BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan...

55

Transcript of BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan...

Page 1: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan
Page 2: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

BANK INDONESIAUntuk informasi lebih lanjut hubungi:Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanTim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanTim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanTim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanTim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Telepon : +62 61 3818163+62 21 3818206 (sirkulasi)

Fax. : +62 21 3452489E-mail : [email protected] : http://www.bi.go.id

Page 3: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah

Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober. Selain dalam

rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana

telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua maksud utama,

yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang mendasarkan pada

prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan moneter, dan (ii)

sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat

luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang melandasi keputusan

kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Boediono Gubernur

Miranda S. Goeltom Deputi Gubernur Senior

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

Siti Ch. Fadjrijah Deputi Gubernur

S. Budi Rochadi Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur

Budi Mulya Deputi Gubernur

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERTRIwuLAN II-2009

Page 4: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

��

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Page 5: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

���

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

strategi Kebijakan Moneter

Prinsip Dasar

Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan.

Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang.

Sasaran Inflasi

Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK untuk tahun 2008, 2009, dan 2010 masing-masing sebesar 5%+1%, 4,5%+1%, dan 4%+1%. Sasaran inflasi dimaksud sejalan dengan proses penurunan inflasi secara bertahap (gradual disinflation) mengarah pada sasaran inflasi jangka menengah-panjang yang kompetitif dengan negara lain sekitar 3%.

Instrumen dan Operasi Moneter

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indo-nesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu.

Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).

BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities).

Proses Perumusan Kebijakan

BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

Transparansi

Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimak-sudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Koordinasi dengan Pemerintah

Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkkan.

Langkah-langkah Penguatan Kebijakan Moneter dengan sasaran Akhir Kestabilan Harga

(Inflation Targeting Frameworks)

Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efek-tivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Page 6: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

�v

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Page 7: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

v

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Kata Pengantar

Triwulan II-2009 diwarnai oleh munculnya tanda-tanda perbaikan ekonomi dunia. Ekspektasi pemulihan

ekonomi yang terjadi telah mendorong sentimen positif di pasar keuangan global. Kendati demikian, membaiknya

prospek perekonomian tersebut diperkirakan belum mampu mengkompensasi perlambatan ekonomi global, yang

terutama disumbang oleh negara maju. Laju perekonomian domestik diprakirakan melambat, meski tidak sedalam

proyeksi semula. Di sisi eksternal, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia lebih baik dibandingkan perkiraan sebelumnya,

ditopang oleh prospek perekonomian global yang membaik, harga komoditas yang meningkat serta pasar keuangan

global yang menunjukkan tanda-tanda kestabilan.

Pertumbuhan ekonomi selama triwulan II-2009 diprakirakan berada dalam kisaran 3,7%-4,0%, lebih rendah

dibandingkan triwulan I-2009 (4,4%), namun lebih tinggi dari prakiraan semula (3,3%). Pertumbuhan ekonomi

domestik yang melemah, terutama disebabkan oleh kontraksi kegiatan ekspor dan perlambatan pertumbuhan

konsumsi rumah tangga. Dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, kinerja ekspor menurun signifikan akibat

lemahnya ekspansi ekonomi dunia, termasuk di negara mitra dagang utama. Pengeluaran konsumsi masyarakat

melemah dan daya beli belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Namun, perlambatan yang lebih dalam

pada konsumsi swasta ini dapat tertahan oleh pengeluaran terkait penyelenggaraan pemilihan presiden serta adanya

realisasi pembayaran gaji ke-13 bagi pegawai negeri sipil.

Neraca Pembayaran Indonesia triwulan II-2009 diprakirakan mencatat surplus sebesar USD 0,4 miliar.

Transaksi berjalan mencatat surplus terkait meningkatnya harga komoditas di pasar global dan permintaan dari

emerging markets, khususnya Cina dan India. Sementara, transaksi di neraca modal dan finansial mencatat defisit.

Pembalikan arus dana yang sempat dialami pasar keuangan domestik sejak pertengahan Juni 2009 menyebabkan

investasi portofolio selama triwulan II-2009 tidak setinggi perkiraan sebelumnya. Cadangan devisa mencapai USD57,6

miliar setara dengan 5,6 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah.

Kondisi sektor keuangan domestik membaik seiring dengan perkembangan global dan indikator makro

domestik yang kondusif. Selama triwulan II-2009, rupiah cenderung menguat, indeks saham meningkat, yield SUN

menurun didukung oleh terjaganya kondisi fundamental domestik. Pada akhir triwulan, indikator-indikator tersebut

sempat mengalami koreksi akibat pengaruh perkembangan global yang belum stabil.

Gubernur Bank Indonesia

Page 8: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

vi

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Likuiditas di sektor perbankan cenderung longgar, seperti tercermin pada meningkatnya simpanan perbankan

dalam instrumen moneter, naiknya volume transaksi PUAB dan suku bunga PUAB yang menurun. Respon penurunan

suku bunga perbankan masih terbatas pada suku bunga simpanan. Adapun, suku bunga kredit turun lebih lambat

dengan ekspansi kredit yang masih terbatas.

Penurunan laju inflasi terus berlanjut. Terjaganya pasokan pangan serta penguatan nilai tukar mendukung

penurunan tekanan inflasi. Inflasi triwulan II-2009 tercatat sebesar -0,15% (qtq), jauh lebih rendah dibanding pola

historisnya. Secara kumulatif, inflasi IHK tercatat amat rendah, mencapai 0,21% (ytd) atau 3,65% (yoy).

Perekonomian Indonesia selama 2009 berpotensi tumbuh lebih tinggi dari prakiraan semula. PDB 2009

diprakirakan tumbuh mencapai batas atas kisaran 3,5%-4,0%, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya (3,3%). Sementara

itu, inflasi pada 2009 diproyeksikan lebih rendah dari prakiraan sebelumnya bahkan berpotensi di bawah 5%, seiring

dengan membaiknya ekspektasi inflasi dan terjaganya pasokan dan distribusi bahan makanan.

Bank Indonesia akan senantiasa mengarahkan kebijakan moneter yang kondusif bagi permintaan domestik dengan

tetap berkomitmen untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam jangka menengah-panjang. Di bidang perbankan, Bank

Indonesia akan terus mendorong konsolidasi dan intermediasi perbankan serta memperkuat daya tahan perbankan di

tengah gejolak global. Demikian gambaran singkat materi laporan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia

selama triwulan II-2009.

Jakarta, 3 Juli 2009

Pjs. GUBERNUR BANK INDONESIA

Miranda S. Goeltom

Page 9: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

vii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009daftar Isi

DaftarIsi

1.TinjauanUmum............................................................................ 1

2.PerkembanganMakroekonomiTerkini...................................... 5

Perkembangan Ekonomi Dunia ....................................................... 5

Pertumbuhan Ekonomi .................................................................... 6

Neraca Pembayaran Indonesia ......................................................... 14

3.PerkembangandanKebijakanMoneterTriwulanII-2009......... 16

Nilai Tukar Rupiah ........................................................................... 17

Inflasi .............................................................................................. 18

Kebijakan Moneter ......................................................................... 21

4.PerekonomianIndonesiakeDepan............................................ 27

Asumsi dan Skenario yang Digunakan ............................................ 27

Prospek Pertumbuhan Ekonomi ....................................................... 28

Prakiraan Inflasi ............................................................................... 33

Faktor Risiko.................................................................................... 34

5.ResponKebijakanMoneterTriwulanII-2009............................. 35

TabelStatistik................................................................................... 36

Page 10: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

viii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 daftar Isi

Page 11: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Tinjauan Umum

�. Tinjauan Umum

Perkembangan perekonomian global mengindikasikan proses pemulihan yang

semakin menguat, walaupun masih terdapat sejumlah risiko. Di negara maju, berbagai

indikator pemulihan ekonomi makro telah menunjukkan kecenderungan yang semakin

membaik. Paket stimulus yang diluncurkan oleh pemerintah dan program stabilisasi sektor

keuangan telah berhasil mendorong penguatan keyakinan masyarakat sehingga mampu

mendorong konsumsi. Di samping itu, kondisi pasar kredit yang mulai membaik turut

menopang kenaikan pengeluaran konsumsi masyarakat. Kendati demikian, masih tingginya

angka pengangguran menjadi faktor risiko yang membayangi proses pemulihan ekonomi

di kelompok negara tersebut. Di sisi lain, pemulihan ekonomi negara emerging markets,

khususnya China, India dan Korea, semakin menunjukkan penguatan. Dengan dukungan

stimulus fiskal dalam bentuk infrastruktur dan tingginya pertumbuhan kredit, kegiatan

investasi di China yang telah berlangsung sejak awal tahun terus berlanjut. Geliat permintaan

domestik di beberapa negara Asia tersebut pada gilirannya mendorong peningkatan kinerja

perekonomian negara lainnya di kawasan. Namun demikian, membaiknya perekonomian

di beberapa negara emerging markets diperkirakan belum mampu mengkompensasi

perlambatan ekonomi negara maju. Dengan berbagai perkembangan tersebut, kontraksi

ekonomi global diperkirakan masih berlanjut, meski dengan laju yang semakin melambat.

Ekspektasi pemulihan ekonomi dunia mendorong perkembangan positif di pasar

keuangan global. Sepanjang triwulan II-2009 kinerja sektor keuangan global terus

membaik. Bursa saham di negara maju mencatat peningkatan indeks harga yang didorong

oleh faktor sentimen positif terkait dengan membaiknya permodalan bank pasca stress test,

optimisme terhadap upaya stabilisasi sektor keuangan dan kondisi perekonomian, serta

laporan keuangan beberapa lembaga keuangan dunia yang mencatat kinerja positif. Kondisi

sektor perbankan juga menunjukkan perbaikan, sebagaimana tercermin dari pelonggaran

standar pemberian kredit. Perkembangan pasar keuangan di negara maju tersebut pada

gilirannya berimbas pada pasar keuangan di kawasan. Kendati demikian, menjelang akhir

periode perkembangan di pasar keuangan menunjukkan pembalikan arah yang dipicu oleh

sentimen negatif terkait dengan masih tingginya angka pengangguran di Amerika Serikat

dan Eropa.

Kecenderungan perekonomian global yang membaik telah memberikan dampak

positif terhadap kinerja ekonomi Indonesia. Dampak penguatan permintaan negara

mitra dagang, terutama China dan India, mendorong peningkatan kinerja ekspor Indonesia

terhadap beberapa komoditas ekspor seperti CPO, batubara, dan tembaga. Meski terus

membaik, belum pulihnya perekonomian global menyebabkan kinerja ekspor yang masih

mengalami kontraksi. Dari sisi permintaan domestik, perlambatan konsumsi swasta dapat

tertahan oleh pengeluaran terkait penyelenggaraan pemilihan presiden (pilpres), serta adanya

realisasi pembayaran gaji ke-13 bagi pegawai negeri sipil. Dalam kondisi permintaan yang

masih lemah dan tingkat utilisasi kapasitas yang masih rendah, kegiatan investasi masih

terbatas. Mencermati perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi selama triwulan

II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%.

Page 12: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan masih berlanjut. Pada Juni 2009, harga

barang konsumen mencatat inflasi sebesar 0,11% (m-t-m), jauh lebih rendah dibandingkan

dengan pola historisnya maupun proyeksi sebelumnya. Kenaikan harga beberapa komoditas

pangan di pasar internasional masih dapat dikompensasi oleh apresiasi rupiah sehingga

kenaikan harga barang domestik masih terkendali. Selain penguatan rupiah, lemahnya

permintaan domestik, serta membaiknya ekspektasi inflasi sejalan dengan meningkatnya

akselerasi disinflasi menyebabkan laju inflasi kelompok inti menunjukkan penurunan.

Terjaganya pasokan pangan juga menjadi faktor yang mendukung rendahnya inflasi selama

triwulan II-2009. Dengan perkembangan tersebut, secara kumulatif (ytd) inflasi IHK baru

mencapai 0,21% atau 3,65%(yoy).

Kenaikan harga komoditas dan membaiknya permintaan negara emerging

markets juga menyebabkan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) lebih baik

dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya. Perbaikan kinerja NPI ditopang oleh surplus

pada transaksi berjalan yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Kenaikan harga komoditas

di pasar global, terutama untuk komoditas tambang dan crude palm oil, serta meningkatnya

permintaan dari negara emerging markets, khususnya China dan India, mendukung

peningkatan ekspor non migas. Di sisi neraca neraca modal dan finansial (TMF), investasi

dalam bentuk portofolio masih mencatat surplus. Membaiknya kondisi pasar keuangan

global, serta terjaganya persepsi positif terhadap ekonomi domestik mendorong aliran masuk

modal asing dalam bentuk portofolio. Kendati demikian, pembalikan arus dana yang sempat

mewarnai pasar finansial domestik sejak pertengahan Juni 2009 menyebabkan investasi

portofolio selama triwulan II-2009 tidak setinggi perkiraan sebelumnya. Penanaman dana

dalam bentuk investasi langsung juga diperkirakan meningkat sejalan dengan meningkatnya

kegiatan eksplorasi perusahaan migas. Lebih lanjut, terjaganya kepercayaan terhadap prospek

perekonomian domestik dan membaiknya keketatan di pasar keuangan global mendukung

penarikan utang luar negeri swasta yang lebih tinggi dari perkiraan. Dengan perkembangan

tersebut, cadangan devisa sampai dengan akhir Juni 2009 mencapai 57,58 miliar dolar AS

atau setara dengan 5,6 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah.

Membaiknya NPI dan sentimen positif di pasar global mendorong apresiasi nilai

tukar. Dibandingkan dengan negara di kawasan, rupiah mengalami penguatan tertinggi

setelah Won Korea. Secara rata-rata, selama triwulan II-2009 rupiah terapresiasi 9,99%.

Penguatan nilai tukar tersebut ditopang oleh meningkatnya pasokan valas sejalan dengan

aliran masuk modal asing. Optimisme akan pemulihan ekonomi global yang disertai dengan

terjaganya kondisi fundamental domestik sebagaimana tercermin pada neraca pembayaran

yang surplus dan imbal hasil rupiah yang tetap menarik, telah menumbuhkan risk appetite

terhadap aset di pasar keuangan emerging markets, termasuk Indonesia. Namun demikian,

adanya sentimen negatif pada perekonomian global berdampak pada sedikit melemahnya

nilai tukar diakhir triwulan II-2009 dibandingkan dengan awal Juni 2009.

Di sektor keuangan, perkembangan global dan indikator makro domestik yang

kondusif memberikan dampak positif di sektor keuangan domestik. Di pasar saham,

secara umum perkembangan bursa efek selama triwulan II-2009 ditandai oleh peningkatan

indeks harga, meski di akhir periode terjadi pembalikan arus modal asing yang sempat

Page 13: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Tinjauan Umum

mengakibatkan turunnya indeks harga. Fundamental domestik yang membaik serta kenaikan

harga komoditas global telah mendorong maraknya pembelian saham baik oleh investor

asing maupun domestik. Di pasar obligasi, yield SUN mencatat penurunan sejalan dengan

menurunnya suku bunga kebijakan moneter dan meningkatnya minat investasi penanam

modal asing. Kendati demikian, untuk tenor jangka panjang (di atas 15 tahun) yield SUN

masih cenderung tinggi, terkait dengan masih tingginya persepsi risiko.

Di sektor perbankan, kondisi perbankan nasional relatif stabil, namun respons

perbankan terhadap kebijakan pelonggaran moneter masih terbatas. Secara mikro,

kondisi perbankan nasional tetap stabil, yang diindikasikan oleh masih terjaganya rasio

kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) per Mei 2009 yang cukup tinggi mencapai

level 17,3%. Sementara itu rasio gross Non Performing Loan (NPL) tetap terkendali di bawah

5% dengan rasio net di bawah 2%. Likuiditas Perbankan, termasuk likuiditas dalam pasar

uang antar bank makin membaik dan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat. Namun demikian,

respons suku bunga perbankan masih terbatas. Penurunan BI Rate sebesar 250 bps sejak

Desember 2008 hingga Juni 2009 baru direspons dengan penurunan suku bunga dasar kredit

(base lending rate) hingga Mei 2009 sekitar 45 bps. Terkait dengan hal tersebut, penyaluran

kredit perbankan sampai dengan bulan Mei 2009 masih mencatat kontraksi sebesar 1,1%

(ytd) . Kendati demikian, likuiditas perekonomian masih cukup longgar. Meski pertumbuhan

besaran moneter (uang kartal dan M1) masih sangat rendah, perhitungan berdasarkan

faktor fundamentalnya menunjukkan perkembangan besaran moneter masih sesuai dengan

kebutuhan perekonomian. Dengan penurunan suku bunga kredit yang lebih lambat dan

ekspansi kredit yang masih sangat terbatas, terdapat indikasi dunia usaha semakin intensif

mencari alternatif pembiayaan selain perbankan, antara lain melalui penerbitan obligasi.

Ke depan, prospek ekonomi berpotensi tumbuh lebih baik dari perkiraan semula.

Proyeksi perekonomian dalam jangka pendek akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan

global. Kinerja ekspor keseluruhan tahun yang diperkirakan masih mengalami kontraksi

diprakirakan dapat dikompensasi oleh peningkatan konsumsi masyarakat yang ditopang

oleh penyelenggaraan Pemilu. Mencermati dampak dari penyelenggaran pemilihan calon

legislatif selama triwulan I-2009 yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya, penyelenggaraan

pemilihan presiden 2009 diprakirakan dapat memberi sumbangan yang signifikan pada

kegiatan konsumsi masyarakat. Di tengah kondisi daya beli yang belum menunjukkan

perbaikan signifikan, konsumsi swasta selama tahun 2009 diprakirakan dapat tumbuh relatif

tinggi sebagai imbas dari penyelenggaraan Pemilu. Dengan latar belakang kondisi tersebut,

perekonomian selama keseluruhan tahun 2009 berpotensi tumbuh lebih tinggi dari proyeksi

sebelumnya. Secara keseluruhan tahun, PDB diprakirakan dapat tumbuh sebesar 3,5-4,0%

dengan kecenderungan menuju batas atas kisaran tersebut.

Neraca Pembayaran Indonesia diperkirakan mencatat surplus untuk keseluruhan

tahun �009. Hal tersebut ditopang oleh kondisi perekonomian global yang membaik, harga

komoditas yang meningkat, serta stabilisasi pasar keuangan global yang berlanjut. Kegiatan

ekspor diprakirakan membaik, seiring dengan penguatan ekonomi global sejak triwulan III-

2008 secara lebih merata di berbagai kawasan, serta berlanjutnya kenaikan harga komoditas

Page 14: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

dunia. Di sisi neraca transaksi modal finansial, arus masuk modal asing, baik dalam bentuk

portofolio maupun investasi langsung, diprakirakan berlanjut sejalan dengan optimisme

pemulihan ekonomi dunia yang disertai dengan semakin kondusifnya pasar finansial global.

Selain itu, arus masuk modal di sektor publik diprakirakan turut menopang kinerja neraca

Transaksi Modal dan Finansial.

Dengan mempertimbangkan perkembangan-perkembangan tersebut di atas, Rapat

Dewan Gubernur Bank Indonesia pada � Juli �009 memutuskan untuk menurunkan

BI Rate sebesar �5 bps, dari 7,0% menjadi 6,75%. Keputusan tersebut diharapkan dapat

mendukung upaya menjaga optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.

Ke depan, kebijakan moneter diarahkan untuk menjaga keseimbangan antara mendorong

perekonomian domestik di tengah masih lesunya perekonomian global dan menjaga stabilitas

makroekonomi dalam jangka menengah dengan mempertimbangkan kenaikan tekanan

inflasi di tahun 2010. Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, kebijakan

moneter ke depan akan dilakukan secara lebih berhati-hati mengingat ruang bagi

pelonggaran kebijakan moneter semakin terbatas.

Page 15: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2009 diprakirakan akan tumbuh melambat

menjadi sekitar 3,7-4,0% (yoy). Di sisi permintaan, seluruh komponen PDB

diperkirakan masih berada dalam tren melambat. Walaupun perbaikan ekonomi

global mendukung kinerja ekspor Indonesia dalam triwulan II-2009, perekonomian

global yang masih kontraksi menyebabkan ekspor masih mengalami kontraksi yang

cukup signifikan dalam Triwulan II-2009. Namun demikian, laju perlambatan ekonomi

tertahan oleh pengeluaran konsumsi swasta terkait dengan Pemilu Pilpres putaran

pertama. Sementara itu, pertumbuhan investasi diperkirakan menurun sejalan

dengan melemahnya permintaan dan belum membaiknya sentimen bisnis pengusaha.

Di sisi penawaran, sebagian sektor-sektor perekonomian pada triwulan II-2009 juga

diperkirakan tumbuh melambat seiring dengan melemahnya permintaan eksternal

maupun domestik. Meskipun demikian, beberapa sektor ekonomi diperkirakan

tumbuh membaik seiring dengan meningkatnya permintaan untuk kegiatan Pemilu

Presiden yakni sektor pengangkutan dan telekomunikasi, sektor jasa dan sektor

industri pengolahan khususnya subsektor industri makanan dan minuman, subsektor

industri kertas dan barang cetakan, serta subsektor industri tekstil.

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Prospek pemulihan ekonomi global semakin membaik. Kondisi tersebut sejalan

dengan proses stabilisasi di pasar keuangan, dukungan stimulus fiskal yang cukup

besar, suku bunga rendah, serta mulai pulihnya keyakinan konsumen dan bisnis.

