BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...

34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum kematangan karier merupakan kesiapan untuk memilih karier yang tepat sesuai dengan usia dan tingkat perkembangannya. Kematangan kerier merupakan salah satu konstruk psikologi yang mengalami banyak perkembangan. Bab ini memaparkan tentang teori yang digunakan dalam penelitian ini. Terdiri dari lima sub bab yaitu, kematangan karier (definisi, aspek-aspek, faktor-faktor yang mempengaruhinya), self-efficacy (definisi, teori, aspek-aspek), locus of control (definisi, teori, aspek-aspek), hasil-hasil penelitian sebelumnya, dinamika hubungan antar variabel, model penelitian, dan hipotesis penelitian. A. Kematangan Karier 1. Definisi Dalam bahasa inggris istilah kematangan karier memiliki beberapa persamaan yang sering digunakan untuk menjelaskan kematangan karier seperti: vocational maturity, job maturity, dan occupation maturity (Seligman, 1994).Kematangan karier merupakan salah satu konstruk psikologis yang mengalami banyak perkembangan. Konstruk ini pertama kali diungkapkan oleh seorang ahli psikologi konseling dan karier bernama Donal Edwin Super (Winkel, 1997). Hasan (2006; 127) menyatakan bahwa kematangan karieryaitu sikap dan kompetensi yang berperan untuk pengambilan keputusan karir.Sikap dan kompetensi tersebut mendukung penentuan keputusan karier yang tepat.Sementara Richard (2007;171) mengungkapkan bahwa kematangankarier juga merupakan refleksi dari proses perkembangan karier individu untuk meningkatkan kapasitas untuk membuat keputusan. Menurut Luzzo (Levinsonet al 1998; 475), kematangan karier merupakan aspek yang pentingbagi individu dalam memenuhi kebutuhan akan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum kematangan karier merupakan kesiapan untuk

memilih karier yang tepat sesuai dengan usia dan tingkat

perkembangannya. Kematangan kerier merupakan salah satu konstruk

psikologi yang mengalami banyak perkembangan. Bab ini memaparkan

tentang teori yang digunakan dalam penelitian ini. Terdiri dari lima sub

bab yaitu, kematangan karier (definisi, aspek-aspek, faktor-faktor yang

mempengaruhinya), self-efficacy (definisi, teori, aspek-aspek), locus of

control (definisi, teori, aspek-aspek), hasil-hasil penelitian sebelumnya,

dinamika hubungan antar variabel, model penelitian, dan hipotesis

penelitian.

A. Kematangan Karier

1. Definisi

Dalam bahasa inggris istilah kematangan karier memiliki beberapa

persamaan yang sering digunakan untuk menjelaskan kematangan karier

seperti: vocational maturity, job maturity, dan occupation maturity

(Seligman, 1994).Kematangan karier merupakan salah satu konstruk

psikologis yang mengalami banyak perkembangan. Konstruk ini pertama

kali diungkapkan oleh seorang ahli psikologi konseling dan karier

bernama Donal Edwin Super (Winkel, 1997).

Hasan (2006; 127) menyatakan bahwa kematangan karieryaitu sikap

dan kompetensi yang berperan untuk pengambilan keputusan karir.Sikap

dan kompetensi tersebut mendukung penentuan keputusan karier yang

tepat.Sementara Richard (2007;171) mengungkapkan bahwa

kematangankarier juga merupakan refleksi dari proses perkembangan

karier individu untuk meningkatkan kapasitas untuk membuat keputusan.

Menurut Luzzo (Levinsonet al 1998; 475), kematangan karier merupakan

aspek yang pentingbagi individu dalam memenuhi kebutuhan akan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan karier yang

cerdas dan realistik. Menurut Havinghurst (dalam Hurlock,1980; 206)

menyatakan bahwakematangan karier adalah persiapan diri untuk

menjalani suatu pekerjaan atau karier.

Pada suatu kesempatan, Yost&Corbisly (dalam Creed dan Patton,

2002; 287) menyatakan bahwakematangan karier mengarah pada kesiapan

individu untuk membuat informasi membuat keputusan karier yang

berkaitan dengan usia dan mengatasi tugas perkembangan

karier.Sedangkan Crites (Levinsonet al 1998: 475), mendefinisikan

kematangankarierindividu sebagai kemampuan individu untuk membuat

pilihan karier, yang meliputi penentuan keputusan karir, pilihan yang

realistik dan konsisten. Creed & Prideaux (2001) mendefinisikan

kematangan karier sebagai kesiapan individu untuk menguasai tugas-tugas

perkembangan pada tahap-tahap pertumbuhan, eksplorasi, peningkatan,

pemeliharaan dan pelepasan.

Pada kesempatan yang sama, Savickas (1999; 53) lebih jelas lagi

menjelaskan bahwa kematangan karier merupakan konsep yang mengacu

pada kesiapan individu untuk mendapatkan informasi, membuat keputusan

karir yang sesuai dengan usia perkembangannya, dan kemampuan

mengatasi tugas-tugas perkembangan karier.

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

kematangan karier adalah suatu kesiapan, kemampuan dan kapasitas

individu untuk membuat suatu pilihan karier yang stabil dan

realistikdalam menentukan keputusan karier, mencari informasidan

mengetahui dunia karier sesuai minat dan bakat yang dimiliki oleh

individu.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

2. Teori Kematangan Karier

Teori perkembangan karir telah banyak dikembangkan oleh para

ahli. Teori tersebut antara lain adalah teori trait-and-factor, teori-teori

yang dikembangkan oleh Ginzberg et al., dan Donald Super. Berikut ini

akan diuraikan beberapa teori perkembangan karir tersebut.

a. Trait-and-factor

Teori ini diprakarsai oleh Frank Parson pada tahun 1900-an

(Wibowo, 2010) bahwa bimbingan karir dilakukan dengan meneliti

individu kemudian mengkaji beberapa pekerjaan yang tersedia, dan

selanjutnya memasangkan antara individu dengan pekerjaan. Proses ini

dilakukan dengan mencocokkan karakter individu dengan tuntutan suatu

pekerjaan atau jabatan tertentu, yang diharapkan dapat memecahkan

masalah penelusuran karir.

Teori trait-and-faktor ini mulanya berkembang dari penelitian

mengenai perbedaan karakter individu dan pada perkembangan

selanjutnya terkait erat dengan psikometri. Teori ini mempunyai pengaruh

yang besar terhadap penelitian mengenai gambaran pekerjaan dan

persyaratan pekerjaan dalam rangka memprediksi keberhasilan pekerjaan

di masa depan berdasarkan pengukuran traits yang terkait dengan

pekerjaan. Asumsi bahwa individu mempunyai pola kemampuan unik atau

traits yang dapat diukur secara objektif dan berhubungan dengan tuntutan

berbagai macam pekerjaan merupakan karakteristik utama teori ini

(Winkel & Hastuti, 2004).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

b. Ginzberg et al.

Ginzberg, Ginsburg, Axelrad, dan Herma pada tahun 1951

melakukan pendekatan terhadap teori pilihan karir (occupational choice)

dari sudut pandang perkembangan (Dharsana, 2014). Ginzberg et al.

berkesimpulan bahwa pemilihan karir merupakan bagian dari proses

perkembangan, yang secara umum berlangsung selama kurun waktu enam

hingga sepuluh tahun, yang dimulai dari sekitar usia 11 tahun dan berakhir

sesudah usia 17 atau awal masa dewasa. Terdapat tiga periode atau

tahapan dalam proses pemilihan okupasi yaitu periode fantasy, tentative,

dan realistic.Periode pertama yaitu fantasi, dimulai saat kanak-kanak

(kira-kira sebelum usia 11 tahun). Pada periode ini berorientasi bermain

pada mulanya, kemudian menjelang akhir tahap fantasi ini bermain

menjadi berorientasi kerja. Periode tentatif dimulai sekitar sejak usia 11

sampai dengan 17 tahun. Proses transisi terjadi pada periode ini yang

ditandai dengan pengenalan secara bertahap terhadap pengenalan minat,

kemampuan, persyaratan kerja, imbalan kerja, nilai dan perspektif waktu.

