Baringan SUnarto Navigasi

23
Baringan Penentuan Posisi Kapal Sunarto

description

baringan

Transcript of Baringan SUnarto Navigasi

Page 1: Baringan SUnarto Navigasi

Baringan

Penentuan Posisi Kapal

Sunarto

Page 2: Baringan SUnarto Navigasi

Ada beberapa cara penentuan posisi kapal yang umum di lakukan yaitu :• (1). Navigasi duga yaitu penentuan posisi kapal dengan memperhitungkan haluan

dan jauh yang telah ditempuh. Penentuan ini hanya bersifat menduga-duga dengan menghitung jarak atau waktu yang telah ditempuh serta haluan yang dikemudikan.

• (2). Navigasi baringan silang, yaitu penentuan posisi kapal dengan membaring benda-benda di darat, kombinasi baringan dengan peruman, kombinasi baringan dengan garis tinggi benda angkasa dsb. Tanda-tanda terestrial yang dapat digunakan sebagai rambu adalah beberapa bangunan pantai seperti lampu suar atau menara , puncak gunung yang telah diketahui posisinya dan tergambar dalam peta pelayaran.

• (3). Navigasi astronomi, yaitu penentuan posisi kapal dengan pengukuran tinggi benda angkasa (matahari, bulan, planet-planet dan bintang-bintang)

• (4). Navigasi elektronik yaitu penentuan posisi kapal dengan bantuan alat-alat navigasi elektronik seperti radar (radio detecting and ranging),Decca, GPS (global posisioning system), loran dsb.

Page 3: Baringan SUnarto Navigasi

Penentuan posisi kapal dapat dilakukan dengan membaring suatu benda yang telah diketahui posisinya. Baringan suatu benda adalah besarnya sudut antara arah utara dengan benda yang di baring. Seperti diketahui bahwa terdapat tiga macam arah utara, oleh karena itu maka dikenal pula 3 macam baringan yaitu:

• Baringan Sejati (BS), yaitu sudut yang dibentuk antara arah utara sejati dengan arah benda yang di baring

• Baringan Magnit (BM), yaitu sudut yang dibentuk antara arah magnit dengan arah benda yang di baring

• Baringan Pedoman (BP), yaitu sudut yang dibentuk antara arah utara pedoman dengan arah benda yang di baring

• BM = BP + deviasi• BS = BM + Variasi

Sunarto

Page 4: Baringan SUnarto Navigasi

Ada beberapa macam baringan yang dapat di lakukan untuk menentukan posisi kapal yaitu :

• Kombinasi garis baringan dengan garis tinggi benda angkasa• Kombinasi garis baringan dengan garis peruman• Baringan silang (cross bearing)• Baringan yang digeserkan• Baringan empat surat (450)• Baringan relatif• Baringan 26,5o dan 45o

• Baringan 22,5o dan 450

• Baringan surat berganda• Baringan sudut bahaya mendatar• Baringan sudut bahaya tegak

Sunarto

Page 5: Baringan SUnarto Navigasi

Kombinasi garis baringan dengan garis tinggi benda angkasa

Posisi kapal dapat ditentukan dengan membaring tinggi benda angkasa dengan salah satu benda di darat yang diketahui posisinya.

Posisi benda angkasa dapat diukur dengan menggunakan sextant.

Pengukuran tinggi benda angkasa akan menghasilkan garis tinggi.

Page 6: Baringan SUnarto Navigasi

Proyeksi garis tinggi merupakan tempat kedudukan kapal pada saat diadakan pengukuran. Dengan penghitungan garis tinggi ini maka dapat diduga bahwa kapal berada di salah satu titik digaris tersebut.

Untuk mengetahui posisi kapal lebih tepat maka dapat dilakukan dengan membaring salah satu benda di darat. Perpotongan antara garis tinggi benda angkasa dengan garis baringan benda di darat menunjukkan posisi kapal (Gambar)

Page 7: Baringan SUnarto Navigasi

• Apabila garis tinggi berimpit dengan garis bujur maka disebut baringan pada bujur. Apabila garis tinggi berimpit dengan salah satu garis lintang maka disebut baringan pada lintang.

Garis Tinggi

Garis Baringan

Page 8: Baringan SUnarto Navigasi

Kombinasi garis baringan dengan garis peruman

• Pada peta pelayaran biasanya diketahui garis peruman (garis isodepth) yaitu garis-garis yang menghubungkan titik-titik yang memiliki kedalaman yang sama. Dengan membaring salah satu benda di darat seperti menara suar (M) yang diketahui posisinya di peta dan melakukan pengkuran kedalaman dimana kapal berada maka dapat diketahui posisi kapal (Gambar)

Page 9: Baringan SUnarto Navigasi

M

Garis Baringan

1 m

5 m

10 m

15 m

Page 10: Baringan SUnarto Navigasi

Baringan silang (cross bearing)

• Baringan silang diperoleh dengan membaring dua atau lebih benda di darat yang diketahui posisinya.

• Perpotongan garis-garis baringan benda tersebut menunjukkan posisi kapal.

