Batu Saluran Kemih.pdf

27
MAKALAH BATU SALURAN KEMIH Wahyu Agustyawan 08171112

Transcript of Batu Saluran Kemih.pdf

Page 1: Batu Saluran Kemih.pdf

MAKALAH

BATU SALURAN KEMIH

Wahyu Agustyawan

08171112

Page 2: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

2

1. BATU SALURAN KEMIH Batu di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang

terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,

penyumbatan aliran kemih atau infeksi.6

Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung

kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan

dapat terbentuk pada :

1. Ginjal (Nefrolithiasis)

2. Ureter (Ureterolithiasis)

3. Vesica urinaria (Vesicolithiasis)

4. Uretra (Urethrolithiasis).2

1.1. Etiologi

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran

urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan

lain yang masih belum terungkap (idiopatik).1

1. Faktor intrinsik

1. Herediter (keturunan)

Studi menunjukkan bahwa penyakit batu diwariskan. Untuk jenis batu umum

penyakit, individu dengan riwayat keluarga penyakit batu memiliki risiko dua

kali lipat lebih tinggi menjadi batu bekas. Ini risiko yang lebih tinggi mungkin

karena kombinasi dari predisposisi genetik dan eksposur lingkungan yang

sama (misalnya, diet). Meskipun beberapa faktor genetik telah jelas

berhubungan dengan bentuk yang jarang dari nefrolisiasis, (misalnya,

cystinuria), informasi masih terbatas pada gen yang berkontribusi terhadap

risiko bentuk umum dari penyakit batu.4

2. Umur

Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun. Untuk pria,

insiden mulai meningkat setelah usia 20, puncak antara 40 dan 60 tahun. Untuk

wanita, tingkat insiden tampaknya lebih tinggi pada akhir 20-an pada usia 50,

sisa yang relatif konstan selama beberapa dekade berikutnya. 1,4

3. Jenis kelamin

Page 3: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

3

Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien

perempuan. (Gambar 1). 1

Gambar 1. Prevalensi insidensi urolithiasis berdasarkan usia dan jenis kelamin

2. Faktor Ekstrinsik

1. Geografi

Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang

lebih tinggi dari pada daerah lain, sehingga dikenal sebagai daerah stone belt

(sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai

penyakit batu saluran kemih.

2. Iklim dan temperatur

3. Asupan air

Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang

dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.

4. Diet

Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit

batu saluran kemih.

5. Pekerjaan

Sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk dan kurang

aktifitas atau sedentary life.

Page 4: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

4

1.2. Patogenesis

Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-

tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urin), yaitu pada sistem

kalises ginjal atau buli-buli.

Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih; tetapi

hingga kini masih belum jelas teori mana yang paling benar.

Beberapa teori pembentukan batu adalah :

1. Teori Nukleasi

Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu (nukleus).

Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang terlalu jenuh (supersaturated)

akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti

batu dapat berupa kristal atau benda asing di saluran kemih.

2. Teori Matriks

Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan

mukoprotein) merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal batu.

3. Penghambatan kristalisasi

Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal, antara lain :

magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah

satu atau beberapa zat itu berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu di

dalam saluran kemih.

Ion magnesium (Mg2+) dikenal dapat menghambat pembentukan batu karena jika

berikatan dengan oksalat, membentuk garam magnesium oksalat sehingga jumlah

oksalat yang akan berikatan dengan kalsium (Ca2+) untuk membentuk kalsium

oksalat menurun.

Beberapa protein atau senyawa organik lain mampu bertindak sebagai inhibitor

dengan cara menghambat pertumbuhan kristal, menghambat agregasi kristal,

maupun menghambat retensi kristal. Senyawa itu antara lain :

1. Glikosaminoglikan (GAG)

2. Protein Tamm Horsfall (THP) / uromukoid

3. Nefrokalsin

4. Osteopostin.

Page 5: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

5

1.3. Komposisi Batu

Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur : kalsium oksalat atau

kalsium fosfat (75%), asam urat (8%), magnesium-amonium-fosfat (MAP) (15%),

xanthyn, dan sistin, silikat dan senyawa lain (1%).3

1. Batu Kalsium

Batu jenis ini dijumpai lebih dari 80% batu saluran kemih, baik yang berikatan

dengan oksalat maupun fosfat. (Gambar 2)

Gambar 2. Gambaran bentuk batu kalsium oksalat

Etiologi :

1. Hiperkalsiuri, yaitu kadar kalsium dalam urine lebih besar dari 250-300

mg/24 jam. Menurut Pak (1976) terdapat 3 macam penyebab terjadinya

hiperkalsiuri, antara lain :

1. Hiperkalsiuri absorptif, terjadi karena peningkatan absorpsi kalsium

melalui usus.

