Batulicin, Desember 2016

130
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) TANAH BUMBU KABUPATEN TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN (2017 – 2026) Batulicin, Desember 2016

Transcript of Batulicin, Desember 2016

Page 1: Batulicin, Desember 2016

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP)

TANAH BUMBU

KABUPATEN TANAH BUMBU

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

(2017 – 2026)

Batulicin, Desember 2016

Page 2: Batulicin, Desember 2016
Page 3: Batulicin, Desember 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kawasan Hutan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit VI – Tanah Bumbu yang berada di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan telah mengalami banyak persoalan yang terkait dengan pengelolaannya. Penyerobotan lahan,perambahan hutan, dan pembalakan liar masih terus menjadi tantangan hingga saat ini. Deforestasi dan degradasi hutan yang terjadi memerlukan model dan strategi pengelolaan yang tepat dan efektif.

Dibentuknya Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit VI – Tanah Bumbu merupakan aksi nyata di dalam upaya mempercepat penyelesaian masalah hutan dan konflik yang ada di dalamnya. Hadirnya lembaga ini dalam kerangka memastikan adanya pengelolaan hutan di tingkat tapak/lapangan. Pembagian peran antara institusi pengurusan hutan (Dinas Kehutanan dan Perkebunan) dan institusi pengelolaan hutan (KPH) diharapkan dapat memperkuat efektifitas dan efisiensi kegiatan di bidang kehutanan. Dengan cara ini, arah menuju pengelolaan hutan yang lestari (sustainable

forest management) lebih jelas dan mudah di ukur. Salah satu bagian awal dari penyiapan pengelolaan kawasan hutan adalah

penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan baik jangka panjang (10 tahun) maupun jangka pendek (tahunan). Penyusunan pengelolaan jangka panjang diperlukan untuk menjadi acuan rencana kerja di tingkat tapak dalam bentuk unit-unit pengelolaan hutan (KPH) yang akan mengelola hutan secara terintegrasi melalui kaidah-kaidah pengelolaan hutan yang dapat menjamin keberlangsungan fungsinya sebagaimana yang dimandatkan dalam peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.435 / Menhut-II / 2009 tentang Penunjukan Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Selatan, Status dan Fungsi Kawasan Hutan Kabupaten Tanah Bumbu 60,93 % (296.817,80 Ha) merupakan Kawasan Hutan dan 39,07 % (190.351,65 Ha) merupakan non Kawasan Hutan berupa areal penggunaan lain dan perairan.

KPHP Unit VI – Tanah Bumbu memiliki ragam bentuk pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Dalam pemanfaatan hutan, saat ini ada Enam perusahaan pemegang izin usaha pemanfaatan kawasan hutan (IUPHHK-HT) dan Dua Puluh duaizin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH), Tujuh usulan IUPHHK- Hutan Tanaman Rakyat .

Wilayah KPHP Tanah Bumbu Unit VI secara ekologis ke depan akan mengalami tekanan ke arah deforestasi dan degradasi karena aktivitas illegal seperti perambahan hutan dan pembalakan liar. Eksistensi kawasan ini juga akan mengalami tekanan

ii

Page 4: Batulicin, Desember 2016

kerusakan yang dapat diakibatkan oleh konversi lahan menjadi lokasi pemukiman dan pertambangan. Untuk itu penanganan masalah secara terpadu dan komprehensif sangatlah diperlukan.

Secara ekonomi, adanya akses yang mudah dan banyaknya kegiatan usaha yang berkembang di sekiar KPHP Unit VI – Tanah Bumbu akan memberikan multiplier effectyang cukup positif.

Berdasarkan arah, tujuan dan sasaran pembangunan provinsi dan kabupaten serta memperhatikan kondisi, potensi dan permasalahan di dalamnya maka Rencana pengelolaan KPHP Unit VI – Tanah Bumbu yang utama adalah optimalisasi akses semua pihak termasuk masyarakat sekitar kawasan KPHP Unit VI – Tanah Bumbu sebagai salah satu jalan bagi resolusi konflik sumberdaya hutan demi tercapainya pengelolaan berkelanjutan. Visinya adalah “Terwujudnya Optimalisasi Pemanfaatan Sumber daya Hutan Secara Lestari dan Berkelanjutan untuk Mendukung Masyarakat Sejahtera”.

Untuk mencapai misi tersebut diperlukan langkah-langkah kongkrit Memantapkan status kawasan dan pengelolaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, Mengoptimalkan perlindungan hutan, rehabilitasi, pengamanan kawasan dan penegakan hukum, Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam hutan dan ekosistemnya berdasarkan prinsip kelestarian, Mengembangkan kelembagaan dan kemitraan dalam rangka pengelolaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, Memantapkan kolaborasi dan partisipasi semua stakeholder yang berkepentingan dengan KPHP Tanah Bumbu.

Guna mendukung keberhasilan pengelolaan hutan pada KPHP Tanah Bumbu perlu disusun kegiatan meliputi :

1. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan Penataannya 2. Pemanfaatan Hutan 3. Pemberdayaan Masyarakat 4. Pembinaan dan pemantauan pada areal berizin 5. Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar izin 6. Pembinaan dan pemantauan pelaksanaan rehibilitasi dan reklamasi pada areal

berizin 7. Penyelenggaraan perlindungan dan konservasi alam 8. Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait 9. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM 10. Penyediaan pendanaan 11. Pengembangan database

iii

Page 5: Batulicin, Desember 2016

12. Rasionalisasi wilayah pengelolaan 13. Review rencana pengelolaan 14. Pengembangan investasi

---

iv

Page 6: Batulicin, Desember 2016

v

KATA PENGANTAR

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) merupakan dokumen yang berisi arahan makro perencanaan yang akan dilakukan selama 10 tahun. Rencana ini

memuat rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh KPHP Tanah Bumbu sekaligus strategi yang harus dilakukan untuk memperlancar kegiatan tersebut. Seluruh program kegiatan direncanakan dilakukan secara simultan di blok dan petak pengelolaan sesuai

arahan tata hutan. Penyusunan dokumen rencana pengelolaan KPHP Tanah Bumbu mengacu pada

Permenhut No 6 Tahun 2010dan Perdirjen Planologi Kehutanan No. P.5/VII-WP3H/2012,

tanggal 14 Mei 2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP).

Organisasi KPHP Tanah Bumbu yang menjalankan program kegiatan tersebut tetap memperhatikan kondisi biofisik dan dinamika yang berkembang di lapangan. Unsur terpenting dalam perencanaan pengelolaan jangka panjang KPHP Tanah Bumbu adalah

pemanfaatan potensi SDA, perlindungan ekosistem dan peningkatan kapasitas SDM KPHP Tanah Bumbu.

Pada tahap awal pihak KPHP akan lebih mendorong peningkatan kapasitas SDM

agar lebih profesional dalam menjalankan aktivitas di tingkat tapak. Kapasitas SDM dirasakan sangat mendesak karena saat ini SDM di lingkungan KPHP Tanah Bumbu sangat minim, disisi lain wilayah pengelolaan KPHP Tanah Bumbu sangat luas.

Kami menyadari dokumen rencana pengelolaan KPH masih memerlukan beberapa masukan kongkrit dari semua pihak untuk lebih menyempurnakan dokumen rencana pengelolaan ini. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah

membantu penyusunan dokumen ini.

Batulicin, Desember 2016

DAWAN, S.Hut, MP NIP. 19700810 199203 1 011

Page 7: Batulicin, Desember 2016

DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................... ii

KATA PENGANTAR .....................................................................................v

DAFTAR ISI ............................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi

BAB I - PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................... 1

1.2. Tujuan Pengelolaan ........................................................................................................ 3

1.3. Sasaran ......................................................................................................................... 3

1.4. Ruang Lingkup ............................................................................................................... 4

1.5. Pengertian ..................................................................................................................... 4

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN ............................................................. 12

2.1. RISALAH WILAYAH ....................................................................................................... 12

2.1.1. Informasi Letak ............................................................................................... 12

2.1.2. Luas ................................................................................................................ 12

2.1.3. Batas-batas ..................................................................................................... 13

2.1.4. Pembagian Blok/Zona ...................................................................................... 14

2.1.5. Aksesibilitas Kawasan ....................................................................................... 21

2.1.6. Sejarah Wilayah ............................................................................................... 22

2.2. Potensi Wilayah KPHP ................................................................................................... 23

2.2.1. Kondisi Tutupan Lahan ..................................................................................... 23

2.2.2. Potensi Hasil Hutan Kayu .................................................................................. 23

2.2.3. Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu ....................................................................... 24

2.2.4. Keberadaan Flora dan Fauna Langka ................................................................. 25

2.2.5. Potensi Jasa Lingkungan dan Jasa Wisata .......................................................... 27

2.3. Sosial Budaya ............................................................................................................... 27

2.4. Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan .............................................................. 29

2.5. Posisi Areal Kerja dalam RTRWP dan Pembangunan Daerah ............................................ 33

vi

Page 8: Batulicin, Desember 2016

2.6. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan ....................................................................... 36

BAB III - VISI DAN MISI ................................................................... 39

3.1. Visi ............................................................................................................................. 39

3.2. Misi ............................................................................................................................. 40

3.3. Tujuan ......................................................................................................................... 42

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI ................................................. 43

4.1. Analisis ........................................................................................................................ 43

4.1.1. Faktor Internal ................................................................................................. 43

4.1.2. Faktor Eksternal ............................................................................................... 50

4.2. Proyeksi ....................................................................................................................... 56

4.2.1. Kelembagaan KPH yang kuat dan profesional .................................................... 56

4.2.2. Kawasan hutan yang mantap ............................................................................ 56

4.2.3. Termanfaatkannya sumber daya hutan melalui kerja sama, kemitraan dan

pemberdayaan masyarakat ............................................................................................. 57

4.2.4. Terlindungnya kawasan hutan dan sumber daya hutan ...................................... 57

4.2.5. Meningkatnya fungsi perlindungan dan tata air .................................................. 58

BAB V - RENCANA KEGIATAN ............................................................... 59

5.1. Inventarisasi berkala wilayah dan penataan hutan .......................................................... 59

5.1.1. Inventarisasi Berkala ........................................................................................ 59

5.1.2. Tata Batas Wilayah dan Fungsi ......................................................................... 60

5.1.3. Penataan Wilayah/Areal Kerja ........................................................................... 60

5.2. Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu ..................................................................... 61

5.2.1. Pemanfaatan Kawasan ..................................................................................... 61

5.2.2. Pemanfaatan Jasa Lingkungan .......................................................................... 63

5.2.3. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu ......................................................................... 70

5.3. Pemberdayaan masyarakat ........................................................................................... 72

5.4. Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan pada

Areal yang Berizin. .................................................................................................. 76

5.5. Rehabilitasi pada Areal Kerja di luar Izin ........................................................................ 77

5.6. Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasidan Reklamasi di dalam Areal Berizin

............................................................................................................................. 80

vii

Page 9: Batulicin, Desember 2016

5.7. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. ........................................... 80

5.8. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin .................................. 83

5.9. Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan Stakeholders. ............................................... 85

5.10. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SUMBER DAYA MANUSIA .................................... 87

5.11. PenyediAan pendanaan ................................................................................................. 88

5.12. Pengembangan database .............................................................................................. 94

5.13. Rasionalisasi wilayah kelola ........................................................................................... 94

5.14. Review Rencana Pengelolaan ........................................................................................ 95

5.15. Pengembangan investasi ............................................................................................... 96

5.15.1. Pengembangan investasi pada hasil hutan bukan kayu/jasa lingkungan .............. 97

5.15.2. Investasi Hutan Tanaman Rakyat ...................................................................... 98

5.15.3. Pengembangan investasi kayu di hutan alam ..................................................... 99

BAB VI - PEMBINAAN PENGENDALIAN, DAN PENGAWASAN ........ 101

6.1. Pengendalian ............................................................................................................. 101

6.2. Pengawasan ............................................................................................................... 102

6.3. Pembinaan ................................................................................................................. 102

BAB VII - PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN ................... 104

7.1. Pemantauan ............................................................................................................... 104

7.2. Evaluasi ..................................................................................................................... 104

7.3. Pelaporan .................................................................................................................. 105

BAB VIII - PENUTUP ....................................................................... 107

LAMPIRAN ............................................................................................ 108

viii

Page 10: Batulicin, Desember 2016

DAFTAR TABEL

Tabel II-1. Luas KPHP Tanah Bumbu pada Wilayah 7 Kecamatan.............................................. 13

Tabel II-2. Pembagian Blok/Zona KPHP Tanah Bumbu ............................................................ 14

Tabel II-3. Luas Blok dan Fungsi Kawasan Hutan di KPHP Tanah Bumbu Berdasarkan DAS/Sub

DAS ...................................................................................................................................... 15

Tabel II-4. Perhitungan Luas Open Akses KPHP Tanah Bumbu ................................................. 16

Tabel II-5. Perhitungan Luas Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu.......................................... 16

Tabel II-6. Luas HL, HP dan HPT per DAS di Wilayah KPHP Tanah Bumbu ................................. 17

Tabel II-7. Ketinggian tempat Kawasan Hutan KPHP Tanah Bumbu .......................................... 17

Tabel II-8. Data Kelas Lereng di KPHP Tanah Bumbu ............................................................... 18

Tabel II-9. Sebaran Curah Hujan di KPHP Tanah Bumbu .......................................................... 19

Tabel II-10. Data Kekritisan Lahan di Tiap DAS KPHP Tanah Bumbu ........................................ 20

Tabel II-11. Data Kekritisan Lahan di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu ............................. 21

Tabel II-12. Luas Penutupan Lahan pada Setiap Fungsi Kawasan Hutan ................................... 23

Tabel II-13. Jumlah Penduduk Desa di 7 Kecamatan di Wilayah KPHP Tanah Bumbu ................. 27

Tabel II-14. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun yang Bekerja di Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu

Tahun 2015 ....................................................................................................... 28

Tabel II-15. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun menurut Pendidikan Tertinggi dan Jenis Kegiatan di

Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015 .................................................... 29

Tabel II-16. Data Izin Pemanfaatan Hasil Hutan di Wilayah KPHP Tanah Bumbu Tahun 2014 ..... 30

Tabel II-17. Data Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Tahun 2016 .............................................. 31

Tabel IV-1. Potensi Jasa Lingkungan KPHP Tanah Bumbu ........................................................ 44

Tabel IV-2. Jenis Hasil Hutan Kayu KPHP Tanah Bumbu ........................................................... 44

Tabel IV-3.Kebutuhan Personil KPHP Tanah Bumbu ................................................................. 46

Tabel IV-4. Sarana dan Prasarana yang Difasilitasi Ditjen PHPL Tahun 2016 .............................. 52

Tabel V-1. Rencana Inventarisasi Berkala KPHP Tanah Bumbu .................................................. 60

Tabel V-2. Rencana Tata Batas Wilayah dan Fungsi Hutan KPHP Tanah Bumbu ......................... 60

Tabel V-3. Rencana Penataan RPH, Blok/Petak KPHP Tanah Bumbu .......................................... 61

Tabel V-4. Rencana Pemanfaatan Kawasan di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu ................. 62

Tabel V-5. Rencana Pemanfaatan Jasa Lingkungan di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu ...... 66

Tabel V-6. Rencana Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu .................................................................................................... 70

Tabel V-7. Rencana Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu ..... 71

Tabel V-8. Rencana Pemberdayaan Masyarakat KPHP Tanah Bumbu ......................................... 74

Tabel V-9. Rencana Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan Pemanfaatan Kawasan

Hutan di Areal yang Berizin KPHP Tanah Bumbu ...................................................................... 77

Tabel V-10. Data Kekritisan Lahan di Tiap DAS KPHP Tanah Bumbu .......................................... 78

Tabel V-11. Data Kekritisan Lahan di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu .............................. 78

ix

Page 11: Batulicin, Desember 2016

Tabel V-12. Rencana Rehabilitasi pada Lahan Kritis di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu ..... 79

Tabel V-13. Rencana Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi di

dalam Areal yang Berizin KPHP Tanah Bumbu ...................................................... 80

Tabel V-14. Rencana Perlindungan dan Konservasi Alam KPHP Tanah Bumbu ........................... 83

Tabel V-15. Kebutuhan Personil berdasarkan Kompetensinya KPHP Tanah Bumbu ..................... 87

Tabel V-16. Rencana Kebutuhan Dana Perlindungan dan Konservasi Alam KPHP Tanah Bumbu .. 89

Tabel V-17. Rencana Pengembangan Database KPHP Tanah Bumbu ......................................... 94

Tabel V-18. Rencana Pengembangan Database KPHP Tanah Bumbu ....................................... 100

Tabel VI-1. Rencana Pembinaan Pengelolaan Hutan KPHP Tanah Bumbu ................................ 103

Tabel VII-1. Rencana Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan Pengelolaan Hutan KPHP

Tanah Bumbu ...................................................................................................................... 105

x

Page 12: Batulicin, Desember 2016

DAFTAR GAMBAR

Gambar V-1. Lokasi Rencana Pengembangan Ekowisata .......................................................... 67

Gambar V-2. Sebaran wilayah pemanfaatan kayu di KPHP Tanah Bumbu .................................. 71

Gambar V-3. Bentuk koordinasi dan sinergi dalam pengelolaan KPHP Tanah Bumbu .................. 85

xi

Page 13: Batulicin, Desember 2016

BAB I - PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa perencanaan kehutanan meliputi inventarisasi hutan, pengukuhan kawasan hutan, penatagunaan kawasan hutan, pembentukan wilayah pengelolaan hutan, dan penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada tingkat provinsi, kabupaten/kota serta pada tingkat unit pengelolaan. Yang dimaksud dengan unit pengelolaan adalah kesatuan pengelolaan hutan terkecil sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efesien dan lestari, yang kemudian disebut KPH, antara lain dapat berupa kesatuan pengelolaan hutan lindung (KPHL), kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP), dan kesatuan pengelolaan hutan konservasi (KPHK).

Seluruh kawasan hutan di Indonesia terbagi habis dalam Wilayah KPHP. Dalam satu Wilayah KPHP dapat terdiri lebih dari satu fungsi pokok hutan yang penamaannya ditentukan oleh fungsi hutan yang luasnya dominan. KPH dikelola oleh organisasi pemerintah yang menyelenggarakan fungsi pengelolaan hutan. KPH berperan sebagai penyelenggara pengelolaan hutan di lapangan atau di tingkat tapak yang harus menjamin bahwa pengelolaan hutan dilakukan secara lestari sesuai dengan fungsinya. Keberadaan KPH menjadi kebutuhan Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagai “pemilik” sumberdaya hutan sesuai mandat Undang-undang, dimana hutan dikuasai negara dan harus dikelola secara lestari. Dalam prakteknya, penyelenggaraan pengelolaan hutan pada tingkat tapak oleh KPH bukan memberi izin pemanfaatan hutan melainkan melakukan pengelolaan hutan sehari-hari, termasuk mengawasi kinerja pengelolaan hutan yang dilakukan oleh pemegang izin.

Dengan demikian, KPH menjadi pusat informasi mengenai kekayaan sumberdaya hutan dan menata kawasan hutan menjadi bagian-bagian yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai izin dan/atau dikelola sendiri pemanfaatannya, melalui kegiatan yang direncanakan dan dijalankan sendiri. Apabila peran KPH dapat dilakukan dengan baik, maka KPH menjadi garis depan untuk mewujudkan harmonisasi pemanfaatan hutan oleh berbagaipihak dalam kerangka pengelolaan hutan lestari.

Begitu pun kawasan hutan di Kabupaten Tanah Bumbu agar dapat terkelola dengan baik dan memberikan manfaat tidak hanya bagi pengelola tetapi juga masyarakat yang berada di dalam atau sekitar kawasan hutan, sehingga perlu dibentuk KPH. Sesuai dengan Pasal 9 Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2007 jo. Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2008, yang dijabarkan dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia

BAB I - PENDAHULUAN 1

Page 14: Batulicin, Desember 2016

Nomor: P.6/Menhut-II/2010 Tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP, secara eksplisit fungsi kerja KPH dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan ditingkat tapak dapat dijabarkan secara operasionalsebagai berikut:

1. Melaksanakan penataan hutan dan tata batas di dalam Wilayah KPHP. 2. Menyusun rencana pengelolaan hutan di tingkat Wilayah KPHP, termasuk rencana

pengembangan organisasi KPH. 3. Melaksanakan pembinaan, monitoring dan evaluasi kinerja pengelolaan hutan

yang dilaksanakan oleh pemegang izin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, termasuk dalam bidang rehabilitasi dan reklamasi hutan, serta perlindungan hutan dan konservasi alam

4. Melaksanakan rehabilitasi dan reklamasi hutan. Melaksanakan perlindungan hutan dan konservasi alam. Melaksanakan pengelolaan hutan di kawasan tertentu bagi KPH yang telah menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU) atau Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

5. Menjabarkan kebijakan kehutanan menjadi inovasi dan operasi pengelolaan hutan. Menegakkan hukum kehutanan, termasuk perlindungan dan pengamanan kawasan

6. Mengembangkan investasi guna mendukung tercapainya tujuan pengelolaan hutan lestari.

Berdasarkan fungsi kerja di atas, dalam konteks regulasi kehutanan dan pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah dan pemerintah daerah, kebijakan KPH telah menimbulkan tafsir yang beragam. Beberapa aspek penting yangdisajikan pada sub bab berikut diharapkan dapat mengklarifikasi keragamanan tafsir tentang KPHP, sekaligus memberikan gambaran mengenai ruanglingkup KPH. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwakeberadaan KPH akan lebih memastikandiketahuinya potensi hutan, perubahan-perubahanyang terjadi maupun kondisi masyarakat yangtergantung pada manfaat sumberdaya hutan.

Selain itu, sangat dipahami bahwa berbagai ragam fungsi hutan pada faktanya terletak dalam hamparan bentang alam yang secara manajemenlebih memungkinkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan hutan lestari. Dalam hal ini KPHdapat dimaknai sebagai pihak yang menghimpun informasi sumberdaya hutan untuk melakukan pengelolaan hutan yang saat ini tidak di jalankan secara langsung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau Dinas Kehutanan.

Untuk menjamin terlaksananya kegiatan KPH sesuai dengan kaidah Pengelolaan Hutan Produksi Lestari, mencapai tujuan dan sasaran secara efektif dan efisien, maka

BAB I - PENDAHULUAN 2

Page 15: Batulicin, Desember 2016

perlu disusun rencana pengelolaan. Rencana pengelolaan yang disusun harus tepat, handal, luwes dan mampu menghadapi perubahan dinamika tatanan sosial, ekonomi dan budaya yang berkembang. Untuk itu, rencana pengelolaan yang disusun dengan memperhatikan kondisi lingkungan, aspirasi dan nilai budaya masyarakat setempat, mengacu pada Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN), serta diselaraskan dengan kebijakan pemerintah pusat (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) dan kebijakan pemerintah daerah. Dengan demikian rencana pengelolaan ini disusun untuk periode 10 tahun, dan menjadi pedoman dan baseline data dalam penyusunan prioritas dan penyusunan rencana kerja tahunan selanjutnya. Rencana pengelolaan yang dimaksud adalah Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP).

1.2. TUJUAN PENGELOLAAN

Adapun tujuan pengelolaan kawasan hutan di Kabupaten Tanah Bumbu melalui Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Tanah Bumbu adalah untuk Mendukung Program "Revolusi Hijau" yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, seluas 58.018 ha yang meliputi 47.763 ha oleh pemegang ijin, dan 10.255 ha oleh KPHP, selama periode 10 tahun (penanaman, pemeliharaan, hingga evaluasi) di wilayah KPHP Tanah Bumbu.

1.3. SASARAN

Sasaran yang akan dicapai dalam pengelolaan KPH Tanah Bumbu, meliputi : 1. Tertatanya kawasan hutan di Wilayah KPHP sepanjang ± 90 km; 2. Rehabilitasi dan penanaman lahan kritis dan sangat kritis di Wilayah KPHP seluas

± 58.018 ha yang meliputi 47.763 ha oleh pemegang ijin, dan 10.255 ha oleh KPHP;

3. Pemanfaatan kawasan hutan untuk pengembangan tanaman kayu manis dan kemiri pada blok pemanfaatan seluas ± 350 ha di Wilayah KPHP.

4. Pengembangan kelembagaan dan usaha masyarakat dalam mengolah hasil hutan bukan kayu sebanyak 4 (empat) jenis komoditas berupa budidaya lebah madu, kayu manis, kemiri dan tanaman obat di Wilayah KPHP

5. Pemberdayaan masyarakat setempat, pengendalian kebakaran hutan dan pengamanan hutan partisipatif bersama masyarakat pada 33 Desa di wilayah KPHP

6. Peningkatan koordinasi, monitoring dan evaluasi dalam rangka meningkatkan daya dukung 3 (tiga) unit DAS/SubDAS di Wilayah KPHP.

BAB I - PENDAHULUAN 3

Page 16: Batulicin, Desember 2016

1.4. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Rencana Pengelolaan Jangka Panjang ini meliputi : 1. Rencana mencakup seluruh areal KPHP Tanah Bumbu, yang meliputi wilayah

tertentu seluas 37.300 ha 2. Rencana Kegiatan Pengelolaan Hutan berbasis tata hutan yang telah disusun dan

hasil inventarisasi kondisi biogeofisik kawasan serta kondisi sosial ekonomi dan budaya Wilayah KPHP periode tahun 2017-2026.

3. Penjelasan mengenai kondisi potensi sumber daya hutan dan ekosistemnya yang akan dikelola, status dan alokasi lahan, batas areal, kondisi sosial ekonomi masyarakat, dan profil wilayah kecamatan yang berbatasan dengan area KPHP, yang meliputi 7 (tujuh) wilayah administrasi kecamatan.

4. Rencana kegiatan inventarisasi berkala wilayah kelola dan penataan hutannya, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan pada wilayah tertentu seluas 37.300 ha, serta pemberdayaan masyarakat di 7 (tujuh) wilayah administrasi kecamatan.

5. Rencana kegiatan penyelenggaraan rehabilitasi hutan, perlindungan hutan, dan konservasi alam pada lahan kritis dan sangat kritis di wilayah tertentu seluas ± 10.255 ha.

6. Pembinaan dan pemantauan izin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, serta rehabilitasi dan reklamasi hutan pada 9 (sembilan) unit manajemen IUPHHK-HA/HT/HTR dan 22 unit manajemen IPPKH.

7. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin pada 9 (sembilan) unit manajemen IUPHHK-HA/HT/HTR dan 22 unit manajemen IPPKH, serta koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait.

8. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM serta pendanaan selama 10 tahun. 9. Pengembangan data base sebanyak 1 kegiatan. 10. Rasionalisasi wilayah kelola selama jangka waktu 10 tahun 11. Review rencana pengelolaan (minimal 5 tahun sekali). 12. Pengembangan investasi selama jangka waktu 10 tahun.

1.5. PENGERTIAN

Beberapa istilah yang perlu dipahami dan disepakati bersama dalam hal berkaitan dengan rencana pengelolaan 10 tahun untuk pengelolaan KPH antara lain:

BAB I - PENDAHULUAN 4

Page 17: Batulicin, Desember 2016

1. Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam dan lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.

2. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

3. Hutan Produksi yang dapat dikonversi yang selanjutnya disebut HPK adalah kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi pembangunan di luar kehutanan.

4. Hutan Produksi Tetap yang selanjutnya disebut HP adalah kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai dibawah 125, di luar kawasan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam dan taman buru.

5. Hutan Produksi Terbatas yang selanjutnya disebut HPT adalah kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai antara 125-174, di luar kawasan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam dan taman buru.

6. Hutan Lindung yang selanjutnya disebut HL adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

7. Hutan Konservasi yang selanjutnya disebut HK adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

8. Hutan Tetap adalah kawasan hutan yang akan dipertahankan keberadaannya sebagai kawasan hutan, terdiri dari hutan konservasi, hutan lindung, hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap.

9. Areal Penggunaan Lain yang selanjutnya disebut APL adalah areal bukan kawasan hutan.

10. Hasil hutan adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya, serta jasa yang berasal dari hutan.

11. Inventarisasi hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk mengetahui dan memperoleh data dan informasi tentang sumber daya, potensi kekayaan alam hutan, serta lingkungannya secara lengkap. Dilakukan dengan survei mengenai statis dan keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumber daya manusia, serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan di sekitar hutan.

BAB I - PENDAHULUAN 5

Page 18: Batulicin, Desember 2016

12. Plot (Tract) adalah satuan unit contoh di dalam klaster yang terdiri dari sekumpulan sub plot.

13. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu daratan yang merupakan suatu kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak sungai yang melintasi daerah tersebut, yang berfungsi untuk menampung dan menyimpan air hujan ataupun air yang berasal dari sumber lainnya, serta mengalirkan air termaksud ke laut melalui badan-badan sungai.

14. Sub DAS adalah bagian dari DAS yang dibatasi oleh pemisah topografi berupa punggung bukit yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama.

15. Kesatuan Pengelolaan Hutan yang selanjutnya disingkat KPH adalah wilayah adalah organisasi pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.

16. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung yang selanjutnya disingkat KPHL adalah organisasi pengelolaan hutan lindung yang wilayahnya sebagian besar terdiri atas kawasan hutan lindung yang dikelola Pemerintah Daerah.

17. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi yang selanjutnya disingkat KPHP adalah organisasi pengelolaan hutan produksi yang wilayahnya sebagian besar terdiri atas kawasan hutan produksi yang dikelola Pemerintah Daerah.

18. Pengelolaan hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam.

19. Rencana pengelolaan hutan adalah rencana pada kesatuan pengelolaan hutan yang disusun oleh Kepala KPH, berdasarkan hasil tata hutan dan rencana kehutanan, dengan memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai budaya masyarakat serta kondisi lingkungan, memuat semua aspek pengelolaan hutan dalam kurun jangka panjang dan jangka pendek.

20. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL atau KPHP yang selanjutnya disebut RPHJP KPHL atau KPHP adalah rencana pengelolaan hutan untuk seluruh wilayah kerja KPHL atau KPHP dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun.

21. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL atau KPHP adalah rencana pengelolaan hutan untuk kegiatan KPHL atau KPHP dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.

22. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu

BAB I - PENDAHULUAN 6

Page 19: Batulicin, Desember 2016

serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.

23. Perencanaan kehutanan adalah proses penetapan tujuan, jenis dan tahapan kegiatan, serta penentuan perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan, yang diharapkan dapat mendasari dan sekaligus menjadi pedoman dan pemberi arah bagi penyelenggaraan kehutanan sehingga sumber daya hutan dapat didayagunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, secara berkeadilan dan berkelanjutan.

24. Tata Guna Hutan Kesepakatan yang selanjutnya disebut TGHK adalah kesepakatan bersama para pemangku kepentingan di tingkat Provinsi untuk menentukan alokasi ruang kawasan hutan berikut fungsinya yang diwujudkan dengan membubuhkan tanda tangan di atas peta.

25. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang selanjutnya disebut RTRWP adalah strategi operasionalisasi arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah nasional pada wilayah provinsi.

26. Izin pemanfaatan hutan adalah izin yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang yang terdiri dari izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan / atau bukan kayu, dan izin pemungutan hasil hutan kayu dan / atau bukan kayu pada areal hutan yang telah ditentukan.

27. Izin penggunaan kawasan hutan adalah izin kegiatan dalam kawasan hutan yang diberikan oleh Menteri untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi kawasan hutan.

28. Unit pengelolaan adalah kesatuan pengelolaan hutan dan/atau lahan terkecil sesuai sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.

29. Wilayah pengelolaan hutan pada tingkat kabupaten/kota adalah himpunan unit-unit pengelolaan hutan di wilayah kabupaten/kota.

30. Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan pemanfaatannya berada di luar areal izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.

31. Blok adalah pengaturan ruang dalam wilayah kelola KPH berdasarkan aspek-aspek ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.

32. Petak adalah merupakan unit terkecil dari blok-blok pengelolaan pada KPH. 33. Blok Inti merupakan blok yang difungsikan sebagai perlindungan tata air dan

perlindungan lainnya serta sulit untuk dimanfaatkan.

BAB I - PENDAHULUAN 7

Page 20: Batulicin, Desember 2016

34. Blok Pemanfaatan merupakan blok yang difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk pemanfaatan terbatas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan pemanfaatan hutan pada kawasan hutan yang berfungsi Hutan Lindung.

35. Blok Khusus merupakan blok yang difungsikan sebagai areal untuk menampung kepentingan-kepentingan khusus yang ada di Wilayah KPHP yang bersangkutan.

36. Blok Perlindungan merupakan blok yang difungsikan sebagai perlindungan tata air dan perlindungan lainnya serta direncanakan untuk tidak dimanfaatkan.

37. Blok pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK adalah merupakan blok yang telah ada izin pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK dan yang akan difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK sesuai dengan potensi kawasan yang telah dihasilkan dari proses inventarisasi.

38. Blok Pemanfaatan HHK-HA merupakan blok yang telah ada izin pemanfaatan HHK-HA dan yang akan difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk pemanfaatan HHK-HA sesuai dengan potensi kawasan yang telah dihasilkan dari proses tata hutan.

39. Blok Pemanfaatan HHK-HT merupakan blok yang telah ada izin pemanfaatan HHK-HT dan yang akan difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk pemanfaatan HHK-HT sesuai dengan potensi kawasan yang telah dihasilkan dari proses tata hutan.

40. Blok Pemberdayaan Masyarakat merupakan blok yang telah ada upaya pemberdayaan masyarakat (antara lain : Hutan Kemasyarakatan/HKm, Hutan Desa/HD, Hutan Tanaman Rakyat/HTR) dan yang akan difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk upaya pemberdayaan masyarakat sesuai dengan potensi kawasan yang telah dihasilkan dari proses tata hutan.

41. Konservasi adalah upaya mempertahankan, meningkatkan dan atau mengembalikan daya dukung lahan hutan, untuk menjamin kelestarian fungsi dan manfaat lahan hutan yang bersangkutan melalui pemanfaatan secara bijaksana.

42. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya-upaya pemulihan dan peningkatan fungsi lahan dan hutan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap berjalan.

43. Kemitraan adalah suatu kerja sama yang sinergis di antara hubungan antar individu atau kelompok-kelompok sosial sebagai akibat dari adanya perbedaan pemahaman, perbedaan persepsi dan atau perbedaan kepentingan dalam upaya pencapaian tujuan atau sasaran pengembangan.

BAB I - PENDAHULUAN 8

Page 21: Batulicin, Desember 2016

44. Masyarakat lokal adalah kelompok masyarakat di dalam suatu geografis tertentu, meliputi penduduk asli atau penduduk tradisional dan para pendatang yang melakukan pemukiman swakarsa.

45. Masyarakat setempat adalah kesatuan sosial yang terdiri dari warga negara Republik Indonesia yang tinggal di dalam dan/atau di sekitar hutan, yang bermukim di dalam dan di sekitar kawasan hutan yang memiliki wilayah sosial dengan kesamaan mata pencaharian yang bergantung pada hutan dan aktivitasnya dapat berpengaruh terhadap ekosistem hutan.

46. Kemitraan kehutanan adalah kerja sama antara masyarakat setempat dengan pemegang izin pemanfaatan hutan atau pengelola hutan, pemegang izin usaha industri primer hasil hutan, dan/atau KPH dalam pengembangan kapasitas dan pemberian akses, dengan prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan.

47. Pemberdayaan masyarakat setempat melalui kemitraan kehutanan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat sumber daya hutan secara optimal dan adil melalui kemitraan kehutanan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.

48. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.

49. Lahan adalah suatu hamparan ekosistem daratan di luar kawasan hutan yang peruntukannya untuk usaha dan atau kegiatan ladang dan atau kebun bagi masyarakat.

50. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah.

51. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. 52. Hutan adat adalah hutan yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat. 53. Hutan desa (HD) adalah hutan negara yang belum dibebani izin/hak, yang

dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa. 54. Hutan kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya

ditujukan untuk memberdayakan masyarakat.

BAB I - PENDAHULUAN 9

Page 22: Batulicin, Desember 2016

55. Pencegahan KARHUTLA adalah semua usaha, tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan/atau lahan.

56. Pemadaman KARHUTLA adalah semua usaha, tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk menghilangkan atau mematikan api yang membakar hutan dan/atau lahan.

57. Penanganan pasca KARHUTLA adalah semua usaha, tindakan atau kegiatan yang meliputi inventarisasi, monitoring dan koordinasi dalam rangka menangani hutan dan/atau lahan setelah terbakar.

