Batu Saluran Kemih.doc

51
BATU SALURAN KEMIH Muhammad Fachri Ridha Herlan 030.10.190 KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG

Transcript of Batu Saluran Kemih.doc

Page 1: Batu Saluran Kemih.doc

BATU SALURAN KEMIH

Muhammad Fachri Ridha Herlan

030.10.190

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

2014

Page 2: Batu Saluran Kemih.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak jaman Babilonia dan

zaman Mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukan batu pada

kandung kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk di

seluruh dunia dan tidak terkecuali penduduk di Indonesia. Angka kejadian

penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di negara-negara

berkembang, banyak dijumpai pasien batu buli-buli sedangkan di negara maju

lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas. Hal ini karena

adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari. Di Amerika Serikat

5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia, rata-

rata terdapat 1-12% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini

merupakan salah satu dari tiga penyakit terbanyak di bidang urologi disamping

infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat benigna 1.

Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih menempati porsi

terbesar dari jumlah pasien di klinik urologi. Insidensi dan prevalensi yang pasti

dari penyakit ini di Indonesia belum dapat ditetapkan secara pasti. Dari data

dalam negeri yang pernah dipublikasi didapatkan peningkatan jumlah penderita

batu ginjal yang mendapat tindakan di RSUPN-Cipto Mangunkusumo dari

tahun ke tahun mulai 182 pasien pada tahun 1997 menjadi 847 pasien pada

tahun 2002, peningkatan ini sebagian besar disebabkan mulai tersedianya alat

pemecah batu ginjal non-invasif ESWL (Extracorporeal shock wave lithotripsy)

yang secara total mencakup 86% dari seluruh tindakan (ESWL, PCNL, dan

operasi terbuka).1

Kekambuhan pembentukan batu merupakan masalah yang sering

muncul pada semua jenis batu dan oleh karena itu menjadi bagian penting

perawatan medis pada pasien dengan batu saluran kemih. Dengan

2

Page 3: Batu Saluran Kemih.doc

perkembangan teknologi kedokteran terdapat banyak pilihan tindakan yang

tersedia untuk pasien, namun pilihan ini dapat juga terbatas karena adanya

variabilitas dalam ketersediaan sarana di masing-masing rumah sakit maupun

daerah.7

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan

gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi

dan keadaan keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara

epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu

saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu

keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh

yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. 7

Berdasarkan letaknya, batu saluran kemih terdiri dari batu ginjal, batu

ureter, batu buli-buli dan batu uretra. Batu saluran kemih pada umumnya

mengandung unsur: kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-

amonium-fosfat (MAP), xanthyn, dan sistin, silikat dan senyawa lainnya.

Semua tipe batu saluran kemih memiliki potensi untuk membentuk batu

staghorn, namun pada 75% kasus, komposisinya terdiri dari matriks struvit-

karbonat-apatit atau disebut juga batu struvit atau batu triple phosphate, batu

fosfat, batu infeksi, atau batu urease.1

B. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk menguraikan hal-hal yang

berkenaan dengan batu saluran kemih serta penanggulangan dan

pencegahannya. Pembaca diharapkan dapat memahami dan mengetahui

penatalaksanaan batu saluran kemih, serta penanggulangan dan pencegahannya

sehingga diharapkan dapat melakukan usaha-usaha promosi, preventif, kuratif,

maupun rehabilitatif terutama di bidang bedah.

BAB II

3

Page 4: Batu Saluran Kemih.doc

ANATOMI FISIOLOGI

A. Anatomi 1,2,3

a. Ginjal

Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang

(masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya

retroperitoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm)

dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal

sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12),

sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12.

Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2

(kira-kira 5 cm dari krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah

pertengahan vertebra L3. Dari batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal

kanan posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.

Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:

Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus

renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus

proksimal dan tubulus kontortus distalis.

Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus

rektus, lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).

Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal

Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah

korteks

Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf

atau duktus memasuki/meninggalkan ginjal.

Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul

dan calix minor.

Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.

Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.

4

Page 5: Batu Saluran Kemih.doc

Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan

antara calix major dan ureter.

Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.

Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus

renalis/ Malpighi (yaitu glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus

proksimal, lengkung Henle, tubulus kontortus distal yang bermuara pada

tubulus pengumpul. Di sekeliling tubulus ginjal tersebut terdapat pembuluh

kapiler, yaitu arteriol (yang membawa darah dari dan menuju glomerulus)

serta kapiler peritubulus (yang memperdarahi jaringan ginjal) Berdasarkan

letakya nefron dapat dibagi menjadi: (1) nefron kortikal, yaitu nefron di mana

korpus renalisnya terletak di korteks yang relatif jauh dari medula serta hanya

sedikit saja bagian lengkung Henle yang terbenam pada medula, dan (2)

nefron juxta medula, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di tepi

medula, memiliki lengkung Henle yang terbenam jauh ke dalam medula dan

pembuluh-pembuluh darah panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa rekta.