2. Hiperkalsiuri renal, terjadi karena adanya gangguan kemampuan

reabsorpsi kalsium melalui tubulus ginjal.

3. Hiperkalsiuri resorptif, terjadi karena adanya peningkatan resorpsi kalsium

tulang, yang banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau pada

tumor paratiroid.

2. Hiperoksaluri, adalah ekskresi oksalat urine melebihi 45 gram per hari.

Keadaan ini banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan usus

passca operatif usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi makanan yang

kaya akan oksalat, seperti : teh, kopi instan, minuman soft drink, arbei, jeruk

sitrun, dan sayuran hijau terutama bayam.

Page 6: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

6

3. Hiperorikosuria, yaitu kadar asam urat dalam urine melebihi 850 mg/24 jam.

4. Hipositraturia. Di dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk

kalsium sitrat yang bersifat lebih mudah larut, sehingga menghalangi kalsium

berikatan dengan oksalat atau fosfat. Hipositraturia dapat terjadi pada

penyakit asidosis tubulus ginjal, sindrom malabsorpsi, atau pemakaian

diuretik golongan thiazid dalam waktu lama.

5. Hipomagnesuria. Sama seperi sitrat, magnesium bertindak sebagai inhibitor

timbulnya batu kalsium, karena di dalam urine magnesium bereaksi dengan

oksalat membentuk magnesium oksalat, sehingga mencegah ikatan kalsium

oksalat.

Tabel 1. Jumlah dan jenis BSK yang ditemukan

2. Batu Struvit (Gambar 3)

Batu ini disebut juga batu infeksi karena pembentukannya disebabkan oleh adanya

infeksi saluran kemih. Kuman penyebab adalah kuman golongan pemecah urea atau

urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah pH urine

menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak, seperi pada reaksi :

Suasana basa ini memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan

karbonat untuk membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP).

CO(NH2)2 + H2O → 2NH3 + CO2

Page 7: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

7

Gambar 3. Gambaran bentuk batu struvit

Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea diantaranya adalah : Proteus spp,

Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus. E.coli bukan

termasuk pemecah urea.1

3. Batu asam urat (Gambar 4)

Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di antara 75-80%

batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya merupakan campuran

kalsium oksalat.

Gambar 4. Gambaran bentuk batu asam urat

Penyakit ini banyak diderita oleh pasien dengan penyakit gout, penyakit

mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak

menggunakan obat urikosurik, seperti sulfinpirazone, thiazide, dan salisilat.

Obesitas, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang besar untuk

mendapatkan penyakit ini.

Asam urat relatif tidak larut dalam urine, sehingga pada keadaan tertentu mudah

sekali membentuk kristal asam urat, dan selanjutnya membentuk batu asam urat.

Page 8: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

8

Faktor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah :

1. urine yang terlalu asam (pH urine < 6),

2. volume urine yang jumlahnya sedikit (< 2 liter/hari) atau dehidrasi,

3. hiperurikosuri atau kadar asam urat yang tinggi.

Batu asam urat bentuknya halus dan bulat, sehingga seringkali keluar spontan.

Bersifat radiolusen, sehingga pada pemeriksaan PIV tampak sebagai bayangan filling

defect pada saluran kemih sehingga harus dibedakan dengan bekuan darah.

4. Batu jenis lain

Batu sistin (Gambar 5), batu xanthin, batu triamteren, dan batu silikat sangat jarang

dijumpai. Batu sistin didapatkan karena kelainan metabolisme sistin, yaitu kelainan

absorpsi sistin di mukosa usus. Batu xantin terbentuk karena penyakit bawaan

berupa defisiensi enzim xanthin oksidase.