58. Pembukaan lahan adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penyiapan dan pembersihan lahan untuk kegiatan budidaya maupun non budidaya.

59. Peningkatan bahaya kebakaran yang selanjutnya disebut PBK adalah peringkat yang digunakan untuk mengetahui tingkat risiko terjadinya bahaya kebakaran hutan dan lahan, di suatu wilayah dengan memperhitungkan keadaan cuaca atau bahan bakar dan kondisi alam lainnya yang berpengaruh terhadap perilaku api.

60. Titik panas atau hotspot adalah istilah untuk sebuah pixel yang memiliki temperatur di atas ambang batas (threshold) tertentu dari hasil interpretasi citra satelit, yang dapat digunakan sebagai indikasi kejadian kebakaran hutan dan lahan.

61. Manggala agni adalah organisasi pengendalian kebakaran hutan dan lahan pada tingkat pemerintahan pusat yang mempunyai tugas dan fungsi pencegahan, pemadaman, penanganan pasca kebakaran, dukungan evakuasi dan penyelamatan, serta dukungan manajemen yang dibentuk dan menjadi tanggung jawab menteri.

62. Brigade pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang selanjutnya disebut BARIGDALKARHUTLA adalah satuan kerja yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pencegahan, pemadaman, penanganan pasca kebakaran, serta dukungan evakuasi dan penyelamatan dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan di lapangan.

63. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan. 64. Evaluasi adalah suatu proses untuk mengukur pencapaian suatu tujuan tertentu

yang telah ditetapkan serta dilakukan secara sistematik dan teratur, hasilnya digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan pelaksanaan perencanaan selanjutnya.

65. Pengendalian adalah suatu proses atau upaya untuk mengurangi atau menekan penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga diperoleh suatu hasil sesuai

BAB I - PENDAHULUAN 10

Page 23: Batulicin, Desember 2016

dengan yang telah ditetapkan melalui pemantauan, pengawasan dan penilaian kegiatan.

66. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggungjawab di bidang kehutanan.

BAB I - PENDAHULUAN 11

Page 24: Batulicin, Desember 2016

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN

2.1. RISALAH WILAYAH

2.1.1. Informasi Letak

Secara geografis KPHP Tanah Bumbuterletak pada 2°52’ - 3°47 LS dan 115°15’ - 116°04’ BT.Secara umum, wilayah KPHP tanah Bumbu terletak di Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Mengacu pada data administrasi pemerintah daerah Kabupaten Tanah Bumbu, lokasi KPHP Tanah Bumbu berada pada 7 (Tujuh) wilayah administrasi kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Satui 2. Kecamatan Angsana 3. Kecamatan Sungai Loban 4. Kecamatan Kuranji 5. Kecamatan Mentewe 6. Kecamatan Kusan Hulu 7. Kecamatan Simpang Empat

2.1.2. Luas

Kesatuan pengelolaan hutan (KPH) Tanah Bumbu dibentuk berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor SK.78/Menhut-II/2010 tanggal 10 Februari 2010 tentang Penetapan wilayah kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) Tanah Bumbu Unit VI yang terletak di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. Berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor SK.624/Menlhk-Setjen/2015 tanggal 14 Desember 2015 tentang penetapan lokasi pada 1 (satu) unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan 1 (satu) unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) di Propinsi Kalimantan Selatan. Luas KPHP Tanah Bumbu adalah 262.919 ha. Karena perubahan fungsi kawasan hutan sehingga luas KPHP Tanah Bumbu menjadi 253,726 Ha.

Perubahan fungsi kawasan hutan pada KPHP Tanah Bumbu berdasarkan 1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan kehutanan No SK 269/MenLHK-

Setjen/2015 tanggal 28 Juli 2015 tentang perubahan fungsi kawasan hutan produksi tetap menjadi kawasan hutan produksi konversi di Kabupaten Tanah Bumbu Propinsi Kalimantan Selatan seluas 223 ha.

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 12

Page 25: Batulicin, Desember 2016

2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No SK 425/MenLHK-Setjen/2015 tanggal 7 Oktober 2015 tentang Perubahan fungsi kawasan Hutan Produksi Tetap menjadi kawasan Hutan Produksi Konversi di kabupaten Tanah Bumbu Propinsi Kalimantan Selatan seluas 662 Ha.

3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No SK 426/MenLHK-Setjen/2015 tangal 7 Oktober 2015 tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Produksi menjadi Kawasan Hutan Produksi Tetap di Kabupaten Tanah Bumbu Propinsi Kalimantan Selatan seluas 8.063 Ha.

Luas perubahan fungsi kawasan hutan pada kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) Tanah Bumbu 8.948 ha, yang tidak termasuk areal KPHP Unit VI Tanah Bumbu seluas 57 ha merupakan hutan konversi yang berada di luar wilayah KPHP Tanah Bumbu, sehingga perubahan fungsi kawasan hutan pada KPHP Tanah Bumbu seluas 8.891 ha.

Sesuai dengan peta RBI; selain terdapat pemukiman di luar kawasan terdapat pula beberapa pemukiman (dusun) yang berada di dalam kawasan hutan. Untuk wilayah kecamatan Kusan Hulu terdapat dusun Batubelah dan Temunih.

Kecamatan Simpang Empat terdapat pemukiman Sungai Dua, Kapis dan Pantai serta Sungai Batu, namun tidak satupun dari pemukiman tersebut dicantumkan di peta wilayah KPHP Tanah Bumbu. Selain itu di wilayah KPHP Blok Gunung Kukusan yang termasuk dalam Kecamatan Simpang Empat ini dilalui oleh jalan lintas provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Tabel II-1. Luas KPHP Tanah Bumbu pada Wilayah 7 Kecamatan

No. Kecamatan HL HP HPT Jumlah 1. Angsana - 2.518 - 2.518 2. Kuranji - 681 - 681 3. Kusan Hulu 55.406 41.866 12.272 109.543 4. Mentewe 23.029 35.458 790 59.277 5. Satui 4.726 47.913 8.670 61.309 6. Simpang Empat - 6.243 3.185 9.428 7. Sungai Loban - 10.840 129 10.969 Jumlah 83.161 145.519 25.046 253.726

Sumber : Hasil overlay peta kecamatan (RBI) dan wilayah KPHP Tanah Bumbu, Tahun 2016

2.1.3. Batas-batas

Berdasarkan administrasi pemerintahan, wilayah KPHP Tanah Bumbu berbatasan dengan :

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 13

Page 26: Batulicin, Desember 2016

1. Sebelah Utara : Kabupaten Kotabaru 2. Sebelah Selatan : Laut Jawa 3. Sebelah Timur : Kabupaten Kotabaru 4. Sebelah Barat : Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut.

Berdasarkan pengelolaan kehutanan, wilayah KPHP Tanah Bumbu berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara : KPHP Cantung 2. Sebelah Selatan : APL Kabupaten Tanah Bumbu 3. Sebelah Timur : APL Kabupaten Tanah Bumbu 4. Sebelah Barat : KPHP Tanah Laut dan KPHP Banjar

2.1.4. Pembagian Blok/Zona

Pembagian blok pada wilayah KPHP Tanah Bumbu dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang menjadi parameter, yang meliputi fungsi kawasan hutan, wilayah DAS dan SubDAS, kondisi biofisik/bioekologi, kondisi sumberdaya alam, flora dan fauna, serta kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.

Hasil pembagian blok atau zonasi wilayah KPHP Tanah Bumbu dilakukan sesuai dengan Perauran Dirjen Planologi Kehutanan Nomor P.5/VII-WP3H/2012, yang meliputi Blok Inti, Blok Pemanfaatan dan Blok Khusus di hutan lindung, Blok Perlindungan, Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan, HHBK, Blok Pemanfaatan HHK-HA, Blok Pemanfaatan HHK-HT, Blok Pemberdayaan Masyarakat, dan Blok Khusus di hutan produksi.

Tabel II-2. Pembagian Blok/Zona KPHP Tanah Bumbu

NO. BLOK / ZONA FUNGSI HUTAN

JUMLAH HL HPT HP A. Hutan Lindung 1. Blok Inti 52.540 - - 52.540 2. Blok Pemanfaatan 30.621 - - 30.621 3. Blok Khusus - - - -

Jumlah A 83.161 - - 83.161 B. Hutan Produksi 1. Blok Khusus - - - - 2. Blok Pemanfaatan HHK-HA - 7.685 8.253 15.938

3. Blok Pemanfaatan HHK-HT - 7.816 100.146 107.962

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 14

Page 27: Batulicin, Desember 2016

NO. BLOK / ZONA FUNGSI HUTAN

JUMLAH HL HPT HP 4. Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa

Lingkungan dan HHBK - 6.340 29.369 35.709

5. Blok Pemberdayaan Masyarakat - 3.205 6.948 10.153 6. Blok Perlindungan - - 803 803

Jumlah B - 25.046 145.519 170.565 JUMLAH TOTAL 83.161 25.046 145.519 253.726

Sumber : Pengolahan Data Spasial Tata Hutan KPHP Tanah Bumbu

Berdasarkan dokumen tata hutan yang disusun oleh BPKH V, dilakukan pembagian blok berdasarkan kondisi sub DAS Sungai Satui, Kusan, sungai Batulicin dan luas kawasan hutan (KPHP Tanah Bumbu), peta kerapatan jalan yang telah ada serta pengelompokan hutan, maka wilayah KPHP Tanah Bumbu dibagi menjadi 10 blok. Selanjutnya, hasil tumpang-susun peta blok dengan peta kawasan hutan dan perairan provinsi Kalimantan Selatan (SK Menhut No 435/Menhut-II/2009) menghasilkan data luas setiap fungsi kawasan pada tiap blok. Secara rinci data luas masing-masing blok dan fungsi kawasan yang terdapat di dalamnya disajikan pada Tabel II.3. Tabel II-3. Luas Blok dan Fungsi Kawasan Hutan di KPHP Tanah Bumbu Berdasarkan

DAS/Sub DAS

NO BLOK

NAMA BLOK DAS

F U N G S I JUMLAH (HA) HL HPT HP

I Satui 274 2,241 28,176 30,692 II Batulaki 12,630 7,758 16,233 36,622 III Sebamban - 1,696 24,991 26,688 IV Kusan Hilir 9,376 5,848 1,056 16,281 V Pihik 22,903 658 8,733 32,295 VI Kusan Hulu 22,043 - - 22,043 VII Ata 5,645 - 20,715 26,361 VIII Sela 6,230 1,613 11,828 19,672 IX Mangkalapi 4,054 2,044 25,766 31,866 X G. Kukusan - 3,185 8,016 11,202

JUMLAH (HA) 83,161 25,046 145,519 253,726 Sumber : Peta DAS wilayah KPHP Tanah Bumbu

Berdasarkan analisa spasial terhadap wilayah KPHP dan keberadaan perizinan IUPHHK-HA, IUPHHK-HT, IUPHHK-HTR dan IPPKH, maka dapat diperhitungkan luas wilayah open akses sebesar 90.643 hektar di wilayah KPHP Tanah Bumbu.

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 15

Page 28: Batulicin, Desember 2016

Tabel II-4. Perhitungan Luas Open Akses KPHP Tanah Bumbu

NO FUNGSI HUTAN OPEN AKSES (HA)

WILAYAH TERTENTU (HA)

1. Hutan Lindung (HL) 58.109 5.569

2. Hutan Produksi Terbatas HPT) 11.158 11.158

3. Hutan Produksi Tetap (HP) 21.376 20.573

Jumlah 90.643 37.300

Selanjutnya setelah dikurangi dengan blok inti di HL dan blok perlindungan di HP, dengan luas 53.343 ha, maka luas wilayah tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh KPHP adalah seluas 37.300 ha, dengan perincian sebagaimana dirinci dalam Tabel II-5.

Tabel II-5. Perhitungan Luas Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu

No Uraian Fungsi Hutan HL HPT HP Jumlah

A. Hutan Lindung 1. Blok Inti - - - - 2. Blok Pemanfaatan 5.569 - - 5.569 3. Blok Khusus - - - - Jumlah A 5.569 - - 5.569 B. Hutan Produksi 1. Blok Khusus - - - - 2. Blok Pemanfaatan HHK-HA - 6.316 927 7.243 3. Blok Pemanfaatan HHK-HT - 78 2.314 2.392 4. Blok Pemanfaatan Kawasan,

Jasa Lingkungan dan HHBK - 4.230 16.222 20.453

5. Blok Pemberdayaan Masyarakat

- 534 1.110 1.644

6. Blok Perlindungan - - - - Jumlah B - 11.158 20.573 31.731 Jumlah Total 5.569 11.158 20.573 37.300

Sumber : Pengolahan Data Spasial Tata Hutan KPHP Tanah Bumbu

Beberapa aspek yang menjadi parameter utama pembagian blok KPHP Tanah Bumbu adalah sebagai berikut :

a) Fungsi Kawasan dan wilayah DAS

Sebaran fungsi kawasan hutan di KPHP Tanah Bumbu berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.435/Menhut-II/2009 tentang Penunjukkan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Kalimantan Selatan, meliputi tiga fungsi hutan.dapat dilihat pada Tabel II-6 di bawah ini.

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 16

Page 29: Batulicin, Desember 2016

Tabel II-6. Luas HL, HP dan HPT per DAS di Wilayah KPHP Tanah Bumbu

DAS HL HPT HP JUMLAH (HA) DAS BATULICIN 11.929 40.108 1.837 53.874 DAS KUSAN 58.317 40.055 8.627 106.999 DAS SATUI 12.915 44.283 10.482 67.680 DAS SEBAMBAN - 17.610 1.133 18.743 DAS SERONGGA - 1.797 523 2.320 DAS SETANGGA - 1.666 2.444 4.110

JUMLAH (HA) 83.161 25.046 145.519 253,726 Sumber : Peta DAS wilayah KPHP Tanah Bumbu

b) Ketinggian Tempat

Beberapa hasil penelitian yang pernah diadakan memberikan kesimpulan bahwa ketinggian tempat mempunyai efek-efek tidak langsung terhadap riap dan bentuk pohon-pohon hutan. Efek tidak langsung dari bertambahnya ketinggian terhadap pohon-pohon sebagai individu adalah sebagai berikut :

1. Pertumbuhan tinggi menurun secara teratur. 2. Riap total lambat laun akan menurun. 3. Waktu pengembangan diperpanjang, yaitu pohon memerlukan waktu lebih lama

untuk menjadi dewasa. 4. Perkembangan tajuk lambat laun menjadi lebih rendah dan lebih mendekati tanah 5. Proporsi cabang-cabang dan ranting-ranting meningkat

Berdasarkan hasil perhitungan, kawasan KPHP Tanah Bumbu umumnya terletak pada ketinggian 10 – 125 mdpl yang tersebar pada kawasan HL, HP dan HPT. Adapun sebaran ketinggian berdasarkan fungsi kawasan hutan dapat dilihat pada table berikut. Tabel II-7. Ketinggian tempat Kawasan Hutan KPHP Tanah Bumbu

Kelas Ketinggian / Altitude Class

Luas / Area (Ha)

Persentase / Percentage

(1) (2) (3) 1. 0 – 7 m 5.983 1,19 2. > 7 – 25 m 131.718 26,31 3. > 25 – 100 m 207.712 41,48 4. > 100 – 500 m 153.613 30,68 5. > 500 – 1.000 m 1.650 0,33 6. > 1.000 20 0,004

Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tanah Bumbu

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 17

Page 30: Batulicin, Desember 2016

c) Slope

Sebagaimana pada umumnya kawasan KPHP Tanah Bumbu bervariasi dari datar sampai bergelombang, berbukit sampai dengan bergunung. Bagian kawasan yang bergunung terletak pada blok hutan lindung di Kecamatan Mentewe dan blok hutan produksi di Kecamatan Satuidan Kecamatan Kusan Hulu. Puncak tertinggi terletak pada ketinggian 776mdpl (G.Mariringin) KPHP Tanah Bumbu. Sisi inidicirikan oleh kenampakan topografi relief tinggi, bentuk lereng yang terjal dan tekstur topografi yang kasar.

Daerah perbukitan dicirikan oleh bentuk relief dan tekstur topografi halus sampai sedang, bentuk lereng sedang sampai rendah, bentuk bukit yang tumpul dengan lembah yang sempit sampai melebar. Kawasan dengan topografi dataran dicirikan oleh bentuk permukaan lahan yang datar sampai sedang dan sedikit bergelombang, relief rendah dan tekstur topografi halus. Bentuk permukaan seperti ini banyak dijumpai di antara perbukitan. Adapun kelerengan di KPHP Tanah Bumbu dapat dilihat pada tabel II.8. di bawah ini

Tabel II-8. Data Kelas Lereng di KPHP Tanah Bumbu

KELAS LERENG KELERENGAN LUAS (HA) PERSEN 0-8% datar 98.486 38,82 8-15% landai 10.8923 42,93 15-25% agak curam 38.202 15,06 25-40% curam 6.717 2,65 > 40% sangat curam 1.396 0,55

JUMLAH (HA) 253.726 100,00 Sumber: Hasil proses peta kontur berdasarkan DEM

d) Curah Hujan

Data curah hujan pada wilayah studi yang diperoleh dari Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika data curah hujan di sekitar daerah KPHP Tanah Bumbu yang diambil dari stasiun terdekat, diperoleh pada rekap Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Stagen, Kotabaru.Data curah hujan yang diambil mulai periode Tahun2005 sampai dengan Tahun 2014digunakan untuk memperkirakan kondisi curah hujan di daerah KPHP Tanah Bumbu.

Data tersebut menunjukkan curah hujan tertinggi terjadi pada Tahun 2009 dengan curah hujan 2,941.2 mm/tahun dan curah hujan terendah terjadi pada Tahun 2012 dengan curah hujan hanya 1,256.7 mm/tahun.

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 18

Page 31: Batulicin, Desember 2016

Tabel II-9. Sebaran Curah Hujan di KPHP Tanah Bumbu

No Tahun Hari Hujan (Hari) Curah Hujan (mm) 1 2005 198 2,423.8 2 2006 237 2,042.9 3 2007 211 1,999.3 4 2008 250 2,902.0 5 2009 258 2,941.2 6 2010 202 1,852.9 7 2011 116 2,519.4 8 2012 61 1,256.7 9 2013 246 2,109.2 10 2014 254 2,394.1

Jumlah 2.203 22,441.5 Rata-rata 203.3 2,244.15

Intensitas Hujan 11.04 Sumber Data BMG Stagen, Kotabaru

e) Iklim

Iklim di Indonesia dipengaruhi oleh tiga jenis iklim yaitu iklim musim (muson), iklim tropika (iklim panas), dan iklim laut. Iklim Musim (Iklim Muson) sangat dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap periode tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6 bulan. Iklim musim terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson Barat) dan Angin musim timur laut (Muson Timur). Angin muson barat bertiup sekitar bulan oktober hingga april yang basah sehingga membawa musim hujan/penghujan. Angin muson timur bertiup sekitar bulan april hingga bulan oktober yang sifatnya kering yang mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami musim kering/kemarau.

Selanjutnya Iklim yang mempengaruhi KPHP Tanah Bumbu adalah Iklim Tropika (Iklim Panas). Iklim ini akan mempengaruhi wilayah disekitar garis khatulistiwa yang bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Umumnya wilayah Indonesia memiliki iklim tropis, sedangkan negara Eropa dan Amerika Utara mengalami iklim subtropis. Iklim tropis bersifat panas sehingga wilayah Indonesia panas yang mengundang banyak curah hujan.

Berdasarkan kriteria Schmidth and Fergusson tipe iklim di KPHP Tanah Bumbu merupakan tipe iklim A, Artinya lokasi KPHP Tanah Bumbu memiliki bulan basah lebih dari 9 (Sembilan) Bulan.

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 19

Page 32: Batulicin, Desember 2016

f) Tutupan Lahan

Berdasarkan peta tutupan lahan Propinsi Kalimantan Selatan, jenis tutupan lahan di KPHP Tanah Bumbu berbeda-beda. Tutupan lahan di KPHPTanahBumbu didominasi oleh hutan sekunder lahan kering dan Semak belukar.Tutupan lahan ini dapat disaksikan langsung di lapangan yang mengelilingi KPHP Tanah Bumbu didominasi oleh hutan sekunder.

Sebaran tipe penutupan lahan di KPHP Tanah Bumbu dapat dilihat pada .Tabel II.10. Tutupan lahan di KPHP Tanah Bumbu Tabel II-10. Penutupan Lahan di Wilayah KPHP Tanah Bumbu

NO PENUTUPAN LAHAN JUMLAH (HA) 1 Hutan lahan kering sekunder 135.755 2 Hutan mangruve sekunder 1 3 Hutan tanaman 15.088 4 Lahan terbuka 1.915 5 Perkebunan 18.304 6 Permukiman 121 7 Pertambangan 14.268 8 Pertanian lahan kering 4.406 9 Pertanian lahan kering campur Semak 9.127 10 Semak belukar 54.609 11 Tubuh air (void) 132 JUMLAH (HA) 253.726

Sumber: Peta Penutupan Lahan Ditjen PKTL Tahun 2015

Tabel II-10. Data Kekritisan Lahan di Tiap DAS KPHP Tanah Bumbu

NO RPH /

FUNGSI HUTAN

TINGKAT KEKRITISAN Jumlah (Ha) Sangat

Kritis Kritis Agak

Kritis Potensial

Kritis Tidak Kritis

I. RPH Batulicin - HL 707 699 3.432 26.466 2.617 33.921 - HPT 953 2.231 113 1.501 - 4.799 - HP 2.969 12.286 7.724 17.581 - 40.560 Jumlah I 4.629 15.217 11.270 45.548 2.617 79.280

II. RPHKusan - HL 676 2.357 1.610 29.180 2.511 36.335 - HPT 701 417 1.164 6.269 1 8.551 - HP 4.008 10.299 2.719 17.916 616 35.557 Jumlah II 5.385 13.073 5.493 53.365 3.128 80.444

III.

RPH Satui

- HL - - 401 9.957 2.547 12.905 - HPT 633 858 3.912 6.293 - 11.696 - HP 12.033 6.190 18.169 32.281 728 69.402 Jumlah III 12.666 7.049 22.482 48.531 3.275 94.003 Jumlah Total 22.680 35.338 39.244 147.444 9.020 253.726 Prosentase

(%) 8,94 13,93 15,47 58,11 3,56 100,00 Sumber : Pengolahan Data Lahan Kritis BPDAS Tahun 2013

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 20

Page 33: Batulicin, Desember 2016

Berdasarkan data pada tabel V-11 di atas, bahwa pada KPHP Tanah Bumbu terdapat sebaran lahan kritis pada RPH Batulicin seluas 19.846 Ha, RPH Kusan seluas 18.458 Ha dan RPH Satui seluas 58.018 Ha. Tabel II-11. Data Kekritisan Lahan di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu

NO TINGKAT KEKRITISAN FUNGSI HUTAN JUMLAH (Ha)

% HL HPT HP

1. Sangat Kritis 470 679 3.612 4.761 12,76 2. Kritis 537 524 3.409 4.470 11,98 3. AgakKritis 1.578 2.768 5.538 9.884 26,50 4. PotensialKritis 2.794 7.187 7.986 17.967 48,17 5. TidakKritis 190 - 28 218 0,58 Jumlah Total 5.569 11.158 20.573 37.300 100

Sumber : Pengolahan Data Lahan Kritis BPDAS Tahun 2013

Sementara pada wilayah tertentu berdasarkan hasil analisis spasial BPDAS Barito Tahun 2013 diperoleh data tingkat kekritisan lahan mulai dari sangat kritis hingga tidak kritis. Nilai terbesar adalah potensial kritis seluas 17.967 Ha atau 48,17 % dari luas keseluruhan KPHP Tanah Bumbu.

g) Hidrologi

Kawasan hutan di KPHP Tanah Bumbu merupakan bagian huludari sungai – sungai yang terdapatdi KabupatenTanah Bumbu.Antara lain seperti Sungai Batulicin hulunyaberada pada hutan lindung desa Emil Baru Kecamatan Mentewe,Sungai Kusan hulunya berada pada hutan produksi Desa Dadap Kecamatan Kusan Hulu, dan sungai Satui hulunya berada di Desa Pintu Air.Pada mulanya sungai merupakan akses transportasi masyarakat dalam pengangkutan hasil-hasil bumi di Kabupaten Tanah Bumbu sebelum terbangunnya akses jalan darat serta dimanfaatkan untuk pemenuhan air bersih bagi masyarakat dikabupaten tersebut. Disamping itu, juga ditemukan beberapa mata air dan sungai-sungai kecil. Fluktuasi debit air sungai-sungai besar dari dalam kawasan KPHP Tanah Bumbu sampai saat ini masih relatif stabil sepanjang tahun, namun berbeda dengan debit pada sungai diluar kawasan KPHP Tanah Bumbu.

2.1.5. Aksesibilitas Kawasan

Kabupaten Tanah Bumbu dengan ibukotanya Batulicin, terletak di bagian tenggara wilayah Propinsi Kalimantan Selatan. jarak dari Kota Batulicin dari Ibukota Provinsi sejauh 262 km, yang dapat ditempuh dengan jalan darat selama + 5 jam. Moda trasnportasi umum berupa Bis maupun mobil carter yang mudah diperoleh di Terminal Induk Pal 6 Banjarmasin. Moda lainnya berupa pesawat udara terjadwal satu kali penerbangan (Wings Air) setiap hari ke Banjarmasin dan Makassar. Kota Batulicin juga

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 21

Page 34: Batulicin, Desember 2016

memiliki pelabuhan laut yang dapat melayani kapal penumpang dan kapal barang yang berasal dari Pulau Jawa dan Sulawesi.

Aksesibilitas kawasan KPHP Tanah Bumbu sangat tinggi karena sebagian besar areal memiliki tofografi datar sampai bergelombang dengan ketinggian ±10 – 125 meter dari pemukaan laut sehingga untuk mencapai lokasi/areal ditempuh dengan menggunakan tranportasi darat, terlebih areal KPH Tanah Bumbu yang sebagian besar merupakan areal IUPHHK HTPT. Hutan Rindang Banua (HRB), IUPHHK-HT PT.Kirana Khatulistiwa (KK), IUPHHK-HT PT.Inni Joa (IJ), IUPHHK-HT PT.Jhonlin Agro Mandiri (JAM), IUPHHK-HT PT.Batulicin Bumi Bersujud (BBB) dan Pemegang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) sehingga aksesibilitas melalui darat menuju areal KPHP relatif mudah dijangkau.

Permasalahan yang berkaitan dengan tingginya aksesibilitas kawasan adalah besarnya peluang penguasaan lahan serta gangguan aktivitas penebangan liar terhadap potensi tegakan hutan (illegal logging) serta berkembangnya budidaya tanaman perkebunan terutama perkebunan sawit yang berbatasan langsung dengan areal KPHP, maka kemungkinan terjadinya penguasaan lahan areal KPHP sangat tinggi.

2.1.6. Sejarah Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu merupakan daerah pemekaran, sebelumnya merupakan

bagian dari wilayah Kabupaten Kotabaru. Tanggal 08 April 2003, Kabupaten Tanah Bumbu resmi dibentuk. Demikian pula, pengelolaan kehutanan di wilayah ini, yang sebelumnya merupakan bagian dari wilayah kerja CDK Tanah Bumbu. CDK Tanah Bumbu inilah yang menjadi cikal bakal Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Lingkungan Hidup pada saat pembentukan Kabupaten Tanah Bumbu di tahun 2003, dan berubah menjadi Dinas Kehutanan dan Perkebunan hingga tahun 2016.

Pada periode tahun 2006 hingga tahun 2012, Dinas Kehutanan Provinsi bersama dengan Kementerian Kehutanan melalui UPT-nya di daerah, melakukan berbagai kegiatan, meliputi workshop dan sosialiasi dalam rangka menginisiasi pembentukan KPH, baik dengan dana yang bersumber dari APBD maupun APBN.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri No 78/Menhut-II/2010 tentang penetapan wilayah KPHL dan KPHP Provinsi Kalimantan Selatan yang terdiri dari 10 KPH. Melalui Peraturan Bupati Tanah Bumbu No 36 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Tanah Bumbu, dibentuklah kelembagaan KPH Tanah Bumbu yang merupakan salah satu UPT Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanah Bumbu.

Wilayah pengelolaan KPHP Tanah Bumbu telah diusahakan melalui beberapa konsesi, yakni HPH PT. Sumpol Timber dan PT. Valgoson (sudah tidak aktif/telah

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 22

Page 35: Batulicin, Desember 2016

dicabut), PT. Kodeco Timber, HTI PT. Kodeco Timber, PT. Inni Joa, PT. Batulicin Bumi Bersujud (Eks PT. Sumpol Timber), PT. Hutan Rindang Banua (Eks PT. Menara Hutan Banua). Pada wilayah KPHP Tanah Bumbu terdapat hutan lindung, yang meliputi kawasan hutan Pegunungan Meratus yang ditetapkan sebagai daerah tangkapan air (cacthment area) untuk mendukung Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Batulicin sesuai Keppres No. 11 Tahun 1998.

2.2. POTENSI WILAYAH KPHP

2.2.1. Kondisi Tutupan Lahan

Sesuai dengan data yang peroleh dari BPKH Wilayah V Banjarbaru di wilayah KPHP Tanah Bumbu dibagi dalam 11 macam tutupan lahan yaitu : Hutan Lahan Kering Primer (Hp/2001), Hutan Lahan Kering Sekunder (Hs/2002), Hutan Mangrove Primer (Hmp/2004), Hutan Mangrove Sekunder (Hms/20041), Hutan Tanaman (Ht/2006), Lahan terbuka (T/2014), Perkebunan (Pk/2010), Pemukiman (Pm/2012), Pertambangan (Tb/20141), Pertanian lahan kering (Pt/20091), Pertanian Lahan Kering campur semak (Pt/20092), Tambak (Tm/20094), Semak Belukar (B/2007) dan Tubuh air (A/5001). Hasil analisis penutupan lahan di wilayah KPHP Tanah Bumbu disajikan pada Tabel II 12. Tabel II-12. Luas Penutupan Lahan pada Setiap Fungsi Kawasan Hutan

NO PENUTUPAN LAHAN HL HPT HP LUAS (HA) 1 Hutan LK Sekunder 77.428 15.150 43.177 135.755 2 Hutan mangrove sekunder - - 1 1 3 Hutan Tanaman 666 14.422 15.088 4 Lahan terbuka 10 18 1.887 1.915 5 Perkebunan - 298 18.006 18.304 6 Permukiman - - 121 121 7 Pertambangan 706 1.041 12.521 14.268 8 Pertanian lahan kering 36 341 4.029 4.406 9 Pertanian LK campur semak 4 1.128 7.995 9.127

10 Semak Belukar 4.977 6.322 43.310 54.609 11 Tubuh air (Void) - 82 50 132

JUMLAH 83.161 25.046 145.519 253.726

Sumber : Data penutupan lahan Ditjen PKTL Tahun 2015

2.2.2. Potensi Hasil Hutan Kayu

Wilayah KPHP Tanah Bumbu termasuk dalam tipe hutan hujan tropis, yang merupakan hutan alam dipterocarpaceae dengan jenis didominasi Shorea sp, Dipterocarpus sp dan berbagai jenis tanaman tropis lainnya.

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 23

Page 36: Batulicin, Desember 2016

Berdasarkan hasil tumpang-susun peta fungsi kawasan hutan dengan peta penutupan lahan (BPKH Wilyah V tahun 2015) dalam wilayah KPHP Tanah Bumbu terlihat bahwa luas hutan lahan kering sekunder kerapatan sedang-rapat seluas ± 135,755 ha yang terbagi dalam tiga fungsi hutan yaitu HL seluas 83,164 ha, HP seluas 43,176ha dan HPT seluas 15,149 ha. Pada hutan alam kerapatan sedang-rapat didominasi oleh jenis dipterocarpaceae seperti meranti (Shorea spp), keruing (Dipterocarpus), pulai (Alstonia spp), kapur (Driobalanops sp), nyatoh (Palaquium spp), bangkirai (Shorea laevis), balau (Shorea eliptica), biwan (Endertia spectabilis), merijang (Sindora spp) dan banyak jenis kayu hutan alam lainnya seperti ulin (Eusideroxylonzwageri) yang tersebar secara sporadis.

Sedang pada hutan tanaman hanya jenis akasia (Accacia mangium) sedikit ditemui mahoni (Switenia sp.) dan jati (Tectona grandis). Luas hutan tanaman yang ada ± 15,087 ha. Inventarisasi potensi sumber daya hutan yang dilakukan oleh BPKH Wilayah V Banjarbaru tahun 2015 sebanyak 12 plot yang tersebar di lahan berhutan (Hutan lahan kering sekunder kerapatan sedang-rapat) dan hutan tanaman. Hasil inventarisasi pada hutan alam diameter ≥ 20 cm : jumlah batang rata-rata sebanyak 109,667 btg/ha dengan volume sebesar 87,813 m³/ha. Hasil inventarisasi pada hutan tanaman : jumlah batang rata-rata sebanyak 223,145 btg/ha dengan volume sebesar 146,123 m³/ha.

Berdasarkan luas hutan alam (hutan lahan kering sekunder) HP dan HPT diperkirakan standing stock masing-masing adalah : HP = 43.176 ha x 87,813 m3 = 3,703,601.09 m3 dan HPT = 15.149 ha x 87,813 x 50% m3 = 665,139.57 m3. Angka 50% dimaksudkan pada HPT maksimum yang bisa ditebang hanya kurang lebih 50% atau hanya pohon yang mempunyai diameter ≥ 50 cm.

Untuk hutan tanaman perkiraan potensi hasil hutan kayu 15.087 ha x 146,123 m3/ha = 2,204,557.70 m3.

2.2.3. Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu

Didalam kawasan hutan yang sangat luas ini tentu saja banyak terdapat hasil hutan bukan kayu, namun hingga saat dokumen ini dibuat pihak kehutanan; waktu itu masih ada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanah Bumbu hanya mengidentifikasi beberapa hasil hutan non kayu antara lain sarang burung walet, madu lebah, kayu manis, kemiri dan gaharu.

Perlu diketahui bahwa beberapa kelompok masyarakat di sekitar pegunungan meratus, Desa Emil Baru Kecamatan Mentewe telah memanfaatkan kawasan hutan untuk budidaya tanaman kayu manis dan kemiri. Saat ini terdata seluas 60 ha tanaman kayu

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 24

Page 37: Batulicin, Desember 2016

manis dan seluas 10 ha tanaman kemiri telah dibudidayakan dan siap produksi. Sementara untuk madu hutan, terdata sebanyak 300 pohon inang yang telah menghasilkan dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar. Data Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu pada KPHP Tanah Bumbu

No. Produk HHBK Lokasi Jumlah Dikembangkan Siap Produksi

1 Kayu Manis Desa Emil Baru Kec. Mentewe 500 Ha 60 Ha 2 Kemiri Desa Emil Baru Kec. Mentewe 100 Ha 10 Ha 3 Madu Hutan Desa Emil Baru Kec. Mentewe 300 Pohon 300 Pohon

Sumber : Hasil wawancara KPHP Tanbu, 2016 2.2.4. Keberadaan Flora dan Fauna Langka

Jenis fauna langka di wilayah KPHP Tanah Bumbu tidak ada laporan secara khusus, namun berdasarkan laporan masyarakat di wilayah sungai Kusan bagian hulu; sungai Pihik (anak sungai Kusan) masih terdapat burung enggang (Aceros corrugatus).