Ginjal diperdarahi oleh a/v renalis. A. renalis merupakan percabangan

dari aorta abdominal, sedangkan v. renalis akan bermuara pada vena cava

inferior. Setelah memasuki ginjal melalui hilus, a. renalis akan bercabang

menjadi arteri sublobaris yang akan memperdarahi segmen-segmen tertentu

5

Page 6: Batu Saluran Kemih.doc

pada ginjal, yaitu segmen superior, anterior-superior, anterior-inferior, inferior

serta posterior.

Ginjal memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis. Untuk

persarafan simpatis ginjal melalui segmen T10-L1 atau L2, melalui

n.splanchnicus major, n.splanchnicus imus dan n.lumbalis. Saraf ini berperan

untuk vasomotorik dan aferen viseral. Sedangkan persarafan simpatis melalui

n.vagus.

b. Ureter

Ureter merupakan saluran

sepanjang 25-30 cm yang

membawa hasil penyaringan

ginjal (filtrasi, reabsorpsi,

sekresi) dari pelvis renalis

menuju vesica urinaria. Terdapat

sepasang ureter yang terletak

retroperitoneal, masing-masing

satu untuk setiap ginjal.

Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan

m. psoas major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a. iliaca

communis. Ureter berjalan secara postero-inferior di dinding lateral pelvis,

lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria.

Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah memasuki

kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami

penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta

muara ureter ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat seperti ini sering

terbentuk batu/kalkulus.

Ureter diperdarahi oleh cabang dari a. renalis, aorta abdominalis, a.

iliaca communis, a. testicularis/ovarica serta a. vesicalis inferior. Sedangkan

6

Page 7: Batu Saluran Kemih.doc

persarafan ureter melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis,

pleksus aorticus, serta pleksus hipogastricus superior dan inferior.

c. Vesica urinaria

Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli,

merupakan tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui

ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh

melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis

(pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ

reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan

saraf.

Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang

terdiri atas tiga bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai

tiga permukaan (superior dan inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi

(anterior, posterior, dan lateral dextra dan sinistra). Dinding vesica urinaria

terdiri dari otot m. detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat

trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum

vesicae merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari

orifisium kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat

dan tidak memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong.

Vesica urinaria diperdarahi oleh a. vesicalis superior dan inferior.

Namun pada perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis.

Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan

7

Page 8: Batu Saluran Kemih.doc

parasimpatis. Persarafan simpatis melalui n. splanchnicus minor, n.

splanchnicus imus, dan n. splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun persarafan

parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai

sensorik dan motorik.

d. Uretra

Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica

urinaria menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada

pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga

berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat),

sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3,5 cm. Selain itu, pria

memiliki dua otot sphincter yaitu m. sphincter interna (otot polos terusan dari

m. detrusor dan bersifat involunter) dan m. sphincter externa (di uretra pars

membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.

sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter).

Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars

membranosa dan pars spongiosa.

Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan

aspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m.

sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat.

Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.

Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus

kelenjar prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding

bagian lainnya.

Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan

tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis

melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.

sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter (somatis).

Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang,

membentang dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis.

Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.

8

Page 9: Batu Saluran Kemih.doc

Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3,5 cm)

dibanding uretra pada pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra

akan bermuara pada orifisiumnya di antara klitoris dan vagina (vagina

opening). Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat volunter di bawah

kendali somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak

memiliki fungsi reproduktif.

9

Page 10: Batu Saluran Kemih.doc

B. Fisiologi 4

Fungsi ginjal adalah a) memegang peranan penting dalam pengeluaran

zat-zat toksis atau racun, b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan, c)

mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan d)

mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan

amoniak. Tahap pembentukan urin adalah :

1. Proses Filtrasi

Di glomerulus terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian

cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai

bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll,

diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang di saring disebut filtrate gromerulus.

2. Proses Reabsorbsi

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari

glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya

terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. Sedangkan

pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila

diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan

sisanya dialirkan pada papilla renalis.

3. Proses sekresi.

Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke

papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.

10

Page 11: Batu Saluran Kemih.doc

BAB III

BATU SALURAN KEMIH

A. Definisi 5

Batu di dalam saluran kemih (calculus uriner) adalah massa keras

seperti batu yang berada di ginjal dan salurannya dan dapat menyebabkan nyeri,

perdarahan, penyumbatan aliran kemih, atau infeksi.

Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (nephrolith) maupun di dalam

kandung kemih (vesicolith). Proses pembentukan batu ini disebut urolithiasis.

B. Etiologi 6,7

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan

gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan

keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara

epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu

saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu

keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh

yang berasal dari lingkungan sekitarnya.

