BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di...

42
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : [email protected]

Transcript of BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di...

Page 1: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA

BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM

Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : [email protected]

Page 2: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 1

DAFTAR ISI

1. Pendahuluan ................................ ................................ ............... 2

2. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan ................................ ............... 6 a. Profil Usaha ................................ ................................ ............... 6 b. Pola Pembiayaan ................................ ................................ ........ 7

3. Aspek Pemasaran ................................ ................................ ....... 11 a. Permintaan dan Penawaran Minyak Kelapa ................................ .... 11 b. Persaingan dan Peluang ................................ ............................. 12 c. Harga ................................ ................................ ...................... 14 d. Jalur Pemasaran ................................ ................................ ....... 16

4. Aspek Produksi ................................ ................................ .......... 17 a. Lokasi Usaha ................................ ................................ ............ 17 b. Fasilitas Produksi dan Peralatan ................................ .................. 17 c. Bahan Baku ................................ ................................ ............. 17 d. Tenaga Kerja ................................ ................................ ........... 19 e. Teknologi................................ ................................ ................. 19 f. Proses Produksi ................................ ................................ ......... 19 g. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi ................................ ................. 23 h. Produksi Optimum ................................ ................................ .... 26

5. Aspek Keuangan ................................ ................................ ........ 27 a. Pemilihan Pola Usaha ................................ ................................ . 27 b. Asumsi dan Paramete Perhitungan ................................ ............... 27 c. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional .......................... 28 d. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja ................................ ... 30 e. Produksi dan Pendapatan ................................ ........................... 32 f. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point ................................ ...... 33 g. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek ................................ ...... 34 h. Analisis Sensitivitas ................................ ................................ ... 34

6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan .......................... 38 a. Aspek Sosial Ekonomi ................................ ................................ 38 b. Dampak Lingkungan ................................ ................................ .. 38

7. Penutup ................................ ................................ ..................... 39 a. Kesimpulan ................................ ................................ .............. 39 b. Saran ................................ ................................ ..................... 39

LAMPIRAN ................................ ................................ ..................... 41

Page 3: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 2

1. Pendahuluan

Pada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak goreng yang beredar di Indonesia adalah minyak goreng yang berasal dari minyak mentah kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan kelapa (crude coconut oil CCO). Tidak mengherankan jika harga komoditas minyak goreng selalu dipantau dan dikelola oleh pemerintah.

Minyak kelapa berasal dari produk pertanian yaitu kelapa. Luas perkebunan kelapa di Indonesia ternyata sebagian besar adalah perkebunan rakyat. Pada tahun 2000, areal tanaman kelapa di Indonesia tercatat seluas 3,697 juta ha, didominasi oleh perkebunan rakyat (96,6%) dan oleh perusahaan perkebunan besar (3,4%). Perkembangan luas areal dan produksi sebagaimana terlihat pada Tabel 1.1.

Dari tabel tersebut terlihat bahwa perkembangan areal perkebunan kelapa telah meningkat dari 1,595 juta ha (1968) menjadi 3,697 juta ha (2000) dengan rata-rata 4% per tahun dan produksi meningkat dari 1,133 juta ton (1968) menjadi 3,048 juta ton (2000) dengan rata-rata peningkatan 5% per tahun.

Tabel 1.1. Perkembangan Areal dan Produksi Kelapa Indonesia Tahun 1968 - 2002

URAIAN 1968 1996 1997 1998 1999 2000 2001* 2002** LUAS AREAL (000 Ha) Perk. Rakyat 1.590 3.604 3.548 3.580 3.586 3.602 3.607 3.607 Perk. Besar Negara

0 28 28 25 15 14 14 14

Perk. Besar Swasta

5 104 93 101 78 81 81 81

JUMLAH 1.595 3.736 3.668 3.706 3.679 3.697 3.702 3.702 PRODUKSI (000 Ton) Perk. Rakyat 1.131 2.687 2.620 2.690 2.904 2.951 3.023 3.098 Perk. Besar Negara

0 19 21 22 12 9 11 11

Perk. Besar Swasta

2 55 63 66 79 88 88 88

JUMLAH 1.133 2.761 2.704 2.778 2.995 3.048 3.122 3.197 Sumber: Ditjen Bina Produksi Perkebunan, * sementara, ** estimasi.

Page 4: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 3

Tabel 1.2. Produksi, Luas, dan Produktifitas Kelapa Per Provinsi Tahun 2003

Provinsi Produksi (Ton)

Pangsa (%)

Luas Panen (Ha)

Pangsa (%)

Produktifitas (Ton/Ha)

N. Aceh Darussalam

75.637 2,13 47.862 2,97 1,58

Sumatera Utara 228.159 6,43 93.777 5,82 2,43 Sumatera Barat 50.497 1,42 25.199 1,56 2,00 Riau 310.325 8,74 316.125 19,62 0,98 Jambi 209.215 5,89 72.909 4,52 2,87 Sumatera Selatan 87.339 2,46 39.861 2,47 2,19 Bengkulu 3.749 0,11 2.200 0,14 1,70 Lampung 111.411 3,14 37.689 2,34 2,96 Bangka Belitung 7.940 0,22 5.303 0,33 1,50 DKI Jakarta 84 0,00 171 0,01 0,49 Jawa Barat 279.362 7,87 54.166 3,36 5,16 Jawa Tengah 443.693 12,50 64.397 4,00 6,89 DI Yogyakarta 70.525 1,99 15.875 0,99 4,44 Jawa Timur 185.407 5,22 89.202 5,54 2,08 Banten 104.410 2,94 17.400 1,08 6,00 Bali 111.809 3,15 56.464 3,50 1,98 Nusa Tenggara Barat

57.757 1,63 15.099 0,94 3,83

Nusa Tenggara Timur

51.723 1,46 41.778 2,59 1,24

Kalimantan Barat 112.140 3,16 65.723 4,08 1,71 Kalimantan Tengah

69.445 1,96 19.973 1,24 3,48

Kalimantan Selatan

96.999 2,73 26.212 1,63 3,70

Kalimantan Timur 23.155 0,65 10.540 0,65 2,20 Sulawesi Utara 267.086 7,52 129.761 8,05 2,06 Sulawesi Tengah 191.134 5,38 129.720 8,05 1,47 Sulawesi Selatan 125.370 3,53 65.273 4,05 1,92 Sulawesi Tenggara

47.654 1,34 39.293 2,44 1,21

Gorontalo 43.380 1,22 21.523 1,34 2,02 Maluku 52.888 1,49 38.176 2,37 1,39 Maluku Utara 115.773 3,26 59.318 3,68 1,95 Papua 16.420 0,46 10.460 0,65 1,57

Total 3.550.486 100,00 1.611.448 100,00 2,20 Sumber: BPS (2003).

Page 5: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 4

Lebih lanjut, pada tahun 2003, luas panen produksi kelapa di seluruh Provinsi di Indonesia adalah 1.611 ribu ha (100%). Luas panen tersebut tersebar di pulau Sumatera seluas 640,92 ribu ha (39,77%), Jawa 241,21 ribu ha (14,97%), Bali, dan NTB 113,34 ribu ha (7,03%), Kalimantan 122,45 ribu ha (7,60%), Sulawesi 385,57 ribu ha (23,93%) dan Maluku, Irian Jaya 107,95 ribu ha (6,70%). Namun demikian, produktifitas tanaman kelapa tersebut masih dinilai rendah, yaitu mencapai 2,2 ton per ha secara total.

Hal tersebut terjadi sebagai dampak pengelolaan perkebunan rakyat yang belum maju. Berdasarkan hasil penelitian beberapa ahli perkebunan, ciri-ciri perkebunan kelapa rakyat dapat dijelaskan berikut ini (Tarigan, 2002).

1. Luas kepemilikan lahan usaha tani sangat sempit, rata-rata 0.5 hektar per keluarga petani. Pola kepemilikan yang sempit ini akan menjadi lebih sempit sebagai akibat fragmentasi lahan yang tidak dapat dibendung sejalan dengan budaya bangsa Indonesia.

2. Umumnya diusahakan dalam pola mono-kultur.

3. Produktivitas usaha tani kelapa masih rendah rata-rata 1.1 ton equivalen kopra per hektar per tahun.

4. Pendapatan usaha tani persatuan luas masih rendah dan fluktuaktif sehingga tidak mampu mendukung kehidupan keluarga petani kelapa secara layak.

5. Adopsi teknologi anjuran sebagai upaya meningkatkan produktivitas tanaman dan usaha tani masih rendah, karena kemampuan petani dari segi pemilikan modal tidak menunjang.

6. Produk usaha tani yang dihasilkan masih bersifat tradisional yaitu berbentuk kelapa butiran dan kopra yang berkualitas sub standar dan tidak kompetitif.

Dengan ciri-ciri tersebut, tingkat pendapatan petani kelapa menjadi sangat rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan petani kelapa adalah dengan meningkatkan nilai tambah dari produk yang selama ini dijual oleh petani dalam bentuk kelapa butiran ataupun kopra menjadi produk minyak kelapa yang dikelola sendiri oleh petani. Tingkat harga minyak kelapa yang lebih tinggi dari produk kelapa butiran ataupun kopra akan menghasilkan tambahan penghasilan sehingga akan meningkatkan kesejahteraan petani itu sendiri.

Lebih lanjut, dilihat dari segi kesehatan, minyak kelapa merupakan minyak yang paling sehat jika dibandingkan dengan minyak sayuran (seperti: minyak jagung, minyak kedelai, minyak canola, dan minyak bunga matahari). Hal ini telah dibuktikan oleh beberapa penelitian yang antara lain dilaporkan oleh Bruce Fife pada tahun 2003 dalam bukunya The Healing Miracle of Coconut Oil (Budiarso, 2004).

