Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen....

23

Transcript of Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen....

Page 1: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun
Page 2: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun
Page 3: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011

1

Tinjauan Kebijakan MoneterNovember 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan

oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG)

pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus,

September, dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai

media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan

penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi

moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian

Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang

dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara

triwulanan pada setiap bulan April, Juli, Oktober dan Desember.

Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan

terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama

bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang

ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Darmin Nasution Gubernur

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur

Budi Mulya Deputi Gubernur

Halim Alamsyah Deputi Gubernur

Page 4: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011

2

Daftar Isi

I. Statement Kebijakan Moneter .....................................................3

II. Perkembangan dan Kebijakan Moneter ......................................5

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ......................................................5

Neraca Pembayaran Indonesia ..........................................................9

Inflasi ................................................................................................9

Nilai Tukar Rupiah ...........................................................................11

Transmisi Kebijakan Moneter .........................................................12

Suku Bunga .................................................................................12

Dana, Kredit, dan Uang Beredar ..................................................14

Pasar Saham ................................................................................15

Pasar Surat Berharga Negara (SBN) ..............................................17

Pasar Reksadana ..........................................................................18

Kondisi Perbankan .......................................................................19

III. Respons Kebijakan Moneter .......................................................20

Page 5: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011

3

I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

Dewan Gubernur menilai bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat meskipun kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia masih tinggi. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III

2011 mencapai 6,5% yang didukung oleh tingginya ekspor dan kuatnya

konsumsi. Pencapaian tersebut mengindikasikan masih terbatasnya

dampak gejolak ekonomi global terhadap perekonomian domestik. Pada

triwulan IV 2011, pertumbuhan ekonomi berpotensi lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya, ditopang oleh masih kuatnya konsumsi rumah

tangga dan ekspor serta prakiraan peningkatan belanja Pemerintah pada

bulan terakhir. Prakiraan kuatnya konsumsi rumah tangga didukung

oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu,

pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun

2011, pertumbuhan ekonomi diprakirakan mencapai 6,5%. Sektor-sektor

yang diprakirakan menjadi pendorong utama adalah sektor industri, sektor

perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor transportasi dan komunikasi.

Dewan Gubernur berpandangan hingga saat ini pasar keuangan domestik terus membaik. Kondisi yang membaik tersebut seiring

dengan berbagai langkah kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan

Pemerintah dalam memitigasi dampak gejolak ekonomi global. Hal itu

tercermin pada kinerja bursa saham yang meningkat dan imbal hasil

SBN yang menurun. Di sisi lain, suku bunga pasar uang antar bank juga

cenderung menurun seiring dengan tersedianya likuiditas yang memadai.

Dalam kaitan ini penyesuaian BI Rate ke level 6,0% diharapkan dapat

memperbaiki struktur suku bunga menurut berbagai tenor jatuh tempo.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV 2011 diprakirakan akan mengalami surplus yang cukup besar setelah mengalami defisit pada triwulan sebelumnya. Defisit NPI pada

triwulan III 2011 lebih banyak disebabkan oleh imbas negatif dari krisis

utang di Eropa yang memicu sebagian investor asing keluar dari pasar

saham dan surat utang negara. Sementara itu, sentimen positif pada

prospek perekonomian Indonesia dan masih menariknya imbal hasil

investasi di Indonesia diprakirakan menjadi daya dorong masuknya kembali

modal asing ke Indonesia pada triwulan IV 2011 sehingga memperbaiki

kinerja transaksi modal dan finansial (TMF). Selain itu, penarikan utang

luar negeri juga diperkirakan tetap tinggi sejalan dengan realisasi investasi

Page 6: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011

4

swasta dan pengeluaran Pemerintah yang meningkat pada triwulan

IV 2011. Untuk keseluruhan tahun 2011, NPI diprakirakan masih akan

mencatat surplus yang cukup besar. Sementara itu, cadangan devisa

pada akhir Oktober 2011 tercatat sebesar 114 miliar dolar AS atau setara

dengan 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

Nilai tukar rupiah masih mengalami tekanan dengan intensitas dan pergerakan yang lebih rendah. Pada Oktober 2011, nilai tukar rupiah

secara rata-rata melemah 1,36% (mtm) menjadi Rp8.865 per dolar AS.

Risiko terkait prospek ekonomi Eropa dan AS telah mendorong investor

melakukan penyesuaian instrumen investasinya sehingga menimbulkan

tekanan pada nilai tukar. Selain itu, permintaan valas untuk memenuhi

pembayaran impor yang meningkat juga turut menekan nilai tukar rupiah.

Namun, berbagai langkah kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah dapat

membatasi tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Bank Indonesia terus

memonitor perkembangan nilai tukar rupiah dan memastikan kecukupan

likuiditas rupiah dan valas yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan

pasar domestik.

Tekanan inflasi terus menurun seiring dengan penurunan harga komoditas global, pasokan yang memadai serta ekspektasi inflasi yang membaik. IHK pada Oktober 2011 mengalami deflasi sebesar

0,12% (mtm) atau 4,42% (yoy), didorong oleh deflasi kelompok inti

dan volatile food. Deflasi kelompok inti antara lain diakibatkan oleh

menurunnya harga komoditas global, khususnya emas. Sementara itu,

deflasi harga bahan pangan sejalan dengan memadainya pasokan yang

didukung oleh membaiknya produksi dan impor serta lancarnya distribusi.

Inflasi tahun 2011 diprakirakan akan menuju batas bawah target inflasi

pada kisaran 4%.

Perkembangan sistem perbankan menunjukkan stabilitas yang tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yang membaik, meskipun sempat terjadi gejolak di pasar keuangan akibat pengaruh global. Terjaganya stabilitas industri perbankan dicerminkan oleh tingginya

rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh

di atas minimum 8% dan rendahnya rasio kredit bermasalah (NPL/Non

Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu, penyaluran kredit

untuk pembiayaan kegiatan perekonomian terus meningkat, sebagaimana

tercermin pada pertumbuhan kredit yang mencapai 25,3% (yoy) hingga

akhir September 2011 dengan kredit investasi sebesar 31,1% (yoy) dan

kredit modal kerja sebesar 24% (yoy) serta kredit konsumsi sebesar 23,8%

Page 7: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011

5

(yoy). Bank Indonesia tetap fokus menjaga stabilitas sistem perbankan dan

memperkuat fungsi intermediasi dengan tetap memperhatikan prinsip

kehati-hatian, sehingga perekonomian nasional tetap dapat mencapai

pertumbuhan yang optimal di tengah kekhawatiran terhadap prospek

perekonomian global.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 10 November 2011 memutuskan untuk menurunkan kembali BI Rate sebesar 50 bps menjadi 6,00%. Penurunan BI Rate tersebut sejalan

dengan tekanan inflasi ke depan yang semakin rendah sekaligus sebagai

langkah perbaikan terhadap struktur suku bunga (term structure) jangka

pendek, menengah dan panjang. Penurunan tersebut juga dimaksudkan

untuk mengurangi dampak memburuknya prospek ekonomi global

terhadap perekonomian Indonesia. Indikator produksi dan konsumsi

negara-negara maju masih terus melambat, sementara pasar keuangan

global masih cenderung volatile meskipun sempat rebound. Sementara

itu, kondisi pasar keuangan domestik semakin stabil disertai sentimen

pasar yang positif seiring dengan berbagai kebijakan yang ditempuh Bank

Indonesia bersama dengan Pemerintah. Ke depan, Dewan Gubernur

terus mewaspadai perkembangan ekonomi global yang masih diliputi

ketidakpastian, seiring belum solidnya penyelesaian masalah utang dan

fiskal di Eropa dan AS. Dewan Gubernur akan menempuh respons suku

bunga serta bauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk

menjaga stabilitas makroekonomi dan memitigasi potensi penurunan

kinerja perekonomian Indonesia dengan tetap mengutamakan pencapaian

sasaran inflasi, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1% pada tahun

2012.

II. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN MONETER

Pertumbuhan Ekonomi IndonesiaKinerja perekonomian pada triwulan IV 2011 diprakirakan tumbuh menguat seiring dengan peningkatan aktivitas domestik. Di sisi

permintaan, konsumsi rumah tangga dan investasi diprakirakan tumbuh

meningkat sejalan dengan meningkatnya keyakinan konsumen dan

optimisme pelaku usaha. Belanja pemerintah juga diperkirakan meningkat

Page 8: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011

6

sesuai dengan pola historisnya. Di sisi eksternal, kinerja ekspor menghadapi

tantangan akibat penurunan akselerasi perekonomian global. Sementara

itu, walaupun melambat pertumbuhan impor tetap pada level yang tinggi

sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik. Dari sisi penawaran,

kinerja sektor tradables diperkirakan tumbuh tinggi terutama ditopang

oleh sektor industri pengolahan. Sementara itu, kinerja sektor nontradables

diprakirakan tumbuh tinggi yang ditopang oleh sektor perdagangan, hotel,

dan restoran (PHR), sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor

bangunan.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2011 diprakirakan tumbuh meningkat. Keyakinan konsumen yang tetap tinggi mendukung

pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Hal tersebut tercermin dari Indeks

Keyakinan Konsumen BI yang naik menjadi 116,1 pada Oktober 2011

(Grafik 2.1), didukung oleh meningkatnya persepsi konsumen atas kondisi

ekonomi saat ini dan ekspektasi ekonomi enam bulan mendatang. Nilai

tukar rupiah yang relatif terjaga, meski mengalami sedikit pelemahan, juga

mendukung konsumsi rumah tangga melalui jalur impor barang konsumsi.

Sementara itu, berdasarkan Consensus Forecast Oktober 2011 ekspektasi

inflasi semakin membaik, turun dari 5,6% (yoy) menjadi 5,5% (yoy) untuk

tahun 2011 dan turun dari 5,9% (yoy) ke 5,7% (yoy) untuk tahun 2012

(Grafik 2.2). Beberapa indikator dini juga mendukung akselerasi konsumsi

rumah tangga. Pertumbuhan penjualan sepeda motor pada September

2011 mengalami peningkatan yang signifikan (51%, yoy), didukung oleh

pulihnya rantai pasokan setelah libur hari raya keagamaan. Sementara itu,

penjualan mobil walaupun tumbuh melambat, namun penjualan pada

Oktober 2011 tumbuh 24,83%, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan

penjualan sepanjang tahun 2011 yang sebesar 20,22% (Grafik 2.3). Daya

beli konsumen kelompok pelaku usaha diprakirakan meningkat seiring

masih tingginya profit margin1 terutama pada sektor pertambangan.

Membaiknya suku bunga riil simpanan deposito satu dan tiga bulan

mulai triwulan II 2011 berpotensi meningkatkan penghasilan konsumen,

khususnya deposan. Namun, suku bunga riil simpanan tabungan masih

tercatat negatif (Grafik 2.4). Sedangkan kredit konsumsi riil sebagai salah

satu sumber pembiayaan konsumsi terus tumbuh diatas 20%, tidak

terpengaruh oleh suku bunga kredit konsumsi riil yang tetap tinggi.

Grafik 2.1 Indeks Keyakinan Konsumen - SK BI

Grafik 2.2 Ekspektasi Inflasi - Consensus Forecast

Grafik 2.3 Pertumbuhan Penjualan Mobil dan Sepeda Motor

1 Profit Margin = Net Income / Sales

�������

����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

�����

���� ���� ���� ����� � � � �� �� � � � � �� �� � � � � �� �� � � � � ���

����������

����������

������������������������

�������������������������

�������������������������������������������

���������������������������������

�����������������������������������

��������������

������

���

���

���

���

���� � � � � � � � � �� �� ��

��������������������������������������������������

���� ����

���� ��������

����

����

���� �������� ����

�������� ����

������

����

����

���

���

�������������

����

����

��

��

��

��

���

����������������������������������������

����������������

���� ���� ���� ����� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � �

Page 9: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011

7

Konsumsi Pemerintah diperkirakan akan tumbuh tinggi pada triwulan IV 2011. Setelah penyerapan yang rendah pada triwulan III

2011, peningkatan belanja anggaran berpotensi terjadi secara maksimal

pada triwulan IV 2011 sesuai dengan pola historisnya. Hingga triwulan III

2011 penyerapan belanja pemerintah hanya mencapai 58,6% dari budget,

sedikit membaik dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun,

pengeluaran untuk belanja barang dan modal yang diperlukan untuk

mendorong investasi justru menurun.

Kinerja investasi diprakirakan masih akan terakselerasi pada triwulan IV 2011. Pertumbuhan investasi didukung oleh optimisme

pelaku usaha yang tercermin dari hasil Survei Keyakinan Dunia Usaha

(SKDU) yang memprakirakan nilai investasi terus meningkat pada

semester II 2011 dengan investasi dominan berupa investasi baru

(Grafik 2.5). Iklim investasi yang kondusif sebagai pendorong investasi

sejalan dengan indeks tendensi bisnis BPS yang membaik pada triwulan

III 2011 (Grafik 2.6). Akselerasi pertumbuhan investasi ditopang baik

oleh investasi bangunan maupun nonbangunan. Investasi bangunan

diprakirakan tumbuh meningkat, terindikasi dari sedikit meningkatnya

penjualan semen pada triwulan III 2011 yaitu sebesar 22,79% (yoy) dari

20,90% pada triwulan sebelumnya. Impor barang-barang konstruksi

tumbuh meningkat pada September 2011 (51,28% yoy), ditopang oleh

membaiknya impor keramik, kaca dan material batu/semen (Grafik 2.7).

Sementara itu, investasi nonbangunan tumbuh meningkat, didorong oleh

membaiknya investasi baik sektor manufaktur maupun alat transportasi.

Volume impor barang modal dan perlengkapan meningkat signifikan

pada September 2011. Sejalan dengan kenaikan tersebut, impor alat

angkut baik mobil penumpang, suku cadang maupun alat angkut untuk

industri juga tercatat meningkat. Indeks produksi khususnya mesin dan

peralatan juga tumbuh meningkat pada triwulan III 2011. Namun, tingkat

penggunaan kapasitas produksi industri pengolahan menurut SKDU pada

triwulan III 2011 mencapai 73,14%, sedikit turun dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang sebesar 74,29%. Penurunan kapasitas utilisasi

juga dikonfirmasi oleh hasil survei produksi bulan September 2011 yang

menunjukkan kapasitas utilisasi industri pengolahan nonmigas sebesar

77,80%, sedikit melambat dari bulan sebelumnya 77,94%.

Kinerja permintaan eksternal pada triwulan IV 2011 berpotensi melambat sejalan dengan penurunan akselerasi perekonomian global. Hal tersebut didukung oleh realisasi volume perdagangan

dunia hingga pertengahan triwulan III 2011 yang terkoreksi turun.

