Bantuan Hidup Dasar

63
BAB I PENDAHULUAN Cardiopulmonary resuscitation (CPR) adalah serangkaian tindakan menyelamatkan nyawa yang meningkatkan kesempatan untuk bertahan hidup setelah henti jantung arrest. Meskipun pendekatan optimal untuk CPR dapat bervariasi, tergantung pada penyelamat, korban, dan sumber daya yang tersedia, tantangan mendasar tetap: bagaimana untuk mencapai CPR dini dan efektif. Mengingat tantangan ini, tindakan yang cepat oleh penyelamat terus menjadi prioritas untuk Pedoman AHA untuk CPR dan ECC tahun 2010. 1 Henti jantung masih merupakan masalah kessehatan dunia dan menyebabkan kematian di banyak bagian didunia. Henti jantung terjadi didalam dan diluar rumah sakit. Di Amerika serikat dan Kanada diperkirakan sekitar 350.000 orang/tahun terkena henti jantung dan mendapat resusitasi . Perkiraan ini tidak termasuk pasien yang tidak diresusitasi. Sementara itu resusitasi tidak selalu tepat. Ada banyak nyawa yang hilang akibat resusitasi yang tidak tepat. 1 Diperkirakan sekitar 50-55/100.000 penduduk di AS dan Kanada terkena henti jantung, sekitar 25% terkena ventrikel aritmia. Sedangkan kejadian di rumah sakit 1

description

bantuan hidup dasar, RJP

Transcript of Bantuan Hidup Dasar

Page 1: Bantuan Hidup Dasar

BAB I

PENDAHULUAN

Cardiopulmonary resuscitation (CPR) adalah serangkaian tindakan

menyelamatkan nyawa yang meningkatkan kesempatan untuk bertahan hidup setelah

henti jantung arrest. Meskipun pendekatan optimal untuk CPR dapat bervariasi,

tergantung pada penyelamat, korban, dan sumber daya yang tersedia, tantangan

mendasar tetap: bagaimana untuk mencapai CPR dini dan efektif. Mengingat

tantangan ini, tindakan yang cepat oleh penyelamat terus menjadi prioritas untuk

Pedoman AHA untuk CPR dan ECC tahun 2010.1

Henti jantung masih merupakan masalah kessehatan dunia dan menyebabkan

kematian di banyak bagian didunia. Henti jantung terjadi didalam dan diluar rumah

sakit. Di Amerika serikat dan Kanada diperkirakan sekitar 350.000 orang/tahun terkena

henti jantung dan mendapat resusitasi. Perkiraan ini tidak termasuk pasien yang tidak

diresusitasi. Sementara itu resusitasi tidak selalu tepat. Ada banyak nyawa yang

hilang akibat resusitasi yang tidak tepat.1

Diperkirakan sekitar 50-55/100.000 penduduk di AS dan Kanada terkena henti

jantung, sekitar 25% terkena ventrikel aritmia. Sedangkan kejadian di rumah sakit

diperkirakan sekitar 5-6/1000 orang/tahun dan sekitar 25% nya terkena ventrikel

aritmia. Korban henti jantung dengan ventrikel takikardi dan ventrikel fibrilasi

prognosisnya lebih baik dibandingkan pasien asistole.1

Dalam melakukan pelayanan kegawatdaruratan, kita memperhatikan dua

komponen utama, yaitu komponen bantuan hidup jantung dasar serta komponen

bantuan hidup jantung lanjut sebagai pelengkap jika bantuan hidup jantung dasar

berhasil dilakukan.2

1

Page 2: Bantuan Hidup Dasar

Bantuan jantung hidup dasar umumnya tidak menggunakan obat-obatan dan

dapat dilakukan dengan baik setelah melalui pelatihan singkat. Seiring dengan

perkembangan pengetahuan dibidang kedokteran, maka pedoman bantuan jantung

hidup dasar yang sekarang dilaksanakan telah mengalami perbaikan dibandingkan

dengan sebelumnya.bulan oktober 2010, American Heart Association mengeluarkan

pedoman baru hidup dasar dewasa. Dalam bantuan hidup dasar ini, terdapat beberapa

perubahan sangat mendasar dan berbeda dengan panduan bantuan hidup dasar yang

telah dikenal sebelumnya seperti :2

1. Pengenalan kondisi henti jantung mendadak segera berdasarkan penilaian

respon pasien dan tidak adanya nafas.

2. Perintah “Look, Listen, Feel” dihilangkan dari algoritma bantuan hidup dasar.

3. Penekanan bantuan kompresi dada yang kontinu dalam melakukan resusitasi

jantung paru oleh tenaga yang tidak terlatih.

4. Perubahan urutan pertolongan bantuan hidup dasar dengan mendahulukan

kompresi sebelum melakukan pertolongan bantuan nafas (CAB dibandingkan

dengan ABC).

5. Resusitasi jantung paru (RJP) yang efektif dilakukan sampai didapatkan

kembalinya sirkulasi spontan atau penghentian upaya resusitasi.

6. Peningkatan fokus metode untuk meningkatkan kualitas RJP yang baik.

7. Penyederhanaan Algoritma Bantuan Hidup Dasar.

Komponen yang harus dikuasai sebelum melakukan bantuan hidup jantung

dasar adalah pengetahuan untuk menilai keadaan pasien, tehnik penilaian pernafasan

yang baik serta pemberian ventilasi buatan yang baik dan benar, dilanjutkan dengan

tehnik kompresi dada yang baik serta kompresi yang ade kuat, serta penggunaan

automated external defibrillator jika memang tersedia, selain komponen pengetahuan

serta tehnik yang sudah disebutkan diatas, para penolong pertama yang melakukan

bantuan hidup jantung dasar, juga harus menguasai tehnik mengeluarkan obstruksi

jalan nafas karena sumbatan benda asing.2

2

Page 3: Bantuan Hidup Dasar

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistim Respirasi, Kardiovaskular Dan

Serebrovascular

2.1.1 Pendahuluan

Pengenalan serta pemahaman yang baik terhadap anatomi serta fisiologi system

respirasi, serta kardiovaskular akan membantu pelaksanaan secara optimal bantuan

hidup dasar baik untuk orang awam terlebih lagi untuk tenaga kesehatan. Dengan

mengetahui anatomi serta fisiologi, penolong dapat mengurangi efek samping

yang dapat terjadi saat pelaksanaan bantuan hidup dasar baik untuk penolong

maupun untuk penderita.2

2.1.2 Sistem respirasi

Anatomi system respirasi terbagi menjadi 4 komponen, yaitu :2

1. Saluran nafas sebagai tempat masuknya udara luar kedalam tubuh manusia

2. Alveoli : kantung udara tempat terjadinya pertukaran oksigen dan

karbondioksida didalam paru-paru

3. Komponen neuromuscular

4. Komponen pembuluh darah arteri, kapiler dan vena-vena

Saluran pernafasan terbagi menjadi 2, saluran bagian atas dan saluran bagian

bawah. Bagian atas terdiri dari hidung, mulut, faring dan laring. Bagian bawah

terdiri dari trakea, bronkus, bronkiolus dan berakhir dialveoli. Komponen

neuromuscular sistem respoirasi meliputi pusat saraf di otak, batang otak serta

jaras-jaras menuju otot diafragma, otot intercostalis, serta otot bahu dan leher.

Dinding dada atau yang sering dikenal dengan nama dinding thoraks terdiri 12

tulang iga yang melekat di vertebrae. Sepuluh tulang iga yang melekat di sternum

dan 2 tulang iga yang tidak melekat ke sternum. Alveoli yang dilapisi oleh selapis

nsel tipis dengan pembuluh darah kapiler di dalamnya adalah kantung udara

3

Page 4: Bantuan Hidup Dasar

tempat terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida. Arteri pulmonalis

merupakan pembubluh darah yang keluar dari ventrikel kana berisi darah dngan

kandungan oksige rendah menuju alveoli paru. Setelahh dilakukan pertukaran

oksigen dengan karbondioksida di kapiler, darah tersebut mengalir ke atrium kiri

melalui vena pulmonalis menuju atrium kiri dengan kandungan oksigen yang lebih

tinggi untuk didistribusi keseluruh tubuh.2

1. Fisiologi sistem respirasi

Sistem respirasi berfungsi membewa oksigen dari udara luar masuk kedalam

darah dan membuang karbondioksida dari dalam tubuh. Oksigen diperlukan

sebagai bahan bakar pada metabolisme tubuh. Sistem kardiovaskular

mendistribusikan darah baik dari paru keseluruh tubuh atau sebaliknya. Jika

terjadi penuirunan jumlah oksigen yang dibawa dalam darah atau kemampuan

darah mengikat oksigen maka akan terjadi kerusakan jaringan karena

kekurangan oksigen . untuk mempertahankan keseimbangan, tubuh mengubah

sistem metabolisme dari aerobik dengan hasil samping adalah asam laktat. Jika

proses tersebut terjadi dalam jumlah besar, akan terjadi asidodis metabolik.2

Sebaliknya, jika jika sistem respirasi mengalami kegagalan maka

pengeluaran karbondioksida dari dalam tubuh akan mengalami gangguan.