Berbagai respons pelonggaran moneter dan stimulus fiskal yang ditempuh di hampir

semua negara memicu optimisme pelaku pasar terhadap prospek ekonomi global. Fase

pemulihan ekonomi dunia tercermin dari tren penurunan indikator makro ekonomi yang

makin melambat dan bahkan banyak yang diyakini sudah mencapai

titik terendah. Secara keseluruhan, perekonomian dunia pada triwulan

II-2009 diperkirakan masih mengalami kontraksi, Kontraksi ekonomi

tersebut diperkirakan lebih terbatas dibandingkan realisasi pertumbuhan

ekonomi pada triwulan I 2009. Perbaikan ekonomi dunia lebih didorong

oleh pertumbuhan kelompok ekonomi negara berkembang, sementara

kelompok negara maju masih berada pada titik terendahnya.

Perekonomian AS pada triwulan II-2009 diperkirakan masih

akan menurun. Penurunan tersebut disebabkan oleh merosotnya

aktivitas ekonomi, dipicu terutama oleh turunnya investasi swasta,

khususnya non-residensial, dan turunnya ekspor seiring dengan

anjloknya permintaan dunia. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga AS

masih tumbuh positif. Hal tersebut terutama didorong oleh berbagai

kebijakan bantuan tunai dari pemerintah AS. Pendapatan rumah tangga

Grafik 2.1

Grafik Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga AS

������

����

����

����

���

���

���

���

����

����

����

���

���

���

���

���

������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������

�����

�����������������

������������������

�����������

Page 16: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

AS di bulan April menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan lalu

didorong social benefit yang diberikan oleh Pemerintah AS (Grafik

2.1). Namun demikian, kekhawatiran atas ketatnya pasar tenaga kerja

dan ketidakpastian ke depan mendorong rumah tangga mengurangi

konsumsi dan beralih meningkatkan tabungan seperti tercermin

melonjaknya savings rate yang mencapai level tertinggi dalam 14 tahun

. Membaiknya indikator konsumsi mulai direspons dengan membaiknya

kegiatan ekonomi di sektor manufaktur sebagaimana tercermin dari

menurunnya inventory to sales ratio, membaiknya indeks pembelian

kalangan pabrikan (PMI), dan melambatnya kontraksi industrial

production (Grafik 2.2).

Kondisi sektor keuangan global terus mengalami perbaikan.

Kondisi keketatan likuditas terus mereda didorong aliran likuiditas dan

kebijakan quantitative easing oleh beberapa bank sentral. Injeksi

likuiditas yang dilakukan bank sentral seperti the Fed, BOE, BOJ, dan ECB mampu meredakan

ketegangan pasar kredit seperti tercermin dari menurunnya spread Libor dengan Overnight

Index Swap (OIS) ke level sebelum Lehman Brothers bangkrut. Perbaikan di sektor keuangan

juga ditunjukkan oleh hasil stress test yang dilakukan the Fed yang menyimpulkan

bahwa perbankan AS relatif tahan terhadap gejolak keuangan, tercermin dari kewajiban

pemenuhan permodalan yang ternyata tidak sebesar yang diperkirakan semula. Bahkan

dalam perkembangannya, beberapa perbankan berencana untuk mengembalikan dana TARP

(Troubled Asset Relief Programme) kepada Pemerintah lebih cepat dan mampu memenuhi

kecukupan modal yang disyaratkan tanpa menimbulkan gejolak di pasar keuangan.

Indikasi perbaikan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2009 terjadi juga di

Asia. Perbaikan ekonomi China telah mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan

Asia. Perbaikan ekonomi China tersebut tercermin dari solidnya pertumbuhan fixed asset

investment dan tingginya penyaluran kredit perbankan, ditambah lagi dengan paket mega

stimulus fiskal sebesar 4 triliun yuan (586 miliar dolas AS).

Inflasi dunia masih dalam tren menurun akibat melambatnya kegiatan ekonomi

dan masih cukup rendahnya harga komoditas dibandingkan tahun 2008. Beberapa

negara seperti AS, Jepang, China dan India bahkan mengalami deflasi pada bulan Mei 2009.

Namun demikian, membaiknya prospek ekonomi ke depan dibarengi oleh kenaikan harga

minyak internasional yang berpotensi meningkatkan inflasi di masa datang. Kondisi tersebut

menyebabkan bank sentral negara-negara di dunia lebih berhati-hati dalam melakukan

pelonggaran kebijakan moneter. Dengan demikian perkembangan ekonomi global yang

membaik ini perlu terus dicermati, mengingat berbagai faktor risiko yang menyertainya.

PERTUMBUHAN EKONOMI

Permintaan Agregat

Di perekonomian domestik, membaiknya perekonomian global berkontribusi positip pada

kinerja ekspor. Namun, sejalan masih berlangsungnya kontraksi perekonomian global,

Grafik 2.2

Grafik Capacity Utilization dan Industrial Production AS

����� �

���

����

����

��

��

��

��

��

����������������������������������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ����

Page 17: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Perkembangan Makroekonomi Terkini

ekspor masih tumbuh negatif meski tertahan oleh indikasi membaiknya

permintaan dari negara berkembang. Sejalan dengan berkurangnya

intensitas kegiatan ekonomi, pertumbuhan impor juga diprakirakan masih

negatif (Tabel 2.1). Dari sisi domestik, perlambatan ekonomi domestik

sedikit tertahan dengan adanya pengeluaran konsumsi menjelang

pelaksanaan Pemilu Presiden putaran pertama. Sementara itu, investasi

juga diprakirakan akan terus menurun seiring dengan melemahnya

kegiatan ekonomi. PDB pada triwulan II-2009 diprakirakan akan tumbuh

pada kisaran 3,7% - 4,0% (yoy). Perlambatan tersebut dikonfirmasi oleh

perkembangan indikator penuntun PDB yang mengindikasikan bahwa

pertumbuhan ekonomi berada pada fase perlambatan paling tidak

sampai dengan 5 bulan ke depan (Grafik 2.3).

Konsumsi masyarakat pada triwulan II-2009 diprakirakan tumbuh

melambat. Perlambatan tersebut sejalan dengan pergerakan indikator

penuntun konsumsi swasta yang mengindikasikan siklus perlambatan pertumbuhan akan

berlangsung setidaknya hingga dua triwulan ke depan (Grafik 2.4). Seiring dengan masih

terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), tekanan terhadap daya beli masyarakat

diperkirakan masih berlanjut. Namun demikian, penghasilan yang bersumber dari musim

panen pada akhir triwulan I-2009 dan realisasi gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) ke-13, serta

pengeluaran menjelang Pemilu Pilpres diprakirakan berpotensi menahan perlambatan

konsumsi masyarakat yang lebih dalam. Tertahannya laju perlambatan konsumsi masyarakat

pada triwulan II-2009 juga didukung oleh perkembangan indikator dini yang sebagian besar

menunjukkan peningkatan pada April 2009. Berdasarkan perkembangan tersebut, konsumsi

rumah tangga pada triwulan II-2009 diprakirakan tumbuh melambat pada kisaran 3,8%

- 4,5% (yoy).

Beberapa indikator dini pada April 2009 mengindikasikan adanya perbaikan pada

konsumsi masyarakat pada triwulan laporan jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Pada sisi pembiayaan, indikator M1 riil dan kredit konsumsi riil menunjukkan

dukungan pembiayaan konsumsi masyarakat relatif stabil. Kemampuan daya beli masyarakat

Grafik 2.3

Indikator Penuntun PDB

��������� ���������������

����

����

����

�����

�����

�����

����

����

����

�����

�����

�����

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � ������ ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

II III IV I II III IV I II*Indikator

Tabel 2.1

Pertumbuhan Ekonomi - Sisi Permintaan

200�

* Angka Proyeksi Bank Indonesia

Total Konsumsi 4,6 5,3 5,0 4,9 5,5 5,5 6,3 6,4 5,9 7,2 4,9 - 5,6

Konsumsi Swasta 4,7 5,1 5,5 5,0 5,7 5,5 5,3 4,8 5,3 5,8 3,8 - 4,5

Konsumsi Pemerintah 3,8 6,5 2,0 3,9 3,6 5,3 14,1 16,4 10,4 19,2 12,9 - 13,5

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 7,6 9,7 12,4 9,4 13,7 12,0 12,2 9,1 11,7 3,5 1,9 - 2,4

Ekspor Barang dan Jasa 10,4 7,4 7,9 8,5 13,6 12,4 10,6 1,8 9,5 -19,1 (-17,4) - (-16,5)

Impor Barang dan Jasa 6,5 7,0 13,9 9,0 18,0 16,1 11,0 -3,5 10,0 -24,1 (-21,3 - (-19,9)

PDB �,� �,� �,8 �,3 �,2 �,4 �,4 �,2 �,1 4,4 3,� - 4,0

200�2008

20082009

Page 18: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

8

menengah atas menunjukkan peningkatan. Hal tersebut ditunjukkan

oleh pertumbuhan nilai transaksi belanja dengan menggunakan kartu

debit/ATM dan kartu kredit hingga pertengahan triwulan II-2009 yang

masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan selama

Januari-Maret 2009. Selain itu, pertumbuhan konsumsi masyarakat

terutama durable goods juga memberikan indikasi positif sebagaimana

ditunjukkan oleh pertumbuhan penjualan produk elektronik serta

kendaraan terutama sepeda motor. Namun demikian, pertumbuhan

impor barang konsumsi mengalami penurunan yang tajam. Di sisi lain,

keyakinan konsumen cenderung menguat didukung oleh ekspektasi

perbaikan penghasilan dan membaiknya ketersediaan lapangan kerja.

Indikasi Keyakinan Konsumen – Bank Indonesia (IKK–BI, Grafik 2.5)

menunjukkan adanya perbaikan terutama karena membaiknya persepsi

konsumen terhadap kondisi saat ini yang relatif stabil menjelang Pemilu

Pilpres dan kondisi 6 bulan mendatang karena peningkatan ekspektasi

kondisi tingkat penghasilan yang terutama didorong oleh realisasi

pemberian gaji ke-13 untuk PNS pada akhir triwulan laporan. Sementara

itu, indeks riil penjualan eceran bergerak meningkat terutama pada

kelompok makanan dan tembakau sejalan dengan perkembangan harga

yang mengalami penurunan.

Tertahannya perlambatan konsumsi yang lebih dalam juga

dikonfirmasi oleh beberapa indikator daya beli di berbagai

daerah. Kredit konsumsi menunjukkan arah perkembangan yang

relatif stabil di seluruh wilayah disertai dengan membaiknya optimisme

masyarakat yang ditandai oleh kenaikan IKK di seluruh wilayah. Selain

itu, Nilai Tukar Petani (NTP) juga menunjukkan perkembangan yang

positif, terutama di Jabalnustra.

Pertumbuhan investasi pada triwulan II-2009 diprakirakan akan

mengalami penurunan terkait masih lemahnya permintaan

eksternal dan kepercayaan dunia bisnis. Pergerakan indikator

penuntun investasi sampai dengan triwulan II-2009 mengindikasikan

pertumbuhan investasi masih berada pada siklus perlambatan minimal

sampai dengan empat bulan ke depan (Grafik 2.6). Perlambatan investasi

tersebut terutama disebabkan penurunan investasi non-bangunan terkait

dengan masih rendahnya daya serap eksternal dan belum membaiknya

risiko ketidakpastian global. Tertundanya penyaluran stimulus fiskal

dan realisasi proyek infrastruktur juga mendorong lemahnya tendensi

bisnis pelaku usaha meskipun kondisi dalam negeri menjelang Pemilu

Pilpres relatif stabil. Di samping itu, langkah percepatan pembangunan

infrastruktur dengan mendirikan dua lembaga yaitu Lembaga Pembiayaan

Infrastruktur (Infrastructure Fund) dan Lembaga Penjaminan

Infrastruktur (Guarantee Fund) diperkirakan belum berdampak pada

Grafik 2.4

Indikator Penuntun Konsumsi Swasta

����

����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

��

��

��

���

���

���

���

���

���

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� ��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

����������������������������������

���������� ���������������

Grafik 2.�

Indeks Keyakinan Konsumen Survei Konsumen BI

��

��

��

��

���

���

���

� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � ������ ���� ����

������������������� ������������������������ �������������������������

�������

�������

������

Grafik 2.�

Indikator Penuntun Investasi

��

��

��

��

��

���

���

���

���

���

���

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � ������ ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���� ���

��������������������������������������������������������������������������

Page 19: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Perkembangan Makroekonomi Terkini

9

triwulan II-2009. Berdasarkan perkembangan tersebut, investasi pada

triwulan II-2009 diprakirakan tumbuh sebesar 1,9% - 2,2% (yoy),

melambat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jika dilihat

dari distribusinya, pangsa pertumbuhan investasi pada triwulan II-2009

diperkirakan masih ditopang oleh investasi bangunan (Grafik 2.7).

Perlambatan pertumbuhan investasi juga dikonfirmasi oleh

perkembangan berbagai indikator dini. Pertumbuhan investasi

nonbangunan cenderung melambat sejalan dengan penurunan

permintaan mesin dan perlengkapan luar negeri serta melemahnya impor

barang modal (Grafik 2.8). Di sisi lain, investasi bangunan diprakirakan

tumbuh melambat akibat rendahnya realisasi pembangunan infrastruktur

serta proyek properti pada kuartal II-2009. Hal tersebut didukung

oleh pertumbuhan konsumsi semen yang berangsur menurun sejak

awal triwulan II-2009 hingga pada bulan Mei 2009, terutama terjadi

di Pulau Jawa dan Sumatera. Dukungan pembiayaan investasi berupa

kredit investasi riil hingga awal triwulan II-2009 juga mengindikasikan

penurunan. Sementara itu, perkembangan tendensi bisnis pengusaha

juga mengindikasikan perlambatan kegiatan investasi (Grafik 2.9).

Hasil survei BPS memperkirakan masih lemahnya minat pengusaha

terutama diperkirakan karena penurunan kegiatan usaha pada sektor

industri pengolahan. Indikasi tersebut juga didukung oleh hasil Survei

Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang memperkirakan nilai rencana

investasi serta jumlah pelaku usaha yang akan berinvestasi pada semester

I-2009 diperkirakan menurun jika dibandingkan dengan semester

sebelumnya.

Perlambatan pertumbuhan ekspor pada triwulan II-2009 diperkirakan

akan tertahan sejalan dengan membaiknya kinerja negara mitra dagang

utama, seperti India dan China, serta harga komoditas internasional.

Kinerja ekspor pada triwulan II-2009 diperkirakan masih lemah yang

dipicu oleh penurunan permintaan terutama pada pasar tradisionalnya.

Namun demikian, pelemahan tersebut diindikasikan tertahan oleh

membaiknya permintaan negara emerging markets yang memiliki

pangsa sebesar 26%, terutama pada komoditas CPO dan batubara. Di

samping itu, berangsur menguatnya harga komoditas pertambangan

dan pertanian yang dibarengi dengan indikasi membaiknya pergerakan

Consumer Confidence negara tujuan ekspor utama diperkirakan

juga akan menopang perbaikan permintaan eksternal. Berdasarkan

perkembangan tersebut, ekspor pada triwulan II-2009 diprakirakan

tumbuh sebesar (-17,4)% - (-16,5)% (yoy). Menurut sektor dan golongan

komoditas (HS 2 dijit), permintaan ekspor pada bulan April 2009 masih

didominasi oleh komoditas berbasis sumber daya alam seperti CPO,

karet dan barang dari karet (Grafik 2.10).

Grafik 2.�

Pertumbuhan Investasi Bangunan & Nonbangunan

�������� ������������ ����������

��

��

���

���

��

��

��

��

� �� ��� �� � �� ��� �� � ��

�������

���� ���� ����

Grafik 2.8

Pertumbuhan Impor Barang Modal

� ��

� ��

� �

��

��

��

��

��

��

��

���

���

��

��

��

��

��

���

� �� ��� �� � ��

���� ����

�����������������

�������������

��� ���

Grafik 2.9

Sentimen Bisnis – BPS

��

��

���

���

���

���

� �� ��� �� � �� ��� �� � ���

���� ���� ����

������

��� ����������������

����������������������������� ����������������

Page 20: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

10

Penurunan permintaan domestik dan eksternal diperkirakan

mendorong pelemahan kinerja impor pada triwulan II-2009.

Pertumbuhan impor pada triwulan II-2009 diperkirakan masih berada

pada siklus kontraksi sebagaimana ditunjukkan oleh pergerakan indikator

penuntun impor (Grafik 2.11). Hal tersebut searah dengan perlambatan

impor bahan baku dan barang modal akibat melambatnya kegiatan

perekonomian terutama pada sektor industri pengolahan. Selain

itu, melambatnya pertumbuhan bea masuk impor dan melemahnya

pertumbuhan impor komoditas bahan baku seperti besi dan baja juga

mengindikasikan perlambatan pertumbuhan impor pada triwulan II-

2009. Dengan perkembangan tersebut, kinerja impor pada triwulan

II-2009 diprakirakan masih negatif sekitar (-21,3)% - (-19,9)% (yoy). Bila

dilihat dari distribusinya, pangsa terbesar impor masih disumbang oleh

impor bahan bahan baku dan barang modal yang tumbuh melambat.

Pada bulan April 2009, pangsa pertumbuhan nilai impor berdasarkan

golongan komoditas HS 2 dijit masih bertopang pada komoditas impor

kelompok bahan baku dan barang modal yang mendukung kegiatan

produksi, seperti mesin/pesawat mekanik serta besi dan baja.

Operasi Keuangan Pemerintah

Selama April-Mei 2009, APBN mencatat surplus anggaran sebesar

Rp�,8 triliun (0,1% dari PDB), hampir sama dengan kondisi periode

yang sama tahun sebelumnya yang mengalami surplus sebesar

Rp3,� triliun (0,1% dari PDB). Dibandingkan dengan periode yang

sama tahun lalu, operasi keuangan Pemerintah pada triwulan II-2009

diperkirakan akan mengalami penurunan baik di sisi penerimaan maupun

belanja. Penurunan penerimaan pada periode Januari-Mei 2009 tersebut

berdampak pada lebih rendahnya surplus anggaran dibandingkan

dengan periode yang sama tahun 2008. Jika dibandingkan dengan targetnya selama tahun

2009, realisasi pendapatan negara dan hibah lebih rendah dari periode yang sama tahun

lalu akibat kinerja sektor perpajakan yang melambat. Sebaliknya, penyerapan belanja negara

pada periode laporan mengalami peningkatan baik dari Belanja Pemerintah Pusat maupun

Transfer ke Daerah.

Pencapaian penerimaan perpajakan di triwulan II-2009 mengalami penurunan

sebagai imbas dari melambatnya perekonomian dan dikeluarkannya beberapa

stimulus perpajakan di tahun 2009. Namun, penurunan tersebut sedikit terbantu

dengan adanya peningkatan PPh nonmigas pada bulan April terkait pembayaran PPh

Badan. Penurunan terutama terjadi pada penerimaan PPN dan Pajak Ekspor seiring dengan

menyusutnya perdagangan internasional dan dihapuskannya pajak ekspor CPO sejak

November 2008. Di sisi nonpajak, penerimaan SDA Migas mengalami peningkatan signifikan

di bulan Mei seiring dengan kembali meningkatnya harga minyak internasional1. Sektor

1 Di bulan Mei 2009, rata-rata harga minas mencapai US$59,7/barel, meningkat pesat dibandingkan rata-rata harga minas selama periode Januari-April 2009 sebesar US$45,2/barel.

Grafik 2.10

Pertumbuhan Ekspor Menurut Sektor

����������������� ����������������

��������������� ��������������

���

��

��

��

���

���

��

��

��

���

���

� �� ��� �� � �� ��� �� � �����

���� ���� ����

��� ���

Grafik 2.11

Indikator Penuntun Impor

����

����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

��

��

��

��

��

���

���

���

���

���

���

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� ��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

����

���������

��������������

�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

���������������������������������������������������������������������

�����

�������

���������

Page 21: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Perkembangan Makroekonomi Terkini

11

pajak yang utama seperti PPh nonmigas terus mengalami perlambatan pertumbuhan yang

selain akibat perlambatan perekonomian juga terkait dengan pemberian stimulus seperti

pengurangan tarif Pajak Penghasilan dan kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang mulai

berlaku tahun ini. Sementara itu, perlambatan perekonomian dunia terlihat jelas dampaknya

pada penerimaan PPN yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar -6,5% (yoy) selama

lima bulan pertama tahun 2009 terutama akibat menurunnya aktivitas impor.

Kinerja belanja negara mengalami peningkatan. Aktivitas belanja negara selama

triwulan II-2009 ditandai dengan pembayaran subsidi BBM dan listrik dalam jumlah yang

cukup signifikan pada bulan Mei lalu. Pemerintah juga melaksanakan pembayaran rapel gaji

PNS, TNI/Polri dan pensiunan pada bulan April dan pembayaran gaji ke-13 yang dijadwalkan

pada Juni 2009. Secara keseluruhan tahun, kinerja belanja negara mengalami peningkatan

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dikarenakan realisasi belanja

Pemerintah Pusat dan transfer ke daerah yang lebih tinggi. Lebih tinggi realisasi belanja

Pemerintah Pusat bersumber dari peningkatan belanja barang dan belanja lain. Dari

pembayaran transfer, porsi pengeluaran Pemerintah dalam rangka subsidi dibandingkan

dengan targetnya mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode Januari-Mei 2008.