Grafik 2.4 Suku Bunga Riil : Tabungan & Deposito

Grafik 2.5 Sifat Investasi - SKDU

Grafik 2.6 PMTB Bangunan & Indikator

�����

����

����

����

����

���

���

���

���

���

���� ���� ���� ����� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ����

��������������������������

���������������������������������������������������������������������������������

�����������������������������������������

�������������������

�������������

�������������������

���

�������������� ����������� ����������������������������

���� ���� ���� ������� ���� ��� ���� ��� ���� ��� �����

����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� �����

����� ���������� ����� ����� ����� ����� �����

����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� �����

����� �����

���������������������������������������

������������

���������

���������

���� ���� ���� ����� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ���

������������������������

�����������������������������������

����������������������������������������������������������

�������������������������

�������������������������

���

���

���

��

��

��

Page 10: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011

8

Memasuki akhir tahun, dampak spillover ekonomi Amerika dan Eropa

pada pertumbuhan ekspor diprakirakan masih terbatas. Namun potensi

meluasnya dampak moderasi perekonomian tersebut, terutama ke negara

emerging markets, dapat menekan pertumbuhan ekspor pada triwulan

IV 2011. Dilihat dari komponennya, pertumbuhan ekspor non-migas

diprakirakan melambat sejalan dengan perlambatan ekspor pertanian dan

industri pada triwulan III 2011 terutama pada komoditas CPO, tekstil, kopi

dan kakao. Sementara itu, ekspor pertambangan meningkat ditopang

oleh masih tingginya permintaan ekspor batubara. Di sisi lain, kontraksi

ekspor migas akibat lifting minyak yang masih belum mencapai target

karena faktor penyusutan produksi tambang lama dan gangguan produksi

diperkirakan masih berlanjut pada akhir tahun.

Pertumbuhan impor pada triwulan IV 2011 diprakirakan sedikit melambat seiring dengan perlambatan ekspor. Meskipun melambat,

kinerja impor masih tumbuh pada level tinggi sejalan dengan masih

kuatnya permintaan domestik. Berdasarkan kelompok penggunaannya

hingga triwulan III 2011, impor barang konsumsi mencatat kenaikan

tertinggi diikuti oleh barang modal dan bahan baku. Kenaikan tersebut

terutama pada makanan dan minuman untuk rumah tangga, bahan baku

untuk industri serta kendaraan penumpang. Peningkatan pertumbuhan

komoditas tersebut terkait dengan peningkatan arus mobilitas menjelang

Lebaran serta berangsur membaiknya kemampuan Jepang dalam

memproduksi komoditas alat angkut. Sementara itu, impor migas

sepanjang triwulan III 2011 tumbuh tinggi sejalan dengan pertumbuhan

konsumsi migas yang cenderung naik.

Dari sisi sektoral, sektor tradables (khususnya industri pengolahan) tumbuh tinggi. Hal tersebut didorong oleh permintaan domestik yang

masih baik. Secara rinci, kinerja sektor tradables diprakirakan tumbuh

sesuai perkiraan terutama ditopang oleh sektor industri pengolahan.

Namun, terdapat beberapa risiko yang dapat menghambat kinerja sektor

tradables diantaranya: (1) terlambatnya musim hujan yang berpengaruh

terhadap kinerja sektor pertanian; (2) planned shutdown beberapa

lapangan gas dan menurunnya produksi emas dan tembaga karena

pemogokan di Freeport pada sektor pertambangan; dan (3) gangguan

pasokan komponen mobil akibat banjir Thailand yang berpengaruh

terhadap kinerja sektor industri pengolahan. Kinerja sektor nontradables

juga diperkirakan tumbuh sesuai perkiraan, ditopang oleh kinerja sektor

perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), sektor pengangkutan dan

Grafik 2.7 Ekspor Riil Migas & Non Migas

Grafik 2.8 Impor Riil Migas & Non Migas

�����

���

���

���

��

��

��

��

���� ���� ���� ����

���

���

��

��

��

��

���

�����

� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � �

�������������������������������

����� �����

���

���

���

��

��

��

��

����������������������������������

���� ���� ���� ����� � � � � �� ��� � � � �� � � � � � �� � � � � �

����

���

��

���

���

Page 11: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011

9

komunikasi, dan sektor bangunan. Penyelenggaraan SEA Games pada

November 2011 di Jakarta dan Palembang berkontribusi positif pada

sektor ini. Di sisi lain, terdapat risiko pada subsektor angkutan rel terkait

kebijakan pembatasan penumpang kereta api dan penghentian sementara

29 rangkaian KRL Jabodetabek dan pada subsektor komunikasi terkait

dihentikannya layanan content provider.

Neraca Pembayaran IndonesiaNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV 2011 diprakirakan akan mengalami surplus yang cukup besar setelah mengalami defisit pada triwulan sebelumnya. Namun, defisit pada

triwulan III 2011 lebih banyak disebabkan oleh imbas negatif dari krisis

utang di Eropa yang memicu sebagian investor asing keluar dari pasar

saham dan surat utang negara. Sementara itu, persepsi investor asing

terhadap prospek perekonomian Indonesia masih positif sebagaimana

tercermin pada tetap tingginya arus masuk investasi langsung dan

penarikan ulang luar negeri sektor swasta. Transaksi berjalan juga masih

surplus, ditunjang oleh kuatnya kinerja ekspor. Pada triwulan IV 2011,

didukung oleh kestabilan makroekonomi yang terjaga, Neraca Pembayaran

Indonesia diperkirakan akan kembali ke kondisi surplus. Indikasi ke arah

sana terlihat pada perilaku investor asing yang sejak Oktober hingga

minggu pertama November sudah masuk kembali ke pasar saham dan

surat utang negara. Arus masuk investasi langsung dan penarikan utang

luar negeri juga diperkirakan tetap tinggi sejalan dengan realisasi investasi

swasta dan pengeluaran pemerintah yang biasanya meningkat pada

triwulan ini. Untuk keseluruhan tahun 2011, NPI diprakirakan masih akan

mencatat surplus yang cukup besar. Sementara itu, cadangan devisa

pada akhir Oktober 2011 tercatat sebesar 114 miliar dolar AS, atau setara

dengan 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

I n f l a s iPerlambatan inflasi IHK masih terus berlanjut pada Oktober 2011 yang didorong oleh deflasi pada kelompok inti dan volatile food prices. Laju inflasi IHK Oktober 2011 tercatat deflasi sebesar 0,12%

(mtm) atau 4,42% (yoy) (Grafik 2.9). Inflasi pada bulan laporan tersebut

lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0,27% (mtm) Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi

������

���� ���� ���� ���� ����� � � � ���� � � � � ���� � � � � ���� � � � � �� �� � � � �

���������������������������������������

���

��

��

��

��

����������������

Page 12: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011

10

atau 4,61% (yoy). Berbagai faktor, baik dari eksternal maupun domestik,

mendukung penurunan laju inflasi, yang terutama adalah tren penurunan

harga komoditas global, pasokan yang memadai, serta ekspektasi inflasi

yang membaik. Deflasi pada kelompok inti di bulan Oktober diyakini

bersifat temporer mengingat penyebab koreksi harga adalah komoditas

emas dan tarif angkutan yang masih tersisa pasca hari raya. Koreksi

harga bahan makanan terutama terjadi di Kawasan Timur Indonesia dan

Jakarta sehingga mendorong deflasi yang cukup tajam pada kelompok

volatile food. Sementara itu, kebijakan pemerintah di bidang harga berupa

kenaikan tarif tol berdampak sangat minimal pada inflasi bulan laporan

(Grafik 2.10).