Page 6: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 5

Oleh karena itu, perlu dilakukan studi kelayakan usaha pengolahan minyak kelapa yang komprehensif terutama menyangkut kelayakan investasi dengan skala usaha kecil yang sangat cocok untuk petani-petani kelapa tersebut. Dalam buku ini akan dibahas pola pembiayaan usaha kecil pengolahan minyak kelapa.

KOTAK 1.1. Apa yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh Minyak Kelapa untuk Kesehatan

Apa yang Minyak Kelapa TIDAK Lakukan: (1) Tidak meningkatkan tingkat kolesterol dalam darah. (2) Tidak menunjang terjadinya platelet, kelengketan atau gumpalan dalam darah. (3) Tidak berperan pada atherosclerosis atau penyakit jantung. (4) Tidak berperan dalam permasalahan berat badan.

Apa yang Minyak Kelapa BETUL-BETUL Lakukan: (1) Mengurangi resiko dari atherosclerosis dan berbagai macam penyakit yang terkait. (2) Mengurangi resiko kanker dan lainnya yang membuat kondisi kesehatan merosot. (3) Membantu mencegah infeksi/peradangan karena bakteri, virus, dan jamur (termasuk ragi). (4) Mendukung fungsi sistem kekebalan. (5) Membantu mengendalikan kencing manis. (6) Menyediakan sebuah sumber energi yang cepat. (7) Mendukung fungsi-fungsi metabolisme yang sehat. (8) Meningkatkan pencernaan dan penyerapan bahan gizi. (9) Menyediakan bahan gizi yang penting bagi kesehatan dengan baik. (10) Menyediakan kalori yang lebih sedikit dibanding lemak lainnya. (11) Medorong penurunan berat badan. (12) Membantu mencegah osteoporosis. (13) Mempunyai cita rasa yang enak dan lembut. (14) Sangat tidak cepat rusak (tahan lama). (15) Tahan terhadap panas (minyak yang paling sehat untuk memasak). (16) Membantu menjaga kulit tetap halus dan lembut. (17) Membantu mencegah kulit menjadi keriput dan menua. (18) Membantu melindungi dari kanker kulit dan cacat lainnya. (19) Berfungsi sebagai antioksidan yang bersifat melindungi.

Sumber: Buku "The Healing Miracles of Coconut Oil" (2003) oleh Dr. Bruce Fife, ND, lihat pada website http://www.virgincoconutoil.co.uk/coconut_oil_books.htm

Page 7: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 6

2. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan

a. Profil Usaha

Usaha minyak kelapa sudah ada sejak puluhan tahun lampau di Indonesia, karena tersedianya bahan baku dari tumbuhan kelapa yang secara alamiah tumbuh di Indonesia. Sumber daya alam yang melimpah tersebut, tentunya sangat menarik para investor, baik domestik maupun luar negeri untuk mendirikan pabrik minyak kelapa di Indonesia.

Tabel 2.1. Penyebaran Pabrik UPH Minyak Kelapa

Per Provinsi Seluruh Indonesia Tahun 1993 dan 2000 (Ton Per Tahun)

Provinsi Pabrik

UPHTahun Total Produksi (Ton/Tahun)

1993 2000 1993 2000 Nanggroe Aceh Darussalam 10 28 3.890 10.600 Sumatera Utara 25 76 55.720 40.146 Sumatera Barat 4 1 59.820 2.880 Riau 10 62 90.700 58.941 Jambi 12 1 16.560 1.080 Sumatera Selatan 1 - 40.000 - Lampung 1 8 156.000 21.920 DKI Jakarta 16 3 447.300 84.000 Jawa Barat* 9 5 107.000 14.220 Jawa Tengah 5 98 42.100 98.627 Jawa Timur 26 - 46.860 - Bali 3 14 9.880 65.314 Nusa Tenggara Barat 12 4 7.100 6.751 Nusa Tenggara Timur - 1 - 180 Kalimantan Barat 8 - 6.900 - Kalimantan Tengah 10 - 9.750 - Kalimantan Selatan 6 7 5.300 4.050 Kalimantan Timur 1 2 180 525 Sulawesi Utara* 16 41 96.600 491.369 Sulawesi Tengah 6 13 10.300 126.276 Sulawesi Selatan 11 5 25.400 9.000 Sulawesi Tenggara 2 230 - Maluku* 3 14 100 66.660 Irian Jaya / Papua - 16 - 126.473 Indonesia 202 400 1.237.700 1.229.030

Sumber: data tahun 1993 berasal dari CIC, tahun 2000 dari Ditjen Perkebunan * termasuk provinsi hasil pemekaran.

Page 8: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 7

Pada tahun 1993, jumlah pabrik pengolahan minyak kelapa di Indonesia adalah 202 buah yang tersebar di 23 Provinsi. Jumlah pabrik terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Timur (26 unit) dan Sumatera Utara (25 unit). Jumlah pabrik tersebut telah meningkat menjadi 400 unit pada tahun 2000 yang berarti telah tumbuh hampir 100%. Pada tahun yang sama, sebagian besar pabrik tersebar di Provinsi Jawa Tengah (98 unit), Sumatera Utara (76 unit), Riau (62 unit), dan Sulawesi Utara (41 unit).

Pada tahun 1993, kapasitas produksi total pabrik-pabrik tersebut menunjukkan angka 1,2 juta ton per tahun. Sebagian besar dihasilkan oleh pabrik-pabrik yang terdapat di Provinsi DKI Jakarta (447 ribu ton/tahun), Lampung (156 ribu ton/tahun), Jawa Barat (107 ribu ton/tahun), dan Sulawesi Utara (97 ribu ton/tahun). Pada tahun 2000, kapasitas produksi total Indonesia tidak jauh berubah, yaitu mencapai 1,2 juta ton/tahun. Namun demikian, total kapasitas pabrik tertinggi justru terdapat di Provinsi Sulawesi Utara (491 ribu ton/tahun), disusul oleh Provinsi Papua (126,5 ribu ton/tahun), dan Sulawesi Tengah (126,2 ribu ton/tahun).

Propinsi Gorontalo (dulu bagian dari Provinsi Sulawesi Utara) sebagai tempat observasi penelitian ini juga sangat cocok sebagai tempat pengembangan usaha minyak kelapa karena masih luasnya sumber bahan baku. Observasi dilakukan terhadap empat responden yang terdiri dari dua usaha skala rumah tangga dan dua usaha skala kecil. Dua diantaranya pernah memperoleh kredit dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang besarnya Rp 3 juta (satu responden skala rumah tangga) dan Rp 150 juta (satu responden usaha kecil).

b. Pola Pembiayaan

Pola pembiayaan usaha minyak kelapa dengan skala usaha kecil tentunya berbeda dengan usaha menengah dan besar. Namun demikian unit-unit biaya yang dikeluarkan relatif sama. Usaha kecil pengolahan minyak kelapa biasanya dimiliki 100% oleh pengusaha. Hasil survei yang dilakukan menunjukkan bahwa usaha minyak kelapa dimiliki secara perorangan atau keluarga.

Lebih lanjut, hasil wawancara dengan responden-responden pengusaha kecil minyak kelapa tradisional dengan kapasitas antara 0-100 kg, menunjukkan bahwa biaya untuk operasi usaha berasal dari dana sendiri dan dari pinjaman bank. Sementara itu, pengusaha minyak kelapa yang berkapasitas produksi antara 200 Kg - 2 ton ada yang dibiayai sendiri dan oleh bank. Modal kerja diperoleh dari perbankan yang terdapat di daerah tersebut, terutama berasal dari Bank Rakyat Indonesia. Secara umum proses pengajuan kredit usaha kecil ke BRI dapat dijelaskan pada Gambar 2.1.

Page 9: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 8

Gambar 2.1. Proses Pengajuan Kredit Usaha Kecil ke Bank

Sumber: data primer, diolah.

Dalam pembayaran angsuran kredit, tiap bank yang berbeda mempunyai kebijakan pengembalian kredit dan tingkat bunga yang berbeda pula. Di bawah ini adalah salah satu perhitungan angsuran kredit dengan pinjaman sebesar Rp 150.000.000 dengan tingkat bunga 18%. Lama pinjaman adalah 5 tahun dengan sistem pembayaran angsuran pokok tetap dan angsuran bunga dengan efektif menurun. Pembayaran dilakukan setiap bulan sehingga pelunasan kredit per tahun dapat dijelaskan dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Rencana Pengembalian Kredit oleh Salah Satu Responden

Tahun Angsuran Angsuran Total Saldo Saldo

Pokok Bunga Angsuran Awal Akhir Tahun 0 150.000.000 150.000.000 Tahun 1 30.000.000 24.937.500 54.937.500 122.500.000 120.000.000 Tahun 2 30.000.000 19.575.000 49.575.000 92.500.000 90.000.000 Tahun 3 30.000.000 14.175.000 44.175.000 62.500.000 60.000.000 Tahun 4 30.000.000 8.775.000 38.775.000 32.500.000 30.000.000

Page 10: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 9

Tahun 5.01 2.500.000 487.500 2.987.500 30.000.000 27.500.000 Tahun 5.02 2.500.000 450.000 2.950.000 27.500.000 25.000.000 Tahun 5.03 2.500.000 412.500 2.912.500 25.000.000 22.500.000 Tahun 5.04 2.500.000 375.000 2.875.000 22.500.000 20.000.000 Tahun 5.05 2.500.000 337.500 2.837.500 20.000.000 17.500.000 Tahun 5.06 2.500.000 300.000 2.800.000 17.500.000 15.000.000 Tahun 5.07 2.500.000 262.500 2.762.500 15.000.000 12.500.000 Tahun 5.08 2.500.000 225.000 2.725.000 12.500.000 10.000.000 Tahun 5.09 2.500.000 187.500 2.687.500 10.000.000 7.500.000 Tahun 5.10 2.500.000 150.000 2.650.000 7.500.000 5.000.000 Tahun 5.11 2.500.000 112.500 2.612.500 5.000.000 2.500.000 Tahun 5.12 2.500.000 75.000 2.575.000 2.500.000 0 Tahun 5 30.000.000 3.375.000 33.375.000 2.500.000 0

Sumber: data primer, diolah.

