Bapak Kari
-
Upload
nadiartha91 -
Category
Documents
-
view
221 -
download
5
description
Transcript of Bapak Kari
Otot
Ini bagian kedua mengenai sistem gerak pada manusia. Yang pertama mengenai tulang bisa
dilihat di sini.
Otot disebut juga alat gerak aktif karena memiliki kemampuan berkontraksi sehingga dapat
menggerakkan tulang. Sifat otot ada tiga yaitu: kontraktibilitas (kemampuan memendek),
elastisitas (kemampuan kembali ke bentuk semula), dan ekstensibilitas (kemampuan
memanjang).
Setiap otot memiliki dua atau lebih tendon (ujung otot). Tendon yang melekat pada tulang yang
bergerak disebut insersio, sedang yang melekat pada tulang yang tidak bergerak disebut origo.
Otot dibungkus oleh selaput yang disebut fasia superfisialis, sebenarnya disusun oleh kumpulan
serabut otot yang dibungkus oleh selaput fasia propia. Satu serabut otot dibungkus oleh selaput
sarkolemma, dan dibentuk oleh banyak miofibril. Satu miofibril disusun oleh banyak sarkomer
dimana tiap sarkomer tersusun dari aktin dan miosin.
Beginilah struktur otot manusia
Rangsang yang datang dari otak akan diteruskan ke otot oleh asetilkolin, suatu zat yang
berfungsi menghantarkan rangsang (impuls). Rangsang yang tiba di otot akan menyebabkan
terbentuknya ikatan antara aktin dan miosin membentuk aktomiosin. Bila terbentuk aktomiosin,
otot akan memendek (berkontraksi) sehingga dapat menggerakkan tulang.
Arah gerak otot
Otot-otot yang menimbulkan arah gerak yang berlawanan disebut otot antagonis. Arah gerakan
yang antagonis dapat berupa:
ekstensor (meluruskan) x fleksor (membengkokkan)
abduktor (menjauhi badan) x adduktor (mendekati badan)
depresor (menurunkan) x elevator (mengangkat)
supinasi (menengadah) x pronasi (menelungkup)
Contoh otot antagonis adalah otot bisep (otot ber-origo dua) dan otot trisep (otot ber-origo tiga).
Otot-otot yang bekerjasama untuk menimbulkan suatu gerak searah disebut otot sinergis. Contoh
gerak sinergis adalah gerak pronasi (menelungkupkan telapak tangan) yang timbul karena
kerjasama otot pronator teres dan pronator kuadratus.
Energi untuk kontraksi otot
Energi untuk kontraksi otot diperoleh dari penguraian ATP (Adenosin trifosfat). Sewaktu
kontraksi ATP terurai menjadi ADP (Adenosin difosfat) dan melepaskan energi yang digunakan
untuk mengikatkan aktin dan miosin. Selanjutnya ADP masih dapat dipecah lagi menjadi AMP
dan melepaskan energi. Bila ATP dan ADP dalam otot telah habis, maka otot tidak mampu lagi
berkontraksi. Untuk dapat berkontraksi kembali maka ATP harus dibentuk lagi.
Energi untuk membentuk kembali ATP berasal dari hasil penguraian glikogen. Glikogen akan
diubah dulu menjadi laktasidogen lalu diubah menjadi glukosa (bentuk gula yang larut dalam
darah). Glukosa akan dioksidasi secara aerob dan menghasilkan energi untuk mengikatkan gugus
P pada ADP sehingga terbentuk ATP yang siap kembali digunakan untuk sumber energi bagi
kontraksi otot. Proses respirasi aerob ini dilepaskan CO2 dan H2O.
Bila otot bekerja amat keras diperlukan banyak ATP yang tidak bisa tercukupi dengan respirasi
aerob saja. Untuk itu selain respirasi aerob, juga berlangsung respirasi anaerob dimana glukosa
dipecah tanpa oksigen menghasilkan energi dan CO2 dengan hasil samping asam laktat yang
menyebabkan lelah dan linu pada otot.
Kelainan dan gangguan pada sistem gerak
Tulang sebagai organ tubuh sering mengalami gangguan ataupun kelainan. Kelainan ini dapat
disebabkan oleh serangan kuman, kekurangan zat, hormon, vitamin, atau karena sebab-sebab
lain.
Arthritis eksudatif, infeksi sendi oleh kuman (gonorhoeo atau sifilis)
Arthritis sika, berkurangnya minyak sendi, sehingga seakan-akan sendi menjadi kering.
Pada waktu sendi digerakkan, sendi seperti berderik dan menimbulkan rasa nyeri
Memar, terjadi karena sobeknya selaput sendi. Bila sobeknya selaput sendi ini diikuti
oleh lepasnya ujung tulang dari sendi maka disebut urai sendi
Layuh semu, adalah keadaan di mana tulang tidak bertenaga. Hal ini misalnya disebabkan
oleh infeksi sifilis pada anak sejak dalam kandungan. Infeksi ini menyebabkan rusaknya
cakra epifise, sehingga tulang menjadi layuh.
Fraktura / fisura, adalah patah / retaknya tulang. Dibedakan menjadi dua, yaitu patah
tulang terbuka dan patah tulang tertutup. Patah tulang tertutup terjadi apabila tulang yang
patah tetap terlindungi oleh otot dan kulit. Sedang patah tulang terbuka terjadi apabila
tulang yang patah, merobek otot dan kulit sehingga mencuat ke permukaan
Nekrosa, adalah matinya sel tulang. Biasanya hal ini disebabkan oleh kerusakan
periosteum (selaput pembungkus tulang keras) yang bertugas menumbuhkan tulang.
Gangguan pada ruas-ruas tulang belakang (vertebrae), jika ruas-ruas tulang belakang
dilihat dari samping tampak terlalu bengkok ke depan disebut lordosis, dan bila terlalu
bengkok ke belakang disebut kifosis, dan bila ruas-ruas tulang belakang bengkok ke
samping disebut skoliosis.