Secara umum jenis-jenis burung yang terdapat di kawasan ini antara lain : 1. Enggang (Aceroscorrugatus) 2. Bubut (Centropusbengalensis) 3. Sikatan (Rhididuraalbicollis) 4. Tutukun (tidak teridentifikasi) dari bahasa Dayak Meratus daerah Kusan 5. Cucak rawa (Pycnonotuszeylanicus) 6. Layang-layang (Apus pasifleus) 7. Tinjau gunung (Copxychusmalabaricus) 8. Elang (Haliastur indus) 9. Burung hantu (Strixseloputo) 10. Burak (Amaurornisphoecurus) 11. Tiung (Gracula religiosa) 12. Murai (Capsicussp) 13. Sri gunting (Dicrurusparadiseus)

Beberapa jenis fauna lain juga terdapat di wilayah KPHP Tanah Bumbu antara lain:

1. Hirangan/lutung (Presbytiscristata) 2. Kancil (Tragulus javanicus) 3. Musang (Paradoxurushermaproditus) 4. Trenggiling (Manis javanica) 5. Landak (Hystrixbrachyura)

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 25

Page 38: Batulicin, Desember 2016

6. Beruang madu (Helarctosmalayanus) 7. Owa-owa (Hylobathe ssp) 8. Kijang (Muntiacus muntjak) 9. Berang-berang (Lutra sp) 10. Rusa (Cervu ssp) 11. Tupai (Tupaia sp)

Untuk jenis flora langka hingga saat ini belum ada laporan yang menjelaskannya. Data hasil survey yang dilakukan oleh BPKH Wilayah V hanya menjelaskan beberapa jenis komersial sebagaimana telah dijelaskan di bagian potensi hasil hutan kayu. Pada areal yang mempunyai penutupan hutan alam sekunder masih didominasi oleh jenis meranti (Shorea sp), keruing (Dipterocarpus), rengas (Gluta rengas) dan ulin (Eusideroxylonzwageri). Namun pada hutan sekunder yang lebih muda didominasi oleh kelampaian (Anthocephalus cadamba), mahang (Macaranga spp), binuang (Octomeles sumatrana), medang (Litsea firma) dan laban (Vitex pubescens).

Untuk jenis – jenis tanaman epifit seperti anggrek masih dapat ditemukan di areal – areal yang berhutan lebat, sedangkan tanaman bawah beberapa jenis rotan yang masih digunakan masyarakat sebagai bahan anyaman serta tanaman obat seperti pasak bumi (Euyicoma longifolia).

Flora dan fauna dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Perlindungan Tumbuhan dan Satwa, dan atau Langka berdasarkan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) atau konvensi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam punah edisi tahun 2014, yang ditemui secara langsung maupun berdasarkan data sekunder (laporan BKSDA dan BPKH, laporan perusahaan/IUPHHK dan LSM/SCKPFP), antara lain adalah : Data Potensi Fauna Dilindungi pada KPHP Tanah Bumbu

Nama Daerah Nama Latin Status Dilindungi Langka

Enggang Buceros spp √ Apx II Beruang madu Helarctos malayanus √ Apx I Kancil Tragulus javanicus √ - Trenggiling Manis javanicus √ Apx II Owa - owa Hylobatus mulleri √ Apx I Kijang Muntiacus muntjak √ - Rusa Cervus unicolor √ -

Sumber : Hasil pengolahan data berbagai sumber

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 26

Page 39: Batulicin, Desember 2016

2.2.5. Potensi Jasa Lingkungan dan Jasa Wisata

Jasa lingkungan yang umum berupa sumber-sumber air tanah sebagai bagian dari penyedia air bersih bagi masyarakat atau perusahaan. Di dalam wilayah KPHP Tanah Bumbu terdapat 3 sungai besar yaitu Sungai Satui, Sungai Kusan dan Sungai Batulicin.. Pada saat musim kemarau yang identik dengan susahnya memperoleh air, maka keberadaan ketiga sungai tersebut dapat mensuplay air bersih bagi masyarakat Kabupaten Tanah Bumbu.

Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Bumbu saat ini berencana membangun bendungan pembangkit tenaga listrik dan pengairan (irigasi) di Sungai Kusan. Hal ini tentunya menjadi peluang pemanfaatannya sebagai jenis jasa wisata. Rencana serupa juga akan diterapkan pada beberapa danau bekas tambang. Hasil analisa menggunakan citra satelit teridentifikasi void seluas ± 132,61 ha sebagai tubuh air. Karena biaya pengembaliannya menjadi hutan memerlukan biaya yang besar, sehingga saat ini belum termanfaatkan secara optimal. Kedepan akan coba diupayakan oleh KPHP Tanbu sebagai lokasi wisata alam, termasuk lokasi air terjun, gua alam dan objek wisata alam lainnya yang belum terdata oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Bumbu.

Apabila obyek wisata yang berada dalam areal kerja KPHP Tanah Bumbu, namun terdapat di dalam areal pemegang izin baik IUPHHK maupun IPPKH, maka pihak KPHP Tanah Bumbu akan berupaya mengembangkan objek wisata tersebut melalui kerja sama kemitraan atau pola lainnya.

2.3. SOSIAL BUDAYA

Wilayah KPHP Tanah Bumbu meliputi 7 (tujuh) kecamatan dan 33 desa. Jumlah penduduk desa yang terdapat di dalam maupun yang bersinggungan dengan wilayah KPHP Tanah Bumbu mencapai 81.321 jiwa. Rincian jumlah penduduk untuk setiap desa sebagaimana pada tabel di bawah ini. Tabel II-13. Jumlah Penduduk Desa di 7 Kecamatan di Wilayah KPHP Tanah Bumbu

No Kecamatan Desa Luas

(Km2)

Jumlah Penduduk *) Kepadatan

Penduduk

Rasio Jenis

kelamin KK Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Angsana Purwodadi 13,95 781 1.292 1.163 2.455 186 111 Makmur 13,16 259 626 533 1.159 88 117 2 Kuranji Indra Loka Jaya 12,56 - 421 419 840 66,88 100,47 Mustika 16,81 - 841 810 1.651 98,23 103,46 Giri Mulya 30,25 - 1.221 1.128 2.349 77,65 108,24 Kuranji 36,46 - 458 378 836 22,93 121,16 3 Kusan

Hulu Karang Sari 6,70 283 545 506 1.051 124,33 110,88

Guntung 86,06 292 649 577 1.226 0,01 127,00 Teluk Kepayang 29,68 814 1.720 1.668 3.388 0,09 107,83 Hati’if 17,32 165 420 425 845 33,78 116,66

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 27

Page 40: Batulicin, Desember 2016

No Kecamatan Desa Luas

(Km2) Jumlah Penduduk *) Kepadatan

Penduduk

Rasio Jenis

kelamin

Mangkalapi 1.151,40 285 489 447 936 0,71 120,05 Tamunih - 87 171 163 334 - 113,00 Batu Bulan - 123 287 241 389 - 124,20 4 Mantewe Mantewe 128,86 790 1.520 1.399 2.919 - 109 Sari Mulya 24,22 626 1.119 1.021 2.140 - 110 Sukadamai 35,08 1.450 2.614 2.321 4.935 - 113 Dukuh Rejo 24,99 520 907 845 1.752 - 107 Rejosari 18,96 820 1.385 1.291 2.676 - 107 Emil Baru 141,45 280 500 456 956 - 110 5 Satui Sungai Cuka 167,42 1.429 1.429 1.725 3.154 19 82,8 Bukit Baru 115,69 658 - - 2.277 20 - Jombang 274,74 399 1.173 1.104 1.380 5 106,3 Sungai Danau 26,56 4.607 7.104 6.515 13.619 513 109,0 Satui Barat 14,85 871 1.048 974 2.894 195 107,6 Sumber Makmur 8,55 531 1.454 1.357 1.824 213 107,1 Wonorejo 21,61 854 668 712 2.811 130 93,8 Sumber Arum 9,00 138 714 747 505 56 95,6 6 Simpang

Empat Sari Gadung 2.453 4.486 4.284 8.770 104,7

Sungai Dua 554 1.013 981 1.994 103,3 Mekar Sari 449 772 711 1.483 108,6 Batu Ampar 374 678 589 1.267 115,1 Gunung Besar 1.532 2.921 2.656 5.577 110,0 7 Sungai

Loban Tri Martani 27,30 267 527 402 929 131

81.321 Sumber: Kabupaten Tanah Bumbu dalam Angka Tahun 2016

Tabel II-14 dibawah ini menjelaskan tentang jenis pekerjaan yang dilakukan oleh

penduduk usia 15 tahun yang berada di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu. Terbesar adalah

penduduk yang bekerja pada lapangan pekerjaan bidang pertanian, kehutanan, perburuan dan

perikanan yaitu 52.734 orang. Selengkapnya data dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel II-14. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun yang Bekerja di Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015

Lapangan Pekerjaan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah

Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan

38.970 13.764 52.734

Pertambangan dan penggalian 15.836 1.162 16.998 Industri Pengolahan 3.684 1.574 5.258 Listrik, Gas dan Air - - - Bangunan 7.365 - 7.365 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel

13.224 15.686 28.910

Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 4.133 - 4.133 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan

1.333 728 2.061

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 11.808 9.928 21.736 Sumber: Kabupaten Tanah Bumbu dalam Angka Tahun 2016

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 28

Page 41: Batulicin, Desember 2016

Tabel II-15. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun menurut Pendidikan Tertinggi dan Jenis Kegiatan di Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015

Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan

Angkatan Kerja Bukan Angkatan

Kerja Bekerja Pengangguran Terbuka Jumlah

Tidak/Belum Pernah Sekolah 4.478 - 4.478 3.184 Tidak/Belum Tamat SD 21.735 2.240 23.975 10.588 Sekolah Dasar 42.179 1.834 44.013 24.397 Sekolah Menengah Pertama 24.283 2.251 26.534 23.985 Sekolah Menengah Atas 25.547 3.956 29.503 10.742 Sekolah Menengah Atas Kejuruan 9.905 1.489 10.584 1.117

Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan Angkatan Kerja

Bukan Angkatan

Kerja Diploma I/II/III 3.050 559 3.609 - Universitas 8.828 498 9.326 583 139.195 12.827 152.022 74.596

Sumber: Kabupaten Tanah Bumbu dalam Angka Tahun 2016

Terlihat pada tabel II-15 di atas, sebagian besar penduduk di Kabupaten Tanah Bumbu hanya mampu menikmati pendidikan pada tingkat Sekolah Dasar sebanyak 44.013 orang.

2.4. PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN

Dimasa lalu, Tanah Bumbu merupakan salah satu penyuplai kayu bulat di Propinsi Kalimantan Selatanberkat kehadiran perusahaan HPH PT. Kodeco Timberdengan luas konsesi 270.000 Ha, sesuai SK. Menteri Kehutanan nomor 339/Kpts/Us/12/1968 tanggal 11 Desember 1968, dengantotal produksi kayu bulat s/d Nopember 1993 sebanyak 3.964.000 M3, Sawn timber 332.000 M3, Moulding 15.400 M3. Namun hak penguasaan hutan tsb, telah berakhir pada tahun 1999.

Bukti lainnya bahwa Tanah Bumbu menjadi penyuplai bahan baku kayu dengan berdirinya perusahaan PT. Kodeco Group seperti PT. Emil Timber sesuai SK.HPH Nomor 744/Kpts/Ua/12/1977 tanggal 28 Desember 1977 dengan luas Konsesi 5.300 Ha, kemudian beroperasinya PT.KODECO Batulicin Plywood (Industri Plywood dan Fancy Wood) Sesuai SP.Presiden Nomor 8-12/Pres/3/1981, 09/I/PMA/1981, 71/II/PMA/1987 dan SP Perubahan/Perluasan Nomor 70/II/PMA/1990 tanggal 21 April 1990 dengan kapasitas produksi Plywood 120.000 M3 dan Fancy plywood 15.600 M3dengan realisasi produksi plywood s/d Nopember 1993 sebanyak 1.009,400 M3 dan Fancy Plywood

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 29

Page 42: Batulicin, Desember 2016

16.500 M3 dan Perusahaan lainya seperti PT. Sumpol Timber yang areal kerjanya di Kecamatan Satui dan PT. Alam Unda.

Dalam pemanfaatan potensi Sumber Daya Hutan, terdapat kegiatan penggunaan kawasan hutan, antara lain : Tabel II-16. Data Izin Pemanfaatan Hasil Hutan di Wilayah KPHP Tanah Bumbu Tahun

2014

Jenis Izin Pemanfaatan

Nama Perusahaan

Luas (Ha) Nomor SK Penetapan Berlaku s/d

IUPHHK-HA PT. Kodeco Timber 20.586 Kepmenhut No. 849/Kpts-VI/1999, tgl 11 Okt 1999, jo

Kepmenhut No. SK.770/Menhut-II/2013, tgl

1 Nov 2013

11 Oktober 2043 (khusus wilayah

Kab. Tanbu)

IUPHHK-HT PT. Kodeco Timber 5.945 Kepmenhut No. 253/Kpts-II/1998, tgl 27 Peb 1998,

jo, Kepmenhut No. SK.760/Menhut-II/2013, tgl

31 Okt 2013

27 Peb 2053

PT. Hutan Rindang Banua

121.805 Kepmenhut No.196/Kpts-II/1998, tgl 27 Peb 1998,

Jo. Kepmenhut SK.86/Menhut-II/2006, tgl

06 Apr 2006

27 Peb 2041

PT. Kirana Khatulistiwa

14.400 Kepmenhut No.647/Kpts-II/1996, tgl 22 Okt 1996

1 Juni 2035

PT. InniJoa 28.335 Kepmenhut No. SK.77/Menhut-II/2009, tgl 5

Maret 2009

5 mar 2069

PT. Jhonlin Agro Mandiri

17.730 Kepmenhut No. SK.482/Menhut-II/2014, tgl

14 Mei 2014

14 Mar 2074

PT. Batulicin Bumi Bersujud

21.970 Kepmenhut No. SK.737/Menhut-II/2013, tgl

30 Okt 2013

30 Okt 2073

IUPHHK-HTR Kop. Berkat Jaya Abadi

344 SK Bupati Tanbu No. 86 Tahun 2011, tgl 24 Peb

2011

Kop. Maju Terus Jaya

330 SK Bupati Tanbu No. 85 Tahun 2011, tgl 24 Peb

2011

Kop. Rimba Raya 343 SK Bupati Tanbu No. 83 Tahun 2011, tgl 24 Peb

2011

Kop. Bersama Kita Membangun

329 SK Bupati Tanbu No. 88 Tahun 2011, tgl 24 Peb

2011

Kop. Bukit Barisan Jaya

333 SK Bupati Tanbu No. 87 Tahun 2011, tgl 24 Peb

2011

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 30

Page 43: Batulicin, Desember 2016

Jenis Izin Pemanfaatan

Nama Perusahaan

Luas (Ha) Nomor SK Penetapan Berlaku s/d

Kop. Budi Sejahtera

376 SK Bupati Tanbu No. 84 Tahun 2011, tgl 24 Peb

2011

Kop. Mahkota Banua Bersujud

696 SK Bupati Tanbu No. 76 Tahun 2012, tgl 1 Mar 2012

Berdasarkan hasil analisis spasial, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu baik

untuk hutan alam (IUPHHK-HA) maupun hutan tanaman (IUPHHK-HT) yang masuk dalam wilayah KPHP Tanah Bumbu adalah sebagai berikut :

Tabel II-18. Data Izin Pemanfaatan Hasil Hutan Yang Masuk Dalam Wilayah KPHP Tanah Bumbu Tahun 2016

No Nama Perusahaan Jenis Izin Luas (Ha) 1. PT. Kodeco Timber IUPHHK-HA 10.145

2. PT. Inni Joa IUPHHK-HT 28.335

3. PT. Jhonlin Agro Mandiri IUPHHK-HT 17.730

4. PT. Batulicin Bumi Bersujud IUPHHK-HT 21.970

5. PT. Kirana Chatulistiwa IUPHHK-HT 13.668

6. PT. Hutan Rindang Banua IUPHHK-HT 48.022

7. PT. Kodeco Timber IUPHHK-HT 3.050

Jumlah 142.920 Sumber : Pengolahan Data Spasial Tata Hutan KPHP Tanah Bumbu

Saat ini selain IUPHHK- HA dan IUPHHK-HT, di Kabupaten Tanah Bumbu juga

terdapat Izin Pinjam Pakai Kawasan (IPPKH) untuk kegiatan Pertambangan dan/atau di luar sektor kehutanan melalui izin pinjam pakai kawasan hutan meliputi 22 unit manajemen, dengan perincian ebagaimana tercantum dalam tabel II.17.

Tabel II-17. Data Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Tahun 2016

No Nama Perusahaan SK IPPKH Nomor Tanggal Luas (Ha)

1 AnugerahDayaGemilang, PT 25/1/IPPKH/PMDN/2015 4/21/2015 160,35 2 AnugerahSuksesGemilang,

CV SK.595/Menhut-II/2010 10/19/2010 84,63

3 Arutmin Indonesia, PT SK.469/Menhut-II/2008 12/23/2008 3.332,46 SK.445/Menhut-II/2008 11/28/2008 3.849,44 SK.446/Menhut-II/2008 11/28/2008 4.114,61 SK.853/Menhut-II/2014 9/29/2014 1.486,83

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 31

Page 44: Batulicin, Desember 2016

No Nama Perusahaan SK IPPKH Nomor Tanggal Luas (Ha)

4 Astri Mining Resources, PT SK.174/Menhut-II/2012 4/4/2012 30,62 5 Baramega Citra

MuliaPersada, PT SK.06/Menhut-II/2011 1/17/2011 490,56

6 Borneo Indobara, PT SK.743/Menhut-II/2013 10/31/2013 517,83 SK.864/Menhut-II/2013 12/5/2013 501,89 SK.533/Menhut-II/2014 6/13/2014 237,92 SK.2/Menhut-II/2014 1/3/2014 850,00 7 EkaSatyaPratama, PT SK.125/Menhut-II/2009 3/27/2009 80,07 8 EkasatyaYanatama, PT SK.707/Menhut-II/2010 12/27/2010 223,23 9 Faris Motor, CV SK.559/Menhut-II/2013 8/14/2013 126,57 10 Gajah Mada, KUD SK.826/Menhut-II/2014 9/26/2014 90,00 8/1/IPPKH/PMDN/2016 1/19/2016 153,40

11 HidupHidayahIlahi, CV 38/1/IPPKH/PMDN/2015 9/17/2015 22,21 12 Indocement Tunggal

Prakarsa, PT 1254/Kwl-6/1999 6/1/1999 3.733,97

13 KamikawaGawiSabumi, PT SK.37/Menhut-II/2012 1/30/2012 183,10 14 KUD Pelita SK.958/Menhut-II/2013 12/27/2013 126,00 15 Mandala Usaha Tambang

Utama, PT SK.213/Menhut-II/2012 5/3/2012 56,90

16 MitraSetia Tanah Bumbu, PT

SK.891/Menhut-II/2013 12/12/2013 92,70

17/1/IPPKH/PMA/2015 9/4/2015 27,99 17 PraharanaMudaParama, PT SK.451/Menhut-II/2012 8/13/2012 147,70 18 ProlindoCipta Nusantara, PT SK.454/Menhut-II/2013 6/25/2013 296,06 19 TapinSarana Jaya, PT SK.465/Menhut-II/2012 8/27/2012 94,30 20 Tunas IntiAbadi, PT SK.370/Menhut-II/2009 6/23/2009 300,00 SK.742/Menhut-II/2012 12/17/2012 142,00 SK.719/Menhut-II/2014 8/29/2014 308,53 10/1/IPPKH/PMDN/2015 3/18/2015 994,57

21 Usaha Kawan Sejati, PT SK.456/Menhut-II/2010 8/10/2010 171,00 22 WahanaBaratama Mining,

PT SK.468/Menhut-II/2008 12/23/2008 1.297,83

SK.616/Menhut-II/2012 11/6/2012 793,35 23 Yanuar Perkasa, CV SK.701/Menhut-II/2011 12/13/2011 69,80 24 Yiwan Mining, PT SK.461/Menhut-II/2009 8/4/2009 1.305,50 25 Pemprov Kalsel 1/1/IPPKH/D/2015 3/20/2015 228,13 J u m l a h 26.722,05

Sumber : Data Dishutbun Kabupaten Tanah Bumbu 2016

Berdasarkan hasil analisis spasial, izin penggunaan kawasan hutan yang masuk dalam wilayah KPHP Tanah Bumbu adalah sebagai berikut :

Tabel II-20. Data IPPKH Dalam Wilayah KPHP Tanah Bumbu

No Nama Perusahaan SK IPPKH Tanggal Luas (Ha)

1 AnugerahDayaGemilang, PT

25/1/IPPKH/PMDN/2015 4/21/2015 160,35

2 AnugerahSuksesGemilang, CV

SK.595/Menhut-II/2010 10/19/2010 84,63

3 Arutmin Indonesia, PT SK.469/Menhut-II/2008 12/23/2008 2.686,00 SK.445/Menhut-II/2008 11/28/2008 11,18

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 32

Page 45: Batulicin, Desember 2016

SK.446/Menhut-II/2008 11/28/2008 2.588,55 SK.853/Menhut-II/2014 9/29/2014 85,42 4 Astri Mining Resources, PT SK.174/Menhut-II/2012 4/4/2012 29,79 5 Baramega Citra

MuliaPersada, PT SK.06/Menhut-II/2011 1/17/2011 16,31

6 Borneo Indobara, PT SK.743/Menhut-II/2013 10/31/2013 517,83 SK.864/Menhut-II/2013 12/5/2013 501,89 SK.533/Menhut-II/2014 6/13/2014 237,92 SK.2/Menhut-II/2014 1/3/2014 850,00 7 EkaSatyaPratama, PT SK.125/Menhut-II/2009 3/27/2009 80,07 8 EkasatyaYanatama, PT SK.707/Menhut-II/2010 12/27/2010 223,23 9 Faris Motor, CV SK.559/Menhut-II/2013 8/14/2013 56,51 10 Gajah Mada, KUD SK.826/Menhut-II/2014 9/26/2014 77,74 8/1/IPPKH/PMDN/2016 1/19/2016 17,90

11 HidupHidayahIlahi, CV 38/1/IPPKH/PMDN/2015 9/17/2015 22,21 12 Indocement Tunggal

Prakarsa, PT 1254/Kwl-6/1999 6/1/1999 137,26

13 KamikawaGawiSabumi, PT SK.37/Menhut-II/2012 1/30/2012 183,10 14 KUD Pelita SK.958/Menhut-II/2013 12/27/2013 126,00 15 Mandala Usaha Tambang

Utama, PT SK.213/Menhut-II/2012 5/3/2012 56,90

16 Mitra Setia Tanah Bumbu, PT

SK.891/Menhut-II/2013 12/12/2013 92,70

17/1/IPPKH/PMA/2015 9/4/2015 27,99 17 PraharanaMudaParama,

PT SK.451/Menhut-II/2012 8/13/2012 296,06

18 ProlindoCipta Nusantara, PT

SK.454/Menhut-II/2013 6/25/2013 4,57

19 TapinSarana Jaya, PT SK.465/Menhut-II/2012 8/27/2012 94,30 20 Tunas IntiAbadi, PT SK.370/Menhut-II/2009 6/23/2009 300,00 SK.742/Menhut-II/2012 12/17/2012 142,00 SK.719/Menhut-II/2014 8/29/2014 308,53 10/1/IPPKH/PMDN/2015 3/18/2015 994,57

21 Usaha Kawan Sejati, PT SK.456/Menhut-II/2010 8/10/2010 171,00 22 WahanaBaratama Mining,

PT SK.468/Menhut-II/2008 12/23/2008 233,38

SK.616/Menhut-II/2012 11/6/2012 629,03 23 Yanuar Perkasa, CV SK.701/Menhut-II/2011 12/13/2011 69,80 24 Yiwan Mining, PT SK.461/Menhut-II/2009 8/4/2009 1.305,50 25 Pemprov Kalsel 1/1/IPPKH/D/2015 3/20/2015 121,12 J u m l a h 13.541,34

Sumber : Data Dishutbun Kabupaten Tanah Bumbu 2016

2.5. POSISI AREAL KERJA DALAM RTRWP DAN PEMBANGUNAN DAERAH

Rencana pemanfaatan ruang merupakan hasil sinkronisasi dan integrasi antara analisis pemanfaatan ruang kondisi eksisting, analisis kesesuaian fisik lahan, dan analisis kebijaksanaan pembangunan di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu. Dari hasil integrasi tersebut menunjukkan bahwa alokasi pemanfaatan ruang RTRW Kabupaten Tanah Bumbu 2005-2015 memerlukan pengarahan ruang berdasarkan potensi dan kendala

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 33

Page 46: Batulicin, Desember 2016

wilayah Kabupaten Tanah Bumbu yang akan berpengaruh langsung terhadap konsep pengembangan ruang wilayah.

Memperhatikan kondisi serta hasil analisis pola ruang diperoleh gambaran tentang arahan rencana pengembangan alokasi pemanfaatan ruang yang dapat direkomendasikan dalam RTRW Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2005-2015, dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pemanfaatan ruang kawasan lindung, yang terdapat di kecamatan Mentewe Kabupaten Tanah Bumbu, yang meliputi kawasan hutan lindung.

2. Kawasan budidaya, diarahkan pengembangannya untuk meningkatkan produktifitas ekonomi wilayah, meliputi kawasan perkebunan, kawasan pertanian lahan kering, permukiman pedesaan. Sebaran kawasan budidaya terdistribusi pada semua kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu.

3. Pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan, diarahkan sebagai pusat permukiman dan pelayanan jasa. Pengalokasian kawasan perkotaan diarahkan pada setiap kecamatan untuk membentuk kota-kota kecamatan sebagai pusat distribusi pelayanan jasa, sosial dan ekonomi. Demikian pula untuk Ibu Kota Kabupaten diarahkan pada Kecamatan Simpang Empat, dengan skala pelayanan terhadap seluruh wilayah Kabupaten Tanah Bumbu. Sedangkan untuk kawasan perdesaan meliputi kawasan perkampungan di perdesaan diluar dari kawasan lindung.

4. Upaya mengantisipasi pertumbuhan kawasan permukiman dilakukan dengan cara mengembangkan pusat-pusat pengembangan dan pelayanan wilayah serta didukung oleh pengembangan fasilitas dan utilitas.

5. Untuk menunjang tingkat perekonomian wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, maka dibutuhkan pemanfaatan teknologi yang lebih tinggi dan tepat, sesuai dengan potensi fisik wilayah untuk kegiatan budidaya. Pemantapan kawasan yang memiliki fungsi lindung merupakan poin pertama yang dituangkan dalam tujuan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanah Bumbu.

6. Kawasan KPHP Tanah Bumbu dalam konsep pengembangan tata ruang wilayah termasuk kedalam Satuan Pengembangan Wilayah Kehutanan baik untuk kepentingan budidaya/produksi maupun untuk kepentingan perlindungan. Hampir sepertiga luasan Kabupaten Tanah Bumbu secara administratif merupakan

kawasan hutan. Adapun rencana pemanfaatan ruang tersebut adalah: • Rencana Kawasan Lindung

Kawasan hutan lindung Pegunungan Meratus seluas ± 78,997ha yang berada di kecamatan Mentewe dan kecamatan Kusan Hulu seluas 4,191 ha Kabupaten Tanah

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 34

Page 47: Batulicin, Desember 2016

Bumbu yang merupakan ekosistem danpengatur tata air harus dijaga sehingga bermanfaat bagi keberlangsungan mahluk hidup .

• Kawasan Budidaya Rencana kawasan budidaya, terdiri atas:

1. Kawasan peruntukan hutan produksi; 2. Kawasan hutan produksi terbatas terdapat di Kecamatan Satui, Kusan Hulu,

Simpang Empat dan Kec. Mentewe. 3. Kawasan hutan produksi tetap terdapat di Kecamatan Kusan Hulu, Kecamatan

Angsana, Kecamatan Mentewe dan Simpang Empat 4. Kawasan hutan lindung Kecamatan Mentewe, Kecamatan Kusan Hulu dan

Kecamatan Satui 5. Kawasan peruntukan Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Desa (HD) dan Hutan

Tanaman Rakyat (HTR) Usulan peruntukan Kawasan Hutan kemasyarakatan (HKm) terdapat didesa

Gunung Hatalau Meratus Raya Kecamatan Mentewe seluas 617,6 Ha dengan nama kelompok tani Hatalau Sejahtera dengan jumlah anggota 33 orang dan Desa Batu Bulan Kecamatan Kusan Hulu seluas 3.842 Ha yang terbagi menjadi empat kelompok pengelola antara lain kelompok Hutan Raya seluas 637 Ha dengan jumlah anggota 15 orang, kelompok karya Usaha seluas 684 Ha dengan jumlah anggota 15 orang, kelompok Jaya usaha seluas 830 Ha dengan jumlah anggota 15 orang, Kelompok Makmur Jaya seluas 736 Ha dengan jumlah anggota 15 orang dan kelompok Maju Sejahtera seluas 955 Ha dengan jumlah anggota 15 orang dengan status kawasan berupa Hutan Lindung.

Kemudian Hutan Desa (HD) terdapat di Desa Emil Baru Kecamatan Mentewe seluas 2.997 Ha dengan kelompok pengelola lembaga Desa Emil Baru dan Desa Bukit Baru Kecamatan Satui seluas 2.152,94 Ha dengan kelompok pengelola Lembaga Desa Bukit baru dengan status kawasan Hutan Lindung.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.50/Menhut-II/2010 tanggal 15 Januari 2010 tentang Pencadangan Areal untuk Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) seluas ± 9.035 Ha di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan.

KPHP Tanah Bumbu dengan berbagai potensi yang dimiliki tentunya berharap dapat memberikan sumbangsih bagi pembangunan di daerah. Tentunya dengan pengembangan potensi wilayah baik berupa jasa lingkungan, jasa wisata alam, produk kayu dan hasil hutan bukan kayu dapat memberdayakan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan.

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 35

Page 48: Batulicin, Desember 2016

2.6. ISU STRATEGIS, KENDALA DAN PERMASALAHAN

Berbagai permasalahan masih menyelimuti upaya-upaya pengelolaan kawasan KPHP Tanah Bumbu. Permasalahan-permasalahan tersebut pada dasarnya merupakan dampak dari upaya pembangunan ekonomi yang belum berpihak kepada upaya pelestarian dan pemanfaatan kawasan hutan secara bekelanjutan dan dampak dari populasi dan semakin tingginya kebutuhan manusia akan sumber daya alam hayati, lemahnya koordinasi di kalangan pemerintah serta masih lemahnya kelembagaan KPHP Tanah Bumbu.

Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh KPHP Tanah Bumbu diuraikan sebagai berikut : • Kawasan-kawasan hutan yang kemudian diubah fungsinya , masih terdapat tumpang

tindih penggunaan atau kepemilikan lahan di dalam kawasan. Menurut data pemerintah (Dishutbun) Kabupaten Tanah Bumbu, ada 12 desa yang secara langsung berada dalam kawasan KPHP Tanah Bumbu yaitu desa Tamunih Kecamatan Kusan Hulu seluas 90,04 Ha merupakan Hutan Lindung desa Batu Bulan Kecamatan Kusan Hulu seluas 141,07 Ha berada pada Hutan Lindung, Desa Emil Baru Kecamatan Mentewe berada pada Hutan Lindung seluas 494,58 Ha, Desa Mentewe Kec. Mentewe berada pada Hutan Produksi seluas 60,16 Ha, Desa Gunung Raya Kec Mentewe seluas 137,08 berada pada Hutan Produksi, Desa Satui Barat, Desa Sumber Makmur, Desa Sumber Arum dan Desa Jombang Kecamatan Satui seluas 2.384,97 Ha berada pada Hutan Produksi, Desa Sei Dua dan Desa Batu Ampar seluas 55,95 Ha berada pada Hutan Produksi dan Hutan Produksi Terbatas. Bahkan terdapat beberapa desa sudah sejak lama berada di wilayah KPHP Tanah Bumbu jauh sebelum pemerintah menetapkan kawasan tersebut sebagai KPHP. Lahan lahan dalam kawasan KPHP Tanah Bumbu tersebut antara lain telah berubah fungsi menjadi kawasan pemukiman, lahan pertanian dan perkebunan serta areal yang ditumbuhi semak belukar. Beberapa tahun sebelum penetapan KPHP Tanah Bumbu sebagai KPHP , telah diupayakan pelaksanaan sosialisasi kepada masyarakat dan aparat pemerintah daerah untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut. Awalnya, masyarakat dan pemerintah daerah menginginkan enclave dari dalam kawasan. Meskipun demikian desa-desa ini harus mendapatkan perhatian untuk menghindari konflik kepentingan dalam pengelolaan KPHP Tanah Bumbu.

• Penataan batas kawasan KPHP Tanah Bumbu belumdilaksanakan.Karenabelum dilaksanakannya penataan batas maka penetapan kawasan juga belumdapat dilakukan. Dengan demikian, status hukum kawasan belum bersifat finaldan pada

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 36

Page 49: Batulicin, Desember 2016

umumnya kalangan awam belum paham tentang proses pengukuhankawasan hutan (termasuk pula sebagian aparat pemerintah). Sebagian aparatpemerintah menganggap bahwa dengan belum adanya penetapan kawasanmaka perubahan fungsi atau bahkan pelepasan kawasanmasih dapatdilakukan.

• Masih terkait dengan batas, hasil tata batas sebagian kawasan KPHP Tanah Bumbu yang dilaksanakan sebelumnya, telah mengalami banyak perubahan. Sudah dilaksanakanrekonstruksi batas kawasan dan banyak ditemukan tumpang tindih penggunaanlahan di sekitar batas kawasan. Terkait dengan batas-batas kawasan dilapangan, sementara waktu ini sedang dilakukan identifikasi lahan-lahan bermasalah di sekitar batas untuk kemudian akan diupayakan untuk review/reposisi batas apabila memungkinkan.

• Di dalam kawasan KPHP Tanah Bumbu terdapat tanaman semusim berupa padi yang bagi masyarakat, padi sebagai salah satu bahan makanan pokok. tanaman lain yang ditemukan adalah Kemiri (Aleurites moluccana) yang bagi masyarakat setempat merupakankomoditas penunjang usaha ekonominya. Selain itu terdapat pula tanaman Kayu Manis. Tanaman ini pada umumnya berada di dalam kawasan yang berfungsi lindung. Masyarakat di sekitar kawasanmengakui tanaman kemiri dan Kayu manis tersebut sebagai milik mereka walaupun diakuiberada di dalam kawasan hutan. Karena klaim kepemilikan tersebut, kelompok-kelompokmasyarakat ini menuntut untuk dapat memanfaatkan hasilnya.

• Data dan informasi potensi kawasan KPHP Tanah Bumbumasih minim. Untuk itu, sampai saat ini telah diupayakan untuk terusmenghimpun data dan informasi yang ada serta terus diupayakan untukmelaksanakan eksplorasi secara langsung di lapangan.

• Terkait dengan data dan informasi potensi kawasan yang masih terbatas, maka perancangan blok pengelolaan kawasan KPHP Tanah Bumbu belum sempurna. Untuk sementara waktu, pelaksanaan pengelolaan kawasan didasarkan pada fungsi kawasan hutan sebelum penunjukan sebagai kawasan KPHP Tanah Bumbu.

• Bentang alam kawasan KPHP Tanah Bumbu yang sebagian besar adalah kawasan berbukit bukit menyebabkan sulitnya aksesibilitas ke dalam kawasan untuk berbagai keperluan, terutama untuk identifikasi dan inventarisasi potensi serta kondisi aktual kawasan. Penggunaan teknologi penginderaan jauh untuk keperluan ini telah dilakukan namun belum dapat memberikan gambaran yang detail tentang kondisi aktual kawasan. Untuk keperluan ini dibutuhkan inventarisasi potensi yang mencakup kawasan yang luas.

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 37

Page 50: Batulicin, Desember 2016

• Fenomena alam berupa daya tarik wisata sangat unik dan khas Kalimantan Selatan atau khas Kabupaten Tanah Bumbubelum semua dapat diekplorasi karena keterbatasan sumberdaya.

• Pengelolaan secara kolaboratif KPHP Tanah Bumbubelum sepenuhnya berjalan dengan baik.

• Kelembagaan KPHP Tanah Bumbu belum mapan. SDM yang ada masih sangat terbatas, sarana dan prasarana pengelolaan juga demikian. Selain itu, struktur organisasi yang ada belum mampumendukung kebutuhan pengelolaan.

BAB II - DESKRIPSI KAWASAN 38

Page 51: Batulicin, Desember 2016

BAB III - VISI DAN MISI

3.1. VISI

Kesatuan pengelolaan hutan (KPH) Unit VITanah Bumbuadalah unit pelaksana tekniskehutanan di daerah dan secara efektif baru dibentuk tahun 2012. Walau demikian, setelah dilakukanevaluasi terhadapefektifitas pengelolaan kawasan berdasarkan Kriteria danIndikator Pengelolaan KPH diperoleh kesimpulan bahwa pengelolaan KPHP Tanah Bumbu belumbenar-benar efektif bahkan masih dalam tahap penyiapan prakondisi. Atas dasarhasil evaluasi pengelolaan ini pula, maka KPHP Tanah Bumbu mulai merancang suatu rencana pengembangan pengelolaan yangberisi langkah-langkah terukur untuk mencapai suatu visi jangka panjang.Karena kondisi pengelolaan yang masih jauh dari mapan, maka visipengelolaan KPHP Tanah Bumbu untuk jangka panjangadalah :

“Terwujudnya Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Hutan Secara Lestari dan

BerkelanjutanUntuk Mendukung Masyarakat Sejahtera”.