Keadaan tersebut akan mengakibatkan terjadinya penumpukan gas

karbondioksida (hiperkarbia) sehingga darah menjadi asam yang disebut

asidosis respiratorik. Dalam keadaan normal, kadar oksigen dan karbondioksida

dalam darah mengalami keseimbangan yang diatur oleh pusat pernafasan

diotak. Karbondioksida juga berfungsi sebagai stimulasi primer pengaturan

kecepatan dan kedalaman pernafasan.2

2. Henti nafas serta gangguan sistem respirasi

Konsukuensi gangguan sistem respirasi adalah gangguan disttribusi oksigen

yang adekuat keseluruh tubuh. Sebagai contoh, bila pasien mengalami henti

nafas, maka diperlukan ventilasi bantuan dengan tekana positif dari mulut

4

Page 5: Bantuan Hidup Dasar

kemulut, mulut kesungkup atau bag mask ventilation. Ventilasi dengan

menggunakan tekanan positif dan suplemen oksigen untuk membantu supaya

asupan oksigen ketubuh tetap adekuat.2

3. Henti nafas sentral

Pusat pernafasan diotak dipengaruhi oleh aliran darah serta kadar oksigen

dan karbondioksida dalam tubuh. Keadaan tertentu seperti henti jantung, syok

atau stroke menyebabkan gangguan aliran darah keotak. Pernafasan akan

berhenti beberapa detik setelah terjadi henti jantung. Penurunan suplai oksigen

serta gangguan pengeluaran oksigen dari tubuh yang disebabkan oleh sumbatan

dijalan nafas atau gangguan otot-otot rangka pernafasan juga menyebabkan

henti nafas.2

4. Sumbatan jalan nafas

Sumbatan jalan nafas adalah tertutupnya jalan nafas yang umumnya

disebabkan olehh benda asing yang menutupi jalan nafas atau jatuhnya lidah

dan epiglotis saat penderita teertidur atau tidak sadarkan diri. Menurut data

statistik di Amerika Serikat, kematian akibat sumbatan jalan nafas karena benda

asing sangat jarang terjadi (1,2 per 100.000 kematian) namun penanggulangan

kasus-kasus sumbatan jalan nafas karena benda asing perlu diketahui oleh

masyarakat untuk keamanan dirumah, restoran atau tempat-tampat umum yang

lain.2

2.1.3 Sistem kardiovaskular

1. Anatomi sistem kardiovaskular

Sistem kardiovaskular meliputi jantung, arteri, vena dan kapiler. Jantung

sebagai pompa darah keseluruh tubuh pada orang dewasa memiliki ukuran

tidak lebih dari sekepal tangan laki-laki dewasa. Jantung berada dipusat rongga

dada, berada diatas diafragma dikelilingi oleh paru kiri dan kanan serta

terlindungi oleh tulang sternum. Jantung memiliki bewberapa ruang-ruang

yang saling berhubungan dibungkus oleh selaput yang kuat yang disebut

pericardium. Dinding ruang tersebut terdiri dari otot jantung yang dikenal

5

Page 6: Bantuan Hidup Dasar

dengan miokard. Perikardium terbagi 2 menjadi pericardium parietal dan

visceral. Kedua pericardium tersebut membentuk rongga yang berisi cairan

pelumas (cairan pericardium) untuk mengurangi gesekan yang terjadi akibat

pergerakan jantung. Ruang-ruang jantung tebagi menjadi 4 bagian : dua ruang

atrium dan dua ruang ventrikel. Bagian kanan jantung menerima darah yang

mengandung banyak karbondioksida dari seluruh tubuh yang akan dibawa

keparu untuk pertukaran gas di alveoli.2

Setelah terjadi pertukaran, darah akan kembali kejantung bagian kiri melalui

vena pulmonalis menuju atrium kiri lanjut ke ventrikel kiri sebelum

dipompakan keseluruh tubuh. Katup-katup jantung membatasui ruang-ruang

atrium dengan ventrikel dan ventrikel dengan pembuluh darah besar seperti

aorta dan arteri pulmonalis. Katup ini berguana untuk mempertahankan supaya

aliran darah tetap menuju distal dan tidak kembali ke proksimal. Transportasi

darah menuju ruang-ruang jantung menggunakan kontraktilitas otot jantung,

baik di atrium maupun di ventrikel. Untuk memenuhi kebutuhan

metabolismenya, otot jantung mendapat perdarahan dari arteri koroner kanan

dan arteri koroner kiri.2

2. Fisiologi jantung

Jantung berfungsi untuk memompa darah ke paru serta keseluruh tubuh.

Pembuluh darah arteri dan vena berperan sebagai pipa penyaluran darah dari

jantung. Pertukaran gas karbondioksida serta oksigen dalam darah terjadi

alveoli dengan perantaran pembuluh darah kapiler. Untuk pernafasan tingkat

sel, pertukaran gas karbondioksida serta oksigen terjadi pad amitokondria

secara terus menerus yang diteruskan kedalam darah sebelum terjadi

pertukaran di alveolus. Jantung itu memiliki fungsi sebagai pompa ganda.

Pompa pertama jantung yaitu jantung bagian kanan, menerima darah yang

memiliki kandungan karbondioksida yang lebih banyak dari seluruh tubuh.

Kemudian darah tersebut dipompakan melalui ventrikel kanan menuju paru-

paru untuk melakukan pertukaran gas secara difusi dialveolus, setelah dari

6

Page 7: Bantuan Hidup Dasar

alveolus, darah yang memiliki kandungan oksigen yang lebih banyak dibawa

kembali menuju jantung melalui vena pulmonalis menuju atrium kiri, masuk

ke ventrikel kiri selanjutnya dipompakan keseluruh tubuh dan arteri koroner.2

Jantung dewasa dalam keadaan istirahat berdenyut antara 60-100 kali

permenit. Dalam tiap denyutnya jantung memompakan sekitar 70 cc perkali,

sehingga satu menitnjya darah yang dipompakan jantung adalah sekitar 5 liter

darah permenit. Bila melakukan latihan, jantung bisa memompakan darah

sampai 37 liter permenit. Total volume darah individu dengan berat sekitar 70

kg adalah 6 liter. Darah dipompakan keluar dari jantung melalui kontraksi

miokardium yang diawali dengan cetusan listrik secara alami dinodus

sinoatrial yang diteruskan menuju nodus atrioventrikular dan dihantarkan

menuju serabut purkinje melalui berkas his sebelum menggerakkan otot

miokardium untuk memompakan darah keluar jantung. Proses kontraksi in

terjadi secara bersamaan dan berulang secara terus menerus ketika otot jantung

telah siap untuk melakukan kontraksi kembali. Frekuensi denyut jantung dapat

dipengaruhi oleh latihan rutin, rangsangan sistem saraf dari otak, zat-zat

hormonal dalam darah atau obat-obatan yang bersifat merangsang atau

menghambat sistem pacu jantung dan hantaran listrik jantung.2

2.1.4 Sistem serebrovaskular

1. Anatomi sistem serebrovaskular

Susunan sistem saraf pusat terdiri dari otak besar (serebrum), otak kecil

(serebelum), batang otak dan susunan saraf spinal. Bagian otak yang

memilikinperanan besar dalam system saraf adalah serebrum yang

mengendalikan hampir sebagian besar kegiatan sensorik dan motorik tubuh

yang terjadi. Serebrum terbagi menjadi dua hemisfer (bagian besar) yang

dikenal dengan hemisfer kiri dan kanan, dari tiap hemisfer akan dibagi menjadi

beberapa lobus yaitu lobus anterior, medius, parietal, temporal dan oksipital.

Masing-masing hemisfer mengatur dan mengontrol bagian yang berbeda dari

7

Page 8: Bantuan Hidup Dasar

tubuh. Secara garis besar, hemisfer kiri mengendalikan tubuh sebelah kanan dan

hemisfer kanan mengendalikan tubuh sebelah kiri. Batang otak yang terletak

diantara otak besar dan susunan saraf spinal memiliki beberapa jaras (traktus)

yang menghubungkan antara otak besar, otak kecil dan saraf spinal.

Keistimewaan batang otang adalah merupakan pusat pengendali saraf otonom

(saraf yang berdiri sendiri)) contohnya adalah pusat pernafasann (respirasi) dan

peredaran darah (sirkulasi).2

2. Sirkulasi pada otak

Otak merupakan bagian tubuh yang paling banyak memerluka noksigen

untuk aktifitasnya, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan

suplai darah kaya oksigen secara konstan. Apabila terjadi gangguan aliran darah

menuju otak, atau bahkan jika berhenti total, maka bisa terjadi kerusakan

jaringan otak yang mungkinbisa menimbulkan kematian. Pembuluh darah yang

memperdarahi otak terbagi menjadi dua. Pertama arteri kaotis kiri dan kanan

yang memperdarahi 80% sedangkan 20% diperdarahi oleh arteri vertebralis kiri

dan kanan. Kedua arteri ini bertemu membentuk lingkaran yang disebut arteri

Sirkulus Willisi yang membuat seluruh bagian otak tersuplai dengan darah.2

3. Patofisiologi otak

Kerusakan jaringan otak menyebabkan penurunan fungsi bagian yang

terkena, sebaliknya bagian otak yang tidak mengalami kerusakan akan tetap

berfungsi secara normal. Keadaan metabolisme yang terganggu seperti henti

jantung akan mempengaruhi sel-sel otak. Penderita akan mungkin kehilangan

kesadaran, tidak merasakan rangsangan atau nyeri, tidak dapat bergerak dan

kehilangan control terhadap pernafasan. Saat terjadi henti jantung, semua sel

tubuh akan terpengaruh, demikian juga sel-sel otak.2

2.1.5 Interaksi system respirasi, jantung dan otak

Tujuan utama pertolongan darurat kardiovaskular untuk mempertahankan serta

memelihara, kalau mungkin mengembalikan pasokan oksigen secara normal ke organ

tubuh yang sangat membutuhkan oksigen seperti sel saraf, jantung, paru serta otak