Gambar 5. Gambaran bentuk bati sistin

1.4. Manifestasi Klinis

Gerakan pristaltik ureter mencoba mendorong batu ke distal, sehingga menimbulkan

kontraksi yang kuat dan dirasakan sebagai nyeri hebat (kolik). Nyeri ini dapat

menjalar hingga ke perut bagian depan, perut sebelah bawah, daerah inguinal, dan

sampai ke kemaluan.

Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri pada

saat kencing atau sering kencing. Batu yang ukurannya kecil (<5 mm) pada

umumnya dapat keluar spontan sedangkan yang lebih besar seringkali tetap berada di

ureter dan menyebabkan reaksi peradangan (periureteritis) serta menimbulkan

obstruksi kronik berupa hidroureter/hidronefrosis

Page 9: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

9

1.5. Diagnosis

1.5.1. Anamnesis

Pasien dengan BSK mempunyai keluhan yang bervariasi mulai dari tanpa keluhan,

sakit pinggang ringan sampai dengan kolik, disuria, hematuria, retensio urin, anuria.

Keluhan ini dapat disertai dengan penyulit berupa demam, tanda-tanda gagal ginjal.

Penyakit terdahulu :

1. Riwayat keluarga dengan penyakit batu saluran kemih

2. Gangguan usus (IBS /Iritable bowel syndrom)

3. Fraktur tulang

4. Osteoporosis

5. Riwayat ISK dengan batu saluran kemih

6. Riwayat Gout

7. Solitari Ginjal

8. Kelainan anatomi

9. Renal Insufficiency

10. Batu dengan komposisi : cystine, asam urat, struvite

1.5.2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK dapat bervariasi mulai tanpa kelainan fisik

sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit yang

ditimbulkan.

Pemeriksaan fisik umum : hipertensi, febris, anemia, syok

Pemeriksan fisik khusus urologi

1. Sudut kosto vertebra : nyeri tekan, nyeri ketok, pembesaran ginjal

2. Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli-buli penuh

3. Genitalia eksterna : teraba batu di uretra

4. Colok dubur : teraba batu pada buli-buli (palpasi bimanual)

1.5.3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan urin rutin untuk melihat eritrosituri, lekosituria, bakteriuria (nitrit), pH

urin dan kultur urin. Pemeriksaan darah berupa hemoglobin, lekosit, ureum dan

kreatinin.

Urinalysis : pH > 7.5 : lithiasis karena infeksi

pH < 5.5 : lithiasis karena asam urat

Page 10: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

10

1.5.4. Pencitraan

Diagnosis klinis sebaiknya didukung oleh prosedur pencitraan yang tepat.

Pemeriksaan rutin meliputi foto polos perut (KUB) dengan pemeriksaan

ultrasonografi atau intravenous pyelography (IVP) atau spiral CT.

Pemeriksaan IVP tidak boleh dilakukan pada pasien-pasien berikut :

1. Dengan alergi kontras media

2. Dengan level kreatinin serum > 200µmol/L (>2mg/dl)

3. Dalam pengobatan metformin

4. Dengan myelomatosis

Gambar 6. Temuan radiologis nefrolithiasis

Gambar 7. Temuan radiologis ureterolithiasis

Page 11: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

11

Temuan gambaran :

1. Batu radioopak : kalsium oksalat, kalsium fosfat,

2. Semiopak : magnesium ammonium phosphate (struvit), cystine.

3. Batu radiolucent : asam urat, xanthine, triamterene

4. IVP : batu radiolucen, kelainan anatomi

1.6. Diagnosa Banding

1. Pielonefritis akut,

2. Tumor ginjal, ureter dan vesika urinaria,

3. Tuberkulosis ginjal,

4. Nekrosis piala ginjal,

5. Kolesistitis akut, dan

6. Appendisitis akut.2

1.7. Komplikasi

Hidronefrosis, pielonefrosis, uremia dan gagal ginjal.2

Page 12: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

12

2. BATU GINJAL (NEFROLITHIASIS) Batu terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis

ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi

pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk

rusa, sehingga disebut batu staghorn (Gambar 9). Kelainan dan obstruksi pada

sistem pelvikalises ginjal (penyempitan infundibulum dan stenosis uteropelvik)

mempermudah timbulnya batu saluran kemih.

