Bantuan Hidup Dasar

21
Bantuan Hidup Dasar 1. DEFINISI Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support, disingkat BLS) adalah suatu tindakan penanganan yang dilakukan dengan sesegera mungkin dan bertujuan untuk menghentikan proses yang menuju kematian. 1 Bantuan hidup dasar merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas dan membantu pernafasan dan sirkulasi tanpa menggunakan alat selain alat bantu nafas sederhana. Kombinasi nafas bantuan dan kompresi dada disebut resusitasi jantung paru (RJP). 2 Menurut AHA Guidelines tahun 2005, tindakan BLS ini dapat disingkat dengan teknik ABC yaitu airway atau membebaskan jalan nafas, breathing atau memberikan nafas buatan, dan circulation atau pijat jantung pada posisi shock. Namun pada tahun 2010 tindakan BLS diubah menjadi CAB (circulation, breathing, airway), kemudian dilanjutkan dengan terapi elektrik, dan setelah itu ALS (Advanced Life Support). 1 1

Transcript of Bantuan Hidup Dasar

Page 1: Bantuan Hidup Dasar

Bantuan Hidup Dasar

1. DEFINISI

Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support, disingkat BLS) adalah suatu tindakan

penanganan yang dilakukan dengan sesegera mungkin dan bertujuan untuk

menghentikan proses yang menuju kematian.1

Bantuan hidup dasar merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas dan

membantu pernafasan dan sirkulasi tanpa menggunakan alat selain alat bantu nafas

sederhana. Kombinasi nafas bantuan dan kompresi dada disebut resusitasi jantung

paru (RJP).2

Menurut AHA Guidelines tahun 2005, tindakan BLS ini dapat disingkat dengan

teknik ABC yaitu airway atau membebaskan jalan nafas, breathing atau memberikan

nafas buatan, dan circulation atau pijat jantung pada posisi shock. Namun pada tahun

2010 tindakan BLS diubah menjadi CAB (circulation, breathing, airway), kemudian

dilanjutkan dengan terapi elektrik, dan setelah itu ALS (Advanced Life Support).1

2. KOMPONEN BANTUAN HIDUP DASAR PADA MANUSIA DEWASA,

ANAK, BAYI

1

Page 2: Bantuan Hidup Dasar

Meskipun telah banyak perkembangan dibidang kesehatan preventif , tapi

kejadian henti jantung mendadak (SCA) masih menjadi penyebab kematian nomor

satu diberbagai belahan dunia.1 SCA disebabkan oleh berbagai etiologi (yaitu

penyebab kardiak atau non-kardiak), kondisi (yaitu diluar-rumah-sakit atau didalam-

rumah-sakit). Heterogenitas dari kejadian SCA ini membuat pendekatan tunggal

resusitasi tidaklah praktis, namun satu inti dari tindakan kegawatdaruratan yang

diperlukan merupakan sebuah strategi universal untuk memberikan sebuah tindakan

resusitasi yang berhasil. Aksi ini disebut sebagai “Rantai penyelamatan”.3,4

Pada orang dewasa, rantai penyelamatan ini terdiri dari : 3

2

Page 3: Bantuan Hidup Dasar

- Menyadari langsung suatu keadaan henti jantung dan pengaktivasian sistem

tanggap darurat

- CPR sesegera mungkin dengan memperhatikan kompresi dada

- Defibrillator cepat apabila diperlukan

- Pemberian bantuan hidup lanjutan yang efektif

- Perawatan pasca henti jantung yang terintegrasi

Ketika langkah-langkah ini di implementasikan secara efektif, maka kemungkinan

selamat pasien dapat meningkat hingga 50% pada pasien akhirnya keluar dari rumah

sakit setelah mengalami henti jantung akibat fibrillasi ventrikel (VF).4

Pengenalan Dini Dan Aktivasi Sistem Repons Tanggap Darurat

Bila ada satu orang penolong tunggal yang menemukan seorang pasien

dewasa tidak berespons (yaitu, tidak ada gerakan atau respons terhadap stimulasi)

atau menyakiskan seseorang yang tiba-tiba pingsan, setelah memastikan bahwa

lingkungan sekitar telah aman, sang penolong harus mengecek respons pasien dengan