Namun secara nominal, biaya subsidi lebih rendah seiring dengan turunnya harga minyak

internasional. Dengan kondisi tersebut, realisasi Belanja Pemerintah Pusat selama tahun

2009 mencapai 25,3% dari APBNP, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama

tahun sebelumnya sebesar 21,8% dari APBNP. Transfer ke Daerah juga meningkat terlepas

dari menurunnya Dana Bagi Hasil (DBH) seiring dengan penurunan harga minyak di pasar

internasional. Meningkatnya Belanja Daerah dikarenakan faktor teknis dimana terdapat

rapel pembayaran Dana Alokasi Umum (DAU) untuk Januari dan Februari yang dilakukan di

bulan Januari. Dengan perkembangan tersebut, realisasi Transfer ke Daerah telah mencapai

37,5% dari APBNP, lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar

33,0% dari APBNP.

Penawaran Agregat

Sektor-sektor perekonomian pada triwulan II-2009 diprakirakan tumbuh melambat

sejalan dengan perkembangan sisi permintaan (Tabel 2.2). Hal tersebut terkait

dengan masih tingginya ketidakpastian perekonomian global sehingga membuat pelaku

usaha melakukan penundaan investasi dan ekspansi usaha. Hal tersebut ditunjukkan oleh

hasil survei pelaku bisnis yang menunjukkan penurunan pada triwulan II-2009. Survei

Tendensi Bisnis – BPS menunjukkan bawa ekspektasi pelaku bisnis hingga triwulan II-2009

mengalami penurunan. Seluruh variabel pembentuk indeks tendensi bisnis BPS seperti

penggunaan kapasitas produksi, pendapatan usaha, serta jumlah jam kerja menunjukkan

penurunan. Indikasi melambatnya pertumbuhan sisi penawaran juga dikonfirmasi oleh jumlah

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang masih mengalami peningkatan. Namun demikian,

penyelenggaraan Pemilu Presiden diperkirakan dapat berdampak positif terhadap kinerja

beberapa sektor pada triwulan II-2009. Jika melihat pola historis tahun 2004, Pemilu Presiden

dapat mendorong pertumbuhan beberapa sektor terutama subsektor jasa perusahaan. Hal

Page 22: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

12

tersebut terkait dengan belanja iklan pada saat Pemilu Presiden yang cenderung meningkat

dibandingkan pada Pemilu Legislatif lalu. Sementara itu, sektor lainnya seperti sektor

komunikasi dan industri terutama subsektor makanan, tekstil dan barang cetakan masih

akan tumbuh namun lebih rendah jika dibandingkan dengan Pemilu Legislatif yang lalu.

Pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan II-2009 diprakirakan masih

berada dalam tren yang melambat, yaitu tumbuh pada kisaran 1,3% - 1,�% (yoy).

Perlambatan tersebut terutama terkait dengan belum membaiknya permintaan terutama

permintaan ekspor. Selain berdampak pada pemanfaatan kapasitas yang tersedia, lemahnya

permintaan juga mendorong pengusaha untuk menunda kegiatan investasi yang tercermin

dari rendahnya tingkat penyerapan dana stimulus fiskal berupa Bea Masuk Ditanggung

Pemerintah (BMDtP). Meskipun demikian, pelaksanaan Pemilu Presiden diperkirakan dapat

sedikit menahan laju perlambatan sektor industri terutama untuk subsektor industri tekstil,

subsektor makanan, minuman, dan tembakau, serta subsektor kertas dan barang cetakan.

Jika dilihat dari strukturnya, distribusi terbesar sektor industri pengolahan masih berasal

dari subsektor alat angkutan, mesin dan peralatannya, subsektor makanan, minuman dan

tembakau serta subsektor kimia dan barang dari karet. Sementara itu, subsektor makanan,

minuman dan tembakau, subsektor kimia dan barang dari karet, serta subsektor kertas dan

barang cetakan merupakan kontributor utama sektor industri pengolahan.

Melambatnya kinerja sektor industri pengolahan tercermin dari tren penurunan

indeks dan kapasitas produksi yang dihasilkan oleh Survei Produksi – BI. Jika dilihat

lebih rinci, penurunan yang cukup signifikan terlihat pada subsektor alat angkutan, mesin

dan peralatannya, serta subsektor logam dasar. Namun demikian, beberapa subsektor

yang terkait dengan Pemilu seperti subsektor makanan dan minuman, subsektor tekstil,

serta subsektor kertas dan barang cetakan masih menunjukkan peningkatan. Indikator

melambatnya sektor industri juga dikonfirmasi oleh perkembangan beberapa indikator dini

lainnya. Sampai dengan pertengahan triwulan II-2009, produksi mobil dan sepeda motor

masih tumbuh dalam tren yang melambat. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh konsumsi

listrik sektor industri yang masih berada dalam tren yang melambat sampai dengan awal

triwulan II-2009. Sementara itu, subsektor semen mulai menunjukkan sedikit perbaikan yang

% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

II III IV I II III IV* I II*Sektor

Tabel 2.2

Pertumbuhan Ekonomi - Sisi Penawaran

200�

* Angka Proyeksi Bank Indonesia

Pertanian 5,6 7,7 2,0 3,4 6,3 4,8 3,4 4,7 4,8 4,8 4,0 - 4,3

Pertambangan dan Penggalian 3,2 1,0 -2,0 2,0 -1,7 -0,5 2,1 2,1 0,5 2,2 1,7 - 1,9

Industri Pengolahan 5,1 4,5 3,8 4,7 4,3 4,2 4,3 1,8 3,7 1,6 1,3 - 1,6

Listrik, Gas, dan Air Bersih 10,2 11,3 11,6 10,3 12,3 11,8 10,4 9,3 10,9 11,4 11,0 - 11,4

Bangunan 7,7 8,3 9,9 8,6 8,0 8,1 7,6 5,7 7,3 6,3 5,7 - 6,1

Restoran, Hotel, dan Perdagangan 7,8 8,0 8,6 8,4 6,9 8,1 8,4 5,6 7,2 0,6 0,3 - 0,6

Pengangkutan dan Komunikasi 13,7 14,8 14,5 14,0 18,3 17,3 15,5 15,8 16,7 16,7 14,7 - 15,9

Keuangan, Persewaan, dan Jasa 7,6 7,6 8,6 8,0 8,3 8,7 8,6 7,4 8,2 6,3 4,6 - 4,6

Jasa-Jasa 7,0 5,2 7,2 6,6 5,9 6,7 7,2 6,0 6,4 6,8 5,8 - 6,1

PDB �,� �,� �,8 �,3 �,2 �,4 �,4 �,2 �,1 4,4 3,� - 4,0

200�2008

20082009

Page 23: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Perkembangan Makroekonomi Terkini

13

diindikasikan oleh meningkatnya konsumsi semen pada pertengahan triwulan II-2009. Namun

demikian, pertumbuhan konsumsi semen ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi pembiayaan, kredit perbankan yang disalurkan

kepada sektor industri sampai dengan awal triwulan II-2009 menunjukkan perlambatan dan

berada di bawah rata-rata pertumbuhan tahun 2008.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) diprakirakan akan tumbuh melambat

pada triwulan II-2009 pada kisaran 0,3% - 0,�% (yoy). Perlambatan tersebut terutama

disebabkan oleh menurunnya permintaan karena melemahnya daya beli masyarakat akibat

turunnya penghasilan dan masih meningkatnya jumlah PHK, serta menurunnya kinerja impor.

Namun demikian, adanya penyelenggaraan Pemilu Presiden diperkirakan dapat menahan

laju perlambatan yang lebih dalam terutama untuk beberapa kelompok komoditas seperti

makanan dan tembakau, serta pakaian dan perlengkapannya. Indikator dini sektor PHR

seperti Indeks Penjualan Eceran (SPE-BI) mulai menunjukkan adanya perlambatan pada

pertengahan triwulan II-2009. Jika dilihat lebih rinci, hampir seluruh kelompok komoditas

menunjukkan tren perlambatan terutama untuk barang tahan lama. Hal yang sama juga

terlihat pada indikator kinerja subsektor hotel yaitu rata-rata tingkat hunian hotel di Jakarta

dan Bali yang juga mengindikasikan perlambatan sampai dengan awal triwulan II-2009. Dari

sisi pembiayaan, kredit perbankan yang telah disalurkan pada sektor perdagangan sampai

dengan awal triwulan II-2009 juga melambat dan tumbuh di bawah rata-rata pertumbuhan

tahun 2008.

Pada triwulan II-2009, sektor pertanian diprakirakan akan tumbuh melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan sektor

pertanian dikarenakan telah berlalunya musim panen raya. Berdasarkan angka ramalan I

BPS, produksi padi dan luas panen akan menurun pada sub-round kedua (Mei –Agustus)

seiring dengan berlalunya musim panen. Sementara itu, jika dilihat dari strukturnya, pangsa

terbesar sektor pertanian berasal dari subsektor tanaman bahan makanan. Hal yang sama

juga ditunjukkan oleh kinerja subsektor perkebunan, kecuali perkebunan kelapa sawit.

Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit perbankan ke sektor pertanian sampai dengan

pertengahan triwulan II-2009 tumbuh relatif stabil namun masih berada di bawah rata-rata

pertumbuhan tahun 2008.

Sektor pertambangan dan penggalian diprakirakan akan tumbuh melambat pada

kisaran 1,�% - 1,9% (yoy) pada triwulan II-2009. Melambatnya pertumbuhan tersebut

terutama disebabkan oleh menurunnya permintaan ekspor komoditas pertambangan seperti

ditunjukkan oleh perkembangan ekspor bijih, kerak dan abu logam, nikel, serta aluminium.

Namun demikian, mulai membaiknya harga beberapa komoditas ekspor diperkirakan dapat

sedikit menahan laju perlambatan sektor pertambangan. Sementara itu, sampai dengan awal

triwulan II-2009 kredit yang disalurkan ke sektor pertambangan juga mengalami penurunan

yang cukup signifikan.

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II-2009 diprakirakan akan

tumbuh stabil di kisaran 14,�% - 1�,9% (yoy), yang diindikasikan oleh tren

peningkatan jumlah pelanggan seluler. Stabilnya pertumbuhan tersebut tercermin dari

Page 24: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

14

kinerja perusahaan sektor komunikasi seperti Telkom yang masih menunjukkan peningkatan.

Peningkatan tersebut terutama didorong oleh meningkatnya lalu-lintas percakapan dan

pemakaian pulsa menjelang Pemilu Legislatif, dimana diperkirakan akan terjadi juga pada

Pemilu Presiden mendatang. Sementara itu, kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor

pengangkutan dan komunikasi tumbuh relatif stabil sampai dengan awal triwulan II-2009,

namun tetap masih berada di bawah rata-rata pertumbuhan tahun 2008.

Sektor bangunan diprakirakan masih tumbuh stabil pada triwulan II-2009. Hal

tersebut diindikasikan oleh beberapa indikator seperti perkembangan pembangunan properti

komersial pada Survei Properti Komersial – BI yang tumbuh relatif stabil sampai dengan

triwulan II-2009. Hal yang sama juga dicerminkan oleh perkembangan konsumsi semen

yang sampai dengan pertengahan triwulan II-2009 mulai menunjukkan indikasi peningkatan,

walaupun masih berada di bawah tingkat pertumbuhan tahun 2008. Di sisi pembiayaan, kredit

yang disalurkan perbankan ke sektor bangunan sampai dengan awal triwulan II-2009 masih

berada di bawah rata-rata pertumbuhan kredit tahun 2008. Sementara itu, mulai turunnya

tingkat suku bunga perbankan terutama Kredit Pemilikan Rumah (KPR) diperkirakan dapat

berdampak positif terhadap pertumbuhan sektor properti.

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI)

Evaluasi Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II-2009 menunjukkan adanya

prospek perbaikan kinerja eksternal Indonesia, khususnya di sisi transaksi berjalan.

Ditopang dengan membaiknya prospek ekonomi global, permintaan akan komoditas ekspor

Indonesia semakin meningkat. Tertahannya penurunan harga komoditas juga positif dalam

menopang perbaikan neraca perdagangan Indonesia. Kinerja impor diprakirakan terkoreksi

lebih tajam dibandingkan dengan ekspor sehingga mampu memperbaiki kinerja transaksi

berjalan (TB) pada triwulan II-2009. Di sisi transaksi modal dan finansial (TMF), relatif

terjaganya stabilitas pasar finansial global serta minat asing untuk berinvestasi, cukup positif

dalam menopang arus masuk dana asing dalam bentuk investasi portofolio. Aktivitas investasi

asing langsung juga tampak semakin positif sejalan dengan meningkatnya harga komoditas

serta prospek ekonomi domestik yang tetap positif. Peran sektor publik dalam menarik dana

asing tetap dominan diantaranya melalui instrumen SBI, SUN, serta penerbitan SUKUK valas

pada triwulan II-2009. Sementara di sektor swasta, tekanan transaksi Utang Luar Negeri

(ULN) sedikit meningkat akibat pembayaran utang korporasi yang lebih besar. Berdasarkan

perkembangan tersebut, NPI triwulan II-2009 diprakirakan mencatat surplus.

Transaksi Berjalan

Evaluasi terhadap neraca transaksi berjalan menunjukkan adanya perbaikan kinerja

eksternal Indonesia yang terlihat dari meningkatnya surplus neraca perdagangan

sejalan dengan membaiknya ekspor. Positifnya kinerja ekspor tersebut didukung oleh

meningkatnya permintaan komoditas berbasis SDA oleh beberapa negara, terutama China

dan negara Asia non-Jepang lainnya. Hal tersebut diprakirakan mampu mengkompensasi

sebagian perlambatan permintaan global yang terutama bersumber dari AS dan Eropa.

Tren penurunan harga komoditas yang terhenti juga cukup kondusif dalam membantu

Page 25: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Perkembangan Makroekonomi Terkini

1�

memperbaiki kinerja ekspor. Secara keseluruhan, surplus neraca perdagangan mampu

menutupi defisit pada transaksi jasa, pendapatan, dan transfer berjalan.

Kinerja ekspor mendapat dukungan positif dari perkembangan harga komoditas selama

periode Januari-Juni 2009. Penurunan harga komoditas nonmigas yang berlangsung sejak

triwulan III-2008 tertahan di triwulan I-2009 dan terus menunjukkan peningkatan hingga

triwulan II-2009. Dengan perkembangan harga komoditas tersebut serta dikombinasikan

dengan potensi perbaikan permintaan oleh mitra dagang, realisasi ekspor nonmigas

di triwulan II-2009 diprakirakan akan lebih tinggi dari perkiraan semula. Di sisi impor,

perekonomian domestik yang belum sepenuhnya pulih memberi kecenderungan realisasi

impor nonmigas untuk bias ke bawah. Di sektor migas, rendahnya konsumsi minyak pada

triwulan I-2009 diprakirakan akan berlanjut pada triwulan II-2009. Hingga Maret 2009,

impor minyak berangsur-angsur menurun dikarenakan menurunnya aktivitas ekonomi

domestik. Penurunan impor juga didukung oleh penurunan konsumsi Bahan Bakar Minyak

(BBM) sejalan dengan program konversi dari minyak tanah ke gas dan diversifikasi sumber

energi PLN. Defisit neraca jasa, pendapatan, dan transfer berjalan pada NPI triwulan II-2009

secara keseluruhan diprakirakan lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya. Lebih tingginya

defisit disebabkan oleh neraca jasa, terutama transportasi, yang mencatat defisit lebih tinggi

terkait kenaikan harga minyak internasional akhir-akhir ini.

Neraca Modal dan Finansial

Perkembangan transaksi modal dan finansial pada triwulan II-2009 diwarnai dengan

peningkatan credit rating outlook oleh Moody’s yang semula stabil menjadi positif.

Moody’s menggarisbawahi beberapa faktor, diantaranya prospek pertumbuhan ekonomi yang

kuat, kerangka kebijakan yang cukup efektif meredam dampak gejolak dan mempertahankan

resiliensi perekonomian, stabilitas politik dalam negeri, credit fundamental yang semakin

membaik dibandingkan dengan peers --tercermin dari penurunan angka ULN--, neraca

perdagangan yang positif, sustainabilitas pembiayaan eksternal, serta likuiditas perbankan

yang cukup memadai dan dukungan permodalan yang baik. Transaksi portofolio asing

triwulan II-2009 diprakirakan tetap mencatat surplus yang ditopang oleh terjaganya kondisi

makroekonomi domestik. Selama triwulan II-2009, minat investor asing terhadap aset

komersial domestik (SBI, SUN, dan Saham) tetap positif. Meski demikian, transaksi portofolio

diprakirakan akan mencatat realisasi yang lebih rendah dari prakiraan semula disebabkan oleh

penyesuaian kepemilikan asing dari pasar keuangan domestik yang diantaranya didorong

oleh aksi ambil untung investor. Kondisi yang berlangsung sejak pertengahan Juni 2009

ini diprakirakan bersifat sementara mengingat adjustment perekonomian global terus

berlangsung ke arah yang lebih positif.

Cadangan Devisa

Dengan perkembangan pada transaksi berjalan serta neraca modal dan finansial tersebut di

atas, posisi cadangan devisa sampai dengan akhir triwulan II-2009 mencapai ��,�8

miliar dolar AS atau setara dengan 5,6 bulan impor dan pembayaran Utang Luar Negeri

Pemerintah.

Page 26: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

16

3.PerkembangandanKebijakan MoneterTriwulanII-2009

Perkembangan kondisi eksternal sepanjang triwulan II-2009 mulai menunjukkan

perbaikan. Proses pemulihan ekonomi global yang terus berlanjut memberikan

sentimen positif bagi pelaku pasar untuk kembali berinvestasi di emerging markets.

Perkembangan tersebut juga menumbuhkan optimisme akan lebih baiknya

perekonomian global ke depan. Nilai tukar Rupiah bergerak menguat sepanjang

triwulan II-2009. Selain karena faktor eksternal yang kondusif, penguatan rupiah juga

didukung oleh faktor domestik yang cukup solid. Kinerja NPI yang mencatat surplus,

imbal hasil rupiah yang masih menarik, serta kondisi sosial politik paska pemilu yang

tetap kondusif turut menopang penguatan rupiah. Rata-rata nilai tukar Rupiah untuk

triwulan II-2009 mencapai Rp10.527 per dolar AS, menguat 9,99% dibandingkan

triwulan I-2009. Di sisi harga, tekanan inflasi pada triwulan II-2009 terus menurun

dengan akselerasi yang semakin cepat. Inflasi IHK pada triwulan II-2009 tercatat

sebesar 3,65% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

7,92% (yoy). Penurunan inflasi terutama disebabkan oleh faktor non-fundamental,

meski tekanan dari sisi fundamental juga mulai menunjukkan penurunan. Inflasi

administered prices yang lebih rendah pada triwulan II-2009 disebabkan tidak

adanya kebijakan strategis pemerintah di bidang harga, sementara inflasi volatile

food yang menurun terutama dipengaruhi oleh musim panen raya serta pasokan

bahan pangan domestik yang terjaga. Tekanan inflasi dari sisi fundamental juga

diperkirakan turun. Meredanya tekanan eksternal sejalan dengan penguatan rupiah

di tengah permintaan domestik yang masih lemah merupakan faktor utama yang

mendorong penurunan tekanan inflasi.

Sementara itu, berbagai indikator moneter menunjukkan perlambatan pertumbuhan.

Pertumbuhan DPK yang melambat terkait dengan pertumbuhan ekonomi yang

menurun, sementara ekspansi kredit yang menurun dipengaruhi oleh persepsi risiko

terhadap kondisi ekonomi ke depan yang meningkat. Respon suku bunga perbankan

terhadap penurunan BI Rate terus membaik, tercermin pada perkembangan suku

bunga berbagai tenor yang terus turun. Di pasar saham, optimisme terhadap proses

pemulihan ekonomi global serta kondisi fundamental mikro perusahaan yang masih

kuat mendorong investor untuk menanamkan dananya ke pasar modal. Pada triwulan

II-2009, IHSG terus meningkat, meski sempat mengalami koreksi pada akhir periode

laporan. Di pasar SBN, yield SUN untuk seluruh tenor tercatat menurun sejalan

dengan penurunan BI Rate yang diiringi dengan persepsi risiko yang membaik. Hal

tersebut selanjutnya mendorong kenaikan penempatan investor asing di pasar SUN.

Sementara itu, pembiayaan sektor riil pada triwulan II-2009 terutama bersumber

dari sektor non perbankan, seperti tercermin dari right issue beberapa saham dan

penerbitan obligasi korporasi baru di tengah penyaluran kredit oleh perbankan

yang turun tajam.

Page 27: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

PerkembangandanKebijakanMoneterTriwulanII-2009

17

NILAITUKARRUPIAH

SelamatriwulanII-2009,nilaitukarrupiahcenderungbergerak

menguat meskipun sempat mengalami tekanan pada akhir

triwulan. Secara rata–rata, rupiah terapresiasi 9,99% dari Rp11.578

pada triwulan I-2009 menjadi Rp10.527 pada triwulan II-2009 (Grafik

3.1). Meskipun sempat mengalami tekanan yang meningkat pada akhir

triwulan akibat adanya sentimen negatif terkait data perekonomian

global yang lebih buruk dari perkiraan, secara keseluruhan triwulan

rupiah masih ditutup menguat 13,20% ke level Rp10.208 dari level

Rp11.555. Penguatan rupiah yang cukup tajam tersebut menyebabkan

volatilitas nilai tukar Rupiah sedikit meningkat dari 1,03% pada triwulan

I-2009 menjadi 1,2% pada triwulan II-2009 (Grafik 3.2).