Dengan tingkat suku bunga 18% dan metode pembayaran bunga efektif menurun, debitur akan membayar angsuran pokok sebesar Rp 2.500.000 per bulan atau Rp 30.000.000 per tahun, sedangkan besarnya pembayaran bunga total pada tahun pertama adalah Rp 24.937.500. Dengan demikian, besarnya total angsuran pada tahun pertama adalah Rp 54.937.500. Pada tahun kedua sampai tahun ke lima besarnya angsuran akan menurun sesuai dengan sisa angsuran dan pada akhir tahun kelima, sisa angsuran akan sama dengan nol atau lunas.

Kotak 2.1. Jenis-jenis Kredit Usaha Kecil oleh beberapa Bank di Indonesia Setiap bank di Indonesia mempunyai skema tersendiri dalam membiayai kredit usaha kecil. Secara umum di Bank Rakyat Indonesia (BRI) ada beberapa jenis kredit yang diperuntukkan bagi pengusaha kecil dan koperasi, yaitu: Kredit KUPEDES untuk investasi ataupun modal kerja yang plafond kreditnya maksimal Rp 50 juta per nasabah dengan metode angsuran bunga flat. Selain itu, ada skema kredit RITEL, yang juga diperuntukkan pada investasi dan modal kerja. Dalam skema ini, maksimum

Page 11: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 10

pinjaman untuk investasi disesuaikan dengan besar kecilnya proyek antara Rp 100 juta - Rp 1 miliar, dengan perbandingan 35% dibiayai oleh dana sendiri dan 65% dibiayai oleh BRI. Kredit ini dapat diangsur maksimal dalam waktu 5 tahun. Suku bunga pada saat ini adalah 15,5% dan pembayaran angsuran bunga dilakukan effektif menurun. Syarat pinjaman antara lain: (1) Surat Izin Usaha, (2) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), (3) Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan (4) Agunan berupa tanah dan bangunan.

Di Bank Mandiri, skema kredit khusus untuk pengusaha kecil disebut sebagai Kredit Usaha Kecil (KUK). Kredit ini besarnya maksimal Rp 500 juta yang bisa diperuntukkan pada investasi dengan jangka waktu maksimal 10 tahun dan modal kerja. Ketentuan untuk memperoleh jenis kredit ini adalah (1) berbentuk usaha perorangan, badan usaha yg tidak berbadan hukum atau badan usaha yg berbadan hukum termasuk koperasi, (2) berdiri sendiri atau tidak berafiliasi dengan usaha menengah atau usaha besar, (3) milik WNI, (4) kekayaan bersih maksimal Rp 200 juta, (5) hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 miliar, dan (5) share dana sendiri minimal 20%.

Di Bank Negara Indonesia (BNI), jenis kredit khusus untuk pengusaha kecil antara lain disebut sebagai KKPA, Kredit Kelayakan Usaha, dan Kredit Koperasi Primer. Jumlah maksimal pinjaman untuk Kredit Kelayakan Usaha adalah Rp 50 juta yang diperuntukkan untuk investasi 5 tahun dengan masa tenggang 1 tahun, dan kredit modal kerja tanpa angsuran paling lama satu tahun dan dapat diperpanjang kembali.

Sumber: www.bri.co.id, www.bankmandiri.co.id, dan www.bni.co.id

Page 12: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 11

3. Aspek Pemasaran a. Permintaan dan Penawaran Minyak Kelapa

Industri yang menggunakan bahan baku minyak kelapa baik dari bahan olahan kopra atau kelapa segar adalah industri minyak goreng, minyak kelapa dimurnikan, desicated coconut, makanan dan minuman lainnya. Perkembangan penawaran dan permintaan minyak kelapa Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Permintaan dan Penawaran Minyak Kelapa Indonesia

Tahun 1968-2001 (000 metrik ton) Elemen 1968 1978 1988 1996 1998 1999 2000 2001

Produksi 280,6 568,2 675,1 747,0 700,0 708,1 778,0 693,8 Impor 0,0 92,5 0,0 62,8 5,0 0,1 0,1 0,0 Perubahan Stok 27,0 0,0 0,0 -130,0 -30,0 -50,0 250,0 -20,0 Ekspor 17,4 0,0 206,7 378,8 372,7 349,6 734,6 395,0 Penawaran 290,2 660,7 468,4 301,0 302,3 308,5 293,5 278,8 Industri Makanan

288,0 490,0 421,0 200,0 206,0 209,0 212,0 215,0

Penggunaan Lain 2,2 170,7 47,4 101,0 96,3 99,5 81,5 63,8 Sumber: FAO (2004).

Pada tahun 2001, total produksi minyak kelapa Indonesia adalah 693,8 ribu metrik ton. Sebagian besar, yaitu 395,02 ribu metrik ton diekspor ke luar negeri sehingga total penawaran domestik adalah 278,82 ribu metrik ton. Permintaan berasal dari industri makanan sebesar 215 ribu metrik ton dan penggunaan lainnya sebesar 63,82 ribu metrik ton. Dengan penawaran dan permintaan seperti itu, kebutuhan domestik masih belum tercukupi sebesar 20 ribu metrik ton.

Konsumsi minyak kelapa domestik rata-rata per kapita tahun 1996, menurut data BPS adalah 0,1 liter per minggu. Konsumsi ini paling tinggi diantara konsumsi minyak dan lemak lainnya yang berkisar pada rata-rata 0 - 0,095 perkapita. Pada tahun 2003 pola konsumsi minyak dan lemak tidak jauh berubah, di mana konsumsi minyak kelapa masih cukup tinggi yaitu 0.1 liter per minggu sementara konsumsi minyak lainnya juga antara 0 - 0.01 liter per minggu (BPS, 2003).

Sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa permintaan minyak kelapa Indonesia juga berasal dari luar negeri. Perkembangan permintaan tersebut sangat dipengaruhi oleh konsumsi minyak kelapa dunia. Pada tahun 2001, konsumsi minyak kelapa dunia mencapai 3.366 ribu metrik ton. Konsumsi minyak kelapa tertinggi berasal dari negara-negara Eropa Barat, yaitu 570 ribu metrik ton (20,3%), USA 467 ribu metrik ton (16,6%), India

Page 13: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 12

451 ribu metrik ton (16,1%), Philipina 289 ribu metrik ton (10,3%), Indonesia 228 ribu metrik ton (8,1%), Mexico 123 ribu metrik ton (4,4%) dan negara lainnya 677 ribu metrik ton (24,2%). Permintaan dan penawaran minyak kelapa dunia dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Permintaan dan Penawaran Minyak Kelapa Dunia

Tahun 1968-2001 (000 metrik ton) Elemen 1968 1978 1988 1996 1998 1999 2000 2001 Produksi 1.876 2.976 2.759 3.062 3.485 2.684 3.313 3.617 Impor 560 1.421 1.406 1.584 2.623 1.587 2.387 2.346 Perubahan Stok 38 12 -20 -161 5 -67 248 -141 Ekspor 553 1.468 1.310 1.605 2.479 1.348 2.687 2.456 Penawaran 1.922 2.941 2.834 2.880 3.635 2.856 3.261 3.366 Buangan 0 0 0 0 0 0 0 0 Makanan Olahan 0 0 0 0 0 0 1 0 Makanan 0 -2 -19 -15 -18 -5 -7 -9 Penggunaan Lainnya 1.381 1.861 1.727 1.841 1.877 1.919 1.892 2.092

Sumber: FAO (2004).

Tabel tersebut menjelaskan bahwa konsumsi minyak kelapa dunia mengalami puncaknya pada tahun 1998 yang mencapai 3.635 ribu metrik ton dan pada tahun 1999 mengalami penurunan dan cenderung meningkat lagi pada tahun 2000-2001. Pada tahun 2001 pemenuhan konsumsi dunia terhadap minyak kelapa masih kurang sebesar 141 ribu metrik ton.

b. Persaingan dan Peluang

Pada umumnya, minyak kelapa yang diproduksi oleh industri kecil dijual dalam bentuk minyak curah. Persaingan pada usaha ini berasal dari penjualan minyak goreng perusahaan-perusahaan besar yang mempunyai merek dagang tertentu yang berasal dari minyak kelapa sendiri ataupun minyak kelapa sawit namun dijual dalam bentuk minyak curah. Mayoritas persaingan yang terdapat di daerah survei datang dari minyak kelapa yang bermerek.

Persaingan dapat diidentifikasi dari: harga, jenis dan mutu, dan penyediaan input. Meskipun demikian peluang usaha untuk usaha kecil masih tetap baik di daerah survei. Hal ini disebabkan oleh beberapa sebab:

a. semakin langkanya minyak kelapa tradisional akan tetapi permintaan terhadap minyak kelapa ini cenderung meningkat;

b. kecenderungan preferensi konsumen yang semakin tinggi terhadap minyak goreng yang bebas dari bahan pengawet; dan

Page 14: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 13

c. masih tingginya permintaan yang datang dari luar daerah maupun permintaan dari luar negeri.

Peningkatan produksi kelapa telah mendorong peningkatan volume dan nilai ekspor minyak kelapa. Devisa negara yang diperoleh dari ekspor produk kelapa mencapai US$ 320 juta pada tahun 2000 sedangkan perkembangan volume dan nilai ekspor-impor minyak kelapa dari tahun 1968 - 2002 dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel tersebut menunjukkan perkembangan volume dan nilai ekspor berfluktuasi yang sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dalam negeri yang cenderung meningkat dan harga di pasar internasional. Pada tahun 1968, nilai ekspor minyak kelapa Indonesia hanya mencapai US$ 3,2 juta atau 174,2 metrik ton. Ekspor minyak kelapa Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 1997 yang mencapai 6,4 ribu metrik ton dengan nilai US$ 401,65 juta. Sementara itu, pada tahun 2000, ekspor minyak kelapa mencapai 7,3 ribu metrik ton dengan nilai US$ 319,67 juta. Tujuan ekspor utama minyak kelapa Indonesia adalah ke Amerika Serikat, Eropa Barat, Irlandia, Singapura, Malaysia, Bangladesh, India, Srilanka, China, Taiwan, dan Korea Selatan.