menepuk pasien di daerah pundak dan berteriak memanggil pasien tersebut. Seorang

penolong melakukan aktivasi sistem respons tanggap darurat (yaitu menelepon 911,

atau bila kejadiannya berada dalam satu institusi dengan sistem tanggap darurat,

segera menelepon respons emergensi fasilitas tersebut). Bila korban juga tidak

3

Page 4: Bantuan Hidup Dasar

bernafas atau memiliki pernafasan abnormal (hanya terengah-engah), maka penolong

tersebut harus menganggap bahwa korban tersebut sedang mengalami henti jantung.4

4

Page 5: Bantuan Hidup Dasar

Gambar 3 : Algoritma BHD yang disederhanakan 3

Penolong yang menemukan korban segera menelepon sistem respons tanggap darurat

ketika ia menemukan korban dalam keadaan tidak merespons. Setelah mengaktivasi

sistem respons tanggap darurat, seluruh penolong segera memulai langkah CPR untuk

korban yang tidak respons atau mengalami gangguan pernafasan (hanya terengah-

engah). 4

Cek Pulsasi

Penolong dilokasi seharusnya tidak mengecek pulsasi dan langsung

menganggap bahwa telah terjadi henti jantung bila seseorang pingsan atau

bila seseorang yang unresponsif tidak bernafas normal

Penolong tidak boleh mengambil waktu lebih dari 10 detik untuk mengecek

pulsasi dan, bila para penolong tidak langsung menemukan pulsasinya dalam

jangka waktu tersebut, maka mereka harus langsung memulai kompresi dada4

5

Page 6: Bantuan Hidup Dasar

CPR Dini

Kompresi dada

Kompresi dada terdiri dari beberapa kali penekanan teratur dan kuat pada bagian

bawah sternum. Kompresi ini akan menghasilkan aliran darah dengan cara

meningkatkan tekanan intrathoraks dan juga penekanan langsung ke jantung. Hal ini

akan menghasilkan aliran darah dan mengantarkan oksigen pada myokardium dan

otak.4

Kompresi dada yang efektif sangat penting untuk mempertahankan aliran

darah selama proses CPR. Untuk alasan ini seluruh pasien yang mengalami

henti jantung harus segera diberikan kompresi dada

Untuk memberikan kompresi dada yang efektif, tekan dengan keras dan cepat.

Terdapat alasan mengapa penolong setempat dan para pelayan kesehatan

harus memberikan penekanan dada dengan kecepatan setidaknya 100 kali

permenit dengan kedalam kompresi setidaknya 2 inci/5 cm. Penolong harus

memberikan kesempatan agar dada dapat mengembang kembali diantara

setiap kompresi, hal ini untuk memberikan kesempatan bagi jantung agar

dapat terisi penuh sebelum dikompresikan kembali

Penolong harus berusaha untuk meminimalisasi frekuensi dan durasi interupsi

selama proses kompresi untuk memaksimalkan jumlah kompresi yang dapat

6

Page 7: Bantuan Hidup Dasar

diberikan dalam satu menit. Rasio kompresi-ventilasi sebesar 30:2 merupakan

rasio yang direkomendasikan. 4

Penanganan Jalan Nafas

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perubaha signifikan pada pedoman

ini adalah mengenai penekanan pentingnya segera memulai kompresi dada sebelum

melakukan ventilasi (CAB, bukan ABC). Perubahan ini disebabkan oleh

meningkatnya bukti yang menunjukkan pentingnya kompresi dada dan kenyataan

yang menyatakan bahwa memasang alat bantu nafas itu mengambil banyak waktu.

Pola pikir ABC dapat membentuk ide bahwa kompresi dada harus menunggu hingga

ventilasi diberikan. Pola pikir ini dapat terjadi bahkan ketika jumlah penolong lebih

dari satu, sebab “Airway dan Breathing lebih duluan daripada ventilasi/Circulation”

sudah sangat tertanam di benak kebanyakan penolong. Pedoman terbaru ini

menekankan pada pentingnya pola CAB untuk mengklarifikasi bahwa manufer jalan

nafas harus dilakukan secara cepat dan efisien sehingga interupsi kompresi dada

dapat diminimalisir dan kompresi dada harus menjadi prioritas utama dalam resusitasi