PenguatanrupiahpadatriwulanII-2009taklepasdaripengaruh

dinamikadisektoreksternaldandomestikyangpositif. Dari sisi

eksternal, sentimen positif yang berkembang di bursa saham global serta

proses stabilisasi pasar keuangan yang terus berlangsung menumbuhkan

optimisme bahwa proses pemulihan ekonomi global mulai berjalan.

Hal tersebut diperkuat dengan perkembangan berbagai indikator

perekonomian global yang terus membaik, diantaranya indikator

sektor manufaktur, penjualan eceran dan indeks keyakinan konsumen

AS yang menunjukkan peningkatan. Indikator perekonomian Asia pun

turut membaik, terutama China sebagai imbas dari paket stimulus

yang dikeluarkan pemerintah. Seiring dengan hal itu, membaiknya risk

appetite investor mendorong aliran modal asing masuk ke emerging

markets yang berimbas pada kenaikan bursa saham dan mayoritas

mata uang dunia.

Di sisi domestik, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan

I-2009 yang cukup solid meningkatkan kepercayaan investor terhadap

perekonomian domestik. Posisi cadangan devisa sampai dengan akhir

triwulan II-2009 tercatat meningkat mencapai USD57,58 miliar atau

setara dengan 5,6 bulan impor dan pembayaran Utang Luar Negeri

Pemerintah. Kondisi tersebut pada gilirannya mampu meningkatkan

performa rupiah selama triwulan II-2009 serta memperkuat keyakinan

pasar mengenai ketahanan rupiah terhadap risiko gejolak di pasar

keuangan global. Selain itu, masih positifnya pertumbuhan ekonomi

domestik di tengah kontraksi ekonomi negara-negara mitra dagang serta

tekanan inflasi yang relatif rendah dibandingkan negara kawasan turut

meningkatkan ekspektasi positif terhadap perekonomian Indonesia.

Persepsirisikoterhadapemerging marketstermasukIndonesia

terus membaik. Indikator persepsi risiko menunjukkan perbaikan

sebagaimana tercermin pada spread EMBIG, CDS, dan yield spread

Global Bond dan Treasury Note yang semakin menyempit (Grafik 3.3).

������

������

������

������

������

������

������

������

�����

�����

�����

�������� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ������ ��������� ������ ��� ��������������� ��� ������������ ���

���� ���� ����

����������

����������

������

������

������

������������������������������ �����������������

Grafik3.1

Rata-RataNilaiTukarRupiah

Grafik3.2

VolatilitasNilaiTukarRupiah

�����������

�����

�����

�����

�����

�����

����

����

����

������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ���� ���� ���� ����

��

�����

����

����

����

����������������� ��������������������������������

Grafik3.3

IndikatorPersepsiRisiko

���������������������������������������

�����������������������������

�����������

���

��

��

���� ��� ��� ��� ��� ���

���� ����

�������

����

���

���

���

���

���

������������������

Page 28: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

18

Selama triwulan II-2009, CDS Spread Indonesia menyempit dari 578

bps menjadi 310 bps. Penurunan CDS Spread tersebut sejalan dengan

pergerakan CDS Spread di kawasan Asia. Selain itu, spread Global Bond

Indonesia terhadap US T-Note juga menyempit dari 737 bps menjadi 396

bps, sedangkan spread EMBIG menyempit ke level 450 bps dari level

657 bps. Namun, seiring dengan tekanan pasar keuangan global yang

meningkat pada akhir Juni, indikator premi swap Indonesia cenderung

naik (Grafik 3.4).

Sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter, imbal hasil

investasicenderungturun,namunmasihcukupmenarikdalam

skalaregional.Selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri (UIP)

menurun ke 7,00% dari 8,22% pada akhir triwulan sebelumnya.

Apabila memperhitungkan premi risiko, selisih suku bunga dalam negeri

dan luar negeri (CIP) justru meningkat dari 0,85% pada triwulan I-2009

menjadi 3,03% (Grafik 3.5). Selain itu, spread antara yield domestic

government bond Indonesia dan US Treasury yang masih tertinggi di

kawasan Asia menjadikan daya tarik investasi obligasi domestik (Grafik

3.6).

Persepsi risiko terhadap emerging markets yang menurun

sertaimbalhasilinvestasidipasardomestikyangcukuptinggi

mendorongarusmasukdanaasing. Selama triwulan II-2009 aliran

masuk dana asing ke SBI dan SUN tercatat sebesar USD406,02juta

dan USD 748,33 juta, sehingga posisi asing pada SBI dan SUN menjadi

USD2,03 miliar dan USD8,50 miliar. Di pasar saham, pelaku asing juga

mencatat net beli sebesar USD501,63 juta (Grafik 3.7).

Besarnyaarusmodalasingmampumenyeimbangkan struktur

permintaan dan penawaran valas di pasar domestik. Selama

triwulan II-2009, pasar valas mengalami ekses pasokan sebesar USD1,51

miliar yang berasal dari tingginya arus masuk dana asing (Grafik 3.8).

Besarnya arus masuk dana asing yang mencapai USD3,18 miliar mampu

memenuhi permintaan valas pelaku domestik sebesar USD1,67 miliar.

Arus masuk dana asing tersebut sebagian besar ditanamkan dalam

portofolio saham (37%), SBI (20,9%), dan obligasi pemerintah (18,9%).

Volume perdagangan di pasar valas selama triwulan II-2009 tercatat

meningkat seperti tercermin pada kenaikan rata–rata harian volume

perdagangan valas yang menjadi USD1,94 miliar dari USD1,32 miliar

pada triwulan I-2009.

INFLASI

ProsesdisinflasiselamatriwulanII-2009terusberlanjutbahkan

denganlajupenurunanyangsemakinbesar. Inflasi IHK menurun

�������� ��������

�������� ���������

���

��

��

���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ����

������������������������

Grafik3.4

PremiSwapBerbagaiTenor

Grafik3.5

CIPBeberapaNegaraKawasan

��������� ���������

�������� �����

����

����

���������

���

���

���

���

���

���

����

����

����

����

����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ����

Grafik3.6

YieldSpreadKawasanRegionalAsia

����������������������������������������������������������

��������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

����

��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ���

��������� �������� ��������

�������� ���������

��

��

��

��

����

����

����

���������

Page 29: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

PerkembangandanKebijakanMoneterTriwulanII-2009

19

tajam menjadi sebesar 3,65% (yoy) pada akhir triwulan laporan, jauh

lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai

7,92% (yoy) (Grafik 3.9). Proses disinflasi yang terus berlangsung

menyebabkan turunnya ekspektasi inflasi yang pada akhirnya

mendorong penurunan inflasi lebih lanjut.Penurunan tekanan inflasi

IHK juga disebabkan oleh faktor non-fundamental, yang tercermin dari

terjaganya pasokan bahan pangan domestik serta tidak adanya kebijakan

strategis di bidang harga dari Pemerintah. Sementara itu, menurunnya

tekanan faktor fundamental tidak terlepas dari menurunnya tekanan dari

sisi eksternal terkait dengan apresiasi nilai tukar rupiah yang cukup besar.

Kondisi eksternal yang cukup kondusif ditengah permintaan yang masih

lemah menyebabkan tekanan inflasi cenderung terus menurun.

Berdasarkan kelompoknya, deflasi yang cukup dalam terjadi pada

kelompok bahan makanan yang mencapai -1,78% (qtq) (Grafik 3.10).

Deflasi tersebut tidak terlepas dari pola musiman bahan pangan yang

dibarengi dengan kecukupan pasokan terkait musim panen raya beras.

Selain itu, produksi bahan pangan secara umum yang mencukupi dan

ditunjang distribusi yang lancar telah mendorong penurunan harga

kelompok bahan pangan tersebut.Di samping kelompok bahan makanan,

deflasi juga terlihat pada kelompok sandang terutama dari komoditas

emas perhiasan sejalan dengan menurunnya tekanan eksternal.

TrenpenurunantekananinflasiintipadatriwulanII-2009terlihat

lebihnyatadibandingkantriwulansebelumnya. Secara triwulanan,

inflasi inti triwulan II-2009 mencapai sebesar 0,28% (qtq), jauh lebih

rendah dibanding triwulan sebelumnya 1,59% (qtq). Penurunan tersebut

terutama didorong oleh menurunnya tekanan eksternal sejalan dengan

penguatan nilai tukar rupiah dan penurunan inflasi negara mitra dagang

(Grafik 3.11). Menurunnya tekanan eksternal juga dikonfirmasi oleh

sumbangan inflasi inti dari komoditas impor yaitu sebesar -0,07% setelah

triwulan sebelumnya memberikan sumbangan 0,88%. Sementara itu,

sumbangan dari komoditas non-impor (domestik) juga menurun dari

0,71% menjadi 0,34%. Di sisi ekspektasi inflasi, data Consensus Forecast

menunjukkan ekspektasi inflasi 2009 terus menurun dan mencapai 5,4%

(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar

6,2% (yoy) (Grafik 3.12). Realisasi inflasi yang terus menerus bahkan

dengan akselerasi yang semakin cepat turut menyebabkan ekspektasi

inflasi terus menurun.

Darisisikesenjanganoutput,permintaandomestikyangmasih

lemah menjadi salah satu faktor penyebab masih rendahnya

tekananinflasi. Dengan kondisi permintaan yang masih lemah tersebut,

kinerja sisi penawaran diperkirakan masih cukup memadai. Indikator

sisi penawaran yang tercermin dari indeks produksi sektor industri

Grafik3.7

AliranModalAsing

�����

���

���

�������

�������������

�����

�����

�����

�����

������

������

������

������

������������

�����

������

������

������

������

��������� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ������ ��� ��� ���

���� ����

Grafik3.8

PermintaandanPenawaranValas

�������������

�����

�����

�����

�����

������������

�����

�����

������

������

������

��������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ����

����������������������������������

�����������������������

�����������������������������������

�������������������������������

�������������

������

������

������

������

������

������

�����

Grafik3.9

PerkembanganInflasiIHK

��

��

��

��

��

� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � �

���� ���� ����

�������������������

�������������������������������

������ �

Page 30: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

20

pengolahan masih dalam tren menurun, meski dalam perkembangan

terkini mulai sedikit terkoreksi meningkat (Grafik 3.13). Kondisi sejalan

juga ditunjukkan oleh kapasitas produksi sektor industri pengolahan

yang mulai kembali ke kisaran 70%, setelah di triwulan I-2009 sempat

di bawah 70% (Grafik 3.14). Namun demikian, level saat ini masih lebih

rendah dibanding periode sebelum krisis global yang berada di kisaran

80 – 85%. Secara umum, respon sisi penawaran masih mencukupi

sehingga tidak menunjukkan tekanan harga yang berarti. Dengan kondisi

demikian, secara tahunan inflasi inti tercatat sebesar 5,56% (yoy), turun

dibandingkan dengan triwulan I-2009 sebesar 7,15% (yoy).

Secaratriwulanan,inflasivolatile foodmencatatkandeflasiseiring

terjaganyapasokanbahanpangandomestikyangterutamaakibat

datangnyamusimpanenraya. Kelompok volatile food mengalami

deflasi sebesar -2,02% (qtq) sejalan dengan deflasi beras yang mencapai

sekitar -1% (qtq). Berdasarkan pola musimannya, triwulan II-2009

diwarnai dengan datangnya panen raya beras sehingga mendorong

penurunan harga (deflasi) komoditas beras. Mengingat cukup tingginya

bobot beras terhadap kelompok volatile food, penurunan harga

beras tersebut mendorong deflasi kelompok volatile food secara

keseluruhan. Sementara itu, pasokan dan distribusi komoditas bahan

pangan lainnya juga cukup memadai sehingga beberapa komoditas

bahan pangan lainnya dari aneka sayur dan bumbu-bumbuan turut

menyumbang deflasi.

Di sisi lain, tren peningkatan harga komoditas pangan internasional

sudah mulai terlihat. Kendati dampak peningkatan harga komoditas

pangan internasional tersebut diindikasi sudah ditransmisikan pada

harga komoditas domestik terkait, namun transmisi tekanan imported

inflation pada kelompok pangan tersebut masih relatif kecil. Respon

harga domestik tidak setinggi pada tahun 2008, antara lain dikarenakan

kenaikan harga komoditas pangan internasional tersebut relatif moderat

atau masih jauh dari level puncaknya di 2008. Lebih lanjut,secara

tahunan inflasi volatile food tercatat menurun cukup tajam

menjadi4,32%(yoy)dibandingkandengantriwulanlalusebesar

10,57%(yoy). Pencapaian inflasi volatile food di bawah 5% (yoy)

tersebut jauh lebih rendah dibanding pola historisnya yang berada di

kisaran 9-10% (yoy).

Kebijakan pemerintah untuk barang-barang yang harganya

diatur relatif minimal sehingga inflasi kelompok administered

pricespadatriwulanII-2009cukuprendahhanyasebesar0,28%

(qtq). Sepanjang triwulan II-2009, inflasi dari kelompok administered

prices hanya bersumber dari komoditas rokok dan dengan besaran yang

sangat kecil. Komoditas rokok secara konsisten memberikan sumbangan

Grafik3.10

InflasidanSumbanganInflasiperKelompok(qtq)

�����

����

����

�����

����

����

�����

�����

����

����

� ����

����

����

����

� ��� ���� ���� � ��� ���� ��� ��� ��� ��� ���

�������������

����������������������

���������

�������

���������

����������

������������

���������������

�������������

Grafik3.11

NilaiTukardanInflasiNegaraMitraDagang

���

���

���

���

���

���

���

��

��

��

��

��

� � �� � � � � ������� �� � � � � � � ������� � � � � � � � �������� � � � � � �� � ������� � � � �� �

���� ���� ���� ���� ����

� ������

����������������������������������

��������������������������

����������������������������

����������������������������������������������������������������������������������������������������

Grafik3.12

EkspektasiInflasi–ConsensusForecast

�������

��� ���

���

���

���

��� ���

������

���

������

���

���

���

���������

������ ���

��� ���

���

� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � ����� ����

��������

Page 31: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

PerkembangandanKebijakanMoneterTriwulanII-2009

21

terhadap inflasi, meskipun masih minimal terkait dengan masih adanya

potensi penyesuaian harga akibat harga beberapa rokok yang masih

dibawah harga bandrolnya. Sementara itu, komoditas bahan bakar

rumah tangga (minyak tanah dan LPG) yang terkait erat dengan program

konversi energi relatif tidak memberikan tekanan pada inflasi meskipun

program tersebut terus berlangsung. Hal itu ditengarai karena cukup

lancarnya pasokan dan proses distribusi dalam program konversi tersebut

sehingga kelangkaan seperti tahun lalu dapat dihindarkan. Dengan

perkembangan demikian, secara tahunan tekanan inflasi administered

prices turun tajam menjadi -3,22% (yoy).1

KEBIJAKANMONETER

SukuBunga

Perkembanganlikuiditasdipasaruangantarbankyanglonggar

mendorongsukubungaPUABO/NbergerakdibawahBIRate.

Kondisi likuiditas di pasar uang yang longgar tampak pada posisi FASBI

yang cenderung meningkat. Selain itu, kontraksi Pemerintah sampai

dengan Juni 2009 yang lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya turut

berdampak positif bagi likuiditas perbankan. Akibatnya, selama triwulan

II-2009, rata-rata suku bunga PUAB O/N turun signifikan sebesar 106

bps, lebih besar dari penurunan BI Rate sebesar 75 bps. Perkembangan

tersebut juga diikuti oleh volatilitas suku bunga PUAB O/N yang juga

semakin menurun sejalan dengan semakin menyempitnya spread antara

suku bunga tertinggi dan terendah.

Perkembangan pada suku bunga PUAB O/N diikuti oleh suku

bungaPUABdengantenoryanglebihpanjang. Pada Juni 2009,

rata-rata penurunan suku bunga PUAB untuk tenor di atas O/N mencapai

112 bps dari rata-rata Maret 2009. Penurunan suku bunga PUAB tenor

di atas O/N yang terbesar terjadi pada tenor di atas 30 hari. Dengan perkembangan tersebut

maka struktur suku bunga PUAB berbagai tenor menjadi semakin menurun dan landai.

Kondisi demikian juga terefleksi pada rata-rata kuotasi JIBOR yang juga terus menurun. Hal

itu berimplikasi pada rata-rata spread JIBOR-OIS yang semakin menyempit. Spread antar

tenor 1, 3 dan 6 bulan JIBOR-OIS juga semakin tipis, mengindikasi persepsi terhadap likuiditas

antar waktu yang semakin membaik.

TransmisipenurunanBIRatediresponsolehpenurunansukubungadepositodan

kredit.Pada triwulan II-2009 (April – Mei 2009), rata-rata tertimbang suku bunga deposito

1 bulan untuk seluruh kelompok bank turun sebesar 65 bps, lebih besar dari penurunan BI

Rate (50 bps). Penurunan tersebut khususnya ditopang oleh pelaku bank asing dan bank

swasta nasional. Sementara itu, rata-rata suku bunga deposito berbagai tenor lainnya juga

1 Kisaran tersebut merupakan rata-rata inflasi tahunan (yoy) dari tahun 2003-2007, namun dengan mengeluarkan tahun 2003 ketika terjadi favorable supply shocks dan Okt 2005-Sept 2006 ketika dampak kenaikan harga BBM memberikan dampak lanjutan pada kenaikan barang lainnya termasuk pangan.

Grafik3.13

IndeksProduksiSektorIndustriPengolahan(SP)

������

������������������������������������������

���

���

���

��� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � �

���� ���� ���� ���� ����

Grafik3.14

KapasitasProduksiTerpakaiIndustriPengolahan(SP)

���������������������������������������������

���

��

��

��

��� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � �

���� ���� ���� ���� ����

Page 32: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

22

mengalami penurunan namun dengan besaran yang lebih terbatas dibandingkan dengan

suku bunga deposito 1 bulan. Rata-rata penurunan suku bunga deposito berbagai tenor

lainnya pada April dan Mei 2009 masing-masing tercatat sebesar 21 bps dan 8 bps.

SepanjangtriwulanII-2009(April-Mei2009),sukubungadasarkredit(base lending

rate)mengalamipenurunansebesar29bps. Berdasarkan penggunaannya, suku bunga

kredit modal kerja (KMK) dan suku bunga kredit investasi masing-masing turun sebesar 31

bps dan 11 bps 2. Sementara itu, suku bunga kredit konsumsi justru masih naik sebesar 11

bps 3. Kondisi ini mencerminkan masih tingginya minat masyarakat pada kredit konsumsi

sehingga kurang elastis terhadap perubahan suku bunga. Berdasarkan kelompok bank,

penurunan suku bunga kredit terbesar selama periode laporan terjadi pada bank asing dan

campuran.

Lambatnya penurunan suku bunga kredit antara lain terkait upaya perbankan

dalammengantisipasirisikopeningkatanNPL. Beberapa bank melakukan penambahan

pencadangan dalam bentuk PPAP yang pada gilirannya menyebabkan biaya overhead bank

meningkat. Hal tersebut dilakukan untuk menutup kemungkinan pemburukan NPL sebagai

akibat dari efek perlambatan ekonomi pada sektor riil. Selain itu, kenaikan biaya overhead

bank juga disebabkan oleh masih tingginya cost of fund karena berlanjutnya kompetisi

(persaingan) suku bunga yang ditawarkan untuk menarik deposan besar (prime customer).

Berbagai hal tersebut menyebabkan sulit turunnya suku bunga kredit walaupun premi risiko

sudah menunjukkan perbaikan.

Dana,Kredit,danUangBeredar

Lemahnyakondisiekonomidanpenyalurankreditcukupberpengaruhterhadap

tingkat pertumbuhan dana. Sampai dengan Mei 2009, posisi Dana Pihak Ketiga

2 Data dari April sampai dengan Mei 2009.3 Data dari April sampai dengan Mei 2009

Apr Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei JuniSukuBunga(%)

2008 2009

Tabel3.1

PerkembanganBerbagaiSukuBunga

BI Rate 8,00 8,50 8,75 9,00 9,25 9,50 9,50 9,25 8,75 8,25 7,75 7,50 7,25 7,00

Penjaminan Deposito 8,00 8,25 8,25 8,75 8,75 10,00 10,00 10,00 9,50 9,00 8,25 7,75 7,75 7,50

Dep 1 bulan (Weighted Average) 6,86 7,19 7,51 8,04 9,26 10,14 10,40 10,75 10,52 9,88 9,42 9,04 8,77 n.a

Dep 1 bulan (Counter Rate) 6,85 7,01 7,18 7,42 7,77 8,32 8,67 8,69 8,66 8,38 8,03 7,72 7,64 7,44

Base Lending Rate 12,75 12,8 12,95 13,21 13,29 13,65 14,07 14,16 14,18 13,98 13,94 13,78 13,64 n.a

Modal Kredit Kerja (KMK) 12,93 12,99 13,14 13,42 13,93 14,67 15,13 15,22 15,23 15,08 14,99 14,82 14,68 n.a

Kredit Investasi (KI) 12,47 12,51 12,61 12,86 13,32 13,88 14,28 14,40 14,37 14,23 14,05 14,05 13,94 n.a

Kredit Konsumen (KK) 15,74 15,71 15,73 15,78 15,87 16,05 16,24 16,40 16,46 16,53 16,46 16,48 16,57 n.a

Page 33: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

PerkembangandanKebijakanMoneterTriwulanII-2009

23

(DPK) masih berada dalam kecenderungan yang meningkat. Namun,

peningkatan tersebut tidak terlalu besar sehingga pertumbuhannya

mengalami koreksi. Kondisi itu diindikasi terkait dengan kondisi makro

yang berimbas pada lemahnya pendapatan masyarakat dan penyaluran

kredit. Posisi DPK pada Mei 2009 tercatat mencapai Rp1,783 triliun atau

tumbuh 18,5% (yoy) (Grafik 3.15). Dari segi komposisinya, baik DPK

Rupiah maupun valas mengalami penurunan pertumbuhan. Hal yang

sama juga terjadi pada DPK berdasar jenis. Bahkan untuk giro rupiah

mencatatkan pertumbuhan yang sangat rendah.