Periode realistik adalah periode berikutnya yang dimulai kira-kira usia 17

tahun hingga masa dewasa awal. Proses pengintegrasian kapasitas dan

minat, perkembangan nilai-nilai, spesifikasi pilihan pekerjaan, dan

kristalisasi pola-pola pekerjaan terjadi pada periode ini.

c. Donal E. Super

Teori kematangan karier ini dikemukakan oleh Donal Super.

Awalnya kematangan karier disebut sebagai kematangan vokasional,

konstruksi sekarang dikenal sebagai kematangan karier yang diusulkan

oleh Super 53 tahun yang lalu (dalam Brown, 2007). Konsep

perkembangan karir yang dirumuskan oleh Donald Super memandang

bahwa perkembangan karier adalah proses perkembangan konsep diri

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

karier (Osipow, 1973). Konsep diri merupakan unsur yang mendasari

pemikiran Super dalam memahami perilaku vokasional. Penelitian

menunjukkan bahwa konsep diri karier berkembang bersamaan dengan

pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif, melalui observasi terhadap

kehidupan bekerja, mengidentifikasi orang dewasa yang bekerja,

lingkungan sekitar dan pengalaman pada umumnya. Dengan menyadari

perbedaan dan persamaan diri dengan orang lain, akhirnya akan terbentuk

konsep diri karier. Konsep diri ini menumbuhkan dorongan internal yang

mengarahkan seseorang membentuk pola karier yang akan diikuti oleh

individu sepanjang hidupnya. Dengan demikian, individu

mengimplementasikan konsep dirinya ke dalam karier yang akan menjadi

alat mengekspresikan dirinya.

Unsur yang mendasar dalam pandangan Donald E. Super (dalam

Brown, 2007) mendefinisikan kematangan karier sebagai tingkat

perkembangan yang dimulai sejak masa kanak-kanak awal dalam pilihan-

pilihan fantasinya dan bergerak maju untuk memutuskan mengasingkan

diri dari pekerjaan. Konsep kematangan karir (career maturity)

dipergunakan untuk menggambarkan proses di mana individu membuat

keputusan karir yang sesuai dengan usia dan tahapan perkembangan dan

kemampuan untuk berubah dan melakukan transisi secara berhasil melalui

tugas-tugas setiap tahap perkembangan. Sementara Savickas (1999) lebih

jelas lagi menjelaskan bahwa kematangan karir merupakan konsep yang

mengacu pada kesiapan individu untuk mendapatkan informasi, membuat

keputusan karir yang sesuai dengan usia perkembangannya, dan

kemampuan mengatasi tugas-tugas perkembangan karir.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

Pada suatu kesempatan, Brown (2007) menyatakan bahwa proses

perkembangan itu dapat disimpulkan dalam serangkaian tahap-tahap

perkembangan kehidupan manusia, yaitu pertumbuhan, eksplorasi,

pembentukan, pemeliharaan, dan kemunduran, dan dibagi lagi menjadi:

(a) fantasi, fase tentatif, dan realistis dari tahap eksplorasi dan (b) fase uji

coba (trial) dan fase stabil (stable) dari tahap pembentukan. Pola karier

seseorang ditentukan oleh tingkat sosial ekonomi orangtua, kemampuan

mental, pendidikan, keterampilan, karakteristik kepribadian (kebutuhan,

nilai, kepentingan, sifat, dan konsep diri), dan kematangan karier serta

kesempatan yang terbuka bagi dirinya.

Dari beberap teori yang telah dipaparkan oleh penulis maka secara

implisit dan eksplisit penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh

Donal E Super. Sesuai dengan pembahasan penulis pada latar belakang

maka teori kematangan karier yang dikemukakan oleh Donal Super

menuntut individu untuk memiliki kesiapan dan sumber-sumber yang

dibutuhkan untuk melewati tahapan perkembangan yang terdapat di dalam

setiap tahap perkembangan karir. Dengan menguasai tugas-tugas

perkembangan karir ini, seperti diharapkan oleh lingkungan sekitar di

mana individu berada, dapat mengembangkan diri individu dalam

meningkatkan keberhasilan dan kepuasan hidup.

Oleh sebab itu, di dalam model perkembangan karier yang

dikembangkan Super ini terdapat beberapa gagasan (Savickas, 2001): (1)

bahwa setiap individu memiliki kemampuan, kertertarikan, nilai-nilai, dan

beragam hal lain yang sangat berbeda; (2) bahwa pola keunikan

interpersonal ini membuat inidividu memiliki karir yang berbeda-beda,

yang pantas atau tidak dengan dirinya; (3) perbedaan individual dan karir

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

ini ada pada setiap orang di setiap waktu yang terbentuk karena faktor-

faktor situasional.

3. Aspek-Aspek Kematangan Karier

Karier memiliki makna sebagai jalannya peristiwa kehidupan, yang

keseluruhannya menyatakan tanggung jawab seseorang kepada pekerjaan

dalam pola pengembangan dirinya (Manrihu, 1988). Teori kematangan

karier yang dikemukakan oleh Super menjadi salah satu pilihan dalam

melihat aspek-aspek sehingga individu yang memiliki kematangan karier

yang baik berarti telah memiliki orientasi karierperubahan-perubahan yang

berkaitan dengan karier akan mudah dilampaui dengan adanya

kematangan karier pada diri individu. Oleh karena itu menurut Super

(dalam Brown, 2007; 48-67), menyatakan bahwa kematangan karir dapat

diukur dengan aspek-aspek seperti berikut:

a. Perencanaan karir (career planning)

Aspek perencanaan karier merupakan aktivitas pencarian informasi

dan seberapa besar keterlibatan individu dalam proses tersebut. Kondisi

tersebut didukung oleh pengetahuan tentang macam-macam unsur pada

setiap pekerjaan. Indikator ini adalah menyadari wawasan dan persiapan

karier, memahami pertimbangan alternatif pilihan karier dan memiliki

perencanaan karier dimasa depan.

b. Eksplorasi karier (career exploration)

Kemampuan individu untuk melakukan pencarian informasi karir

dari berbagai sumber karier, seperti kepada orang tua, saudara, kerabat,

teman, guru bidang studi, konselor sekolah, dan sebagainya.Aspek

eksplorasi karier berhubungan dengan seberapa banyak informasi karier

yang diperoleh siswa dari berbagi sumber tersebut.Indikator dari aspek ini

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

adalah mengumpulkan informasi karier dari berbagai sumber dan

memanfaatkan informasi karier yang telah diperoleh.

c. Pengetahuan tentang membuat keputusan karier (decision

making)

Kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuan dan

pemikiran dalam membuat perencanaan karier. Konsep ini didasari pada

tuntutan siswa untuk membuat keputusan karier, dengan asumsi apabila

siswa mengetahui bagaimana orang lain membuat keputusan karier maka

diharapkan mereka juga mampu membuat keputusan karier yang tepat

bagi dirinya.

d. Pengetahuan (informasi) tentang dunia kerja (world of

work information)