pada orang dewasa.4

Membuka Jalan nafas

7

Page 8: Bantuan Hidup Dasar

Seorang penolong harus menggunakan manuver head tilt-chin lift untuk membuka

jalan nafas korban yang tidak ada tanda-tanda trauma kepala atau leher. Meskipun

manufer head tilt-chin lift sesungguhnya dikembangkan untuk membantu pasien yang

tidak sadar, atau lumpuh dan belum pernah diteliti kegunaannya pada pasien henti

jantung, bukti klinis dan radiologis dan beberapa rangkaian laporan kasus

menunjukkan bahwa manufer itu cukup efektif. Untuk korban dengan kecurigaan

cedera spinal, penolong harus segera melakukan immobilisasi pergerakan spinal

(yaitu meletakkan 1 tangan dimasing-masing sisi kepala pasien untuk menahannya

agar tetap stabil) ini lebih baik daripada menggunakan peralatan immobilisasi. Bila

dicurigai adanya cedera spinal servikal, mereka harus membuka jalan nafas

menggunakan cara jaw thrust tanpa mengekstensikan kepala. Karena

mempertahankan patensitas jalan nafas dan memberikan ventilasi yang cukup adalah

prioritas dalam CPR, gunakan manufer head-tilt-chin lift bila jaw thrust tidak cukup

adekuat dalam membuka jalan nafas.4

Airway with c-spine contol

8

Page 9: Bantuan Hidup Dasar

Korban dengan tidak ada/tidak dicurgai cedera tulang belakang maka

bebaskan jalan nafas melalui head tilt– chin lift. Caranya dengan meletakkan satu

tangan pada dahi korban, lalu mendorong dahi korban ke belakang agar kepala

menengadah dan mulut sedikit terbuka (Head Tilt) Pertolongan ini dapat ditambah

dengan mengangkat dagu (Chin Lift). Namun jika korban dicurigai cedera tulang

belakang maka bebaskan jalan nafas melalui jaw thrust yaitu dengan mengangkat

dagu sehingga deretan gigi Rahang Bawah berada lebih ke depan daripada deretan

gigi Rahang Atas. C-spine kontrol mutlak harus dilakukan terutama pada pasien yang

mengalami trauma basis cranii. Ciri nya adalah keluar darah atau cairan (LCS)

bercampur darah dari hidung atau telinga. C-spine kontrol dilakukan dengan indikasi:

Multiple trauma

Terdapat jejas di daerah serviks ke atas

Penurunan kesadaran.

Kalau terjadi obstruksi parsial maka pasien akan menunjukan tanda bunyi nafas

tambahan. Beberapa bunyi nafas itu antara lain :

1. Gurgling (kumur-kumur)

Terjadi obstruksi akibat adanya air dalam saluran nafas. Penanganannya dapat dengan

melakukan suction.

2. Stridor (crowing)

Terjadi obstruksi karena benda padat. Penanganan pertama nya dengan penggunaan

endotracheal tube (ETT)

3. Snoring (mengorok)

Biasanya obstruksi karena lidah terlipat dan pasien dalam keadaan tidak sadar.

Penangannya yang pertama dengan membuka mulut pasien dengan manuver chin lift

atau jaw thrust. Gunakan finger sweep, forsep, atau suction untuk menghilangkan

benda asing padat yang terlihat di mulut.

Manajemen jalan nafas pada pasien dengan tulang belakang servikal yang diduga

cedera. Jika cedera tulang belakang dicurigai (misalnya, jika korban telah jatuh, telah

9

Page 10: Bantuan Hidup Dasar

terkena pukulan di kepala atau leher, atau telah diselamatkan setelah menyelam ke

dalam air dangkal) jaga kepala, leher, dada dan daerah lumbal dalam posisi netral

selama resusitasi. Memiringkan kepala secara berlebihan bisa memperburuk cedera

dan kerusakan pada sumsum tulang servikal. Jika obstruksi jalan napas berlanjut dan

mengancam hidup meskipun telah mengaplikasikan head tilt dan chin lift, tambahkan

memiringkan kepala sedikit demi sedikit sampai jalan napas terbuka, membuat jalan

napas jadi paten merupakan prioritas di atas kekhawatiran tentang potensi cedera

tulang belakang servikal.

Pemasangan OPA (Oropharyngeal airways)

Meskipun beberapa penelitian tidak secara spesifik mempertimbangkan

penggunaan OPA pada pasien dengan serangan jantung, OPA dapat membantu dalam

pengiriman ventilasi yang memadai dengan perangkat bag-mask dengan mencegah

lidah dari obstruksi jalan napas. Cara memasukkan yang salah pada OPA dapat

membuat lidah jatuh ke hipofaring dan akan menyebabkan obstruksi jalan napas.