Dalam visi tersebut terkandung pokok-pokok pemikiran dalam upayapengelolaan KPHP Tanah Bumbu, yaitu: • Pengelolaan KPHP Tanah Bumbu yang mantap – Kesatuan pengelolaan hutan unit VI

Tanah Bumbu yang baru dibentuk pada tahun 2012, telah membuat proses penyiapan prakondisi pengelolaannya belum tercapai, terutama pengukuhan dan pemantapan status hukum kawasan yang merupakan pondasi utama upaya pengelolaan hutan sekaligus konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem yang terkandung di dalamnya. Untuk itu, sampai dengan tahun 2015, prakondisi pengelolaan KPHP Tanah Bumbu harus dituntaskan hingga terselesaikannya pengukuhan kawasan serta tersedianya rancangan blok pengelolaan KPH sesuai dengan fungsi kawasan. Untuk tahap selanjutnya, pengelolaan akan diarahkan kepada pengembangan dan pemantapan pengelolaan sesuai dengan pemanfaatan yang telah disusun, terutama pengembangan sarana dan prasarana pengelolaan, pengembangan pengelolaan ekosistem dan keanekaragaman hayati, serta pengembangan pemanfaatan dan perlindungan kawasan;

• Efektif dan Efisien – Pengelolaan sumber daya alam hayati danekosistem yang ada di dalam KPHP Tanah Bumbu ditujukan untuk menciptakan pengelolaan KPH yang efektif dan efisien artinya dalam pengelolaan kawasan KPH harus memperhatikan

BAB III - VISI DAN MISI 39

Page 52: Batulicin, Desember 2016

nilai dan fungsi sisi ekologi, hidrologi, estetika, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.

• Kelembagaan yang mantap - Kesiapan internal pengelola KPHP Tanah Bumbu sangat bergantung pada ketersediaan SDM yang proporsional (kualitas dan kuantitas), ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai, struktur organisasi dan prosedur kerja yang mantap, serta pendukung lainnya. Selain kesiapan internal lembaga pengelola, sinergitas dengan lembaga masyarakat serta stakeholder lain juga diperlukan guna mendukung pencapaian fungsi dan peran kawasan. Dengan kesiapan kelembagaan yang mantap maka upaya pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistem pada KPHP Tanah Bumbu dapat dilakukan secara efektif

3.2. MISI

Dalam langkahnya untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, diperlukan bentuk nyata implementasinya sebagai gambaran tentang tahapan pelaksanaan. Dengan demikian, ditetapkan misi pengelolaan KPHP Tanah Bumbu sebagai berikut :

1. Memantapkan status kawasan dan pengelolaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

2. Mengoptimalkan perlindungan hutan, rehabilitasi, pengamanan kawasan dan penegakan hukum;

3. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam hutan dan ekosistemnya berdasarkan prinsip kelestarian;

4. Mengembangkan kelembagaan dan kemitraan dalam rangka pengelolaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

5. Memantapkan kolaborasi dan partisipasi semua stakeholder yang berkepentingan dengan KPHP Tanah Bumbu

Status legal formal dan batas kawasan yang jelas merupakan prasyarat utama untuk mengimplementasikan upaya pengelolaan KPH. Hal ini ditujukan untuk mengatasi adanya konflik terkait dengan penggunaan, kepemilikan dan status hukum kawasan. Seiring dengan pemenuhan prasyarat tersebut, upaya pemanfaatan sekaligus konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya juga dapat diimplementasikan. Pada tahap awal ini, upaya pemanfaatan dankonservasi jenis dan ekosistemnya dititikberatkan pada pemenuhan data dan informasi potensi sumberdaya hutan dan potensi keanekaragaman hayati dan ekosistem pada KPHP Tanah Bumbu. Blok pengelolaan KPHP Tanah Bumbu juga merupakan suatu bagian yang penting untuk mulai dipersiapkan karena KPH dikelola

BAB III - VISI DAN MISI 40

Page 53: Batulicin, Desember 2016

dengan sistem blok. Dengan tidak adanya rambu-rambu pengelolaan secara keruangan tersebut, sulit untuk mengefektifkan pelaksanaan pengelolaan. Dikhawatirkan, pelaksanaan pengelolaan tidak dapat mencapai keseimbangan apabila batas-batas pelaksanaan kegiatan dan pemanfaatan ruang di dalam kawasan tidak segera disediakan. Konflik penggunaan dan kepemilikan lahan di dalam kawasan KPHPUnit VITanah Bumbu sampai saat ini masih sangat tinggi. Karenanya, kawasan ini rentan terhadap gangguan keamanan, terutama kasus perambahan kawasan.

Kejadian-kejadian gangguan keamanan cukup menyita banyak waktu dan tenaga untuk penyelesaiannya. Gangguan tersebut juga menjadi faktor penghambat pemantapan pengelolaan kawasan menuju pencapaian fungsi secara optimal. Dengan demikian, maka gangguan terhadap kawasan dan sumber daya alam hayati yang terkandung di dalamnya harus diupayakan sedemikian rupa untuk dieliminir. Upaya konservasi tidak terlepas dari kegiatan pemanfaatan sumber daya alam, namun agar tercapai keadilan dan kelestarian dalam pemanfaatannya, maka perlu dikelola dengan bijaksana dan dikembangkan secara optimal.

Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya adalah kekayaan alam yang harus dikelola oleh negara demi kepentingan seluruh rakyat, dan karenanya untuk mendistribusikan hasil dannilainya secara adil, maka diterapkan sistem provisi atas sumber daya alam yang dimanfaatkan. Di dalam KPHP Tanah Bumbu, provisi dalam bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) diterapkan untuk berbagai kegiatanpemanfaatan kawasan.Sebagai organisasi yang baru terbentuk, aspek kelembagaan merupakanbagian penting yang harus ditata dengan baik. Dukungan peraturan perundang-undangan,pedoman dan arahan pengelolaan perlu diterapkan dengan baik agarpengelolaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Karena pengelolaan kawasanyang tidak dapat dilakukan sendiri oleh pengelola/pemangku kawasan serta denganmemperhatikan prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan, maka penggalangan

kemitraan dan kolaborasi harus senantiasa menjadi perhatian. Kondisi sumber dayamanusia yang ada juga perlu terus dikembangkan kapasitas dan kuantitasnya.

Dalam rangka mencapai sasaran pengelolaan kawasan KPHP Tanah Bumbu, kebijakan pembangunannya mengacu pada prioritas pembangunan Kabupaten Tanah Bumbu dan limaKebijakan Prioritas Departemen Kehutanan. Walaupun tidak secara keseluruhan,namun sebagian besar kebijakan dimaksud terkait dengan pengelolaan KPH, yaitu : (1) Pemberantasan Pencurian Kayu di Hutan Negara danPerdagangan Kayu Ilegal; (2) Rehabilitasi dan Konservasi Sumber Daya Hutan; (3)Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Dalam dan Sekitar Hutan; (4) PemantapanKawasan Hutan.

BAB III - VISI DAN MISI 41

Page 54: Batulicin, Desember 2016

3.3. TUJUAN

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pengelolaan KPHP Tanah Bumbu mempunyai tujuan dalam pencapaian visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pemantapan aspek kelembagaan ditujukan untuk mempersiapkan aparatur pengelola dalam pelayanan publik, menyusun struktur, fungsi, wewenang, tugas dan tanggung jawab serta tata hubungan yang efektif dan efisien dalam optimalisasi pengelolaan KPHP Tanah Bumbu.

2. Penataan kawasan ditujukan untuk memperoleh kepastian hukum dan kejelasan status, menghindari sengketa yang bersumber dari tumpang tindihnya perizinan dan areal kawasan di samping untuk menyediakan ruang bagi masyarakat dalam melakukan berbagai kegiatan baik dalam rangka mendukung program KPHP Tanah Bumbu maupun untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.

3. Pemantapan kerja sama dan kolaborasi antara KPHP Tanah Bumbu dengan para pihak ditujukan untuk upaya pemberdayaan, memperbaiki kinerja, menciptakan daya saing, memperluas jangkauan pelayanan serta meminimalisir terjadinya konflik.

4. Pemantapan perlindungan dan pengamanan ditujukan untuk menjaga fungsi perlindungan, pelestarian dan pengawetan keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya.

5. Pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya ditujukan untuk pengendalian fungsi pemanfaatan secara lestari dengan mengatur segala bentuk kegiatan di kawasan KPHP Tanah Bumbu.

BAB III - VISI DAN MISI 42

Page 55: Batulicin, Desember 2016

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI

4.1. ANALISIS

Untuk menyusun rencana strategis dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi termasuk dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang 10 tahun KPHP Tanah Bumbudimulai dengan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari Strength (Kekuatan) dan Weakness (kelemahan), sedangkan faktor eksternal terdiri dari Oportunity (Peluang) dan Threat (Ancaman). 4.1.1. Faktor Internal

a) Kekuatan (Strength)

1) Memiliki struktur organisasi yang jelas serta status hukum kelembagaan dan kawasan

Kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) Tanah Bumbumerupakan unit pelaksana teknis Pengelolaan hutan yang dikelola dengan struktur organisasi yang jelas berdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten Tanah Bumbu Nomor 36 Tahun 2012, dengan model organisasi Tipe B (sesuai dengan Permendagri No 61/2010) dipimpin seorang Kepala KPHP (Eselon VI-a) yang dibantu Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional, Kepala resort KPHP dan KPHL. Struktur ini dilengkapi pula dengan dukungan personil fungsional Pegawai Negeri Sipil yang terdiri dari kelompok Fungsional Umum dan Fungsional Khusus (Polisi Hutan dan Pengendali Ekosistem Hutan serta Penyuluh Kehutanan).

KPHP Unit VITanah Bumbu ditunjuk sebagai KPHP melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia NomorSK.78/Menhut-II/2010 tangal 10 Februari 2010. Berdasarkan SK.624/Menlhk-Setjen/2015 tanggal 14 Desember 2015 tentang penetapan lokasi pada 1 (satu) unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan 1 (satu) unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) di Provinsi Kalimantan Selatan. Luas KPHP Tanah Bumbu berdasarkan SK tersebut adalah262.919 ha.

2) Adanya potensi jasa lingkungan dan HHBK

Potensi jasa lingkungan merupakan potensi besar yang dapat dikembangkan sebagai sumber pendapatan atau devisa untuk mewujudkan KPH yang mandiri. Dana dari luar bisa masuk melalui mekanisme pembayaran jasa lingkungan (payment for environmental services) seperti misalnya daya serap karbon, keindahan landscape, perlindungan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan tata air.Potensi Ekowisata yang dikelola

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 43

Page 56: Batulicin, Desember 2016

dengan baik dapat pula memberikan kontribusi signifikan pada konservasi kawasan maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan.Atraksi fauna yang menyebar di seluruh kawasan KPHP Tanah Bumbu merupakan daya tarik tersendiri dalam Ekowisata dan penelitian.Sungai-sungai yang membelah kawasan merupakan bukti bahwa DAS banyak terdapat di dalam kawasan dan merupakan sumber air bersih yang potensial.Potensi ini dapat digunakan secara optimal untuk memperkuat pengelolaan KPHP Tanah Bumbu.

Tabel IV-1. Potensi Jasa Lingkungan KPHP Tanah Bumbu

No. Jasa Lingkungan Lokasi Potensi Keterangan 1. Pemanfaatan sumberdaya air Seluruh

wilayah KPH Belum diketahui

Seluruh DAS

2. Pemanfaatan aliran air untuk pembangkit listrik mikrohidro

Desa Mentewe Belum dilakukan analisa kelayakan

DAS Batulicin

3. Ekowisata Air Terjun Desa Mentewe Belum dilakukan analisa ekonomi

DAS Batulicin

4. Carbon trade Wilayah tertentu KPH

Belum diketahui

Seluruh DAS

5. Ekowisata Minat Khusus (keberadaan satwa, susur sungai, budaya masyarakat adat Dayak Meratus, dll)

Wilayah KPH Belum diketahui

Seluruh DAS

3) Potensi hasil hutan kayu

Hampir seluruh kawasan dalam wilayah KPHP diperuntukkan sebagai kawasan pemanfaatan hutan kayu hutan alam dan hutan kayu hutan tanaman.Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Tim BPKH V Banjarbarupotensi kayu yang terdapat di kawasan KPHP Tanah Bumbu rata-rata 87,813 m3/ha. Dengan jumlah luasan dan potensi kayu tersebut tentunya harus mendapat tata kelola yang efektif dan efisien sehingga mampu menjaga ekosistem hutan tetap lestari dan masyarakat dapat diberdayakan secara ekonomi sehingga di sisi lain bisa menjadi sumber pemasukan bagi perekonomian masyarakat. Tabel IV-2. Jenis Hasil Hutan Kayu KPHP Tanah Bumbu

No. Jenis Potensi Keterangan 1. Meranti, keruing, pulai, kapur, nyatoh,

bangkirai. Ø > 20 cm up 109 btg/ha 87 m3/ha

Hutan alam

2. Akasia, mahoni, jati Ø > 20 cm up 223 btg/ha 146 m3/ha

Hutan tanaman

Sumber: Hasil inventarisasi BPKH V tahun 2015

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 44

Page 57: Batulicin, Desember 2016

4) Potensi keanekaragaman hayati dan Spesies langka/endemik

Kawasan KPHP Tanah Bumbu memiliki sumber daya alam hayati,potensi ini dapat digunakan secara optimal untuk memperkuat pengelolaan KPHPTanah Bumbu, memberdayakan masyarakat sekitar hutan dan mengembangkan ekonomi wilayah.Berdasarkan survey yang dilakukan tim BPKH V Banjarbaru, di dalam kawasan KPH ditemukan beberapa spesies dilindungi dan endemik. Sebagai contoh, misalnya ditemukan jejak babi, rusa, beruang dan khusus jenis bekantan merupakan satwa endemik Kalimantan Selatan. Di Kalimantan Selatan terdapatspesies lain adalah burung rangkong atau alo. Sejauh ini beberapa species yang disebutkan diatas diperkirakan masih bisa ditemukan didalam kawasan hutan primer KPHPTanah Bumbu.Banyak spesies langka lainnya baik flora maupun fauna hidup di kawasan ini.Hal ini merupakan kekuatan untuk mempromosikan dan menjadi daya tarik kawasan KPHP Tanah Bumbu.

5) Berfungsi sebagai penyangga kehidupan/penyeimbang ekosistem

Keberadaan hutan sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang besar memiliki arti dan peran penting dalam penyangga system kehidupan.Berbagai manfaat besar dapat diperoleh dari keberadaan hutan melalui fungsinya sebagai penyedia sumberdaya air bagi manusia dan lingkungan, kemampuan penyerapan karbon, pemasok oksigen di udara, penyedia jasa wisata dan mengatur iklim global.

Kawasan KPHP Tanah Bumbu memiliki tipe ekositem yang lengkap dari hutan hujan dataran rendah. Hutan di Kabupaten Tanah Bumbu ini memiliki fungsi penting sebagai penyangga kehidupan dan penyeimbang ekosistem.Sehingga kerusakan pada KPHP Tanah Bumbu akan secara langsung membawa dampak negatif terhadap kualitas lingkungan hidup di Kabupaten Tanah Bumbu. Dengan demikian kawasan ini harus dipertahankan sehingga tetap dapat berfungsi, bermanfaat secara lestari dan berkelanjutan.

6) Sebagai daerah tangkapan air

Kerusakan pada KPHP Tanah Bumbuakan secara langsung membawa dampak negative terhadap kualitas lingkungan hidup di Kabupaten Tanah Bumbu. Untuk saat ini kebutuhan akan air masih dapat dipenuhi oleh keberadaan sungai di kawasan KPHP Tanah Bumbu yang debit airnya selalu tersediasepanjang tahun.

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 45

Page 58: Batulicin, Desember 2016

b) Kelemahan (Weakness)

1) Jumlah Personil masih terbatas

Personil UPTD KPHP Tanah Bumbu saat ini masih terbatas pada Kepala KPHP dan KSBTU, sedangkan staf dan fungsional belum ditetapkan secara definitif. Pelaksanaan kegiatan KPHP saat ini didukung oleh personil yang terdapat di Dinas Kehutanan Kabupaten Tanah Bumbu.

Wilayah KPHP Tanah Bumbu Unit VI dengan luas kawasan 262.919 Ha, idealnya memiliki jumlah tenaga fungsional Polhut minimal 263 orang dengan asumsi 1 orang per 1000 Ha. Kondisi saat ini jumlah Personil pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanah Bumbu sebanyak 69 Orang yang terdiri dari 20 orang tenaga Polhut, sedangkan tenaga teknis non polhut berjumlah 49 orang. Berdasarkan jumlah personil, kebutuhan tenaga pengelola KPHP Tanah Bumbu masih sangat kurang sejalan denganmakin dinamisnya pembangunan di Kabupaten Tanah Bumbu.

Sehubungan belum adanya ketentuan yang mengatur standar kebutuhan personil di KPHP, maka dilakukan analisa perhitungan dengan pendekatan Perdirjen BPK No. P.8/VI-Set/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kewajiban Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) untuk mempekerjakan Sarjana Kehutanan dan Tenaga Teknis PHPL. Pendekatan ini dilakukan mengingat KPHP sebagai unit pengelola hutan. Analisa kebutuhan didasarkan pada wilayah tertentu KPHP seluas 90.894 ha. Tabel IV-3.Kebutuhan Personil KPHP Tanah Bumbu

No. Jenis Kompetensi Kebutuhan minimal

Tenaga Tersedia Kekurangan

1. Sarjana Kehutanan 3 2 1 2. Perencanaan hutan 2 - 2 3. Pemanenan hutan 2 - 2 4. Pembinaan hutan 5 - 5 5. Penguji kayu bulat 5 - 5 17 2 15

2) Pendanaan belum mencukupi

Saat ini operasional KPHP Tanah Bumbu masih bergantung kepada anggaran Kementreian Kehutanan Republik Indonesia dan APBD Kabupaten Tanah Bumbu melalui DIPA Dinas Kehutanan dan Perkebunan.Masih belum terdapat lembaga donor yang membiayai operasionalKPHPTanah Bumbu, sehingga pelaksanaan pengelolaan kawasan belum maksimal dan menyeluruh baik pada kawasan maupun pada kegiatan di sekitar kawasan termasuk pemberdayaan masyarakat. Selama ini banyak kegiatan yang menjadi prioritas tidak seluruhnya mampu diakomodir dalam DIPA, terutama terkait dengan berbagai faktor antara lain: luas kawasan, aksesibilitas, jumlah lokasi kegiatan dan

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 46

Page 59: Batulicin, Desember 2016

jumlah kelompok sasaran target kegiatan. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan tingginya biaya yang dikeluarkan. 3) Data potensi kawasan belum lengkap

Data dan informasi tumbuhan dan satwa liar sebagai jenis unggulan, species kunci, species baru masih sangat minim. Kegiatan inventarisasi keragaman hayati pada umumnya dilakukan hanya di bagian terluar kawasan KPHP Tanah Bumbu dan belum mengidentifikasi ditengah kawasan KPHP Tanah Bumbu, padahal beberapa kawasan di wilayah KPHP Tanah Bumbu masih memilki potensi yang tinggi. Potensi lain yang belum teridentifikasi secara detail adalah potensi kayu yang bernilai ekonomis tinggi. Dengan demikian belum tersedia peta potensi kayu dan peta potensi keragaman hayati yang mewakili kawasan secara keseluruhan.Ketidaktersediaan data tersebut mengakibatkan pemanfaatan kayu dan non kayubelum optimal.Sampai sekarang potensi kayu dan keanekaragaman hayati hanya mengandalkan hasil inventarisasi yang dilakukan oleh tim yangdibentuk oleh BPKH V Banjarbaru.

4) Batas Kawasan KPHP belum mantap

Berdasarkan hasil penelusuran informasi di BPKH V Banjarbaru. Kawasan KPHP Tanah Bumbubelum memilikitata batas dan banyak pal batas yang rusak dan tidak jelas di lapangan.Rekonstruksi batas telah dilakukan oleh BPKH Wilayah VBanjarbaru, namun hasilnya masih belum optimal. Dalam rangka untuk mencegah konflik batas dan adanya klaim areal dari pihak tertentu, maka perlu dilakukan percepatan pelaksanaan tata batas wilayah dan fungsi hutan di lapangan.

5) Sarana dan pra sarana belum memadai

Dalam mendukung pengelolaan KPHP Tanah Bumbu sangat dibutuhkan ketersediaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang pelaksanaan kegiatan baik berupa Jalan setapak (Trail) untuk kepentingan patroli maupun wisata, bangunan/gedung, sarana transportasi, sarana penelitian dan pengunjung, alat komunikasi serta sarana dan prasarana lainnya. Jika dibandingkan dengan luas kawasan, maka sarana dan prasarana dalam pengelolaan masih sangat terbatas. Saat ini sarana dan prasarana KPHP Tanah Bumbu masih menggunakan fasilitas yang terdapat di kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanah Bumbu. Alokasi anggaran pada DIPA untuk sarana parasarana baik untuk penambahan maupun perbaikan belum ada. Sarana dan prasarana yang bersifat sangat dibutuhkan oleh pengelola KPHP Tanah Bumbu berupa peralatan kantor, beberapa kendaraan darat roda empat dan kendaraan roda dua

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 47

Page 60: Batulicin, Desember 2016

untuk mempermudah operasional kegiatan di lapangan. Sarana lain yang dibutuhkan adalah stasiun penelitian lapangan yang dilengkapi dengan pemondokan dan peralatan riset yang memadai.

6) Kewenangan pengelola masih terbatas

Pengelolaan KPHP Tanah Bumbu belum otonom,pelimpahan kewenangan yang saat ini domainnya berada ditingkat pemerintah daerahkepadaManajer KPH diharapkan mampu untuk memperpendek birokrasi dan memperlancar kegiatan pengelolaan di lapangan.Pelimpahan wewenang ini menjadi salah satu prasarat untuk menuju pengelolaan KPHyang lebih mandiri.

7) Aksesibilitas

Aksesibilitas kawasan KPHP Tanah Bumbu sebagian besar areal memiliki tofografi datar sampai bergelombang dengan ketinggian ±10 – 125 meter dari pemukaan laut sehingga untuk dapat mencapai lokasi/areal ditempuh dengan menggunakan tranportasi darat, terlebih areal KPH Tanah Bumbu yang sebagian besar merupakan areal IUPHHK HTI PT. Hutan Rindang Banua (HRB), IUPHHK-HT PT.Kirana Khatulistiwa (KK), IUPHHK-HT PT.Inni Joa(IJ), IUPHHK-HT PT.Jaya Agro Mandiri(JAM), IUPHHK-HT PT.Batulicin Bumi Bersujud (BBB) sehingga aksesibilitas melalui darat menuju areal KPHP relative mudah dijangkau.

Permasalahan yang muncul berkaitan dengan tingginya aksesibilitas kawasan adalah besarnya peluang penguasaan lahan serta gangguan aktivitas penebangan liar terhadap potensi tegakan hutan (illegal logging) serta berkembangnya budidaya tanaman perkebunan terutama perkebunan sawit yang berbatasan langsung dengan areal KPHP, maka kemungkinan terjadinya penguasaan lahan areal KPHP sangat tinggi.

8) Pencemaran lingkungan

Zaman yang semakin canggih dan modern dengan kecanggihan tekologi sedikit banyaknya berdampak negative terhadap lingkungan. Dimana banyaknya perusahaan tambang yang kini tumbuh dan berkembang di Kabupaten Tanah Bumbu ini menggunakan teknologi canggih yang dalam pengembangan tambang sedikit banyaknya mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan sekitar. Hal ini menjadi masalah yang selalu terjadi dan masih terus dilakukan pencegahan.

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 48

Page 61: Batulicin, Desember 2016

9) Potensi konflik yang terdapat di wilayah KPHP

KPHP Tanah Bumbu belum memiliki data terkait dengan potensi konflik di wilayah kerja KPHP, dikarenakan belum dilaksanakannya identifikasi potensi dan pemetaan konflik masyarakat yang terdapat di wilayah KPHP Tanah Bumbu. Namun berdasarkan data yang ada di Dinas Kehutanan Kabupaten Tanah Bumbu, terdapat laporan adanya konflik masyarakat dengan pemegang izin terkait dengan kliam lahan garapan dan/atau pemukiman masyarakat, dan konflik antara pemegang izin terkait dengan batas konsesi dan/atau tumpang tindih dengan HGU (perkebunan dan pertambangan skala kecil).

10) Rendahnya tingkat pendidikan dan taraf hidup masyarakat

Sarana pendidikan masyarakat lokal di sekitar KPHP Tanah Bumbu, umumnya hanya ada pada tingkat Sekolah Dasar (SD) saja dan ini pun tidak terdapat di setiap desa. Untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya masyarakat harus keluar dari kampung/desa dan biasanya hanya terdapat di ibukota kecamatan. Hal ini cukup sulit untuk dilaksanakan terkait dengan biaya pendidikan yang cukup tinggi bagi masyarakat setempat.Rendahnya taraf pendidikan juga ikut menyumbang dan sangat berpengaruh kepada pemahaman dan persepsi masyarakat terhadap KPH, disamping kurangnya penyuluhan untuk masyarakat. Rendahnya tingkat pendidikan berkolerasi kepada taraf hidup masyarakat sekitar kawasan, sehingga dapat berakibat pada tingkat ketergantungan dan ancaman terhadap hutan menjadi tinggi serta menjadi ancaman terhadap kelestarian dan upaya-upaya pelestarian KPH.

Keuangan dan penghasilan masyarakat sebagian besar didapat dari penjualan hasil bumi seperti jagung, padi ladang dan lain sebagainya.Hasil dari penjualan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, biaya pendidikan dan kesehatan.Hasil bumi yang didapatkan dari ladang umumnya tidak bisa menutupi kebutuhan hidup, masih jauh dari hidup layak. Masyarakat lokal yang hidup dengan ukuran pendapatan per kapita rendahakan semakin tertekan jikatidak tersedia lapangan kerja lain yang dapat menghasilkan uang di desa/kampung. Situasi ini diperparah oleh harga-harga kebutuhan pokok ikut naik oleh karena semakin tingginya biaya yang diperlukan untuk mendapatkan barang-barang tersebut. Tekanan akan kebutuhan hidup bagi masyarakat di sekitar kawasan akan menimbulkan ancaman terhadap kelestarian kawasan. Disamping tingginya tingkat ketergantungan masyarakat lokal terhadap kawasan hutan.

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 49

Page 62: Batulicin, Desember 2016

4.1.2. Faktor Eksternal

a) Peluang (Opportunity)

1) Partisipasi masyarakat terhadap KPHP Tanah Bumbu

Keberadaan KPHP Tanah Bumbu sedikit banyak mulai diakui oleh masyarakat khususnya yang tinggal di sekitar kawasan.Telah ada kesadaran sebagian masyarakat untuk tidak memasuki kawasan.Masyarakat pada umumnya menghormati pada aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Partisipasi, keterlibatan dan dukungan masyarakat terhadap perlindungan dan pengelolaan KPHP Tanah Bumbu adalah komponen penting dalamkawasan KPH.Bila kawasan KPH dianggap sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi masyarakat sekitar, maka masyarakat menjadi pendukung dalam upaya pelestarian kawasan KPH tersebut.

2) Pemanfaatan hutan yang didukung dengan kebijakan pemerintah

Pemerintah, dalam hal ini Kemeterian LHK telah mengatur pemanfaatan hutan di wilayah tertentu KPHP, melalui Permenhut nomor P.47/Menhut-II/2013, yang meliputi : • Pemanfaatan hutan di wilayah tertentu pada kawasan hutan lindung

- Pemanfaatan kawasan - Pemanfaatan jasa lingkungan - Pemungutan HHBK

• Pemanfaatan hutan di wilayah tertentu pada kawasan hutan produksi - Pemanfaatan kawasan - Pemanfaatan jasa lingkungan - Pemanfaatan HHK dan HHBK - Pemungutan HHK dan HHBK

Pelaksanaan pemanfaatan hutan di wilayah tertentu dapat dilakukan

melaluikerjasama dengan BUMN, BUMD, BUMS, Koperasi, UMKM dan/atau masyarakat setempat dalam rangka kemitraan maupun membuka peluang usaha.

Kawasan Hutan Kabupaten Tanah Bumbu sangat memiliki potensi besar terhadap jasa lingkungan berupa carbon trade, pariwisata, peneltian, DAS, dan air bersih yang perlu ditingkatkan pengembangannya. Peluang ini sangat bagus untuk dikelola dan akan menjadi devisa pemerintah kabupaten, serta menjadi suatu daya tarik terhadap investor.

Perdagangan carbon (carbon trade) terkait dengan REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation in developing countries) yaitu sebuah mekanisme internasional yang dimaksudkan untuk memberikan insentif yang bersifat positif bagi

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 50

Page 63: Batulicin, Desember 2016

negara berkembang yang berhasil mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. REDD hanya salah satu skema untuk memberi insentif terhadap upaya perlindungan atau pelestarian hutan. Pemberian kompensasi ini terkait dengan pengurangan pelepasan karbon (carbon release reduction), penyimpanan karbon (carbon storage) dan penyerapan karbon (carbon sequestration).Carbon trade ini merupakan salah satu potensi jasa lingkungan yang perlu dimanfaatkan. Peluang lainnyaadalah pengembangan Ekowisata di kawasan KPHP Tanah Bumbu.

Ekowisata di kawasan KPH diharapkan mampu memberikan kontribusi pada pemanfaatan dan konservasi kawasan maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan.Kawasan sebagai daerah tangkapan air, banyaknya sungai-sungai dan air yang mengalir dari hulu kawasan KPH, membuat suatu daya tarik tersendiri.Disamping itu potensi air yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang pariwisata, juga dapat dikemas menjadi air konsumsi.

Keberadaan kawasan KPHP Tanah Bumbu yang terletak di areal pencadangan kawasan hutan Provinsi Kalimantan Selatan merupakan hal yangstrategis.Hampir seluruh kawasan dalam wilayah KPHP diperuntukkan sebagai kawasan pemanfaatan hutan kayu hutan alam dan hutan kayu hutan tanaman. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Tim BPKH potensi kayu yang terdapat di kawasan KPHP Tanah Bumbu rata-rata 87,813 m3/ha.Dengan demikian ini merupakan sebuah peluang yang dapat mendukung pengelolaanKPHP Tanah Bumbu.

3) Dukungan para pihak (Pemerintah pusat-provinsi/kabupaten/kota, privat sektor, LSM, Masyarakat)

Pemerintah baik pusat maupun daerah (provinsi kabupaten kota) mendukung keberadaanKPHP Tanah Bumbu. Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu sangat diuntungkan dengan adanya KPH, sehingga pemerintah daerah sangat mendukung keberadaan KPH yang berada pada wilayah administratifnya.Demikian pula dengan lembaga-lembaga non pemerintah baik dari dalam maupun luar negeri, menaruh perhatian khusus pada upaya-upaya pemanfaatan dan konservasi seperti KPHP Tanah Bumbu.

Pemerintah pusat sangat berkomitmen dengan pembangunan kehutanan pada tingkat tapak. Dalam RPJMN, Bappenas bersama dengan Kementerian LHK akan menfasilitasi pembangunan kehutanan di tingkat tapak oleh KPH hingga tahun 2019, dengan slogan "No KPH, No Money", sehingga seluruh kegiatan di bidang kehutanan akan tercurah pada KPH. Selain itu adanya Program Prioritas Nasional dan sistem

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 51

Page 64: Batulicin, Desember 2016

penganggaran "money follow programs", pembangunan kehutanan akan lebih terfokus pada KPH dan masyarakat yang berada di dalam dan sekitar hutan.

Ditjen PHPL melalui Balai Pengelolaan Hutan Produksi Wilayah IX di tahun 2016 telah memfasilitasi sarana dan prasarana KPHP Tanah Bumbu yang meliputi sarana gedung kantor, kendaraan bermotor, sarana perkantoran, sarana survey dan pemetaan, serta sarana regu pemadam kebakaran. Sarpras tersebut rencananya akan dihibahkan oleh Kementerian LHK melalui Dinas Kehutanan Provinsi pada akhir tahun 2016 atau pada awal tahun 2017.

Tabel IV-4. Sarana dan Prasarana yang Difasilitasi Ditjen PHPL Tahun 2016

No. Jenis Sarpras Jumlah 1. Gedung Kantor 1 unit 2. Kendaraan roda - 4 (doubel gardan) 1 unit 3. Kendaraan roda - 2 (trail) 4 unit 4. Sarana perkantoran - Laptop 2 unit - Personal computer 3 unit - Printer 3 unit - Kamera digital 1 unit - AC Split 2 unit - Meja dan Kursi Rapat 1 unit - Sofa 1 set - Lemari besi 2 unit - Lemari kaca 2 unit - Meja kerja 1 biro 2 unit - Meja kerja 1/2 biro 8 unit - Kursi kerja 10 unit - Sound system wireless 1 unit

5. Sarpras survey dan pemetaan - GPS 5 unit - Haga meter 5 unit - Compass tandem 5 unit

6. Sarpras Regu Pemadam Kebakaran - Kapak 2 fungsi 4 buah - Kepyok/pemukul api 8 buah - Garu tajam 4 buah - Garu pacul 2 buah - Sekop 4 buah - Pompa punggung 5 buah - Golok/parang 5 buah - Pompa jinjing 2 set - Kantong air 1 unit - Stik jarum 1 buah - Obor salut 1 unit - Topi helmet 10 buah - Lampu kepala 10 buah - Kacamata 10 buah - Masker 10 buah - Sarung tangan 10 buah - Sepatu boot 10 buah - Pakaian pelindung 10 buah

Sumber: BPHP IX Banjarbaru

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 52

Page 65: Batulicin, Desember 2016

4) Berkembangnya bentuk-bentuk kerja sama dalam pemanfaatan hutan (pemanfaatan kawasan, hasil hutan kayu, HHBK, Jasa lingkungan)

Pengelolaan kawasan bisa dilakukan bersama dengan melibatkan pihak luar.Oleh karena itu pengembangan kerjasama atau kolaborasi pengelolaan kawasan perlu dipertimbangkan.Pemerintah pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan pemerintah daerah bisa mengatur kebijakan dalam hal kerjasama dan kolaborasi pengelolaan kawasan KPH sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.Untuk hal ini diperlukan serangkaian upaya-upaya promosi kepada pihak luar, disamping kajian untuk mengidentifikasi investor potensial untuk bermitra dalam pengelolaan KPHP Tanah Bumbu.

5) Pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian

Kawasan KPHP memiliki potensi keragaman hayati yang sangat beragam.Peneliti yang datang biasanya datang dari kalangan akademisi, LSM dan lembaga penelitian yang tertarik untuk melakukan kerjasama penelitian dalam kawasan KPH.Beberapa peneliti yang melakukan penelitian adalah dosen dan mahasiswa dari Universitas Lambung Mangkurat serta dari LSM.Peluang ini harus ditangkap oleh KPH dengan menyediakan stasiun riset di dalam kawasan KPH yang dikelola secara profesional.

6) Peningkatan kapasitas SDM

Berbagai bentuk peningkatan kualitas bagi tenaga pengelola KPH sepertipelatihan peningkatan ketrampilan pengelolaan KPH dan peluangmelanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi melalui beasiswa dan sponsor serta berbagai bentuk program edukasi telah diprogramkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Pusat dan Balai Diklat Kehutanan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) akan berdampak pada kualitas pengelolaan, artinya untuk mengatasi jumlah tenaga pengelola yang masih kurang dan belum sebanding dengan konflik dan luas kawasan kelolanya, maka ditempuh dengan peningkatan kualitasnya. Adanya program peningkatan kapasitas staff yang ditawarkan oleh lembaga di luar KPH merupakan peluang-peluang yang harus dimanfaatkan.

b) Ancaman (Threat)

1) Kegiatan illegal logging

Aktivitas pencurian kayu masih sering ditemukan di Areal KPHP Tanah Bumbu.Hasil kayu curian ini umumnya diangkut melalui jalan darat dan jalur sungai

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 53

Page 66: Batulicin, Desember 2016

seperti sungai Satui yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Satui. Walaupun pernah dilakukan penyitaan terhadap hasil kegiatan illegal logging melalui operasiyang dilakukan oleh Polhut Dishutbun Kabupaten Tanah Bumbu. Kegiatan pencurian kayu di dalam kawasan KPH umumnya didanai oleh cukong.Dampak dari aktivitas illegal logging dan illegal Mining ini telah menimbulkan kerusakan lingkungan dan air sungai yang dulunya jernih sebagai sumber air minum, namun sekarang sudah berubah menjadi keruh.Aktivitas illegal logging dan illegal Mining telah menyebabkan banjir sepertimeluapnya sungaiSatuipada tahun-tahunbelakangan ini.