Gambar 8. Batu ginjal

2.1. Gejala klinis

Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada : posisi atau letak batu, besar

batu, dan penyulit yang telah terjadi.

Batu di dalam ginjal atau saluran kemih yang berukuran kecil biasanya tidak

menimbulkan gejala dan dapat keluar sendiri bersama air seni. Tetapi batu yang

lebih besar dapat menimbulkan hambatan atau bahkan sumbatan aliran air seni. Jika

hal ini terjadi maka akan timbul berbagai macam gejala, yang antara lain :

1. Rasa nyeri yang berat dan tiba-tiba di daerah pinggang yang menjalar sampai

pangkal paha. Rasa nyeri tidak berkurang walaupun penderita mencoba posisi-

posisi tertentu, misalnya berbaring, membungkuk, dll. Penderita biasanya harus

Page 13: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

13

menggeliat menahan sakit. Bahkan karena rasa sakit yang amat sangat, seringkali

penderita basah kuyup oleh keringat.

2. Biasanya ada keluhan mual dan muntah.

3. Walaupun tidak selalu, kadang kala dijumpai darah pada air seni. Hal ini terjadi

karena batu mengiritasi saluran kemih sehingga menimbulkan luka.

4. Perasaan terbakar di saluran kemih saat kencing.

5. Rasa sangat ingin kecing.

6. Demam.

Gambar 9. Batu staghorn

2.2. Pencegahan

1. Minum banyak air (8-10 gelas sehari), dengan demikian urin menjadi lebih encer

sehingga mengurangi kemungkinan zat-zat pembentuk batu untuk saling menyatu.

Dengan minum banyak, air seni biasanya berwarna bening, tidak kuning lagi.

2. Minum air putih ketika bangun tidur di subuh hari. Hal ini akan segera

merangsang kita untuk berkemih, sehingga air seni yang telah mengendap

semalamam tergantikan dengan yang baru.

3. Jangan menahan kencing; kencing yang tertahan dapat menyebabkan urin menjadi

lebih pekat, atau infeksi saluran kemih. Urin yang pekat dan infeksi saluran kemih

merupakan faktor pendukung terbentuknya batu.

4. Pola makan seimbang, berolahraga, dan menjaga berat badan tetap ideal.

Page 14: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

14

2.3. Penatalaksanaan

2.3.1. Medikamentosa

Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu diharapkan dapat keluar

spontan. Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri, memperlancar aliran

urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong

batu keluar.

1. untuk batu kalsium :

a. diuretikatiazid

b. diet rendah kalsium

c. diet rendah purin

d. diet rendah oksalat

e. diet rendah lemak dan kolestiramin

2. untuk batu infeksi : antibiotika

3. untuk batu urat :

a. urin alkali (Na bikarbonat,

b. alopurinol, diamok

c. diet rendah purin.

2.3.2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi)

Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada

tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu

buli-buli tanpa melalui tindakan invasif atau pembiusan. Batu dipecah menjadi

fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.

Indikasi ESWL :

1. Batu saluran kemih dengan diameter 5-30 mm

2. Fungsi ginjal masih baik

3. Batu terletak di ginjal dan ureter

Kontraindikasi :

1. Pasien dengan hipertensi yang tidak dikontrol

2. Pasien dengan gangguan pembekuan darah

3. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal berat

4. Wanita hamil dan anak-anak.

Page 15: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

15

Keuntungan ESWL :

1. Dapat menghindari operasi terbuka,

2. Lebih aman,

3. Lebih akurat dan efektif, dan

4. Biaya lebih murah, terutama untuk prosedur ESWL yang sederhana sehingga

tidak memerlukan perlakuan berkali-kali.

Treatment ESWL, pasien dibaringkan di atas tempat tidur khusus dimana

generator shock wave telah terpasang di bagian bawahnya. Sebelum proses

penembakan dimulai, dilakukan pendeteksian lokasi batu ginjal

menggunakan imaging probe (dengan ultrasound atau fluoroscopy), agar shock

wave yang ditembakan tepat mengenai sasaran.