11

Page 12: Batu Saluran Kemih.doc

Faktor intrinsik itu antara lain adalah :

1. Herediter (keturunan)

Penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.

2. Umur

Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.

3. Jenis kelamin

Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien

perempuan.

Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya adalah:

1. Geografi

Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih

yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagi daerah

stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir

tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.

2. Iklim dan temperatur

3. Asupan air

Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang

dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.

4. Diet

Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit

batu saluran kemih.

5. Pekerjaan

Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk

atau kurang aktivitas atau sedentary life.

C. Epidemiologi 8

Penelitian epidemiologik memberikan kesan seakan-akan penyakit

batu mempunyai hubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan

berubah sesuai dengan perkembangan kehidupan suatu bangsa. Berdasarkan

pembandingan data penyakit batu saluran kemih di berbagai negara, dapat

12

Page 13: Batu Saluran Kemih.doc

disimpulkan bahwa di negara yang mulai berkembang terdapat banyak batu

saluran kemih bagian bawah, terutama terdapat di kalangan anak.

Di negara yang sedang berkembang, insidensi batu saluran kemih

relatif rendah, baik dari batu saluran kemih bagian bawah maupun batu saluran

kemih bagian atas. Di negara yang telah berkembang, terdapat banyak batu

saluran kemih bagian atas, terutama di kalangan orang dewasa. Pada suku

bangsa tertentu, penyakit batu saluran kemih sangat jarang, misalnya suku

bangsa Bantu di Afrika Selatan.

Satu dari 20 orang menderita batu ginjal. Pria : wanita = 3 : 1. Puncak

kejadian di usia 30-60 tahun atau 20-49 tahun. Prevalensi di USA sekitar 12%

untuk pria dan 7% untuk wanita. Batu struvite lebih sering ditemukan pada

wanita daripada pria.

D. Patogenesis9,10,11

Kandungan batu saluran kemih terdiri dari : 1) 75 % kalsium oksalat

dan fosfat; 2) 15 % batu struvit (magnesium amonium fosfat); 3) 6 % batu asam

urat; 4) 1-2 % sistin (cystine).

Penyebab pasti pembentukan batu saluran kemih belum diketahui, oleh

karena banyak faktor yang dilibatkannya, sampai sekarang banyak teori dan

faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan batu saluran kemih yaitu :

a. Teori Fisiko Kimiawi

Prinsip dari teori ini adalah terbentuknya batu saluran kemih karena

adanya proses kimia, fisika maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut

diketahui bahwa terjadinya batu sangat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan

pembentuk batu di saluran kemih. Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal

teori pembentukan batu, yaitu:

a.1 Teori Supersaturasi

Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu

merupakan dasar terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan.

Apabila kelarutan suatu produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka

13

Page 14: Batu Saluran Kemih.doc

terjadi supersaturasi sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada

akhirnya akan terbentuk batu.

Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan

suatu bahan yang dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan suhu tertentu

yang suatu saat akan terjadi kejenuhan dan terbentuklah kristal. Tingkat saturasi

dalam air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk batu

saluran kemih yang larut, tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks

dan pH air kemih.

a.2 Teori Matrik

Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan

mitokondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat

maupun kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di

sela-sela anyaman sehingga terbentuk batu. Benang seperti labalaba terdiri dari

protein 65%, heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang

menempel kristal batu yang seiring waktu batu akan semakin membesar.

Matriks tersebut merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu.

a.3 Teori Tidak Adanya Inhibitor

Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik. Pada inhibitor

organik terdapat bahan yang sering terdapat dalam proses penghambat

terjadinya batu yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horsefall glikoprotein

sedangkan yang jarang terdapat adalah gliko-samin glikans dan uropontin.

Pada inhibitor anorganik terdapat bahan pirofosfat dan Zinc. Inhibitor

yang paling kuat adalah sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium

membentuk kalsium sitrat yang dapat larut dalam air. Inhibitor mencegah

terbentuknya kristal kalsium oksalat dan mencegah perlengketan kristal kalsium

oksalat pada membaran tubulus. Sitrat terdapat pada hampir semua buah-

buahan tetapi kadar tertinggi pada jeruk. Hal tersebut yang dapat menjelaskan

mengapa pada sebagian individu terjadi pembentukan batu saluran kemih,

sedangkan pada individu lain tidak, meskipun sama-sama terjadi supersaturasi.

14

Page 15: Batu Saluran Kemih.doc

a.4 Teori Epitaksi

Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal

lain yang berbeda sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran.