• Misalkan didarat terlihat sebuah menara suar (M) dan dua buah pulau kecil (A dan B) berada pada sisi lain dari kapal (Gambar). Dengan menggambarkan posisi masing-masing benda tersebut dan menarik garis baringan maka dapat diketahui posisi kapal

Page 11: Baringan SUnarto Navigasi

A

B

M

Page 12: Baringan SUnarto Navigasi

Baringan yang digeserkanPada prinsipnya sama dengan baringan silang

hanya pada baringan yang digeresrkan posisi kapal tidak tetap karena terus begerak.

Pada suatu saat dibaring benda di darat (A) dan kapal terus berjalan hingga terlihat benda lain di darat (B).Untukmelukiskan perpotongan kedua garis baringan benda-benda tersebut maka dapat dilakukan dengan cara menggeser garis baringan benda pertama (A) sehingga berpotongan dengan garis baringan benda lain (B)(Gambar)

Page 13: Baringan SUnarto Navigasi

Garis Baringan A’

A

Garis Baringan B

Garis Haluan

B

Garis Baringan A

Page 14: Baringan SUnarto Navigasi

Garis Baringan A’

A

Garis Baringan B

Garis Haluan

B

Garis Baringan A

Page 15: Baringan SUnarto Navigasi

Baringan empat surat (450)

• Pada baringan empat surat, haluan kapal harus dipertahankan pada arah 450 dari benda yang di baring dan kapal terus berlayar. Pembaringan di lakukan dua kali yaitu pada saat haluan kapal 450 dari benda yang di baring dan pada saat 900 dari benda yang dibaring. Pada tiap membaring di catat waktunya sehingga diketahui selisih waktu antara pemabringan pertama dengan pembaringan kedua.

Page 16: Baringan SUnarto Navigasi

• Misalkan pembaringan pertama (A) dilakukan pada pukul 08.30 dan pembaringan kedua (B) dilakukan pada pukul 09.00 dengan kecepatan kapal konstan sebesar 10 knot. Berdasarkan waktu dan kecepatan maka dapat diketahui jarak yang telah ditempuh dari posisi pada pembaringan pertama menuju posisi pada pembaringan kedua yaitu sebesar :

Page 17: Baringan SUnarto Navigasi

• Jarak = Kecepatan x waktu• =10 knot x 0.5 jam • = 10 mil/jam x 0.5 jam = 5 mil • Jadi jarak dari posisi A ke posisi B adalah 5

mil.• Jarak ini sama dengan jarak dari kapal (B) ke benda

yang di baring (M) pada posisi 900 dari kapal (pembaringan kedua) . Jadi jarak kapal pada pembaringan kedua adalah 5 mil dari benda didaratan yang dibaring (AB = BM). Jarak ini dapat digambarkan pada peta sehingga dapat diketahui posisi kapal.

Page 18: Baringan SUnarto Navigasi

Garis Baringan II

A B

MENARA

450

Garis Baringan I

Garis Haluan Kapal

Page 19: Baringan SUnarto Navigasi

Baringan sudut bahaya mendatar

• Baringan sudut bahaya mendatar digunakan untuk menghindari daerah bahaya. Apabila pada perairan terdapat gosong karang A dan gosong karang B serta pulau kecil C dan pulau D,dan kapal harus melintas diantara dua gosong karang (lihat Gambar) maka harus digambarkan sudut-sudut yang dapat menghindari bahaya tersebut. Cara pembuatan sudut-sudut tersebut adalah sebagai berikut :

Page 20: Baringan SUnarto Navigasi

Haluan KapalD

C

A B

X

Y

Page 21: Baringan SUnarto Navigasi

• Buatlah lingkaran dengan titik pusat X pada garis sumbu antara C dan D sehingga bahaya A berada di dalam lingkaran tersebut dan melewati titik C dan D.

• Melalui C dan D, buatlah lingkaran dengan pusat berada pada garis yang tegak lurus CD (yaitu garis XY) sehingga bahaya B berada di luarnya.

Untuk bahaya A : Bila salah satu titik pada busur DAC dihubungkan dengan C dan D maka terbentuklah sudut . Sudut ini disebut sudut bahaya mendatar. Apabila sudut DAC lebih kecil dari maka akan terbebas dari bahaya A dan apabila sudut DAC lebih besar dari artinyakapal akan menabrak bahaya A.

Untuk bahaya B : salah satu titik di busur DBC dihubungkan dengan C dan D , sehingga membentuk sudut . Bila kapal berlayar dengan sudut lebih besar dari maka akan terbebas dari bahaya B dan apabila lebih kecil dari maka berada dalam bahaya B.

Page 22: Baringan SUnarto Navigasi

Baringan sudut bahaya tegakApabila diketahui tinggi suatu benda di daratan

misalnya menara suar maka dapat diketahui sudut yang dibentuk antara tinggi menara dengan garis horizontal ke arah kapal (). Sudut ini disebut sudut bahaya tegak. Apabila dibuat lingkaran dengan titik tengah menara (M) dan semua bahaya berada didalam lingkaran tersebut maka posisi kapal harus berada di luar radius lingkaran tersebut agar terhindar dari bahaya. Sudut yang dibentuk antara jari-jari lingkaran dengan tinggi menara disebut sudut bahaya tegak (sudut ).

Page 23: Baringan SUnarto Navigasi

M

mk

K

A