Tabel 3.3. Volume dan Nilai Ekspor - Impor Minyak Kelapa Indonesia

Tahun 1968 - 2002

Tahun Ekspor Impor

Kuantitas Nilai (000 US$) Kuantitas Nilai (000

US$) 1968 174,2 3.225,0 0,0 0,0 1979 207,1 14.810,0 274,1 22.353,0 1988 2.066,5 108.395,0 0,0 0,0 1989 1.915,7 95.722,0 0,5 25,0 1990 1.940,1 65.974,0 0,0 2,0 1991 1.976,3 73.308,0 68,3 2.121,0 1992 3.514,8 183.062,0 111,1 6.552,0 1993 2.583,5 103.636,0 335,1 15.055,0 1994 3.928,7 213.167,0 460,3 14.178,0 1995 1.482,8 93.571,0 268,8 17.941,0 1996 3.788,2 266.474,0 627,9 42.966,0 1997 6.442,5 401.650,0 0,2 38,0 1998 3.727,3 206.021,0 50,1 2.728,0 1999 3.496,4 209.362,0 0,9 108,0 2000 7.345,6 319.669,0 0,6 78,0 2001 3.950,2 111.651,0 0,4 18,0 2002 4.463,2 157.847,0 0,2 14,0

Sumber: FAO (2004).

Page 15: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 14

Tabel 3.4.

Produksi Minyak Kelapa Dunia Tahun 1996-2003 (000 MT)

Negara 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Pangsa 03

Philippines 1.157 1.432 1.515 753 1.358 1.742 1.301 1.486 43,9 Indonesia 747 714 700 708 778 780 749 750 22,1 India 386 376 441 448 431 421 435 445 13,1 Viet Nam 134 157 148 147 144 147 149 149 4,4 Mexico 128 136 148 123 125 123 102 109 3,2 Malaysia 34 36 40 55 54 46 50 54 1,6 Papua New Guinea 40 41 54 53 53 30 35 46 1,3

Thailand 65 39 39 42 44 42 42 42 1,2 Sri Lanka 41 36 38 35 44 64 30 30 0,9 Bangladesh 29 59 43 35 50 31 27 27 0,8 Mozambique 38 40 37 38 18 24 26 26 0,8 Cte d'Ivoire 19 16 21 20 19 18 21 21 0,6 Tanzania 19 20 19 17 19 19 19 19 0,6 Germany 35 58 55 56 46 17 11 11 0,3 Dunia 3.090 3.361 3.506 2.737 3.368 3.705 3.182 3.389 100,0 Sumber: FAO (2004).

Indonesia menduduki ranking pertama dalam luas produksi kelapa. Pada tahun 1999, luas panen produksi Indonesia mencapai 3.712 ribu ha (31,2%) dari total areal dunia 11.909 ribu ha (100%), yang kedua Philipina seluas 3.077 ribu ha (25,8%), India 1.908 ribu ha (16,0%), Srilanka 442 ribu ha (3,7%), Thailand 372 ribu ha (3,1%) dan negara lainnya 2.398 ribu ha (20,2%). Sementara itu, pada tahun 2003, kontribusi produksi minyak kelapa Indonesia menduduki posisi ke-2 di dunia yaitu sebesar 22,1% dan Philipina sebesar 43,9% dari total produksi dunia.

c. Harga

Perkembangan harga bahan baku dan minyak kelapa di pasar domestik dan internasional sejak tahun 1996 sampai dengan 2000 sangat berfluktuasi terutama pada tahun 1997-1998. Harga rata-rata kopra dan minyak kelapa di pasar domestik dan internasional selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.

Page 16: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 15

Tabel 3.5. Harga Minyak Goreng Bulog Tahun 1995 -2002 Per Kg

Tahun Januari Februari Maret Agustus November Desember Rata-rata

setahun 1995 1.284,6 1.330,5 1.345,8 1.357,2 1.374,9 1.381,2 1.347 1996 1.401,6 1.401,9 1.410,1 1.492,2 1.488,7 1.489,0 1.451 1997 1.494,8 1.496,2 1.494,4 1.606,8 1.604,3 1.652,2 1.527 1998 3.784,6 5.158,1 5.266,5 5.021,5 4.269,2 4.262,2 5.449 1999 4.379,9 4.571,9 4.461,5 4.052,5 3.628,5 3.596,8 4.144 2000 3.544,7 3.417,5 3.412,8 3.240,2 3.241,2 3.239,4 3.419 2001 3.116,0 3.031,0 3.146,0 3.500,2 3.873,3 3.972,3 3.527 2002 4.252,0 4.262,0 4.271,0 4.399,2 4.565,0 4.680,6 4.343

Sumber: BULOG (2004).

Data harga komoditas minyak goreng dari BULOG mengindikasikan fluktuasi yang tidak terlalu besar pada rentang waktu bulanan. Kenaikan harga minyak goreng yang sangat signifikan terjadi pada tahun 1998 akibat dari krisis ekonomi. Pada tahun 1997 rata-rata harga minyak goreng adalah Rp 1.527 per kg, sedangkan pada tahun 1998 meningkat drastis pada tingkat rata-rata perbulan sebesar Rp 5.449 per kg.

Di Provinsi Gorontalo sendiri, berdasarkan data yang diperoleh dari Deperindag pusat menunjukkan bahwa harga minyak goreng kemasan Bimoli 620 ml pada bulan Mei 2004 rata-rata sebesar Rp 5.000, sedangkan harga minyak goreng tanpa merek Rp 6.000 per kg. Di tingkat pengecer, minyak goreng curah antara yang bermerek dengan yang tidak bermerek dijual sama, yaitu: Rp 6.000 per kg. Data tersebut menunjukkan bahwa harga minyak goreng tanpa merek ternyata cukup kompetitif dibandingkan dengan minyak goreng bermerek.

Tabel 3.6. Rata-rata Harga Minyak Goreng Perbulan di Provinsi Gorontalo Tahun 2003-2003

Tahun Bulan Bimoli (620 ml)

Tanpa Merek (Kg)

2003 Januari 5.625 5.500 Februari 4.075 5.414 Maret 4.487 5.313 Juni 4.509 4.891 Oktober 4.350 4.500 November 4.350 4.450 Desember 4.350 4.500 2004 Januari 4.350 4.500 Februari 4.350 4.500

Page 17: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 16

April 5.000 6.000 Mei 5.000 6.000

Sumber: Deprindag (2004).

Tabel 3.7. Harga Minyak Kelapa di pasar Spot Domestik dan

Forward Internasional Tahun 2003 - 2004 Jenis Perdagangan Satuan Lokasi Harga

Domestik (spot) Rp/Kg Bitung Januari 03 4.480,00 Juni 03 3.879,00 Mei 04 6.231,00 Internasional (forward)

US$/ton Rotterdam

Des 02/Jan 03 492,50 Jun/Jul 03 455,00 Jun/Jul 04 645,00

Sumber: BAPPEBTI (2004).

Lebih lanjut, data dari BAPPEBTI menunjukkan bahwa harga komoditas minyak kelapa di pasar berjangka (spot/forward) cenderung untuk meningkat. Data terakhir menunjukkan Rp 6.231 per kg di pasar domestik sedangkan di pasar internasional pada tingkat US$ 645 per ton.

d. Jalur Pemasaran

Jalur pemasaran hasil olahan minyak kelapa usaha kecil di daerah survei ternyata cukup singkat. Jalur pemasaran/distribusi tersebut dapat dijelaskan dengan Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Alur Pemasaran/Distribusi Minyak Kelapa Olahan Tanpa Merek

Ada tiga alur pemasaran dari minyak kelapa olahan di daerah survei. Alur pertama adalah dari pengusaha dijual kepada pedagang di pasar tradisional dan kemudian dijual langsung ke konsumen. Alur kedua adalah dari pengusaha yang dijual langsung ke konsumen. Pada alur ketiga, pengusaha menjual produknya langsung pada pedagang eceran yang kemudian dijual ke konsumen.

Page 18: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 17

4. Aspek Produksi a. Lokasi Usaha

Usaha pengolahan minyak kelapa dengan skala kecil pada umumnya dapat dilakukan dimana saja. Karena adanya mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi dan adanya limbah cair dan asap, maka sebaiknya lokasi usaha didirikan di luar wilayah pemukiman penduduk. Namun demikian apabila perusahaan dapat meredam kebisingan akibat suara mesin dan ada upaya untuk menampung limbah cair yang tidak berbahaya, maka lokasi usaha yang terletak di dekat pemukiman penduduk juga bisa dilakukan.

b. Fasilitas Produksi dan Peralatan

Untuk melakukan proses produksi dengan kapasitas 0 - 2 ton, diperlukan tempat yang terdiri dari tanah dan bangunan yang berukuran 200 m2 - 300 m2. Bangunan untuk pabrik dapat dibentuk sedemikian rupa untuk dapat menampung mesin-mesin dan peralatan lain dalam proses produksi.

Ada tiga jenis mesin utama yang digunakan dalam industri pengolahan minyak kelapa. Ketiga mesin tersebut sesuai dengan fungsinya masing-masing, yaitu:

a. mesin giling untuk menggiling atau memarut daging kelapa segar; b. mesin peras yang bertujuan untuk mengepress bungkil kelapa yang masih mengandung minyak; c. mesin penggerak untuk menggerakkan mesin pengepress.