Keadaan ini disebut nukleasi heterogen dan merupakan kasus yang paling

sering yaitu kristal kalsium oksalat yang menempel pada kristal asam urat yang

ada.

a.5 Teori Kombinasi

Banyak ahli berpendapat bahwa batu saluran kemih terbentuk

berdasarkan campuran dari beberapa teori yang ada.

a.6 Teori Infeksi

Teori terbentuknya batu saluran kemih juga dapat terjadi karena

adanya infeksi dari kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan batu

saluran kemih adalah teori terbentuknya batu struvit dipengaruhi oleh pH air

kemih > 7 dan terjadinya reaksi sintesis ammonium dengan molekul

magnesium dan fosfat sehingga terbentuk magnesium ammonium fosfat (batu

survit) misalnya saja pada bakteri pemecah urea yang menghasilkan urease.

Bakteri yang menghasilkan urease yaitu Proteus spp, Klebsiella, Serratia,

Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.

Teori pengaruh infeksi lainnya adalah teori nano bakteria dimana

penyebab pembentukan batu saluran kemih adalah bakteri berukuran kecil

dengan diameter 50-200 nanometer yang hidup dalam darah, ginjal dan air

kemih. Bakteri ini tergolong gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin.

Dimana dinding pada bakteri tersebut dapat mengeras membentuk cangkang

kalsium kristal karbonat apatit dan membentuk inti batu, kemudian kristal

kalsium oksalat akan menempel yang lama kelamaan akan membesar.

Dilaporkan bahwa 90% penderita batu saluran kemih mengandung nano

bakteria.

15

Page 16: Batu Saluran Kemih.doc

b. Teori Vaskuler

Pada penderita batu saluran kemih sering didapat penyakit hipertensi

dan kadar kolesterol darah yang tinggi, maka Stoller mengajukan teori vaskuler

untuk terjadinya batu saluran kemih, yaitu :

b.1 Hipertensi

Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal

sedangkan pada orang yang tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal

sebanyak 52%. Hal ini disebabkan aliran darah pada papilla ginjal berbelok

180˚ dan aliran darah berubah dari aliran laminer menjadi turbulensi. Pada

penderita hipertensi aliran turbelen tersebut berakibat terjadinya pengendapan

ion-ion kalsium papilla (Ranall’s plaque) disebut juga perkapuran ginjal yang

dapat berubah menjadi batu.

b.2 Kolesterol

Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi

melalui glomerulus ginjal dan tercampur didalam air kemih. Adanya butiran

kolesterol tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat

dan kalsium fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (teori

epitaksi).

Menurut Hardjoeno (2006), diduga dua proses yang terlibat dalam batu

saluran kemih yakni supersaturasi dan nukleasi. Supersaturasi terjadi jika

substansi yang menyusun batu terdapat dalam jumlah yang besar dalam urine,

yaitu ketika volume urine dan kimia urine yang menekan pembentukan

menurun. Pada proses nukleasi, natrium hidrogen urat, asam urat dan kristal

hidroksipatit membentuk inti. Ion kalsium dan oksalat kemudian merekat

(adhesi) di inti untuk membentuk campuran batu. Proses ini dinamakan

nukleasi heterogen. Analisis batu yang memadai akan membantu memahami

mekanisme patogenesis batu saluran kemih dan merupakan tahap awal dalam

penilaian dan awal terapi pada penderita batu saluran kemih.

16

Page 17: Batu Saluran Kemih.doc

Faktor- faktor yang mempengaruhi batu saluran kemih adalah :

1. Hiperkalsiuria

Suatu keadaan dimana kadar kalsium di dalam urin lebih besar dari

250-300 mg/24 jam, disebabkan karena, hiperkalsiuria idiopatik (meliputi

hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi natrium, kalsium dan protein),

hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau

kelebihan kalsium.

2. Hipositraturia

Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air

kemih, khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I

(lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan masukan

protein tinggi.

3. Hiperurikosuria

Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu

pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.

4. Penurunan jumlah air kemih

Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.

5. Jenis cairan yang diminum

Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel

dan jus anggur.

6. Hiperoksalouria

Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini

disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium intestinal,

dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang mengganggu

absorbsi garam empedu.

7. Ginjal Spongiosa Medula

Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik

(tidak dijumpai predisposisi metabolik).

17

Page 18: Batu Saluran Kemih.doc

8. Batu Asam Urat

Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan

hiperurikosuria (primer dan sekunder).