Aspek ini terdiri dari dua komponen yakni terkait dengan tugas

perkembangan, yaitu individu harus tahu minat dan kemampuan diri,

mengetahui cara orang lain mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan

pekerjaan dan mengetahui alasan orang berganti pekerjaan. Komponen

kedua adalah mengetahui tugas-tugas pekerjaan dalam suatu jabatan dan

perilaku dalam bekerja.Pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang

lebih disukai (knowledge of preferred occupational group).Aspek ini

menurut Superadalah siswa diberi kesempatan untuk memilih satu dari

beberapa pilihan pekerjaan, dan kemudian ditanyai mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan pekerjaan tersebut.Mengenai persyaratan, tugas-tugas,

faktor-faktor dan alasan yang mempengaruhi pilihan pekerjaan dan

mengetahui resiko-resiko dari pekerjaan yang dipilihnya.Indikator pada

aspek ini adalah pemahaman mengenai tugas dari pekerjaan yang

diinginkan, memahami persyaratan dari pekerjaan yang diinginkan,

mengetahui faktor dan alasan yang mempengaruhi pilihan pekerjaan yang

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

diminati dan mampu mengidentifikasi resiko-resiko yang mungkin muncul

dari pekerjaan yang diminati.

e. Realisasi keputusan karier (realisation)

Realisasi keputusan karir adalah perbandingan antara kemampuan

individu dengan pilihan karier pekerjaan secara realistis. Aspek ini antara

lain: memiliki pemahaman yang baik tentang kekuatan dan kelemahan diri

berhubungan dengan pekerjaan yang diinginkan, mampu melihat faktor-

faktor yang mendukung dan menghambat karier yang diinginkan, mampu

mengambil manfaat membuat keputusan karier yang realistik Individu

yang memiliki kematangan karier yang baik berarti telah memiliki

orientasi karier (career orientation). Orientasi karier didefinisikan sebagai

skor total dari: 1) sikap terhadap karier, 2) keterampilan membuat

keputusan karier, dan 3) informasi dunia kerja. Sikap terhadap karier

terdiri dari perencanaan karier dan eksplorasi karier.Keterampilan

membuat keputusan karier terdiri dari kemampuan menggunakan

kemampuan dan pemikiran dalam membuat keputusan karier.Informasi

karier terdiri atas memiliki informasi tentang pekerjaan tertentu dan

kelompok pekerjaan yang lebih disukai.

Selain aspek-aspek yang dikemukakan oleh Donal super, ada juga

aspek-aspek yang dikemukakan oleh Crites (Alvi & Khan, 1993):

a. Consistensi

Aspek ini mengandung kemantapan individu untuk mengambil

keputusan dalam waktu yang berbeda, kemantapan dalam mengambil

keputusan atas pekerjaan yang dipilihnya, kemantapan dalam mengambil

keputusan yang berhubungan dengan tingkat pekerjaan, kemantapan

dalam memilih pekerjaan dengan adanya pengaruh keluarga.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

b. Realism

Aspek ini mengandung kesesuaian antara kemampuan dengan

pekerjaan yang dipilih, mampu mengambil keputusan untuk memilih

pekerjaan yang sesuai dengan sifat kepribadiannya, dan dapat

menyesuaikan antara tingkat status sosial dengan pekerjaan yang

dipilihnya.

c. Kompetensi

Aspek ini mengenai kemampuan individu dalam memecahkan

masalah yang berhubungan dengan pemilihan pekerjaan, rencana yang

berhubungan dengan pemilihan pekerjaan, memiliki pengetahuan

mengenai pekerjaan, mengevaluasi kemampuan diri dalam hubungan

dengan pemilihan pekerjaan, dan menentapkan tujuan pekerjaan yang

hendak dipilhnya.

d. Atitude

Aspek ini tentang keaktifan individu dalam proses pengambilan

keputusan, bersikap dan berorientasi positif terhadap pekerjaan dan nilai-

nilai pekerjaan yang dipilih, tidak tergantung pada orang lain,

mendasarkan faktor-faktor tertentu menurut kepentingannya di dalam

memilih pekerjaan dan memiliki ketepatan konsepsi di dalam pengambilan

keputusan pekerjaan.

Dari beberpa aspek yang telah dikemukakan di atas maka penulis

menggunakan aspek yang dikemukakan oleh Donal Super. Super (dalam

Winkel, 1997; 579) mengemukakan bahwa keberhasilan seseorang dalam

menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang khas bagi tahap

perkembangan tertentu, artinya bahwa individu yang berhasil

menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada setiap tahapan cenderung

mencapai tingkat kematangan yang lebih besar pada masa kehidupan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

selanjutnya. Hal inilah Indivudu yang memiliki kematangan karier yang

baik berarti telah memiliki orientasi karier, artinya bahwa indivudu

menggunakan kemampuan dan pemikiran dalam membuat mempersiapkan

karier.

4. Faktor-faktor Kematangan Karier

Berdasarkan bebereapa hasil penelitian, Seligman (1994) menjelaskan

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan karier individu

di mana perkembangan karier akan menentuakan kematangan karier.

Faktor-faktort tersebut adalah:

a. Faktor Internal

1. Self-efficacy

Blustein (dalam Watsin et al, 2001) dalam penelitiannya menemukan

bahwa self-efficacy merupakan faktor yang kuat dalam mempegaruhi

kemtangan karier. Begitu juga denga penelitian Zulkaida et al (2007) yang

menyatakan bahwa faktor internal self-efficacy sangat berpengaruh bagi

kematangan karier. Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian

Creed dan Patton (2003), self-efficacy merupakan faktor internal yang

sangat berpengaruh bagi kematangan karier pelajar di Australia.

2. Locus of control (eksternal-internal).

Luzzo (dalam Watsinet al, 2001) mengemukakan dalam penelitiannya

bahwa faktor locus of control merupakan faktor internal-eksternal yang

berpengaruh terhadap kematangan karier.

3. Usia

Menurut Crites (dalam Barnes & Carter, 2002) mengemukakan bahwa

tingkat kematangan karier remaja seiring dengan mengingkatnya usia.

Kematangan karier berjalan seiring dengan bertambahnya usia dan

mengalami dinamika yang peting pada masa sekolah menengah.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

Sementara itu, King (dalam Seligman, 1994) menjelaskan bahwa pada

remaja laki-laki usai meruakan faktir utama yang menentukan tingkat

kematangan karier, karena laki-laki tuntutan terhadap kemantapan karier

lebih difokuskan. Sedangkan pada remaja perempuan usia juga

berpengaruh pada kematangan karier tetapi faktor keluarga lebih

berpengaruh karena selain karier perempuan juga akan disibukan pada

urusan rumah tangga.

b. Faktor sosial-ekonomi

1. Lingkungan

Lingkungan dapat mempengaruhi kematangan karier, setidaknya

memalui tiga cara: kesempatan individu mendapatkan pekerjaan, rasa

aman, dan informasi yang diterima. Beberpa peneliti Anderson & Apostal,

Sewell & Orenstein (dalam Seligman, 1994) mencatat bahwa masyarakat

di kota-kota kecil dan pedesaan cendrung mendapat informasi pekerjaan

yang terbatas, hal ini membuktikan betapa sempitnya pilihan karier di

daerah-daerah tersebut.