8

Page 9: Bantuan Hidup Dasar

yang saling berkaitan dan ketergantungan. Jaringan paru yang merupakan tempat

pertukaran oksigen dan karbondioksida menyediakan suplai oksigen kepada tubuh

yang diangkut dengan menggunakan sel-sel darah yang dipompakan keseluruh tubuh

oleh jantung. Henti jantung serta henti nafas akan menyebabkan aliran oksigen ke

otak terputus.2

2.2 Rantai Kelangsungan Hidup

Berdasarkan pedoman terbaru yang direkomendasikan oleh American Heart

Association, rantai kelangsungan hidup memiliki lima komponen yaitu :1,2

1. Pengenalan kejadian henti jantung dan aktivitas sistem gawat darurat segera

(Early Access)

2. Resusitasi jantung paru segera (Early CPR)

3. Defibrilasi segera (Early Defibrillation)

4. Perawatan kardiovaskular lanjutan yang efektif (Effective ACLS)

5. Penanganan pasca henti jantung yang terintegrasi (Integrated Post Cardiac

Arrest Care)

Penelitian secara klinis dan epidemiologis, membuktikan bahwa ketika rantai

kalangsungan hidup dilaksanakan secara efektif, maka peluang penderita yang

mengalami fibrilasi ventrikel yang disaksikan diluar rumah sakit untuk terselamatkan

bisa sampai 50%. Namun pelaksanaan system pelayanan gawat darurat segera bagi

pasien tidak sadarkan diri baik dilluar maupun didalam rumah sakit sangat

bergantung kepada kecepatan pelaksanaan rantai kelangsungan hidup yang saling

terkait satu dengan yang lainnya secara benar. Bila salah satu komponen tidak

dilakukan secara benar, maka peluang keberhasilan untuk menyelamatkan pasien

mengalami penurunan.1

Rantai pertama pengenalan kejadian henti jantung dan aktivitas sistim gawat

darurat.1

9

Page 10: Bantuan Hidup Dasar

Pengenalan tanda-tanda kegawatan secara dini, seperti keluhan nyeri dada atau

kesulitan bernafas yang menyebabkan penderita mencari pertolongan atau

penolong menghubungi layanan gawat darurat memegang peranan awal yang

penting dalam rantai ini.1

Apabila ditemukan kejadian henti jantung, maka lakukan hal sebagai berikut :1

Identifikasi kondisi penderita dan lakukan kontak ke system gawat darurat

Informasikan segera kondisi penderita sebelum melakukan RJP pada orang

dewasa atau sekitar satu menit setelah memberikan pertolongan RJP pada

bayi dan anak

Penilaian cepat tanda-tanda potensial henti jantung

Identifikasi tanda henti jantung atau henti nafas

Rantai kedua resusitasi jantung paru segera

Kompresi dada dilakukan jika penderita mengalami keadaan henti jantung dan

henti nafas. Kompresi dada sendiri dilakukan dengan melakukan tekanan dengan

kekuatan penuh serta berirama disetengah bagian bawah dari tulang dada. Tekanan

ini dilakukan untuk mengalirkan darah serta menghantarkan oksigen ke otak serta

miokardium. Pernafasan bantuan dilakukan setelah melakukan kompresi dada

dengan cara memberikan nafas dalam waktu satu detik serta mencukupi volume

tidal dan diberikan 2 kali setelah dilakukan 30 kompresi. Untuk kasus trauma,

tengggelam dan overdosis pada dewasa dan anak, sebaiknya penolong melakukan

bantuan RJP selama 1 menit sebelum menghubungi sistem gawat darurat.1

Rantai ketiga defibrilasi segera

Defibrilasi sangat penting dalam memperbaiki angka kelangsungan hidup

pada penderita. Alat automated external defibrillator (AED) jika digunakan oleh

orang yang terlatih dapat memperbaiki angka kelangsungan hidup diluar rumah

sakit. Waktu antara penderita kolaps dan dilaksanakan defibrilasi merupakan saat

kritis. Angka keberhasilan menurun sebanyak 7-10% dalam setiap menit

keterlambatan penggunaan defibrillator.1

10

Page 11: Bantuan Hidup Dasar

Rantai keempat perawatan kardiovaskular lanjutan yang efektif

Pertolongan lebih lanjut oleh paramedic ditempat kejadian merupakan rantai

penting untuk keberhasilan manajemen henti jantung. Petugas ACLS membawa

alat-alat untuk membantu ventilasi, obat untuk control aritmia dan stabilisasi

penderita untuk dirujuk kerumah sakit.1

ACLS memiliki 3 tujuan dalam penyelamataan henti jantung :1

1. Mencegah terjadinya henti jantung dengan memaksimalkan manajemen

lanjut jalan nafas, dan pemberian nafas dan pemberian obat-obatan.

2. Terapi pada penderita yang tidak berhasil dengan defibrilasi.

3. Memberikan defibrilasi jika terjadi VF, mencegah fibrilasi berulang dan

menstabilkan penderita setelah resusitasi.

Rantai kelima penanganan pasca henti jantung yang terintegrasi

Dalam pedoman RJP yang dikeluarkan oleh American Heart Association

tahunn 2010 mulai memperkenalkan kepentingan pelayanan sistematis dan

penatalaksanaan multispesialistik bagi pasien setelah mengalami kembalinya

sirkulasi secara spontan (Return Of Spontaneous Circulation = ROSC).1

Kesimpulan : langkah-langkah kritis yang diperlukan dalam melaksanakan

bantuan hidup dasar adalah pengenalan keadaan serta aktivasi system gawat

darurat segera, RJP segera serta defibrilasi segera. Tindakan tersebut harus

dilakukan oleh orang disekitar yang paling dekat jika menyaksikan seseorang tidak

sadarkan diri secara mendadak. Tidak seperti mitos yang sering kita dengar, untuk

kondisi pasien seperti diatas, RJP merupakan tindakan yang tidak berbahaya.

Lebih berbahaya bagi pasien jika penolong tidak bertindak apa-apa. Kualitas RJP

harus kita perhatikan, kompresi dada harus dikerjakan dengan baik melalui

menekan cepat dan kuat dibagian tengah dari dinding dada. Petugas kesehatan

memegang peranan yang penting dalam perkembangan system pelayanan

kegawatdaruratan kardiovaskular (Emergency Cardiovascular Care System) serta

11

Page 12: Bantuan Hidup Dasar

pendidikan kepada masyarakat dan tampilan bantuan hidup dasar (Performance Of

BLS) pada berbagai situasi klinis.1

2.3 Survei Primer Bantuan Hidup Dasar

2.3.1 Pendahuluan

Dalam melakukan pertolongan menggunakan pendekatan sistematis Bantuan

Hidup Dasar Lanjutan (ACLS), maka kita harus melakukan pengamatan dan

pemeriksaan secara sistematis pula. Pengamatan dan pemeriksaan tersebut dimulai

dari survey primer bantuan hidup dasar dilanjutkan dengan survey bantuan hidup

jantung lanjutan.1

Survey bantuan hidup dasar primer merupakan dasar untuk tindakan

penyelamatan jiwa setelah terjadi keadaan henti jantung. Tindakan ini bisa dilakukan

oleh seorang penolong ataupun lebih secara simultan. Tujuan awal pelaksanaan

survey bantuan hidup dasar primer adalah memperbaiki sirkulasi sistemik yang hilang

pada penderita henti jantung mendadak dengan melakukan kompresi dada secara

efektif dan benar, diikkuti dengan pemberian ventilasi yang efektif sampai didapatkan

kembalinya sirkulasi sistemik secara spontan atau tindakan dihentikan karena tidak

ada respon dari penderita setelah tindakan dilakukan beberapa saat. Jika setelah

dilakukan survey bantuan hidup jantung lanjutan. Pendekatan yang dilakukan saat ini

sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh American Heart Association

tahun2010 dengan skuens survey bantuan hidup dasar CAB.1

2.3.1.1 Survei bantuan hidup dasar primer

Survey bantuan hidup dasar primer merupakan awal dari rangkaian sistematis

pertolongan yang dilakukan bagi penderita yang mengalami keadaan henti jantung

mendadak baik yang disaksikan atau tidak disaksikan. Jika penolong melakukan

tindakan survey bantuan hidup dasar primer secara benar dan efektif serta penderita

didapatkan sudah kembali ke keadaan sirkulasi spontan, maka tindakan survey

12

Page 13: Bantuan Hidup Dasar

bantuan hidup dasar ini, awalnya dittunjukan untuk dilakukan tenaga kesehatan yang

terlatih, kemudian diikuti oleh tenaga non kesehatan sepeti petugas pemadam

kebakaran atau polisi. Namun beberapa decade belakangan ini, peranan serta animo

masyarakat awam untuk mengetahui, mengerti dan mampu melaksanakan survey

bantuan hidup dasar primer semakin meningkat.

