banjir tugas dr gita tarigan

download banjir tugas dr gita tarigan

of 14

description

manajemen bencana

Transcript of banjir tugas dr gita tarigan

PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KABUPATEN BEKASI, JAWA BARAT

Adlina SharfiNIM: 030.08.008

Pembimbing: dr. Gita Tarigan, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKATPUSKESMAS KEC. PASAR MINGGUPERIODE 2 JUNI-9 AGUSTUS 2014FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTIJAKARTA1. PENDAHULUANBanjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Sebagai akibat meluapnya air sungai/danau/laut (besarnya volume air yang dialirkan oleh sungai maupun badan-badan air melebihi besarnya kapasitas daya tampung atau kapasitas pengalirnya) yang menimbulkan kerugian baik materi maupun non materi terhadap manusia dan lingkungan.Hampir setiap musim penghujan di berbagai provinsi di Indonesia terjadi banjir yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat. Salah satu wilayah yang selalu mengalami banjir adalah Kota Bekasi yang terletak di bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) Bekasi Hulu. Banjir yang terjadi di Kota Bekasi saat ini memang belum seberat yang terjadi di berbagai wilayah lain seperti Jakarta, Riau, Lampung, dan Kalimantan Barat, tetapi sudah memberikan indikasi dini akan bahaya banjir yang lebih besar dikemudian hari bila penataan lahan di wilayah ini tidak dikelola secara baik.Banjir di Kota Bekasi terjadi secara rutin dari tahun-ke-tahun dan cenderung membesar. Dengan curah hujan sebesar 250 mm pada tahun 2002, debit aliran di Bendung Bekasi sebesar 578,6 m3/dt mengakibatkan genangan sebesar 138 ha selama 2-3 hari. Walaupun dengan curah hujan yang lebih kecil, yaitu 127 mm pada tahun 2005, debit yang mengalir sudah mendekati kejadian tahun 2002, yaitu sebesar 545,5 m3/dt dengan genangan yang lebih luas, yaitu sebesar 164 ha selama 3 hari.

a. GEOGRAFIWilayah administrasi DAS Bekasi Hulu terletak di Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, dan Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Koordinat geografis DAS Bekasi Hulu terletak pada 106o 49 05-107o 01 47 Bujur Timur, 060 14 09-06o 42 21 Lintang Selatan. Sungai Bekasi mengalir ke utara melewati Kota Bekasi, dan sumber air berasal dari Sungai Cileungsi dan Cikeas. Sungai Cileungsi merupakan pertemuan Sungai Cileungsi dan Citeureup. Sungai Citeurep merupakan pertemuan Sungai Cikeruh dan Ciherang, sedangkan Sungai Cileungsi berasal dari pertemuan Sungai Cibadak dan Cijanggel. Di tengah Kota Bekasi terdapat bendung Bekasi yang memisahkan Sungai Bekasi menjadi Sungai Bekasi Hulu dan Sungai Bekasi Hilir. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi Hulu didasarkan pada letak bendung Bekasi pada 106o 59 35 Bujur Timur, 06o 14 09Lintang Selatan yang memisahkan sistem tata air Sungai Bekasi Hulu dan Hilir.(Gambar 1).

b. PENDUDUKPertumbuhan penduduk di Kota Bekasi tergolong tinggi yang dinyatakan dengan pertumbuhan penduduk rata-rata pada tahun 1980-1999 mencapai 6,3% dan sedikit turun pada tahun 2000-2002 dengan rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 4,9%.Pada tahun 2007 jumlah penduduk di Kota Bekasi telah mencapai 2.143.804 jiwa dengan kepadatan penduduk telah mencapai 9.023 jiwa/Km2 (Biro Pusat Statistik, 2008). Pertumbuhan penduduk inilah yang mendorong perubahan pemanfaatan lahan secara signifikan.

2. ANALISIS KOMPONEN BENCANA KECAMATAN 2.1. HAZARDDaerah-daerah dengan resiko tinggi terhadap ancaman banjir tersebar di seluruh wilayah Indonesia terutama di daerah pantai timur Sumatra bagian utara, daerah pantai utara Jawa bagian barat, Kalimantan bagian barat dan selatan, Sulawesi Selatan dan Papua bagian selatan. Beberapa kota tertentu seperti Jakarta, Semarang dan Banjarmasin secara historis juga sering dilanda banjir, begitu pula daerah aliran sungai tertentu seperti daerah aliran sungai Bengawan Solo di Pulau Jawa dan daerah aliran sungai Benanain di Nusa Tenggara Timur.Berdasarkan sumber airnya, air yang berlebihan/banjir dapat dikategorikan dalam tiga kategori: (a) Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran sistem pengaliran air yang terdiri dari sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia; (b) Banjir yang disebabkan oleh meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat pasang laut maupun meningginya gelombang laut akibat badai; dan (c) Banjir akibat kegagalan bangunan air buatan manusia seperti bendungan, tanggul dan bangunan pengendali banjir .