Selain ketiga jenis mesin di atas, diperlukan juga tungku dan alat penggorengan (wajan) yang berukuran kira-kira 1,5 m x 3 m. Tungku ini berguna untuk melakukan penggorengan dalam rangka memisahkan air dan minyak kelapa dari daging kelapa yang sudah dicacah halus. Peralatan lainnya adalah skop dan drum yang berguna untuk memindahkan potongan daging kelapa panas yang digoreng secara manual dari wajan ke mesin peras. Selain itu, diperlukan juga tangki-tangki untuk menampung dan mengendapkan minyak kelapa yang dihasilkan dan pemipaan atau selang untuk mengalirkan minyak kelapa hasil pengolahan dari satu tangki ke tangki yang lainnya.

c. Bahan Baku

Bahan baku industri minyak kelapa adalah daging kelapa baik yang basah atau yang sudah kering (kopra). Kebutuhan akan bahan baku kelapa di Indonesia sebetulnya tidak perlu dikhawatirkan karena Indonesia tercatat sebagai produsen buah kelapa terbesar kedua di dunia setelah Philipina.

Page 19: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 18

Foto 4.1. Beberapa Jenis Pohon Kelapa Hibrida

Sumber : www.pusdiklat-bun.or.id

Foto 4.2. Beberapa Jenis/Bentuk Buah Kelapa

Sumber : Dr. Roland Bourdeix, CIRAD.

Pada aspek tertentu, tanaman kelapa dan produknya belum dapat bersaing dengan sumber minyak nabati lainnya. Penelitian yang terus menerus telah dilakukan di Indonesia untuk mendapatkan varietas pohon kelapa yang unggul. Hasil-hasil penelitian tersebut telah banyak membantu para petani untuk memperoleh hasil panen perkebunan kelapa yang baik.

Oleh sebab itu varietas unggul yang dihasilkan ditujukan selain berdaya hasil tinggi juga sesuai untuk produk-produk alternatif. Balitka telah merekomendasikan beberapa Kelapa Dalam dan Hibrida unggul. Kelapa Dalam ini adalah Mapanget, DMT 3283, Tenga, Bali, Palu, Sawarna, dan Riau, yang menghasilkan 3,0-4,0 ton per ha dan umumnya memiliki harapan yang sesuai untuk bahan baku alternatif. Selain Khina-1, Khina-2, Khina-3, telah ditemukan 4 hibrida baru yang bisa diterima petani yaitu GRAxDMT, GKBxDMT, GKNxDTE, dan GKBxDTE.

Data publikasi FAO yang terakhir menyebutkan bahwa luas areal panen kelapa di Indonesia adalah 2,7 juta ha, sedangkan produktivitas

Page 20: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 19

per hektarnya adalah 58,43 ribu hektogram. Dengan demikian jumlah total produksi kelapa di Indonesia adalah 15,6 juta metrik ton.

d. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan dalam industri pengolahan minyak kelapa, pada umumnya tidak memerlukan keahlian khusus. Dengan tingkat kapasitas produksi 600 kg minyak kelapa per sekali produksi atau sekitar 2 ton daging kelapa segar, diperlukan sekitar 5-10 orang tenaga kerja.

Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha ini dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) tenaga kerja tetap, yang bertanggungjawab pada proses produksi, (2) tenaga kerja tidak tetap, yang bertanggungjawab pada proses non produksi (seperti distribusi dan transportasi input-output), dan (3) tenaga kerja manajemen, yang bertanggungjawab pada pengelolaan usaha secara keseluruhan.

e. Teknologi

Teknologi yang digunakan oleh pengusaha yang menjadi responden dalam penyusunan buku ini adalah teknologi penggorengan kelapa (hot oil immersion drying technology/HOID). Sementara dari penggunaan mesin dan peralatan, dapat disimpulkan bahwa teknologi pengolahan tersebut tergolong pada taraf sedang (madya) dan dari proses produksinya dapat dikatakan sebagai intensif.

f. Proses Produksi

Secara umum urutan proses produksi minyak kelapa sebetulnya hampir sama, meskipun dikerjakan secara tradisional ataupun dengan teknik yang lebih modern baik oleh industri kecil maupun industri skala menengah atau besar. Inti dari proses produksi tersebut adalah memisahkan minyak kelapa yang merupakan bagian paling berharga dari buah kelapa. Minyak kelapa dapat dipisahkan (diekstrak) langsung dari daging kelapa segar atau disebut sebagai cara basah, atau diekstrak dari daging kelapa yang terlebih dulu dikeringkan (kopra) yang disebut cara kering. Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua diperkirakan mencapai 30%-35%.

Penggunaan daging kelapa segar sebagai bahan baku akan menghasilkan perbedaan pada proses produksi dari perusahaan dengan skala mikro (rumah tangga) dan perusahaan kecil yang menggunakan peralatan yang lebih modern. Pada usaha skala mikro proses ekstraksi dilakukan pada santan, sedangkan perusahaan dengan pabrik skala kecil proses ekstraksi minyak dilakukan pada hasil penggilingan kelapa.

Gambar 4.1. Proses Produksi Minyak Kelapa Cara Basah Kapasitas Pabrik Kecil

Page 21: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 20

Proses ekstraksi minyak kelapa dengan skala pabrik kecil, dapat dijelaskan dengan langkah-langkah berikut: pertama, daging kelapa segar dicuci bersih dan kemudian digiling atau diparut dengan penggilingan atau parutan (lihat foto 4.3.).

Foto 4.3. Mesin Giling

Page 22: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 21

Foto 4.4. Wajan untuk Penggorengan

Kedua, potongan-potongan daging kelapa yang digiling, kemudian dimasukkan dalam wajan penggorengan yang telah berisi minyak goreng panas pada suhu 110oC -120oC selama 15-40 menit. Proses ini tergantung dari suhu dan rasio daging kelapa giling dan minyak kelapa yang digunakan untuk menggoreng. Harus diperhatikan bahwa selama proses penggorengan, wajan jangan diisi terlalu penuh karena daging kelapa giling yang digoreng cepat menguap dan menghasilkan minyak sehinga jika terlalu penuh akan bisa tumpah. Meningkatnya suhu dalam wajan akan menghasilkan uap air dari penggorengan daging kelapa giling. Jika uap tersebut sudah tidak ada lagi berarti penggorengan sudah selesai dan akan terlihat bahwa daging kelapa giling akan berubah warnanya dari warna kekuning-kuningan menjadi kecoklatan.

Page 23: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 22

Foto 4.5. Mesin Peras

Foto 4.6. Tangki Pengendapan

Ketiga, untuk mempercepat pemisahan butiran kelapa panas dengan unsur minyak dapat dilakukan dengan cara mengaduk-aduknya dengan sendok panjang. Butiran yang sudah berpisah dari minyak kemudian dikeluarkan dari wajan dengan menggunakan saringan berbentuk sekop (serok) yang kemudian dimasukkan pada tong kecil sementara minyak hasil penggorengan dibiarkan mengalir ke tempat penampungan melalui jaringan pipa/selang yang sudah tersedia.

Page 24: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 23

Foto 4.7. Tangki Penyimpanan

Keempat, butiran-butiran kelapa yang sudah dikeluarkan tadi masih mengandung minyak yang banyak. Oleh karena itu, dengan menggunakan gerobak dorong atau secara manual, butiran kelapa diangkat ke mesin peras dan kemudian dilakukan pemerasan. Minyak yang dihasilkan dari proses ini kemudian ditampung di tangki sementara dan kemudian dialirkan pada tangki penyimpanan. Kelima, minyak kelapa dapat langsung dikemas dalam jerigen untuk langsung dijual.

Untuk memperoleh mutu minyak kelapa yang lebih baik, biasanya dilakukan proses refined, bleached, deodorized (RBD). Proses-proses ini dapat dilakukan dengan (1) Penambahan senyawa alkali (KOH atau NaOH) untuk netralisasi asam lemak bebas. (2) Penambahan bahan penyerap warna, biasanya menggunakan arang aktif agar dihasilkan minyak yang jernih. (3) Pengaliran uap air panas ke dalam minyak untuk menguapkan dan menghilangkan senyawa-senyawa yang menyebabkan bau yang tidak dikehendaki.

g. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi

Dengan bahan baku dua ton daging kelapa segar, akan dihasilkan sekitar 30-35% minyak kelapa atau sekitar 600 kg-700 kg minyak kelapa.

Page 25: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 24

Foto 4.8. Produk Minyak Kelapa yang Dijual Eceran Dalam Bentuk Minyak Goreng Curah

Foto 4.9. Minyak Kelapa Dengan Menggunakan Proses RBD Tampak Lebih Jernih

Pada umumnya, minyak kelapa hasil olahan industri kecil mempunyai harum yang khas. Selain itu, warnanya lebih keruh dibandingkan dengan minyak kelapa hasil olahan pabrik besar sehingga perlu diberikan bahan-bahan pemurni, pemutih, dan penghilang bau. Selain memproduksi minyak kelapa, proses produksi juga menghasilkan produk sampingan yaitu: bungkil kelapa, sisa pengepresan. Produk ini dapat dihasilkan sebanyak 20%-25% dari total jumlah input.

Page 26: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 25

Foto 4.10: Kethak/bungkil kelapa juga bernilai ekonomis

KOTAK 4.1. Jenis dan Mutu Produk Minyak Kelapa

1. Minyak Kelapa RBD (RBD-Coconut Oil) adalah minyak kelapa yang diproses di pabrik dengan diberi senyawa untuk memurnikan (Refined=R), menjernihkan (Bleaching=B) dan menghilangkan aroma yang kurang sedap (Deodorised=D). Produk ini cukup tahan lama dan biasanya sudah dikemas dengan baik.

2. Minyak Kelapa Tradisional (Traditional Coconut Oil) yakni buah kelapa segar dihancurkan atau diparut, lalu diperas untuk diambil santannya. Santan inilah kemudian dimasak dengan api kecil sampai minyaknya keluar. Minyak hasil olahan ini biasanya tidak tahan lama. Oleh karena itu, setelah produksi biasanya langsung dijual. Meskipun demikian proses RBD juga bisa dilakukan dengan skala yang lebih kecil.

3. Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil/ VCO), minyak ini dihasilkan dengan cara memeras buah kelapa segar untuk mendapatkan minyak tanpa dimasak. Jadi diproses tanpa pemanasan seperti pada pembuatan minyak kelapa tradisional. Oleh karena itu minyak ini juga disebut minyak kelapa ektrak dingin (Cold Expelled Coconut Oil/ CECNO). Keuntungan dengan proses ini yakni minyak yang diperoleh bisa tahan sampai dua tahun tanpa menjadi tengik (rancid), sehingga produk ini sebetulnya tidak lagi memerlukan proses RBD.

Page 27: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 26

h. Produksi Optimum

Produksi optimum yang dapat dihasilkan oleh kapasitas 2 ton daging kelapa akan dihasilkan sekitar 30-35% minyak kelapa atau sekitar 600 kg-700 kg minyak kelapa. Oleh karena itu, dengan menggunakan input sebanyak 2 ton daging kelapa akan diperoleh bungkil kelapa sebanyak 400 kg sampai 500 kg. Produk ini dapat dijual sebagai bahan baku pembuatan industri pakan ternak dengan harga Rp 500 sampai Rp 600 per kg. Dengan demikian, produk hasil olahan minyak kelapa sebetulnya ada dua, yaitu: minyak kelapa dan kethak/bungkil kelapa.

Page 28: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 27

5. Aspek Keuangan a. Pemilihan Pola Usaha

Seperti dijelaskan sebelumnya, pola usaha minyak kelapa dapat dikategorikan berdasarkan bahan bakunya. Pola usaha tersebut adalah (1) cara kering dan (2) cara basah. Cara kering umumnya dilakukan oleh perusahaan besar dengan bahan baku kopra sedangkan cara basah dilakukan oleh perusahaan kecil dengan bahan baku daging kelapa segar. Oleh karena penelitian ini diperuntukkan untuk usaha kecil maka pola usaha yang dipilih adalah pola usaha yang kedua atau cara basah.

Lebih lanjut, pemilihan ini juga didasarkan pada penggunaan teknologi yang masih ada (existing technology) pada usaha-usaha pengolahan minyak kelapa di Provinsi Gorontalo, yaitu teknologi penggorengan kelapa atau hot oil immersion drying technology/HOID. Berdasarkan penggunaan mesin dan peralatan teknologi pengolahan tersebut tergolong pada taraf sedang (madya).

b. Asumsi dan Paramete Perhitungan

Beberapa asumsi yang penting dalam mengevaluasi profitabilitas rencana investasi usaha minyak kelapa dapat dijelaskan pada Tabel 5.1. Umur proyek diasumsikan selama 5 tahun dan sisanya umur barang investasi dihitung sebagai pendapatan pada akhir periode (tahun kelima).

Tabel 5.1. Dasar Perhitungan Kelayakan Usaha

No Asumsi Satuan Jumlah/nilai Keterangan

1 Periode Proyek tahun 5 umur ekonomis proyek

2 Luas Tanah dan bangunan M2 300 3 Hari Produksi per Bulan hari 25 4 Bulan Produksi per Tahun bulan 12 5 Hari Produksi per Tahun hari 300 6 Tenaga Kerja orang 10

a. Tenaga Tetap orang 5 b. Tenaga Tidak Tetap orang 3 c. Tenaga Manajemen orang 2 7 Harga-harga

a. daging kelapa segar Rp/kg 750

b. minyak kelapa Rp/kg 5400

dijual sbg minyak goreng curah

c. kethak/bungkil Rp/kg 500 dijual ke perusahaan

Page 29: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 28

pakan ternak

8 Kapasitas Input Per Produksi kg/hari 2000

9 Rendemen Ouput Per hari a. Minyak % 30% b. Bungkil % 20% c. Minyak Kelapa kg 600 d. Kethak/Bungkil Kelapa kg 400 10 Minyak pancingan

diperlukan hanya pada hari I produksi setiap bulan

a. % thd output/hr % 30% b. minyak kelapa/hr kg 180

11 Lama Tahun ke 0 bulan 6 Proses investasi sampai pabrik siap

12 Discount Rate persen 15,50% Sumber : Lampiran 1

Lebih lanjut, harga minyak kelapa hasil pengolahan dijual Rp 5.400 per kg, sedangkan input utama berupa daging kelapa segar dibeli seharga Rp 750 per kg. Kapasitas input optimal pabrik diasumsikan sebesar 2 ton per hari. Kapasitas optimal ini telah dicapai mulai tahun pertama sampai umur proyek berakhir.

c. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional

Penjelasan mengenai gambaran biaya investasi dan biaya operasional sebuah usaha pengolahan minyak kelapa, tergantung pada kapasitas produksi yang diinginkan. Dengan kapasitas yang diinginkan tersebut, kemudian diperlukan mesin-mesin dan peralatan pendukung lainnya. Sebagai gambaran, investasi sebuah usaha pengolahan minyak kelapa dengan kapasitas input 2 ton per hari dapat dijelaskan berikut ini.

a. Biaya Investasi.

Untuk membangun sebuah pabrik minyak kelapa dengan kapasitas 2 ton per hari dapat diuraikan pada Tabel 5.2.

Page 30: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 29

Tabel 5.2. Biaya Investasi

No Jenis Biaya Nilai (Rp) 1 Perijinan 300.000 2 Bangunan 12.000.000 3 Sewa Tanah 24.000.000 4 Mesin 75.000.000 5 Peralatan Utama 16.000.000 6 Peralatan Pendukung 18.570.000 7 Instalasi Pabrik 5.000.000

Jumlah 150.870.000 Sumber: Lampiran 2

Total biaya investasi yang diperlukan adalah Rp150.870.000. Sebagian besar dari biaya investasi tersebut adalah untuk membeli seperangkat mesin yang terdiri dari mesin penggiling, mesin pemeras/expeller, dan mesin penggerak dengan 22 tenaga kuda. Komponen biaya lainnya yang cukup signifikan adalah sewa tanah serta pembuatan tungku dan wajan penggorengan yang menghabiskan dana Rp.16.000.000 serta pembuatan tangki yang perunitnya menghabiskan dana Rp18.570.000.

b. Biaya Operasional

Dengan kapasitas 2 ton input daging kelapa akan dibutuhkan biaya operasional per bulan Rp 591.864.000. Biaya ini terdiri dari dua komponen, yaitu: komponen biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari pemeliharaan mesin/peralatan yang per tahun mencapai Rp 2.400.000.

Komponen biaya operasional terbesar adalah komponen biaya variabel. Komponen biaya variabel tersebut sebagian besar digunakan untuk pembelian bahan baku, yaitu daging kelapa segar mencapai Rp 450.000.000 per tahun. Komponen biaya bahan baku ini mencapai 76,03% dari total biaya operasional. Pembelian minyak kelapa untuk pancingan dilakukan untuk proses produksi pada hari pertama saja pada setiap bulan. Tabel 5.3. menjelaskan secara rinci komponen-komponen biaya operasional per bulan.

Tabel 5.3. Biaya Operasional Per Bulan

No Input Satuan Jumlah Harga (per unit)

Nilai Nilai (Rp)

(a) (b) (c) (d) (c)*(d) I Biaya Tetap

1 Pemeliharaan Mesin/Peralatan bulan 1 200.000 200.000 2.400.000

II Biaya Variabel

Page 31: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 30

1 Biaya Tenaga Kerja a. tetap orang 5 500.000 2.500.000 30.000.000 b. tidak tetap orang 3 375.000 1.125.000 13.500.000 c. manajemen orang 2 1.000.000 2.000.000 24.000.000 Sub Total 5.625.000 67.500.000

3 Bahan Baku a. daging kelapa kg 50.000 750 37.500.000 450.000.000 b. minyak kelapa kg 180 5.400 972.000 11.664.000 Sub Total 38.472.000 461.664.000

4 Biaya Variabel Lain a. solar liter 1.000 1.850 1.850.000 22.200.000 b. oli liter 40 15.000 600.000 7.200.000

c. batok kelapa/kayu truk 25 25.000 625.000 7.500.000

Sub Total 3.075.000 36.900.000 5 Transportasi

a. pengadaan bahan baku hari 25 50.000 1.250.000 15.000.000

b. penjualan output hari 25 20.000 500.000 6.000.000

Sub Total 1.750.000 21.000.000 6 Listrik bulan 1 200.000 200.000 2.400.000

Biaya Tetap 200.000 2.400.000 Biaya Variabel 49.122.000 589.464.000 Jumlah Total Biaya 49.322.000 591.864.000

Sumber : Lampiran 4

d. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja

Pada umumnya, modal investasi untuk mendirikan usaha pengolahan minyak kelapa berasal dari dana sendiri. Idealnya modal investasi tersebut sebagian dapat didanai oleh bank, namun hal tersebut jarang terjadi khususnya untuk usaha kecil.

Tabel 5.4 menunjukkan contoh pembiayaan investasi yang berasal dari dana sendiri sebesar Rp 52.804.500 dan kredit sebesar Rp 98.065.500 atau 35% dana sendiri dan 65% dana dari kredit. Proporsi ini didasarkan pada ketentuan PT. Bank Rakyat Indonesia, Persero, Tbk. Sementara itu, modal kerja juga dibiayai dengan proporsi yang sama dengan pembiayaan investasi yaitu 35% dana sendiri dan 65% kredit bank.