Survey bantuan hidup dsasar primer berkembang seiring dengan kemajuan ilmu

dan teknologi kedokteran. Berdasarkan panduan yang dikeluarkan American Heart

Association tahun 2010, bantuan hidup dasar lebih menitik beratkan pelaksanaan RJP

dengan memompa secara cepat dan kuat segera baik oleh penolong atau lebih dan

dilanjutkan dengan pemberan bantuan nafas dasar dan defibrilasi segera. Tujuan

survey bantuan hidup dasar adalah berusaha memberikan bantuan sirkulasi sistemik

beserta ventilasi dan oksigenasi tubuh secara efektif dan optimal sampai didapatkan

kembali sirkulasi sitemik secara spontan atau telah tiba bantuan dengan peralatan

yang lebih lengkap untuk melkasanakan tindakan bantuan hidup dasar jantung

lanjutan. Pelaksanana survey bantuan hidup dasar primer sesegera dan seefektif

mungkin memperbesar peluang keberhasilan untuk selamat serta mengurangi

gangguan neurologis yang terjadi.1

Survey bantuan hidup dasar primer dilakukan baik untuk penderita yang

mengalami henti jantung mendadak atau tidak sadarkan diri yang kita saksikan atau

datang kerumah sakit yang sudah tidak sadarka diri. Pertama-tama yang harus kita

lakukan adalah memeriksa respon penderita dengan memanggil penderita sambil

menepuk—nepuk pundak atau sambil menggoangkan badan pasien yang bertujuan

untuk mengetahui respon kesadaran penderita. Setelah kita yakin penderita dalam

keadaan tidak sadarkan diri maka kita meminta bantuan orang lain untuk

menghubungi ambulans atau sistem gawat darurat atau rumah sakit terdekat untuk

meminta pertolongan bantuan datang dengan tambahan tenaga serta peralatan medis

yang lebih lengkap. Jika melakukan pertolongan kita hanya seorang diri, setelah

melakukan pemeriksaan respon kesadaran, penolong segera menghubungi rumah

13

Page 14: Bantuan Hidup Dasar

sakit terdekat atau ambulans dan melakukan pertolongan awal kompresi dada dengan

cepat dan kuat dengan frekuensi 30x dan diselingi dengan pemberian nafas bantuan

2x dalam satu detik setiap nafas bantuan per 30x kompresi sampai bantuan datang.1

Sistematis survey bantuan hidup dasar primer saat ini sekarang lebih

dipermudah, yang memungkinkan orang yang tidak terlatih dapat melakukan bantuan

hidup dasar primer secara baik. urutan sistematis yang digunakan saat in adalah C-A-

B. Perlu diingat sebelum kita melakukan bantuan hidup dasar kita harus memastikan

bahwa langkah yang kita kerjakan adalah langkah yang tepat dengan melakukan

pemeriksaan terlebih dahulu. Setelah dilakukan pemeriksaan (kesadaran, sirkulasi,

pernafasan, perlu tidaknya defibrilasi), kita harus menganalis secara cepat dan tepat

sebelum melakukan tindakan yang diperlukan. Setiap langkah yang akan dilakukan

dimulai dari pemeriksaan, diikuti dengan tindakan, sebagai contoh :1

Pemeriksaan respon penderita untuk memastikan pasien dalam keadaan

sadar atau tidak sadar.

Pemeriksaan dan denyut nadi sebelum melakukan kompresi dada atau

sebelum melakukan penempelan sadapan AED.

Pemeriksaan analisis irama jantung sebelum malakukan tindakan kejut listrik

pada jantung (DC shock).

2.3.2 Pelaksanaan tindakan resusitasi jantung paru

Tujuan utama melakukan resusitasi jantung paru RJP adalah untuk

mempertahankan kehidupan, memperbaiki kesehatan, mengurangi penderitaan dan

membatasi disabilitas tanpa melupakan hak dan keputusan pribadi. Dalam

14

Perhatian : selalu melakukan pemeriksaan sebelum melakukan satu tindakan

Sebelum melakukan survey bantuan hidup dasar primer, kita harus memastikan bahwa lingkungan sekitar penderita aman untuk melakukan pertolongan, dilanjutkan dengan memeriksa kemampuan respon penderita, sambil meminta pertolongan untuk mengaktifkan sistim gawat darurart dan menyediakan AED.

Page 15: Bantuan Hidup Dasar

pelaksanaannya, keputusan untuk melakukan tindakan RJP sering kali hanya diambil

dalam hitungan detik oleh penolong yang mungkin tidak mengenal penderita yang

mengalami henti jantung atau tidak mengerti dengan permintaan yang lebih lanjut.

Kita akan melakukan pertolongan, penolong harus mengetahui dan memahami hak

penderita serta beberapa keadaan yang mengakibatkan RJP tidak perlu dilaksanakan

seperti :1

1. Henti jantung terjadi dalam sarana tatau fasilitas kesehatan

Pertolongan dapat dilakukan bila :

Ada permintaan dari pasien atau keluarga inti yang berhak secara sah dan

ditanda tangani oleh pasien atau keluarga pasien.

Henti jantung terjadi pada penyakit stadium akhir yang telah mendapat

pengobatan secara optimal.

Pada neonatus atau bayi dengan kelainan yang memiliki angka mortalitas dini,

tinggi sebagai contoh bayi sangat premature, anensefali atau kelainan

kromosom seperti trisomi 13.

2. Henti jantung yang terjadi diluar sarana atau fasilitas kesehatan

Tanda klinis kematian yang ireversibel seperti kaku mayat, lebam mayat,

dekapitasi atau tanda-tanda pembusukan.

Upaya RJP dengan resiko membahayakan penolong.

Penderita dengan trauma yang tdak bisa diselamatkan seperti hangus terbakar,

dekapitasi atau hemikorporektomi.

3 Kapan menghentikan RJP

Ada beberapa alasan kuat bagi penolong untuk menghentikan RJP antara lain :2

Penolong sudah melakukan bantuan hidup dasar dan lanjut secara optimal,

antara lain : RJP, defibrilasi pada pasien VF/VT tanpa nadi, pemberian

vasopressin atau epinefrin intravena, membuka jalan nafas, ventilasi dan

oksigenasi menggunakan bantuan jalan nafas tingkat lanjut serta sudah

melakukan semua pengobatan bantuan jalan nafas tingkat lanjut serta sudah

melakukan semua pengobatan irama sesuai dengan pedoman yang ada.

15

Page 16: Bantuan Hidup Dasar

Penolong sudah mempertimbangkan apakah penderita terpapar bahan beracun

atau mengalami overdosis obat yang akan menghambat susunan sistem saraf

pusat.

Kejadian henti jantung tidak disaksikan oleh penolong.

Penolong sudah merekam melalui monitor adanya asistol yang menetap selama

10 menit atau lebih.

4 Implementasi penghentian usaha resusitasi

Asistol yang menetap atau tidak terdengar denyut nadi pada neonatus lebih dari

10 menit.

Penderita yang tidak respon setelah dilakukan bantuan hidup jantung lanjutan

minimal 20 menit.

Secara etik, penolong RJP selalu menirima keputusan klinik yang layak untuk

memperpanjang usaha pertolongan. Juga menerima alasan klinis untuk

mengakhiri resusitasi dengan segera.

5 Tindakan RJP pada asistol bisa lebih lama dilakukan pada penderita dengan

kondisi sebagai berikut :

Usia muda

Asistol menetap karena toksin atau gangguan elektrolit

Hipotermia

Overdosis obat

Usaha bunuh diri

Permintaan keluarga

Korban tenggelam di air dingin

2.3.3 Teknik pelaksanaan survey primer bantuan hidup dasar

Tahapan pelaksanaan survey primer bantuan hidup dasar yang terbaru makin

disederhanakan dengan mengutamakan sirkulasi daripada pemberian bantuan nafas,

langkah-langkahnya terdiri dari CAB yaitu :1

1. Circulation (penilaian denyut nadi)

16

Page 17: Bantuan Hidup Dasar

Penelitian yang telah dilakukan mengenai resusitasi menunjukkan bahwa baik

penolong awam maupun tenaga kesehatan kadangkala mengalami kesulitan dalam

melakukan pengecekkan pulsasi arteri karotis. Kadangkala tenaga kesehatan juga

memerlukan waktu lama untuk memastikan adanya pulsasi pada pasien tidak

sadarkan diri. Sehingga untuk hal tertentu pengecekan pulsasi tidak diperlukan

seperti :1,2

Penolong tidak perlu untuk memeriksa nadi dan langsung mengasumsikan

pasien menderita henti jantung jika pederita mengalami pingsan mendadak atau

penderita yang tidak berespon dan tidak bernafas atau bernafas tidak normal.

Penilaian pulasasi sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 10 detik. Jika dalam 10

detik atau lebih, penolong belum bisa meraba pulsasi arteri, maka kompresi

dada harus dilakukan.

Kompresi dada terdiri dari pemberian tekanan secara kuat dan berirama pada

setengah bawah dinding sternum. Penekanan ini menciptakan aliran darah yang

akan melalui peningkatan tekanan intratorakal serta penekan langsung pada

dinding jantung. Komponen yang perlu diperhatikan saat melakukan kompresi

dada :1

Berikan kompresi dada dengan frekuensi yang mencukupi (minimal

100x/menit).

Untuk dewasa, berikan kompresi dada dengan kedalaman minimal 2 inci(5 cm).

Bayi dan anak, kompresi dengan kedalaman minimal sepertiga diameter

didinding anterior posterior dada atau pada bayi 4 cm (1,5 inci) dan pada anak

sekitar 5 cm (2 inci).