Kelompok volatile food prices pada Oktober 2011 masih mengalami deflasi yang didorong oleh masih berlangsungnya koreksi harga yang cukup besar pada sebagian besar komoditas pangan (kecuali beras dan cabai merah). Berbeda dengan pola historisnya, kelompok

volatile food prices kembali mencatat deflasi sebesar 0,37% (mtm) atau

secara tahunan sebesar 5,78% (yoy). Setelah sempat mencapai inflasi

18,25% (yoy) pada awal tahun 2011, inflasi volatile food prices sepanjang

tahun ini berada dalam tren yang terus menurun. Deflasi pada kelompok

ini disebabkan oleh memadainya sisi pasokan serta distribusi yang relatif

lancar. Secara umum, produksi beberapa bahan pangan utama seperti

beras, cabe, bawang merah, daging ayam, dan telur mampu memenuhi

kebutuhan domestik. Melimpahnya pasokan bahan pangan tersebut

juga tidak terlepas dari impor bahan pangan yang cenderung mengalami

peningkatan. Di sisi lain, tekanan kenaikan harga beras dan cabai merah

masih berlanjut dan memberikan sumbangan inflasi masing-masing

sebesar 0,08% (mtm) dan 0,06% (mtm) (Grafik 2.11). Meskipun secara

tahunan sejumlah komoditas pangan diperkirakan mencatat surplus,

namun sebaran produksi bulanannya diperkirakan tidak merata.

Kebijakan Pemerintah di bidang harga berupa kenaikan tarif tol berdampak minimal terhadap inflasi administered prices. Inflasi

administered prices pada Oktober 2011 tercatat cukup rendah yaitu

0,16% (mtm) atau 2,91% (yoy), tidak jauh berbeda dengan bulan

sebelumnya yang sebesar 0,32% (mtm) dan 2,83% (yoy). Sumbangan

inflasi utamanya berasal dari komoditas rokok kretek (0,03%) dan bensin

(0,01%). Sementara itu, kenaikan tarif tol memberikan dampak yang tidak

signifikan ke inflasi, yaitu kurang dari 0,01%. Sebaliknya, koreksi tarif

kereta api menyumbang deflasi sebesar 0,01%.

Grafik 2.10 Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%, mtm)

Grafik 2.11 Pasokan & Harga Beras

����

���

���

���

���

���

�����

����

�����

����

���� ����

��������������

�����������������������������

��������������

�����������������������������

��������������

�����������������������������

���� ��������� �����������

�������

�����

�����

�����

�����

�����

�����

������

������

������

������

�����

�����

�����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� � � � � � �� � �� � � � � � � ��� � � � � � � � � � � ��� � � � � � � � � � � � � � �

���� ����

�����������������������������������������������������������

Page 13: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011

11

Tekanan inflasi inti pada bulan laporan tercatat mengalami deflasi, terutama didorong oleh dampak eksternal berupa pelemahan harga komoditas global, membaiknya ekspektasi inflasi, dan pada saat bersamaan masih ada koreksi harga pasca hari raya (tarif angkutan). Inflasi inti tercatat sebesar 0,12% (mtm) atau 4,43% (yoy)

(Grafik 2.12), menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar

0,39% (mtm) atau 4,93% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong deflasi

kelompok inti antara lain penurunan harga komoditas global yaitu emas.

Emas perhiasan tercatat menyumbang deflasi hingga 0,11% (mtm).

Lebih lanjut, sejalan dengan penurunan harga pangan global, inflasi yang

mencakup mayoritas makanan olahan yang diawetkan juga mengalami

perlambatan. Dari sisi domestik, kondisi permintaan dan penawaran

yang kondusif serta ekspektasi inflasi yang menurun juga mendukung

penurunan inflasi inti lebih lanjut. Penurunan inflasi inti yang cukup dalam

bulan ini juga bersumber dari kelompok non makanan terkait koreksi

harga pasca Hari Raya, khususnya pada tarif angkutan yang memberikan

sumbangan deflasi mencapai 0,07% (mtm). Sementara itu, kelompok

komoditas yang dalam beberapa periode terakhir menunjukkan tren

peningkatan seperti inflasi di sektor properti masih relatif stabil dalam

perkembangan terakhir.

Nilai Tukar Rupiah Selama Oktober 2011, depresiasi nilai tukar rupiah masih berlanjut seiring dengan masih tingginya ketidakpastian global meski dengan tekanan yang lebih rendah. Secara rata-rata, rupiah terdepresiasi

sebesar 1,36% ke level Rp8.865 per dolar AS, sementara secara point-

to-point rupiah terkoreksi sebesar 0,71% dari bulan sebelumnya dan

ditutup pada level Rp8.853 per dolar AS. Pelemahan rupiah tersebut relatif

sejalan dengan pergerakan nilai tukar kawasan yang secara rata-rata juga

mengalami koreksi. Dengan perkembangan tersebut, sejak awal tahun

2011 rupiah membukukan penguatan sebesar 1,77% (ytd). Tekanan

yang terjadi pada rupiah diikuti oleh volatilitas yang menurun. Kebijakan

stabilisasi yang dilakukan BI di tengah masih tingginya ketidakpastian

global mampu meredam volatilitas pergerakan rupiah. Tingkat volatilitas

rupiah pada bulan laporan menjadi 0,34% dari 0,91% pada bulan

sebelumnya.

Grafik 2.12 Inflasi Inti & Inflasi Inti kecuali Emas

������

��

���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ���� ���� ����

���������������������

����

����

Grafik 2.13 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah

�������

����������������������������������������

�������

��� ��� ��� ��� ��� �������

��� ��� ��� �������

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�������������������������������

����

����

����

����

����

����

Page 14: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011

12

Ketidakpastian penanganan krisis utang di kawasan Eropa serta melemahnya perekonomian negara maju memberikan dampak tidak langsung pada pasar keuangan domestik yang pada gilirannya memengaruhi pergerakan rupiah. Selama bulan laporan,

rambatan sentimen negatif akibat penurunan kredit rating Spanyol dan

Italia memberikan tekanan pada rupiah. Namun di penghujung bulan,

harapan dicapainya kesepakatan langkah penanganan pada pertemuan

otoritas Uni Eropa di akhir bulan serta rilis data makroekonomi AS yang

positif memberikan angin segar bagi pasar keuangan global. Selain itu,

melimpahnya likuiditas global berpotensi mendorong penguatan rupiah ke

depan. Ekses likuiditas global pasca pelonggaran kuantitatif di masa krisis

tahun 2008 dan terus berlanjutnya program pembelian aset oleh beberapa

bank sentral tetap menjadi sumber aliran dana ke negara berkembang.