Pada lithotripter keluaran terbaru, umumnya telah dipasang anti-miss-shot

device yang memonitor lokasi batu ginjal secara kontinyu dan tepat waktu, sehingga

alat ini memiliki tingkat keakurasian tembakan sangat tinggi dan pada saat

bersamaan dapat meminimalkan terjadinya luka pada ginjal akibat salah tembak.

Dalam terapi ini, ribuan gelombang kejut ditembakkan ke arah batu ginjal sampai

hancur dengan ukuran serpihannya cukup kecil sehingga dapat dikeluarkan secara

alamiah dengan urinasi. (Gambar 10)

Gambar 10. Ilustrasi ESWL. A) sebelum penembakan; B) gelombang kejut yang

difokuskan pada ginjal; C) tembakan dihentikan hingga serpihan batu cukup kecil

untuk dibuang secara natural bersama urine.

Page 16: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

16

2.3.3. Endourologi

1. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) : mengeluarkan batu yang berada di

saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kaliks

melalui insisi kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu.

2. Litotripsi : memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat

pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan

evakuator Ellik.

3. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : memasukkan alat ureteroskopi per

uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan

memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem

pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi atau uretero-

renoskopi ini.

4. Ekstraksi Dormia : mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya dengan

keranjang Dormia.

2.3.4. Bedah Laparoskopi

Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang

berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.

Gambar 11. Bedah terbuka. A. Nefrolitotomi; B. Pielolitotomi; C. Ureterolitotomi

A B

C

Page 17: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

17

2.3.5. Bedah terbuka

1. Pielolitotomi atau nefrolitotomi : mengambil batu di saluran ginjal

2. Ureterolitotomi : mengambil batu di ureter.

3. Vesikolitotomi : mengambil batu di vesica urinaria

4. Uretrolitotomi : mengambil batu di uretra.

Page 18: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

18

3. Batu Ureter (Ureterolithiasis) Batu ureter pada umumnya adalah batu yang terbentuk di dalam sistim kalik ginjal,

yang turun ke ureter. Terdapat tiga penyempitan sepanjang ureter yang biasanya

menjadi tempat berhentinya batu yang turun dari kalik yaitu ureteropelvic junction

(UPJ), persilangan ureter dengan vasa iliaka, dan muara ureter di dinding buli.

Komposisi batu ureter sama dengan komposisi batu saluran kencing pada umumnya

yaitu sebagian besar terdiri dari garam kalsium, seperti kalsium oksalat monohidrat

dan kalsium oksalat dihidrat. Sedang sebagian kecil terdiri dari batu asam urat, batu

struvit dan batu sistin.

Beberapa faktor yang mempengaruhi penanganan batu ureter antara lain letak batu,

ukuran batu, adanya komplikasi (obstruksi, infeksi, gangguan fungsi ginjal) dan

komposisi batu. Hal ini yang akan menentukan macam penanganan yang kita

putuskan. Misalnya cukup di lakukan observasi, menunggu batu keluar spontan,

atau melakukan intervensi aktif.

Batu ureter dengan ukuran < 4 mm, biasanya cukup kecil untuk bisa keluar spontan.

Karena itu ukuran batu juga menentukan alternatif terapi yang akan kita pilih.

Komposisi batu menentukan pilihan terapi karena batu dengan komposisi tertentu

mempunyai derajat kekerasaan tertentu pula, misalnya batu kalsium oksolat

monohidrat dan sistin adalah batu yang keras, sedang batu kalsium oksolat dihidrat

biasanya kurang keras dan mudah pecah.

Adanya komplikasi obstruksi dan atau infeksi juga menjadi pertimbangan dalam

penentuan alternatif terapi batu ureter. Tidak saja mengenai waktu kapan kita

melakukan tindakan aktif, tapi juga menjadi pertimbangan dalam memilih jenis

tindakan yang akan kita lakukan.

3.1. Gejala

1. Nyeri mendadak di perut kanan dan kiri tergantung letak batu. Nyeri dapat

bersifat kolik hebat sehingga penderita berteriak atau berguling. Kadang-kadang

nyeri perut terus-menerus karena peregangan kapsul ginjal. Biasanya nyeri

dimulai di daerah pinggang kemudian menjalar ke arah testis, disertai mual dan

muntah, berkeringat dingin, pucat dan dapat terjdai renjatan.