2) Illegal Mining

Penambangan tanpa izin (illegal mining) dan/atau izin tambang tanpa melalui prosedur yang sah dan/atau penambangan tradisional oleh masyarakat, dengan komoditas batubara, emas maupun bahan galian C (pasir dan batu), telah lama merambah wilayah KPHP Tanah Bumbu. Areal bekas galian batubara yang dikelola tanpa izin banyak ditemui di wilayah KPHP dan tidak dilakukan usaha reklamasi maupun rehabilitasi, sehingga saat ini menjadi danau maupun merupakan lahan kritis.

Dengan meningkatnya harga komoditas batubara saat ini, dikuatirkan akan terjadi penambangan tanpa izin akan terjadi kembali, apabila tidak dilakukan pencegahan dan penegakan hukum bagi pelakunya.

3) Perambahan/Penyerobotan lahan

Meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk serta terjadinya imigrasi penduduk yang berakibat pada peningkatan kebutuhan akan pangan ini tidak sebanding dengan lahan garapan yang disediakan, sehingga kebutuhan pangan dicukupi dengan membuka lahan baru oleh masyarakat. Hal ini merupakan salah satu ancaman terhadap kelestarian kawasan KPHP Tanah Bumbu.

KPHP Tanah Bumbu terdapat beberapa wilayah hutan yang berbatasan langsung dengan kebun/ladang milik masyarakat. Dari sisi tata batas kawasan tentu saja bisa menimbulkan potensi konflik dengan masyarakat yang memiliki ladang didekat kawasan KPH. Hadirnya KPH juga bertujuan untuk membuka isolasi daerah, namun akses yang mudah setelah ada KPH juga sering menjadi pintu masuk untuk illegal logging, perburuan liar dan aktivitas ilegal lainnya.

Penguasaan dan penyerobotan lahan oleh masyarakat demi kepentingan perusahaan (perkebunan dan pertambangan) merupakan salah satu modus yang terjadi di Kabupaten Tanah Bumbu. Kelompok masyarakat melakukan klaim lahan kepada unit manajemen dan pemerintah dengan berbagai alasan, dan setelah dilakukan enclave,

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 54

Page 67: Batulicin, Desember 2016

selanjutnya lahan tersebut ditanami dengan komoditas perkebunan melalui pola inti plasma, atau dijual kepada perusahaan tambang.

4) Perburuan satwa liar

Potensi satwa liar yang ada di dalam kawasan sering menjadi daya tarik pihak luar untuk melakukan perburuan.Terdapat indikasi sekelompok orang yang dengan sengaja berburu babi hutan, Rusa (Menjangan) untuk tujuan komersil.Disamping mamalia seperti babi, terdapat kasus perburuan beberapa jenis burung yang biasa diperdagangkan secara diam-diam di daerah sekitar KPHP Tanah Bumbu yaitu burung tekukur.Burung-burung tersebut diambil dari hutan, burung yang diambil adalah burung yang masih anakan lalu dibawa dan dipelihara.Informasi yang diperoleh dari masyarakat di sekitar kawasan KPH, perburuan satwa seperti babi meningkat menjelang perayaannatal.Kegiatan perburuan ini dilakukan secara hati-hati sekali sehingga tidak diketahui oleh pihak yang berwenang, sementara untuk masyarakat sekitar sendiri jarang melakukan kegiatan tersebut.

5) Kebakaran Hutan dan Lahan

Kebiasaan bagi masyarakat lokal yang hidup di sekitar kawasan dalam membuka lahan untuk berladang adalah dengan cara membakar lahannya yangsebelumnya telah ditebas dan dibiarkan beberapa waktu sampai tebasan itu kering oleh sinar matahari sehingga mudah termakan api. Potensi kebakaran hutan yang timbul dari kegiatan ini adalah sangat besar, karena api dapat pula menjalar sampai ke dalam kawasan. Terjadi juga kebiasaan lain bagi masyarakat yang memelihara ternak, yakni aktivitas membakar padang ilalang, dimana setelah dibakar akan tumbuh ilalang muda yang bertujuan untuk mendapatkan pakan ternak. Tidak jarang akibat dari aktivitas ini dapat menimbulkan kebakaran menjadi meluas dan terjadi sampai berhari-hari.Walaupun aktivitas seperti ini terjadi di luar kawasan KPHP Tanah Bumbu, namun berpotensi mengancam kelestarian sumber daya alam yang berbatasan langsung dengan KPHP Tanah Bumbu dan kebakaran semacam ini terjadi hampir setiap tahun. Dalambeberapa tahunterakhir, kebakaran hutan menjadi fenomena tahunan di Indonesia.Kawasan KPHP Tanah Bumbu seharusnya sudah memilki satgas kebakaran yangdidukung dengan sarana prasaranadan anggaran pengendalian kebakaran hutan.KPHP Tanah Bumbu juga belum memiliki peta secara detail tentang kerawanan kebakarankawasan.

Untuk menyusun perencanaan strategis masa depan, dilakukan kombinasi diantara dua faktor sehingga menghasilkan strategi yang akan dilaksanakan KPH Tanah Bumbu selama periode 2017 - 2026 sebagai berikut:

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 55

Page 68: Batulicin, Desember 2016

1. Penguatan kelembagaan dan Peningkatan kapasitas KPH (7 dan 8) 2. Pemantapan kawasan KPHP 3. Peningkatan kerja sama, kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka

pemanfaatan hutan 4. Pemantapan perlindungan dan pengamanan serta pengendalian kebakaran hutan 5. Peningkatan reboisasi dan restorasi sumber daya hutan

4.2. PROYEKSI

Berdasarkan hasil analisa terhadap kondisi riil yang ada di KPHP Tanah Bumbu, maka proyeksi kegiatan KPHP Tanah Bumbu selama 10 tahun ke depan adalah sebagai berikut:

4.2.1. Kelembagaan KPH yang kuat dan profesional

Dengan adanya implementasi UU 23 Tahun 2014, maka kelembagaan KPHP akan menjadi UPT Dinas Provinsi, dan dimungkinkan menjadi organisasi tipe A. Dengan adanya perubahan ini, maka akan lebih memudahkan KPHP dalam berkoordinasi dengan instansi pemerintah lainnya dan para pemangku kepentingan yang terkait.

Dengan adanya likuidasi instansi kehutanan kabupaten, maka akan terdapat realokasi pegawai ke KPHP, sehingga dapat memenuhi kebutuhan personil KPHP, baik secara kuantitas maupun kuantitas dari segi pengalaman dan kompetensi (teknis dan administrasi). Dengan kondisi demikian, maka kegiatan Tenaga Bakti Rimbawan dapat lebih difokuskan pada pengelolaan hutan di tingkat tapak.

Dengan adanya dukungan anggaran dari tingkat provinsi, maka ketersediaan anggaran akan lebih terjamin, serta perencanaan dan pelaksanaan kegiatan KPHP dapat lebih disinkronkan dengan kebijakan daerah dan pusat. Demikian pula dengan kebutuhan sarpras selain telah difasilitasi melalui kementerian LHK, dapat dipenuhi melalui APBD.

Dengan terpenuhinya kebutuhan personil yang memenuhi kompetensi dan berpengalaman (Man), sarana dan prasarana yang lengkap (Machine), anggaran (Money), serta dukungan dari akademisi dan kebijakan/peraturan dari pemerintah (Method), diharapkan KPHP Tanah Bumbu akan menjadi kuat dan profesional.

4.2.2. Kawasan hutan yang mantap

Salah satu kriteria pengelolaan hutan lestari adalah aspek prasyarat yang terkait dengan kepastian kawasan yang akan dikelola. Tata batas wilayah KPHP dan batas fungsi

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 56

Page 69: Batulicin, Desember 2016

merupakan kegiatan prioritas yang harus diselesaiakan dalam 5 (lima) tahun pertama. Kegiatan penataan areal berupa blok dan petak yang berfungsi sebagai unit pengelolaan terkecil, akan dilaksanakan secara bertahap hingga tahun 2026.

Tata batas wilayah KPHP akan dilakukan dilakukan secara bertahap sepanjang 90,65 km. Sedangkan penataan areal dilakukan terhadap wilayah tertentu seluas 90.894 ha, yang meliputi tiga RPH.

4.2.3. Termanfaatkannya sumber daya hutan melalui kerja sama, kemitraan dan pemberdayaan masyarakat Pemanfaatan sumberdaya hutan akan terlaksana dengan baik apabila informasi

tentang potensi yang ada telah diketahui. Oleh karena itu, hal pertama yang akan dilakukan oleh KPHP adalah identifikasi dan inventarisasi potensi hasil hutan kayu, HHBK, dan jasa lingkungan di wilayah tertentu KPHP Tanah Bumbu. Hasil identifikasi/inventarisasi berupa data dan informasi potensi sumberdaya hutan akan dikembangkan dalam suatu database pengelolaan hutan sebagai dasar penyusunan strategis bisnis KPHP yang berisi analisa kelayakan ekonomi dalam pemanfaatan hutan yang akan ditawarkan kepada investor atau kemitraan dengan pihak lain, melalui sosialisasi atau kegiatan promosi lainnya (ekspo).

Pemberdayaan masyarakat setempat yang berada di dalam dan di sekitar hutan, selain untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan, juga berfungsi sebagai salah satu resolusi konflik. Oleh karena itu, kegiatan pemberdayaan masyarakat akan diprioritaskan pada lokasi-lokasi yang rawan terjadinya konflik.

Dengan adanya pemanfaatan hutan oleh investor, dan/atau kerjasama dan kemitraan dengan pihak lain (koperasi), dan/atau melalui pemberdayaan masyarakat, diharapkan seluruh wilayah KPHP akan terkelola dengan baik dan lestari pada akhir perode di tahun 2026. Selain itu kesejahteraan masyarakat setempat dapat meningkat, dan KPHP berhasil memberikan kontribusi kepada negara berupa peningkatan PNBP yang berasal dari hasil hutan yang diproduksi (HHK, HHBK, dan jasa lingkungan).

4.2.4. Terlindungnya kawasan hutan dan sumber daya hutan Gangguan hutan berupa illegal logging, illegal mining, dan penguasaan lahan

yang dilakukan oleh masyarakat akan sangat sulit untuk diatasi, terlebih lagi dengan keterbatasan personil dan luasnya wilayah pengelolaan KPHP Tanah Bumbu. Demikian juga dengan kebakaran hutan dan lahan yang sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan faktor manusia (budaya dan tingkat kesadaran masyarakat).

Untuk menekan terjadinya gangguan hutan dan kebakaran hutan dan lahan, peran serta aktif masyarakat sangat dibutuhkan dan sangat menentukan keberhasilan.

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 57

Page 70: Batulicin, Desember 2016

Untuk itu, KPHP Tanah Bumbu akan melakukan kegiatan pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan secara partisipatif bersama masyarakat setempat, terutama pada wilayah tertentu KPHP. Kegiatan ini akan dilakukan setiap bulan secara terus menerus hingga akhir periode.

4.2.5. Meningkatnya fungsi perlindungan dan tata air Dengan adanya lahan kritis akibat kebakaran hutan dan/atau bekas galian

tambang yang ditinggalkan tanpa upaya reklamasi dan rehabilitasi akan mengurangi fungsi hutan dalam pengendalian tata air. Upaya rehabilitasi akan dilakukan dengan pada DAS/subDAS prioritas, melalui kegiatan agroforestry bersama masyarakat. Kegiatan rehabilitasi dilakukan bertahap seluas 4.336 ha (data tahun 2013). Luasan ini dapat berubah setelah updating lahan kritis oleh BPDASHL Barito.

Dengan berkurangnya lahan kritis dan terkelolanya lahan secara intensif melalalui pola agroforestry oleh masyarakat, maka diharapkan hutan sebagai pengendali tata air dapat berfungsi dengan baik, dan fungsi DAS sebagai cacthment area dapat optimal.

BAB IV - ANALISIS DAN PROYEKSI 58

Page 71: Batulicin, Desember 2016

BAB V - RENCANA KEGIATAN

Rencana kegiatan strategis KPHP Tanah Bumbuselama jangka waktu 10 tahun dibuat agar memudahkan rencana operasional KPH dimasa yang akan datang. Rencana kegiatan ini sekaligus menjadi panduan Kepala KPH dalam membuat kegiatan di dalam maupun diluar kawasan KPH. Rencana kegiatan tersebut meliputi:

5.1. INVENTARISASI BERKALA WILAYAH DAN PENATAAN HUTAN

5.1.1. Inventarisasi Berkala

Inventarisasi merupakan kegiatan penjelajahan setiap bagian dari kawasan KPH untuk memperoleh informasi status dan keadaan dari fisik lapangan, jenis flora dan fauna, tipe komunitas atau ekosistem, kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan KPHP Tanah Bumbu, disertai dengan identifikasi dan koleksi atas specimen unsur-unsur penyusun sumber daya alam hayati dan ekosistem.

Inventarisasi potensi pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui sediaan tegakan, potensi HHBK dan jasa lingkungan di lapangan. Pelaksanaan inventarisasi oleh KPHP dilakukan pada wilayah tertentu melalui pengambilan data pada plot sampling dengan intensitas 0,1%, yang tersebar secara proposional sesuai fungsi hutan dan/atau penutupan lahan, sesuai dengan metode ilmiah yang sudah umum digunakan. Dengan metode tersebut, maka jumlah plot sampling sebanyak 90 plot dengan luas satu hektar untuk masing-masing plot, yang terdiri dari HL sebanyak 58 plot, HPT sebanyak 11 plot, dan HP sebanyak 21 plot. Sedangkan pada wilayah yang dibebani izin dilakukan oleh pemegang izin sesuai dengan ketentuan. Pemanfaatan data dan informasi potensi pada wilayah izin dilakukan oleh KPHP dengan memanfaatkan hasil inventarisasi hutan yang telah dilakukan oleh pemegang izin (IHMB dan ITSP/ITT).

Rencana pelaksanaan inventarisasi potensi pada wilayah tertentu KPHP Tanah Bumbu akan dilakukan secara bertahap selama 3 (tiga) tahun sesuai dengan ketersediaan personil dan anggaran. Rencana pelaksanaan inventarisasi selama tiga tahun secara rinci sebagaimana tercantum pada tabel V-1 berikut :

BAB V - RENCANA KEGIATAN 59

Page 72: Batulicin, Desember 2016

Tabel V-1. Rencana Inventarisasi Berkala KPHP Tanah Bumbu

Thn ke- Kegiatan RPH Volume Keterangan I Pengumpulan data IHMB/ Survey

Unit Manajemen (Pemegang Izin) Seluruh RPH

PT.KDC, PT.IJ, PT.HRB, PT.JAM, PT.BBB

II Inventarisasi berkala Satui, Batulicin, Kusan

45 plot

III Inventarisasi berkala Satui, Batulicin, Kusan

45 plot

Jumlah 90 plot

5.1.2. Tata Batas Wilayah dan Fungsi

Tata batas wilayah KPHP dan fungsi hutan merupakan salah satu kegiatan prioritas yang harus dilaksanakan dalam rangka memperoleh kepastian wilayah pengelolaan. Kegiatan tata batas wilayah dan fungsi hutan merupakan kewenangan BPKH Wilayah V Banjarbaru. Dengan demikian, KPHP bersama Dinas Kehutanan Provinsi akan melakukan koordinasi terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan di lapangan. Pelaksanaan tata batas wilayah dan fungsi hutan, diharapkan dapat terealisasi dalam waktu 5 (lima) tahun.

Adapun rencana pelaksanaan tata batas wilayah dan fungsi hutan dalam 5 tahun meliputi koordinasi perencanaan dan penyusunan trayek batas, pelaksanaan tata batas wilayah sepanjang + 90 km, dan pelaksanaan tata batas fungsi hutan. Rencana secara rinci sebagaimana tabel V.2. berikut : Tabel V-2. Rencana Tata Batas Wilayah dan Fungsi Hutan KPHP Tanah Bumbu

Tahun ke- Kegiatan Volume Lokasi Keterangan

I Koordinasi perencanaan dan penyusunan trayek tata batas wilayah

1 keg -

II Pelaksanaan tata batas wilayah 40 km RPH Batulicin Penyusunan trayek batas fungsi 1 keg -

III Pelaksanaan tata batas wilayah 50 km RPH Satui dan RPH Kusan

Pelaksanaan tata batas fungsi HL 1 keg RPH Batulicin, RPH Satui dan

RPH Kusan

Panjang batas fungsi belum

diketahui IV Pelaksanaan tata batas fungsi

HPT 1 keg

V Pelaksanaan tata batas fungsi HP 1 keg VI-X Monitoring dan pemeliharaan

batas 1 keg Setiap tahun

5.1.3. Penataan Wilayah/Areal Kerja

Penataan wilayah/areal kerja KPHP meliputi pembagian blok/zona dan RPH serta blok dan petak kerja. Penataan wilayah dilakukan melalui analisa spasial, dan selanjutnya

BAB V - RENCANA KEGIATAN 60

Page 73: Batulicin, Desember 2016

dilakukan penataan batas RPH dan batas blok/petak kerja di lapangan. Penataan wilayah di lapangan akan dilakukan secara bertahap setelah tata batas wilayah selesai dilaksanakan, dan/atau pada saat pelaksanaan kegiatan lainnya (pembuatan areal agroforestry, patroli keamanan, dll), dan/atau dilakukan secara swadaya oleh tenaga Bakti Rimbawan.

Penataan batas untuk wilayah RPH, diharapkan dapat diselesaikan dalam waktu 3 (tiga) tahun, yang dilaksanakan oleh KPHP bersama-sama dengan tenaga Bakti Rimbawan. Penataan batas wilayah berupa blok/petak tebangan diharapkan dapat selesai dalam waktu 6 - 8 tahun, disesuaikan dengan ketersediaan anggaran dan personil. Adapun rencana penataan wilayah secara rinci dapat terlihat pada tabel V.3. di bawah ini.

Tabel V-3. Rencana Penataan RPH, Blok/Petak KPHP Tanah Bumbu

Tahun ke-

Kegiatan Volume Pelaksana Ket

I Penataan batas RPH 1 keg Bakti Rimbawan, KPHP

Seluruh DAS

Penataan batas blok/petak 1 keg Bakti Rimbawan DAS Batulicin

II Penataan batas RPH 1 keg Bakti Rimbawan, KPHP

Seluruh DAS

Penataan batas blok/petak 1 keg Bakti Rimbawan DAS Batulicin

III Penataan batas RPH 1 keg Bakti Rimbawan, KPHP

Seluruh DAS

Penataan batas blok/petak 1 keg Bakti Rimbawan DAS Kusan IV Penataan batas blok/petak 1 keg KPHP DAS Kusan V Penataan batas blok/petak 1 keg KPHP DAS Kusan VI Penataan batas blok/petak 1 keg KPHP DAS Satui VII Penataan batas blok/petak 1 keg KPHP DAS Satui VIII Penataan batas blok/petak 1 keg KPHP DAS Satui

5.2. PEMANFAATAN HUTAN PADA WILAYAH TERTENTU

5.2.1. Pemanfaatan Kawasan

Rencana pemanfaatan kawasan di wilayah tertentu di KPHP Tanah Bumbu meliputi budidaya tanaman kayu manis, budidaya tanaman obat (empon-empon bahan baku jamu), dan budidaya lebah. Pemanfaatan kawasan ini dilaksanakan sekaligus sebagai pemberdayaan masyarakat dan rehabilitasi lahan kritis di wilayah KPHP.

Desa Emil Baru dan Desa Tamunih didominasi oleh suku Dayak Meratus yang telah sekian lama membudidayakan kayu manis secara tradisional di dalam kawasan hutan lindung. Budidaya kayu manis oleh masyarakat belum dilakukan secara intensif,

BAB V - RENCANA KEGIATAN 61

Page 74: Batulicin, Desember 2016

dan pemanenan/produksi kulit kayu manis dilakukan dengan cara menebang. Sebagai salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat, KPHP Tanah Bumbu akan memfasilitasi bantuan bibit kayu manis dan penyuluhan budidaya dan produksi kayu manis secara intensif kepada masyarakat Desa Emil Baru dan Tamunih secara bertahap. Selain kayu manis, masyarakat Desa Emil Baru juga mengembangkan budidaya kemiri.

Budidaya tanaman obat berupa empon-empon bahan baku pembuatan jamu tradisional yang meliputi jahe, kencur, kunyit, dll, akan diprioritaskan pada masyarakat Desa Jombang, Bukit Baru, Sumber Makmur, Hati'if dan Sumber Arum di RPH Satui, yang selama ini telah menggunakan lahan di dalam wilayah KPHP Tanah Bumbu sebagai lahan pertanian/perkebunan. Berdasarkan data yang ada di Dinas Kehutanan Kabupaten, desa-desa ini termasuk lokasi rawan konflik, dan pernah terjadi klaim lahan oleh masyarakat kepada pemegang izin. Kegiatan budidaya tanaman obat ini akan diawali dengan sosialisasi dan penyuluhan terlebih dahulu, sehingga masyarakat sadar dan mau menjalin kerjasama dengan KPHP, sehingga dengan sukarela masyarakat mau menyetor PNBP yang berasal dari produksi empon-empon untuk negara. Dengan meningkatnya produktifitas lahan garapan, diharapkan masyarakat tidak mencari lahan garapan baru di tempat lain.

Pengambilan madu hutan telah lama dilakukan oleh masyarakat Desa Mentewe dan Mangkalapi, serta beberapa desa di sekitarnya. Namun saat ini, keberadaan lebah madu yang semakin sulit ditemui. Untuk meningkatkan produksi madu, maka KPHP Tanah Bumbu akan memfasilitasi stup lebah dan bantuan bibit tanaman pakan lebah. Budidaya lebah madu akan dilakukan pada masyarakat Desa Mentewe, Teluk Kepayang dan Desa Mangkalapi serta masyarakat desa di sekitarnya (Desa Batu Bulan, Desa Guntung, Desa Hati'if dan Desa Tamunih).

Fasilitasi kegiatan oleh KPHP dilaksanakan pada 3 (tiga) tahun pertama, dan pada tahun selanjutnya (tahun ke-4 s/d ke-10) KPHP melakukan pembinaan kepada masyarakat desa sasaran.

Tabel V-4. Rencana Pemanfaatan Kawasan di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu

Tahun ke- Kegiatan Volume Sasaran DAS I Budidaya Kayu Manis 1 keg

(25 ha) Emil Baru Batulicin

Budidaya Lebah 2 keg Mentewe, Mangkalapi

Batulicin, Kusan

Budidaya Tanaman Obat (sosialisasi/penyuluhan)

1 keg Jombang, Bukit Baru, Sumber

Makmur, Hati'if, Sumber Arum

Kusan, Satui

II Budidaya Kayu Manis 2 keg (50 ha)

Emil Baru, Tamunih

Batulicin, Kusan

Budidaya Lebah 2 keg Teluk Kepayang, Guntung

Kusan

BAB V - RENCANA KEGIATAN 62

Page 75: Batulicin, Desember 2016

Budidaya Tanaman Obat 2 keg (100 ha)

Jombang, Bukit Baru

Satui

Tahun ke- Kegiatan Volume Sasaran DAS III Budidaya Kayu Manis 1 keg

(25 ha) Tamunih Kusan

Budidaya Lebah 3 keg Batu Bulan, Tamunih, Hati'if

Kusan

Budidaya Tanaman Obat 3 keg (150 ha)

Sumber Makmur, Hati'if, Sumber

Arum

Kusan, Satui

IV - X Budidaya Kayu Manis (Pembinaan)

1 keg Emil Baru, Tamunih

Kusan

Budidaya Lebah (Pembinaan)

1 keg Mentewe, Mangkalapi,

Teluk Kepayang, Batu Bulan,

Tamunih, Hati'if

Batulicin, Kusan

Budidaya Tanaman Obat (pembinaan)

1 keg Jombang, Bukit Baru, Sumber

Makmur, Hati'if, Sumber Arum

Kusan, Satui

5.2.2. Pemanfaatan Jasa Lingkungan

Kegiatan pemanfaatan sumberdaya air di dalam kawasan KPHP Tanah Bumbu diarahkan pada :

1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Tanah Bumbu 2. Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pelayanan air bersih

bagi Masyarakat Kabupaten Tanah Bumbu dan pendayagunaan jasa lingkungan; 3. Pengembangan ekonomi kerakyatan dengan melihat potensi pasar

pengembangan jasa lingkungan air baku 4. Pengembangan kerja sama dengan masyarakat luas dalam upaya pemanfaatan

potensi jasa lingkungan, yang diarahkan pada upaya peningkatan penyediaan lapangan kerja dan peluang berusaha bagi masyarakat sekitar kawasan.

Letak geografis, luas dan karakteristik bio-fisik wilayah yang terletak di dalam KPHP Tanah Bumbu merupakan keunggulan komparatif (Comparative advantage) tersendiri dalam hal potensi jasa lingkungan berupa pemanfaatan air untuk kepentingan sumber air bersih, sehingga apabila jasa lingkungan ini dikelola secara baik akan memberikan nilai ekonomi kuantitatif maupun manfaat atau kepuasan kepada konsumen jasa lingkungan. Dalam pengembangan jasa lingkungan pemanfaatan air di kawasan KPHP Tanah Bumbu, diperlukan strategi, regulasi dan langkah-langkah seperti:

1. Eksplorasi, inventarisasi dan identifikasi potensi sumber air lain yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik yang ada di dalam dan sekitar kawasan KPHP Tanah Bumbu.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 63

Page 76: Batulicin, Desember 2016

2. Analisis sosial ekonomi dan budaya masyarakat. 3. Pemetaan dan analisis kelayakan dari pemanfaatan potensi jasa lingkungan air

untuk kebutuhan sehari-hari 4. Pemetaan dan analisis kecenderungan pasar, termasuk identifikasi kelompok

sasaran atau pihak-pihak yang merupakan penerima manfaat dan keuntungan komersial dari potensi jasa lingkungan sumber daya air dan energi listrik (mikro hydro)

5. Analisis kebijakan dalam penyelenggaraan pemanfaatan jasa lingkungan sumber daya air untuk energi listrik dan air baku

6. Konsep atau model kerja sama pemanfaatan jasa lingkungan sumber daya air yang akan dikembangkan

7. Sistem mekanisme pelibatan dan partisipatif dari para pihak dalam penyelenggaraan jasa lingkungan sumber daya air

8. Mekanisme pelibatan stakeholders dalam penyelenggaraan jasa lingkungan, termasuk desain kerangka kelembagaan kolaboratif dalam pengelolaan jasa lingkungan.

9. Mekanisme pembagian manfaat dan keuntungan antara KPHP Tanah Bumbu dengan para pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan jasa lingkungan di dalam kawasan KPHP Tanah Bumbu.

Adapun para pihak yang terlibat dalam kerjasama ini antara lain: PHKA, Pemerintah Provinsi, Bappeda, Dinas Kehutanan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Koperasi, Dinas Pariwisata dan Kebudaayan, Badan Penanaman Modal, Badan Lingkungan Hidup, Camat, Kepala Desa, Kelompok Masyarakat Lainnya, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Lembaga Penelitian dan Pendidikan.

Peningkatan investasi pengusahaan jasa lingkungan di KPHP Tanah Bumbu ditujukan untuk mengoptimalkan fungsi pemanfaatan sumber daya alam di kawasan KPH, menjamin keberlanjutan upaya pelestarian ekosistem di dalam kawasan KPHP Tanah Bumbu melalui mekanisme sharing benefit antara KPHP Tanah Bumbu dengan stakeholders. Disamping itu, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal melalui penciptaan lapangan kerja dan peluang usaha bagi masyarakat, menciptakan sumber pendanaan alternatif bagi KPHP Tanah Bumbu, dengan harapan dana yang terhimpun dapat digunakan untuk membiayai operasional pengelolaanKPHP Tanah Bumbu. Salah satu faktor yang menjadi daya tarik investor adalah adanya kejelasan regulasi dari pihak pengelola KPHP Tanah Bumbu yang dapat menjamin keberlanjutan dan kenyamanan

BAB V - RENCANA KEGIATAN 64

Page 77: Batulicin, Desember 2016

berusaha dari para investor. Persyaratan administratif dan legal harus dipenuhi investor yang hendak terlibat dalam pengusahaan pemanfaatan jasa lingkungan di kawasan KPH.

Dalam pemanfaatan jasa lingkungan,KPHP Tanah Bumbuperlu mendorong terbitnya program dan kegiatan Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbudi bidang jasa lingkungan, yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal dan pemanfaatan Sumber Daya Alam di KPHP Tanah Bumbu secara lestari.

Pihak penerima jasa lingkungan atau pengguna jasa lingkungan harus mendapatkan layanan yang optimal agar pemanfaatan jasa lingkungan dapat berkembang secara optimal, hal tersebut dapat dicapai melalui upaya-upaya kemudahan untuk mendapatkan informasi mengenai produk jasa lingkungan yang disediakan oleh KPHP Tanah Bumbu, kejelasan Informasi mengenai produk jasa lingkungan yang dikemas secara menarik, apik, lengkap dan mudah dimengerti. Transparansi regulasi dan perangkat pelaksanaan penyelenggaraan pemanfaatan jasa lingkungan serta bentuk layanan yang disediakan KPHP Tanah Bumbu bagi pengusaha jasa lingkungan dengan dukungan ketersediaan sarana, prasarana dan fasilitas pendukung lainnya

Pengelolaan pengusahaan jasa lingkungan termasuk membangun kerangka kelembagaan dan model kerjasama kolaboratif antara KPHPTanah Bumbu dengan para pihak dalam pengusahaan jasa lingkungan. Penyusunan strategi dan program untuk menjaring pengusaha berinvestasi di KPHP Tanah Bumbu dengan mekanisme komunikasi antara KPHP dengan pengusaha jasa lingkungan serta meningkatkan kepercayaan publik terhadap KPHP Tanah Bumbu dalam pengusahaan jasa lingkungan. Beberapa kegiatan jangka panjang untuk mensukseskan program ini antara lain :

1. Identifikasi dan inventarisasi potensi jasa lingkungan. 2. Menyusun strategi dan regulasi pengusahaan jasa lingkungan 3. Pengembangan produk jasa lingkungan 4. Peningkatan investasi pengusahaan 5. Peningkatan pelayanan dan pengelolaan jasa lingkungan 6. Pengembangan jaringan pengusahaan 7. Membangun mekanisme kontribusi pemanfaatan jasa lingkungan. 8. Membangun sarana dan prasarana pemanfaatan jasa lingkungan 9. Pengembangan sistem informasi pelayanan publik

Rencana pemanfaatan jasa lingkungan dilakukan secara bertahap sebagaimana tahapan kegiatan di atas sesuai dengan kewenangan KPHP, adalah sebagai berikut :

BAB V - RENCANA KEGIATAN 65

Page 78: Batulicin, Desember 2016

Tabel V-5. Rencana Pemanfaatan Jasa Lingkungan di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu

Tahun ke- Kegiatan Volume Sasaran I Identifikasi dan potensi

jasa lingkungan 3 keg RPH Kusan, Satui, Batulicin

II Penyusunan rencana strategi bisnis jasa lingkungan

1 keg Wilayah KPHP

Konsultasi publik, koordinasi

1 keg Pemda (provinsi, kabupaten)

III - IV Promosi jasa lingkungan 1 keg IV - X Pembinaan dan

monitoring jasa lingkungan

1 keg Pemegang izin pemanfaatan jasa lingkungan

Pengembangan sistem informasi pelayanan publik

1 keg

Pemanfaatan jasa lingkungan lainnya yang dapat dikembangkan di wilayah KPHP

Tanah Bumbu adalah wisata alam/ekowisata. Hutan di kawasan KPHP Tanah Bumbu menyimpan potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai kawasan ecotorisme atau ekowisata. Ekowisata merupakan bentuk perjalanan ke lokasi wisata yang berbeda dengan wisata massal lainnya. Jika pada wisata massal para wisatawan tidak dibatasi maka wisatawan yang melakukan kegiatan ekowisata harus dibatasi sesuai dengan daya dukung lingkungannya.

Berbagai kegiatan yang bisa ditawarkan dalam kegiatan ekowisata adalah menikmati Goa Sugung dan Air terjun, serta ekowisata minat khusus.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 66

Page 79: Batulicin, Desember 2016

Gambar V-1. Lokasi Rencana Pengembangan Ekowisata

Pengembangan ecoturisme di kawasan KPHP Tanah Bumbu diharapkan mampu memberikan kontribusi yang signifikan pada pengelolaan kawasan maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan. Hal penting yang perlu dilakukan dalam pengembangan ecoturisme adalah analisa mendalam tentang sosial budaya masyarakat sekitar kawasan, karena kegiatan ekowisata sepenuhnya melibatkan masyarakat sekitar kawasan. Kesiapan masyarakatdisekitar kawasan seperti pengetahuan tentang kawasan sangat diperlukan. Hal lain yang perlu di identifikasi mengidentifikasi potensi pengunjung terutama potensi wisatawan mancanegara, mengingat ekowisata di hutan tropis sangat menarik bagi wisatawan Eropa, Australia dan Amerika. Perlu juga mempertimbangkan kerjasama dengan investor dan pemerintah lokal terkait dengan promosi dan pemasaran usaha ekowisata. Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah memasukkan potensi ekowisata di KPHP Tanah Bumbu sebagai bagian dari perjalanan tour beberapa travel

Pengembangan ekowisata perlu dilakukan secara bertahap dan hati-hati karena kehadiran pengunjung akan memberikan dampak pada lokasi yang dikunjungi. Oleh kerena itu perlu adanya regulasi untuk memberi rambu-rambu agar kegiatan ekowisata di kawasan KPHP Tanah Bumbu tidak menimbulkan kerusakan ekositem dan lingkungan sehingga mengganggu fungsi pelestarian dan pengawetan alam di KPHP Tanah Bumbu. Oleh karena itu, dalam membuat regulasi harus mempertimbangkan aspek ekologi, estetika, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat lokal. Regulasi juga bisa diarahkan untuk mangatur kontribusi usaha Ekowisata untuk pengelolaan KPHP Tanah Bumbu. Paket wisata yang dikembangkan sebaiknya mengintegrasikan potensi dan aktivitas

BAB V - RENCANA KEGIATAN 67

Page 80: Batulicin, Desember 2016

budaya masyarakat serta pendidikan lingkungan untuk pengunjung. Agar Ekowisata dapat berkembang maksimal, para pengunjung harus mendapatkan layanan yang optimal dan memuaskan.

Layanan yang perlu disediakan bagi pengunjung antara lain kemudahan untuk mendapatkan informasi mengenai objek Ekowisata, ketersediaan media informasi mengenai objek dan lokasi Ekowisata yang dikemas secara lengkap, menarik dan mudah dimengerti, pelayanan akomodasi yang memadai, pelayanan pemanduan yang profesional dan menarik dilengkapi petunjuk keselamatan bagi pengunjung yang mengunjungi suatu objek atau lokasi Ekowisata dalam kawasan serta ketersediaan sarana, prasarana dan fasilitas pendukung lainnya.

Dalam pengusahaan Ekowisata, KPHP Tanah Bumbu perlu mendorong pemerintah daerah untuk mewujudkan paket wisata yang yang terintegrasi antara objek wisata daerah dan objek Ekowisata di KPHP Tanah Bumbu sehingga keberadaan KPHP Tanah Bumbu mendapat support dari Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu. Perlu dilakukan penyusunan strategi dan regulasi pengusahaan Ekowisata yang mencakup inventarisasi dan identifikasi potensi Ekowisata di KPHP Tanah Bumbu, analisis sosial, ekonomi dan budaya masyarakat, analisis pasar yaitu identifikasi kelompok atau sasaran atau pengunjung potensi Ekowisata dan kebutuhannya, pengembangan kerjasama dengan masyarakat lokal, promosi dan pemasaran usaha Ekowisata yang didukung oleh sistem managemen usaha wisata serta mekanisme pelibatan para pihak dalam penyelenggaraan usaha Ekowisata.