Berikan untuk kesempatan dada mengembang kembali secara sempurna setelah

setiap kompresi.

Usahakan seminimal mungkin melakukan intrupsi terhadap kompresi.

Kompresi-ventilasi yang dianjurkan yaitu 30 : 2.

Hindari pemberian nafas bantuan yang berlebihan.

17

Page 18: Bantuan Hidup Dasar

NB : kompresi dengan cepat

2. Airway (pembukaan jalan nafas)

Dalam teknik ini diajarkan bagaimana cara membuka jalan nafas serta

mempertahankan jalan nafas untuk membantu memperbaiki oksigenasi tubuh serta

ventilasi. Dalam prakteknya, tindakan ini sebaiknya dilakukan oleh orang yang

sudah menerima pelatihan bantuan hidup dasar atau tenaga kesehatan professional

dengan menggunakan teknik angkat kepala dan angkat dagu (head tilt chin lift).

Cara ini dilakukan untuk penderita yang tidak diketahui mengalami cedera leher

dengan mengangkat dagu keatas dan mendorong kepala/dahi kebelakang.

Sedangkan untuk penderita yang dicurigai menderita trauma servikal, teknik head

tilt chin lift tidak bisa dilakukan. Teknik yang digunakan pada saat tersebut adalah

menarik rahang tanpa melakukan ekstensi kepala (jaw thrust). Sedangkan untuk

penolong yang hanya mampu kompresi dada saja, belum didapatkan bukti ilmiah

18

Tidak ada respon, tidak bernafas/tidak ada nafas normal (misal : hanya gasping)

Aktifkan sistem emergensi

Mulai RJP

Cek irama/kejut listrik bila indikasi (ulangi setiap 2 menit

Ambil defibrilator

Page 19: Bantuan Hidup Dasar

yang cukup untuk melakukan teknik mempertahankan jalan nafas secara pasif

seperti mengerjakan hiperekstensi leher.1

3. Breathing (penilaian jalan nafas dan pemberian nafas buatan)

Pemberian nafas buatan dilakukan setelah jalan nafas terlihat aman. Tujuan primer

pemberian bantuan nafas adalah untuk mempertaankan oksigenasi yang adekuat

dengan tujuan skunder untuk membuang CO2. Sesuai dengan revisi panduan yang

dikeluarkan oleh American Heart Association mengenai bantuan hidup jantung

dasar, penolong tidak perlu melakukan observasi nafas spontan dengan look, listen

and feel, karena langkah pelaksanaan yang tidak konsisten dan menghabiskan

terlalu banyak waktu. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan bantuan nafas

antara lain :1,2

Berikan nafas bantuan dalam waktu 1 detik.

Berikan nafas buatan sesuai dengan volume tidal yang cukup untuk mengangkat

dinding dada.

Berikan bantuan nafas sesuai dengan kompresi dengan perbandingan 2 kali

bangtuan nafas setelah 30 kali kompresi.

Pada kondisi terdapat 2 penollong atau lebih, jika penolong berhasil

memasukkan alat bantuan nafas lanjut untuk mempertahankan jalan nafas

seperti pipa endotrakeal, combitube atau sungkup laring, maka bantuan nafas

diberikan setiap 6-8 detik, ini akan menghasilkan pernafsan dengan frekuensi 8-

10 kali/menit.

Pasien dengan hambatan jalan nafas atau komplians paru yang memburuk,

memerlukan bantuan nafas dengan tekanan yang lebih tinggi untuk sampai

memperlihatkan dinding dada terangkat.

Pemberian bantuan nafas yang berlebihan tidak diperlukan dan dapat

menimbulkan distensi lambung beserta komplikasintya seperti regurgitasi dan

aspirasi.

19

Tidak ada respon, tidak bernafas/tidak ada nafas normal (misal : hanya gasping)

Aktifkan sistem emergensi, ambil AED/defibrilator

Page 20: Bantuan Hidup Dasar

4. Defibrilasi

Tindakan defibrilasi sesegera mungkin memegang peranan kritis untuk

keberhasilan pertolongan penderita henti jantung mendadak berdasarkan alasan

sebagai berikut :1

a. Irama dasar jantung yang paling sering didapat pada kasus henti jantung

mendadak yang disaksikan diluar rumah sakit adalah fibrilasi ventrikel.

b. Terapi untuk fibrilasi ventrikel adalah defibrilasi.

c. Kemungkinan tindakan defibrilasi berkurang seiring dengan bertambahnya

waktu.

d. Perubahan irama dari fibrilasi ventrikel menjadi asistol seiring dengan

berjalannya waktu.

Pelaksanaan defibrilasi bisa dilakukan dengan menggunakan defibrillator manual

atau menggunakan automated external defibrillator (AED). Pada penderita dewasa

yang mengalami fibrilasi ventrikel atau takikardi ventrikel tanpa nadi, maka untuk

20

Beri 1 shock dan lanjutkan RJP segera (selama 2

menit)

AED/defibrilator tiba

Lanjutkan RJP segera (selama 2 menit) nilai irama setiap 2 menit : lanjutkan pertolongan

datang atau korban mulai bergerak

Nilai irama (irama shockable ?)

Mulai siklus 30 kompresi dan 2 nafas

Nilai nadi : terdapat nadi DEFENITIF dalam 10 detik

Berikan 1 nafas tiap 5-6 detik dan Nilai nadi setiap 2 menit

Ya

Tidak

TidakYa

Page 21: Bantuan Hidup Dasar

terapi diberikan energy kejutan sebesar 360 J untuk alat defibrillator monofasik

200 J untuk yang bifasik. Pada anak, walaupun kejadian henti jantung mendadak

sangat jarang, energy kejut listrik diberikan dengan dosis 2-4 J/kg yang dapat

diulang dengan dosis 4-10 J/kg atau tidak melebihi energy yang dberikan kepada

penderita dewasa. Pada kasus neonatus, pengguanana defibrillator manual lebih

dianjurkan.

Hal penting yang perlu diingat adalah penggunaan defibrillator untuk tindakan

kejut listrik tidak diindikasikan pada penderita dengan asistol atau pulsuless

electrical activity (PEA).

5. Protocol penggunaan Auotomated External Defibrillator

Detail penggunaan AED dipengaruhi oleh jenis alat dan merek. Tapi pada garis

besarnya adalah sebagai berikut :

Hidupkan AED (dengan menekan sakelar “on” atau beberapa alat dengan

membuka tutup AED).

Pasang bantalan elektroda pada dada penderita.

Jangan melakukan kontak langsung dengan penderita saat sedang dilakukan

analisis irama penderita oleh alat AED.

Tekan tombol shock setelah alat AED memerintahkan bahwa irama penderita

adalah irama yang memerlukan tindakan kejut listrik.

Setelah kejut listrik segera lakukan RJP. Setelah dilakukan 5 siklus RJP,

dilakukan pemeriksaan ulang irama menggunakan alat AED. Setelah dilakukan

pemeriksaan irama dan AED tidak menginstrusikan kejut listrik, maka

dilakukan tindakan RJP sebanyak 5 siklus

6. Protocol penggunaan alat kejut listrik konvensional (manual defibrillator)

Pada kasus henti jantung, RJP adalah tindakan yang mutlak dilakukan dan

intrupsi terhadap kompresi harus diminimalisirkan. Prinsip ini tetap berlaku

pada penggunaan difebrilator. Selama persiapan alat dan pengisisan energy

listrik, korban tetap di RJP.

21

Page 22: Bantuan Hidup Dasar

Tekan tombol power on atau putar kearah gambar EKG atau on untuk

menyalakan monitor.

Tempelkan kancing elektroda atau gunakan pedal defibrillator untuk melakukan

analisis secara cepat.

Lihat irama monitor, bila akan melakukan tindakan kejut listrik berikan gel di

defibrillator atau dada pasien agar tidak luka bakar yang berat serta

memperbaiki hantaran listrik sdari pedal ketubuh pasien.

Bila irama terlihat pada monitor adalah fibrilasi ventrikel/ventrikel takikardia

tanpa nadi, maka dilakukan pemberian kejut listrik dengan memilih energi

sebesar 360 J pada alat defibrillator monofasik atau 200 J pada alat bifasik.

Setelah dilakukan pengisian sxampai ke energi yang diinginkan, satu pedal

diletakkan di apex jantung dan yang lain diletakkan di strernum dengan disetrtai

pemberian tekanan sebesar 12,5 kg saat ditempelkan kedinding dada. Listrik

dialirkan dengan menekan tombol. Discharge yang berada dikedua ganggang

Segera lakukan RJP selama 2 menit, setelah 2 menit lakukan evaluasi. Bila

irama yang terlihat dimonitor adalah irama yang harus diberikan kejut listrik

yaitu VT tanpa nadi atau VF, maka dilakukan kejut listrik kembali. Bila irama

yang terlihat adalah PEA atau asistol , maka dilakukan pemberian RJP

sebanyak 2 menit/5 siklus, selanjutnya penatalaksanaan dikerjakan sesuai

dengan algoritma PEA/asistol

Ringkasan Umum Bantuan Hidup Dasar

Rekomendasi

Komponen Dewasa Anak Bayi

Pengenalan awal Tidak sadarkan diri

Tidak ada nafas atau bernafas

tidak normal (misal gasping)

Tidak bernafas atau gasping

Tidak teraba nadi dalam 10 detik

22

Page 23: Bantuan Hidup Dasar

Urutan BHD CAB CAB CAB

Frekuensi kompresi Minimal 100x/menit

Kedalaman kompresi Minimal 5 cm Minimal ⅓

diameter anterior

posterior dinding

dada (sekitar 5 cm/

2 inchi)

Minimal ⅓

diameter anterior

posterior dinding

dada (sekitar 4 cm/

1,5 inchi)

Recoil dinding dada Recoil sempurna dinding dada setelah setiap kompresi

Untuk penolong terlatih, pergantian posisi kompresor

setiap 2 menit

Interupsi kompresi Interupsi kompresi seminimal mungkin. Interupsi terhadap

kompresi jangan melebihi 10 detik

Jalan nafas (airway) Head tilt chin lift (untuk kecurigaan trauma leher lakukan

jaw thrust)

Kompresi 30:2 (1 atau 2

penolong)

30:2 (1 penolong)

15:2 (2 penolong)

30:2 (1 penolong)

15:2 (2 penolong)

Ventilasi Jika penolong tidak terlatih, kompresi saja

Pada penolong terlatih tanpa alat bantu jalan nafas lanjutan

berikan 2 kali nafas buatan setelah 30 kompresi.