Pertumbuhan kredit masih sangat minimal. Kondisi tersebut

ditengarai masih terkait dengan lemahnya perekonomian dan perilaku

bank yang lebih berhati-hati dalam penyaluran kredit. Lemahnya

permintaan kredit dikonfirmasi oleh terus naiknya undisbursed loan

baik secara level maupun rasio terhadap penyaluran kredit. Dengan

perkembangan tersebut, posisi total kredit pada Mei diperkirakan tidak

banyak mengalami perubahan berarti, bahkan dapat lebih rendah

dari akhir triwulan I-2009. Pada Mei 2009, posisi kredit tercatat

mencapai Rp1,339 triliun atau hanya tumbuh sebesar 17,7% (yoy,

termasuk channeling). Dengan perkembangan ini, penyaluran kredit

perbankan selama tahun 2009 sampai dengan bulan Mei 2009 masih

mencatat kontraksi sebesar 1,1% (ytd). Dari sisi valuta, kontraksi yang

terjadi pada kredit valas selain terkait dengan penguatan nilai tukar,

juga mencerminkan preferensi perbankan untuk mengurangi tingkat

eksposurnya dalam pemberian kredit berdenominasi valas. Sementara

itu berdasarkan penggunaannya, kredit modal kerja masih menjadi

penyumbang terbesar pada penurunan posisi kredit total. Adapun dari

sisi sektoral, beberapa sektor tertentu seperti seperti perdagangan,

listrik, air, dan gas, serta pengangkutan tampaknya masih cenderung

menikmati kenaikan penyaluran kredit.

Sejalan dengan perkembangan ekonomi yang cenderung melambat, kondisi

likuiditas perekonomian mulai meningkat terbatas. Perkembangan M1 dan M2

Rupiah yang meningkat terbatas mengindikasikan potensi masih berlanjutnya perlambatan

ekonomi ke triwulan II-2009. Sampai dengan Mei 2009, posisi M1, M2, dan M2 rupiah

terus meningkat masing-masing mencapai Rp467,7triliun, Rp1.917,1triliun, dan Rp1.633,8

triliun. Namun demikian, pertambahan yang terjadi masih relatif lambat, sehingga pada April

dan Mei pertumbuha M1 dan M2 menjadi masing-masing 6,7% dan 17,2% dari triwulan

sebelumnya sebesar 9,3% dan 20,4% (Grafik 3.16).

PasarKeuangan

KinerjaIHSGterusmenunjukanperbaikanwalaupunsedikittertahanpadaakhir

triwulanII-2009. Peningkatan kinerja pasar modal tersebut didorong oleh membaiknya

kondisi eksternal, antara lain ekspektasi positif akan perbaikan ekonomi dan pasar keuangan

Grafik3.15

PerkembanganDanavsKredit

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

�������� ������������������������������

��������� ������������ ������������������ ����������������

��� ������ ��������� ��� ��������������� ��� ������ ��������� ��� ���������������

���� ���� ���� ���� ����

Grafik3.16

PertumbuhanNominalM1danM2

��

��

��

��

��

��

��

� � � � ��� � � � � ��� � � � � � �� � � � � ��� � � � � � �� � � � � ��� � � � � � �� � � � � ��� � � � � � ��� �

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�� �� �����

�������

Page 34: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

24

global. Optimisme tersebut kemudian mendorong investor global untuk

kembali mencari high yielding asset dengan menempatkan dananya

di pasar keuangan negara berkembang. Pasar modal kawasan Asia,

termasuk Indonesia, menguat tajam. IHSG ditutup pada level 2026,8

atau meningkat sebesar 41,3% dibandingkan posisi penutupan triwulan

I-2009. Searah dengan hal itu, kapitalisasi pasar meningkat sebesar

Rp462 triliun menjadi sebesar Rp1553,7 triliun. Namun pada akhir

triwulan, meningkatnya kekhawatiran imbas pelemahan ekonomi di

negara-negara maju terhadap kinerja perusahaan mendorong terjadinya

pembalikan dana asing sehingga menyebabkan IHSG sedikit terkoreksi

pada akhir triwulan II-2009.

Selain membaiknya kondisi eksternal, penguatan IHSG juga

ditopang oleh kondisi domestik yang kondusif diantaranya

kebijakanmoneteryangcenderunglonggardancukupkuatnya

fundamental mikro perusahaan. Penurunan BI Rate sepanjang

triwulan II-2009 semakin mendorong peningkatan aktifitas perdagangan

di pasar modal. Sementara itu, dari sisi mikro perusahaan, kemampuan

emiten yang tergabung dalam LQ-45 untuk membukukan pendapatan

dan laba bersih pada triwulan I–2009 memperkuat keyakinan investor

akan ketahanan fundamental mikro perusahaan.

Kembalinyaaliranmodalasingkeemergingmarketsmeningkatkan

likuiditaspasarsaham. Masuknya investor asing menumbuhkan kembali

kepercayaan investor domestik yang pada akhirnya meningkatkan nilai

perdagangan pasar secara keseluruhan. Nilai perdagangan saham di

Bursa Efek Indonesia secara rata-rata harian pada triwulan II-2009

meningkat menjadi sebesar Rp5,3 triliun per hari dibandingkan posisi

triwulan I-2009 sebesar Rp1,6 triliun per hari (Grafik 3.17). Kondisi ini

bahkan lebih baik dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2008,

dimana rata-rata harian perdagangan saham mencapai Rp4,41 triliun per hari. Sejalan dengan

kembalinya aliran modal asing sampai dengan pertengahan Juni 2009, net beli asing pada

triwulan II-2009 tercatat sebesar Rp5,2 triliun, dibandingkan net beli asing pada triwulan

I-2009 yang hanya Rp0,09 triliun (Grafik 3.18).

Sejalandengankinerjapasarmodal,perbaikankinerjajugaterjadidipasarSurat

BerhargaNegara(SBN). Berlanjutnya penurunan BI Rate dan masuknya aliran modal asing

menjadi faktor pendorong meningkatnya kinerja SBN. Hal itu terindikasi dari penurunan yield

SUN pada hampir seluruh tenor yang secara rata-rata turun sebesar 215bps hingga mencapai

9,8% pada triwulan II-2009, dibandingkan dengan akhir triwulan I-2009 yang mencapai

12,0%. Namun, penurunan yield SUN lebih lanjut tertahan akibat aksi profit taking pelaku

pasar dan melemahnya kembali pasar keuangan global pada akhir triwulan laporan.

Perbaikan kondisi eksternal serta kuatnya fundamental ekonomi domestik

menopangpenurunanyieldSBN. Dari sisi eksternal beberapa faktor yang mendorong

Grafik3.17

IHSGdanNilaiPerdagangan

��

�����

�����

�����

�����

�����

���

��������������������������������

����������

� � � � � � � � � ���� �� � � � � � � � � � ���� �� � � � � � �

������������

Grafik3.18

IHSGdanNetBeliAsing

���

���

���

�����

�����

�����

�����

�����

���

�����������������������

����������

����������

� � � � � � � � � ���� �� � � � � � � � � � ���� �� � � � � � �

������������

Page 35: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

PerkembangandanKebijakanMoneterTriwulanII-2009

25

kinerja SUN antara lain (i) optimisme pasar atas recovery perekonomian

global, (ii) masih tingginya yield SBN yang ditawarkan walaupun spread

antara UST-Bond dan suku bunga domestik semakin menipis (iii) CDS

terus menunjukan penurunan, dan (iv) apresiasi nilai tukar. Sementara

dari sisi domestik, faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain: (i)

prospek pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, (ii) inflasi yang rendah

menyebabkan yield SBN secara riil4 menarik, (iii) ekspektasi masih

berlanjutnya tren penurunan BI Rate serta (iv) sustainabilitas fiskal yang

masih relatif terjaga ditengah kembali naiknya harga minyak dunia.

Kembali meningkatnya peran asing turut berperan dalam

perbaikankondisiSBN. Selama triwulan II-2009, tambahan net beli

oleh investor asing tercatat sebesar Rp6,4 triliun, sedangkan pada

triwulan I-2009 investor asing masih membukukan net jual sebesar

Rp7,8 triliun. Sebagai counterparty penjualan SBN tersebut adalah bank

rekap, dana pensiun, sekuritas dan perorangan. Dengan perkembangan

tersebut, pada akhir triwulan II-2009 posisi SBN menjadi sebesar Rp555,9

triliun.

Searah dengan arus modal non residen di pasar SBN yang

meningkat,likuiditaspasarSBNterusmembaik. Rata-rata harian

volume perdagangan SBN pada triwulan II-2009 tercatat sebesar Rp3,7

triliun atau naik dari rata-rata perdagangan triwulan sebelumnya

sebesar Rp2,9 triliun (Grafik 3.19). Hal yang sama ditunjukan pula oleh

frekuensi rata-rata harian perdagangan SBN. Pada triwulan II-2009,

rata-rata harian frekuensi perdagangan SBN berkisar 280 kali atau naik

dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 192 kali per

hari (Grafik 3.20). Berbagai kondisi tersebut merupakan indikasi bahwa

kepercayaan pelaku pasar yang mulai pulih. Dalam perkembangannya,

tren kenaikan volume dan frekuensi perdagangan SBN, khususnya SUN,

terus terjadi hingga Juni 2009.

Bergairahnya kembali pasar SUN berdampak positif terhadap lelang SBN yang

dilakukanolehPemerintah. Pada dua kali lelang SBN yang dilakukan pada bulan Juni 2009,

terjadi oversubscribed. Dari penawaran yang masuk pada 9 Juni sebesar Rp.12,4 triliun,

Pemerintah hanya memenangkan sebesar Rp 2.99 triliun. Sementara itu, dari penawaran

yang masuk pada 23 Juni sebesar Rp.6.32 triliun, Pemerintah hanya memenangkan sebesar

Rp 2.2 triliun. Namun demikian aksi beli SBN oleh non residen yang terjadi secara merata

untuk seluruh tenornya, masih didominasi oleh lembaga keuangan asing.

Darisisikepemilikan,samahalnyadenganperkembangantriwulansebelumnya,

lembagakeuanganasingmasihmenempatiporsiterbesarpadainvestornonresiden

danmemilikipersepsiyangkuatsebagaimarket maker. Sementara itu, SBN yang dimiliki

real money investor seperti asuransi dan dana pensiun yang memiliki karakteristik portofolio

4 Yield secara riil merupakan spread antara yield secara nominal dengan koreksi faktor inflasi

Grafik3.19

VolumePerdagangan&YieldSBN(seluruhtenor)

��

� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � ������� � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � �

���� ���� ���� ���� ����

��

��

����������������������������������������

�������������������

����������� �

Grafik3.20

Rata-rataHarianFrekuensiPerdaganganSBN

��

���

���

���

���

���

���

���

���

���

� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� ���� � � � � � ����� ���� ����

�������������

�������

Page 36: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

26

hold to maturity masih tergolong stabil. Dengan perkembangan

tersebut, risiko pembalikan arus modal asing masih perlu dicermati

sejalan dengan masih belum sustainable-nya penurunan risiko global.

Pada akhir periode laporan, terjadi koreksi kinerja SBN yang diikuti oleh

menurunnya aktivitas beli asing di pasar.

Di pasar reksadana, penurunan suku bunga simpanan dan

membaiknya kinerja underlying asset sepanjang triwulan II-

2009, mendorong peningkatan NAB reksadana. Hampir seluruh

jenis reksadana baik reksadana saham, pendapatan tetap maupun

campuran memberikan kontribusi yang besar. Reksadana pasar saham

telah memberikan kontribusi NAB mencapai Rp.29.5 triliun, diikuti oleh

NAB reksadana pendapatan tetap sebesar Rp.13.2 triliun dan reksadana

campuran sebesar Rp.12,4 triliun. Peningkatan NAB reksadana per Mei

2009 meningkat menjadi Rp.92,1 triliun dibandingkan dengan NAB

triwulan I-2009 sebesar Rp77,3 triliun (Grafik 3.21). Kedepan, dengan adanya pengenaan

PPH final sebesar 0% untuk bunga dan diskonto atas obligasi yang diperoleh pada 2009-

2010 diharapkan dapat terus meningkatkan kinerja reksadana. Hal ini juga sejalan dengan

tren penurunan suku bunga deposito yang diperkirakan masih terus berlanjut.

Grafik3.21

PerkembanganNABReksadana

���� ����

�����

�����

������

�����

�����

�����

����� ����� ���������

�����

�����

��

��

��

��

���

���

���

��� ��� ��� ��� ������� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�������������������

����������

���������������������������������������

Page 37: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Perekonomian Indonesia ke Depan

27

4. Perekonomian Indonesia ke Depan

Perkembangan terkini menunjukkan bahwa kinerja perekonomian Indonesia secara

umum lebih baik dari prakiraan semula. Meskipun demikian, perkembangan tersebut

tetap perlu disikapi secara lebih berhati-hati karena masih tingginya ketidakpastian

di perekonomian global. Krisis ekonomi global telah memberikan dampak yang

signifikan terhadap perekonomian Indonesia, terutama melalui anjloknya ekspor.

Namun, berbeda dengan negara lain di kawasan, pertumbuhan ekonomi Indonesia

diperkirakan akan tetap positif. Dampak penurunan ekspor terhadap pertumbuhan

ekonomi di Indonesia diperkirakan tidak separah berbagai negara eksportir lainnya

di kawasan. Keuntungan komparatif Indonesia diantaranya adalah relatif kuatnya

peranan permintaan domestik dalam struktur perekonomian. Namun, sejumlah

tantangan juga harus dihadapi dari perekonomian domestik terutama di sisi

pembiayaan perekonomian. Berdasarkan perkembangan tersebut, pertumbuhan

ekonomi Indonesia diperkirakan akan mengalami perlambatan dari 6,1% di tahun

2008 menjadi 3,5%-4,0% pada tahun 2009. Apabila efektifitas stimulus moneter dan

fiskal dapat ditingkatkan pada triwulan-triwulan ke depan, pertumbuhan ekonomi

diperkirakan dapat mencapai batas atas 4% pada 2009.

Dari sisi harga, berbagai faktor positif seperti produksi yang memadai, distribusi

bahan makanan yang lancar, ekspektasi inflasi yang terus membaik, kapasitas

produksi terpakai yang masih rendah, serta kebijakan pemerintah di bidang harga

yang minimal diperkirakan merupakan faktor utama di balik penurunan inflasi.

Dengan berbagai faktor tersebut, inflasi IHK diprakirakan berada di sekitar 5%

pada tahun 2009 dengan kecenderungan ke bawah yang cukup besar, dan berada

dalam koridor target inflasi IHK 2009 sebesar 4,5±1%. Bank Indonesia akan terus

menjalankan kebijakan moneter yang tetap diarahkan untuk mengakomodir

pertumbuhan ekonomi namun dengan tetap berhati-hati pada pencapaian inflasi.

ASUMSI DAN SKENARIO YANG DIGUNAKAN

Kondisi Perekonomian Internasional

Pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2009 diprakirakan akan mencatat penurunan

terdalam sejak perang dunia kedua. IMF, dalam publikasinya di World Economic Outlook

(WEO) bulan April 2009, memprakirakan bahwa perekonomian dunia melambat cukup

tajam pada 2009 menjadi -1,3% (yoy) yang didorong terutama oleh kontraksi kelompok

ekonomi negara maju sebesar -3,8% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi negara

berkembang diprakirakan melambat menjadi 1,6% (yoy) seiring tertekannya permintaan

domestik dan anjloknya kinerja sisi eksternal (Tabel 4.1).

Perekonomian global yang terkontraksi selanjutnya mendorong penurunan aktivitas

perdagangan dunia. Lembaga internasional seperti IMF, World Bank dan World Trade

Organization (WTO) memproyeksikan bahwa volume perdagangan dunia akan turun pada

PDB Dunia 3,2 -1,3

Negara Maju 0,9 -3,8

Amerika Serikat 1,1 -2,8

Kawasan Euro 0,9 -4,2

Jepang -0,6 -6,2

Negara Maju lainnya 1,6 -4,1

Negara Berkembang 6,1 1,6

Afrka 5,2 2,0

Eropa Timur dan Tengah 2,9 -3,7

Negara Persemakmuran 5,5 -5,1

Negara Berkembang 7,7 4,8

China 9,0 6,5

India 7,3 4,5

Negara Timur Tengah 5,9 2,5

Amerika Latin 4,2 -1,5

Tabel 4.1

Proyeksi PDB Dunia

Sumber: IMF, World Economic Outlook Projections, April 2009

Proyeksi

2008 2009

Page 38: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

28

2009. IMF memprakirakan volume perdagangan dunia akan turun sebesar -11,0%, dan World

Bank memprakirakan sebesar -9,7. Sementara itu, WTO memprakirakan volume perdagangan

dunia tahun 2009 turun -9,0%, yang berasal dari penurunan ekspor di negara maju sebesar

-10% dan penurunan ekspor negara berkembang sebesar -2 s/d -3%. Volume perdagangan

dunia yang menurun pada gilirannya akan mendorong penurunan harga komoditas. Rata-

rata harga komoditas nonmigas diprakirakan turun sebesar -13,2% pada 2009 dan rata-rata

harga minyak dunia pada tahun 2009 diprakirakan sebesar 60 dolar AS per barrel.

Skenario Kebijakan Fiskal

Tahun 2009 diwarnai oleh arah kebijakan fiskal yang cukup ekspansif. Konsumsi dan investasi

pemerintah diperkirakan meningkat dibandingkan dengan tahun 2008 seiring berbagai

kebijakan Pemerintah seperti kenaikan gaji, adanya anggaran untuk Pemilu, kenaikan

anggaran Pendidikan dan tambahan stimulus dalam rangka menghadapi krisis global. Terkait

investasi Pemerintah, paket stimulus infrastruktur diprakirakan mulai mengalami realisasi

signifikan pada semester II-2009. Ekspansi fiskal masih diikuti oleh prospek kesinambungan

fiskal yang masih terjaga. Kondisi tersebut didukung oleh masih turunnya prospek rasio utang

Pemerintah dari sekitar 33% dari PDB pada tahun 2008 menjadi sekitar 31% dari PDB pada

tahun 2009 serta kondisi makroekonomi yang masih kondusif.

PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

Prospek pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 sangat dipengaruhi oleh

pengeluaran Pemilu yang cukup besar dan level kontraksi volume perdagangan

dunia. Pengeluaran Pemilu baik untuk pemilihan anggota legislatif maupun presiden dan

wakil presiden diprakirakan sanggup menjaga pertumbuhan konsumsi rumah tangga untuk

tetap tinggi. Sementara itu, pelemahan volume perdagangan dunia menyebabkan kontraksi

yang cukup tajam pada ekspor. Dari kombinasi kedua hal ini, pengaruh pengeluaran

Pemilu diperkirakan mampu menahan penurunan tajam ekspor sehingga pertumbuhan

ekonomi pada tahun 2009 berpotensi menuju batas atas kisaran 3,5-4,0%. Apabila

efektifitas stimulus moneter dan fiskal dapat ditingkatkan pada triwulan-triwulan ke depan,

pertumbuhan ekonomi diperkirakan dapat mencapai batas atas 4% pada tahun 2009.

Dari sisi sektoral, Pemilu 2009 juga menciptakan stimulus bagi beberapa sektor seperti sektor

industri pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan

dan jasa, serta sektor jasa-Jasa lain.

Prospek Permintaan Agregat

Konsumsi rumah tangga pada tahun 2009 diprakirakan tumbuh sebesar 4,1-4,5%,

melambat dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2008 sebesar 5,3%. Dampak

terpukulnya ekspor akibat pelemahan ekonomi global yang masih terus berlangsung pada

gilirannya akan memperlambat pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Tajamnya penurunan

ekspor tidak hanya menurunkan pendapatan eksportir, tetapi juga seluruh mata rantai

Page 39: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Perekonomian Indonesia ke Depan

29

ekonomi yang meliputi produsen, pedagang dan tenaga kerja yang mencari nafkah di

sektor yang terkait dengan ekspor dan selanjutnya juga berdampak pada berbagai pelaku

ekonomi di sektor lain.

Secara keseluruhan, perkembangan berbagai indikator mengindikasikan masih

berlangsungnya tren perlambatan konsumsi rumah tangga. Pada April 2009, impor

barang konsumsi turun sebesar -24,6% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan

I-2009. Sektor otomotif, yang menggambarkan daya beli masyarakat terhadap barang tahan

lama, menunjukkan bahwa penjualan motor dan mobil mengalami penurunan yang cukup

signifikan. Pada periode April-Mei 2009, penjualan mobil turun sebesar -31,2% (y-o-y), dan

penjualan motor turun sebesar -22,2% (y-o-y). Konsumsi rumah tangga diprakirakan baru

dapat tumbuh meningkat pada semester II-2009 seiring dengan peningkatan pendapatan

masyarakat karena perbaikan yang terjadi di sisi ekspor. Namun demikian, secara keseluruhan

pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan masih cukup tinggi (di atas 4%) terutama

disebabkan oleh pengeluaran Pemilu yang cukup besar. Pengeluaran Pemilu baik untuk

kampanye calon legislatif serta kampanye pemilihan Presiden diperkirakan melibatkan

jumlah dana yang cukup besar, sehingga dapat menahan perlambatan yang tajam pada

konsumsi rumah tangga.