Adanya regulasi dalam penyelenggaraan Ekowisata untuk memberi rambu-rambu agar kegiatan Ekowisata di kawasan KPHP Tanah Bumbu tidak memnggangu fungsi pelestarian dan pengawetan alam di KPHP Tanah Bumbu, tidak menyebabkan kerusakan ekosistem dan lingkungan di kawasan KPHP Tanah Bumbu dan tidak menggangu keberlanjutan penghidupan masyarakat setempat. Regulasi penyelenggraan Ekowisata mencakup adanya aturan yang menjamin pelayanan, kenyamanan dan keselamatan pengunjung, kelestarian dan keselamatan ekosistem di sekitar objek Ekowisata dengan mekanisme pelibatan para pihak dan desain kerangka kelembagaan kolaboratif dalam pengelolaan usaha Ekowisata. Kontribusi usaha Ekowisata bagi pemberdayaan masyarakat lokal di sekitar objek Ekowisata yang dikembangkan dengan dukungan mekanisme pembagian manfaat dan keuntungan antara KPH Tanah Bumbu dan para pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan Ekowisata di kawasan KPHP Tanah Bumbu.

Pengembangan produk Ekowisata diarahkan untuk membangun Ekowisata yang berkelanjutan, yaitu Ekowisata yang berbasiskan masyarakat serta mempunyai orientasi pada aspek konservasi lingkungan, peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal

BAB V - RENCANA KEGIATAN 68

Page 81: Batulicin, Desember 2016

termasuk peningkatan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan peluang usaha bagi masyarakat lokal. Disamping itu, diupayakan juga pendidikan publik, peningkatan pendapatan daerah. Pengembangan produk Ekowisata perlu disesuaikan dengan karakteristik objek dan lokasi Ekowisata, kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat dan kelompok sasaran yang menjadi target pasar dari usaha Ekowisata itu sendiri. Manajemen pengelolaan Ekowisata termasuk pengembangan kerangka kelembagaan dan model kerjasama kolaboratif.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka rencana pemanfaatan wisata alam pada KPHP Tanah Bumbu, meliputi rangkaian beberapa kegiatan, antara lain sebagaimana dirinci dalam tabel V.6. berikut.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 69

Page 82: Batulicin, Desember 2016

Tabel V-6. Rencana Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu

Tahun ke- Kegiatan Volume Sasaran

I Identifikasi dan potensi wisata alam

3 keg DAS Kusan, Satui, Batulicin

II Penyusunan desain tapak 1 keg Wilayah KPHP

Konsultasi publik, koordinasi 1 keg Pemda

III Penyusunan lay out wisata alam

1 keg

Pembangunan sarpras wisata alam

1 keg Pemegang izin pemanfaatan jasa lingkungan

IV-X Promosi 1 keg

Pembinaan dan evaluasi 1 keg

5.2.3. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

Pemanfaatan hasil hutan kayu dalam kawasan di dalam blok pemanfaatan kayu hutan alam KPHP Tanah Bumbudiarahkan pada IPHHK skala menengah dan skala besar serta untuk kebutuhan masyarakat. Terdapat tiga alasan mengapa pemanfaatan kayudiarahkan pada pemanfaatan IPHHK, yakni 1) masih tingginya permintaan kayu untuk kepentingan rakyat. 2) dalam peta RKTN, wilayah hutan produksi di Kabupaten Tanah Bumbutermasuk dalam pengembangan hutan skala besar, 3) potensi kayu di KPHP Tanah Bumbusebanyak 112,06 m3/ha termasuk potensi kayu non komersil diameter 20 Cm Up .

Pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan alam dan kayu hutan tanamanpada hutan produksi dapat dilakukan dengan satu atau lebih sistem silvikultur, sesuai dengan karakteristik sumber daya hutan dan lingkungannya. Usaha pemanfaatan meliputi kegiatanpemanenan,pemasaran hasil, pengayaan, penanaman, pemeliharaan sesuai dengan rencana pengelolaan hutan yang telahditetapkan.Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh tim BPKH Wilayah V Banjarbaru bahwa potensi kayu yang terdapat diblok pemanfaatan kayu hutan alam mencapai 112.06 m3/ha.

Pemanfaatan kayu hutan alam di KPHP Tanah Bumbu dikelola melalui sistem pengelolaan hutan produksi lestari (PHPL). Konsep PHPL menekankan pada usaha pemanfaatan kayu dengan mempertimbangkan kelestarian fungsi produksi, ekologi dan fungsi sosial secara terus menerus. Ketiga fungsi tersebut harus terkait satu sama lain

BAB V - RENCANA KEGIATAN 70

Page 83: Batulicin, Desember 2016

dan harus dikelola secara proporsional dan terintegrasi. Adapun blok pemanfaatan kayu hutan alam diKPHP Tanah Bumbu dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar V-2.Sebaran wilayah pemanfaatan kayu di KPHP Tanah Bumbu

Pemberian izin IPHHK tetap mengacu ketentuan yang berlaku. Pembagian blok dan petak mengikuti daur ekonomis sesuai dengan jenis tegakan hutan dan sistem silvikultur yang akan diterapkan. Peran KPHP dalam pemanfaatan hasil hutan kayu hanya terbatas pada promosi dan memfasilitasi perizinan, kerjasama dan/atau kemitraan dengan pelaku usaha. Kegiatan ini akan dilakukan secara terus menerus hingga terdapat investor atau pihak yang memanfaatkan hasil hutan kayu tersebut. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan KPHP adalah melakukan pembinaan dan monitoring.

Tabel V-7. Rencana Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu

Tahun ke- Kegiatan Volume Lokasi Sasaran

I - X

Promosi 1 keg

Seluruh RPH Pelaku usaha Pembinaan dan monitoring

1 keg

BAB V - RENCANA KEGIATAN 71

Page 84: Batulicin, Desember 2016

5.3. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan oleh KPHP Tanah Bumbu dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarkat setempat. Selain itu, pemberdayaan masyarakat, juga merupakan salah satu bentuk upaya resolusi konflik. Apabila masyarakat memperoleh manfaat dari hutan, maka dengan sendirinya masyarakat akan turut menjaga dan melestarikan hutan berikut fungsinya.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang akan dilakukan oleh KPHP Tanah Bumbu rangkaian kegiatan pendampingan masyarakat dan/atau kelompok masyarakat yang dilaksakan secara bertahap. Jenis kegiatan yang dilaksanakan akan berbeda pada setiap sasaran, tergantung pada kesiapan masyarakat, kelembagaan masyarakat, dan jenis komoditas/produk (HHBK dan/atau jasa lingkungan) yang diusahakan oleh masyarakat. Penentuan sasaran (masyarakat/kelompok masyarakat) didasarkan pada prioritas tingkat kerawanan konflik, jenis komoditas yang diusahakan masyarakat dan teknologi pengolahan produk yang telah tersedia. Penentuan jenis dan bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat didasarkan pada hasil analisa terhadap kondisi riil masyarakat dalam setiap tahapan usaha.

Pemberdayaan masyarakat di KPHP Tanah Bumbu akan diselenggarakan dengan pola-pola sebagai berikut.

1. Pembentukan kelembagaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat dilakukan kepada kelompok masyarakat dengan kelembagaan yang diakui oleh pemerintah, yang meliputi kelompok tani hutan, karang taruna, dan koperasi. Sebagai tahap awal pembentukan/penguatan dilakukan melalui FGD dengan kelompok tani yang sudah ada, agar membentuk atau meningkatkan menjadi Gabungan Kelompok Tani serta unit usaha desa (Koperasi) yang diakui oleh Kementerian Desa, sehingga memungkinkan untuk dilakukan kemitraan/kerjasama dengan KPHP dan/atau dengan investor lainnya. Kegiatan dilakukakan melalui Focus Group Disscusion (FGD) masing-masing 3 (tiga) kali. Pertemuan (FGD) pertama adalah pengenalan KPH kepada KTH dan pendataan anggota dan kegiatan yang pernah dilakukan serta informasi lainnya terkait dengan sosial ekonomi anggota KTH. Pertemuan (FGD) kedua dilakukan untuk menghimpun dan membahas kemampuan usaha dan rencana usaha KTH dan kemungkinan pengembangan kelembagaan KTH. Pertemuan (FGD) ketiga dilakukan untuk membahas lebih detail terkait dengan rencana usaha dan pengembangan kelembagaan menjadi Lembaga Usaha Desa. Kegiatan ini akan

BAB V - RENCANA KEGIATAN 72

Page 85: Batulicin, Desember 2016

dilaksanakan pada seluruh desa sesuai dengan jenis komoditas HHBK dan/atau jasa lingkungan yang ada di wilayah tertentu, secara bertahap hingga 10 tahun.

2. Pelatihan peningkatan kapasitas masyarakat

Sebagai kelanjutan dari kegiatan pembentukan kelembagaan masyarakat, dilakukan penguatan dan pengembangan kelembagaan, berupa peningkatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan, penyuluhan, sekolah lapang, study banding, dan kegiatan lainnya. Jenis peningkatan kapasitas disesuaikan dengan jenis komoditas HHBK dan/atau jasa lingkungan, dan tingkat pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Jenis pelatihan ditentukan berdasarkan analisa terhadap kebutuhan masyarakat pada setiap tahapan usaha.

3. Pembangunan model usaha pemanfaatan HHBK dan/atau jasa lingkungan oleh masyarakat

Pembangunan model usaha pemanfaatan HHBK dan/atau jasa lingkungan dilakukan apabila kelompok masyarakat yang menjadi sasaran belum memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam membudidayakan HHBK secara instensif dan/atau mengelola jasa lingkungan secara profesional. Pembangunan model usaha dilakukan dengan mengacu ketentuan dan metode yang berlaku di bidang kehutanan (agroforestry, silvopastura, agrofisherry, dll), namun tidak menutup kemungkinan penerapan metode di bidang lainnya, selama tidak bertentangan dengan prinsip kelestarian hutan.

4. Pendampingan masyarakat dalam usaha pemanfaatan HHBK dan/atau jasa lingkungan

Pendampingan kelompok masyarakat dilakukan dalam rangka pengelolaan hutan produksi dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat, oleh tenaga pendamping yang berasal dari masyarakat itu sendiri yang memiliki kemampuan dan pengalaman dalam bidang penyuluhan dan/atau membina kelompok masyarakat. Tenaga pendamping dapat direkrut adalah Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) dan/atau Ketua kelompok masyarakat. Pada kegiatan ini, pendamping akan lebih berfokus pada pengelolaan tanaman pakan lebah yang dibangun oleh masyarakat.

5. Fasilitasi sarana dan prasarana pengolahan hasil hutan

Fasilitasi sarana dan prasarana pengolahan hasil hutan dilakukan untuk meningkatkan produksi masyarakat secara kualitas dan kuantitas, sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasaran. Jenis sarana dan prasarana yang difasilitasi

BAB V - RENCANA KEGIATAN 73

Page 86: Batulicin, Desember 2016

disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dalam mengolah produk HHBK. Untuk fasilitasi sarana dan prasarana jasa lingkungan akan disesuaikan dengan kebutuhan yang direkomendasikan pada desain tapak atau lay out lokasi. Sasaran fasilitasi sarpras ini adalah kelompok masyarakat yang telah siap bermitra dengan KPHP.

6. Promosi dan pemasaran produk HHBK dan/atau jasa lingkungan

Untuk menunjang pemasaran produk HHBK dan/atau jasa lingkungan yang dikelola oleh masyarakat, KPHP akan memfasilitasi promosi dan pemasarannya melalui berbagai bentuk kegiatan, antara lain adalah pembuatan brosur, iklan, display produk, pameran/ekspo, kerjasama pemasaran dan kegiatan lain yang diperlukan.

Tabel V-8. Rencana Pemberdayaan Masyarakat KPHP Tanah Bumbu

Tahun ke- Kegiatan Volume Sasaran

I

Pembentukan kelembagaan masyarakat 2 keg

Lebah madu : Desa Mantewe (DAS Batulicin) dan

Mangkalapi (DAS Kusan)

Kayu Manis : Desa

Emil Baru (DAS Batulicin)

Peningkatan kapasitas masyarakat - Pelatihan budidaya lebah madu - Pelatihan budidaya kayu manis

1 angk 1 angk

Pembuatan model usaha pemanfaatan HHBK dan/atau jasa lingkungan - Budidaya lebah madu - Budidaya kayu manis

2 keg 1 keg

Pendampingan masyarakat dalam usaha pemanfaatan HHBK dan/atau jasa lingkungan

2 keg

Sarana dan prasarana pengolahan hasil hutan - Peralatan pengolah & pengemasan madu - Peralatan pengolah kayu manis

2 paket 1 paket

Promosi dan pemasaran produk HHBK dan/atau jasa lingkungan

1 keg

II

Pembentukan kelembagaan masyarakat 3 keg Lebah madu : Desa Teluk Kepayang dan Desa Guntung (DAS

Kusan)

Kayu Manis : Desa Tamunih (DAS

Kusan)

Agroforestry : Desa Jombang, Bukit Baru

(DAS Satui)

Peningkatan kapasitas masyarakat - Pelatihan budidaya lebah madu - Pelatihan budidaya kayu manis - Pelatihan Agroforestry

1 angk 1 angk 1 angk

Pembuatan model usaha pemanfaatan HHBK dan/atau jasa lingkungan - Budidaya lebah madu - Budidaya kayu manis - Agroforestry (budidaya tanaman obat/empon-empon)

2 keg 1 keg 2 keg

Pendampingan masyarakat dalam usaha pemanfaatan HHBK dan/atau jasa lingkungan

3 keg

Sarana dan prasarana pengolahan hasil hutan - Peralatan pengolah & pengemasan madu - Peralatan pengolah kayu manis

2 paket 1 paket

BAB V - RENCANA KEGIATAN 74

Page 87: Batulicin, Desember 2016

Tahun ke- Kegiatan Volume Sasaran

Promosi dan pemasaran produk HHBK dan/atau jasa lingkungan

1 keg

III

Pembentukan kelembagaan masyarakat 2 keg Lebah madu : Desa Batu Bulan, Desa Tamunih, Desa

Hati'if (DAS Kusan)

Agroforestry : Desa Sumber Makmur,

Desa Sumber Arum (DAS Satui), Desa Hati'if (DAS Kusan)

Kemiri : Desa Emil

Baru (DAS Batulicin)

Peningkatan kapasitas masyarakat - Pelatihan budidaya lebah madu - Pelatihan Agroforestry - Pelatihan budidaya kemiri

1 angk 1 angk 1 angk

Pembuatan model usaha pemanfaatan HHBK dan/atau jasa lingkungan - Budidaya lebah madu - Agroforestry - Budidaya kemiri

3 keg 3 keg 1 keg

Pendampingan masyarakat dalam usaha pemanfaatan HHBK dan/atau jasa lingkungan

3 keg

Sarana dan prasarana pengolahan hasil hutan - Peralatan pengolah & pengemasan madu

3 paket

Promosi dan pemasaran produk HHBK dan/atau jasa lingkungan

1 keg

IV Pembentukan kelembagaan masyarakat 2 keg Agroforestry : Desa Mekar Sari, Sari Gadung, Desa

Gunung Besar (DAS Batulicin)

Peningkatan kapasitas masyarakat - Pelatihan Agroforestry

1 angk

Pembuatan model usaha pemanfaatan HHBK dan/atau jasa lingkungan - Agroforestry (budidaya tanaman obat/empon-empon)

3 keg

Pendampingan masyarakat dalam usaha pemanfaatan HHBK dan/atau jasa lingkungan

3 keg

Sarana dan prasarana pengolahan hasil hutan - Peralatan pengolah & pengemasan jamu herbal/tradisional

1 paket

Promosi dan pemasaran produk HHBK dan/atau jasa lingkungan

1 keg

V

Pembentukan kelembagaan masyarakat 2 keg Agroforestry : Desa Dukuh Rejo, Desa Sungai Dua, Desa Batu Ampar (DAS

Batulicin)

Peningkatan kapasitas masyarakat - Pelatihan Agroforestry

1 angk

Pembuatan model usaha pemanfaatan HHBK dan/atau jasa lingkungan - Agroforestry (budidaya tanaman obat/empon-empon)

3 keg

Pendampingan masyarakat dalam usaha pemanfaatan HHBK dan/atau jasa lingkungan

3 keg

Sarana dan prasarana pengolahan hasil hutan - Peralatan pengolah & pengemasan jamu herbal/tradisional

1 paket

Promosi dan pemasaran produk HHBK dan/atau jasa lingkungan

1 keg

VI - X Pendampingan masyarakat dalam usaha pemanfaatan HHBK dan/atau jasa lingkungan

3 keg Desa Jombang, Bukit Baru, Batu

Bulan, Mangkalapi,

BAB V - RENCANA KEGIATAN 75

Page 88: Batulicin, Desember 2016

Tahun ke- Kegiatan Volume Sasaran

Promosi dan pemasaran produk HHBK dan/atau jasa lingkungan

1 keg Mentewe, Tamunih, Emil Baru, Dukuh

Rejo, Teluk Kepayang, Guntung, Hati'if, Mekar Sari,

Sari Gadung, Sungai Dua, Batu Ampar,

Gunung Besar (Seluruh DAS)

Pemberdayaan masyarakat ini akan diarahkan melalui pola kemitraan dengan KPHP, dengan prinsip kesetaraan. KPHP dapat berperan dalam pemasaran produk yang dihasilkan oleh masyarakat. Dalam rangka mengamankan pendapatan negara, PNBP yang berasal dari hasil hutan yang diproduksi akan ditagih dan disetor melalui KPHP ke kas negara.

5.4. PEMBINAAN DAN PEMANTAUAN PEMANFAATAN HUTAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN PADA AREAL YANG BERIZIN.

Blok pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan di KPHP Tanah Bumbu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kawasan KPH Tanbu, karena keberadaanya menjaga keberlangsungan pengelolaanKPHP Tanah Bumbu. Para calon pemegang izin maupun yang telah memegang izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan di KPHP Tanah Bumbu harus dilakukan pembinaan dan pemantauan secara terus-menerus, pembinaan dan pemantauan tersebut mengacu kepada model pembelajaran bersama dan kesetaraan, sehingga partisipasi dan asimilasi antara KPH dan masyarakat pemegang izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan terjalin hubungan yang cukup baik.

Berdasarkan data perizinan yang ada di wilayah KPHP Tanah Bumbu meliputi IUPHHK-HA sebanyak 1 (satu) unit manajemen dengan luas 8.695 ha, IUPHHK-HT sebanyak 6 (enam) unit manajemen dengan luas 124.689 ha, IPPKH sebanyak 22 unit manajemen dengan luas 15.361 ha, HKm/HD/HTR sebanyak 7 (tujuh) unit dengan luas 14.338 ha.

Pembinaan dan pemantauan terhadap unit manajemen pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan akan dilakukan sesuai ketentuan dan metode yang berlaku, dengan berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan Provinsi dan UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang membidangi.

Pembinaan dan pemantauan terhadap IPPKH akan dilakukan terkait dengan realisasi penggunaan kawasan hutan dan kewajiban unit manajemen yang harus

BAB V - RENCANA KEGIATAN 76

Page 89: Batulicin, Desember 2016

dipenuhi kepada negara, dengan mengacu ketentuan yang berlaku dan berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan Provinsi dan BPKH Wilayah V. Terkait dengan kewajiban IPPKH dalam kegiatan rehabilitasi DAS, akan dikoordinasikan dengan BPDASHL. Pembinaan dan pemantauan terhadap IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT akan dilakukan terkait dengan realisasi kegiatan sesuai dengan RKUPHHK dan RKTPHHK, kinerja unit manajemen, serta kewajiban unit manajemen yang harus dipenuhi kepada negara, dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku, dengan berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan Provinsi dan BPHP Wilayah IX. Pembinaan dan pemantauan terhadap HKm, HD dan HTR akan dilakukan dengan berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan Provinsi dan BPSKL Kalimantan.

Rencana kegiatan pembinaan dan pemantauan pemanfaatan hutan dan pemanfaatan kawasan hutan pada areal yang berizin di KPHP Tanah Bumbu selama jangka waktu 2017 - 2026 disajikan pada tabel V.9. berikut.

Tabel V-9. Rencana Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan Pemanfaatan Kawasan Hutan di Areal yang Berizin KPHP Tanah Bumbu

No. Uraian Kegiatan Sasaran Volume 1. Pembinaan dan pemantauan pemanfaatan

hutan alam - Monitoring pelaksanaan RKUPHHK/ RKTHHK, produksi, PNBP

IUPHHK-HA (1 unit)

Setiap tahun

2. Pembinaan dan pemantauan pemanfaatan hutan tanaman - Monitoring pelaksanaan RKUPHHK/ RKTHHK, produksi, PNBP

IUPHHK-HT (6 Unit)

Setiap tahun

3 Pembinaan dan pemantauan pemanfaatan HD, HKm, HTR - Pembinaan pelaksanaan HD, HKm, HTR

HD, HKm, HTR (7 unit)

Setiap tahun 4. Pembinaan dan pemantauan pemanfaatan

kawasan hutan - Monitoring pelaksanaan IPK (land clearing)

IPPKH (22 unit)

Pada saat pelaksanaan IPK

5.5. REHABILITASI PADA AREAL KERJA DI LUAR IZIN

Upaya rehabilitasi ekosistem dikawasan KPHP Tanah Bumbu diawali dengan pelaksanaan identifikasi dan inventarisasi kerusakan habitat dan ekosistem di dalam kawasan KPH. Identifikasi ini ditujukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan ekosistem di dalam kawasan. Apabila ditemukan kerusakan-kerusakan yang terjadi di dalam ekosistem, faktor penyebabnya serta sejauh mana dampaknya terhadap keseluruhan proses ekologis di dalam kawasan, maka akan dihasilkan rekomendasi tentang bentuk-bentuk intervensi pengelola yang perlu dilakukan untuk permasalahan tersebut. Pemetaan penutupan vegetasi dan batas-batas ekosistem serta sebaran

BAB V - RENCANA KEGIATAN 77

Page 90: Batulicin, Desember 2016

keanekaragaman species menjadi penting sebagai dasar untuk menentukan tindakan intervensi yang dibutuhkan.

Selain identifikasi dan inventarisasi kondisi habitat dan ekosistem, monitoring habitat dan populasi jenis di dalam kawasan juga perlu dilakukan secara berkala. Hasil dari kegiatan ini juga berperan dalam menentukan tindakan apa yang akandilakukan dalam rangka pengelolaan kawasan, pembinaan habitat dan populasi di dalam kawasan.

Sesuai data total luas lahan kritis dan sangat kritis harus direhabilitasi mencapai 106,855.70 haseperti yang terlihat pada tabel dibawah ini

Tabel V-10. Data Kekritisan Lahan di Tiap DAS KPHP Tanah Bumbu

NO

RPH / FUNGSI HUTAN

TINGKAT KEKRITISAN Jumlah (Ha) Sangat

Kritis Kritis Agak

Kritis Potensial Kritis

Tidak Kritis

I. RPH Batulicin - HL 707 699 3.432 26.466 2.617 33.921 - HPT 953 2.231 113 1.501 - 4.799 - HP 2.969 12.286 7.724 17.581 - 40.560 Jumlah I 4.629 15.217 11.270 45.548 2.617 79.280

II. RPHKusan - HL 676 2.357 1.610 29.180 2.511 36.335 - HPT 701 417 1.164 6.269 1 8.551 - HP 4.008 10.299 2.719 17.916 616 35.557 Jumlah II 5.385 13.073 5.493 53.365 3.128 80.444

III.

RPH Satui

- HL - - 401 9.957 2.547 12.905 - HPT 633 858 3.912 6.293 - 11.696 - HP 12.033 6.190 18.169 32.281 728 69.402 Jumlah III 12.666 7.049 22.482 48.531 3.275 94.003 Jumlah Total 22.680 35.338 39.244 147.444 9.020

253.726 Prosentase

(%) 8,94 13,93 15,47 58,11 3,56 100,00

Luas total seluruh DAS di Kabupaten Tanah Bumbu: 507,621.10 ha. Sumber: BP DAS Barito Tahun 2013.

Tabel V-11. Data Kekritisan Lahan di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu

NO TINGKAT KEKRITISAN FUNGSI HUTAN JUMLAH (Ha)

% HL HPT HP

1. SangatKritis 470 679 3.612 4.761 12,76 2. Kritis 537 524 3.409 4.470 11,98 3. AgakKritis 1.578 2.768 5.538 9.884 26,50 4. PotensialKritis 2.794 7.187 7.986 17.967 48,17 5. TidakKritis 190 - 28 218 0,58 Jumlah Total 5.569 11.158 20.573 37.300 100

Sumber: Hasil Analisis spasial BPDAS Barito Tahun 2013

Berdasarkan data lahan kritis di atas, luas lahan kritis dan sangat kritis yang berada di wilayah tertentu (tanpa izin) dan akan dilakukan rehabilitasi oleh KPHP Tanah

BAB V - RENCANA KEGIATAN 78

Page 91: Batulicin, Desember 2016

Bumbu adalah seluas 10.255 ha. Kegiatan RHL harus segera dilaksanakan untuk memulihkan kondisi lingkungan. Kegiatan RHL di KPHP Tanah Bumbu harus diselesaikan dalam jangka waktu 5 tahun dan dilanjutkan dengan kegiatan pemeliharaan, atau menyesuaikan dengan kondisi pendanaan dan sumberdaya manusia/tenaga kerja. Mengingat keterbatasan personil, maka pada tahun pertama akan dilakukan koordinasi terlebih dahulu sekaligus updating luasan lahan kritis dan penyusunan rencana teknis, dan pada tahun ke-2, baru dilanjutkan dengan kegiatan rehabilitasi.

Pelaksanaan kegiatan RHL dikawasan yang sudah tidak berhutan menggunakan jarak tanam 3x3 meter dengan jumlah bibit per hektare adalah 1200 bibit/ha termasuk bibit sulaman 10%. Jika luas lahan yang direhabilitasi mencapai 10.255 ha, maka jumlah bibit yang dibutuhkan mencapai 13.356.600 batang. Penyedian jenis tanaman untuk RHL mengikuti proporsi yang telah ditetapkan oleh peraturan perundangan dimana pelaksanaan rehabilitasi di kawasan hutan produksi tanaman kehutanan mencapai 80% dan tanaman MPTS mencapai 20% dari total bibit yang disediakan. Sedangkan untuk kawasan hutan lindung proporsi tanaman kehutanan mencapai 60% dan MPTS mencapai 40%. Pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi akan dikoordinasikan dengan Dinas Kehutanan Provinsi dan BPDASHL. Demikian pula dengan pelaksanaan evaluasi tanaman, akan dilakukan dalam bentuk tim gabungan.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 79

Page 92: Batulicin, Desember 2016

Tabel V-12. Rencana Rehabilitasi pada Lahan Kritis di Wilayah Tertentu KPHP Tanah Bumbu

Tahun Uraian Kegiatan Luas (Ha)

Lokasi Jumlah Biaya (Rp)

Kelas Tanaman RPH Blok / Zona

I Penyusunan Rencana Teknis Rehabilitasi Lahan Kritis 59,55 Petak 23 786.476.850 Perkayuan,

Agroforestry Kusan Pemberdayaan

Masyarakat II Rehabilitasi Lahan Kritis 82,09 Petak 3 1.084.162.630 Perkayuan, HHBK Kusan Pemanfaatan HHK-HT 74,75 Petak 4 987.223.250 Perkayuan, HHBK Kusan Pemanfaatan HHK-HT Pemeliharaan Tanaman

Tahun 1

III Rehabilitasi Lahan Kritis 97,57 Petak 15 1.288.606.990 Perkayuan, Agroforestry

Kusan Pemanfaatan HHK-HT

37,91 Petak 34 500.677.370 Perkayuandan HHBK Batulicin Pemanfaatan HHK-HT IV Rehabilitasi Lahan Kritis 65,93 Petak 31 870.737.510 Perkayuan,

Agroforestry Batulicin Pemanfaatan HHK-HT

52,94 Petak 32 699.178.580 V Rehabilitasi Lahan Kritis 70,71 Petak 18 933.866.970 Perkayuan,

Agroforestry Kusan Pemanfaatan HHK-HT

VI Rehabilitasi Lahan Kritis 95,95 Petak 19 1.267.211.650 Perkayuan, Agroforestry

Kusan Pemanfaatan HHK-HT

VII Rehabilitasi Lahan Kritis 85,37 Petak 16 1.127.481.590 Perkayuan, Agroforestry

Kusan Pemanfaatan HHK-HT

VIII Rehabilitasi Lahan Kritis 104,64 Petak 17 1.381.980.480 Perkayuan, Agroforestry

Kusan Pemanfaatan HHK-HT

IX Rehabilitasi Lahan Kritis 24,65 Petak 76 325.552.550 HHBK Batulicin Pemanfaatan 47,54 Petak 77 627.860.780

X Rehabilitasi Lahan Kritis 55,46 Petak 28 732.460.220 HHBK Kusan Pemanfaatan 51,53 Petak 25 680.556.710

Catatan : Anggaran Biaya tersebut dilaksanakan oleh pihak ketiga dan belum termasuk biaya penyusunan rancangan Rp.409.000/ha

BAB V - RENCANA KEGIATAN 79

Page 93: Batulicin, Desember 2016

5.6. PEMBINAAN DAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN REHABILITASIDAN REKLAMASI DI DALAM AREAL BERIZIN

Kegiatan pembinaan dan pemantauan pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi di dalam areal yang berizin, dilakukan pada areal IPPKH sektor pertambangan yang terdapat di wilayah KPHP. Jumlah IPPKH di wilayah KPHP Tanah Bumbu sebanyak 22 unit manajemen dengan luas 15.361 ha. Pelaksanaan pembinaan dan pemantauan oleh KPHP dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan maka proses pembinaan dan pengawasan meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Pembinaan dan pengawasan terhadap sipil teknis RHL yang dilakukan oleh pemegang izin

2. Pembinaan dan pengawasan terhadap tata cara rehabilitasi dan reklamasi berdasarkan juknis yang ditetapkan oleh pemerintah/pengelola KPH

3. Pembinaan dan pengawasan terhadap tata cara pelaporan RHL oleh pemegang izin administrasi keuangan;

4. Pembinaan dan pengawasan terhadap diseminasi kemajuan RHL kepada semua stakeholder di KPHP Tanah Bumbu

Rencana pembinaan dan pemantauan pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi secara rinci sebagaimana tabel V.13. berikut.

Tabel V-13. Rencana Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi di dalam Areal yang Berizin KPHP Tanah Bumbu

No. Uraian Kegiatan Sasaran Volume

1 Monitoring/Evaluasi IPPKH (Tim Gabungan)

IPPKH (22 unit) 2 kali setahun

2 Penilaian tanaman rehabilitasi (Tim gabungan)

IPPKH (22 unit)

Sebelum penyerahan

tanaman

3 Monitoring Areal Rehabilitasi DAS (Koordinasi dengan BPDASHL

IPPKH (22 unit) Setiap tahun

5.7. PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM.

Rencana perlindungan dan konservasi sumber daya alam di wilayah KPHP Tanah Bumbu akan dilakukan melalui beberapa kegiatan, sebagai berikut : 1. Delineasi Areal Perlindungan Setempat

BAB V - RENCANA KEGIATAN 80

Page 94: Batulicin, Desember 2016

Areal perlindungan setempat meliputi sempadan sungai, sempadan jalan, sempadan danau, dll, yang berada di dalam wilayah KPHP Tanah Bumbu. Secara umum areal-areal tersebut telah dideliniasi secara spasial, dan dimasukkan dalam blok perlindungan. Kegiatan deliniasi di lapangan akan dilakukan pada saat penataan wilayah/areal kerja.

2. Perlindungan dan Pengawetan Flora dan Fauna yang dilindungi

Kegiatan perlindungan dan pengawetan flora dan fauna yang dilindungi dilakukan melalui pemasangan rambu peringatan dan rambu larangan berburu, yang ditempatkan di lokasi-lokasi yang strategis. Selain itu juga dilakukan penyuluhan dan patroli/operasi terhadap perburuan dan atau perdagangan satwa di dalam wilayah KPHP Tanah Bumbu. 3. Konservasi HCVF

Pengelolaan High Conservation Value Forest atau hutan bernilai konservasi tinggi dilakukan melalui tahapan kegiatan sebagai berikut ; • Mengidentifikasi areal-areal di dalam wilayah KPHP Tanah Bumbu yang mengandung

nilai-nilai sosial, budaya, dan/atau ekologis yang luar biasa penting • Melakukan pengelolaan areal HCVF berdasarkan kondisi Nilai Konservasi Tinggi

(NKT) • Melakukan monitoring terhadap pertumbuhan/perkembangan di areal HCVF

BAB V - RENCANA KEGIATAN 81

Page 95: Batulicin, Desember 2016

4. Pengamanan Hutan

Pengamanan hutan dilakukan dalam rangka mencegah terjadinya gangguan keamanan hutan, terutama illegal logging, dan usaha dalam rangka menangani konflik yang terjadi di wilayah KPHP Tanah Bumbu. • Pemenuhan kebutuhan Polhut. Terbatasnya jumlah personil Polhut akan segera

dipenuhi sesuai dengan kebutuhan secara bertahap melalui perekrutan baru dan/atau alih jabatan.

• Peningkatan kapasitas Polhut. Peningkatan kapasitas Polhut melalui pelatihan teknis, penyidikan, pembekalan dan kegiatan lainnya.

• Pengamanan partisipatif. Pengamanan hutan dilakukan melalui pembentukan regu pengamanan yang berasal dari unsur masyarakat, dan pelaksanaan patroli pengamanan secara partisiatif bersama masyarakat setempat yang dilaksanakan satu kali setiap bulan pada lokasi rawan keamanan.

• Selanjutnya apabila terjadi tindak pidana kehutanan dan/atau adanya aduan dari masyarakat, akan dilakukan patroli/operasi gabungan antara Polhut KPHP dengan aparat keamanan dan/atau instansi terkait lainnya.

5. Pengendalian Kebakaran Hutan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.32/MenLHK/Setjen/Kum.1/3/2016 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, pasal 18, disebutkan bahwa setiap unit KPH wajib membentuk Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (BRIGDALKARHUTLA). Ketentuan selanjutnya pada pasal 31, menyebutkan bahwa BRIGDALKARHUTLA pada KPH, meliputi Regu Inti dan Regu Perbantuan.

Pengendalian kebakaran hutan dan lahan di wilayah KPHP Tanah Bumbu diwujudkan melalui pelaksanaan beberapa kegiatan, yang meliputi ; • Sosialisasi pengendalian kebakaran hutan dan lahan, dilakukan pada tingkat tapak

(Kecamatan/Desa), dilaksanakan menjelang musim kemarau. • Pembentukan regu pemadam kebakaran (Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan

dan Lahan/BRIGDALKARHUTLA), yang meliputi regu inti dan regu perbantuan • Pelatihan kepada masyarakat dalam rangka pengendalian kebakaran • Patroli dalam rangka kebakaran hutan yang dilaksanakan oleh regu inti maupun regu

perbantuan, dilaksanakan setiap bulan, terutama pada musim kemarau pada lokasi yang rawan terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 82

Page 96: Batulicin, Desember 2016

• Posko siaga KPHP, dilaksanakan oleh petugas KPHP dan/atau regu pemadam pada saat musim kemarau.

• Monitoring hotspot dilakukan oleh KPHP dalam rangka pengendalian KARHUTLA di wilayah kerjanya, yang meliputi pemantauan hotspot melalui portal Sipongi dan groundcheck secara langsung ke lapangan agar diperoleh informasi yang akurat dan tepat, sehingga dapat diputuskan tindakan selanjutnya

Rencana pelaksanaan kegiatan perlindungan dan konservasi alam yang akan dilakukan secara keseluruhan selama 10 tahun oleh KPHP Tanah Bumbu adalah sebagaimana berikut.

