: 144 x/mnt, Suhu: 36,6 0C
33