Konsumsi pemerintah pada 2009 secara riil diprakirakan tumbuh sebesar 9,8-10,8%.

Faktor pendorong utama konsumsi Pemerintah pada keseluruhan tahun 2009 adalah adanya

pengeluaran untuk proses penyelenggaraan Pemilu legislatif dan presiden, kenaikan gaji

PNS dan dibagikannya gaji ke-13. Khusus pada triwulan III-2009, konsumsi pemerintah

diprakirakan melambat setelah tumbuh tinggi pada triwulan-triwulan sebelumnya.

Perlambatan konsumsi pemerintah terjadi seiring dengan berlalunya Pemilu calon legislatif

pada triwulan I dan persiapan pemilihan Presiden pada triwulan II-2009. Di sisi lain, investasi

pemerintah diprakirakan mulai mencatat pertumbuhan yang tinggi pada triwulan III-2009

karena paket stimulus infrastruktur yang diprakirakan mulai signifikan realisasinya.

Pertumbuhan investasi pada tahun 2009 diprakirakan tumbuh sebesar 3,9-4,3%,

menurun dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2008 sebesar 11,7%. Penurunan

tersebut terjadi seiring dengan merosotnya prospek pertumbuhan ekonomi. Prospek

% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

I II III IV I II III IV I II*Komponen

Tabel 4.2

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

2007

* Angka Proyeksi Bank Indonesia

Total Konsumsi 4,6 4,6 5,3 5,0 4,9 5,5 5,5 6,3 6,4 5,9 7,2 4,9 - 5,6 4,8 - 5,3

Konsumsi Swasta 4,7 4,7 5,1 5,5 5,0 5,7 5,5 5,3 4,8 5,3 5,8 3,8 - 4,5 4,1 - 4,5

Konsumsi Pemerintah 3,7 3,8 6,5 2,0 3,9 3,6 5,3 14,1 16,4 10,4 19,2 12,9 - 13,5 9,8 - 10,8

Total Investasi 7,6 7,6 9,7 12,4 9,4 13,7 12,0 12,2 9,1 11,7 3,5 1,9 - 2,4 3,9 - 4,3

Permintaan Domestik 5,3 5,3 6,4 6,8 6,0 7,5 7,1 7,9 7,1 7,4 6,2 4,1 - 4,7 4,6 - 5,0

Ekspor Barang dan Jasa 8,6 10,4 7,4 7,9 8,5 13,6 12,4 10,6 1,8 9,5 (-19,1) (-17,4) - (-16,5) (-13,7) - (-12,9)

Impor Barang dan Jasa 8,5 6,5 7,0 13,9 9,0 18,0 16,1 11,0 -3,5 10,0 (-24,1) (-21,3) - (-19,9) (-16,3) - (-15,7)

PDB 6,0 6,6 6,6 5,8 6,3 6,2 6,4 6,4 5,2 6,1 4,4 3,7 - 4,0 3,5 - 4,0

20072008

2008 2009*2009

Page 40: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

30

perekonomian yang melambat menyebabkan investor melakukan penundaan investasi,

baik dalam bentuk investasi bangunan maupun nonbangunan seperti mesin-mesin dan alat

angkutan. Hal tersebut seperti yang terkonfirmasi oleh berbagai indikator, yang menunjukkan

bahwa tanda-tanda dorongan untuk investasi belum terlihat kuat. Perkembangan konsumsi

semen, yang merupakan indikasi bagi investasi bangunan, masih menunjukkan perlambatan.

Demikian juga, impor barang modal yang merupakan indikasi bagi investasi nonbangunan,

juga masih menunjukkan kontraksi yang dalam.

Dari sisi eksternal, kondisi perkembangan ekonomi dunia yang belum membaik

menyebabkan ekspor barang dan jasa diprakirakan mengalami penurunan pada 2009

sebesar -13,7 s/d -12,9%. Perkembangan terkini menunjukkan kontraksi perekonomian

dunia masih terus berlangsung, baik di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan

Jepang, maupun di negara-negara berkembang yang menjadi tujuan ekspor Indonesia, seperti

China dan India. Berdasarkan prakiraan Consensus Forecast pada Juni 2009, perekonomian

negara-negara tujuan utama ekspor Indonesia masih akan mengalami kontraksi pada tahun

2009, kecuali China dan India. Namun demikian, perekonomian China dan India diprakirakan

tetap melambat dibanding dengan tahun 2008.

Dari sisi harga, perkembangan harga komoditas ekspor Indonesia – baik nonmigas maupun

migas – menunjukkan perbaikan. Memasuki triwulan III-2009, harga komoditas diprakirakan

terus bergerak naik. Sementara itu, harga minyak mentah Indonesia rata-rata pada tahun

2009 diprakirakan sekitar 60 dolar AS per barel. Perbaikan yang terjadi pada harga komoditas

tersebut dapat menjadi salah satu insentif bagi eksportir untuk melakukan ekspor di tengah

perlambatan ekonomi dunia.

Anjloknya kinerja ekspor serta melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga

menjadi pendorong turunnya impor barang dan jasa yang diprakirakan sebesar -16,3

s/d -15,7% pada 2009. Ekspor yang mengalami penurunan signifikan pada tahun 2009,

akan mendorong pelaku produksi melakukan pengurangan bahan baku produksi untuk

barang-barang ekspor. Dari sisi domestik, perlambatan yang terjadi pada konsumsi rumah

tangga dan investasi turut menyebabkan berkurangnya kebutuhan barang-barang impor

untuk memenuhi kebutuhan domestik. Kombinasi hal tersebut diprakirakan menyebabkan

penurunan impor yang tajam pada tahun 2009.

Prospek Penawaran Agregat

Krisis ekonomi global yang masih dirasakan di tahun 2009, menyebabkan

perlambatan pertumbuhan di semua sektor ekonomi. Namun demikian, aktivitas

Pemilu 2009 diperkirakan mampu menahan ekonomi nasional dari keterpurukan yang lebih

jauh. Sektor-sektor yang mendapat manfaat dari kegiatan Pemilu 2009 di antaranya sektor

manufaktur, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa,

serta sektor jasa-jasa lain. Dari sisi kontribusinya, sektor pengangkutan dan komunikasi

memberi kontribusi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi tahun 2009.

Sektor pertanian tahun 2009 diprakirakan tumbuh sebesar 3,8-4,1%, lebih rendah

dari realisasi tahun 2008 yang mencapai 4,8%. Kondisi permintaan eksternal yang

Page 41: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Perekonomian Indonesia ke Depan

31

masih melemah, dibarengi dengan turunnya harga-harga komoditas di pasar internasional

menyebabkan pertumbuhan sektor pertanian lebih rendah dibandingkan dengan tahun

2008. Meskipun demikian, perkembangan harga-harga internasional akhir-akhir ini

mulai menunjukkan peningkatan, walaupun masih jauh di bawah rata-rata tahun 2008.

Perkembangan berbagai indikator ekonomi beberapa negara besar seperti AS, Jepang dan

China sebagian terus membaik. Keyakinan global semakin menguat sebagaimana tercermin

pada meningkatnya indeks keyakinan baik di AS, Jepang dan Jerman. Kondisi ini memicu

optimisme perbaikan ekonomi global mulai mununjukkan titik terang. Sikap optimisme

ini antara lain ditunjukkan oleh meningkatnya kontrak berjangka karet alam ke level yang

cukup tinggi, terdorong spekulasi pemulihan permintaan bahan baku kendaraan. Munculnya

titik terang akan perbaikan kondisi ekonomi global itu telah mendorong Toyota Motor

corp, produsen otomotif terbesar di dunia, menaikkan kapasitas tenaga kerjanya guna

mendongkrak produksi mobil hybrid. Dengan demikian permintaan akan bahan baku ban

juga akan menemui titik terang.

Sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari

pertumbuhan tahun sebelumnya, mencapai 1,5-1,9% pada 2009. Salah satu komoditas

tambang yang berprospek di masa mendatang adalah batu bara. Permintaan batu bara

terutama untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik. Apabila program 10.000 MW

pembangkit listrik berjalan baik, maka kebutuhan akan batubara di dalam negeri akan

meningkat.

Sektor industri pengolahan secara umum terus mengalami perlambatan sejak tahun

2005, dan diprakirakan tumbuh dalam kisaran 1,0-1,4% pada tahun 2009. Krisis

ekonomi global yang masih berlangsung hingga kini berdampak cukup signifikan pada sektor

manufaktur. Lemahnya sektor eksternal membuat kinerja ekspor terpuruk. Kondisi tersebut

pada akhirnya merembet ke sektor industri, terutama yang berorientasi pasar eksternal.

Namun perlambatan tersebut dapat tertahan dengan adanya kegiatan Pemilu 2009. Aktivitas

di sektor manufaktur terutama didukung oleh subsektor makanan, minuman, dan tembakau

Pertanian (2,1) 5,6 7,7 2,0 3,4 6,3 4,8 3,4 4,7 4,8 4,8 4,0 - 4,3 3,8 - 4,1

Pertambangan & Penggalian 6,2 3,2 1,0 (2,0) 2,0 (1,7) (0,5) 2,1 2,1 0,5 2,2 1,7 - 1,9 1,5 - 1,9

Industri Pengolahan 5,2 5,1 4,5 3,8 4,7 4,3 4,2 4,3 1,8 3,7 1,6 1,3 - 1,6 1,0 - 1,4

Listrik, Gas & Air Bersih 8,2 10,2 11,3 11,6 10,3 12,3 11,8 10,4 9,3 10,9 11,4 11,0 - 11,4 10,6 - 11,1

Bangunan 8,4 7,7 8,3 9,9 8,6 8,0 8,1 7,6 5,7 7,3 6,3 5,7 - 6,2 5,6 - 5,8

Perdagangan, Hotel & Restoran 9,3 7,8 8,0 8,6 8,4 6,9 8,1 8,4 5,6 7,2 0,6 0,3 - 0,6 0,4 -0,8

Pengangkutan & Komunikasi 12,9 13,2 14,2 15,0 13,9 18,3 17,3 15,5 15,8 16,7 16,7 14,7 - 15,9 13,8 - 15,0

Keuangan, Persewaan & Jasa 8,1 7,6 7,6 8,6 8,0 8,3 8,7 8,6 7,4 8,2 6,3 4,6 - 4,8 5,1 -5,9

Jasa-jasa 7,0 7,0 5,2 7,2 6,6 5,9 6,7 7,2 6,0 6,4 6,8 5,8 - 6,1 5,6 - 6,4

PDB 6,0 6,6 6,6 5,9 6,3 6,2 6,4 6,4 5,2 6,1 4,4 3,7 - 4,0 3,5 - 4,0

% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

I II III IV I II III IV I II*Komponen

Tabel 4.3

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

2007

* Angka Proyeksi Bank Indonesia

20072008

2008 2009*2009

Page 42: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

32

serta subsektor kertas dan barang cetakan. Kedua subsektor tersebut diperkirakan mampu

tumbuh positif di tengah krisis ekonomi global yang masih terjadi.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan sebagai sektor yang paling

terpuruk pada tahun 2009 dengan pertumbuhan yang diperkirakan hanya mencapai

0,4-0,8%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2008 yang

mencapai 7,2%. Apabila tidak ada kegiatan Pemilu 2009 pertumbuhan sektor tersebut

akan sangat rendah, bahkan diperkirakan mengalami kontraksi. Pelemahan kinerja sektor

perdagangan, hotel dan restoran terutama terjadi pada subsektor perdagangan besar

dan eceran. Memburuknya kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran sangat erat

kaitannya dengan memburuknya impor dan menurunnya kegiatan di sektor industri. Dari sisi

konsumsi, sumber pertumbuhan konsumsi terbatas pada subsektor jasa perusahaan (iklan)

dan makanan-minuman, terutama yang terkait dengan kegiatan Pemilu 2009.

Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor ekonomi yang mampu

tumbuh tinggi (diprakirakan tumbuh 13,8-15,0% pada tahun 2009) di tengah krisis

ekonomi global yang sedang berlangsung. Dari sektor tersebut, subsektor komunikasi

memberikan sumbangan yang cukup signifikan. Pemanfaatan teknologi komunikasi

semakin luas. Pemanfaatan tersebut tidak hanya terbatas bagi kalangan pemerintah dan

bisnis, tetapi sudah jauh menyentuh hingga kegiatan pendidikan, kesehatan, bahkan untuk

keperluan pribadi. Pengembangan dari sisi teknologi juga terus dilakukan dari waktu ke

waktu sehingga tingkat efisiensinya kian meningkat dan dapat menawarkan jasa komunikasi

yang kian murah.

Aktivitas komunikasi di tahun 2009 yang berkembang pesat adalah aktivitas komunikasi data.

Lengkapnya infrastruktur telekomunikasi mendorong pertumbuhan bisnis telekomunikasi.

Pertumbuhan pemanfaatan komunikasi suara mulai melambat, sementara pemanfaatan

komunikasi data (penggunaan internet) kian mendominasi. Hal tersebut ditunjukkan dengan

kenaikan penggunaan bandwith. Pengembangan berbagai aplikasi data dan kian murahnya

biaya internet di antaranya menjadi faktor pendorong aktivitas tersebut dan menjaga

pertumbuhan pada tingkat relatif tinggi. Sementara itu, kegiatan Pemilu 2009 diperkirakan

banyak memanfaatkan komunikasi data. Hal tersebut ditengarai menjadi faktor pendorong

utama tingginya pertumbuhan subsektor komunikasi pada tahun 2009.

Di subsektor pengangkutan, pertumbuhan terjadi pada aktivitas pengangkutan sungai,

danau, dan penyeberangan, serta angkutan jalan raya. Kegiatan Pemilu kemungkinan besar

menjadi pendorong utamanya. Kegiatan tersebut terutama terkait dengan proses distribusi

logistik Pemilu serta perjalanan yang terkait dengan kegiatan Pemilu 2009.

Pertumbuhan sektor bangunan tahun 2009 diperkirakan sebesar 5,6-5,8%, lebih

rendah dari pencapaian tahun 2008 sebesar 7,3%. Kegiatan di sektor bangunan pada

tahun 2009 akan didominasi oleh kegiatan pembangunan infrastruktur seperti jalan tol,

dan pembangunan pembangkit listrik yang masuk dalam proyek 10.000 MW tahap I.

Sementara itu untuk proyek-proyek pembangunan properti, baik gedung bertingkat maupun

rumah horizontal (landed houses) tetap berjalan, namun dengan pertumbuhan yang juga

melambat dibandingkan dengan tahun 2008. Melambatnya sektor bangunan antara lain

Page 43: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Perekonomian Indonesia ke Depan

33

disebabkan oleh masalah pendanaan. Hal ini tercermin dari konsumsi semen yang berada

pada tren menurun.

Sebagaimana sektor-sektor lainnya, kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa

menunjukkan tren yang melambat, dengan prakiraan pertumbuhan pada tahun

2009 sebesar 5,1-5,9%. Kegiatan ekonomi yang lebih rendah diperkirakan menurunkan

permintaan akan jasa intermediasi sektor keuangan. Sementara itu, di tengah ketidakpastian

yang masih tinggi akibat krisis keuangan global, perbankan dihadapkan pada risiko usaha

yang relatif tinggi di tahun 2009. Hal tersebut menciptakan credit crunch ke sektor-sektor

ekonomi. Kondisi tersebut telah mendorong sektor perbankan mempertahankan suku bunga

yang relatif masih tinggi, meskipun BI Rate telah turun hingga 250 bps sejak Desember 2008

hingga Juni 2009.

Pendorong utama tumbuhnya sektor keuangan, persewaan dan jasa dihasilkan oleh subsektor

jasa perusahaan, dalam hal ini jasa terkait dengan jasa periklanan. Kegiatan Pemilu tahun

2009 diperkirakan menjadi mesin pendorong tumbuhnya subsektor jasa periklanan. Mulai

dari kegiatan sosialisasi Pemilu, pengenalan calon legislatif, hingga pengenalan calon

presiden dan wakil presiden banyak menggunakan fasilitas jasa periklanan. Setiap kali ada

kegiatan Pemilu maka belanja iklan akan meningkat cukup besar. Belanja iklan tahun 2009

diperkirakan meningkat signifikan dibandingkan belanja iklan tahun 2008 dengan adanya

kegiatan Pemilu ini.

PRAKIRAAN INFLASI

Inflasi IHK pada tahun 2009 diprakirakan berada di sekitar 5% dengan kecenderungan

ke bawah yang cukup besar. Kecukupan produksi dan kelancaran distribusi bahan

makanan, membaiknya ekspektasi inflasi, masih relatif rendahnya kapasitas produksi terpakai,

dan minimalnya kebijakan pemerintah di bidang harga merupakan faktor utama di balik

penurunan inflasi pada tahun 2009.

Berdasarkan agregasinya, tekanan inflasi dari kelompok inti di sepanjang tahun 2009

diprakirakan cenderung menurun seiring dengan menurunnya ekspektasi inflasi masyarakat,

tekanan sisi permintaan yang minimal, serta stabilnya inflasi impor. Relatif rendahnya realisasi

inflasi sejak awal tahun sampai dengan bulan Mei 2009 mendorong ekspektasi inflasi

masyarakat ke tingkat yang lebih rendah.

Tekanan inflasi sebagai hasil interaksi sisi permintaan dan sisi penawaran pada tahun 2009

diprakirakan minimal, sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan

mencapai 3,5-4,0% pada tahun 2009. Tekanan sisi permintaan yang minimal dikonfirmasi

oleh tingkat utilisasi kapasitas yang cenderung menurun.

Inflasi negara mitra dagang diperkirakan masih cenderung stabil. Walaupun beberapa

harga komoditas dan freight cost tercatat mulai mengalami peningkatan, kebijakan

countercyclical pemerintah berupa pemberian Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP)

untuk beberapa sektor industri diperkirakan dapat mengurangi tekanan inflasi impor.

Page 44: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

34

Tekanan inflasi dari sisi administered diprakirakan minimal dan menurun pada

2009. Penurunan tekanan inflasi administered terutama disebabkan karena penurunan

harga BBM subsidi yang cukup signifikan pada akhir tahun 2008 dan awal tahun 2009,

yang kemudian diikuti dengan penurunan tarif angkutan. Program konversi minyak tanah

yang semula diperkirakan akan meningkatkan tekanan inflasi administered, diperkirakan

hanya akan memberikan sumbangan yang minimal terhadap inflasi. Ke depan, tekanan

inflasi administered diperkirakan berasal dari administered non strategic seperti tarif tol,

PAM, dan harga BBM non subsidi.

Tekanan inflasi dari volatile food diprakirakan minimal dan cenderung menurun di

tahun 2009. Rendahnya inflasi volatile food sampai dengan bulan Mei 2009 diperkirakan

berlanjut selama tahun 2009. Hal tersebut sejalan dengan prakiraan terjaganya pasokan

dan distribusi bahan makanan di tahun 2009. Meski masa panen raya padi di berbagai

sentra padi telah lewat, harga beras masih relatif stabil dan begitu juga dengan harga-harga

kebutuhan pokok lainnya. Dari dalam negeri, peningkatan pasokan terutama didorong oleh

meningkatnya produktivitas terkait penggunaan bibit hibrida, pemberian pupuk bersubsidi,

dan perbaikan infrastruktur pertanian seperti irigasi.

Sampai dengan pertengahan Mei 2009, realisasi pengadaan beras telah mencapai 2,6 juta ton

atau 68% dari target sepanjang tahun 2009. Dari sisi stok, posisi stok beras di BULOG sampai

dengan pertengahan Mei 2009 adalah 2,3 juta ton atau mencukupi kebutuhan sampai 7 bulan

ke depan, cukup tinggi apabila dibandingkan stok bulan Mei tahun sebelumnya yang hanya

dapat mencukupi kebutuhan selama 5 bulan ke depan. Kenaikan harga komoditas bahan

makanan internasional diperkirakan tidak akan berdampak signifikan terhadap peningkatan

tekanan inflasi karena kecukupan produksi dan pengadaan bahan makanan domestik.

FAKTOR RISIKO

Pertumbuhan ekonomi sebesar 3,5-4,0% sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor

risiko baik dari sisi domestik maupun eksternal. Faktor yang dapat membawa PDB

berada pada kisaran bawah antara lain apabila volume perdagangan dunia turun lebih

rendah dari prakiraan. Volume perdagangan dunia yang lemah akan mengurangi permintaan

barang-barang ekspor Indonesia, sehingga ekspor dapat semakin terpukul. Demikian juga,

harga komoditas yang masih rendah dapat mengurangi insentif untuk melakukan ekspor

karena harga yang ditawarkan dipandang oleh eksportir masih kurang tinggi dibandingkan

dengan biaya produksi barang-barang ekspor. Dari sisi domestik, penyaluran kredit yang

rendah akan menyebabkan terbatasnya sumber pembiayaan dari perbankan. Di sisi lain,

apabila stimulus moneter dan stimulus fiskal dapat ditingkatkan serta berjalan lancar dan

efektif maka pertumbuhan ekonomi pada batas atas akan dapat tercapai.

Terkait inflasi IHK, faktor risiko berasal dari kenaikan harga minyak goreng

dan turunannya, kenaikan harga non strategic administered (seperti tarif tol),

peningkatan harga komoditas internasional, dan gangguan pada produksi dan stok

pangan. Selain itu, masih berlanjutnya program konversi energi dari minyak tanah ke gas

elpiji di beberapa daerah Sumatera dan Sulawesi dapat berpotensi meningkatkan inflasi jika

problema pasokan dan distribusi terhambat hingga menyebabkan kelangkaan.