2. Status sosial-ekonomi

Pada suatu kesempatan Dillar & Perrin (1980), mengemukakan

bahwa Secara umum, masyarakat dari latar belakang status sosial ekonomi

tinggi memeiliki cita-cita karier yang tinggi pula. Beberapa hal yang

sering dikaitkan dengan latar belakang ekonomi rendah seperti harga diri

yang rendah, informasi karier yang terbatas, keuangan yang tidak

memadai, kurangnya dorongan untuk sukses, dan stereotip yang negatif,

bisa saja benar di beberapa kasus, tetapi tidak ada suatu penjelasan yang

menerangkan bahwa hal-hal tersebut dapat menjadi alasan bahwa individu

dari lingkungan sosial-ekonomi rendah menjadi terbatas dalam pencapaian

karier. Penelitian yang dilakukan oleh Rojewski (dalam Kerka, 1998)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

mengemukakan bahwa individu yang erada pada status sosial-ekonomi

rendah cendrung tidak matang dalam kariernya di tahap depan,

dikarenakan mereka tidak memiliki akses untuk mengetahui informasi

tentang perkuliahan dan pekerjaan. Vondracek, Lerner, dan Sculenberg

(dalam Akbulut, 2010) mengindikasikan bahwa status sosial-ekonomi

adalah salah satu faktor yang paling relevan dengan kematangan karier

individu.

3. Jenis Kelamin

Betz & Hackett (1997) membedakan pekerjaan menjadi 2 yaitu:

pekerjaan tradisional dan non tradisional. Perempuan biasanya

berkembang di pekerjaan tradisional, yang bersifat pekerjaan praktik,

namun tetap sesuai dengan minat dan bakatnya, seperti mengajar, perawat,

dan sekretaris, di mana perempuan lebih dominan (Slegiman, 1994).

Sementara laki-laki cendrung memiliki self-efficacy yang cukup tinggi

untuk dapat memilih dan berkembang di kedua jalur karier tersebut. Laki-

laki cendrung lebih tertarik pada pekerjaan yang menuntut kompetensi,

penguasaan, dan otonomi untuk mendapatkan kekuasaan (power) dan

pencapain yang tinggi di tempat ia bekerja.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

B. Self-efficacy

Self-efficacy ini akan ditentukan dalam bidang karier, seperti yang

telah dijelaskan di atas bahwa proposisi Bandura tentang self-efficacy

merupakan salah satu faktor yang turut memberikan pengaruh bagi bidang

kematangan karier. Jika individu tidak yakin dapat berhasil dengan apa

yang dilakukannya, maka ia akan memiliki sedikit motivasi untuk

bertindak, apalagi berhasil. Menurut Friedman & Schustak (2009)

bagaimana bisa berhasil jika sudah tidak ada keyakinan di awal. Sehingga

keyakinan inilah yang penting bagi individu dalam menata karier dan

mencapai kematangan kariernya.

1. Definisi

Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang akan kemampuannya

untuk menyelesaikan tugas (bandura dalam Thakkar, 2009; 142). Menurut

Pervin (dalam Smet, 1994; 189-190) self efficacy adalah kemampuan yang

diyakini oleh seseorang sehingga membentuk perilaku yang relevan

dengan situasi tertentu.vSelf-eficacy bukan menyangkut ada atau tidak

adanya keterampilan seseorang untuk melakukan suatu tindakan tertentu

melainkan lebih kearah persepsi seseorang bersangkutan tentang apa yang

mampu dilakukan dengan ketrampilan yang dimiliki. Jahnson (dalam

Pajares& Urdan, 2003) menyatakan bahwa Self-efficacy adalah harapan

untuk mencapai kesuksesan dengan hasil yang bernilai sesuai dengan

usaha yang dilakukan dan harapan tersebut merupakan salah satu

pendorong yang kuat sehingga menimbulkan usaha untuk menunjang

kesuksesan seseorang.

Menurut Greenhaus&Callanan (2006) Self-efficacy adalah keyakinan

individu akan kemampuannya untuk berhasil dalam kerja dan tugas-tugas

yang telah diberikan. Friedman &Schustack (2009) mendefenisikan Self-

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

efficacy adalah keyakinan (harapan) tentang seberapah jauh individu

melakukan satu perilaku dalam suatu situasi tertentu. Woolfolk (2009)

mendefenisikan Self-efficacymengacu padapengetahuan individu tentang

keampaunnya sendiri untuk menyeleseaikan tugas tertentu tanpa perlu

membandingkan dengan kemampuan orang lain. Menurut Myers (1996)

mengatakan bahwa Self-efficacy merupakan keyakinan yang berkaitan

dengan bagaimana seseorang merasa mampu untuk melakukan suatu

pekerjaan. Di samping itu, Schultz (1994) mendefinisikan self-efficacy

sebagai perasaan kita terhadap kecukupan, efisiensi, dan kemampuan kita

dalam mengatasi kehidupan.

Pada suatu kesempatan, Bandura (dalam Yao, 2009; 64-65)

mengungkapkan bahwa individu yang kurang percaya diri akan

kemampuannya untuk berhasil menyelesaikan suatu tugas akan lebih

mungkin untuk menghindari tugas-tugas tersebut daripada mencoba untuk

mengerjakannya. Selain itu bandura (dalam Haycock et al, 1998; 56)

mengemukakan bahwa self-efficacy yang kuat akan mendorong kepada

inisiatif dan ketekunan pada tugas yang lebih besar.

Maka secara khusus dapat disimpulakan lewat pemaparan di atas

bahwa Self-efficacy merupakan suatu keyakinan dan kepercayaan diri yang

ada dalam diri seseorang yang percaya akan kemampuannya baik dari

tingkatan seseorang dalam melakukan tugas, keyakinan seseorang dalam

menyelesaikan tugas dan kekuatan seseorang dalam menyelesaikan

kesulitan sehingga dapat membentuk perilaku yang sesuai dengan harapan

yang diinginkan. Dalam penelitian ini self-efficacy mengacu pada

keyakinan seseorang yang berhubungan dengan proses pencapaian

kematangan karier.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

2. Teori Self-efficacy

Teori keyakinan diri (self-efficacy) dicetuskan pertama kali pada

tahun 1977 oleh Albert Bandura, ahli psikologi asal Amerika, sebagai

upaya menjelaskan peranan faktor kognisi dan lingkungan dalam proses

belajar seseorang (Santrock, 2007). Teori self-efficacy merupakan cabang

Social Cognitive Theory atau yang juga biasa dikenal dengan social

learning theory yang dikemukakan oleh Albert Bandura. Teori kognitif

sosial menurut bandura menyoroti pertemuan yang kebetulan dan kejadian

tak terduga meskipun pertemuan dan peristiwa tersebut tidak serta merta

mengubah jalan hidup manusia. Cara manusia bereaksi terhadap

pertemuan atau kejadian itulah yang biasanya berperan lebih kuat

dibanding peristiwa itu sendiri (Feits & Feist, 2008).

Teori kognitif sosial berbicara bahwa, manusia memiliki kapasitas

untuk menjadi apa pun, dan sebagian besar kemampuan ini diperoleh dari

belajar kepada model. Jika pembelajaran manusia hanya bergantung

kepada pengalaman langsung trial and error, maka perkembangan manusia

akan berjalan lambat, membosankan, dan berbahaya. Untungnya, manusia

sesudah mengembangkan kapasitas kognitif yang tinggi untuk belajar

lewat pengamatan yang memampukan mereka membentuk dan mestruktur

hidup mereka melalui kekuatan pemodelan. Bandura yakin bahwa

manusia (human agency) adalah makhluk yang sanggup mengatur dirinya,

produktif, reflektif dan mengorganisasikan dirinya. Selain itu, mereka juga

memeiliki kekuatan untuk mempengaruhi tindakan mereka sendiri demi

menghasilkan konsekuensi yang diinginkan (Feits & Feist, 2008).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

Oleh sebab itu, Bandura memperkenalkan konsep self-efficacy.