9. Batu Struvit

Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan

organisme yang memproduksi urease. Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar

membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal. Kuman

penyebab infeksi ini adalah golongan kuman pemecah urea atau urea splitter

yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana

basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak, seperti pada reaksi:

CO(NH2)2+H2O2NH3+CO2.1

Sekitar 75% kasus batu staghorn, didapatkan komposisi batunya

adalah matriks struvit-karbonat-apatit atau disebut juga batu struvit atau batu

triple phosphate, batu fosfat, batu infeksi, atau batu urease, walaupun dapat

pula terbentuk dari campuran antara kalsium oksalat dan kalsium fosfat.1

18

Page 19: Batu Saluran Kemih.doc

Suasana basa ini yang memudahkan garam-garam magnesium,

ammonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amoniun fosfat

(MAP) atau (Mg NH4PO4.H2O) dan karbonat apatit (Ca10[PO4]6CO3). Karena

terdiri atas 3 kation Ca++ Mg++ dan NH4+) batu jenis ini dikenal dengan nama

batu triple-phosphat. Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea diantaranya

adalah Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas, dan

Stafilokokus. Meskipun E.coli banyak menyebabkan infeksi saluran kemih,

namun kuman ini bukan termasuk bakteri pemecah urea.1

E. Manifestasi Klinis8,10,11

Manisfestasi klinik adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada

adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine,

terjadi obstruksi yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan

hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi biasanya

disertai gejala demam, menggigil, dan dysuria. Namun, beberapa batu jika ada

gejala tetapi hanya sedikit dan secara perlahan akan merusak unit fungsional

(nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah nyeri yang luar biasa (kolik).

Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu :

a. Rasa Nyeri

Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik)

tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri

tekan diseluruh area kostovertebratal, tidak jarang disertai mual dan muntah,

maka pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter

dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke

paha dan genitalia. Pasien sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit

urine yang keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah, maka pasien

tersebut mengalami kolik ureter.

b. Demam

19

Page 20: Batu Saluran Kemih.doc

Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah

sehingga menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal. Gejala

ini disertai jantung berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran pembuluh

darah di kulit.

c. Infeksi

Batu saluran kemih jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi

sekunder akibat obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang

terjadi di saluran kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia,

Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.

d. Hematuria dan kristaluria

Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan

air kemih yang berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya

penyakit batu saluran kemih.

e. Mual dan muntah

Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali

menyebabkan mual dan muntah.

F. Diagnosis12

Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan jasmani untuk menegakkan

diagnosis, penyakit batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologik,

laboratorium dan penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya

obstruksi saluran kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal. Secara radiologik,

batu dapat radioopak atau radiolusen. Sifat radioopak ini berbeda untuk

berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga jenis batu yang dihadapi.

Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih

yang dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal,

dan menentukan sebab terjadinya batu.

Pemeriksaan renogram berguna untuk menentukan faal kedua ginjal

secara terpisah pada batu ginjal bilateral atau bila kedua ureter tersumbat total.

Cara ini dipakai untuk memastikan ginjal yang masih mempunyai sisa faal yang

20

Page 21: Batu Saluran Kemih.doc

cukup sebagai dasar untuk melakukan tindak bedah pada ginjal yang sakit.

Pemeriksaan ultrasonografi dapat untuk melihat semua jenis batu, menentukan

ruang dan lumen saluran kemih, serta dapat digunakan untuk menentukan posisi

batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertingggalnya batu.

G. Diagnosis Banding8,10,11

Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut,

misalnya distensi usus dan pionefrosis dengan demam. Oleh karena itu, jika

dicurigai terjadi kolik ureter maupun ginjal, khususnya yang kanan, perlu

dipertimbangkan kemungkinan kolik saluran cerna, kandung empedu, atau

apendisitis akut. Selain itu pada perempuan perlu juga dipertimbangkan

adneksitis.

Bila terjadi hematuria, perlu dipertimbangkan kemungkinan keganasan

apalagi bila hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu, perlu juga diingat bahwa

batu saluran kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor

yang umumnya karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi. Pada

batu ginjal dengan hidronefrosis, perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor

ginjal mulai dari jenis ginjal polikistik hingga tumor Grawitz.

H. Pemeriksaan Penunjang12.14

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penegakkan

diagnosis dan rencana terapi antara lain:

1. Foto Polos Abdomen

Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan

adanya batu radio opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat

dan kalsium fosfat bersifat radio opak dan paling sering dijumpai diantara

batu lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio lusen).

Urutan radioopasitas beberapa batu saluran kemih seperti pada tabel 1.

Jenis Batu Radioopasitas

21

Page 22: Batu Saluran Kemih.doc

Kalsium Opak

MAP Semiopak

Urat/Sistin Non opak

Tabel 1. Urutan Radioopasitas Beberapa Jenis Batu Saluran Kemih

2. Pielografi Intra Vena (PIV)

Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal.

Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non

opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen. Jika PIV belum

dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan

fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi

retrograd.

3. Ultrasonografi

USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV,

yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal

yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG

dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan

sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan

ginjal.

4. Pemeriksaan mikroskopik urin, untuk mencari hematuria dan kristal.

5. Renogram, dapat diindikasikan pada batu staghorn untuk menilai fungsi

ginjal.