Kebijakan suku bunga rendah di negara maju menyebabkan investor

mencari lokasi penempatan dana yang memberikan imbal hasil lebih

tinggi. Emerging markets Asia yang tumbuh lebih tinggi menjadi tujuan

utama penempatan dana global ini. Indikator imbal hasil investasi di aset

rupiah yang tercermin dari selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri

(UIP - Uncovered Interest Parity) relatif lebih tinggi dibandingkan dengan

beberapa negara di kawasan regional Asia. Bahkan jika memperhitungkan

premi risiko, daya tarik investasi dalam rupiah pun tetap tinggi. Di akhir

Oktober, faktor risiko di mayoritas negara kawasan sedikit mereda seiring

dengan tercapainya kesepakatan penanganan krisis oleh Uni Eropa

sebagaimana tercermin pada penurunan yield yang akhirnya mendorong

peningkatan CIP kawasan. Sementara itu, indikator risiko yang terlihat dari

Credit Default Swap (CDS) meski menurun pada Oktober, namun masih

berada pada level yang tinggi dan akan sangat tergantung pada efektivitas

upaya penyelesaian krisis utang di Eropa serta laju pemulihan ekonomi AS.

Transmisi Kebijakan Moneter

Suku BungaKondisi likuiditas di pasar uang pada Oktober 2011 yang masih berlimpah mendorong suku bunga PUAB terus bergerak turun. Rata-

rata suku bunga PUAB O/N turun 27 bps menjadi 5,13% dibandingkan

dengan September 2011. Searah dengan suku bunga PUAB O/N, rata-rata

suku bunga PUAB dengan tenor lebih panjang dari O/N juga bergerak Grafik 2.16 CIP (Covered Interest Parity)

Grafik 2.14 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah

Grafik 2.15 UIP (Uncovered Interest Parity)

� �������

�������������������������������

�����������������������������������������������������

��������������������������������������������

���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

����

����

���

���

���

���

���

����

��������

�����

��������

���������

���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

����

����

����

���

���

���

���

���

���������

������������

��������

�����

���� ���� ���� ����������� ��� ��������� ��� ��� ��� ��������� ��� ��� ��� ��������� ��� ��� ��� ��������� ��� ��� ��� ������ ���

Page 15: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011

13

ke level yang lebih rendah, namun cenderung lebih fluktuatif di jangka

panjang terkait dengan volume transaksi yang tipis. Rata-rata suku bunga

PUAB dengan tenor lebih panjang berada pada kisaran 5,14% - 6,0%,

lebih rendah dibandingkan dengan September yang berada di kisaran

5,42% - 5,85%2. Di sisi risiko, persepsi risiko likuiditas di PUAB selama

Oktober 2011 relatif rendah sejalan dengan kondisi pasar uang yang

likuid. Hal tersebut tercermin pada rata-rata selisih suku bunga PUAB O/N

tertinggi dan terendah yang turun menjadi 6 bps dibandingkan dengan

September yang tercatat sebesar 12 bps.

Besarnya ekses likuiditas tercermin dari posisi instrumen operasi moneter yang meningkat. Posisi deposit facility (DF) O/N, sebagai

penempatan likuiditas bank berjangka pendek di Bank Indonesia,

meningkat dari Rp78,8 triliun pada September 2011 menjadi Rp

108,3 triliun pada Oktober 2011. Peningkatan deposit facility juga

menggambarkan perilaku berjaga-jaga bank untuk ketersediaan likuiditas

jangka pendek, terkait dengan ketidakpastian pasar keuangan domestik

akibat perkembangan pasar global dalam penanganan krisis. Besarnya

likuiditas jangka pendek (DF O/N) tersebut menyebabkan suku bunga

PUAB O/N sangat rendah sehingga hampir menyentuh batas bawah

koridor.

Di sisi perbankan, suku bunga kredit masih terus menurun, sementara suku bunga deposito bergerak relatif stabil. Dibandingkan

dengan Agustus, sampai dengan September 2011 suku bunga kredit

modal kerja (KMK), kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KK) masing-

masing turun sebesar 11, 4 dan 5 bps menjadi 12,39%, 12,06% dan

Grafik 2.17 Indikator Persepsi Risiko Indonesia

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

����������� �����������

������������������

������������������������������������������������������

���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���

���

2 Sampai dengan tenor 1 bulan

Tabel 2.1Perkembangan Berbagai Suku Bunga

Suku Bunga (%)

6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 6,72 6,81 6,78 6,83 6,72 6,72 6,83 6,80 6,85 6,82 6,86 6,80 6,83 12,21 12,07 11,98 11,98 12,03 11,84 12,21 12,06 12,22 12,15 12,08 12,17 12,07 13,00 13,01 12,96 12,83 12,75 12,72 12,69 12,68 12,61 12,60 12,55 12,50 12,39 12,41 12,38 12,35 12,28 12,25 12,20 12,18 12,16 12,15 12,13 12,11 12,10 12,06 14,75 14,65 14,53 14,53 14,48 14,50 14,39 14,38 14,37 14,37 14,32 14,30 14,25

BI RatePenjaminan DepositoDep 1 bulan (Weighted Average)Base Lending RateKredit Modal Kerja (KMK)Kredit Investasi (KI)Kredit Konsumsi (KK)

2010 2011

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep

Page 16: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011

14

14,25%. Sementara itu, suku bunga deposito 1 bulan relatif stabil pada

level 6,83%, hanya naik 3 bps dari Agustus 2011. Dengan perkembangan

tersebut, spread suku bunga kredit terhadap deposito menjadi 6,07%,

turun dari 6,17% pada Agustus. Suku bunga giro dan tabungan rupiah

juga relatif stabil masing-masing sebesar 2,23% dan 2,62% dibandingkan

Agustus sebesar 2,22% dan 2,67%. Berdasarkan perkembangan tersebut,

spread antara suku bunga kredit terhadap rata-rata tertimbang suku

bunga giro dan tabungan menjadi sebesar 10,42%, menyempit 2 bps

dibandingkan dengan Agustus 2011.

Dana, Kredit, dan Uang BeredarDana pihak ketiga (DPK) mencatat pertumbuhan yang meningkat. Pada September 2011 DPK tumbuh 18,7% (yoy) menjadi Rp2.545 triliun,

lebih tinggi dibandingkan dengan Agustus yang tumbuh sebesar 17,5%

(yoy). Kontribusi deposito dan tabungan terhadap pertumbuhan DPK

masih besar meskipun pertumbuhannya relatif melambat. Pertumbuhan

giro tercatat sebesar 15,1% (yoy), lebih tinggi dari Agustus yang hanya

tumbuh sebesar 5,6% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan deposito

dan tabungan sedikit menurun menjadi 18,4% (yoy) dan 21,9% (yoy)

dibandingkan dengan Agustus yang tumbuh masing-masing 19,4% dan

24,1%, (yoy). Pertumbuhan DPK diperkirakan terus meningkat mencapai

18,9% (yoy) berdasarkan data LHBU per Oktober 2011.

Penyaluran kredit terus meningkat, dan diperkirakan akan berlangsung hingga akhir tahun 2011. Pada September 2011, kredit

total (termasuk channeling) tumbuh 24,8% (yoy) menjadi Rp2.109

triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan Agustus (23,4%, yoy). Ekspansi

kredit diperkirakan akan terus berlanjut. Hal tersebut dikonfirmasi

oleh perkembangan data LHBU sampai dengan Oktober 2011 yang

menunjukkan kredit masih meningkat sebesar 26,0% (yoy). Tren ekspansi

kredit terutama ditopang oleh KMK. Pada September 2011, kredit

konsumsi masih tumbuh tinggi, meski dalam perkembangan terakhir

sedikit melambat menjadi sebesar 23,8% (yoy) dibandingkan dengan

Agustus (24,8%, yoy). Sementara itu, Kredit Investasi dan Kredit Modal

Kerja mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi menjadi 31,1% dan 24,0%

(yoy) dibandingkan dengan posisi Agustus yang mencatat pertumbuhan

masing-masing 30,1% dan 20,8%, (yoy).