Tabel V-14. Rencana Perlindungan dan Konservasi Alam KPHP Tanah Bumbu

No. Uraian Kegiatan Volume (Target)

1 Deliniasi areal perlindungan setempat Tahun ke-1 s/d 2

2 Pemantauan areal perlindungan Setiap tahun setelah

deliniasi dilakukan

3 Pemasangan dan pemeliharaan rambu peringatan dan

larangan

Setiap tahun

4 Sosialisasi dan Penyuluhan pada tingkat tapak

(Kecamatan/Desa)

Setiap tahun

5 Identifikasi areal HCVF Tahun ke-1 s/d 2

6 Pengelolaan dan monitoring areal HCVF Setiap tahun setelah

ditetapkan

7 Pembentukan regu pengamanan masyarakat 1 regu

8 Patroli partisipatif bersama masyarakat di wilayah tertentu Setiap bulan

9 Patroli gabungan/yustisi 2 kali setahun

10 Pembentukan Brigdalkarhutla 1 brigade

11 Pelatihan masyarakat dalam rangka dalkarhutla

12 Patroli dalkarhutla Setiap bulan

13 Posko siaga dalkarhutla KPHP Setiap tahun di

musim kemarau

14 Monitoring Hotspot Setiap bulan

5.8. PENYELENGGARAAN KOORDINASI DAN SINKRONISASI ANTAR PEMEGANG IZIN

Koordinasi dan sinkronisasi merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunanKPH. Proses koordinasi dan sinkronisasi hendaknya dimusyawarahkan dan dikomunikasikan mulai dari tingkat petak sampai dengan blok pengelolaan KPH.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 83

Page 97: Batulicin, Desember 2016

Koordinasi sangat diperlukan untuk menyamakan visi dan misi pengelolaan serta menghindari konflik antara pengelola dan pemegang izin. Dengan proses koordinasidan sinkronisasi demikian, maka tujuan pembangunan kehutanan di KPHP Tanah Bumbu yangdiselenggarakan dengan azas manfaat yang lestari, kerakyatan, keadilan,keterbukaan dan ketepaduan dalam pencapaian tujuan pengembanganekonomi terwujudkan.

Koordinasi tingkat KPH, dilaksanakan oleh Kepala KPH dengan para pemegang izin (IUPHHK-HA/HT/HTR dan IPPKH) dalam bentuk rapat koordinasi. Rapat koordinasi dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun. Beberapa hal yang perlu koordinasi dan sinkronisasi di tingkat pelaksana antara lain adalah :

1. Visi dan misi KPHP

Sosialisasi keberadaan KPHP di daerah sebagai institusi pengelola hutan pada tingkat tapak, berikut visi dan misi KPHP, sehingga seluruh kegiatan pemegang izin dapat disinkronkan dengan visi dan misi KPHP maupun kebijakan pemerintah daerah dan pusat.

2. Pengelolaan hutan di areal kerja pemegang izin

Setiap pemegang izin harus mengelola areal kerjanya sesuai dengan izin yang telah diberikan. Apabila terdapat pemegang izin yang tidak mengelola areal kerjanya sesuai dengan rencana kerja dan ketentuan yang berlaku, maka KPHP akan melaporakan kepada Dinas Kehutanan Provinsi dan Kementerian LHK untuk ditindaklanjuti.

3. Pengamanan hutan

Jumlah personil, sarpras, jenis kegiatan, sasaran dan volume kegiatan pengamanan pada masing-masing pemegang izin. Pemegang izin memiliki kewajiban untuk mengamankan areal kerjanya, sedangkan wilayah tertentu KPHP menjadi tanggungjawab KPHP.

Dengan ketentuan tersebut, maka rencana pengamanan pemegang izin harus jelas dan terukur serta dapat dipertanggungjawabkan. Patroli secara kolaboratif antara KPHP dan pemegang izin untuk dapat dibahas dan direncanakan untuk sasaran tertentu dan/atau kejadian tertentu yang harus ditangani secara bersama-sama.

4. Pengendalian kebakaran hutan

Jumlah personil, sarpras, jenis kegiatan, sasaran dan volume kegiatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan pada masing-masing pemegang izin. Pemegang izin memiliki kewajiban untuk membentuk BRIGDALKARHUTLA dan melaksanakan pengendalian kebakaran hutan di areal kerjanya, sedangkan wilayah tertentu KPHP

BAB V - RENCANA KEGIATAN 84

Page 98: Batulicin, Desember 2016

menjadi tanggungjawab KPHP. Dengan ketentuan tersebut, maka rencana pembentukan BRIGDALKARHUTLA dan kegiatan pengendalian kebakaran hutan yang dilakukan pemegang izin harus jelas dan terukur serta dapat dipertanggungjawabkan.

5. Pemberdayaan masyarakat

Setiap pemegang izin memiliki kewajiban melaksanakan pemberdayaan masyarakat setempat yang berada di dalam dan di sekitar areal kerjanya, melalui program CSR (IPPKH) maupun kemitraan (IUPHHK). Perlu kejelasan terhadap jenis kegiatan, sasaran dan biaya yang direncanakan oleh masing-masing pemegang izin, sehingga tidak terjadi tumpang tindih kegiatan dan sasaran antar sesama pemegang izin, maupun dengan KPHP. Dengan dukungan 7 unit IUPHHK-HA/HT dan 22 unit IPPKH, serta KPHP, seharusnya seluruh desa yang berjumlah 33 desa di wilayah kerja KPHP dapat diberdayakan.

5.9. KOORDINASI DAN SINERGI DENGAN INSTANSI DAN STAKEHOLDERS.

Pengembangan program bersama akan tercapai jika koordinasi dan sinergi antar pihak berjalan dengan baik. Koordinasi dan sinergi mengambil peran yang signifikan dalam mengontrol berjalan atau tidaknya pencapaian program, baik di internal maupun di eksternal KPHP Tanah Bumbu. Koordinasi dan sinergi di internal lebih mengacu kepada standar operasional prosedur (SOP) atau prosedur kerja yang ada saat ini, sedangkan koordinasi dan sinergi di eksternal dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan-kesepakatan antar pihak. Bentuk koordinasi yang bisa dilakukan dapat digambarkan pada gambar flowchart berikut ini.

Gambar V-3. Bentuk koordinasi dan sinergi dalam pengelolaan KPHP Tanah Bumbu

(Diadopsi dari: Kartodihardjo dkk, 2012)

BAB V - RENCANA KEGIATAN 85

Page 99: Batulicin, Desember 2016

Untuk menjamin koordinasi dan sinergi lebih baik, maka diperlukan kegiatan

antara lain: 1. Koordinasi antar instansi di tingkat KPHP

• Bappeda, koordinasi terkait dengan rencana kegiatan dan kebijakan pembangunan daerah

• Bagian Tata Pemerintahan Pemda, koordinasi terkait dengan jenis kegiatan dan sasaran kegiatan (Desa) di wilayah KPHP dengan program Pembangunan Desa oleh Pemda

• Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan, koordinasi terkait dengan program pemberdayaan, teknik budidaya, pengolahan dan pemasaran produk HHBK

• Dinas Perindustrian, koordinasi terkait dengan teknologi pengolahan produk HHBK • Dinas Pariwisata, koordinasi terkait dengan rencana induk pengembangan pariwisata

kabupaten/provinsi, dan pengembangan ekowisata di wilayah KPHP • Dinas ESDM, koordinasi terkait dengan pemanfaatan jasa lingkungan untuk

pengembangan mikro hydro di wilayah KPHP • Dinas Koperasi, koordinasi terkait pembentukan kelembagaan usaha desa dan

koperasi • BNPB daerah dan DAOP, terkait dengan pengendalian kebakaran hutan dan lahan di

wilayah KPHP • Kepolisian dan Kejaksaan, koordinasi terkait pengamanan hutan dan penanganan

tindak pidana kehutanan di wilayah KPHP

2. Membentuk kelembagaan kolaboratif yang melibatkan para pihak

Kelembagaan yang kolaboratif dan melibatkan para pihak seperti masyarakat, pemerintah pusat, NGO/LSM dan pihak lain yang relevan,merupakan langkah yang baik dan memudahkan koordinasi dan sinergi antar pihak. Kelembagaan kolaboratif berdasarkan kesetaraan masing-masing pihak dalam mengakomodir kepentingan dan keinginan bersama yang tertuang dalam perencanaan bersama. Perencanaan dan implementasi kegiatannya, juga harus dibangun berdasarkan kepentingan bersama sehingga proses koordinasi dan sinergi terus berjalan. Kelembagaan dalam bentuk Forum Mitra Pembangunan KPHP, dengan kegiatan antara lain : • Penyusunan rencana pengelolan dan pengembangan wilayah KPHP • Pengembangan usaha masyarakat • Resolusi konflik pemanfaatan SDA

BAB V - RENCANA KEGIATAN 86

Page 100: Batulicin, Desember 2016

5.10. PENYEDIAAN DAN PENINGKATAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA

Kelembagaan KPHP Tanah Bumbu saat ini adalah UPTD Dishutbun Kabupaten Tanah Bumbu (Tipe B), dengan personil yang telah ditetapkan adalah Kepala KPHP dan KSBTU, sedangkan personil lainnya (staf) belum ditetapkan secara definitif. Dalam pelaksanaan kegiatan, selama ini didukung penuh oleh personil Dishutbun Kab. Tanah Bumbu melalui penugasan oleh Kepala Dinas. Selain itu terdapat tenaga Bakti Rimbawan sebanyak 5 (lima) orang, yang terdiri dari 2 (dua) orang tingkat sarjana dan 3 (tiga) orang tingkat SMK Kehutanan.

Dengan adanya implementasi UU 23 tahun 2014, maka kelembagaan KPHP Tanah Bumbu akan menjadi UPTD Dinas Kehutanan Provinsi (tipe A), dan merupakan SKPD. Dengan adanya perubahan ini, maka kebutuhan personil dengan kompetensi teknis dan non teknis sangat mendesak untuk segera dipenuhi.

Tabel V-15. Kebutuhan Personil berdasarkan Kompetensinya KPHP Tanah Bumbu

No. Kompetensi Kebutuhan Keterangan A. Teknis 1. Sarjana Kehutanan 3 2. Perencanaan hutan 2 3. Pemanenan hutan 2 4. Pembinaan hutan 5 5. Penguji kayu bulat 5 6. Penguji HHBK 4 Sesuai dengan komoditas 7. Polhut 90 B. Non Teknis/Administrasi 1. Bendahara 1 2. Analisis Keuangan 1 3. BMN 1 4. Kepegawaian 1

Dengan adanya penataan ulan pegawai dari Dinas Kehutanan Kabupaten ke KPHP

dalam rangka implementasi UU 23/2014, maka kebutuhan personil berikut kompetensinya kemungkinan akan segera terpenuhi. Sedangkan untuk kebutuhan Polhut, dapat dipenuhi melalui perekrutan baru maupun melalui alih jabatan.

Beberapa kegiatan jangka panjang dalam program peningkatan kapasitas personil antara lain : • Perbaikan jenjang pendidikan (tugas/izin belajar) • Pemetaan kompetensi • Diklat SDM Pengelola KPH, Inhouse training • Pertukaran kunjungan staf pengelola, study banding

BAB V - RENCANA KEGIATAN 87

Page 101: Batulicin, Desember 2016

• Magang pegawai

5.11. PENYEDIAAN PENDANAAN

Biaya yang dibutuhkan dalam pengelolaan hutan oleh KPHP meliputi ; 1) biaya investasi (bangunan, sarpras perkantoran, sarpras penunjang dan sarpras lainnya), 2) biaya operasional rutin (belanja pegawai, belanja operasional dan pemeliharaan), 3) biaya kegiatan selama jangka waktu rencana pengelolaan.

Biaya investasi KPHP meliputi pembentukan kelembagaan KPHP, dokumen tata hutan, sarana fisik dan kelengkapan, hingga KPHP dapat beroperasional. Kebutuhan biaya untuk investasi dipenuhi APBN melalui Kementerian LHK (BPKH V, BPHP IX, Ditjen PPI), dan APBD Provinsi dan Kabupaten. Beberapa investasi yang telah dipenuhi antara lain, meliputi :

1. Pembentukan kelembagaan 2. Biaya pengadaan tanah dan pembangunan gedung kantor 3. Pengadaan kendaraan operasional lapangan 4. Kendaraan bermotor roda 4 (double gardan) 5. Kendaraan bermotor roda 2 (trail) 6. Pengadaan kendaraan operasional kantor 7. Kendaraan bermotor roda 4 8. Kendaraan bermotor roda 2 9. Sarpras perkantoran 10. Barang elektronik dan komputer 11. Sarpras survey dan pemetaan 12. Sarpras pengamanan hutan 13. Sarpras kebakaran hutan dan lahan 14. Sarpras penunjang lainnya

Kebutuhan biaya operasional rutin yang meliputi belanja pegawai dan belanja operasional perkantoran serta pemeliharaan, dipenuhi oleh APBD Provinsi Kalsel. Sedangkan kebutuhan dana untuk operasional KPHP Tanah Bumbu selama 10 tahun berdasarkan jenis kegiatan sebagaimana tercantum dalam tabel V.16.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 88

Page 102: Batulicin, Desember 2016

Tabel V-16. Rencana Kebutuhan Dana Perlindungan dan Konservasi Alam KPHP Tanah Bumbu

I II III IV V VI VII VIII IX X JumlahI Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataannya

1 Inventarisasi Berkala - 450.000 450.000 900.000 2 Penataan Batas Wilayah dan Batas Fungsi -

a Koordinasi dan Penyusunan tra 5.000 5.000 b Pelaksanaan Tata Batas Wilayah 360.000 450.000 810.000 c Penyusunan Trayek Batas Fungsi 5.000 5.000 d Pelaksanaan Tata Batas Fungsi 300.000 300.000 300.000 900.000 e Monitoring da pemeliharaan batas 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000

3 Penataan Wilayah/Areal Kerja - a Penataan Batas RPH 10.000 10.000 10.000 30.000 b Penataan Batas Blok/Petak 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 120.000

- II Pemanfaatan HutanA Pemanfaatan Kawasan -

1 Budidaya Kayu Manis - 2 Budidaya Lebah - 3 Budidaya Tanaman Obat (Agroforestry) - 4 Budidaya Kemiri

- B Pemanfaatan Jasa Lingkungan -

1 Identifikasi potensi jasa lingkungan 60.000 60.000 2 Penysunan rencana strategis bisnis jasa lingkun 100.000 100.000 3 Konsultasi publik dan koordinasi 50.000 50.000 4 Promosi pemanfaatan jasa lingkungan 10.000 10.000 20.000 5 Pembinaan dan monitoring pemanfaatan jasa lingkungan 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 90.000 6 Pengembangan sistem informasi pelayanan publik 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 60.000 7 Identifikasi potensi wisata alam 15.000 15.000 8 Penyusunan desain tapak 80.000 80.000 9 Konsultasi publik dan koordinasi 50.000 50.000

10 Penyusunan Lay Out Wisata Alam 75.000 75.000 11 Pembangunan sarpras wisata alam 1.000.000 1.000.000 12 Promosi wisata alam 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 175.000 13 Pembinaan dan evaluasi wisata alam 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 70.000

No KegiatanKebutuhan Dana (x 1000)

BAB V - RENCANA KEGIATAN 89

Page 103: Batulicin, Desember 2016

I II III IV V VI VII VIII IX X Jumlah-

C Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu - 1 Promosi 25.000 25.000 25.000 75.000 2 Pembinaan dan Monitoring 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 240.000

- III Pemberdayaan Masyarakat -

1 Pembentukan Kelembagaan Masyar 288.800 433.200 288.800 288.800 288.800 1.588.400 2 Peningkatan kapasitas masyarakat 155.000 232.500 232.500 77.500 77.500 775.000 3 Pembangunan model usaha pemanf 247.050 375.000 430.000 1.239.075 1.239.075 3.530.200 4 Pendampingan masyarakat 37.800 37.800 50.400 50.400 50.400 50.400 50.400 50.400 50.400 50.400 478.800 5 Sarpras pengolahan hasil hutan 125.100 245.000 125.100 125.100 125.100 745.400 6 Promosi dan Pemasaran 61.000 61.000 61.000 61.000 61.000 61.000 61.000 61.000 61.000 61.000 610.000

- IV Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaat 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 250.000

- V Rehabilitasi pada Areal di luar Ijin -

1 Koordinasi dan penyusunan rencana 153.825 153.825 2 Rehabilitasi lahan kritis 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 20.295.000 92.295.000 3 Pemeliharaan P-1 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.765.000 30.765.000 4 Pemeliharaan P-2 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.382.500 15.382.500 5 pemeliharaan P-3 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.255.000 10.255.000 6 Evaluasi tanaman 40.000 40.000 40.000 40.000 45.100 205.100

- VI Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaa 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 500.000

- VII Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam -

1 Deliniasi Areal Perlindungan Setemp 10.000 10.000 20.000 2 Pemantauan Areal Perlindungan 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 80.000 3 Pemasangan dan pemeliharaan ram 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 150.000 4 Sosialiasi dan penyuluhan 30.000 50.750 50.750 50.750 50.750 50.750 50.750 50.750 50.750 50.750 486.750 5 Identifikasi areal HCVF 10.000 10.000 20.000 6 Pengelolaan dan monitoring areal HCVF 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 48.000 7 Pembentukan regu pengaman masy 400.550 356.000 356.000 356.000 356.000 356.000 356.000 356.000 356.000 356.000 3.604.550

No KegiatanKebutuhan Dana (x 1000)

BAB V - RENCANA KEGIATAN 90

Page 104: Batulicin, Desember 2016

I II III IV V VI VII VIII IX X Jumlah8 Patroli partisipatif masyarakat 159.060 159.060 159.060 159.060 159.060 159.060 159.060 159.060 159.060 159.060 1.590.600 9 Patroli gabungan/yustisi 49.900 49.900 49.900 49.900 49.900 49.900 49.900 49.900 49.900 49.900 499.000

10 Pembentukan Brigdalkarhutla 385.400 385.400 385.400 385.400 385.400 385.400 385.400 385.400 385.400 385.400 3.854.000 11 Pelatihan masyarakat 116.440 116.440 232.880 12 Patroli dalkarhutla 463.878 463.878 463.878 463.878 463.878 463.878 463.878 463.878 463.878 463.878 4.638.780 13 Posko siaga dalkarhutla KPHP 19.480 19.480 19.480 19.480 19.480 19.480 19.480 19.480 19.480 19.480 194.800 14 Monitoring hotspot 9.300 9.300 9.300 9.300 9.300 9.300 9.300 9.300 9.300 9.300 93.000

- VIII Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkron 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 50.000

- IX Koordinasi dan Sinergi dengan instansi d 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 350.000

- X Penyediaan dan Peningkatan SDM -

1 Pelatihan SDM KPHP 60.000 100.000 100.000 100.000 30.000 390.000 2 Inhouse Training 200.000 300.000 200.000 700.000 3 Pertukaran kunjungan, study banding 150.000 150.000 150.000 150.000 600.000 4 Magang Pegawai 70.000 70.000 70.000 210.000

- XI Pengembangan Data Base -

1 Pembuatan Data Base 100.000 100.000 2 Pelatihan operator 50.000 50.000 100.000 2 Updating data dan pengembangan 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 90.000

- 3.167.583 22.844.708 29.822.568 31.426.643 33.101.643 33.216.168 13.686.168 7.303.668 4.161.168 1.911.268 180.641.585

No KegiatanKebutuhan Dana (x 1000)

BAB V - RENCANA KEGIATAN 91

Page 105: Batulicin, Desember 2016

Pendanaan pengelolaan KPHP Tanah Bumbu dipenuhi dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Pengelolaan KPHP Tanah Bumbu yang optimal membutuhkan dana yang cukup besar mengingat wilayah kelola KPH sangat luas. Dana tersebut tidak mungkin dicukupi hanya dari keuangan negara.

Oleh karena itu, keterlibatan pihak lain seperti pemerintah provinsi untuk menyediakan dana bagi KPHP Tanah Bumbu sebagai bagian dari desentralisasi kekuasaan politik, anggaran dan administrasi bisa menjadi alternatif pendanaan. Cara pendanaan yang paling mudah dilakukan untuk melengkapi dana APBN adalah bermitra dengan LSM misalnya WWF, CI, FFI dan lain-lain yang sering mendapatkan bantuan dana internasional untuk melakukan aktivitas konservasi di KPHP Tanah Bumbu.

Pendanaan lainnya bisa dengan “menjual” kekayaan KPHP Tanah Bumbu. KPHP Tanah Bumbu kaya akan ragam ekosistem hutan yang mengandung keragaman hayati, potensi kayu, memiliki banyak sumber mata air yang mengalir di dua provinsi dan dan juga mengandung mineral sebagai wujud potensi sumber daya alam yang sangat tinggi. Namun demikian potensi ini belum sepenuhnya digunakan secara optimal untuk memperkuat pengelolaan KPHP Tanah Bumbu, memberdayakan masyarakat sekitar hutan, mengembangkan ekonomi wilayah.

Beberapa potensi yang dimiliki KPHP Tanah Bumbu ini dapat dikembangkan untuk bisa mendatangkan dana melalui mekanisme pembayaran jasa lingkungan (payment for environmental services) seperti misalnya daya serap karbon, keindahan landscape, perlindungan DAS dan tata air serta kekayaan keragaman hayati. Daya serap karbon dapat diwujudkan dengan mekanisme pembayaran rehabilitasi dan restorasi ekosistem di areal yang perlu direhabilitasi seperti bekas penyerobotan lahan, eks areal HPH yang telah dibalak, bekas perambahan hutan, bekas kebakaran dan kerusakan hutan lainnya. Skema perdagangan karbon juga bisa direalisasikan melalui pengembangan program pengelolaan hutan berbasis masyarakat.

Pembayaran jasa lingkungan lainnya yang dapat dikembangkan adalah konservasi keragaman hayati dan perlindungan tata air. KPHP Tanah Bumbu merupakan hulu darisungai dan anak sungai yang mengalir di KabupatenTanah Bumbu. Kemungkinan pemanfaatan air baku untuk masyarakat luas dan pengembangan perusahaan air minum dalam kemasan juga layak untuk dipertimbangkan. Sumber lainnya mungkin dapat diperoleh dari mengembangkan sumber pendapatan innovative, misalnya pajak dari perusahaan yang melakukan pengambilan yang lestari hasil hutan non-kayu dari blok tetentu di dalam kawasan KPHP Tanah Bumbu.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 92

Page 106: Batulicin, Desember 2016

Keragaman hayati, keunikan species flora dan fauna, keindahan bentang alam dan sosial budaya masyarkat lokal dapat dikemas dalam paket wisata yang memilik nilai tinggi. Produk-produk yang dihasilkan dari budidaya masyarakat lokal juga dapat dikemas dan diberi label konservasi untuk diperdagangkan di pasar hijau.

Untuk mendukung program ini, dipersiapkan kegiatan umum untuk jangka panjang yang mencakup :

1. Membangun mekanisme penggalangan dana

Proses dan skema pendanaan lain dapat ditempuh dengan penggalangan bersama melalui mekanisme yang baik dan menguntungkan antar pihak. Secara sederhana mekanisme ini dapat berupa aturan-aturan yang sangat memungkinkan dilaksanakan dan tidak menyimpang dari regulasi yang sudah disepakati bersama. Selain itu mekanisme ini juga dibangun diatas kebijakan yang berlaku

2. Penyusunan proposal dukungan pendanaan

Proposal dukungan pendanaan terbangun berdasarkan kemampuan KPHP Tanah Bumbu saat ini dan dibandingkan dengan kekurangan (gap) yang ada. Gap yang terjadi ini diupayakan sebagai langkah penyusunan proposal untuk memperoleh dukungan pendanaan pihak lain. Di beberapa pemberi dana biasanya melihat dana pendamping yang dikeluarkan oleh pihak lain dalam implementasi program. Kekurangan yang ada baru disusun melalui proposal yang diinginkan. Penyusunan proposal dan mencari dukungan pendanaan dapat dilakukan dan bersama pihak-pihak lain seperti konsultan ataupun NGO/LSM, BUMN, Swasta.

3. Membangun perencanaan program bersama

Perencanaan program bersama merupakan salah satu langkah strategis dalam menyikapi penggalangan pendanaan bersama.

Penyusunan perencanan ini lebih melihat kerjasama dengan pihak lain di luar KPHP Tanah Bumbu, pihak lain tersebut berupa program-program di pemerintah daerah (Pemda) melalui musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) baik di tingkat desa maupun di kabupaten, ataupun penyusunan program bersama NGO maupun pihak swasta yang tertarik dan berminat dengan sesuatu issue ataupun obyek tertentu. Penyusunan program ini akan berjalan dengan sharing pendanaan atau sumber daya masing-masing pihak.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 93

Page 107: Batulicin, Desember 2016

5.12. PENGEMBANGAN DATABASE

Data base yang lengkap dan tidak kadaluwarsa sangat berguna untuk pengambilan keputusan dalam pengelolaan KPHP Tanah Bumbu. Selain itu data base juga bermanfaat bagi pihak luar yang membutuhkan informasi tentang KPHP Tanah Bumbu seperti misalnya para peneliti dari universitas atau lembaga penelitian, LSM, instansi pemerintah dan individu.

Oleh karena itu dalam organisasi KPHP Tanah Bumbu, sebaiknya dibuat unit khusus yang mengelola data base yang bertanggung jawab dalam pengumpulan, penyimpanan, pengolahan dan penyajian data ke dalam informasi yang siap digunakan. Data dan informasi dapat dikumpulkan dari unit-unit pengelola di lapangan dan juga dari luar. Tentu saja tidak setiap data dapat begitu saja diberikan untuk pihak luar. Dalam pemberian atau pertukaran data dan informasi khususnya dengan pihak luar harus diikat oleh standar operasional prosedur. Data yang dikumpulkan dapat berupa analog atau manual (peta, dokumen, laporan, data penelitian dan lain-lain), juga dapat berupa data digital (dokumen-dokumen, data GIS dan data digital lainnya). Unit yang secara khusus mengelola data base ini merupakan division support system atau pendukung sistem organisasi KPHP Tanah Bumbu yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dari tingkat KPH hingga unit terkecil.

Rencana pembangunan dan pengembangan database KPHP Tanah Bumbu untuk periode 10 tahun, adalah sebagai berikut: Tabel V-17. Rencana Pengembangan Database KPHP Tanah Bumbu

No. Uraian Target Keterangan

1. Pembangunan sistem database berbasis spasial (menggunakan aplikasi opensource QGIS)

1 aplikasi (2017)

Fasilitasi Unlam

2 Pelatihan operator database 1 kali (2017)

Fasilitasi BPHP

3 Updating dan verifikasi data Setiap tahun 4 Upgrade/pemeliharaan aplikasi 2 tahun sekali

5.13. RASIONALISASI WILAYAH KELOLA

Pengelolaan KPHP Tanah Bumbu dimasa yang akan datang menghadapi tantangan yang berat. Tantangan terberat adalah bertambahnya populasi penduduk sekitar kawasan KPH yang dapat mempengaruhi ekosistem hutan di KPHP Tanah Bumbu. Hal ini menuntut pihak pengelola KPH untuk melakukan kalkulasi yang scientific based yang dapat dipertanggungjawabkan. Rasionalisasi pengurusan wilayah kelola mencakup 2 aspek yaitu: 1) aspek fisik (kawasan) yang mencakup aspek silvikultur, tata guna

BAB V - RENCANA KEGIATAN 94

Page 108: Batulicin, Desember 2016

hutan, eksplorasi potensi dan lainnya dan 2) aspek non teknis yang meliputi rasionalisasi kelembagaan wilayah kelola hutan mulai dari tingkat blok sampai dengan tingkat petak (organisasi, kewenangan dan personil)

Rasionalisasi wilayah pengelolaan KPHP Tanah Bumbu akan dilaksanakan melalui tahapan :

1. Penilaian aspek teknis dan non teknis 2. Checking lapangan 3. Pembahasan 4. Penyusunan rasionalisasi wilayah

Beberapa hal penting yang menjadi alasan dilakukan rasionalisasi wilayah, antara lain adalah : • Rasionalisasi wilayah kelola dari aspek fisik merupakan bentuk penilaian kembali

terhadap kawasan blok atau petak pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan yang mengalami perubahan. Misalnya jika blok pemanfaatan kayu pada hutan alam sudah tidak memiliki potensi yang signifikan maka perlu dirasionalisasi ke bentuk wilayah kelola lain misalnya diarahkan ke pemanfaatan kayu hutan tanaman. Perubahan wilayah kelola juga akan mempengaruhi operasional personil dilapangan.

• Dengan beralihnya kewenangan kehutanan dari kabupaten ke provinsi, dan adanya rencana perubahan kelembagaan KPHP. Maka sangat dimungkinkan adanya perubahan wilayah pengelolaan KPHP Tanah Bumbu, dimana terdapat beberapa lokasi yang melintasi batas antar kabupaten.

• Adanya blok khusus seluas 14.105 ha, yang secara eksisting merupakan tanaman kelapa sawit. KPHP akan berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan Provinsi dan dinas terkait lainnya, untuk memperoleh kejelasan legalitas perizinan dan pengelolaannya. Setelah diperoleh kejelasan, akan diputuskan pembagian blok/zona selanjutnya.

5.14. REVIEW RENCANA PENGELOLAAN

Review rencana pengelolaan 5 tahun merupakan kegiatan evaluasi terhadap rencana kegiatan yang telah dilakukan selama 5 tahun. Review rencana pengelolaan dilakukan mulai dari tingkat blok pengelolaan sampai dengan petak pengelolaan.

Adapun tujuan dari dilaksanakan kegiatan ini adalah : • Mengetahui dan menganalisis semua data dasar yang dipergunakan dalam proses

perencanaan terkait dengan pengelolaan kawasan hutan di KPHP Tanah bumbu. • Mengevaluasi efektivitas tata guna kawasan hutan di KPHP Tanah Bumbu dan

kemungkinan untuk menggali potensi kawasan hutan lainnya yang dikembangkan.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 95

Page 109: Batulicin, Desember 2016

• Membuat arahan terbentuknya blok pengelolaan/resort yang baru sesuai dengan potensi di KPHP Tanah Bumbu.

• Menganalisis kinerja organisasi KPHP Tanah Bumbu di tingkat tapak (Blok dan tapak) dan dinamika kelembagaan KPHP Tanah Bumbu

Review terhadap RPHJP KPHP Tanah Bumbu dapat dilakukan apabila ; 1. Hasil evaluasi menyatakan ketidaksesuaian pelaksanaan dengan rencana yang

disahkan, dan adanya rekomendasi untuk dilakukannya review terhadap RPHJP; dan/atau

2. Terdapat perubahan wilayah pengelolaan, dan atau wilayah tertentu sebesar > 50%; dan/atau

3. Terdapat perubahan terhadap dokumen perencanaan sebesar > 50%; 4. Adanya perubahan kebijakan/peraturan/ketentuan pemerintah daerah/ pusat

yang secara signifikan mempengaruhi pengelolaan hutan oleh KPHP.

Review RPHJP KPHP Tanah Bumbu akan dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: • Pengumpulan data dan updating data • Checking lapangan • Analisa teknis dan non teknis • Penyusunan draft revisi • Pembahasan • Penyusunan draft final • Pengusulan/pengesahan revisi RPHJP

5.15. PENGEMBANGAN INVESTASI

Pengembangan investasi berguna untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat melaluikegiatan pembangunan yang dilakukan atas dasar prinsip saling menguntungkan, nyata dan bertanggung jawab, akuntable, transparandan demokratis.Hal ini sesuai dengan prinsip pengelolaan investasi yang dianutyaitutransparancy participation, quick disbursementaccountabilitysustainability dansimplicity.

Konsistensi pada prinsip ini akan menjadi daya tarik sendiri dalam proses percepatan investasi di KPHP Tanah Bumbu. Berdasarkan pengalaman dalam berbisnis sumberdaya alam yang saling menguntungkan, pola kemitraan dalam berinvestasi di KPHP Tanah Bumbu merupakan pola yang tepat. Prosedur kemitraan yang dianut dalam pengembangan investasi di KPHP Tanah Bumbu adalah memposisikan KPH, menjadi

BAB V - RENCANA KEGIATAN 96

Page 110: Batulicin, Desember 2016

fasilitator danadministrator pengelolaan pembangunan di KPH. Kemitraan dalammembangun investasi di KPHP Tanah bumbu sangat penting untuk dilakukan mengingat dua hal: • Kemitraan merupakan wujud nyata dari partisipasi masyarakat dan swastadalam

proses pembangunan. • Kemitraan merupakan cara efektif untuk mengefisienkan belanja KPHP Tanah Bumbu

disektor pembangunan. Adapun pengembangan investasi di KPHP Tanah Bumbu diarahkan pada sektor

sebagai hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan, hutan tanaman rakyat dan hasil hutan kayu.

5.15.1. Pengembangan investasi pada hasil hutan bukan kayu/jasa lingkungan

Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)/jasa lingkungan mempunyai peluang yang cukup besar dan menjanjikan serta kompetitif di wilayah KPH Unit VI Tanah Bumbu. HHBK/Jasling merupakan sumber bahan pangan (alternatif), sumber bahan obat-obatanan, penghasil serat, penghasil getah-getahan dan benda-benda hayati, non hayati dan turunannya, serta jasa yang berasal dari hutan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Hal tersebut sejalan dengan kebijakan nasional dalam mengembangkan dan meningkatkan produksi HHBK. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No P.35/Menhut-II/2007 telah ditetapkan jenis-jenis HHBK yang terdiri dari 9 kelompok HHBK yang terdiri dari 557 spesies tumbuhan dan hewan. Untuk memberikan arah, kebijakan serta gambaran pengembangan HHBK kepada pelaku usaha, para pihak dan masyarakat yang akan mengembangkan usaha HHBK telah diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.19/Menhut-II/2009 tentang Strategi

Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Nasional. Penyusunan Grand Strategi ini sekaligus sebagai acuan mulai dari perencanaan sampai pasca panen bagi pelaku usaha, para pihak dan masyarakat luas dalam pengembangan HHBK. Sebagai acuan dalam penetapan jenis HHBK unggulan serta menyamakan pemahaman dan langkah dalam upaya pengembangan HHBK untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat telah diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.21/Menhut-II/2009 tentang Kriteria dan Indikator Penetapan Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu Unggulan. Penetapan kriteria dan indikator tersebut bertujuan tersedianya jenis-jenis HHBK unggulan yang akan dikembangkan secara lebih terfokus dan terarah menjadi komoditas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi baik di tingkat nasional maupun daerah.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 97

Page 111: Batulicin, Desember 2016

Adapun bentuk investasi HHBK di KPH adalah 1. Pemanfaatan air Bersih 2. Pemanfaatan Ekowisata 3. Pengembangan REDD 4. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu

5.15.2. Investasi Hutan Tanaman Rakyat

Hutan Tanaman Rakyat yang selanjutnya disingkat HTR adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan (PP 6/2007)

Sejalan dengan reforma agraria yang telah diwacanakan telah merespon dengan upaya memberikan akses lebih kepada masyarakat dalam memberikan akses lebih kepada masyarakat dalam HTR juga telah dipayungi produk hukum. Peraturan Pemerintah (PP) No. 6/2007 telah mengatur tentang HTR khususnya pasal 40 dan 41. Pada pasal ini diatur mengenai penatapan areal untuk HTR, akses ke lembaga keuangan, dan penetapan harga dasar kayu HTR untuk melindungi dan memberikan akses pasar kepada masyarakat.

Konsep pemberian akses yang lebih luas kepada masyarakat dalam pembangunan hutan tanaman, disusun dari proses pembelajaran atas program maupun proyek Pemberdayaan Masyakat yang selama ini ada, misalnya program Bina Desa, program kemitraan seperti Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)/Mengelola Hutan Bersama Masyarakat (MHBM)/Hutan Rakyat Pola Kemitraan (HRPK) oleh HPH/IUPHHK-HA/HT, proyek-proyek kerjasama teknik luar negeri seperti Social Forestry Dephut-GTZ di Sanggau Kalimantan Barat, Multistakeholders Forestry Programme KemenLHK-DFID dan beberapa proyek pemberdayaan masyarakat yang ada di . Hasil pembelajaran tersebut memberikan kerangka filosofis atas pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk mengatasi kemiskinan melalui pemberian akses yang lebih luas ke hukum (legalitas), ke lembaga keuangan dan ke pasar. Selain kerangka filosofisnya, diperoleh pula prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat (the principles) yaitu :

Prinsip pertama adalah masyarakat mengorganisasikan dirinya berdasarkan kebutuhannya (people organized themselves based on their necessity) yang berarti pemberdayaan hutan beserta masyarakatnya ini bukan digerakkan oleh proyek ataupun bantuan luar negeri karena kedua hal tersebut tidak akan membuat masyarakat mandiri dan hanya membuat “kebergantungan” masyarakat.