Bandura (1977) mendefenisikan self-efficacy sebagai keyakinan manusia

pada kemampuan mereka untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian

terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian di lingkungannya.

Sedangkan apabila self-efficacy dikaitkan dalam karier, maka menurut

Stajkovic & Luthans (dalam Avey et al, 2009) mengemukakan bahwa

self-efficacy meruapkan kemampuan untuk mengarahakan motivasi,

sumber daya kognitif dan tindakan yang diperlukan untuk berhasil

melaksanakan tugas dan dalam konteks tertentu.

Self-efficacy dikatakan mempengaruhi bagaimana seseorang

melihat dan mengintrpretsikan suatu kejadian. Individu yang memiliki

self-efficacy yang rendah dengan mudah yakin bahwa usaha yang mereka

lakukan dalam mengahdapi tantangan yang sulit akan sia-sia, sehingga

mereka cendrug untuk mengalami gejala negatif dari stres. Bandura

(dalam Avey et al 2009) mengungkapkan juga bahwa individu yang

memeliki self-efficacy yang tinggi akan cendrung untuk melihat tantangan

sebagai sesuatu yang dapat diatasi yang diberikan oleh kompetensi dan

upaya yang cukup.

Pada suatu kesempatan Bandura (1997) mengemukaka bahwa self-

efficacy dapat mempengaruhi seorang individu menjadi melakukan

dengan sukses perilaku yang diperlukan untuk memperoleh hasil yang

diinginkan. Teori self-efficacy menyatakan bahwa tingkatan dan

kekuatan self-efficacy akan menentukan: (1) apakah perilaku itu akan

dilakukan atau tidak, (2) seberapa banyak usaha yang akan dihasilkan,

dan (3) seberapa lama usaha yang akan didukung dalam menghadapi

tantangan. Teori self-efficacy tidak berkaitan dengan keterampilan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

(skill) yang dimiliki individu tetapi lebih berkaitan dengan keputusan

yang mereka miliki berkenaan dengan keterampilan.

Keyakinan diri memberikan pengaruh pada keinginan seseorang

mengembangkan beragam kemampuan dalam diri mereka, seperti halnya

mengembangkan pola-pola baru dalam berperilaku. Individu dengan

keyakinan diri yang tinggi akan membangun kemampuan diri mereka

melalui usaha yang tak kenal lelah, sementara individu dengan keyakinan

diri rendah akan menghambat dan memperlambat pengembangan

kemampuan diri mereka. Seseorang yang mempunyai penilaian yang

negatif terhadap kemampuan dirinya, atau keyakinan diri yang rendah,

dalam melakukan pemilihan karier akan kehilangan minat dan usaha untuk

melakukan pengenalan diri dan pekerjaan, dan mengalami kesulitan jika

menghadapi masalah dalam pemilihan karier. Hal tersebut akan berakibat

pada rendahnya kematangan karier.

3. Aspek-aspek Self-efficacy

Sesuai dengan teori yang telah dipaparkan bahwa teori sosial

kognitif yang dipaparkan bandura tentunya menunjukan bahwa individu

akan melihat kesulitan yang ada sebagai sesuatu yang menantang,

dibandikan dengan sesuatu yang mengancam, secara aktif selalu berusaha

menemukan situasi-situasi baru. Dari teori tersebut makaBandura (1977)

mengajukan tiga aspek self-efficacy, yakni magnitude, generality, dan

strength. Aspek ketiga, strength, memiliki peranan besar dalam

pengukuran self-efficacy bagi kematangan karier. Meski demikian,

Bandura (dalam Leong, 2008) mengemukakan bahwa ketiga aspek

tersebut memiliki implikasi sangat penting pada performa perilaku

seseorang dalam mencapai sebuah tujuan.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

a. Tingkatan (Level/Magnitude)

Tingkatan (Level/Magnitude)berkaitan dengan derajat kesulitan

tugas, sejauh mana individu merasa mampu dalam melakukan berbagai

tugas dengan derajat tugas mulai dari yang sederhana, yang agak sulit,

hingga yang sangat sulit. Sebagian orang membatasi diri mereka dalam

berusaha hanya pada tugas-tugas yang mudah saja, sementara sebagian

lainnya memilih melakukan tugas-tugas yang sangat sulit dan mereka

merasa mampu melakukannya. Seseorang yang memiliki self-efficacy

yang tinggi merasa bahwa dirinya memiliki kemampuan menguasai

permasalahan yang sulit, sedangkan seseorang yang memiliki self-efficacy

yang rendah meyakini bahwa mereka hanya mampu menyelesaikan tugas-

tugas yang sederhana.

b. Generality

Aspek ini menjelaskan keyakinan individu untuk menyelesaikan

tugas-tugas tertentu dengan tuntas dan baik. Sejauhmana individu yakin

akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, mulai dari melakukan

suatu aktivitas atau situasi khusus hingga dalam serangkaian tugas atau

situasi yang bervariasi. Keadaan umum bervariasi dalam jumlah dari

dimensi yang berbeda-beda, diantaranya tingkat kesamaan aktivitas,

perasaan, di mana kemampuan ditunjukan (tingkah laku, kognitif, afektif),

dan karakteristik individu menuju kepada siapa perilaku tersebut

ditunjukan. Aktivitas yang bervariasi menutut individu yakin atas

kemampuannya dalam melaksanakan tugas atau aktivitas tersebut, apakah

individu merasa yakin atau tidak. Individu mungkin yakin akan

kemampuannya pada banyak bidang atau pada beberapa bidang tertentu,

misalnya seorang siswa yakin akan kemampuannya pada matapelajaran

matematika tetapi ia tidak yakin akan kemampuannya pada matapelajaran

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

bahasa inggris, itulah mengapa sehingga ia tidak berhasil menata karirnya

dengan baik.

c. Strength

Aspek ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau

pengharapan individu mengenai kemampuannya. Pengharapan yang lemah

mudah digoyakan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak mendukung.

Sebaliknya, pengharapan yang mantap mendorong individu tetap bertahan

dalam usahanya. Meskipun mungkin ditemukan pengalaman yang kurang

mendukung. Individu yang memiliki self-efficacy rendah, mudah sekali

menghalangi diri mereka menuju kemajuan dan lebih sering melakukan

langkah mundur, sementara mereka yang memiliki self-efficacy tinggi

akan dengan gigih mencapai apa yang menjadi tujuannya meski

mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan.

Selain aspek-aspek self-efficacy yang dikemukakan oleh Bandura,

ada juga aspek self-efficacy yang dikemukakan oleh Corsini (1994) self-

efficacy terdiri dari empat aspek:

1. Kognitif merupakan kemampuan seseorang memikirkan cara-cara

yang digunakan dan merancang tindakan yang akan diambil untuk

mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Motivasi merupakan kemampuan seseorang memotivasi diri

melalui

pikirannya untuk melakukan sesuatu tindakan dan keputusan untuk

mencapai tujuan yang diharapkan.

3. Afeksi merupakan kemampuan mengatasi perasaan emosi yang

timbul pada diri sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

4. Seleksi merupakan kemampuan seseorang untuk menyeleksi

tingkah laku dan lingkungan yang tepat sehingga dapat mencapai

tujuan yang diharapkan.