Page 32: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 31

Tabel 5.4. Kebutuhan Dana Proyek untuk Investasi dan Modal Kerja Sebulan

No Rincian Biaya Proyek Total Biaya (Rp) I 1. Kebutuhan Modal Investasi 150.870.000

2. Dana investasi yang bersumber dari a. Kredit (65%) 98.065.500 b. Dana sendiri (35%) 52.804.500 II 1. Kebutuhan Modal Kerja 49.322.000

2. Dana modal kerja yang bersumber dari a. Kredit (65%) 32.059.300 b. Dana sendiri (35%) 17.262.700 III Total dana proyek yang bersumber dari a. Kredit 130.124.800 b. Dana sendiri 70.067.200 Jumlah dana proyek 200.192.000

Sumber : Lampiran 5

Dengan demikian, potensi kredit investasi dan modal kerja yang diperoleh pengusaha adalah Rp 130.124.800 yang dalam ketentuan bank yang dimaksud akan dikembalikan dalam jangka waktu lima tahun. Lebih lanjut, tingkat suku bunga pinjaman yang berlaku di bank tersebut pada saat ini adalah 15,5% per tahun sedangkan metode pembayaran angsuran bunga adalah efektif menurun. Angsuran pokok dan angsuran bunga diasumsikan dibayar setiap bulan pada akhir bulan. Dengan menggunakan cara-cara perhitungan tersebut maka, pola angsuran pokok, angsuran bunga, dan total angsuran selama lima tahun dengan pembayaran tiap bulan dapat dijelaskan pada Tabel 5.5.

Pada tahun pertama jumlah angsuran pokok yang harus dibayar ke bank adalah Rp 26.024.960, sedangkan angsuran bunga yang harus dibayar adalah Rp 18.628.630 sehingga jumlah total angsuran adalah Rp 44.124.800. Jumlah angsuran pokok, bunga, dan total akan menurun selama periode pembayaran tahun kedua sampai tahun kelima. Pada akhir bulan tahun kelima akan dijumpai saldo akhir yang bernilai nol yang berarti kredit telah lunas dibayar. Rincian pembayaran angsuran kredit investasi dan modal kerja dapat dilihat pada Lampiran 7.

Page 33: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 32

Tabel 5.5. Pembayaran Angsuran Kredit dari Jumlah Potensial Kredit

Tahun Angsuran Angsuran Total Saldo Saldo

Pokok Bunga Angsuran Awal Akhir 130.124.800 130.124.800

1 26.024.960 18.628.630 44.653.590 130.124.800 104.099.840 2 26.024.960 14.622.774 40.647.734 104.099.840 78.074.880 3 26.024.960 10.588.906 36.613.866 78.074.880 52.049.920 4 26.024.960 6.555.037 32.579.997 52.049.920 26.024.960 5 26.024.960 2.521.168 28.546.128 26.024.960 0

Sumber : Lampiran 7 e. Produksi dan Pendapatan

Sebagaimana dijelaskan di Bab III, proporsi minyak kelapa yang diperoleh dari bahan baku daging kelapa segar adalah sebanyak 30% dan kethak/bungkilnya 20%. Dengan demikian, produk yang dihasilkan dalam proses pengolahan minyak kelapa di atas dapat di bagi ke dalam dua jenis produk yang bernilai ekonomis, yaitu: minyak kelapa dan kethak/bungkil kelapa. Dengan asumsi bahwa pabrik telah menggunakan 100% dari kapasitas optimalnya yaitu 2 ton per hari daging kelapa segar, maka jumlah produksi minyak kelapa adalah 15 ton minyak kelapa per bulan atau 180 ton per tahun selama umur proyek.

Tabel 5.6. Proyeksi Produksi

No Uraian Satuan �Jumlah/hari Jml/bln Jml/thn A Jenis produk

1. Minyak kg 600 15.000 180.000 2. Bungkil kg 400 10.000 120.000

B Penjualan 1. Minyak a. Jumlah *) kg 420 10.500 126.000 b. Nilai penjualan Rp 2.268.000 56.700.000 680.400.000 2. Bungkil Rp 200.000 5.000.000 60.000.000

Jumlah 2.468.000 61.700.000 740.400.000 *) Setiap hari 180 kg tidak dijual karena dipakai sebagai pancingan pada

produksi berikutnya Sumber : Lampiran 3

Produksi minyak per hari sebesar 600 kg dijual sebesar 420 kg sedangkan sisanya sebesar 180 kg dijadikan sebagai minyak pancingan. Lebih lanjut, produk sampingan yang diperoleh adalah ketak/bungkil kelapa. Produk sampingan ini diperoleh dari sisa pemerasan butir-butir kelapa yang dipanaskan dengan cara menggoreng. Dengan asumsi yang sama dengan

Page 34: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 33

kapasitas produksi produk utama (2 ton daging kelapa), maka jumlah produksi ketak/bungkil kelapa dari tahun pertama sampai berakhirnya proyek adalah 10 ton per bulan atau 120 ton per tahun.

f. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point

Dengan dasar-dasar perhitungan di atas, maka dapat dihitung proyeksi laba-rugi dari usaha pengolahan minyak yang diobservasi. Pada tahun pertama sampai tahun kelima proyeksi masih dipengaruhi oleh angsuran kredit. Namun demikian pada tahun pertama perusahaan telah mendapatkan laba sebelum pajak sebesar Rp 92.688.410. Selama periode pertama sampai tahun ke-5, jumlah pendapatan tetap sama yaitu Rp 740.400.000. Akan tetapi pada tahun ke-5 atau akhir tahun proyek, jumlah pendapatan menjadi Rp 794.972.000. Tambahan pendapatan sebesar Rp 54.572.000 diperoleh dari nilai sisa. Pada akhir tahun ke-5, angsuran kredit telah dilunasi sehingga pada tahun-tahun berikutnya profit marjin akan cenderung stabil.

Tabel 5.7. Proyeksi Laba Rugi

Uraian Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Pendapatan Operasional 740.400.000 740.400.000 740.400.000 740.400.000 794.972.000 Lain-lain 0 0 0 0 0 Total Pendapatan 740.400.000 740.400.000 740.400.000 740.400.000 794.972.000 Biaya-biaya Biaya Tetap 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 Biaya Variabel 589.464.000 589.464.000 589.464.000 589.464.000 589.464.000 SubTotal 591.864.000 591.864.000 591.864.000 591.864.000 591.864.000 Depresiasi 11.194.000 11.194.000 11.194.000 11.194.000 11.194.000 Angsuran a. Angsuran Kredit 26.024.960 26.024.960 26.024.960 26.024.960 26.024.960 b. Bunga Kredit 18.628.630 14.622.774 10.588.906 6.555.037 2.521.168 SubTotal 44.653.590 40.647.734 36.613.866 32.579.997 28.546.128 Total Biaya 647.711.590 643.705.734 639.671.866 635.637.997 631.604.128 Laba (rugi) Sebelum Pajak 92.688.410 96.694.266 100.728.134 104.762.003 163.367.872

Pajak 15% 13.903.261 14.504.140 15.109.220 15.714.300 24.505.181 Laba (rugi) 78.785.148 82.190.126 85.618.914 89.047.703 138.862.691 Profit Marjin 13% 13,06% 13,60% 14,15% 20,55% BEP (Penjualan) 278.380.701 258.412.911 238.305.486 218.198.061 155.544.287 BEP (Produksi/Kg) 109.604 109.604 109.604 109.604 109.604

BEP (Rata-rata Penjualan) 229.768.289 BEP (Rata-rata Produksi) 109.604

Sumber : Lampiran 8

Lebih lanjut, tingkat break even point (BEP) untuk penjualan adalah Rp 278.380.701 pada tahun pertama dan menurun hingga akhir proyek. Dengan

Page 35: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 34

demikian, BEP rata-rata penjualan per tahun selama umur proyek adalah Rp229.768.289, sedangkan BEP rata-rata produksi selama umur proyek adalah 109.604 kg per tahun.

g. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek

Untuk menilai kelayakan investasi usaha pengolahan minyak kelapa dapat dilakukan berdasarkan Net Present Value (NPV), Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Ratio (IRR), payback period (PBP) usaha dan payback period (PBP) kredit. Nilai kriteria-kriteria tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 5.8. Perhitungan kriteria NPV dan Net B/C ratio menggunakan Discout Factor (DF) 15,5%. Hal ini didasarkan pada tingkat suku bunga pinjaman per tahun yang dikenakan bank terpilih dalam laporan penelitian ini.

Tabel 5.8. Hasil Analisis Kelayakan Finansial

No Kriteria Nilai 1 NPV DF 15,5% Rp 238.926.925 2 Net B/C ratio DF 15,5 % 2,19 3 IRR 57,39%

4 Payback Period usaha (tahun) 2 tahun 10 bulan

5 Payback Period kredit (tahun) 1 tahun 11 bulan

Sumber : Lampiran 10

Nilai NPV dengan discount factor (DF) 15,5% menghasilkan NPV sebesar Rp 238.926.925, yang berarti layak untuk dilaksanakan. Kesimpulan yang sama juga dapat disimpulkan dari kriteria Net B/C ratio 2,19 yang menunjukkan proyeksi benefit yang diperoleh 1,044 kali lebih tinggi dari biaya yang dibutuhkan. Nilai IRR yang diperoleh mencapai 57,39% yang berarti layak jika dibandingkan dengan tingkat suku bunga aktual sekarang ini yang mencapai antara 15,50%. Sementara itu, berdasarkan arus kas kumulatif maka diperoleh kesimpulan bahwa PBP usaha akan dicapai pada tahun ke-2 atau tepatnya setelah 2 tahun dan 10 bulan sedangkan PBP kredit adalah sebesar 1 tahun dan 3 bulan.

h. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas berguna untuk menganalisis seberapa jauh pengaruh perubahan-perubahan pada sisi pendapatan dan atau pengeluaran dalam penilaian layak atau tidak layaknya suatu proyek investasi. Pada kasus usaha pengolahan minyak kelapa ada dua perubahan variabel yang diidentifikasi akan berpengaruh secara signifikan pada kelayakan usaha tersebut, yaitu: penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional.

Page 36: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 35

Perlu diperhatikan bahwa penurunan pada harga minyak kelapa akan berpengaruh bukan hanya pada pendapatan akan tetapi juga berpengaruh pada biaya operasional karena salah satu bahan baku pengolahan ini adalah minyak kelapa itu sendiri yang berfungsi untuk menggoreng/memanaskan. Hasil-hasil analisis sensitivitas tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 5.9, Tabel 5.10, dan Tabel 5.11.