Page 45: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Respon Kebijakan Moneter Triwulan II-2009

35

5. Respon Kebijakan Moneter Triwulan II-2009

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 3 Juli 2009 memutuskan untuk

menurunkan BI Rate sebesar 25 bps, dari 7,0% menjadi 6,75%. Keputusan itu dilakukan

dengan mempertimbangkan masih menurunnya tekanan inflasi ke depan dan masih

diperlukannya kebijakan moneter yang longgar untuk mendukung optimisme masyarakat

dan dunia usaha terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.

Bank Indonesia terus mencermati potensi tekanan inflasi di tahun 2010, termasuk

potensi kenaikan harga komoditas dunia. Dalam konteks ini, kebijakan moneter ke depan

diarahkan untuk menjaga keseimbangan antara upaya mendorong perekonomian domestik

dan upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan dalam jangka menengah.

Dengan pertimbangan tersebut, ke depan kebijakan moneter akan dilakukan secara

lebih berhati-hati mengingat ruang pelonggaran moneter semakin terbatas.

Page 46: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

36

Tabel Statistik

Tabel 1

Suku Bunga Pasar Uang, Deposito Berjangka, dan Kredit

(Persen per Tahun)

PeriodeSuku Bunga Pasar UangAntarbank*

Tingkat Diskonto

SBI*

Suku Bunga Deposito Berjangka ** Suku Bunga Kredit**

1bulan

3bulan

6bulan

12bulan

24bulan

5,87 7,42 5,86 6,11 6,79 8,93 14,49 14,61 15,12 4,24 7,34 6,23 6,31 6,36 7,68 9,31 14,10 14,64 4,13 7,39 6,31 6,61 6,89 7,27 8,94 13,80 14,33 3,76 7,43 6,43 6,71 7,12 7,07 8,12 13,41 14,05 5,95 7,44 6,50 6,93 7,35 8,04 9,42 13,31 13,78 6,95 8,25 6,98 7,19 7,11 7,11 8,05 13,36 13,65 6,92 10,00 9,16 8,51 8,01 8,65 8,82 14,51 14,47 9,44 12,75 11,98 11,75 10,17 10,95 12,39 16,23 15,66 10,28 12,73 11,61 12,19 12,10 12,02 12,64 16,35 15,90 10,23 12,50 11,34 11,70 12,09 12,28 12,61 16,15 15,94 8,90 11,25 10,47 11,05 11,52 12,36 12,47 15,82 15,66 5,97 9,75 8,96 9,71 10,70 11,63 11,84 15,07 15,10 7,52 9,00 8,13 8,52 9,29 10,17 11,73 14,49 14,53 5,58 8,75 7,46 7,87 8,40 9,54 11,73 13,88 13,99 6,83 8,25 7,13 7,44 7,80 8,91 11,24 13,31 13,45 4,33 8,00 7,19 7,42 7,65 8,24 10,83 13,00 13,01 8,01 7,96 6,88 7,26 7,57 7,79 10,06 12,88 12,59 8,43 8,73 7,19 7,49 7,79 7,78 9,91 12,99 12,51 9,37 9,71 9,26 9,45 9,14 9,34 9,83 13,93 13,32 9,40 10,83 10,75 11,16 10,34 10,43 8,62 15,22 14,40 8,04 8,21 9,42 10,65 10,45 11,31 8,33 14,99 14,05 7,49 7,25 9,04 10,09 10,30 11,35 8,34 14,82 14,05

ModalKerja

Investasi

2004Trw.ITrw.IITrw.IIITrw.IV

2005Trw.ITrw.IITrw.IIITrw.IV

2006Trw.ITrw.IITrw.IIITrw.IV

2007Trw.ITrw.IITrw.IIITrw.IV

2008Trw.ITrw.IITrw.IIITrw.IV

2009Trw.ITrw.II

*PosisiMei2009**PosisiApril2009

Page 47: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Tabel Statistik

37

Tabel 2

Perkembangan Transaksi di Pasar Uang

(Miliar Rupiah)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 2)

Periode Transaksi antarbank1) Penerbitan Pelunasan Posisi

2004

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2005

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2006

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2007

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2008

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2009

Trw.I

Trw.II*

*PosisiApril2009 1)Transaksipagihari 2)HanyamencakuptransaksiantarBankIndonesiadenganperbankan.SejakMaret1994termasukSBPURepo.

142.003 354.841 321.477 140.390

87.082 283.275 304.891 118.776

165.064 252.542 339.339 31.979

204.336 293.933 252.929 103.825

216.381 369.495 415.784 57.536

237.571 362.770 315.996 101.058

250.610 230.026 289.657 41.427

264.348 183.663 150.534 74.632

310.175 415.638 356.471 133.799

280.836 517.853 483.967 167.685

286.958 599.495 586.715 180.464

329.312 665.673 636.381 209.756

495.786 774.866 740.951 243.671

362.339 846.655 832.325 258.002

413.527 895.562 887.411 266.152

313.544 777.247 795.475 247.926

368.429 858.289 906.767 212.463

246.462 489.529 543.655 165.145

326.315 389.138 437.313 116.969

326.310 404.071 340.913 180.128

265.674 450.275 397.703 232.699

123.429 141.864 141.112 233.453

Page 48: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

38

II III IV I II III IV I II III IV I II

*PosisiApril2009 1)Tidaktermasukpemerintahpusat,bukanpenduduk,nilailawanvalas,RDIdankreditkelolaan

Tabel 3

Posisi Kredit Perbankan dalam Rupiah dan Valuta Asing menurut Kelompok Bank dan Sektor Ekonomi1)

(Miliar Rupiah)

1 Bank Pemerintah

-Pertanian

-Pertambangan

-Perindustrian

-Perdagangan

-Jasa-jasa

-Lain-lain

2 Bank Umum Swasta Nasional

-Pertanian

-Pertambangan

-Perindustrian

-Perdagangan

-Jasa-jasa

-Lain-lain

3 Bank Pemerintah Daerah

-Pertanian

-Pertambangan

-Perindustrian

-Perdagangan

-Jasa-jasa

-Lain-lain

4 Bank Asing & Campuran

-Pertanian

-Pertambangan

-Perindustrian

-Perdagangan

-Jasa-jasa

-Lain-lain

5 Sub jumlah (1 s.d. 4)

-Pertanian

-Pertambangan

-Perindustrian

-Perdagangan

-Jasa-jasa

-Lain-lain

256.267 264.735 282.784 282.633 301.186 314.427 348.973 350.232 394.065 432.850 461.877 471.478 476.280

22.110 23.012 25.816 24.222 26.805 28.433 30.281 30.711 32.381 35.153 37.409 39.839 41.901

3.428 3.485 4.771 7.414 9.006 6.556 10.647 13.371 14.922 14.778 13.807 13.363 12.893

64.567 64.265 71.165 71.600 69.959 69.450 72.810 72.706 81.038 88.181 96.838 98.660 96.970

57.548 61.031 61.431 63.561 68.172 75.722 85.601 79.209 92.719 98.865 102.017 104.904 107.064

37.094 39.269 43.481 39.477 44.868 47.465 55.587 55.271 64.182 77.295 87.505 87.080 86.885

71.520 73.673 76.120 76.359 82.376 86.801 94.047 98.964 108.823 118.578 124.301 127.632 130.567

302.693 313.651 334.943 335.998 367.168 394.451 432.595 451.967 500.718 534.599 552.617 540.163 535.867

10.248 10.316 11.430 11.312 12.053 12.467 15.533 15.571 18.298 18.169 19.150 18.722 18.306

3.414 3.775 6.460 5.409 7.321 7.076 10.678 9.621 10.137 10.850 11.137 8.979 8.685

57.119 58.125 61.525 59.826 63.319 68.670 73.840 77.952 84.610 90.896 97.042 93.414 88.966

74.997 78.679 85.628 86.783 95.549 100.883 108.726 111.756 123.057 125.908 130.687 127.648 129.184

71.371 74.729 78.963 80.252 90.497 98.503 110.144 115.400 131.115 143.486 148.332 146.455 144.578

85.544 88.027 90.937 92.416 98.429 106.852 113.674 121.667 133.501 145.290 146.269 144.945 146.148

51.141 55.009 55.959 58.851 65.123 70.937 71.921 75.065 85.339 93.991 96.440 100.956 104.021

1.860 1.922 2.030 2.090 2.130 2.248 2.274 2.379 2.710 3.067 3.182 3.143 3.1476

56 54 58 58 58 55 43 53 182 187 270 312 364

471 476 457 487 520 543 631 710 770 787 814 829 913

8.058 8.312 8.239 8.386 8.762 9.295 9.617 10.191 11.504 12.042 12.055 12.639 13.020

6.561 7.531 6.915 6.776 7.747 9.850 8.879 8.615 10.831 13.456 13.356 13.316 14.380

34.135 36.714 38.260 41.054 45.906 48.946 50.477 53.117 59.342 64.452 66.763 70.717 72.197

100.003 107.692 113.450 117.232 121.509 127.445 141.622 151.908 161.998 178.061 189.245 184.692 173.853

4.124 4.727 5.727 5.395 5.460 5.933 7.817 7.449 6.425 6.505 6.419 7.020 6.6010

2.173 2.369 2.607 2.287 2.540 2.629 3.972 4.591 3.910 4.478 5.327 6.081 5.581

46.847 49.682 49.285 50.219 51.029 51.259 56.527 60.265 65.896 68.739 74.458 71.358 65.486

5.865 6.663 7.098 7.691 9.035 10.379 11.726 11.383 13.022 14.256 13.246 15.113 14.295

21.721 24.726 28.279 30.709 31.540 34.679 37.831 43.878 46.763 56.523 60.766 57.456 53.655

19.273 19.525 20.454 20.931 21.905 22.566 23.749 24.342 25.982 27.560 29.029 27.664 28.2354

710.104 741.087 787.136 794.714 854.986 907.260 995.111 1.029.172 1.142.120 1.239.501 1.300.179 1.297.289 1.290.021

38.342 39.977 45.003 43.019 46.448 49.081 55.905 56.110 59.814 62.894 66.160 68.724 69.955

9.071 9.683 13.896 15.168 18.925 16.316 25.340 27.636 29.151 30.293 30.541 28.735 27.523

169.004 172.548 182.432 182.132 184.827 189.922 203.808 211.633 232.314 248.603 269.152 264.261 252.335

146.468 154.685 162.396 166.421 181.518 196.279 215.670 212.539 240.302 251.071 258.005 260.304 263.563

136.747 146.255 157.638 157.214 174.652 190.497 212.441 223.164 252.891 290.760 309.959 304.307 299.498

210.472 217.939 225.771 230.760 248.616 265.165 281.947 298.090 327.648 355.880 366.362 370.958 377.147

2006 2007 2008 2009

Page 49: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Tabel Statistik

39

*PosisiApri2009 1)M1ditambahuangkuasi2)UangKartalditambahuanggiral 3)Termasukrekeningkhususpemerintah

Tabel 4

Uang Beredar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

(Miliar Rupiah)

M2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar

AkhirPeriode

Jumlah 1) Jumlah2)

M1

UangKartal

UangGiral

UangKuasi

AktivaLuar

NegeriBersih

TagihanBersih

PemerintahPusat3)

Tagihan Pada

LembagaPemerintah

BUMN

Tagihan Pada

PerusahaanSwasta danPerorangan

LainnyaBersih

2004

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2005

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2006

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2007

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2008

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2009

Trw.I

Trw.II

935.247 219.086 86.881 132.205 716.161 275.819 443.440 22.803 454.663 -261.518

975.166 233.726 97.574 136.152 741.440 280.070 468.907 27.806 522.161 -323.778

986.806 240.911 99.505 141.406 745.895 258.684 476.451 25.261 551.562 -325.152

1.033.528 253.818 109.265 144.553 779.710 263.647 498.019 26.919 588.885 -343.940

1.020.693 250.492 98.584 151.908 770.201 268.482 456.274 28.257 612.463 -344.783

1.073.746 267.635 106.125 161.510 806.111 256.058 468.004 28.237 659.129 -337.682

1.150.451 273.954 114.998 158.956 876.497 280.369 488.483 29.805 708.018 -356.224

1.203.215 281.905 124.316 157.589 921.310 313.082 498.901 28.059 710.783 -347.610

1.195.067 277.293 112.625 164.668 917.774 347.970 470.048 25.557 705.321 -353.829

1.253.757 313.153 123.761 189.392 940.604 345.457 481.654 29.746 729.609 -332.709

1.291.396 333.905 129.969 203.936 957.491 401.065 481.641 31.858 758.261 -381.429

1.382.074 361.073 151.009 210.064 1.021.001 413.265 506.488 38.946 798.125 -374.750

1.375.947 341.833 129.618 212.215 1.034.114 457.382 447.655 35.032 810.996 -375.118

1.451.974 381.376 146.715 234.661 1.070.598 496.522 430.956 44.185 865.144 -384.833

1.512.756 411.281 160.327 250.954 1.101.475 519.360 439.649 45.496 916.657 -408.406

1.643.203 460.842 183.419 277.423 1.182.361 524.703 497.478 56.152 984.844 -419.974

1.586.795 419.746 164.995 254.751 1.167.049 549.049 375.976 49.644 1.025.856 -413.730

1.699.480 466.708 189.453 277.255 1.232.772 562.636 359.645 57.304 1.131.796 -411.901

1.768.250 491.729 223.166 268.563 1.276.521 525.702 348.387 64.488 1.222.193 -392.520

1.883.851 466.379 209.378 257.001 1.417.472 602.347 379.217 66.571 1.282.257 -446.541

1.909.681 458.581 186.538 272.043 1.451.100 703.621 348.466 67.164 1.283.406 -492.976

1.905.475 464.922 190.328 274.594 1.440.553 671.148 332.695 71.044 1.272.802 -442.214

Page 50: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

40

Tabel 5

Uang Primer dan Faktor-faktor yang mempengaruhi

(Miliar Rupiah)

247.742 257.843 297.080 272.239 289.727 310.265 379.582 325.044 349.649 392.136 344.688 304,718 309,232304,718 309,232

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00 0

145.666 153.569 178.572 155.498 173.888 189.221 220.785 198.940 224.342 270.243 264.391 226.672 231.368226.672 231.368

123.761 129.969 151.009 129.618 146.715 160.327 183.419 164.995 189.453 223.166 209.378 186.538 192.143186.538 192.143

21.905 23.600 27.563 25.880 27.173 28.894 37.366 33.945 34.889 47.077 55.013 40.134 39.22540.134 39.225

101.751 104.061 118.417 116.558 115.524 120.740 158.452 125.705 124.811 121.302 79.648 77.404 77.27977.404 77.279

325 213 91 183 315 304 345 399 496 591 650 642 585642 585

213.143 255.182 274.694 305.744 330.295 337.523 356.883 351.874 351.561 355.967 338.692 354.727 361.540354.727 361.540

34.599 2.661 22.386 -33.505 -40.569 -27.258 22.699 -26.830 -1.912 36.169 5.996 -50.009 -52.308-50.009 -52.308

218.033 219.538 265.919 200.460 187.081 184.961 249.069 128.907 117.614 123.797 172.012 105.571 95.605105.571 95.605

18.226 18.226 18.196 18.186 18.136 18.136 8.847 8.838 8.800 8.800 8.711 8.715 8.71588.715 8.71588

11.165 11.035 10.832 10.598 10.366 10.206 9.994 9.751 9.353 9.227 9.009 8.783 8.7588.783 8.758

5.491 5.494 5.352 5.366 5.389 5.357 3.074 3.089 3.295 3.155 3.815 2.545 2.4652.545 2.465

-174.258 -189.131 -242.001 -247.525 -264.280 -254.096 -281.164 -219.099 -191.525 -152.563 -233.866 -257.701 -249.664-257.701 -249.664

-167.685 -180.382 -208.763 -239.977 -257.998 -265.034 -247.688 -212.463 -165.145 -116.967 -179.879 -232.700 -223.319-232.700 -223.319

-14.241 -16.829 -41.568 -19.298 -21.615 -4.750 -48.933 -5.737 -4.989 -1.403 -4.223 -15.288 -20.334-15.288 -20.334

7.668 8.080 8.330 11.750 15.333 15.688 15.457 14.356 14.172 15.929 19.569 15.599 25.40715.599 25.407

-68.704 -62.501 -35.912 -20.590 2.739 8.178 32.879 41.684 50.551 43.752 46.316 82.078 81.81382.078 81.813

2006 2007 2008 2009

II III IV I II III IV I II III IV I II

I. Uang Primer

a.StatutoryReserveShortfall

b.Uangyangdiedarkan

-Uangkartaldimasyarakat

-Kasbankumum

c.SaldoGiroPositifBank

d.GiroSektorSwasta

II. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Uang Primer

a.NetInternationalReserve1)

b.NetDomesticAssets

-TagihanBersihpadaPemerintah

-BantuanLikuiditas

-KreditLikuiditas

-TagihanLainnya

-OperasiPasarTerbuka

-SBI(net)2)

-FASBI

-Lain-Lain3)

-NetOtherItems

*PosisiperMei2009 1)sebelumJuni1997menggunakanNFA,setelahJuni1997menggunakanNIRdengankurstetapRp.7.000,-perUS$ sejakJuni1998s.d.Maret1999menggunakankurstetapRp.10.000,-perUS$ sejakApril1999menggunakankurstetapRp.7.500,-perUS$ sejak21November1999menggunakankursRp.7.000,-perUS$ sejak25Mei2000untukperhitunganNIRmenggunakankonsepIRFCL(Int’lReserveandForeignCurrencyLiquidity) 2)sejakMaret2000termasukSBISyariah 3)termasukdidalamnyaadalahSUNdanFTO(FineTuneOperation)

Page 51: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Tabel Statistik

41

Tabel 6

Neraca Pembayaran Indonesia 1)

(Juta $)

2006 2007* 2008**

II III IV Total I II III IV Total I II III IV Total I

I. Transaksi Berjalan A.Barangbersih(Neraca Perdagangan) 1. Eksporf.o.b 2. Imporf.o.b B. Jasa-jasa(bersih) C.Pendapatan(bersih) D.TransferBerjalan II. Transaksi Modal dan Finansial A.TransaksiModal B. TransaksiFinansial 1. InvestasiLangsung a. KeLuarNegeri(bersih) b. DiIndonesia/FDI(bersih) 2. InvestasiPortfolio a. Aset(bersih) b. Kewajiban(bersih) 3. InvestasiLainnya a. Aset(bersih) b. Kewajiban(bersih)2) III. Jumlah (I + II) IV. Selisih Perhitungan V. Neraca Keseluruhan (III + IV) VI. Lalu Lintas Moneter 3) a.PerubahanCadanganDevisa b.IMF: Penarikan Pembayaran Memorandum: PosisiCadanganDevisa4)TransaksiBerjalan(%PDB)RasioPembayaranUtang(%)5) a.l.SektorTerkaitPemerintahdan OtoritasMoneter6) *) Angkasementara **) Angkasangatsementara 1) FormatbarusejakpublikasiJanuari2004 2) TidaktermasukpinjamanIMF3) Negatifberartisurplusdanpositifberartidefisit.Sejakkuartalpertama2004,perubahancadangandevisauntukdatarealisasihanyamencakupdatatransaksi. 4) Sejak1988,posisicadangandevisaberdasarkanaktivaluarnegerimenggantikancadangandevisaresmi.Sejak2000,posisicadangandevisamemakaikonsep

InternasionalReserveandForeignCurrencyLiquidity(IRFCL). 5) Perbandinganantarapembayaranpokokdanbungautangluarnegeriterhadapeksporbarangdanjasa. 6) TerdiridariPemerintah,BUMNdiluarbank,danBankIndonesia.