Dari dua aspek yang dikemukakan oleh bandura dan Corsini, penulis

lebih memilih aspek yang dikemukakan oleh Bandura. Seseorang yang

memiliki self-efficacy tinggi percaya bahwa mereka dapat menanggulangi

kejadian dan situasi secara efektif. Mereka mempunyai kepercayaan diri

yang tinggi berkaitan dengan kemampuan mereka dibanding dengan orang

yang memiliki self-efficacy rendah, dan mereka hanya menunjukkan

sedikit keraguan terhadap diri sendiri. Mereka melihat kesulitan yang ada

adalah sebagai sesuatu yang menantang, dibandingkan sebagai sesuatu

yang mengancam, mereka juga secara aktif selalu berusaha menemukan

situasi - situasi baru.

Tingginya self-efficacy menurunkan rasa takut akan kegagalan,

meningkatkan aspirasi, meningkatkan cara penyelesaian masalah, dan

kemampuan berpikir analitis. Oleh sebab itu, siswa dalam pemilihan

kariernya tentu akan menggunakan tiga tingkatan yang dikemukakan oleh

Bandura. Individu dengan harapan yang tinggi mampu mencapai hasil

yang tinggi dalam kariernya. Fungsi dari keberhasilan siswa dalam

pencapaian efficacyyang tinggi, semata-mata untuk meningkatkan usaha

dan ketekunan individu. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Pajares

(2005), individu yang memiliki kepercayaan dan keyakinan yang tinggi

akan menunjukan kemampuannya, tingkat usaha yang tinggi, bertahan dan

memiliki keterlibatan kekuatan dari keyakinan yang dimilikinya.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

C. Locus Of Control

Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian locus of control,

teori locus of control, dan aspek locus of control

1. Definisi

Locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap suatu

peristiwa apakah individu dapat atau tidak dapat mengendalikan peristiwa

yang terjadi padanya (Salomi, 2004; 635-643). Johan(dalam Kustono;

2011) mengungkapkan bahwalocus of control adalah persepsi sesorang

terhadap keberhasilan ataupun kegagalan dalam melakukan berbagai

kegiatan dalam hidupnya yang dihubungkan dengan faktor eksternal yaitu

nasib, keberuntungan, kekuasaan dan lingkungan kerjaserta dihubungkan

dengan faktor internal individu yang di dalamnya mencakup kemampuan

kerja dan tindakan kerja yang berhubungan dengan keberhasilan dan

kegagalan individu. Oleh karena itu ada beberapa definisi yang

dikemukakan oleh beberapa peneliti-peneliti. Locus of control menurut

Spector (dalam Munir & Sajid, 2010; 21) Didefinisikan sebagai cerminan

dari sebuah kecendrungan seorang individu untuk percaya bahwa dia

mengendalikan peristiwa yang terjadi dalam hidupnya (internal) atau

kendali atas peristiwa yang terjadi dalam hidupnya itu berasal dari hal lain,

misalnya kuasa orang lain (eksternal). Locus of control menurut Lee-

Kelley (dalam April et al, 2012; 13) digambarkan sebagai dimensi dengan

dua sisi yang berlawanan. Dimensi yang mencerminkan sejauh mana

orang percaya bahwa apa yang terjadi kepada mereka adalah dalam

kendali mereka atau di luar kendali mereka.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

Pada suatu kesemptan, Robbins (2007; 102) mengemukakan bahwa

internal locus of control adalah keyakinan individu atas pengendalian

dirinya atas apapun yang terjadi pada diinya, eksternal locus of control

adalah keyakinan individu atas pengendalian dari luar dirinya seperti

keberuntungan dan kesempatan. Demirtas & Güneş (dalam Hamedoglu et

al, 2012; 115) mengemukakan bahwa locus of control menurut dapat

didefinisikan sebagai Kekuatan yang mengendalikan tindakan diri

karyawan dan hal-hal yang dilakukan terhadap mereka, selain itu locus of

controldianggap sebagai persepsi orang tentang siapa atau apa yang

bertanggung jawab atas hasil dari perilaku atau peristiwa dalam kehidupan

mereka. Locus of control menurut Robbins (2007, 102) adalah tingkat di

mana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri.

Faktor internal adalah individu yang yakin bahwa mereka merupakan

pemegang kendali atas apa pun yang terjadi pada diri mereka, sedangkan

faktor eksternal adalah individu yang yakin bahwa apapun yang terjadi

pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti keberuntungan

dan kesempatan.

Sejalan dengan Locus of control menurut O’Driscoll (2006; 105)

adalah Kecenderungan seseorang dalam mempersepsi suatu keadaan dan

hasil yang akan didapatnya, apakah dibawah kendali dirinya sendiri atau

di bawah kendali sesuatu di luar dirinya yang tidak mampu ia kendalikan,

seperti orang lain, nasib, atau takdir. Locus of control menurut Larsen &

Buss (2002; 243) adalah Suatu konsep yang menunjuk pada keyakinan

individu mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Locus

of control menurut Greenhaus&Callanan (2006) adalah Kecendrungan

menempatkan persepsi atas satu kejadian atau hasil yang didapat dalam

hidup individu apakah sebagai hasil dari dirinya sendiri atau karena

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

bantuan dari sumber-sumber di luar dirinya di mana ia sendiri memiliki

peran yang sangat sedikit, seperti keberuntungan, takdir, atau bantuan

orang lain.

Berdasarkan pandangan beberapa ahli di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa locus of control adalah persepsi seseorang terhadap

keberhasilan ataupun kegagalannya dalam melakukan berbagai kegiatan

dalam hidupnya yang disebabkan oleh kendali dirinya atau kendali di luar

dirinya.

2. Teori Locus Of Control

Locus of control adalah teori yang dibuat oleh Julian Rotter sebagai

bagian dari teori belajar sosialnya. Teori belajar sosial merupakan respon

terhadap teori psikoanalisis Freus dan Behaviorisme Skinner. Menurut

Rotter, individu memiliki kontrol lebih dari psikoanalisis dan

behaviorisme akan mendapatkan keuntungan dalam hal penguatan.

(Martinez, 2007).

Locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap suatu

peristiwa apakah dia dapat atau tidak dapat mengendalikan peristiwa yang

terjadi padanya (dalam Engko& Gudeno; 2007). Larsen dan Buss, (2002)

mendefinisikan locus of control sebagai suatu konsep yang menunjuk pada

keyakinan individu mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam

hidupnya.

Locus of control menggambarkan seberapa jauh seseorang

memandang hubungan antara perbuatan yang dilakukannya (action)

dengan akibat/hasilnya (outcome). Locus of control menurut Hjele dan

Ziegler, (1981); Baron dan Byrne, (1994) diartikan sebagai persepsi

sesorang tentang sebab-sebab keberhasilan atau kegagalan dalam

melaksanakan pekerjaannya.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

Stone dan jackson (dalam Elizabeth, 2006) mengatakan bahwa

seseorang yang memiliki locus of controlinternal yakin bahwa dirinya

memiliki kontrol terhadap kejadian-kejadian dalam hidupnya. Individu

akan melakukan perubahan terhadap dirinya dan tindakan-tindakannya

serta yakin dan seolah-olah dirinya mampu mengendalikan masa depannya

dan memandang dirinya sendiri sebagai agen yang efektif dalam

menentukan peristiwa-peristiwa yang terjadi.

b. Aspek-aspek Locus Of Control

Aspek-aspek locus of control dikemukakan oleh Rotter berdasarkan

teori belajar sosial (Ryff & Keyes; 1995). Dalam teori belajar ini, Rotter

mengemukakan dua aspek utama yaitu internal locus of control dan

eksternal locus of control. Rotter (dalam Corsini & Marsella, 1983)

menjelaskan aspek locus of control:

1. Locus Of Control Internal

Individu dengan pusat kendali internal cenderung mengangap

bahwa keterampilan (skill), kemampuan (ability), dan usaha (effort)

mereka sendiri lebih menentukan apa yang mereka peroleh dalam hidup

mereka. Mereka meyakini bahwa merekalah yang mengendalikan nasib

dan apa pun yang terjadi dalam hidup mereka.locus of controlinternal

mengacu pada orang-orang yang percaya bahwa hasil, keberhasilan dan

kegagalan mereka adalah hasil dari tindakan dan usaha mereka sendiri.

individu yang memiliki kecendrungan locus of control internal adalah

individu yang memiliki keyakinan untuk dapat mengendalikan segala

peristiwa dan konsekuensi yang memberikan dampak pada hidup mereka.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

Individu dengan locus of control internal mempunyai persepsi

bahwa lingkungan dapat dikontrol oleh dirinya sehingga mampu

melakukan perubahan-perubahan sesuai dengan keinginannya. Faktor

internal individu yang di dalamnya mencakup kemampuan kerja,

kepribadian, tindakan kerja yang berhubungan dengan keberhasilan

bekerja.