Hasil analisis sensitivitas penurunan pendapatan sebesar 5% persen ternyata tidak berpengaruh pada kesimpulan kelayakan investasi usaha ini. Nilai NPV pada DF 15,5% masih menunjukkan hasil yang positif sedangkan Net B/C ratio juga masih lebih besar dari 1, sedangkan IRR juga masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan tingkat suku bunga pasar secara aktual. Dengan demikian meskipun terjadi penurunan pendapatan sebesar 5%, proyek investasi usaha pengolahan minyak kelapa ini masih layak untuk dilaksanakan.

Tabel 5.9. Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan

No Kriteria Kelayakan Penerimaan Turun 5% 6%

1 Net B/C ratio pada DF 15,5%

1,58 1,46

2 NPV pada DF 15,5% (Rp)

116.285.183 91.756.835

3 IRR (%) 36,63% 32,33% 4 PBP (usaha) 4 tahun 6 bulan 6 tahun 1 bulan 5 PBP (kredit)

3 tahun 10 bulan 4 tahun 10

bulan Sumber : Lampiran 11 dan Lampiran 12

Kesimpulan yang bertolak belakang terjadi jika penurunan harga output yang terjadi adalah 6%. Meskipun nilai-nilai NVP, Net B/C ratio, dan IRR masih mengindikasikan kelayakan bisnis namun payback period usaha mengindikasikan bahwa proyek tidak layak dilaksanakan karena lebih dari 5 tahun atau tepatnya 6 tahun 1 bulan.

Lebih lanjut, analisis sensitivitas berdasarkan perubahan biaya operasional juga perlu dilakukan untuk melihat kelayakan proyek investasi ini. Diasumsikan jika terjadi peningkatan biaya operasional sebesar 7% ternyata belum berpengaruh pada kesimpulan semula bahwa proyek ini layak dilakukan. Nilai-nilai NPV pada DF 15,5% masih menunjukkan nilai positif, sedangkan Net B/C ratio juga masih lebih besar dari 1 dan IRR masih cukup tinggi dibandingkan dengan suku bunga pasar. Dengan demikian, meskipun terjadi kenaikan biaya operasional sebesar 7%, proyek investasi ini masih layak untuk dilaksanakan.

Page 37: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 36

Tabel 5.10. Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Operasional

No Kriteria Kelayakan Biaya Operasional Naik

7% 8% 1 Net B/C ratio pada DF

15,5% 1,51 1,41

2 NPV pada DF 15,5% (Rp) 101.673.920

82.066.348

3 IRR (%) 34,08% 30,61% 4 PBP (usaha) 4 tahun 11 bulan 6 tahun 2 bulan 5 PBP (kredit) 4 tahun 4 bulan 6 tahun

Sumber : Lampiran 13 dan Lampiran 14

Kesimpulan yang bertolak belakang juga terjadi jika terjadi kenaikan biaya operasional yang terjadi adalah 8%. Nilai NPV, Net B/C ratio, dan IRR mengindikasikan bahwa proyek masih layak dilaksanakan karena NPV bernilai positif, Net B/C yang lebih besar dari 1 serta nilai IRR yang hanya mencapai 30,61%. Tetapi jika dilihat dari kriteria pengembalian usaha, pada kenaikan biaya operasional sebesar 8%, payback period usaha dan payback period kredit melebihi umur proyek.

Terakhir, analisis sensitivitas dengan perubahan pendapatan dan operasional sekaligus diterangkan pada Tabel 5.11. Dengan penurunan pendapatan sebesar 3% dan kenaikan biaya operasonal 3% menghasilkan nilai NPV yang positif, Net B/C ratio lebih besar dari satu dan IRR juga lebih besar dari nilai suku bunga pasar. Oleh karena itu, proyek ini masih layak dilaksanakan. Nilai NPV pada analisis ini adalah Rp106.519.163 sedangkan nilai Net B/C Ratio adalah 1,53. Sementara itu, nilai IRR mencapai 34,93% yang masih lebih tinggi dari suku bunga pasar atau suku bunga acuan yaitu 15,5%.

Kesimpulan yang bertolak belakang terjadi jika terjadi penurunan pendapatan sekaligus kenaikan biaya operasional yang terjadi adalah 4%. Nilai NPV, Net B/C ratio, dan IRR mengindikasikan bahwa proyek masih layak dilaksanakan karena NPV bernilai positif, Net B/C yang lebih besar dari 1 serta nilai IRR yang hanya mencapai 27,08%. Tetapi jika dilihat dari kriteria pengembalian usaha, pada penurunan pendapatan sekaligus kenaikan biaya operasional sebesar 4%, payback period usaha dan payback period kredit melebihi umur proyek.

Page 38: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 37

Tabel 5.11. Analisis Sensitivitas Gabungan Pendapatan dan Biaya Operasional

No Kriteria Kelayakan Penurunan Pendapatan dan

Biaya Operasional Naik 3% 4%

1 Net B/C ratio pada DF 15,5%

1,53 1,31

2 NPV pada DF 15,5% (Rp) 106.519.163

62.383.243

3 IRR (%) 34,93% 27,08% 4 PBP (usaha) 4 tahun 9 bulan 6 tahun 5 bulan 5 PBP (kredit) 4 tahun 2 bulan 6 tahun 6 bulan

Sumber : Lampiran 15 dan Lampiran 16

Page 39: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 38

6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan a. Aspek Sosial Ekonomi Sebagaimana industri pengolahan lainnya, industri pengolahan minyak kelapa sebetulnya mempunyai dampak positif bagi ekonomi dan sosial, sedangkan pada lingkungan, pada tingkat tertentu mempunyai dampak yang negatif. Sebagai salah satu bahan makanan, minyak kelapa sebagai minyak goreng mempunyai peranan signifikan dalam perekonomian nasional. Dari aspek ekonomi, perkembangan minyak kelapa akan cukup signifikan meningkatkan pendapatan para petani kelapa. Industri ini juga sangat berperan dalam penyerapan tenaga kerja dan mempunyai multiplier efek yang positif bagi sektor-sektor ekonomi lainnya. b. Dampak Lingkungan

Lingkungan hidup perlu diperhatikan dalam rangka pengembangan industri minyak kelapa ini. Beberapa limbah yang layak diperhatikan adalah limbah cair berupa minyak yang tumpah dan gas karbondioksida akibat dari proses pembakaran yang dilakukan selama proses produksi. Selain itu, polusi suara juga dapat terjadi karena penggunaan mesin-mesin dalam proses produksi.

Namun demikian, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, limbah cair dan limbah gas serta polusi sebagai efek negatif terhadap lingkungan sebagai akibat dari proses produksi yang dilakukan tidak mempunyai efek yang signifikan dan membahayakan lingkungan di sekitar pabrik.

Page 40: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 39

7. Penutup a. Kesimpulan

1. Komoditas minyak kelapa dapat dikembangkan sebagai komoditas agroindustri yang layak secara finansial untuk dijalankan di Indonesia;

2. Komoditas ini mempunyai nilai tambah yang cukup tinggi sehingga payback periodnya cukup singkat;

3. Karena kelayakan tersebut, bank dapat membiayai industri kecil pengolahan minyak kelapa ini dengan kredit komersil.

4. Tidak ada skema kredit khusus untuk usaha pengolahan minyak kelapa. Bank memberikan kredit seperti kredit usaha lainnya dengan bunga menurun 15,5% per tahun.

5. Usaha pengolahan minyak kelapa memiliki Internal Rate of Return (IRR) yang cukup tinggi yaitu 57,39% yang berarti bahwa usaha ini masih layak dilaksanakan sampai tingkat bunga mencapai 57,39%. Net B/C ratio usaha ini juga lebih besar dari satu, yaitu 2,19 sehingga usaha ini dinyatakan layak. NPV bernilai positif sebesar Rp 238.926.925,-.

6. Berdasarkan analisis sensitivitas, usaha pengolahan minyak kelapa masih layak hingga terjadi penurunan pendapatan sebesar 5%. Penurunan pendapatan sebesar 6% menyebabkan usaha ini menjadi tidak layak karena payback period usaha lebih dari 5 tahun.

7. Berdasarkan analisis sensitivitas ke-2, usaha pengolahan minyak kelapa masih layak hingga terjadi kenaikan biaya operasional sebesar 7%. Kenaikan biaya operasional sebesar 8% menyebabkan usaha pengolahan minyak kelapa menjadi tidak layak karena payback period usaha dan payback kredit lebih dari umur proyek.

8. Berdasarkan analisis sensitivitas gabungan, usaha pengolahan minyak kelapa tidak layak jika terjadi penurunan pendapatan sekaligus kenaikan biaya operasional sebesar 4% karena payback period usaha maupun payback period kredit melebihi umur proyek.

b. Saran

1. Para petani kelapa diharapkan lebih memahami bahwa nilai tambah produk kelapa yang diolah menjadi minyak kelapa mempunyai nilai tambah yang jauh lebih baik dibandingkan dengan kopra atau kelapa butir;

2. Perbankan diharapkan tidak khawatir lagi dalam menyalurkan kredit pada industri kecil pengolahan minyak kelapa ini;

Page 41: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 40

3. Pengusaha kecil pengolahan minyak kelapa ini dapat meningkatkan kapasitas produksinya dengan ekspansi yang pembiayaannya dapat dengan mengajukan kredit investasi atau kredit modal kerja kepada perbankan dan atau pemerintah;

4. Pemerintah diharapkan juga dapat mendukung tumbuh dan berkembangnya usaha kecil pengolahan industri minyak kelapa ini dengan regulasi yang kondusif dan bisa juga dengan kredit lunak.

Page 42: BANK INDONESIA - bi.go.id filePada masa krisis ekonomi 1997, salah satu produk yang sangat langka di pasar sehingga harganya melambung tinggi adalah minyak goreng. Sebagian besar minyak

Bank Indonesia – Industri Pengolahan Minyak Kelapa 41

LAMPIRAN