2. Hematuria

3. Nyeri ketok costovertebral.2

Page 19: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

19

3.2. Pedoman Pilihan Terapi

Pedoman pilihan terapi ini dibagi dalam beberapa kategori. Pencantuman angka

berdasarkan konsensus yang dicapau oleh tim penyusun guidelines ini dan

diformulasikan dalam berbagai tingkatan sesuai urutan rekomendasi. Berikut ini

untuk tiga pedoman pertama digunakan pada batu ureter proksimal dan distal, sedang

pedoman selanjutnya dibedakan antara batu ureter proksimal dan distal :

1. Pedoman untuk batu ureter dengan kemungkinan kecil keluar spontan :

Batu ureter yang kemungkinan kecil bisa keluar spontan harus diberitahu kepada

pasiennya tentang perlunya tindakan aktif dengan berbagai modalitas terapi yang

sesuai, termasuk juga keuntungan dan risiko dari masing-masing modalitas terapi.

2. Pedoman untuk batu ureter dengan kemungkinan besar keluar spontan :

Batu ureter yang baru terdiagnosis dan kemungkinan besar keluar spontan, yang

keluhan/gejalanya dapat diatasi, direkomendasikan untuk dilakukan terapi

konservatif dengan observasi secara periodik sebagai penanganan awal.

3. Penanganan batu ureter dengan SWL.

Stenting rutin untuk meningkatkan efisiensi pemecahan tidak direkomendasi

sebagai bagian dari SWL.

4. Untuk batu 1 cm di ureter proksimal

Pilihan terapi :

1. SWL

2. URS + litotripsi

3. Ureterolitotomi

5. Untuk batu 1 cm di ureter proksimal

Pilihan terapi :

1. Ureterolitotomi

2. SWL, PNL dan URS + litotripsi

6. Untuk batu 1 cm di ureter distal

Pilihan terapi :

1. SWL atau URS + litotripsi

2. Ureterolitotomi

Page 20: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

20

7. Untuk batu 1 cm di ureter distal

Pilihan terapi :

1. URS + litotripsi

2. Ureterolitotomi

3. SWL

Page 21: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

21

4. BATU KANDUNG KEMIH (VESIKOLITHIASIS) Batu vesika urinaria adalah suatu keadaan ditemukannya batu di dalam vesika

urinaria. Pada anak 75% ditemukan di bawah usia 12 tahun dan 57% pada usia 1-6

tahun.2

Gambar 12. Gambaran bentuk batu vesika urinaria

Beberapa faktor resiko terjadinya batu kandung kemih :

1. obstruksi infravesika,

2. neurogenic bladder,

3. infeksi saluran kemih (urea-splitting bacteria),

4. adanya benda asing,

5. divertikel kandung kemih.

Di Indonesia diperkirakan insidensinya lebih tinggi dikarenakan adanya beberapa

daerah yang termasuk daerah stone belt dan masih banyaknya kasus batu endemik

yang disebabkan diet rendah protein, tinggi karbohidrat dan dehidrasi kronik.

Pada umumnya komposisi batu kandung kemih terdiri dari : batu infeksi (struvit),

ammonium asam urat dan kalsium oksalat.

Batu kandung kemih sering ditemukan secara tidak sengaja pada penderita dengan

gejala obstruktif dan iritatif saat berkemih. Tidak jarang penderita datang dengan

keluhan disuria, nyeri suprapubik, hematuria dan buang air kecil berhenti tiba-tiba.

4.1. Etiologi

Berasal dari batu ginjal atau ureter yang turun, akibat statis pada striktur uretra,

kontraksi leher buli-buli, sistokel, buli-neurogenik dan divertikel, infeksi traktus

Page 22: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

22

urinarius, hiperparatiroid atau adenoma paratiroid, diet yang banyak mengandung

kalsium dan oksalat.buku anak UI

4.2. Gejala

1. Rasa nyeri waktu miksi (disuria, stranguria), dirasakan refered pain pada ujung

penis, skrotum, perineum, pinggang, sampai kaki.