1.959 3.795 2.157 10.859 2.640 2.271 2.151 3.430 10.493 2.817 -956 -885 -677 300 1.7931.959 3.795 2.157 10.859 2.640 2.271 2.151 3.430 10.493 2.817 -956 -885 -677 300 1 .793 6.986 8.596 7.386 29.660 7.712 8.107 7.487 9.448 32.754 7.536 5.443 5.771 4.159 22.909 6 .226 25.484 27.604 27.178 103.528 26.626 29.202 30.009 32.177 118.014 34.412 37.345 38.081 29.768 139.606 23.917 -18.498 -19.008 -19.792 -73.868 -18.914 -21.095 -22.521 -22.729 -85.260 -26.876 -31.902 -32.309 -25.609 -116.697 -17.691 -2.352 -2.402 -2.829 -9.874 -3.163 -2.991 -2.764 -2.922 -11.841 -2.972 -3.291 -3.196 -3.282 -12.741 -2.546 -3.873 -3.720 -3.539 -13.790 -3.163 -4.023 -3.811 -4.527 -15.525 -3.119 -4.466 -4.796 -2.871 -15.253 -3.030 1.198 1.321 1.139 4.863 1.254 1.178 1.240 1.432 5.104 1.373 1.359 1.336 1.317 5.385 1 .144 339 -1.039 1.303 3.025 1.836 2.029 -935 660 3.591 -1.430 2.512 904 -4.118 -2.132 2 .365 49 97 132 350 43 127 255 122 546 17 62 187 29 294 1 9 290 -1.136 1.170 2.675 1.793 1.902 -1.190 539 3.045 -1.447 2.450 717 -4.147 -2.427 2 .346 572 -273 1.232 2.211 -246 1.426 764 309 2.253 -271 604 404 1.281 2.019 2 .698 -517 -1.328 -204 -2.703 -1.282 392 -1.427 -2.358 -4.675 -1.730 -1.436 -1.517 -1.217 -5.900 - 8 1 4 1.088 1.055 1.435 4.914 1.037 1.034 2.191 2.667 6.928 1.460 2.040 1.921 2.498 7.919 3 .511 -1.057 207 1.312 4.174 2.491 3.810 465 -1.200 5.566 1.984 4.188 -74 -4.377 1.721 1 .947 -446 -332 -762 -1.933 -497 -1.897 -1.257 -764 -4.415 -823 60 -65 -467 -1.294 2 1 3 -611 539 2.074 6.107 2.988 5.707 1.722 -437 9.981 2.807 4.128 -9 -3.910 3.015 1 .734 759 -1.209 -1.382 -3.791 -452 -3.334 -2.419 1.430 -4.775 -3.160 -2.342 387 -1.051 -6.167 -2.299 1.704 -235 -1.707 -1.588 -105 -2.283 -2.360 262 -4.486 -2.672 -1.974 -1.610 -3.720 -9.977 -1.259 -945 -974 325 -2.204 -348 -1.051 -59 1.168 -289 -489 -367 1.998 2.669 3.810 -1.040 2.298 2.756 3.459 13.885 4.476 4.300 1.217 4.091 14.083 1.387 1.556 19 -4.795 -1.833 4 .158 1.081 -118 -751 625 -97 -663 -37 -571 -1.368 -355 -231 -108 583 -112 - 2 0 4 3.379 2.637 2.708 14.510 4.379 3.637 1.179 3.520 12.715 1.032 1.324 -89 -4.212 -1.945 3 .955 -3.379 -2.637 -2.708 -14.510 -4.379 -3.637 -1.179 -3.520 -12.715 -1.032 -1.324 89 4.212 1.945 -3.955 354 -2.189 292 -6.902 -4.379 -3.637 -1.179 -3.520 -12.715 -1.032 -1.324 89 4.212 1.945 -3.955 -3.733 -448 -3.001 -7.608 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -3.733 -448 -3.001 -7.608 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 40.107 42.353 42.586 42.586 47.221 50.924 52.875 56.920 56.920 58.987 59.453 57.108 51.639 51.639 54.840 2.9 2.6 2.1 1.9 3.0 2.4 2.3 -0.7 -0.6 -0.6 0.1 1.6 30.6 17.5 33.2 24.8 19.8 21.4 15.2 21.2 19.4 16.2 17.8 15.2 25.5 18.4 23.0 21.0 7.1 18.6 14.2 5.6 9.4 5.1 9.0 7.3 4.4 7.7 4.7 9.2 6.4 6 . 3

Page 52: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

42

Keterangan:

1)Perubahanindekspadaakhirtriwulanyangbersangkutandibandingkandenganindekspadaakhirtriwulansebelumnya

PerhitunganIHKmenggunakantahundasar2002(2002=100).

*Mulai1Juli2008,perhitunganIHKmenggunakantahundasar2007(2007=100),datatriwulanII-2008adalahdatainflasimtm(monthtomonth)bulanJuni2008

**PosisiFebruari2009

Sumber:BadanPusatStatistik(diolah)

Tabel 7

Perkembangan Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa

(Persen)1)

0,54 1,27 6,05 3,71 -1,21 4,00 4,43 5,91 1,28 4,75 0,60 1,44 -1,58 -0,58 2,60 8,63 12,16 -6,50 0,69 3,48 2,59 2,11 0,60 0,91 2,76 -0,75 3,50 5,62 -0,25 -2,93 5,12 9,08 -2,04 4,14 0,29 13,94 -4,64 2,39 -0,47 0,29 3,66 1,46 1,37 -2,71 4,65 2,11 5,84 2,01 12,12 2,94 2,25 -1,08 2,22 2,72 1,64 0,35 0,39 3,06 0,73 7,87 1,84 8,04 4,32 2,24 -0,87 2,48 1,96 2,55 -1,02 4,05 11,46 0,26 6,88 -0,19 8,94 -2,51 -0,34 -0,57 -2,28 1,00 11,87 -0,30 -1,04 2,17 7,39 2,42 1,68 3,79 6,60 2,59 -6,32 0,11 1,73 1,72 3,81 2,61 4,49 7,90 28,51 1,84 5,93 0,42 0,18 -0,46 0,16 0,50 4,46 2,21 1,39 2,87 1,79 1,38 0,89 7,30 1,68 0,71 2,18 -1,21 -13,98 24,41 -3,70 -8,06 -0,43 25,17 2,85 -0,07 -10,49 8,28 1,66 -9,84 0,38 1,41 3,65 8,63 12,79 7,09 6,71 15,72 1,47 -1,65 -6,81 -0,81 1,01 0,85 4,36 3,13 1,32 1,50 0,75 -1,47 2,02 1,00 3,57 1,20 1,62 0,78 1,00 0,80 2,24 1,89 1,19 1,33 1,85 4,02 1,33 2,62 2,43 2,40 0,88 0,91 0,96 2,25 1,67 1,00 1,35 2,36 5,50 1,63 2,83 2,35 1,59 0,80 0,87 0,31 1,95 1,75 0,20 0,46 -0,20 1,47 1,06 2,15 1,50 5,39 1,53 1,23 0,86 2,59 2,24 2,60 1,85 2,28 1,89 0,73 2,60 3,70 2,42 0,58 1,05 0,78 1,30 1,81 0,75 1,27 0,97 2,79 1,14 3,58 1,00 0,42 0,21 1,40 0,98 1,73 2,12 0,83 1,11 1,58 2,22 1,67 2,16 0,73 1,00 0,08 0,58 0,34 0,56 1,69 0,15 1,92 -0,45 4,69 -0,12 8,94 1,66 -1,48 0,25 0,72 0,67 0,78 1,20 0,52 0,57 1,05 1,45 0,97 1,66 1,10 0,95 0,49 0,92 0,99 0,99 1,70 1,79 1,61 1,30 2,71 0,86 1,71 1,08 1,00 0,54 2,66 0,57 1,84 0,72 0,39 2,34 4,78 4,30 0,49 0,77 2,58 4,48 -2,17 0,77 0,80 1,81 0,37 0,29 1,29 1,70 0,81 0,27 3,02 0,35 0,38 0,36 0,69 0,69 1,41 0,10 0,71 0,94 1,45 0,68 0,46 2,15 0,30 0,44 0,27 0,56 1,00 1,35 0,50 0,32 1,34 0,86 0,56 0,64 2,13 0,23 0,26 0,22 8,78 -0,22 2,47 2,09 0,35 5,53 13,60 12,66 0,59 -2,46 7,26 13,49 -6,79 le 1,42 0,70 1,76 1,39 0,71 1,03 1,12 3,00 0,83 1,64 1,10 1,27 0,97 1,61 0,94 3,70 1,92 0,45 0,32 0,44 5,12 0,47 1,07 0,69 1,60 1,63 0,93 -0,19 0,18 1,32 0,82 1,08 1,46 1,96 1,31 2,19 1,60 1,14 0,71 1,03 0,84 0,80 1,16 1,85 0,61 0,73 1,15 1,10 2,36 1,61 1,39 0,30 1,43 0,77 0,72 1,46 0,80 1,56 1,52 2,32 0,90 1,76 1,26 1,01 0,31 0,41 7,44 0,20 0,36 0,01 7,97 0,43 0,14 0,44 3,77 0,82 0,22 0,13 0,02 11,41 0,12 0,46 0,03 12,73 0,36 0,09 0,18 6,76 0,70 0,04 0,03 0,19 2,31 0,23 1,04 0,26 0,87 0,48 0,72 0,45 4,95 0,32 0,59 0,33 1,79 3,61 0,27 0,36 0,36 1,58 0,66 0,30 0,72 1,14 1,11 0,37 0,09 0,82 0,06 0,28 0,13 -0,23 0,01 0,64 0,20 0,92 0,51 1,02 0,48 0,32 0,54 1,19 0,88 0,79 0,36 0,35 2,23 0,47 0,20 0,91 0,49 0,51 0,16 0,35 0,08 0,35 0,22 0,46 0,15 0,42 0,37 8,72 0,92 -2,94 -4,66 0,07 0,37 0,02 0,33 0,24 0,60 0,00 0,49 0,27 12,98 1,03 -4,46 -6,95 0,14 0,02 -0,01 -0,01 0,05 0,01 -0,02 0,00 0,01 -0,12 0,02 0,20 -0,07 -0,20 1,09 1,26 1,56 0,50 0,24 2,43 1,27 1,40 0,84 1,34 1,64 1,38 0,26 0,45 0,05 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 4,90 0,01 3,89 0,00 0,00 0,00 0,87 1,16 2,44 1,91 0,17 2,28 2,09 3,41 2,46 2,88 0,54 0,36 -0,26

Kelompok/Sub Kelompok 2006 2007 2008 2009 II III IV I II III IV I II* III IV I II**

I. Bahan Makanan A.Padi-padian,umbi-umbiandan hasil-hasilnya B.Dagingdanhasil-hasilnya C.Ikansegar D.Ikandiawetkan E.Telur,susudanhasil-hasilnya F.Sayur-sayuran G.Kacang-kacangan H.Buah-buahan I.Bumbu-bumbuan J.Lemakdanminyak K.BahanmakananlainnyaII. Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau A.Makananjadi B.Minumanyangtidakberalkohol C.Tembakaudanminumanberalkohol

III. Perumahan A.Biayatempattinggal B.Bahanbakar,penerangandanair C.Perlengkapanrumahtangga D.Penyelenggaraanrumahtangga

IV. Sandang A.Sandanglaki-laki B.Sandangwanita C.Sandanganak-anak D.Barangpribadidansandanglainnya

V. Kesehatan A.Jasakesehatandanobat-obatan B.Obat-obatan C.Jasaperawatanjasmani D.PerawatanjasmanidankosmetikVI. Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga A.Biayapendidikan B.Kursusdanpelatihan C.Perlengkapan/peralatanpendidikan D.Rekreasi E.OlahragaVII. Transpor dan Komunikasi A.Transpor B.Komunikasidanpengiriman C.Saranadanpenunjangtranspor D.JasaKeuanganU M U M

Page 53: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Tabel Statistik

43

Tabel 8

Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota

(Persen)1)

1,49 1,09 4,45 2,16 -2,16 5,34 -1,05 4,84 4,38 2,92 2,97 -0,56 0,06 2,54 2,64 2,81 4,61 -1,67 5,85 1,94 3,49 2,75 1,36 1,39 0,35 0,16 0,71 2,74 4,93 1,92 -2,34 3,76 2,51 4,65 2,53 1,27 1,56 -0,03 -1,42 0,83 1,90 1,07 6,92 -0,29 1,15 2,69 4,63 2,31 3,06 2,22 -0,52 -0,12 0,40 1,68 4,01 2,98 -0,55 3,78 1,97 3,07 2,88 1,37 1,33 -0,20 0,40 0,29 0,85 3,31 1,63 -0,51 1,96 3,23 2,19 2,07 1,21 2,26 -0,84 -0,18 0,71 0,93 5,07 3,68 -1,96 2,06 3,05 4,35 4,09 2,04 2,07 0,04 -1,15 0,89 1,21 3,36 3,67 -1,49 1,92 3,31 4,15 2,46 3,17 0,55 0,48 -0,49 -0,40 2,30 1,97 1,40 -0,34 2,15 1,56 2,91 2,29 1,72 0,58 0,64 -0,59 1,20 1,61 6,14 3,17 -1,22 2,57 2,75 2,16 4,19 1,76 -0,19 0,26 -0,31 0,57 0,96 4,27 0,64 0,85 3,23 3,28 3,11 3,41 3,20 -0,29 -0,06 -0,10 1,32 1,23 3,76 1,36 -0,88 3,10 1,37 4,09 4,14 3,61 0,34 0,09 -0,90 0,43 0,69 2,31 0,71 0,12 3,40 2,22 3,29 2,93 4,95 0,74 0,92 -1,63 -0,16 2,16 0,93 2,62 -0,98 0,67 0,33 6,53 4,20 4,26 0,13 -0,78 -0,84 - - - - - - - - 3,80 3,04 1,22 -0,74 -0,56 - - - - - - - - 2,45 3,33 1,19 0,32 -1,30 0,33 1,21 2,07 1,95 0,51 1,85 1,61 3,51 1,94 2,54 - - - 0,99 2,23 3,53 3,73 -0,04 1,65 2,20 2,57 2,54 3,64 - - - - - - - - - - - 2,21 4,50 - - - - - - - - - - - 3,04 3,21 0,00 0,32 -0,09 - - - - - - - - 2,11 0,88 1,57 0,63 0,00 - - - - - - - - 1,15 2,38 0,46 0,79 -0,45 - - - - - - - - 2,80 3,42 1,32 1,67 0,28 - - - - - - - - 1,24 3,82 0,03 0,01 -0,27 - - - - - - - - 2,45 3,49 0,18 -0,87 -0,21 0,57 1,26 1,87 1,13 -0,26 2,48 1,82 2,81 2,76 2,28 -0,07 0,11 -0,23 -0,12 0,63 4,23 3,24 0,15 2,22 2,06 3,52 3,33 4,04 0,19 0,91 -0,08 1,36 2,21 2,48 2,22 1,33 2,21 0,26 3,60 2,75 3,53 1,16 0,78 -0,18 0,85 0,36 2,41 1,19 -0,34 0,99 1,42 2,74 2,13 1,74 0,13 1,06 0,03 0,87 1,48 1,57 2,37 0,52 1,98 1,72 4,18 2,40 2,83 0,18 0,72 -0,08 0,71 1,48 3,19 1,66 1,24 2,84 2,88 2,72 1,82 2,36 0,45 1,05 0,66 2,54 2,52 2,42 1,86 0,18 3,17 2,59 2,85 2,51 3,16 - - - 1,52 0,70 2,68 1,26 0,78 2,13 2,91 2,73 3,46 2,77 - - - - - - - - - - - 1,62 2,83 1,05 0,25 -0,19 1,19 0,80 3,11 2,50 -0,11 1,55 2,76 2,94 2,11 3,10 -0,35 0,90 -0,43 1,27 0,60 1,76 1,30 0,13 2,12 2,28 4,06 2,77 2,93 0,38 1,28 -0,17 - - - - - - - - 1,81 3,85 0,00 0,60 -0,39 - - - - - - - - 4,05 2,27 -0,32 1,02 -0,51 0,99 0,81 2,61 1,09 0,90 2,02 2,12 3,59 2,00 2,56 0,14 1,06 -0,63 0,56 -0,12 1,37 2,19 0,29 1,36 1,95 3,35 1,78 3,14 - - - 0,61 -0,05 1,93 3,59 1,00 1,14 2,78 3,23 3,21 3,23 - - - - - - - - - - - 4,94 3,16 0,77 2,41 -1,08 - - - - - - - - 2,24 6,66 -2,44 0,39 2,29 0,46 0,86 3,32 5,29 -0,39 0,90 2,47 3,33 2,31 0,46 - - - 0,98 1,72 1,29 2,56 1,14 2,12 2,49 4,21 2,27 3,21 - - - - - - - - - - - 2,94 2,73 0,02 0,38 -0,53 3,94 0,30 1,74 0,81 0,39 1,84 4,38 1,60 2,87 1,72 - - - 3,68 -0,52 3,94 0,62 -0,14 2,38 4,95 4,48 2,22 3,62 - - - 6,15 0,10 3,14 3,29 -0,66 2,60 2,39 4,12 2,48 2,23 - - - 1,90 -0,06 1,05 0,81 0,39 4,54 1,40 3,75 2,88 1,84 - - - 1,87 2,44 0,61 1,72 0,52 4,84 1,85 3,97 3,32 2,96 - - -

K o t a 2006 2007 2008 2009

II III IV I II III IV I II* III IV I II*

1.Lhokseumawe2.BandaAceh3.PadangSidempuan4.Sibolga5.PematangSiantar6.Medan7.Padang8.Pekanbaru9.Batam10.Jambi11.Palembang12.Bengkulu13.BandarLampung14.PangkalPinang15.Dumai16.TanjungPinang17.Jakarta18.Tasikmalaya19.Serang20.Tangerang21.Cilegon22.Bogor23.Sukabumi24.Bekasi25.Depok26.Bandung27.Cirebon28.Purwokerto29.Surakarta30.Semarang31.Tegal32.Yogyakarta33.Jember34.Sumenep35.Kediri36.Malang37.Probolinggo38.Madiun39.Surabaya40.Denpasar41.Mataram42.Bima43.Maumere44.Kupang45.Pontianak46.Singkawang47.Sampit48.PalangkaRaya49.Banjarmasin50.Balikpapan51.Samarinda

Page 54: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

44

Keterangan:

1)Perubahanindekspadaakhirtriwulanyangbersangkutandibandingkandenganindekspadaakhirtriwulansebelumnya

PerhitunganIHKmenggunakantahundasar2002(2002=100).

*Mulai1Juli2008,perhitunganIHKmenggunakantahundasar2007(2007=100)denganjumlahkotamenjadi66kota,datatriwulanII-2008adalahdatainflasimtm

(monthtomonth)bulanJuni2008

**PosisiMei2009

Sumber:BadanPusatStatistik(diolah)

Tabel 8

Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota (lanjutan)

(Persen)1)

- - - - - - - - 2,48 5,54 0,82 0,53 -0,10 0,05 2,15 1,29 3,34 -0,43 3,45 3,46 1,04 3,63 3,02 0,17 1,18 -1,96 2,92 1,23 1,74 0,60 1,87 1,60 3,84 1,49 2,44 5,01 -0,63 1,78 -0,51 - - - - - - - - 6,26 3,62 0,27 2,14 0,05 2,01 1,58 0,66 2,28 0,51 3,38 -0,54 4,45 3,39 3,50 - - - - - - - - - - - 2,76 4,21 0,43 0,40 -0,41 - - - - - - - - 3,15 3,50 1,16 1,14 0,33 3,12 2,29 2,97 1,94 2,20 0,15 2,94 2,91 6,49 3,30 0,74 2,99 0,54 -0,99 2,34 3,48 -1,24 0,46 3,22 4,51 -0,04 2,59 4,01 0,16 2,33 0,43 - - - - - - - - 3,04 5,86 -0,29 -0,35 -0,03 3,00 -0,47 1,25 1,77 0,51 2,38 1,07 2,92 1,76 5,06 -4,80 2,26 0,28 -0,04 0,82 1,72 2,39 2,06 0,44 5,21 4,71 1,17 4,30 -0,92 1,25 0,80 - - - - - - - - 5,78 8,31 0,62 3,52 0,29 - - - - - - - - 5,72 7,29 -1,86 0,77 -0,72 2,47 1,57 2,31 4,93 0,15 0,52 4,45 6,49 5,86 2,88 0,31 -0,06 -1,34 0,87 1,16 2,44 1,91 0,17 2,28 2,09 3,41 2,46 2,88 0,54 0,36 -0,26

K o t a 2006 2007 2008 2009

II III IV I II III IV I II* III IV I II*

52.Tarakan53.Manado54.Palu55.Watampone56.Makassar57.Parepare58.Palopo59.Kendari60.Gorontalo61.Mamuju62.Ambon63.Ternate64.Manokwari65.Sorong66.Jayapura

NASIONAL

Page 55: BANK INDONESIA - bi.go.id · II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%. Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan

Tabel Statistik

45

Keterangan: 1)Perubahanindekspadaakhirtriwulanyangbersangkutandibandingkandenganindekspadaakhirtriwulansebelumnya.

PerhitunganIHPBmenggunakantahundasar2000(2000=100). *) PosisiApril2009 Sumber:BadanPusatStatistik(BPSdiolah)

Tabel 9

Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar

(Persen) 1)

1,26 9,77 1,18 3,10 3,91 2,90 6,75 2,35

3,20 1,55 2,34 6,67 7,32 2,26 21,16 4,37

-1,29 0,35 0,60 3,41 4,68 0,89 13,39 1,80

1,84 1,02 0,52 0,34 -1,48 2,42 -9,47 0,18

3,80 3,00 8,04 9,11 10,73 4,61 24,20 8,02

0,00 0,70 1,34 0,69 1,43 0,00 5,13 1,38

2,76 0,70 1,32 6,85 9,15 3,28 20,49 4,08

4,03 13,19 22,22 0,64 -3,87 2,38 -13,77 9,15

3,87 0,61 1,60 -0,64 -1,34 -4,65 3,29 -1,20

4,97 1,83 2,11 5,13 8,84 6,50 13,64 4,85

5,33 2,40 2,58 0,61 0,00 2,29 -3,60 2,31

6,74 3,51 1,51 1,82 -5,00 1,49 -16,18 0,56

6,32 3,39 3,47 3,57 2,63 3,68 1,49 3,93

2,97 1,64 3,35 5,75 7,05 2,84 14,63 4,32

7,69 1,61 3,70 3,26 1,80 -0,69 6,38 3,63

7,59 3,70 5,80 11,05 10,00 2,08 24,40 8,50

7,05 4,08 7,17 6,64 5,88 5,44 6,43 6,45

7,75 10,78 12,60 15,56 14,14 5,16 28,10 12,55

4,32 3,54 1,40 -9,23 -5,31 2,45 -15,09 -1,92

0,00 4,27 -4,14 -11,86 -13,55 9,58 -47,22 -6,67

-31.27 -15.57 -41,37 -24,52 -25,95 -17,49 -50,53 -32,35

3,06 0,98 1,24 3,33 0,75 4,29 18,75 1,90

Akhir Pertanian Pertambangan Industri Impor Ekspor Umum

Periode Total Nonmigas Migas

2004

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2005

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2006

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2007

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2008

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2009

Trw.I

Trw.II