Untuk memudahkan pemasukkan udara ke ventilasi dengan bag-mask, OPA dapat

digunakan dalam keadaan tidak sadar (tidak responsif) pasien sehingga tidak ada

refleks batuk atau muntah dan hanya boleh dilakukan oleh orang yang terlatih dalam

menggunakannya.1

NPA (Nasopharyngeal airways)

Saluran udara nasofaring digunakan pada pasien dengan obstruksi jalan napas atau

berisiko untuk obstruksi jalan napas, terutama pada kondisi seperti rahang terkatup

sehingga menutupi jalan napas oral. Saluran udara nasofaring lebih baik digunakan

daripada saluran udara mulut pada penderita dengan kesadaran yang menurun.

Perdarahan pada jalan napas dapat terjadi pada 30% dari pasien setelah insersi

nasofaring. Menurut laporan khusus menunjukkan bahwa saluran udara nasofaring1

harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan cedera parah kraniofasial.

10

Page 11: Bantuan Hidup Dasar

Oksigen

Berikan oksigen pada konsentrasi tertinggi (yaitu, 100%) selama resusitasi awal.

Setelah sirkulasi dipulihkan, memberikan oksigen yang cukup untuk

mempertahankan saturasi oksigen arteri (SaO2) pada kisaran 94-98%. Studi pada

neonatus menunjukkan beberapa keuntungan menggunakan udara ruangan selama

resusitasi. Pada anak yang lebih tua, tidak ada bukti manfaat dari udara yang bukan

oksigen, jadi gunakan oksigen 100% untuk resusitasi awal dan setelah kembalinya

sirkulasi spontan (ROSC), titrasi fraksi oksigen yang terinspirasi (FiO) untuk

mencapai SaO2 dalam kisaran dari 94-98%.1

METODE PEMBERIAN OKSIGEN

I. Sistem Aliran Rendah

Kateter Nasal Oksigen : Aliran 1 - 6 liter/ menit menghasilkan oksigen

dengan konsentrasi 24-44 % tergantung pola ventilasi pasien. Bahaya : Iritasi

lambung, pengeringan mukosa hidung, kemungkinan distensi lambung,

epistaksis.

Kanula Nasal Oksigen : Aliran 1 - 6 liter / menit menghasilkan 02 dengan

konsentrasi 24 - 44 % tergantung pada polaventilasi pasien. Bahaya : Iritasi

hidung, pengeringan mukosa hidung, nyeri sinus dan epitaksis

Sungkup muka sederhana Oksigen : Aliran 5-8 liter/ menit menghasilkan 0 2

dengan konsentrasi 40 - 60 %. Bahaya : Aspirasi bila muntah, penumpukan

C02 pada aliran 02 rendah, Empisema subcutan kedalam jaringan mata pada

aliran 02 tinggi dan nekrose, apabila sungkup muka dipasang terlalu ketat.

Sungkup muka" Rebreathing " dengan kantong 02 Oksigen : Aliran 8-12

l/menit menghasilkan oksigen dnegan konsentrasi 60 - 80%. Bahaya : Terjadi

aspirasi bila muntah, empisema subkutan kedalam jaringan mata pada aliran

02 tinggi dan nekrose, apabila sungkup muka dipasang terlalu ketat.

11

Page 12: Bantuan Hidup Dasar

Sungkup muka" Non Rebreathing" dengan kantong 02 Oksigen : Aliran 8-12

l/menit menghasilkan konsentrasi 02 90 %. Bahaya : Sama dengan sungkup

muka "Rebreathing".

II. SistemAliran tinggi

Sungkup muka venturi (venturi mask) Oksigen : Aliran 4 -14 It / menit

menghasilkan konsentrasi 02 30 - 55 %. Bahaya : Terjadi aspirasi bila

muntah dan nekrosis karena pemasangan sungkup yang terialu ketat.

Sungkup muka Aerosol (Ambu Bag) Oksigen : Aliran lebih dan 10 V menit

menghasilkan konsentrasi 02 100 %. Bahaya : Penumpukan air pada aspirasi

bila muntah serta nekrosis karena pemasangan sungkup muka yang terialu

ketat.

Suction

Gunakan penghisap lebar dan sedikit kaku (Yankauer) untuk menghilangkan

cairan (darah, saliva, dan isi lambung) dari saluran udara bagian atas. Gunakan

penghisap secara hati-hati jika pasien memiliki refleks muntah, rangsangan faring

yang dapat menstimulasi refleks muntah.