2. Hematuria diserta urine yang keruh

3. Pancaran urine tiba-tiba berhenti dan keluar lagi pada perubahan posisi

4. Polakisuria (sering miksi)

5. Pada anak nyeri miksi ditandai oleh kesakitan, menangis, menarik-narik penis,

miksi mengedan sering diikuti defekasi atau prolapsus ani.1,2

4.3. Penatalaksanaan

Pada saat ini ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menangani kasus batu

kandung kemih. Diantaranya : vesikolitolapaksi, vesikolitotripsi dengan berbagai

sumber energi (elektrohidrolik, gelombang suara, laser, pneumatik), vesikolitotomi

perkutan, vesikolitotomi terbuka dan ESWL.

4.3.1. Vesikolitolapaksi

Merupakan salah satu jenis tindakan yang telah lama dipergunakan dalam menangani

kasus batu kandung kemih selain operasi terbuka.

Kontraindikasi :

1. kapasitas kandung kemih yang kecil,

2. batu multiple,

3. batu ukuran lebih dari 20 mm,

4. batu keras,

5. batu kandung kemih pada anak dan

6. akses uretra yang tidak memungkinkan.

4.3.2. Vesikolitotripsi

1. Elektrohidrolik (EHL)

1. Merupakan salah satu sumber energi yang cukup kuat untuk menghancurkan

batu kandung kemih.

Page 23: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

23

2. Masalah timbul bila batu keras maka akan memerlukan waktu yang lebih

lama dan fragmentasinya inkomplit.

3. EHL tidak dianjurkan pada kasus batu besar dan keras.

4. Angka bebas batu : 63-92%.

5. Penyulit : sekitar 8%, kasus ruptur kandung kemih 1,8%.

6. Waktu yang dibutuhkan : ± 26 menit.

2. Ultrasound

1. Litotripsi ultrasound cukup aman digunakan pada kasus batu kandung kemih,

dapat digunakan pada batu besar, dapat menghindarkan dari tindakan ulangan

dan biaya tidak tinggi.

2. Angka bebas batu : 88% (ukuran batu 12-50 mm).

3. Penyulit : minimal (2 kasus di konversi).

4. Waktu yang dibutuhkan : ± 56 menit.

3. Laser

1. Yang digunakan adalah Holmium YAG. Hasilnya sangat baik pada kasus

batu besar, tidak tergantung jenis batu.

2. Kelebihan yang lain adalah masa rawat singkat dan tidak ada penyulit.

3. Angka bebas batu : 100%.

4. Penyulit : tidak ada.

5. Waktu yang dibutuhkan : ± 57 menit.

4. Pneumatik

1. Litotripsi pneumatik hasilnya cukup baik digunakan sebagai terapi batu

kandung kemih. Lebih efisien dibandingkan litotripsi ultrasound dan EHL

pada kasus batu besar dan keras.

2. Angka bebas batu : 85%.

3. Penyulit : tidak ada.

4. Waktu yang dibutuhkan : ± 57 menit.

4.3.3. Vesikolitotomi perkutan

1. Merupakan alternatif terapi pada kasus batu pada anak-anak atau pada

penderita dengan kesulitan akses melalui uretra, batu besar atau batu múltipel.

Tindakan ini indikasi kontra pada adanya riwayat keganasan kandung kemih,

Page 24: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

24

riwayat operasi daerah pelvis, radioterapi, infeksi aktif pada saluran kemih atau

dinding abdomen.

2. Angka bebas batu : 85-100%.

3. Penyulit : tidak ada.

4. Waktu yang dibutuhkan : 40-100 menit.

4.3.4. Vesikolitotomi terbuka

1. Diindikasikan pada batu dengan stone burden besar, batu keras, kesulitan akses

melalui uretra, tindakan bersamaan dengan prostatektomi atau

divertikelektomi.

2. Angka bebas batu : 100%.

4.3.5. ESWL

1. Merupakan salah satu pilihan pada penderita yang tidak memungkinkan untuk

operasi. Masalah yang dihadapi adalah migrasi batu saat tindakan.