Aspek Internal locus of control memiliki beberapa ciri yang

diungkapkan oleh Crider (dalam Certi et al, 2012):

1. Suka bekerja keras.

2. Memiliki inisiatif yang tinggi.

3. Selalu berusaha untuk menemukan pemecahan masalah.

4. Selalu mencoba untuk berpikir seefektif mungkin.

5. Selalu mempunyai persepsi bahwa usaha harus dilakukan jika

ingin berhasil.

2. Locus Of Control Eksternal

locus of control eksternal mengacu pada keyakinan bahwa

kesempatan, nasib, manajer, supervisor, organisasi dan hal-hal yang

lainnya dapat lebih kuat untuk membuat keputusan tentang kehidupan dan

hasil dari seorang individu. Individu dengan locus of control eksternal

tinggi cenderung akan pasrah terhadap apa yang menimpa dirinya tanpa

usaha untuk melakukan perubahan, sehingga cenderung untuk menyukai

perilaku penyesuaian diri terhadap lingkungan agar tetap bertahan dalam

situasi yang ada.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

Aspek eksternal locus of control memiliki beberapa ciri yang

diungkapkan oleh Crider (dalam Certi et al, 2012):

1. Kurang memiliki inisiatif.

2. Mempunyai harapan bahwa sedikit korelasi anatara usaha dan

kesuksesan.

3. Kurang suka berusaha karena faktor luar yang mengontrol.

4. Kurang mencari informasi untuk memecahkan masalah.

D. Hasil-hasil Penelitian

1. Self-efficcay Dan Jenis Kelamin Dengan Kematangan Karier

Penelitian yang dilakukan oleh Olanrewaju (2013),

mengemukakan bahwa ada pengaruh self-efficacay terhadap karier remaja

di Nigeria. Sampelnya 210 peserta dipilih secara acak dari tujuh sekolah

menengah di Nigeria, dengan menggunakan teknik simple random

sampling. Usia dari 14-20 tahun. Hasil penelitian menunjukan ada

pengaruh signifikan antara self-efficacy terhadap karier, dengan jumlah

(ΔR2 = .18, β = .27, df (5,204) = 3.71, p < .05). Hal yang sama juga

dilakukan oleh Wibowo (2010) mengungkapkan bahwa self-efficacy dan

jenis kelamin memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kematangan

karier. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Bozgeyilki et al

(2009) kepada 364 pemuda di Turki dengan menggunakan metode random

sampling. Temuannya menunjukan tidak adanya pengaruh yang signifikan

antara self-eeficacay dan jenis kelamin terhadap kematangan karier bagi

pemuda-pemudi yang memiliki status sosial ekonomi yang berbeda, denga

hasil penelitiannya F=28,555, p<.001. Penelitian yang sama juga

dilakukan oleh Zulkaida et al (2007), yang menemukakan bahwa

sumbangan self-efficacy tidak berpengaruh signifikan terhadap

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

kematangan karier, dengan nilai sebesar 1,548 (p>0.05). Tyaset al(2012)

kepada siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali, secara parsial

tidak ada pengaruh yang signifikan antara self-efficacy dan jenis kelamin

dengan kematangan karier pada siswa. Hal ini ditunjukan dengan koefisien

korelasi sebesar o,115, p>0,05. Hal yang sama juga dikemukakan oleh

Racmawati (2012) pada mahasiswa tingkat akhir dan mahasiswa angkatan

2010 universitas Surabaya, dengan jumlah sampel 273 orang, dengan

menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitiannya menunjukan

tidak ada hubungan self-efficacy dan jenis kelamin dengan kematangan

karier pada mahasiswa tingkat akhir dengan nilai p>0,05.

Dari hasil penelitian pro dan kontra yang telah dikemukakan maka

hal ini menunjukan semakin tinggi tingkat self-efficacy siswa laki-laki dan

perempuan maka semakin tinggi pula tingkat kematangan kariernya. Self-

efficacy dijelaskan sebagai suatu kemampuan individu dalam

mengorganisir dan melaksanakan tindakan guna mencapai sesuatu yang

ingin dicapai. Dengan demikian hipotesis yang dibangun ada pengaruh

interaksi antara self-efficacy dengan kematangan karier siswa kelas XII

SMA Negeri 1 Larat Maluku Tenggara Barat.

2. Locus Of Control Dan Jenis Kelamin Dengan Kematangan

Karier

Zulkaida et al (2007) pada siswa kelas XI SMA 39 Jakarta, dengan

menggunakan analisis regresi berganda, mendapatkan hasil bahwa Locus

of Control dan jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kematangan karier siswa SMA Sebesar 3,886 (p<0,05). Sejalan dengan

itu, penelitian yang dilakukan oleh oleh Olanrewaju (2013),

mengemukakan bahwa ada pengaruh locus of control dan jenis kelamin

terhadap karier remaja di Nigeria, dengan menggunakan teknik simple

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

random sampling. Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh signifikan

antara dilakukan oleh remaja di Negeria dengan jumlah 0,89; p<0,05. Hal

yang sama juga diungkapkan oleh Akbult (2010) yang mengungkapkan

bahwa locus of control dan jenis kelamin berpengaruh secara positif

terhadap kematangan karier. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan

oleh Pinasti (2011) mengemukakan bahwa tidak ada pengaruh signifikan

locus of control dan jenis kelamin mempengaruhi kematangan karier

remaja, di mana hasil penelitiannya menunjukan eksternal locus of control

sebesar -0,027, dan internal locus of control sebesar -0,207, p>0,05.

sementara Wibowo (2010) mengungkapkan bahwa locus of control dan

jenis kelamin tidak memberikan pengaruh terhadap kematangan karier.

Dari hasil-hasil penelitian di atas, ada yang mendukung dan

menolak tentunya memberikan sebuah kontribusi dan pemahaman bahwa

locus of control dan jenis kelamin merupakan suatu konsep yang

menunjukan pada keyakinan siswa laki-laki dan perempuan mengenai

peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup. Locos of control

menggambarkan seberapa jauh laki-laki dan perempuan memandang

hubungan antara perbuatan yang dilakukannya (action) dengan akibat atau

hasil (outcome). Dengan demikian hipotesis yang dibangun ada pengaruh

interaksi antara locus of control dengan kematangan karier siswa kelas XII

SMA Negeri 1 Larat Maluku Tenggara Barat.