Secara sektoral, penyaluran kepada sektor-sektor produktif terus meningkat. Pada September 2011 sumbangan kredit sektor produktif

Grafik 2.18 Perkembangan Berbagai Suku Bunga

Grafik 2.19 Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan

Grafik 2.20 Pertumbuhan Kredit Sektoral

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � � � � � � � � � � � � � � �

������� �������������� ������������������

���������������� ���������������

������������������������

��

��

��

��

���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�������

������

����

����

��

��

��

��

��

������� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

������� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ���

��������

����

����

����

�������������������

�����������

����������������

�������

���������

����������

��������

��� ���� ���� ���� ���� ����

������������������

�����������

��������������� ������� �����

Page 17: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011

15

antara lain ke sektor industri pengolahan, sektor pertanian, sektor

konstruksi dan sektor perdagangan terhadap total kredit meningkat.

Pertumbuhan kredit sektor industri pengolahan, sektor pertanian, sektor

konstruksi dan sektor perdagangan masing-masing menjadi 24,3%,

16,0%, 16,6% dan 19,1% (yoy) meningkat dibandingkan dengan Agustus

2011 yang tumbuh sebesar 19,5%, 12,9%, 12,5% dan 16,1% (yoy).

Selain itu, pertumbuhan kredit sektor pertambangan dan jasa sosial juga

meningkat masing-masing menjadi 45,8% dan 17,2% (yoy) dibandingkan

dengan Agustus 2011 sebesar 41,5% dan -0,8% (yoy). Di sisi lain,

pertumbuhan kredit sektor lainnya pada September 2011 relatif stabil yaitu

di level 25,7% (yoy), hanya sedikit lebih rendah dari Agustus 2011 yang

tumbuh 26,0% (yoy).

Sejalan dengan aktivitas ekonomi yang terus meningkat, likuiditas perekonomian juga menunjukkan peningkatan. Uang primer pada

Oktober 2011 tumbuh 35,2% (yoy) menjadi Rp289,5 triliun, lebih tinggi

dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 33,3% (yoy). Sementara

itu, perkembangan data hingga September 2011, M1 dan M2 masih

menunjukkan peningkatan. M1 tumbuh 19,3% (yoy) menjadi Rp656,1

triliun, stabil dibandingkan dengan Agustus dan M2 tumbuh 16,2% (yoy)

menjadi Rp2.643 triliun, sedikit melambat dibandingkan dengan Agustus

(17,2%, yoy). Pertumbuhan M1 terutama ditopang oleh peningkatan giro

rupiah sejalan dengan kredit yang ekspansif dan pertumbuhan M2 yang

sedikit melambat merupakan dampak dari penurunan NFA sejalan dengan

arus keluar modal asing.

Pasar SahamFundamental makroekonomi yang kuat dan penurunan BI rate sebesar 25 bps menjadi 6,50% berdampak positif terhadap perkembangan pasar saham domestik. Perkembangan positif dari

fundamental ekonomi yang kondusif antara lain tercermin dalam inflasi

yang terkendali, prospek pertumbuhan ekonomi yang baik, serta nilai

tukar rupiah yang relatif stabil. Dari sisi mikro emiten, perkiraan kinerja

keuangan emiten domestik akan terus membaik menciptakan optimisme di

pasar saham (Grafik 2.23). Sementara itu, dari eksternal yang mendukung

perbaikan di pasar saham antara lain (i) optimisme investor terhadap

keputusan EU Summit yang akan menambah dana talangan The European

Financial Stability Facility (EFSF) dari 440 miliar euro menjadi 1 triliun euro

(setara dengan 1,4 triliun dolar AS), pemotongan 50% utang Yunani bagi

Grafik 2.21 Pertumbuhan Kartal dan Base Money

Grafik 2.22 Pertumbuhan Likuiditas Perekonomian

������

�����

��������������

������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ����

����������������������������

������ ������

�����������������������������������������������������������������������������������

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�����������������������

��

��

��

����

����

�����

�����

Grafik 2.23 IHSG dan EBITDA Index

���

����

����

����

����

����

����

����

��������������������������������

���� ���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���

���

���

���

���

���

Page 18: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011

16

pemegang obligasi dan program rekapitalisasi perbankan; (ii) rilis data

perekonomian Asia dan AS serta laporan pendapatan beberapa emiten AS

yang menunjukkan peningkatan; (iii) peningkatan harga minyak mentah

dunia hingga 93 dolar AS per barel. Dengan perkembangan tersebut, IHSG

tercatat meningkat sebesar 6,8% ke level 3.790 pada 31 Oktober 2011

(Grafik 2.24).

Pertumbuhan IHSG juga ditopang oleh pertumbuhan sektoral yang cukup merata. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor pertambangan yang mengalami penguatan sebesar 9,6%. Penguatan

juga dialami oleh sektor keuangan dan industri dasar (Grafik 2.25). Secara

umum, penguatan indeks sektoral tersebut ditopang oleh membaiknya

fundamental mikro emiten. Hal ini tercermin dari pertumbuhan rata-

rata laba bersih emiten LQ 45. Sampai dengan kuartal III 2011, laba

bersih emiten kelompok LQ 45 secara rata-rata tumbuh sebesar 26,3%

dibandingkan kuartal III 2010. Pertumbuhan tersebut sebagian besar

disumbang oleh sektor perbankan3, pertambangan, perkebunan dan

properti. Tren suku bunga dan inflasi yang rendah menjadi penopang

utama pertumbuhan emiten sektor keuangan dan properti. Sementara

itu, tren kenaikan harga komoditas tambang berdampak positif terhadap

harga saham sektor pertambangan terutama yang berbasis batubara.

Perkembangan kondisi eksternal dan domestik yang lebih kondusif meningkatkan minat investor asing di pasar saham domestik meski dengan jumlah yang relatif terbatas. Transaksi asing pada Oktober

2011 mencatat beli neto sebesar Rp0,14 triliun, naik tipis dibandingkan

dengan bulan sebelumnya sebesar Rp0,08 triliun (Grafik 2.26). Relatif

terbatasnya peran asing selama dua bulan terakhir terkait dengan masih

tingginya ketidakpastian perekonomian global yang antara lain dipicu oleh

(i) meningkatnya ketidakpastian penyelesaian krisis utang Eropa terutama

setelah pemerintah Jerman menyatakan bahwa krisis utang Eropa belum

mendapatkan solusi dalam pertemuan negara-negara Eropa (ii) Penurunan

peringkat sovereign dan obligasi Spanyol oleh Moody’s dari A1 ke AA, dan

(iii) Kekhawatiran perlambatan ekonomi China.

Grafik 2.24 IHSG dan BI Rate

Grafik 2.25 Pertumbuhan Sektoral

Grafik 2.26 IHSG dan Beli/Jual Asing Neto

���

����

����

����

����

����

����

����

����

���� ���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

��

��

����

�������

�������������

������������

��������

��������������

������������������

��������

�����������

���������

��������

��� ��� �� �� ��� ���

����

����

����

����

����

����

����

����

���� �����������������

3 Sektor perbankan mencatat laba bersih emiten perbankan rata-rata naik 35,74% pada triwulan III 2011 (yoy). Peningkatan laba tersebut diperkirakan akan berlanjut hingga akhir tahun seiring ekspansifnya penyaluran kredit perbankan, salah satunya untuk pembiayaan proyek-proyek

pemerintah. Bank-Bank, khususnya Bank BUMN sumber pendapatan berasal dari dana pembiayaan untuk proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI) dan pendapatan non bunga (fee based income) yang terus meningkat. Faktor lain yang menopang pendapatan bank adalah tingginya net interest margin (NIM).