Bila terpasang alat bantu jalan nafas lanjutan berikan nafas

setiap 6-8 detik (8-10x/menit)

Defibrilasi Pasang dan tempelkan AED sesegera mungkin, minimalisir

interupsi terhadap kompresi baik sebelum atau sesudah

kejut listrik

Lanjutkan RJP diawali dengan kompresi segera setelah

kejut listrik

2.4 BANTUAN HIDUP DASAR PADA DEWASA

23

Page 24: Bantuan Hidup Dasar

2.4.1 Definisi

Bantuan hidup dasar dewasa adalah tindakan pertolongan medis sederhana yang

dilakukan pada pasien yang mengalami henti jantung sebelum diberikan tindakan

pertolongan medis lanjutan.2

2.4.2 Tujuan

Memberikan bantuan sirkulasi dan pernafasan yang adekuat sampai keadaan

henti jantung teratasi atau sampai pasien dinyatakan meninggal.2

2.4.3 Henti nafas dan henti jantung

Henti nafas adalah berhentinya pernafasan spontan disebabkan karena

gangguan jalan nafas baik persial maupun tital atau karena gangguan dipusat

pernafasan. Henti jantung adaalah berhentinya sirkulasi peredaran darah karena

kegagalan jantung untuk melakukan kontraksi secara efektif, keadaan tetrsebut bisa

disebabkan oleh penyakit primer dari jantung atau penyakit skunder non jantung.

Henti nafas dan henti jantung merupakan dua keaadaan yang sering berkaitan

sehingga penatalaksanaannya tidak bisa dipisahkan.2

1. Penyebab henti nafas

a. Sumbatan jalan nafas

Jalan nafas dapat mengalami sumbatan total ataupun parsiall. Sumbatan jalan

nafas total dapat menimbulkan henti jantung secara mendadak karena

berhentuinya suplai oksigen baik ke otak maupun miokard. Sumbatan jalan

nafas parsial umumnya lebih lambat menimbulkan keadaan henti jantung

namun usaha yang dilakukan tubuh untuk bernafas dapat menyebabkan

kelelahan.2

Kondisi-kondisi yang menyebabkan sumbatan jalan nafas :2

1. Benda asing (termasuk darah)

2. Muntahan

3. Edema laring atau bronkus akibat trauma langsung pada wajah atau

tenggorokkan

24

Page 25: Bantuan Hidup Dasar

4. Spasme laring atau bronkus baik akibat radang atau trauma

5. tumor

b. Gangguan paru

Kondisi-kondisi paru yang menyebabkan gangguan oksigenasi dan ventilasi

antara lain :2

1. Infeksi

2. Aspirasi

3. Edema paru

4. Kontusio parukeadaan tertentu yang menyebabkan rongga paru

tertekan oleh benda asing seperti pneumotoraks, hematotoraks, efusi

pleura.

c. Gangguan neuromuscular

Kondisi-kondisi yang menyebabkan penurunan kemampuan otot-otot utama

pernafasan (otot dinding dada, diafragma dan otot inteercostal) untuk

mengembangkempiskan paru antara lain :2

Miastenia gravis

Sindroma guillan barre

Multiple sklerosis

Poliomyelitis

Kiposkoliosis

Muscular distrofi

Penyakit motor neuron

2. Penyebab henti jantung

Henti jantung dapat disebabkan karena primer atau skunder jantung :2

Kondisi primer penyebab henti jantung

a. Gagal jantung

b. Tamponade jantung

c. Miokarditis

d. Kardiomiopati hipertrofi

25

Page 26: Bantuan Hidup Dasar

e. Fibrilasi ventrikel yang mungkin disebabkan oleh iskemia miokard, infark

miokard, tersengat listrik, gangguan elektrolit atau karena konsumsi obat-

obatan.

3. Indikasi bantuan hidup dasar

a. Henti jantung

b. Henti nafas

c. Tidak sadarkan diri

2.4.4 Penatalaksanaan bantuan hidup dasar

Urutan sekuens pelaksanaan bantuan hidup dasar yang benar akan memperbaiki

tingkat keberhasilan. Berdasarkan panduan bantuan hidup dasar terbaru yang

dikeluarkan oleh American Heart Association dan European Society Resuscitation,

pelaksanaan bantuan hidup dasar dimulai dari penilaian kesadaran penderita, aktivasi

layanan gawat darurat dan diteruskan dengan tindakan pertolongan yang diawali

dengan CABD (Circulation-Airway-Breathing-Defibrillator).1

2.4.5 Penilaian respon

Penilaian respon dilakukan setelah penolong yakin bahwa dirinya sudah aman

untuk melakukan petolongan. Penilaian respon dilakukan dengan cara menepuk-

nepuk dan menggoyang-goyangkan penderita sambil berteriak memanggil penderita.2

Hal-hal yang perlu diperhatikan setelah melakukan penilaian respon penderita :2

1. Bila penderita menjawab atau bergerak terhadap respon yang diberikan , maka

usahakan tetap mempertahankan posisi pasien seperti pada saat ditemukan atau

usahakan pasien diposisikan kedalam posisi mantap, sambil terus melakukan

pemantauan terhadap tanda-tanda vital penderita tersebut secara terus menerus

sampai bantuan datang.

2. Bila penderita tidak memberikan respon serta tidak bernafas tidak normal

maka penderita dianggap mengalami kejadian henti jantung, maka langkah

selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan aktivasi sistem layanan gawat

darurat.

2.4.6 Pengaktifan sistem layanan gawat darurat

26

Page 27: Bantuan Hidup Dasar

Setelah melakukan pemeriksaan kesadaran penderita dan tidak didapatkan

respon dari penderita, sambil melanjutkan bantuan hendaknya penolong meminta

bantuan orang terdekat untuk menelpon system layanan gawat darurat. Bila tidak ada

orang lain didekat penolong untuk membantu, maka sebaliknya penolong menelepon

sistem layanan gawat darurat. Saat melaksanakan percakapan dengan petugas layanan

gawat darurat, hendaknya dijelaskan lokasi pasien, kondisi pasien serta bantuan yang

sudah diberikan kepada pasien.2

2.4.7 Kompresi jantung

Kompresi jantung merupakan tindakan yang dilakukan untuk menciptakan

aliran darah melalui peningkatan tekanan intracranial untuk menekan jantung secara

tidak langsung. Dilakukan dengan menekan secara kuat dan berirama dibagian

setengah bawah sternum. Tekanan tersebut diharapkan menciptakan aliran darah serta

menghantarkan oksigen terutama untuk otot miokardium serta otot.2

Sebelum melakukan kompresi pada penderita, penolong harus melakukan

pemeriksaan awal untuk memastikan bahwa penderita dalam keadaan nadi saat akan

dilakukan pertolongan. Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan perabaan denyutan

arteri karotis dalam waktu maksimal 10 detik. Melakukan pemerksaan denyut nadi

bukan hal yang mudah untuk dilakukan bahkan tenaga kesehatan yang menolong

mungkin memerlukan waktu yang agak panjang untuk memeriksa denyut nadi,

sehingga :2

Tindakan pemeriksaan denyut nadi bisa tidak dilakukan oleh penolong awam

dan langsung mengasumsikan tejadi henti jantung jika seorang dewasa

mendadak tidak sadarkan diri atau penderita tanpa respon yang bernafas tidsak

normal.

Pemeriksaan arteri karotis dilakukan dengan memegang leher pasien dan

mencari trakea dengan 2-3 jari. Selanjutnya dilakukan perabaan bergeser ke

lateral sampai menmukan batas trakea dengan otot samping leher.

2.4.7.1 Pelaksanaan kompresi dada

27

Page 28: Bantuan Hidup Dasar

Kompresi dada terdiri dari pemberian tekanan secara kuat dan berirama pada

setengah bawah sternum. Penekanan ini menciptakan aliran darah yang akan melalui

peningkatan tekanan intratorakal serta penekanan langsung pada dinding jantung .

komponen yang perlu diperhatikan saat melakukan kompresi dada.2

Penderita dibaringkan ditempat yang datar dan keras.

Tentukan lokasi kompresi didada dengan cara meletakkan telapak tangan yang

telah saling berkaitan dibagian bawah sternum, 2 jari diatas processus

xypoideus.

Berikan kompresi dada dengan frekuensi yang mencukupi.