6. Analisis batu, untuk mengetahui asal terbentuknya.

7. Kultur urin, untuk mecari adanya infeksi sekunder.

8. DPL, ureum, kreatinin, elektrolit, kalsium, fosfat, urat, protein, fosfatase

alkali serum.

I. Penatalaksanaan8,13,14

22

Page 23: Batu Saluran Kemih.doc

Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih

secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih

berat. Indikasi untuk melakukan tindakan atau terapi pada batu saluran kemih

adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil

karena suatu indikasi sosial. Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah

menimbulkan hidroureter atau hidronefrosis dan batu yang sudah menimbulkan

infeksi saluran kemih, harus segera dikeluarkan.

Kadang kala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit seperti

diatas, namun diderita oleh seorang yang karena pekerjaannya (misalkan batu

yang diderita oleh seorang pilot pesawat terbang) memiliki resiko tinggi dapat

menimbulkan sumbatan saluran kemih pada saat yang bersangkutan sedang

menjalankan profesinya dalam hal ini batu harus dikeluarkan dari saluran

kemih. Pilihan terapi antara lain :

1. Terapi Konservatif

Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter <5 mm. Seperti

disebutkan sebelumnya, batu ureter <5 mm bisa keluar spontan. Terapi

bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan

pemberian diuretikum, berupa :

a. Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari

b. α - blocker

c. NSAID

Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu

syarat lain untuk observasi adalah berat ringannya keluhan pasien, ada

tidaknya infeksi dan obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK

menyebabkan observasi bukan merupakan pilihan. Begitu juga dengan

adanya obstruksi, apalagi pada pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal

tunggal, ginjal trasplan dan penurunan fungsi ginjal) tidak ada toleransi

terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera dilakukan intervensi.

23

Page 24: Batu Saluran Kemih.doc

24

Page 25: Batu Saluran Kemih.doc

25

Page 26: Batu Saluran Kemih.doc

2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)

Dengan ESWL sebagian besar pasien tidak perlu dibius, hanya

diberi obat penangkal nyeri. Pasien akan berbaring di suatu alat dan akan

dikenakan gelombang kejut untuk memecahkan batunya  Bahkan pada

ESWL generasi terakhir pasien bisa dioperasi dari ruangan terpisah. Jadi,

begitu lokasi ginjal sudah ditemukan, dokter hanya menekan tombol dan

ESWL di ruang operasi akan bergerak. Posisi pasien sendiri bisa telentang

atau telungkup sesuai posisi batu ginjal.  Batu ginjal yang sudah pecah

akan keluar bersama air seni. Biasanya pasien tidak perlu dirawat dan

dapat langsung pulang.

Pembangkit (generator) gelombang kejut dalam ESWL ada tiga

jenis yaitu elektrohidrolik, piezoelektrik dan elektromagnetik. Masing-

masing generator mempunyai cara kerja yang berbeda, tapi sama-sama

menggunakan air atau gelatin sebagai medium untuk merambatkan

gelombang kejut. Air dan gelatin mempunyai sifat akustik paling

mendekati sifat akustik tubuh sehingga tidak akan menimbulkan rasa sakit

pada saat gelombang kejut masuk tubuh.

ESWL merupakan alat pemecah batu ginjal dengan

menggunakan gelombang kejut antara 15-22 kilowatt. ESWL hanya sesuai

untuk menghancurkan batu ginjal dengan ukuran kurang dari 3 cm serta

terletak di ginjal atau saluran kemih antara ginjal dan kandung kemih

(kecuali yang terhalang oleh tulang panggul). Batu yang keras (misalnya

kalsium oksalat monohidrat) sulit pecah dan perlu beberapa kali tindakan.

ESWL tidak boleh digunakan oleh penderita darah tinggi, kencing manis,

gangguan pembekuan darah dan fungsi ginjal, wanita hamil dan anak-

anak, serta berat badan berlebih (obesitas).

26

Page 27: Batu Saluran Kemih.doc

Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter distal pada wanita

dan anak-anak juga harus dipertimbangkan dengan serius. Sebab ada

kemungkinan terjadi kerusakan pada ovarium. Meskipun belum ada data

yang valid, untuk wanita di bawah 40 tahun sebaiknya diinformasikan

sejelas-jelasnya

3. Endourologi

Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk

mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan

kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang

dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan

melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses

pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi

hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.

Beberapa tindakan endourologi antara lain:

a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) yaitu mengeluarkan batu

yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat

endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu

kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi

fragmen-fragmen kecil.

Keuntungan dari PNL, bila batu kelihatan, hampir pasti

dapat diambil atau dihancurkan; fragmen dapat diambil semua

karena ureter bisa dilihat dengan jelas. Prosesnya berlangsung

27

Page 28: Batu Saluran Kemih.doc

cepat dan dengan segera dapat diketahui berhasil atau tidak.