�������������������������������������

����

��

�������

���������

���������

���������

���������

���������

���������

���������

���������

���� ����� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ��

��������

�������

��

�����

������

������

������

Page 19: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011

17

Pasar Surat Berharga Negara (SBN)Penurunan BI Rate sebesar 25 bps pada saat gejolak eksternal mulai mereda mendorong penurunan imbal hasil SBN. Penurunan

imbal hasil SBN tersebut terjadi secara merata untuk seluruh tenor. Secara

rata-rata bulanan, imbal hasil SBN selama Oktober untuk tenor jangka

pendek, menengah dan panjang masing-masing turun sebesar 60 bps, 60

bps dan 41 bps. Secara keseluruhan, rata-rata imbal hasil SBN terpantau

sebesar 6,13% turun 56 bps dibandingkan dengan imbal hasil pada bulan

sebelumnya sebesar 6,69% (Grafik 2.27 dan Grafik 2.28).

Membaiknya pasar keuangan, seiring dengan meredanya sentimen global, mendorong pelaku asing menambah eksposurnya di pasar SBN. Selama Oktober 2011, investor nonresiden mencatat beli neto

sebesar Rp73,9 triliun setelah pada bulan sebelumnya mencatat jual neto

sebesar Rp23,9 triliun (Grafik 2.29). Aksi beli asing terutama terjadi pada

instrumen SBN jangka pendek dan menengah. Selain didukung oleh

faktor makro dan risiko fiskal yang terkendali, minat beli asing juga terkait

dengan imbal hasil yang menarik, baik secara nominal maupun riil dan

ekspektasi pencapaian investment grade serta meredanya sentimen negatif

global.

Grafik 2.27 Imbal Hasil SBN dan BI Rate

Grafik 2.28 Perubahan Imbal Hasil SBN Bulanan

��

��

��

������������������������������������

���� ���� ���� ���� ������������� ��� ������ ��������� ��� ������ ��������� ��� ������ ��������� ��� ������ ��������� ��� ���

����������

��

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ��������

�����������������������������������������������������������������������

�����

�����

�����

�����

����

����

����

����

Grafik 2.29 Perubahan Posisi Asing Saham dan SBN

�����������

���

���

���

���

��

��

��

��

���� ����� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � ��

�����

���

Page 20: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011

18

Pasar ReksadanaPada September 2011, kinerja reksadana menunjukkan penurunan.

Secara umum, kinerja reksadana turun sebesar 14,6% dibandingkan

dengan Agustus 2011. Penurunan nilai aktiva bersih (NAB) terjadi

pada seluruh jenis rekasadana dengan penurunan terbesar terjadi pada

reksadana campuran sebesar -40,5%, diikuti oleh penurunan reksadana

pendapatan tetap sebesar -26,1%. Portofolio aset untuk produk reksadana

mencatat kinerja di bawah kinerja IHSG. Namun, secara keseluruhan

triwulan III 2011, kinerja reksadana mengalami peningkatan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya sebesar 5,7%. Peningkatan terbesar terjadi

pada reksadana campuran dan pendapatan tetap (lihat Tabel).

Tabel 2.2Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk)

1 2 3 4 5 2010 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 2011 5 6 7 8 9

Saham MTMPasar Uang Campuran Pendapatan

Tetap Terproteksi IndeksETF-

Saham

ETF-Pendapatan

Tetap Syariah Total

Tw III - Tw II2011

-2,8% 16,7% -11,4% -9,7% -0,7% -0,8% -20,4% 2,4% 0,7% -3,5% 1,7% 3,7% 1,0% -0,1% 0,1% -34,1% -2,9% -39,6% 0,8% 0,6% 0,8% 10,4% 5,9% 2,1% -3,9% 4,3% 8,8% 3,6% -2,9% 0,6% 5,2% 10,1% 4,1% 11,1% 6,7% 5,1% 6,3% 2,9% 4,8% 6,7% -1,6% -2,5% 0,9% -0,1% 1,5% -5,8% -5,2% -1,2% -6,4% -0,3% -4,4% -1,2% -1,6% 10,8% 2,8% -5,1% 4,8% 3,2% 3,6% 1,1% -1,8% 2,1% -1,8% -0,6% 0,3% -3,6% 4,7% 2,4% 0,9% -0,6% -1,1% 0,7% 0,7% 7,5% 6,0% 10,8% -1,5% 0,6% -2,8% 2,9% 9,4% 0,8% 7,8% 6,4% 4,4% 14,2% 10,3% 2,3% 2,8% 6,3% 5,5% -2,2% 3,4% 10,5% 1,1% 9,2% -11,4% 3,2% -1,8% 4,2% 2,1% -2,0% 5,1% -4,5% 2,8% 3,1% -21,1% -15,4% -1,0% 0,9% 8,6% 0,6% -0,1% -3,3% -0,8% -30,6% 0,0% 0,0% 17,1% 2,1% 1,8% 5,9% 3,9% -3,1% -1,9% 42,8% -24,1% -6,5% -13,8% -0,1% 3,7% -1,0% 2,7% -0,9% 1,1% 0,5% 1,4% -0,4% 0,9% 1,7% 8,0% -2,5% 6,0% 0,9% 0,5% 9,0% 7,2% 5,8% 3,6% 3,7% 3,6% 2,5% 0,6% 0,8% 1,2% 3,9% 3,3% 4,2% 1,0% 1,9% 3,9% 1,1% 0,3% -2,1% 1,3% -3,3% 0,4% 1,5% 0,1% 1,5% 1,8% -4,6% 5,3% -1,3% -0,6% 5,3% 1,8% 0,5% 0,0% 0,7% 0,1% 9,9% -5,5% 4,9% -0,3% -26,9% 5,9% 4,1% -0,4% 0,4% 4,0% -2,1% 63,7% 33,8% -1,0% 6,8% -7,3% 2,8% -3,4% 14,7% -4,8% -0,4% -40,5% -26,1% -2,1% -3,9% -7,9% 2,6% -4,1% -14,6%

3,6% 5,3% 17,8% 14,5% -1,6% -22,8% -0,5% 7,9% -3,9% 5,7%

Page 21: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011

19

Kondisi PerbankanKondisi stabilitas sistem keuangan tetap terkendali. Indikator

rasio kecukupan modal (CAR) dan rasio kredit bermasalah (NPL)

tetap terjaga masing-masing di atas 8% dan 5%. Fungsi intermediasi

membaik sebagaimana terlihat dari angka pertumbuhan kredit yang

mencapai 24,8% (yoy) pada akhir September 2011 sejalan dengan revisi

Rencana Bisnis Bank 2011 sebesar 24,4% (yoy). Sementara itu, dari sisi

profitabilitas, Return on Asset (ROA) bank mengalami sedikit peningkatan

dari 3,0% menjadi 3,1% pada bulan laporan.