3. Self-efficacy Dan Locus of Control dengan Kematangan Karier

Penelitian yang dilakukan oleh Olanrewaju (2013)

mengungkapkan bahwa secara simultan ada hubungan yang positif

signifikan antara self-efficacy dan locus of control terhadap karier dengan

jumlah r = 0,89; p< 0,05. Sama hal juga, penelitian yang dilakukan oleh

Zulkaida et al (2007) mengemukakan self-efficacy dan locus of control

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

ketika diuji secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap

kematangan karier dengan nilai f diperoleh 13,599 (p<0,01). Penelitian

yang dilakukan oleh Pinasti (2012) mengungkapkan bahwa secara

simultan tidak ada pengaruh yang signifikan antara self-efficacy dan locus

of control terhadap kematangan karier, dengan nilai F diperoleh 0,201

(p>0,01). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Fogarty & Bayne (2008)

bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara self-efficacy dan locus of

control terhadap karier atlet, dengan hasil -0,44 (p>0,01).

Berdasarkan hasil penelitian self-efficacy dan locus of control

dengan kematangan karier, maka terlihat kedua variabel sama-sama

berkontribusi terhadap kematangan karier. Meningkatnya self-efficay akan

meningkatnya kematangan karier, sementara semakin internal locus of

control individu akan meningkat pula kematangan kariernya. Berdasarkan

hal ini maka variabel self-efficacy dan locus of control sama-sama

mendukung terciptanya serta meningkatnya kematangan karier. Dengan

demikian hipotesis yang dibangun adalah ada hubungan signifikan antara

self-efficacy dan locus of control dengan kematangan karier kelas XII

SMA Negeri 1 Larat Maluku Tenggara Barat.

E. Dinamika Psikologis Hubungan Antara Variabel

1. Self-efficacy Dan Jenis Kelamin Terhadap Kematangan Karier

Dalam proses mempersiapkan karier, siswa laki-laki dan

perempuan diharapkan memeiliki keyakinan diri untuk memberikan

pengaruh pada keinginan untuk mengembangkan beragam kemampuan

dalam diri mereka. Pendapat ini sejalan dengan yang dilakukan oleh

Wibowo (2010) mengungkapkan bahwa self-efficacy dan jenis kelamin

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kematangan karier. siswa

laki-laki dan perempuan yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

berpikir bahwa hambatan atau kendala selalu dapat diatasi melalui

pengambangan diri dan ketekunan. Dengan keyakinan diri yang tinggi

akan membangun kemampuan diri melalui usaha yang tidak kenal lelah,

sementara siswa laki-laki dan perempuan dengan self-efficacy rendah akan

menghambat dan memperlambat pengambangan kemampuan diri mereka.

Sejalan dengan itu penelitian yang dilakukan oleh penelitian yang

dilakukan oleh Patton dan Creed (2003) pada pelajar di Australia berhasil

mengungkapkan bahwa ada hubungan self-efficacy dan jenis kelamin

dengan kematangan karier siswa Australia. Dengan demikian siswa laki-

laki dan perempuan yang mempunyai penilaian negatif terhadap

kemampuan dirinya, atau self-efficacy yang rendah, dalam melakukan

pemilihan karier akan merasa cemas, kehilangan minat dan usaha untuk

melakukan pengenalan diri dan pekerjaan dan mengalami kesulitan jika

menghadapi masalah dalam pemilihan karier. Hal ini akan berakibat pada

rendahnya kematangan karier.

2. Locus Of Control Dan Jenis Kelamin dengan Kematangan

Karier

Manusia bekerja tidak lagi sekedar untuk memenuhi kebutuhan

fisiologisnya saja, tetapi membutuhkan suatu peningkatan non materi yang

lebih bersifat perwujudan dan aktualisasi diri yaitu dalam bentuk karier.

Siswa laki-laki dan perempuan yang mempunyai internal locus of control

ketika di hadapkan dengan pemilihan karier, maka akan melakukan usaha

untuk mengenali diri, mencari tahu tentang pekerjaan dan langkah-langkah

pendidikan serta berusaha mengatasi masalah yang berkaitan dengan

pemilihan karier, dan jika siswa laki-laki dan perempuan mengimbangi

internal locus of control yang tinggi dengan eksternal locus of control

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

yang sedang maka akan membuat siswa laki-laki dan perempuan matang

dalam karier.

Sejalan dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2010)

bahwa Siswa dengan internal locus of control yang tinggi cenderung

menganggap bahwa keterampilan, kendali kemampuan, dan usaha mereka

sendiri lebih menentukan apa yang mereka peroleh dalam hidup mereka.

Siswa yang memiliki eksternal locus of control yang sedang akan

menunjukkan bahwa siswa laki-laki dan perempuan lebih lebih

mengimbangi usaha dalam mendukung kesuksesan atau kegagalan dalam

hidup mereka dengan lingkungan yang berada disekitar mereka. Penelitian

yang dilakukan oleh Akbult (2010) yang mengungkapkan bahwa locus of

control dan jenis kelamin berpengaruh secara positif terhadap kematangan

karier. Artinya bahwa Siswa laki-laki dan perempuan cenderung tidak

terlalu menganggap bahwa hidup mereka ditentukan terutama oleh

kekuatan dari luar diri mereka, seperti nasib, takdir, keberuntungan, dan

orang lain yang berkuasa. Locus of control memiliki dampak yang

memainkan peran penting dalam ranah kehidupan seseorang lebih kusus

memperoleh karier yang baik.

3. Perbedaan Jenis Kelamin Dengan Kematangan Karier

Dalam karier perbedaan jenis kelamin membawa perbedaan terhadap

tinggi rendahnya kematangan karier. Hirschi & Lage (2007) menjelaskan

lewat hasil penelitiannya bahwa siswa yang pada usia 12-16 tahun,

pemilihan kariernya berada pada fase telah memilih bidang karier tertentu

namun belum yakin dengan pilihannya. Berdasarkan pada perebedaan

jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, dijelaskan bahwa laki-laki

memilih bidang kariernya berdasarkan pada bidang pekerjaan orang

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

tuanya. Sementara hasil temuan yang dilakukan oleh perempuan

menunjukan bahwa siswa perempuan lebih menghadapi kesulitan dalam

pengambilan keputusan karier. Hal ini dikarenakan perempuan lebih

menghadapi kemungkinan dibatasi untuk memilih bidang karier. Dengan

demikian hipotesis yang dirumuskan adalah ada perbedaan kematangan

karier ditinjau dari jenis kelamin siswa kelas XII SMA Negeri Larat

Maluku Tenggara Barat .

F. Model Penelitian

Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu, maka model penelitian

yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

X1(Self Efficacy)

Kematangan Karier

Locus Of Control

(eksternal-

internal) Jenis Kelamin

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9289/2/T2_832013011_BAB II… · pengetahuan dan keterampilan untukmembuat keputusan kari. e.

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah pada Bab 1, hasil-hasil penelitian

sebelumnya, dan model penelitian yang ada, maka hipotesis penelitian ini

adalah:

1. Ada hubungan yang signifikan antara self-efficacy dan locus of

control dengan kematangan karier siswa kelas XII SMA Negeri 1

Larat Maluku Tenggara Barat

2. Ada pengaruh interaksi yang signifikan dari Self-efficacy dan jenis

kelamin dengan kematangan karier siswa kelas XII SMA Negeri 1

Larat Maluku Tenggara Barat

3. Ada pengaruhinteraksi yang signifikan dari locus of control dan

jenis kelamin dengan kematangan karier siswa kelas XII SMA

Negeri 1 Larat Maluku Tenggara Barat.

4. Ada perbedaan kematangan karier ditinjau dari jenis kelamin siswa

kelas XII SMA Negeri 1 Larat kelas Maluku Tenggara Barat.