Kelemahannya adalah PNL perlu keterampilan khusus bagi ahli

urologi.

b. Litotripsi (untuk memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan

memasukkan alat pemecah batu/litotriptor ke dalam buli-buli).

c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi

Keterbatasan URS adalah tidak bisa untuk ekstraksi langsung batu

ureter yang besar, sehingga perlu alat pemecah batu seperti yang

disebutkan di atas. Pilihan untuk menggunakan jenis pemecah batu

tertentu, tergantung pada pengalaman masing-masing operator dan

ketersediaan alat tersebut.

d. Ekstraksi Dormia (mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya

melalui alat keranjang Dormia).

4. Bedah Terbuka

Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai

untuk tindakan-tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL,

pengambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka.

Pembedahan terbuka itu antara lain adalah: pielolitotomi atau

nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan

ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani

28

Page 29: Batu Saluran Kemih.doc

tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak

berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis,

atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang

menimbulkan obstruksi atau infeksi yang menahun.

5. Pemasangan Stent

Meskipun bukan pilihan terapi utama, pemasangan stent ureter

terkadang memegang peranan penting sebagai tindakan tambahan dalam

penanganan batu ureter. Misalnya pada penderita sepsis yang disertai

tanda-tanda obstruksi, pemakaian stent sangat perlu. Juga pada batu ureter

yang melekat (impacted). Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih,

tindakan selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah upaya

menghindari timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran

kemih rata-rata 7% per tahun atau kurang lebih 50% dalam 10 tahun.

J. Pencegahan14

Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur

yang menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Pada

umumnya pencegahan itu berupa :

1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi

urin 2-3 liter per hari.

2. Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu.

29

Page 30: Batu Saluran Kemih.doc

3. Aktivitas harian yang cukup.

4. Pemberian medikamentosa.

Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah:

1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan

menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.

2. Rendah oksalat.

3. Rendah garam, karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri.

4. Rendah purin.

Diet rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada pasien yang menderita

hiperkalsiuri tipe II.

K. Komplikasi

Dibedakan komplikasi akut dan komplikasi jangka panjang.

Komplikasi akut yang sangat diperhatikan oleh penderita adalah kematian,

kehilangan ginjal, kebutuhan transfusi dan tambahan intervensi sekunder yang

tidak direncanakan. Data kematian, kehilangan ginjal dan kebutuhan transfusi

pada tindakan batu ureter memiliki risiko sangat rendah. Komplikasi akut dapat

dibagi menjadi yang signifikan dan kurang signifikan. Yang termasuk

komplikasi signifikan adalah avulsi ureter, trauma organ pencernaan, sepsis,

trauma vaskuler, hidro atau pneumotorak, emboli paru dan urinoma. Sedang

yang termasuk kurang signifikan perforasi ureter, hematom perirenal, ileus,

stein strasse, infeksi luka operasi, ISK dan migrasi stent.

Komplikasi jangka panjang adalah striktur ureter. Striktur tidak hanya

disebabkan oleh intervensi, tetapi juga dipicu oleh reaksi inflamasi dari batu,

terutama yang melekat. Angka kejadian striktur kemungkinan lebih besar dari

yang ditemukan karena secara klinis tidak tampak dan sebagian besar penderita

tidak dilakukan evaluasi radiografi (IVP) pasca operasi.

Obstruksi adalah komplikasi dari batu ginjal yang dapat menyebabkan

terjadinya hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis

yang berakhir dengan kegagalan faal ginjal yang terkena. Komplikasi lainnya

dapat terjadi saat penanganan batu dilakukan. Infeksi, termasuk didalamnya

30

Page 31: Batu Saluran Kemih.doc

adalah pielonefritis dan sepsis yang dapat terjadi melalui pembedahan terbuka

maupun noninvasif seperti ESWL. Biasanya infeksi terjadi sesaat setelah

dilakukannya PNL, atau pada beberapa saat setelah dilakukannya ESWL saat

pecahan batu lewat dan obstruksi terjadi. Cedera pada organ-organ terdekat

seperti lien, hepar, kolon dan paru serta perforasi pelvis renalis juga dapat

terjadi saat dilakukan PNL, visualisasi yang adekuat, penanganan yang hati-

hati, irigasi serta drainase yang cukup dapat menurunkan resiko terjadinya

komplikasi ini.

Pada batu ginjal nonstaghorn, komplikasi berupa kehilangan darah,

demam, dan terapi nyeri yang diperlukan selama dan sesudah prosedur lebih

sedikit dan berbeda secara bermakna pada ESWL dibandingkan dengan PNL.

Demikian pula ESWL dapat dilakukan dengan rawat jalan atau perawatan yang

lebih singkat dibandingkan PNL.