Untuk dewasa, berikan kompresi dada dengan kedalaman minimal 2 inci (5cm).

Penolong awam lakukan kompresi 100x/menit tanpa intrupsi. Penolong terlatih

tanpa alat bantu nafas lanjutan lakukan kompresi dan ventilasi dengan

perbandingan 30:2.

Evaluasi penderita dengan melakukan pemeriksaan denyut arteri karotis setelah

5 siklus kompresi.

Dalam keadaan berlutut, harus diperhatikan posisi setengah berlutut penolong

agar dapat memberikan kekuatan kompresi yang memadai.

28

Page 29: Bantuan Hidup Dasar

Gambar 1. Kompresi dada.

2.4.8 Airway dan Breathing (ventilasi)

Penderita yang mengalami henti jantung umumnya memiliki penyebab primer

ganggguan jantung. Sehingga kompresi kompresi secepatnya harus dilakukan

daripada menghabiskan waktu untuk mencari sumbatan benda asing pada jalan nafas.

Setelah melakukan tindakan kompresi sebanyak 30 kali maka dilnjutkan dengan

pemberian bantuan nafas sebanyak 2 kali yang diawali dengan membuka jalan nafas.

Posisi penderita saat diberikan bantuan nafas tetap terlentang , jika mungkin dengan

dasar yang keras dan datar dengan posisi penolong tetap berada disamping penderita.

Hal ini yang diperhatikan dalam ventilasi :2

1. Berikan nafas bantuan 2 kali dalam waktu 1 detik setiap tiupan.

2. Berikan bantuan nafas sesuai dengan kapasitas volume tidal yang cukup untuk

memperlihatkan pengangkatan dinding dada.

29

Page 30: Bantuan Hidup Dasar

3. Berikan bantuan nafas sesuai dengan kompresi dengan perbandingan 2 kali

bantuan nafas setiap 30 kali kompresi.

2.4.8.1 Buka jalan nafas

Pada penderita yang tidak sadarka diri, maka tonus otot-otot tubuh akan

melemah termasuk otot rahang dan leher. keadaan tersebut dapat mengakibatkan

lidah dan epiglottis terjatuh kebelakang dan menyumbat jalan nafas. Jalan nafas dapat

dibuka oleh penolong dengan metode :1

Head tilt chin lift maneuver (mendorong kepala kebelakang sambil mengangkat

dagu). Tindakan ini aman dilakukan bila penderita tidak dicurigai mengalami

gangguan atau trauma tulang leher.

Bila penderita dicurigai mengalami gangguan atau trauma leher, maka tindakan

untuk membuka jalan nafas dilakukian dengan cara menekan rahang bawah ke

arah belakang atau posterior (jaw thrust).

Gambar 2. Head tilt dan chin lift

30

Page 31: Bantuan Hidup Dasar

Gambar 3. Jaw thrust

Setelah dilakukan tindakan membuka jalan nafas, langkah selanjutnya adalah dengan

pemberian nafas bantuan. Tindakan pembersihan jalan nafas, serta maneuver look,

listen and feel tidak dikerjakan lagi kecuali jika tindakan pemberian nafas buatan

tidak menyebabkan paru terkembang secara baik.

2.4.8.2 Breathing (ventilasi)

Tindakan pemberian nafas buatan dilakukan kepada penderita henti jantung

setelah satu siklus kompresi selesai dilakukan (30x kompresi). Pemberian nafas

buatan bisa dilakukan dengan metode :1

1. Mulut ke mulut

Metode pertolongan ini merupakan metode yang paling mudah dan cepat

oksigen yang dipakai berasal dari udara yang dikeluarkan oleh penolong. Cara

melakukan pertolongan adalah :

Mempertahankan posisi head tilt chin lift, yang akan dilanjutkan dengan

menjepit hidung menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan yang

melakukan head tilt chin lift.

31

Page 32: Bantuan Hidup Dasar

Buka sedikit mulut pasien, tarik nafas panjang dan tempelkan rapat bibir

penolong melingkar mulut pasien, kemudian tiupkan lambat, setiap tiupan

selama 1 detik dan pastikan sampai dada terangkat.

Tetap pertahankan head tilt chin lift, lepaskan mulut penolong dari pasien,

lihat apakah dada pasien pasien turun waktu ekshalasi.

2. Mulut ke hidung

Nafas buatan ini dilakukan bila pernafasan mulut ke mulut sulit dilakukan

misalnya karena trismus, caranya adalah katupkan mulut pasien disertai chin

lift, kemudian tiupkan udara seperti pernafasan mulut ke mulut. Buka mulut

pasien waktu ekshalasi.2

3. Mulut ke sungkup

Penolong meniupkan udara melalui sungkup yang diletakkan diatas dan

tmelingkupi mulut dan hidung pasien. Sungkup in terbuat dari plastik

transparan sehingga muntahan dan warna bibir pasien dapat terlihat.

Cara melakukan pemberian nafas mulut ke sungkup :

Letakkan sungkup pada muka pasien dan dipenga dengan kedua ibu jari

Lakukan head tilt chin lift/jaw thrust, tekan sungkup ke muka pasien agar

rapat kemudian tiup melalui lubang sungkup sampai dda terangkat

Hentikan tiupan dan amati turunnya pergerakkan dinding dada.

4. Dengan kantung pernafasan

Alat ini terdiri dari kantung yang berbentuk balon dan katup satu arah yang

menempel pada sungkup muka. Volume dari kantung nafas ini 1600 ml. alat

ini bisa digunakan untuk pemberian nafas buatan dengan atau disumbangkan

dengan sumber oksigen. Bila alat tersebut disambungkan dengan oksigen,

maka kecepatan aliran oksigen bisa sampai 12 L/menit. Penolong hanya

memompa sekitar 400-600 ml (6-7 ml/kg) dalam 1 detik ke pasien, bila tanpa

oksigen dipompakan 10 ml/kg BB pasien dalam 1 detik. Caranya dengan

menempatkan tangan untuk membuka jalan nafas dan meletakkan sungkup

32

Page 33: Bantuan Hidup Dasar

menutupi muka dengan teknik E-C clamp (bila seorang diri), yaitu ibu jari dan

jari telunjuk penolong membentuk huruf “C” dan mempertahankan sungkup

dimuka pasien. Jari-jari ketiga, empat dan lima membentuk huruf “E” dengan

meletakkannya dibawah rahang bawah untuk mengangkat dagu dan rahang

bawah, tindakan ini akan mengangkat lidah dari belakang faring dan membuka

jalan nafas.2

Hal yang harus diperhatika pada tindakan ini antara lain :2

1. Bila dengan dua penolong, satu penolong pada posisi diatas kepala pasien

menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan kiri dan kanan untukm encegah

agar tidak terjadi kebocoran disekitar sungkup dan mulut, jari-jari yang lain

mengangkat rahang bawah dengan mengekstensikan kepala sembari

melihat pergerakkan dada. Penolong kedua secara perlahan (2 detik)

memompa kantung sampai terangkat.

2. Bila 1 penolong , dengan ibu jari dan jari telunjuk melingkari pinggir

sungkup dan jari-jari lainnya mengangkat rahang bawah (E-C clamp),

tangan yang lain memompa kantung nafas sembari melihat dada terangkat.

2.4.9 Bantuan hidup dasar dengan 2 penolong

Beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan bantuan hidup dasar

dengan 2 penolong :2

1. Tiap penolong harus mengerti peranan masing-masing. Satu orang penolong

memberikan pernafasan buatan sedangkan penolong yang lain melakukan

kompresi dada. Bila penolong kedua tiba ditempat kejadian saat pertolongan

sedang dilakukan oleh penolong pertama maka penolong kedua memberikan

bantuan setelah penolong pertama melakukan satu siklus bantuan yang diakhiri

dengan nafas bantuan.

2. Penolong yang melakukan kompresi dada memberikan pedoman dengan cara

menghitung dengan suara yang kuat

3. Sebaiknya perputaran penolong dilakukan setiap 5 siklus. Sebelum melakukan

perpindahan tempat, penolong yang melakukan kompresi memberikan aba-aba

33

Page 34: Bantuan Hidup Dasar

bahwa akan melakukan perppindahan tempat setelah kompresi ke 30 dan

melanjutkan pemberian 2 nafas bantuan. Sedangkan penolong yang

memberikan nafas buatan, segera mengambil tempat disamping pasien untuk

melakukan kompresi. Hal ini terus melanjut sampai bantuan dinyatakan boleh

dihentikan.

Komplikasi yang mungkin terjadi saat melakukan bantuan hidup dasar :2

1. Aspirasi regurgitasi

2. Fraktur costae-sternum

3. Pneumotoraks, hematotoraks, kontusio paru

4. Laserasi hati atau limpa

2.5 Bantuan hidup lanjut pada dewasa

Advanced cardiovaskular life support (ACLS) memberikan beberapa dampak

dalam rantai kelangsungan hidup yang mencakup intervensi untuk mencegah henti

jantung, mengobati henti jantung, dan meningkatkan outcome pasien yang mencapai

reverse of spontaneous circulation (ROSC) setelah henti jantung. ACLS bertujuan

untuk mencegah henti jantung meliputi manajemen jalan nafas, dukungan ventilasi,

dan pengobatan bradiaritmia dan takiaritmia. Untuk pengobatan henti jantung, ACLS

dibangun berdasarkan basic life support (BLS) dari sistem aktivasi respon darurat,

CPR dini, defibrilasi cepat untuk lebih meningkatkan kemungkinan ROSC dengan

terapi obat, manajemen jalan napas, dan pemantauan fisiologis. Setelah ROSC, hasil

neurologis dapat ditingkatkan dengan perawatan post–cardiac arrest.2

Perubahan pedoman ACLS tahun 2005 yaitu :1

Gelombang kapnografi kuantitatif terus-menerus dianjurkan untuk

konfirmasi dan pemantauan endotrakeal tube.