BAB V - RENCANA KEGIATAN 98

Page 112: Batulicin, Desember 2016

Prinsip kedua adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat harus bersifat padat karya (labor-intensive) sehingga kegiatan ini tidak mudah ditunggangi pemodal (cukong) yang tidak bertanggung jawab.

Prinsip ketiga adalah Pemerintah memberikan pengakuan/rekognisi dengan memberikan aspek legal sehingga kegiatan masyarakat yang tadinya informal di sektor kehutanan dapat masuk ke sektor formal ekonomi kehutanan/ekonomi lokal, nasional dan global sehingga bebas dari pemerasan oknum birokrasi dan premanisme pasar.

5.15.3. Pengembangan investasi kayu di hutan alam

Bisnis kayu adalah salah satu bisnis jangka panjang dengan kemungkinan keuntungan yang sangat tinggi, selama beberapa abad terakhir permintaan kayu selalu meningkat seiring dengan meningkatnya populasi dunia. Perubahan ekonomi seperti China dan India yang sekarang menjadi negara konsumen (consumer market) dalam

beberapa tahun terakhir karena hal tersebut dampaknya pada pasar kayu yang semakin meningkat.

Hal tersebut di atas mengkonfirmasi bahwa ada hubungan antara pertambahan populasi dengan permintaan kayu. Tidak ada prediksi adanya penyusutan permintaan kayu dengan melihat penduduk dunia dalam 30-60 tahun mendatang. Di sisi lain tidak ada keraguan bahwa produksi dari hutan alam tropis akan menurun, menurut REIDD dikarenakan adanya insentif untuk tidak menebang kayu dari Badan Organisasi Dunia, penegakan hukum, reboisasi. Tetapi pelestarian hutan di seluruh dunia tidak akan bisa, karena volume dan penanaman tidak akan mampu mengimbangi permintaan seiring dengan cepatnya pertambahan populasi dunia, sebab kompensasi penanaman hutan bisa dipanen dalam jangka waktu 25-30 tahun.

Kayu adalah komoditas terbesar ketiga yang diperdagangkan di dunia setelah minyak mentah dan gas ( € 200 milyar/ tahun). Disaat produksi gas mentah menjadi langka, banyak peluang berinvestasi di bidang kehutanan. Index Harga Komoditas Bank Dunia menunjukkan, bahwa hanya ada 3 komoditi yang meningkat nilai jualnya selama kurun waktu 10, 20, dan 100 tahun terakhir: Emas, Minyak dan Kayu. Walaupun emas saat ini masih memiliki kinerja yang sangat bagus, akan tetapi kinerja Emas tidak terlalu baik pada rentang waktu yang panjang yaitu, antara tahun 1979 sampai 2004. Serta harga minyak cenderung sering berfluktuasi karena spekulasi di masa yang akan datang.

Perbandingan HTRG menggarisbawahi, investasi kayu dengan kualitas terbaik mengalahkan performa S & P 500 dalam setengah abad terakhir, baik dari segi keuntungan maupun volatilitas. Dan portofolio yang digabungkan dengan kayu bekerja lebih baik dari pada portofolio tanpa kayu. Seiring waktu, kayu tumbuh dengan

BAB V - RENCANA KEGIATAN 99

Page 113: Batulicin, Desember 2016

bertambahnya volume; volume yang bertambah ini tumbuh menjadi beberapa kategori yang berharga (dari biomassa mejadi HTI-Hutan Tanaman Industri kayu yang sudah digergaji menjadi kayu lapis) dan setiap unit dari kategori tersebut anda dapat menikmati kenaikan harga dalam jangka waktu yang lama.

Ketika seseorang beternak domba dia akan mendapatkan anak domba secara terus menerus dari waktu ke waktu, tetapi mereka tidak akan berubah menjadi sapi dan harga domba mungkin akan tetap. Emas tidak akan berubah menjadi platinum ataupun bertambah beratnya). Kayu adalah satu satunya investasi yang tumbuh dengan sendirinya, yang tumbuh secara alami, dan tidak terpengaruh terhadap setiap situasi ekonomi. Oleh karena itu saham kayu cenderung dalam performa terbaik ketika saham dan obligasi umumnya mengalami depresi. Dan bahkan harga kayu tidak terlalu berpengaruh oleh kemerosotan ekonomi dibandingkan kebanyakan aset lainnya.

Berdasarkan perspektif di atas maka usaha pengembangan investasi kayu di KPHP Tanah Bumbu memiliki prospek yang cerah. Prinsip dasar yang dianut oleh KPHP Tanah Bumbu dalam pengembangan investasi kayu adalah: • Investasi kayu harus ditujukan untuk kesejahteraan rakyat sekitar hutan khususnya

dan rakyat Kabupaten Tanah Bumbu secara umum • Investasi kayu harus dilakukan dengan prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari. • Berdasarkan uraian di atas, maka rencana pengembangan investasi di KPHP Tanah

Bumbu adalah sebagai berikut :

Tabel V-18. Rencana Pengembangan Database KPHP Tanah Bumbu

No Blok/Zona Pemanfaatan Produk Pola Investasi

1. Blok Pemanfaatan kawasan, Jasa Lingkungan dan HHBK

Pemanfaatan air bersih

AMDK (Air minum dalam kemasan)

Investor

Pemanfaatan Ekowisata

Wisata alam Investor

Pengembangan REDD

Carbon trade Investor

Pemanfaatan HHBK Madu, kayu manis, kemiri, bahan baku jamu/obat

(empon-empon)

Kemitraan dengan

masyarakat dan kerjasama

pemasaran 2. Blok

Pemanfaatan HHK-HT

IUPHHK-HTR HHK masyarakat

3 Blok Pemanfaatan HHK-HA

IUPHHK-HA HHK Investor

BAB V - RENCANA KEGIATAN 100

Page 114: Batulicin, Desember 2016

BAB VI - PEMBINAAN PENGENDALIAN, DAN PENGAWASAN

Pengendalian, pengawasan dan pembinaan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen untuk menjamin terlaksananya suatu kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan pengendalian, pengawasan dan pembinaan pada bab ini merupakan rangkaian kegiatan manajemen pengelolaan hutan oleh KPHP, bukan merupakan bagian manajemen SDM KPHP.

6.1. PENGENDALIAN

Pengendalian adalah semua usaha organisasi yang mencakup metode, prosedur dan strategi organisasi yang mengacu pada efisiensi dan efektivitas operasional organisasi, agar dipatuhinya kebijakan manajemen serta tercapainya tujuan organisasi.

Untuk menjadikan pengelolaan KPHP Tanah Bumbu berjalan dengan baik sesuai dengan perencanaan, tersedianya informasi yang terbuka pada tingkat manajemen KPHP Tanah Bumbu, mitra pengelolaan, pemerintah daerah dan masyarakat, maka perlu dilakukan pengendalian pada unit pengelola sehingga tujuan dari pengelolaan tercapai dan menjamin seluruh proses pengelolaan berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Lingkup pengendalian dilakukan pada tingkat pimpinan manajemen KPHP Tanah Bumbu sampai kepada pelaksana di lapangan sehingga tanggung jawab didalam pelaksanaan pengelolaan berjalan berdasarkan prosedur operasional dan tata kerja organisasi KPHP Tanah Bumbu.

Pengendalian pengelolaan hutan oleh KPHP Tanah Bumbu diwujudkan melalui kegiatan sebagai berikut : • Sosialisasi kepada pemegang izin dan mitra KPHP, terkait dengan visi dan misi serta

tujuan pengelolaan hutan oleh KPHP Tanah Bumbu, sehingga diperoleh kesamaan persepsi dan komitmen bersama dalam pengelolaan hutan secara lestari.

• Pemetaan jenis kegiatan yang dilakukan oleh pemegang izin (IUPHHK-HA/HT/HTR, IPPKH) dan identifikasi resiko.

• Pengumpulan kebijakan, peraturan/ketentuan, pedoman, petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan yang berlaku dalam rangka penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap jenis pekerjaan/ kegiatan pengelolaan hutan.

Kegiatan pengendalian pengelolaan hutan oleh KPHP dilaksanakan pada awal periode kegiatan setelah berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan Provinsi.

BAB VI - PENGENDALIAN 101

Page 115: Batulicin, Desember 2016

6.2. PENGAWASAN

Pengawasan adalah proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Fungsi dari pengawasan dalam hal ini adalah sebagai penghimpun informasi yang nantinya bermanfaat dalam penilaian, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi terhadap fungsi dan kelestarian kawasan KPHP Tanah Bumbu serta perubahan pada sosial ekonomi masyarakat. Disamping sebagai penghimpun informasi, pengawasan juga dapat berfungsi pemeriksaan terhadap ketepatan dan kesesuaian sasaran pengelolaan. Pada pemeriksaan dimungkinkan dilakukannya perubahan-perubahan terhadap sasaran dan program yang tidak tepat.

Kegiatan pengawasan dilakukan pada saat pekerjaan sedang dilaksanakan oleh pemegang izin, mitra KPHP atau kelompok masyarakat. Pengawasan dilakukan dengan membandingkan pelaksanaan pekerjaan dengan rencana dan SOP sesuai dengan jenis pekerjaan. Pengawasan dilakukan oleh Kepala KPHP maupun oleh staf yang ditunjuk/ditugaskan oleh Kepala KPHP melalui Surat Keputusan atau Surat Tugas. Pengawasan dapat dilakukan setiap saat sesuai dengan kebutuhan, dan dapat dilakukan bersama-sama dengan Dinas Kehutanan Provinsi dan UPT Kementerian LHK sesuai dengan bidangnya.

6.3. PEMBINAAN Pembinaan merupakan upaya mengubah sikap (attitude) yang kurang baik ke

arah yang lebih baik secara terus menerus. Pembinaan pengelolaan hutan oleh KPHP Tanah Bumbu dilaksanakan dengan sasaran pemegang izin pemanfaatan hutan, mitra dan masyarakat. Kegiatan pembinaan yang akan dilakukan oleh KPHP antara lain meliputi :

1. Diseminasi kebijakan PHPL kepada para pemegang izin dalam pelaksanaan kegiatannya. Apabila ditemukan adanya pemegang izin yang tidak melaksanakan kewajiban dan/atau adanya penyimpangan atau pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku, Kepala KPHP akan mengusulkan kepada Dinas Kehutanan Provinsi untuk pemberian sanksi.

2. Penyuluhan kepada masyarakat terkait dengan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan, pengelolaan hutan lestari (sustainable forest manajemen/SFM), keamanan hutan, pengendalian kebakaran hutan dan lahan, maupun hal lainnya.

BAB VI - PENGENDALIAN 102

Page 116: Batulicin, Desember 2016

3. Peningkatan kapasitas masyarakat, melalui pelatihan, sekolah lapang, anjangsana, FGD, dan kegiatan lainnya.

Rencana pelaksanaan pembinaan pengelolaan hutan oleh KPHP Tanah Bumbu, adalah sebagai berikut :

Tabel VI-1. Rencana Pembinaan Pengelolaan Hutan KPHP Tanah Bumbu

No. Uraian Kegiatan Sasaran Volume 1. Desiminasi kebijakan Pemegang izin

(IUPHHK-HA/HT/HTR, IPPKH)

Setiap tahun

2. Penyuluhan Kelompok Masyarakat (KTH, Koperasi, Karang

Taruna, dll)

Setiap tahun

3. Pelatihan, sekolah lapang, anjangsana, FGD, dll

Kelompok Masyarakat (KTH, Koperasi, Karang

Taruna, dll)

Setiap saat dibutuhkan

BAB VI - PENGENDALIAN 103

Page 117: Batulicin, Desember 2016

BAB VII - PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

7.1. PEMANTAUAN

Dalam pengelolaan KPHP Tanah Bumbu pemantauan dan evaluasi kegiatan merupakan hal yang sangat penting dilakukan agar seluruh kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan target yang ditetapkan. Kegiatan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dimasudkan untuk melihat sejauh mana tingkat pencapaian dan keberhasilan dari suatu pengelolaan yang dilaksanakan.

Kegiatan pemantauan yang dilanjutkan dengan evaluasi dapat dilakukan oleh unsur internal KPHP Tanah Bumbu maupun unsur eksternal baik oleh instansi pemerintah maupun masyarakat. Pemantauan atau monitoring terhadap jalannya pengelolaan kawasan dilaksanakan oleh KPHP Tanah Bumbu bersama-sama dengan instansi terkait dan pihak Lembaga Swadaya Masyarakat sebagai mitra. Pemantauan dilaksanakan dengan melakukan penilaian terhadap seluruh komponen pengelolaan. Hasil yang diperoleh dari pemantauan akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam evaluasi pengelolaan. Pemantauan dapat dilakukan secara langsung di lapangan maupun secara tidak langsung melalui administrasi dan laporan.

7.2. EVALUASI

Evaluasi keberhasilan program pengelolaan KPHP Tanah Bumbu dapat diukur dari faktor-faktor sebagai berikut:

1. Tingkat perambahan terhadap kawasan KPHP Tanah Bumbu semakin menurun. 2. Timbulnya kesadaran dan meningkatnya peran aktif masyarakat terutama yang di

sekitar kawasan untuk menjaga dan melindungi kawasan KPHP Tanah Bumbu dari gangguan keamanan kawasan serta berkembangnya nilai-nilai kearifan lokal masyarakat dalam mendukung pengelolaan kawasan.

3. Berhasilnya program pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan sebagai upaya alternatif dalam peningkatan perekonomian masyarakat.

4. Meningkatnya pengelolaan kawasan oleh seluruh stakeholder terkait yang memiliki kepedulian terhadap kawasan KPHP Tanah Bumbu yang dimulai dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, KPHP Tanah Bumbu sebagai Unit Pelaksana Teknis pengelolaan dan pihak mitra pendukung.

5. Tersedianya data dan informasi mengenai potensi kawasan Pelaporan merupakan bentuk pertanggungjawaban kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

BAB VII - PEMANTAUAN 104

Page 118: Batulicin, Desember 2016

pengendalian, monitoring dan evaluasi. Pada instansi pemerintah, pelaporan seluruh kegiatan yang dilaksanakan disampaikan dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Pelaporan kinerja dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja dari suatu instansi pemerintah dalam satu tahun anggaran, yang dikaitkan dengan pencapaian tujuan dan sasarannya. Penyampaian laporan disampaikan kepada pihak yang memiliki hak atau yang berwenang meminta keterangan atau pertanggungjawaban.

7.3. PELAPORAN

Pada kegiatan pelaporan, KPHP Tanah Bumbu melaporkan hasil akhir dari seluruh kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan fungsi dan tugasnya secara berkala. Acuan yang digunakan dalam pelaporan adalah berdasarkan standar prosedur operasional yang berlaku. Pelaporan disusun dengan mengacu kepada Prosedur Kerja KPHP Tanah Bumbu.

Tahapan dari penyampaian laporan dimulai dari penyiapan format laporan, penyusunan bahan laporan dan resume telaahan bahan laporan sampai ke pada tahap penyusunan Laporan Bulanan, Laporan Triwulanan, Laporan Semesteran, dan Laporan Tahunan. Seluruh laporan yang telah tersusun ditandatangani oleh Kepala KPH dan disampaikan kepada Gubernur cq. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta ditembuskan kepada Bupati Tanah Bumbu dan Eselon I terkait.

Pelaporan dimaksudkan sebagai sarana penilaian kinerja KPHP atas rencana yang telah disusun dengan realisasi yang dicapai, sehingga seluruh kegiatan diharapkan dapat terlaksana. Tabel VII-1. Rencana Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan Pengelolaan Hutan

KPHP Tanah Bumbu

No Kegiatan Pemantauan Evaluasi Pelaporan

1. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan Penataannya

Setiap bulan Setiap tahun

Gubernur Cq. Kadisprov, MenLHK, tembusan Bupati dan eselon I terkait

2. Pemanfaatan Hutan Setiap bulan Setiap semester

Gubernur Cq. Kadisprov, MenLHK, tembusan Bupati dan eselon I terkait

3. Pemberdayaan Masyarakat Setiap bulan Setiap

semester Gubernur Cq. Kadisprov, MenLHK, tembusan Bupati dan eselon I terkait

4. Pembinaan dan pemantauan pada areal berizin

Setiap bulan Setiap semester

Gubernur Cq. Kadisprov, MenLHK, tembusan Bupati dan eselon I terkait

5. Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di Setiap bulan Setiap

semester Gubernur Cq. Kadisprov, MenLHK, tembusan Bupati

BAB VII - PEMANTAUAN 105

Page 119: Batulicin, Desember 2016

No Kegiatan Pemantauan Evaluasi Pelaporan luar izin dan eselon I terkait

6.

Pembinaan dan pemantauan pelaksanaan rehibilitasi dan reklamasi pada areal berizin

Setiap bulan Setiap semester

Gubernur Cq. Kadisprov, MenLHK, tembusan Bupati dan eselon I terkait

7. Penyelenggaraan perlindungan dan konservasi alam

Setiap bulan Setiap semester

Gubernur Cq. Kadisprov, MenLHK, tembusan Bupati dan eselon I terkait

9. Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait

Setiap bulan Setiap semester

Gubernur Cq. Kadisprov, MenLHK, tembusan Bupati dan eselon I terkait

10. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM

Setiap bulan Setiap tahun

Gubernur Cq. Kadisprov, MenLHK, tembusan Bupati dan eselon I terkait

11. Penyediaan pendanaan Setiap bulan Setiap tahun

Gubernur Cq. Kadisprov, MenLHK, tembusan Bupati dan eselon I terkait

12. Pengembangan database Setiap bulan Setiap tahun

Gubernur Cq. Kadisprov, MenLHK, tembusan Bupati dan eselon I terkait

13. Rasionalisasi wilayah pengelolaan Setiap tahun Setiap

tahun

Gubernur Cq. Kadisprov, MenLHK, tembusan Bupati dan eselon I terkait

14. Review rencana pengelolaan Setiap tahun Setiap 5

tahun

Gubernur Cq. Kadisprov, MenLHK, tembusan Bupati dan eselon I terkait

15, Pengembangan investasi Setiap bulan Setiap tahun

Gubernur Cq. Kadisprov, MenLHK, tembusan Bupati dan eselon I terkait

BAB VII - PEMANTAUAN 106

Page 120: Batulicin, Desember 2016

BAB VIII - PENUTUP

Rencana pengelolaan jangka panjang KPHP Tanah Bumbu ini merupakan pedoman dan arahan pelaksanaan pengelolaan yang masih bersifat makro dan indikatif. Karena sifat dan cakupan dari rencana ini, maka untuk selanjutnya masih diperlukan penjabaran lebih lanjut ke dalam rencana-rencana yang lebih rinci dan cakupan masa perencanaannya pendek.

Rencana pengelolaan yang telah disusun ini diharapkan dapat dipedomani dengan baik, diaplikasikan secara konsisten serta terus dimonitor pencapaian pelaksanaanya. Perlu disadari bahwa masa perencanaan ini cukup panjang sedangkan kebijakan pemerintah akan terus berubah dan mengarah kepada perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang. Review terhadap rencana ini perlu terus dilakukan agar tetap sinkrondengan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.

BAB VIII - PENUTUP 107

Page 121: Batulicin, Desember 2016

LAMPIRAN

1. Matriks Kegiatan KPHP Unit VI Tanah Bumbu

Peta-Peta:

2. Peta Wilayah Kerja 3. Peta Penutupan Lahan 4. Peta Daerah Aliran Sungai 5. Peta Potensi dan Aksesibilitas 6. Peta Penataan Hutan 7. Peta Penggunaan Lahan 8. Pemanfaatan Hutan 9. Peta Izin Pemanfaatan Hutan 10. Peta IPPKH 11. Peta-peta geofisik 12. Peta Jenis Tanah 13. Peta Iklim 14. Peta Geologi 15. Peta Lahan Kritis 16. Peta Wilayah Tertentu

LAMPIRAN 108

Page 122: Batulicin, Desember 2016

Lampiran 1. Matriks Kegiatan KPHP Unit VI Tanah Bumbu

No. Jenis Kegiatan Blok / Lokasi Rincian Kegiatan Input Output Outcome

I. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan Penataan Hutannya

1. Inventarisasi berkala

Wilayah kerja pemegang ijin IUPHHK-HA 8.695 ha, IUPHHK-HT/HTR 124.689 ha, IPPKH 15.361 ha

Total = 148.745 ha

Pengumpulan data potensi hasil inventarisasi pemegang ijin

Hasil IHMB, survey potensi IPPKH, ITSP, ITT

Buku laporan yang berisi data dan informasi potensi pada areal kerja pemegang ijin

Tersedianya data dan informasi sediaan dan riap tegakan pada areal kerja setiap pemegang ijin untuk jangka waktu tertentu

Wilayah open akses (WT + Blok Inti + Blok Perlindungan)

Luas 90.643 ha

Inventarisasi potensi HHK, HHBK dan Jasa Lingkungan, IS 0,1% = 90 ha, 1 ha/plot = 90 plot sampling

Hasil inventarisasi potensi pada setiap tutupan lahan yang tersebar secara proposional pada setiap fungsi hutan dan, blok dan RPH

Buku laporan yang berisi data dan informasi, rekapitulasi jenis, potensi dan sebaran HHK, HHBK, dan jasa lingkungan di Wilayah open akses (WT + Blok Inti + Blok Perlindungan)

Tersedianya data dan informasi potensi HHK, HHBK dan jasa lingkungan di Wilayah open akses (WT + Blok Inti + Blok Perlindungan)

2. Tata batas wilayah dan fungsi

Panjang batas wilayah KPHP 90 km

Penyusunan trayek batas dan dilanjutkan dengan tata batas wilayah KPHP, dilaksanakan oleh BPKH

Wilayah KPHP Berita Acara Tata Batas Wilayah KPHP

Diperolehnya legalitas wilayah pengelolaan KPHP Tanah Bumbu

Wilayah KPHP dengan masing-masing fungsi (HL, HPT, HP)

Penyusunan trayek batas dan dilanjutkan dengan tata batas wilayah KPHP, dilaksanakan oleh BPKH

Masing-masing fungsi hutan pada wilayah KPHP

Berita Acara Tata Batas Wilayah KPHP untuk masing-masing fungsi hutan

Diperolehnya legalitas wilayah pengelolaan KPHP Tanah Bumbu untuk masing-masing fungsi

LAMPIRAN 109

Page 123: Batulicin, Desember 2016

No. Jenis Kegiatan Blok Rincian Kegiatan Input Output Outcome

3. Penataan Wilayah / Areal Kerja

Wilayah KPHP Penataan batas RPH Blok Resort/RPH Peta RPH Terbaginya areal KPHP menjadi 3 RPH (Batulicin, Kusan, Satui)

Wilayah KPHP Penataan batas blok dan petak kerja

Kegiatan pada masing-masing blok dan petak

Peta blok dan petak kerja

Diperolehnya data dan informasi blok dan petak sebagai baseline pengelolaan hutan

II. Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu

1. Pemanfaatan Kawasan Blok Pemanfaatan Kawasan

Desa Emil Baru (DAS/RPH Batulicin) dan Desa Tamunih (RPH/DAS Kusan)

Pemanfaatan kawasan hutan oleh masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat dengan tanaman kayu manis dan kemiri

Penanaman kayu manis oleh masyarakat setempat

Tanaman kayu manis dan kemiri yang dikelola oleh masyarakat

Terkelolanya hutan oleh masyarakat melalui pemanfaatan kawasan hutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar

Blok Pemanfaaatan Kawasan

(RPH/DAS Kusan dan Batulicin)

Pemanfaatan kawasan hutan oleh masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat

Bantuan stup lebah dan tanaman pakan lebah bagi kelompok masyarakat

Budidaya lebah madu dan produksinya

Terkelolanya hutan oleh masyarakat melalui pemanfaatan kawasan hutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar

Blok Pemanfaatan Kawasan

RPH/DAS Satui, Kusan, Batulicin

Pemanfaatan kawasan hutan oleh masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat

Penananaman tanaman obat dengan pola agroforestry

Budidaya tanaman obat (empon-empon, bahan baku obat/jamu herbal) oleh masyarakat

Terkelolanya hutan oleh masyarakat melalui pemanfaatan kawasan hutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar

LAMPIRAN 110

Page 124: Batulicin, Desember 2016

No. Jenis Kegiatan Blok Rincian Kegiatan Input Output Outcome

2. Pemanfaatan Jasa Lingkungan

Blok Pemanfaatan Jasa Lingkungan

RPH/DAS Satui, Kusan, Batulicin

Identifikasi, penyusunan rencana strategis bisnis jasa lingkungan, promosi, pembinaan dan monitoring serta pengembangannya

Potensi jasa lingkungan Buku renstra bisnis jasa lingkungan, peta potensi jasa lingkungan, media promosi, dokumen fasilitasi

Termanfaatkannya jasa lingkungan oleh investor

Blok Pemanfaatan Jasa Lingkungan (Ekowisata) dan wilayah KPHP

RPH/DAS Satui, Kusan, Batulicin

Identifikasi, penyusunan rencana strategis bisnis jasa lingkungan, promosi, pembinaan dan evaluasi

Potensi ekowisata :

Air tejun dan gua

Ekowisata minat khusus

Dokumen perencanaan (desain tapak, lay out), sarpras ekowisata

Termanfaatkannya ekowisata oleh investor maupun masyarakat melalui kemitraan

3. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

Blok Pemanfaatan HHK Promosi, pembinaan dan monitoring

Potensi HHK 112,06 m3/ha kayu diameter 20 Cm Up

IUPHHK, Kemitraan Termanfaatkanya HHK oleh investor maupun masyarakat melalui kemitraan

III. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan Masyarakat

Blok Pemberdayaan masyarakat

RPH/DAS Satui, Kusan, Batulicin

Pembentukan / Penguatan kelembagaan masyarakat

Kelompok masyarakat, KTH, Karang Taruna, Koperasi

Lembaga usaha desa, koperasi

Kesiapan kelompok masyarakat untuk bermitra dengan KPHP

Pelatihan peningkatan masyarakat

Iptek budidaya, pengolahan dan pemasaran produk

Sertifikat Meningkatnya kapasitas masyarakat

Pembangunan model usaha pemanfaatan HHBK/Jasling

Fasilitasi model usaha sesuai potensi dan kebutuhan masyarakat

Model usaha kehutanan oleh masyarakat

Terkelolanya model usaha kehutanan oleh kelompok masyarakat

LAMPIRAN 111

Page 125: Batulicin, Desember 2016

No. Jenis Kegiatan Blok Rincian Kegiatan Input Output Outcome

Pendampingan masyarakat dalam usaha pemanfaatan HHBK/Jasling

PKSM, praktisi Laporan pendampingan Terarahnya pengelolaan usaha masyarakat

Fasilitasi sarpras pengolahan hasil hutan

Fasilitasi sarpras budidaya dan pengolahan HHBK/ Jasling sesuai potensi dan kebutuhan masyarakat

Sarpras bagi masyarakat Meningkatnya produk HHBK dan Jasling hasil usaha masyarakat

Promosi dan pemasaran produk HHBK / jasling

Produk HHBK / Jasling yang diusahakan masyarakat

Leaflet, booklet, display, etalase, dll

Terpromosinya produk HHBK/Jasling hasil usaha masyarakat

IV. Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawaasan Hutan pada Areal yang berijin

Pembinaan dan pemantauan

Blok Kawasan pemanfaatan hutan alam

RPH/DAS Satui, Kusan, Batulicin

Monitoring pelaksanaan RKUPHHK, RKTPHHK, produksi, PNBP

Peraturan perundang-undangan

Laporan Kegiatan Terkelolanya hutan alam secara lestari oleh pemegang IUPHHK-HA

Blok Kawasan pemanfaatan hutan tanaman

RPH/DAS Satui, Kusan, Batulicin

Monitoring pelaksanaan RKUPHHK, RKTPHHK, produksi, PNBP

Peraturan perundang-undangan

Laporan kegiatan Terkelolanya hutan alam secara lestari oleh pemegang IUPHHK-HT

LAMPIRAN 112

Page 126: Batulicin, Desember 2016

No. Jenis Kegiatan Blok Rincian Kegiatan Input Output Outcome

Blok Pemberdayaan Masyarakat (HTR)

Pembinaan dan monitoring pelaksanaan HTR

Peraturan perundang-undangan

Laporan Kegiatan Terkelolanya hutan alam secara lestari oleh pemegang IUPHHK-HTR

Blok Pemanfaatan (HD, HKm)

Pembinaan dan monitoring pelaksanaan HD, HKm

Peraturan perundang-undangan

Laporan kegiatan Terkelolanya hutan alam secara lestari oleh pemegang HD, HKm

Blok Pemanfaatan kawasan

Monitoring pelaksanaan IPK, PNBP dari IPPKH

Peraturan perundang-undangan

Laporan kegiatan Terkelolanya hutan alam secara lestari oleh pemegang IPPKH

V. Rehabilitasi pada Areal Kerja di luar Ijin

Rehabilitasi Lahan Kritis Lahan kritis pada WT

RPH/DAS Satui, Kusan, Batulicin

Koordinasi dan penyusunan rantek

Data lahan kritis Laporan dan rantek rehabilitasi

Teridentifikasinya lahan kritis dan tersusunya rencana rehabilitasi di wilayah KPHP

Rehabilitasi lahan kritis dan pemeliharaan tanaman

Rantek rehabilitasi Tanaman rehabilitasi Berkurangnya lahan kritis dan meningkatnya fungsi hutan pada DAS di wilayah KPHP

VI. Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi di dalam areal ijin

1. Pembinaan dan pemantauan

Areal kerja IPPKH Monitoring/Evaluasi IPPHK, penilaian tanaman rehabilitasi

Peraturan perundang-undangan

Laporan kegiatan Meningkatnya fungsi hutan pada areal berijin

LAMPIRAN 113

Page 127: Batulicin, Desember 2016

No. Jenis Kegiatan Blok Rincian Kegiatan Input Output Outcome

VII Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

1. Deliniasi Areal Perlindungan Setempat

Wilayah KPHP Deliniasi areal perlindungan setempat (sempadan sungai, danau, jalan, dll)

Peraturan perundang-undangan

Data dan informasi, Peta areal perlindungan setempat

Terlindunginya sumberdaya alam di wilayah KPHP

2. Perlindungan dan pengawetan flora dan fauna yang dilindungo

Wilayah KPHP Pemasangan rambu peringatan, larangan, penyuluhan dan patroli/operasi yustisi

Peraturan perundang-undangan

Rambu peringatan dan papan larangan di wilayah KPHP, laporan kegiatan

Terlindunginya flora dan fauna dilindungi di wilayah KPHP

3. Konservasi HCVF Blok Inti, Blok Perlindungan

Identifikasi, pengelolaan dan monitoring areal HCVF

Peraturan perundang-undangan, prinsip konservasi

Laporan kegiatan Terkelola dan terpantaunya HCVF di wilayah KPHP

4. Pengamanan Hutan Wilayah KPHP Pemenuhan kebutuhan dan Peningkatan kapasitas polhut

Kebutuhan personil (jumlah dan kompetensi personil)

Jumlah dan kompetensi personil Polhut yang memadai

Terjaminnya keamanan sumberdaya hutan di wilayah KPHP

Pengamanan partisipatif bersama masyarakat

Regu pengamanan masyarakat, MMP

Laporan kegiatan

Patroli/operasi gabungan Polhut, PPNS, Kepolisian, kejaksaan, dll

Laporan kegiatan

5. Pengendalian Kebakaran Hutan

Wilayah KPHP Pembentukan Brigdalkarhutla (regu pengaman)

Anggota masyarakat 1 regu Brigdalkarhutla Terjaminnya wilayah KPHP dari ancaman kebakaran hutan dan meningkatnya kesehatan masyarakat Pelatihan masyarakat Teknik dalkarhutla Sertifikat pelatihan

LAMPIRAN 114

Page 128: Batulicin, Desember 2016

No. Jenis Kegiatan Blok Rincian Kegiatan Input Output Outcome

Posko siaga dalkarhutla dan monnitoring hotspot

Dalkarhutla, Sipongi Laporan kegiatan

VIII Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar Pemegang Izin

Koordinasi dan sinkronisasi

Wilayah KPHP Sosialisasi, Koordinasi dan sinkroniasi rencana kegiatan antar KPHP dan pemegang ijin, serta sesama pemegang ijin

Visi dan misi KPHP, rencana kerja pemegang ijin, pengamanan hutan, dalkarhutla, pemberdayaan masyarakat/kemitraan, CSR

Laporan kegiatan Diperolehnya kesamaan persepsi dan pengelolaan hutan di wilayah KPHP yang sinergi

IX Koordinasi dan Sinergi dengan instansi dan stakeholder

Koordinasi antar instansi - Koordinasi antar instansi Rencana kerja KPHP, tupoksi dan kewenangan instansi

Laporan kegiatan Terjalinnya koordinasi dan komunikasi yang baik antar instansi

Kelembagaan kolaboratif - Pembentukan Forum Pembangunan KPHP

Rencana pengelolaan dan pengembangan wilayah, usaha masyarakat dan resolusi konflik SDA

Laporan kegiatan Terkelolanya sumberdaya hutan secara kolaboratif secara lestari

X Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM

Peningkatan Kapasitas SDM KPHP

- Peningkatan kapasitas SDM berdasarkan pemetaan kompetensi, tugas/ijin belajar, pelatihan, study banding, magang

Analisa kebutuhan personil dan kompetensi

Rencana peningkatan kapasitas SDM, sertifikat kompetensi, laporan kegiatan

Terpenuhinya SDM KPHP yang berkualitas

LAMPIRAN 115

Page 129: Batulicin, Desember 2016

No. Jenis Kegiatan Blok Rincian Kegiatan Input Output Outcome

XI Penyediaan Pendanaan

Penyediaan pendanaan - Penyusunan proposal dan penggalangan dana

Rencana kerja KPHP Proposal kegiatan Terpenuhinya pendanaan dan fasilitasi kegiatan KPHP sesuai dengan rencana kerja Perencanaan program

bersama Rencana dan program KPHP

MoU kegiatan swakelola, hibah, dll

XII Pengembangan Database

Pengembangan database - Pembangunan sistem database berbasis spasial

Database SDA, SDM dan sarpras KPHP

Sistem database Terbangunnya sistem database yang akurat

Pelatihan operator database

SDM KPHP Sertifikat pelatihan

Updating dan verifikasi data

Data dan operator Informasi

XIII Rasionalisasi Wilayah Kelola

Rasionalisasi wilayah kelola

- Penilaian aspek teknis dan non teknis, pembahasan dan penyusunan rasionalisasi wilayah

Data dan informasi wilayah dan perubahannya

Hasil rasionalisasi, rekomendasi review RPHJP

Tersusunya wilayah kelola KPHP yang rasional

XIV Review Rencana Pengelolaan

Review RPHJP - Updating data, analisa teknis dan non teknis, penyusunan review

Hasil evaluasi, data dan informasi wilayah peraturan perundangan

Hasil review RPHJP Tersusunnya rencana pengelolaan yang akurat sesuai dengan kondisi perubahan

LAMPIRAN 116

Page 130: Batulicin, Desember 2016

No. Jenis Kegiatan Blok Rincian Kegiatan Input Output Outcome

VX Pengembangan Investasi

Pengembangan investasi HHBK/ Jasa Lingkungan

Blok Pemanfaatan Kawasan

Pemanfaatan air bersih Sumber daya air AMDK (air minum dalam kemasan)

Meningkatnya produktifitas wilayah hutan dan berkembangnya multi usaha kehutanan di wilayah KPHP

Pemanfaatan ekowisata Potensi ekowisata Jasa wisata

Pemanfaatan jasa lingkungan

Potensi penyimpanan dan penyerapan karbon

Pengembangan REDD / carbon trade

Pemanfaatan HHBK melalui Kemitraan dengan masyarakat dan kerjasama pemasaran

Potensi madu, kayu manis, kemiri, empon-empon

Produk usaha masyarakat

Blok Pemanfaatan HHK-HT

IUPHHK-HTR Potensi HHK IUPHHK-HTR

Blok Pemanfaatan HHK-HA

IUPHHK-HA Potensi HHK IUPHHK-HA

LAMPIRAN 117