2. Adanya obstruksi infravesikal serta residu urin pasca miksi akan menurunkan

angka keberhasilan dan membutuhkan tindakan tambahan per endoskopi

sekitar 10% kasus untuk mengeluarkan pecahan batu.

3. Dari kepustakaan, tindakan ESWL umumnya dikerjakan lebih dari satu kali

untuk terapi batu kandung kemih.

4. Angka bebas batu : elektromagnetik; 66% pada kasus dengan obstruksi dan

96% pada kasus non obstruksi. Bila menggunakan piezoelektrik didapatkan

hanya 50% yang berhasil.

4.4. Pedoman pilihan terapi

Dari sekian banyak pilihan untuk terapi batu kandung kemih yang dikerjakan oleh

para ahli di luar negeri maka di Indonesia hanya beberapa tindakan saja yang bisa

dikerjakan, dengan alasan masalah ketersediaan alat dan sumber daya manusia.

Penggunaan istilah ‘standar’, ‘rekomendasi’ dan ‘opsional’ digunakan berdasarkan

fleksibilitas yang akan digunakan sebagai kebijakan dalam penanganan penderita.

Pedoman untuk batu ukuran kurang dari 20 mm.

1. Litotripsi endoskopik

2. Operasi terbuka

Page 25: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

25

Pedoman untuk batu ukuran lebih dari 20 mm.

1. Operasi terbuka

2. Litotripsi endoskopik

Pedoman untuk batu buli-buli pada anak.

1. Operasi terbuka

2. Litotripsi endoskopik

Page 26: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

26

5. BATU URETRA Pada umumnya batu uretra berasal dari batu kandung kemih yang turun ke uretra.

Sangat jarang batu uretra primer kecuali pada keadaan stasis urin yang kronis dan

infeksi seperti pada striktur uretra atau divertikel uretra.

Insidensi terjadinya batu uretra hanya 1% dari keseluruhan kasus batu saluran kemih.

Komposisi batu uretra tidak berbeda dengan batu kandung kemih. Dua pertiga batu

uretra terletak di uretra posterior dan sisanya di uretra anterior.

Keluhan bervariasi dari tidak bergejala, disuria, aliran mengecil atau retensi urin.

Jika batu berasal dari ureter yang turun ke buli-buli kemudian ke uretra, biasanya

pasien mengeluh nyeri pinggang sebelum mengeluh kesulitan miksi. Nyeri dirasakan

pada glands penis atau pada tempat batu berada. Batu yang berada pada uretra

posterior, nyeri dirasakan di perineum atau rektum.

5.1. Penatalaksanaan

Tindakan untuk mengeluarkan batu tergantung pada posisi, ukuran, dan bentuk batu.

Seringkali batu yang ukurannya tidak terlalu besar dapat keluar spontan asalkan

tidak ada kelainan atau penyempitan pada uretra

Batu pada meatus uretra externus atau fossa navicularis dapat diambil dengan forsep

setelah terlebih dahulu dilakukan pelebaran meatus uretra (meatotomi).

Sedangkan batu kecil di uretra anterior dapat dicoba dikeluarkan dengan melakukan

lubrikasi terlebih dahulu dengan memasukkan jelly dan lidokain 2% intrauretra

dengan harapan batu dapat keluar spontan.

Batu yang masih berukuran cukup besar dan berada di uretra posterior didorong

terlebih dahulu ke buli-buli kemudian dilakukan litotripsi.

Untuk batu yang yang besar dan menempel di uretra sehingga berpindah tempat

meskipun telah dilubrikasi, mungkin perlu dilakukan uretrolitotomi atau dihancurkan

dengan pemecah batu transuretra.1

Page 27: Batu Saluran Kemih.pdf

[email protected]

27

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo, B, Basuki. Dasar-dasar Urologi. Ed-2. Jakarta : CV.Sagung Seto,

2009. 57-68

2. Hassan, Rusepno. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta :

Penerbit UI, 1985. 840-843.

3. Shires, Schwartz. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Ed-6. Jakarta : EGC,

2000. 588-589.

4. Pearle, S, Margaret. Urolithiasis Medical and Surgical Management. USA :

Informa healthcare, 2009. 1-6.

5. www.wordpress.com

6. www.medicastore.com