Tabel 2.2Kondisi Umum Perbankan

Indikator Utama

Total Aset (T Rp) 2.758,1 2.769,4 2.856,3 3.008,9 2.990,7 2.993,1 3.065,8 3.069,1 3.136,4 3.195,1 3.216,8 3.252,6 3.371,5DPK (T Rp) 2.144,1 2.173,9 2.212,2 2.338,8 2.302,1 2.287,8 2.351,4 2.340,2 2.397,2 2.438,0 2.464,1 2.459,9 2.544,9Kredit * (T Rp) 1.689,1 1.705,8 1.736,1 1.796,0 1.776,1 1.803,9 1.844,2 1.872,6 1.918,6 1.979,6 2.002,3 2.060,8 2.108,6LDR* (%) 78,8 78,5 78,5 76,8 77,2 78,8 78,4 80,0 80,0 81,2 81,3 83,8 82,9NPLs Gross* (%) 3,3 3,6 3,4 2,9 3,1 3,1 3,2 3,2 3,2 3,0 3,1 3,1 3,0NPLs Net * (%) 0,7 0,9 1,0 0,7 0,9 0,9 0,9 0,9 1,1 0,9 0,9 1,0 0,9CAR (%) 16,4 16,4 16,3 17,0 17,0 18,0 17,6 17,8 17,4 17,0 17,2 17,3 16,7NIM (%) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,6 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5ROA (%) 2,8 2,9 2,8 2,7 3,0 2,8 3,1 3,0 3,0 3,1 3,0 3,0 3,1

20112010

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep

* dengan channeling

Page 22: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011

20

III. RESPONS KEBIJAKAN MONETER

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 10 November 2011 memutuskan untuk menurunkan kembali BI Rate sebesar 50 bps menjadi 6,00%. Penurunan BI Rate tersebut sejalan

dengan tekanan inflasi ke depan yang semakin rendah sekaligus sebagai

langkah perbaikan terhadap struktur suku bunga (term structure) jangka

pendek, menengah dan panjang. Penurunan tersebut juga dimaksudkan

untuk mengurangi dampak memburuknya prospek ekonomi global

terhadap perekonomian Indonesia. Indikator produksi dan konsumsi

negara-negara maju masih terus melambat, sementara pasar keuangan

global masih cenderung volatile meskipun sempat rebound. Sementara

itu, kondisi pasar keuangan domestik semakin stabil disertai sentimen

pasar yang positif seiring dengan berbagai kebijakan yang ditempuh Bank

Indonesia bersama dengan Pemerintah. Ke depan, Dewan Gubernur

terus mewaspadai perkembangan ekonomi global yang masih diliputi

ketidakpastian, seiring belum solidnya penyelesaian masalah utang dan

fiskal di Eropa dan AS. Dewan Gubernur akan menempuh respons suku

bunga serta bauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk

menjaga stabilitas makroekonomi dan memitigasi potensi penurunan

kinerja perekonomian Indonesia dengan tetap mengutamakan pencapaian

sasaran inflasi, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1% pada tahun

2012.

Page 23: Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011 · oleh terjaganya daya beli dan optimisme konsumen. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan masih tinggi. Secara keseluruhan tahun

Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2011

21

Indikator Terkini

* angka sementara** angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000*** angka prakiraan Bank Indonesia1) minggu terakhir2) rata-rata tertimbang3) penutupan pada akhir periode 4) closed fileSumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS

SEKTOR KEUANGAN

H A R G A

SEKTOR EKSTERNAL

INDIKATOR KUARTALAN

SUKU BUNGA & SAHAMSuku bunga SBI 9 bln 1)

Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2)

IHSG Indeks 3)

BESARAN MONETER (miliar RpBase Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D)Broad Money (M2 = C+D+T) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposit Tabungan Deposito (Valas) M2 - Rupiah Tagihan pada Dunia UsahaKredit-Bank Umum

Inflasi bulanan (%. mtm)Inflasi tahunan (%. yoy)

Rp/USD (akhir periode. nilai tengah)Ekspor Barang Non migas (f.o.b. juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f. juta USD) 4) Net International Reserve (juta USD)

Pertumbuhan PDB (%. yoy)** Konsumsi Investasi Perubahan Stok Ekspor Impor

6,84 6,70 6,60 6,50 6,71 6,72 7,18 7,36 7,36 7,28 6,78 6,28 - 6,81 6,78 6,83 6,72 6,72 6,83 6,80 6,85 6,82 6,86 6,80 6,81 - 6,99 7,03 7,06 6,88 6,82 6,91 6,96 6,91 6,95 6,88 6,90 7,05 - 6,16 5,68 5,83 6,21 6,27 6,49 6,48 6,50 6,45 6,37 6,11 5,61 - 3.635 3.531 3.704 3.409 3.470 3.679 3.820 3.837 3.889 4.131 3.842 3.549 3.791

418.884 483.922 518.447 512.192 502.190 506.785 520.673 525.857 541.624 555.008 625.440 565.149 - 555.549 571.337 605.411 604.704 586.448 581.101 585.158 612.324 639.899 638.809 662.789 656.577 - 235.709 238.500 260.227 248.016 245.884 242.118 252.537 254.599 265.196 274.558 324.708 279.705 - 319.840 332.837 345.184 356.688 340.563 338.984 332.621 357.725 374.702 364.251 338.081 376.872 - 2.170.484 2.206.509 2.322.951 2.290.917 2.260.589 2.291.924 2.282.428 2.322.614 2.375.761 2.410.090 2.472.472 2.489.803 - 1.614.935 1.635.172 1.717.541 1.686.212 1.674.141 1.710.822 1.697.270 1.710.291 1.735.863 1.771.281 1.809.682 1.833.226 - 1.480.067 1.500.890 1.587.407 1.562.083 1.550.021 1.582.184 1.575.325 1.590.187 1.618.287 1.646.959 1.683.246 1.702.513 - 834.274 842.690 872.921 864.039 854.852 885.197 869.445 878.771 887.394 909.234 923.986 933.331 - 645.793 658.200 714.487 698.044 695.168 696.987 705.880 711.416 730.893 737.725 759.260 769.181 - 134.868 134.282 130.133 124.129 124.121 128.639 121.945 120.104 117.576 124.321 126.436 130.714 - 2.035.616 2.072.227 2.192.818 2.166.787 2.136.468 2.163.285 2.160.483 2.202.510 2.258.186 2.285.769 2.346.035 2.359.090 - 1.808.229 1.842.798 1.910.022 1.881.004 1.917.047 1.964.490 1.993.307 2.045.007 2.109.138 2.140.515 2.205.555 2.249.648 - 1.598.643 1.626.469 1.684.207 1.662.189 1.690.927 1.727.537 1.762.032 1.809.801 1.864.834 1.888.437 1.946.476 1.989.057 -

0,06 0,60 0,92 0,89 0,13 -0,32 -0,31 0,12 0,55 0,67 0,93 0,27 -0,12 5,67 6,33 6,96 7,02 6,84 6,65 6,16 5,98 5,54 4,67 4,79 4,61 4,42

8.928 9.013 8.991 9.057 8.823 8.709 8.574 8.537 8.597 8.508 - - - 11.924 12.439 13.482 12.051 11.532 13.509 12.532 14.616 14.843 14.219 14.687 n.a n.a 9.315 10.051 10.723 9.457 9.133 11.547 10.761 11.014 11.610 12.542 11.366 n.a n.a 79,69 80,72 83,59 82,18 85,05 88,61 92,87 96,95 96,56 99,32 - - -

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt

2010 2011

Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III

2010 2011

6,9 6,5 6,5 6,5 4,9 4,3 4,6 4,5 8,7 7,3 9,2 7,1 -28,7 147,8 213,0 30,1 16,1 12,3 17,4 18,5 16,9 15,6 16,0 14,2