34

Page 35: Bantuan Hidup Dasar

Algoritma henti jantung disederhanakan dan didesain ulang untuk

menekankan pentingnya CPR (termasuk kompresi dada yang adekuat dan

dalam, chest recoil lengkap setelah setiap kompresi dada, meminimalkan

gangguan dalam kompresi dada dan menghindari ventilasi berlebihan.

Atropin tidak lagi direkomendasikan untuk penggunaan rutin pada

pengelolaan pulseless electric aktivity (PEA) /asystole.

Ada peningkatan penekanan pada pemantauan fisiologis

untuk mengoptimalkan kualitas CPR dan mendeteksi ROSC.

Chronotropic infus obat yang direkomendasikan sebagai alternatif

untuk bradikardia simtomatik dan tidak stabil.

Adenosin direkomendasikan sebagai terapi yang aman dan berpotensi efektif

dalam pengelolaan awal stable undifferentiated regular monomorphic

wide-complex tachycardia.

2.5.1 Tambahan Untuk Kontrol Airway dan Ventilasi

Tinjauan Manajemen airway ini direkomendasikan untuk mengamati dan

mendukung ventilasi dan oksigenasi selama CPR dan periode peri-arrest. Tujuan

ventilasi selama CPR adalah untuk mempertahankan oksigenasi dan eliminasi karbon

dioksida. Namun, penelitian belum mengidentifikasi optimal tidal volume, laju

pernapasan, dan konsentrasi oksigen inspirasi diperlukan selama resusitasi pada henti

jantung. Baik ventilasi dan kompresi dada dianggap penting bagi korban fibrilasi

ventrikel berkepanjangan (VF) jantung penangkapan dan untuk semua korban dengan

ritme lainnya. Karena perfusi baik sistemik dan pulmonal substansial berkurang

selama CPR, ventilation perfusion yang normal dapat dipertahankan dengan ventilasi

satu menit yang jauh lebih rendah dari normal. Selama CPR dengan jalan napas yang

bagus, rata-rata pernapasan yang lebih rendah diperlukan untuk menghindari

hiperventilasi.1

2.5.1.1 Ventilasi dan Administrasi Oksigen Selama CPR

35

Page 36: Bantuan Hidup Dasar

Selama keadaan aliran darah rendah seperti pada CPR, pengiriman oksigen ke

jantung dan otak dibatasi oleh aliran darah bukan oleh isi arteri oksigen. Oleh karena

itu, penyelamatan nafas kurang penting daripada penekanan dada selama beberapa

menit pertama resusitasi dari VF dan dapat mengurangi CPR karena gangguan

keberhasilan dalam kompresi dada dan peningkatan tekanan intratoraks yang

menyertai positive pressure ventilasi. Jadi, selama beberapa menit pertama

serangan jantung menyaksikan penyelamat tunggal tidak boleh mengganggu

kompresi dada untuk ventilasi.1

2.5.1.2 Oksigen Selama CPR

Konsentrasi oksigen optimal yang terinspirasi saat dewasa CPR belum ditetapkan

dalam penelitian pada manusia atau hewan. Selain itu, tidak diketahui apakah

oksigen inspirasi 100% (Fio 2 =1.0) bermanfaat atau apakah oksigen dititrasi lebih

baik. Meskipun lama paparan oksigen inspirasi 100% (Fio2=1.0) memiliki potensi

toksisitas, terdapat kurangnya bukti untuk menunjukkan bahwa ini terjadi selama

periode singkat dewasa yang di CPR. penggunaan oksigen inspirasi 100% selama

CPR mengoptimalkan konten oksihemoglobin arteri dan pengiriman oksigen,

sehingga penggunaan oksigen inspirasi 100% (Fio2=1.0) secepat mungkin menjadi

wajar selama resuscitasi pada henti jantung.1

2.5.2 Manajemen Henti Jantung

Bagian ini menjelaskan perawatan umum pasien henti jantung dan

memberikan gambaran ACLS dewasa 2010. Henti jantung dapat disebabkan oleh 4

irama: fibrilasi ventrikel (VF), takikardia ventrikel pulseless (VT), pulseless

Aktivitas listrik (PEA), dan asistole. VF merupakan aktivitas listrik yang teratur,

sedangkan pulseless VT mewakili aktivitas listrik ventrikel miokardium.

ini menghasilkan irama aliran darah yang signifikan. PEA ditandai suatu keadaan

klinis dengan adanya gambaran elektrik pada monitor EKG, tetapi tidak ditemukan

denyut nadi pada perabaan arteri karotis. Asistole merupakan keadaan pada saat

jantung berhenti berkontraksi.1

36

Page 37: Bantuan Hidup Dasar

Kelangsungan hidup dari ritme henti jantung ini membutuhkan BLS dan ACLS

terintegrasi dengan perawatan post-cardiac arrest. Dasar dari suksesnya ACLS

adalah highquality CPR, dan, untuk VF / VT pulseless, mencoba defibrilasi

dalam beberapa menit dari runtuh. Untuk VF, CPR dini dan defibrilasi yang cepat

secara signifikan dapat meningkatkan kesempatan untuk bertahan hidup.

Dibandingkan, terapi ACLS seperti beberapa obat dan jalan nafas, meskipun

dikaitkan dengan peningkatan ROSC, tetapi belum terbukti meningkatkan

kelangsungan hidup.1

ACLS 2010 Dewasa Algoritma Cardiac Arrest disajikan dalam kotak

tradisional dan format melingkar baru. Secara keseluruhan algoritma ini telah

disederhanakan dan didesain ulang untuk menekankan pentingnya kualitas tinggi

CPR yang mendasari manajemen dari semua ritme henti jantung.

Periodik jeda dalam CPR harus sesingkat mungkin dan hanya diperlukan untuk

menilai ritme, syok VF / VT, melakukan cek nadi ketika ritme terdeteksi, atau

menempatkan airway. Monitoring dan mengoptimalkan kualitas CPR berdasarkan

parameter mekanik baik (Tingkat kompresi dada dan kedalaman, kecukupan

relaksasi, dan minimalisasi jeda) atau, jika layak, parameter fisiologis (tekanan parsial

end-tidal CO2 [PETCO2], tekanan arteri selama fase relaksasi kompresi dada, atau

saturasi oksigen vena sentral (ScvO2) dianjurkan. Dengan tidak adanya jalan napas

yang canggih, disinkronkan kompresi-ventilasi rasio 30:2 direkomendasikan pada

tingkat kompresi minimal 100 per menit. Setelah penempatan jalan napas supraglottic

atau endotrakeal tube, penyedia melakukan penekanan dada harus memberikan

minimal 100 kompresi per menit terus-menerus tanpa jeda. Untuk ventilasi penyedia

memberikan ventilasi 1 kali setiap 6 sampai 8 detik (8 sampai 10 napas per menit)

dan harus sangat berhati-hati untuk menghindari memberikan jumlah berlebihan

dari ventilasi.1

37

Page 38: Bantuan Hidup Dasar

Gambar 5. Algoritma Cardiac arrest

38

Page 39: Bantuan Hidup Dasar

Gambar 6 . Algoritma bradikardi

39

Page 40: Bantuan Hidup Dasar

Gambar 7. Algoritma takikardi

40

Page 41: Bantuan Hidup Dasar

BAB III

KESIMPULAN

Pada saat ini CPR lebih mengutamakan sirkulasi dibandingkan pemberian

bantuan nafas, sehingga terjadi perubahan urutan pertolongan bantuan hidup dasar

dengan mendahulukan kompresi sebelum melakukan pertolongan bantuan nafas

(CAB dibandingkan dengan ABC). Pengenalan kondisi henti jantung mendadak

segera berdasarkan penilaian respon pasien dan tidak adanya nafas. Perintah “Look,

Listen, Feel” dihilangkan dari algoritma bantuan hidup dasar.

Penekanan bantuan kompresi dada yang kontinu dalam melakukan resusitasi

jantung paru oleh tenaga yang tidak terlatih. Resusitasi jantung paru (RJP) yang

efektif dilakukan sampai didapatkan kembalinya sirkulasi spontan atau penghentian

upaya resusitasi. Terdapat penyederhanaan algoritma bantuan hidup dasar.

Intervensi untuk mencegah henti jantung pada pasien sakit kritis

pasien sangat ideal. Ketika terjadi henti jantung, CPR adalah dasar bagi keberhasilan

ACLS berikutnya . Selama resusitasi tenaga kesehatan harus melakukan penekanan

dada yang adekuat dan kedalaman, memungkinkan recoil dada setelah setiap

kompresi, meminimalkan gangguan dalam kompresi dada, dan menghindari ventilasi

berlebihan, terutama dengan advanced airway. Kualitas CPR harus terus dipantau.

Pemantauan fisiologis mungkin berguna untuk mengoptimalkan upaya resusitasi.

Untuk pasien di VF / pulseless VT, shock segera dilakukan dengan meminimalkan

gangguan dalam penekanan dada.

41