Breathing/Bantuan pernapasan

Berikan ventilasi sebanyak 2 kali. Pemberian ventilasi dengan jarak 1 detik

diantara ventilasi. Perhatikan kenaikan dada korban untuk memastikan volume tidal

yang masuk adekuat. Untuk pemberian mulut ke mulut langkahnya sebagai berikut :

Pastikan hidung korban terpencet rapat

Ambil nafas seperti biasa (jangan terelalu dalam)

Buat keadaan mulut ke mulut yang serapat mungkin

Berikan satu ventilasi tiap satu detik

Kembali ke langkah ambil nafas hingga berikan nafas kedua selama satu detik.

Jika tidak memungkinkan untuk memberikan pernafasan melalui mulut korban

dapat dilakukan pernafasan mulut ke hidung korban.

12

Page 13: Bantuan Hidup Dasar

Untuk pemberian melalui bag mask pastikan menggunakan bag mask dewasa

dengan volume 1-2 L agar dapat memeberikan ventilasi yang memenuhi volume tidal

sekitar 600 ml.

Setelah terpasang advance airway maka ventilasi dilakukan dengan frekuensi 6 – 8

detik/ventilasi atau sekitar 8-10 nafas/menit dan kompresi dada dapat dilakukan tanpa

interupsi.

Jika pasien mempunyai denyut nadi namun membutuhkan pernapasan bantuan,

ventilasi dilakukan dengan kecepatan 5-6 detik/nafas atau sekitar 10-12 nafas/menit

dan memeriksa denyut nadi kembali setiap 2 menit.

Untuk satu siklus perbandingan kompresi dan ventilasi adalah 30 : 2, setelah

terdapat advance airway kompresi dilakukan terus menerus dengan kecepatan 100

kali/menit dan ventilasi tiap 6-8 detik/kali.

RJP terus dilakukan hingga :

13

Page 14: Bantuan Hidup Dasar

Alat defibrilasi otomatis datang, pasien bangun, atau petugas ahli datang. Bila

harus terjadi interupsi, petugas kesehatan sebaiknya tidak memakan lebih dari 10

detik, kecuali untuk pemasangan alat defirbilasi otomatis atau pemasangan advance

airway.

Defibrillator AED

Semua penolong yang memberikan BHD harus dilatih untuk memberikan

defibrillasi, karena VF adalah penyebab utama dan merupakan gangguan irama yang

dapat ditangani secara dini pada orang dewasa yang ditemukan mengalami henti

jantung. Untuk korban dengan VF, rata-rata survivalnya lebih tinggi bila ia langsung

diberikan CPR oleh orang seitarnya dan defibrillator muncul dalam waktu 3 hingga 5

menit setelah pasien pingsan. Defibrillasi yang cepat adalah pilihan pengobatan VF

yang berdurasi pendek, seperti untuk korban yang ditemukan mengalami henti

jantung diluar rumah sakit atau pasien yang irama jantungnya dimonitor di rumah

sakit. Pada unggas, aliran darah mikrovaskuler sangat menurun dalam 30 detik

setelah onset VF; kompresi dada dapat mengembalikan sedikit aliran darah

mikrovaskuler yang sempat berkurang selama 1 menit. Melakukan kompresi dada

sambil anggota penolong lain mencari dan mengisi defibrillator dapat meningkatkan

kemungkinan selamat pasien.6 setelah sekitar 3 hingga 5 menit VF tidak diobati,

beberapa model binatang menunjukkan bahwa adanya periode kompresi dada

sebelum defibrillasi dapat membantu.

Posisi Pemulihan (Recovery Position)

Recovery position dilakukan setelah pasien ROSC (Return of Spontaneous

Circulation). Urutan tindakan recovery position meliputi:

a. Tangan pasien yang berada pada sisi penolong diluruskan ke atas

b. Tangan lainnya disilangkan di leher pasien dengan telapak tangan pada pipi pasien

c. Kaki pada sisi yang berlawanan dengan penolong ditekuk dan ditarik ke arah

penolong, sekaligus memiringkan tubuh korban ke arah penolong

14

Page 15: Bantuan Hidup Dasar

Dengan posisi ini jalan napas diharapkan dapat tetap bebas (secure airway)

dan mencegah aspirasi jika terjadi muntah. Selanjutnya, lakukan pemeriksasn

pernapasan secara berkala.

15