Komplikasi akut meliputi transfusi, kematian, dan komplikasi

keseluruhan. Dari meta-analisis, kebutuhan transfusi pada PNL dan kombinasi

terapi sama (< 20%). Kebutuhan transfusi pada ESWL sangat rendah kecuali

pada hematom perirenal yang besar. Kebutuhan transfusi pada operasi terbuka

mencapai 25-50%. Mortalitas akibat tindakan jarang, namun dapat dijumpai,

khususnya pada pasien dengan komorbiditas atau mengalami sepsis dan

komplikasi akut lainnya. Dari data yang ada di pusat urologi di Indonesia, risiko

kematian pada operasi terbuka kurang dari 1%.

Komplikasi ESWL meliputi kolik renal (10,1%), demam (8,5%),

urosepsis (1,1%) dan steinstrasse (1,1%). Hematom ginjal terjadi akibat trauma

parietal dan viseral. Dalam evaluasi jangka pendek pada anak pasca ESWL,

dijumpai adanya perubahan fungsi tubular yang bersifat sementara yang

kembali normal setelah 15 hari. Belum ada data mengenai efek jangka panjang

pasca ESWL pada anak.

Komplikasi pasca PNL meliputi demam (46,8%) dan hematuria yang

memerlukan transfusi (21%). Konversi ke operasi terbuka pada 4,8% kasus

akibat perdarahan intraoperatif, dan 6,4% mengalami ekstravasasi urin. Pada

31

Page 32: Batu Saluran Kemih.doc

satu kasus dilaporkan terjadi hidrothoraks pasca PNL. Komplikasi operasi

terbuka meliputi leakage urin (9%), infeksi luka (6,1%), demam (24,1%), dan

perdarahan pascaoperasi (1,2%). Pedoman penatalaksanaan batu ginjal pada

anak adalah dengan ESWL monoterapi, PNL, atau operasi terbuka.

L. Prognosis13

Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak

batu, dan adanya infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin

buruk prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat

mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya

infeksi karena faktor obstruksi akan dapat menyebabkan penurunan fungsi

ginjal

Pada pasien dengan batu yang ditangani dengan ESWL, 60%

dinyatakan bebas dari batu, sisanya masih memerlukan perawatan ulang karena

masih ada sisa fragmen batu dalam saluran kemihnya. Pada pasien yang

ditangani dengan PNL, 80% dinyatakan bebas dari batu, namun hasil yang baik

ditentukan pula oleh pengalaman operator.

32

Page 33: Batu Saluran Kemih.doc

BAB IV

KESIMPULAN

1. Batu saluran kemih adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang

saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran

kemih, atau infeksi.

2. Semua tipe batu saluran kemih memiliki potensi untuk membentuk batu.

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan

aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan

keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).

3. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penegakkan diagnosis dan

rencana terapi antara lain Foto Polos Abdomen, Pielografi Intra Vena (PIV),

Ultrasonografi, pemeriksaan mikroskopik urin, Renogram, analisis batu, kultur

urin, DPL, ureum, kreatinin, elektrolit.

4. Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang

menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu.

5. Komplikasi batu pada saluran kemih adalah obstruksi dan infeksi sekunder,

serta komplikasi dari terapi, baik invasif maupun noninvasif.

6. Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu, dan

adanya infeksi serta obstruksi.

33

Page 34: Batu Saluran Kemih.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders; 2006.

2. Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5th ed. US: FA

Davis Company; 2007.

3. Van de Graaf KM. Human anatomy. 6th ed. US: The McGraw-Hill

Companies; 2001.

4. Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II.

EGC: Jakarta

5. http://medicastore.com/penyakit/90/Batu_Saluran_Kemih.html . akses tanggal

15 Desember 2014.

6. Purnomo, Basuki 2007. Dasar-dasar Urologi. edisi kedua. Sagung seto:

Jakarta

7. Soeparman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Hlmn 378. Balai

Penerbit FKUI : Jakarta

8. Sjamsuhidayat. De jong, wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Hlmn 1024-1034.

EGC: Jakarta.

9. http://www.emedicine.com/med/topic1599.htm/nefrolitiasis . akses tanggal 15

Desember 2014.

10. Glenn, James F. 1991. Urologic Surgery Ed.4. Philadelphia : Lippincott-

Raven Publisher.

11. Oswari, Jonatan; Adrianto, Petrus. 1995. Buku Ajar bedah, EGC: Jakarta

12. Rasyad, Syahriar, dkk. 1998. Radiologi Diagnostik, Ed.4, Balai Penerbit

FKUI: Jakarta.

13. Shires, Schwartz. Intisari prinsip – prinsip ilmu bedah. ed-6. EGC: Jakarta.

588-589

14. http://www.aku.edu/akuh/health_awarness/pdf/Stones-in-the-Urinary-

Tract.pdf. akses tanggal 15 Desember 2014.

34