2.2. VULNERABILITY Kerentanan dari Aspek LingkunganPeningkatan curah hujan lokal, debit air sungai meningkat namun banyaknya penyempitan badan sungai, tergolong kawasan industrial dan tingginya laju pembangunan dan pemukiman penduduk sehingga daerah penyerapan air tanah menurun, rendahnya pemeliharaan saluran dan kanal, rendahnya kesadaran membuang sampah pada tempatnya, luapan beberapa sungai besar yang mengalir ke tengah kota, kerusakan lingkungan pada daerah hulu serta pertumbuhan pemukiman di pinggiran kali semakin tak terkendali. Kerentanan dari Aspek Sosial1. Tingkat kepadatan pendudukSemakin tinggi tingkat kepadatan penduduk maka semakin rentan terhadap bencana banjir. Berdasarkan data Disdukcapil Kota Bekasi, terdapat 2,3 juta penduduk di Kota Bekasi. Dengan luas wilayah 210,49 kilometer persegi maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota Bekasi sebesar 11.100 jiwa per kilometer persegi.2. Tingkat laju pertumbuhan pendudukSemakin tinggi tingkat laju pertumbuhan penduduk, maka semakin rentan terhadap bencana banjir. Pada 2012, laju pertumbuhan penduduk Kota dan Kabupaten Bekasi di atas 4 persen, terbesar se-Jawa Barat. Padahal, ideal laju pertumbuhan penduduk di bawah 1 persen. 3. Persentase jumlah lansia dan balitaSemakin banyak jumlah penduduk usia tua dan balita, maka semakin rentan terhadap bencana banjir.4. Kurangnya pengetahuan tentang risiko bahaya dan bencana, rendahnya pendidikan, corak budaya individualisme, tingkat kesehatan masyarakat yang rendah akan mempertinggi tingkat kerentanan. Kerentanan dari Aspek EkonomiSemakin banyak rumah tangga miskin, maka semakin rentan terhadap bencana banjir.

2.3. CAPACITYKapasitas Fisik1. Jarak menuju tempat pengungsianJarak penduduk untuk mencapai tempat pengungsian ketika terjadi bencana.2. Fasilitas kesehatanJumlah fasilitas kesehatan di suatu wilayah.Kapasitas Sosial1. Keberadaan organisasiTingkat keberadaan organisasi kemasyarakatan yang berhubungan dengan penanggulangan bencana di masyarakat.2. Kekerabatan penduduk dalam upaya penanggulangan bencanaTingkat kekerabatan penduduk dalam masyarakat sebagai upaya penanggulangan bencana.Kapasitas Sumber Daya Masyarakat1. Keterlibatan masyarakat dalam sosialisasi kebencanaanTingkat keterlibatan masyarakat didalam diskusi/sosialisasi kebencanaan.2. Keterlibatan masyarakat dalam pelatihan persiapan sebelum terjadi bencana. Intensitas warga dalam mengikuti pelatihan persiapan bencana. Kapasitas Ekonomi1. Rata-rata pendapatan masyarakat dalam waktu satu bulanTingkat pendapatan masyarakat dalam satu bulan.2. Kepemilikan asuransi jiwaTingkat kepemilikan asuransi jiwa.

3. SIKLUS BENCANAPenanganan bencana berdasar siklus bencana berikut:

Kegiatan dalam Siklus Penanggulangan BanjirSiklusKegiatan

PENCEGAHAN ( Prevention) Upaya - upaya Struktural - Upaya di dalam badan Sungai ( In-Stream) - Upaya di luar badan Sungai ( Off- Stream) Upaya - upaya Non-Struktural - Upaya Pencegahan Banjir Jangka Panjang - Upaya Pengelolaan Keadaan Darurat Banjir dalam Jangka Pendek

PENANGANAN ( Intervention/ Response) Pemberitahuan dan Penyebaran Informasi Prakiraan Banjir Reaksi Cepat dan Bantuan Penanganan Darurat Banjir Perlawanan terhadap Banjir

PEMULIHAN ( Recovery Bantuan Segera Kebutuhan Hidup Sehari-hari dan Perbaikan Sarana dan Prasarana - Pembersihan dan Rekonstruksi Pasca Banjir - Rehabilitasi dan Pemulihan Kondisi Fisik dan Non-Fisik Penilaian Kerusakan/Kerugian dan Asuransi Bencana Banjir Kajian Penyebab Terjadinya Bencana Banjir

3.1. PRA BENCANA3.1.a. PENCEGAHAN1. Menyusun peraturan dan menertibkan daerah bantaran sungai2. Membangun, meningkatkan, memperbaiki atau normalisasi, dan memelihara sungai, tampungan air dan drainase beserta peralatan dan fasilitas penunjangnya3. Menegakkan hukum terhadap pelanggaran pengelolaan daerah aliran sungai4. Membuat sumur resapan5. Merevisi tata ruang propinsi maupun kota secara terkoordinasi dan terintegrasi6. Mengendalikan perkembangan lingkungan dan pengembangan daerah hulu7. Membuat penampungan air berteknologi tinggi8. Menerapkan pengelolaan sungai terpadu berdasarkan satuan wilayah sungai (SWS) dan memberdayakan kelembagaan pengelolaan SWS9. Membangun fasilitas pengolah limbah dan sampah10. Mereboisasi kota dan daerah hulu3.1.b. MITIGASI1. Membuat peta rawan bencana2. Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk mengungsi.3. Memperbaharui rencana kegawatdaruratan dengan informasi, penyuluhan dan pelatihan penyelamatan dan tanggap darurat yang melibatkan masyarakat.4. Membuat peta daerah genangan banjir, daftar sarana kesehatan dan tenaga kesehatan, jumlah lansia, balita dan ibu hamil daerah setempat serta buat penilaian skala resiko bencana.5. Sosialisasi dan pelatihan prosedur tetap penanggulangan dan kesiapsiagaan banjir6. Mendirikan Posko banjir di wilayah RT/ RW7. Penyebarluasan peraturan perundang-undangan atau informasi-informasi, baik dari Pemerintah maupun pemerintah daerah, berkaitan dengan masalah banjir8. Penyebarluasan informasi daerah rawan banjir, ancaman/bahaya, dan tindakan yang harus diambil oleh masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana9. Pemantauan lokasi-lokasi rawan (kritis) secara terus-menerus10. Optimasi pengoperasian prasarana dan sarana pengendali banjir11. Persiapan evakuasi ke lokasi yang lebih aman12. Penyediaan peralatan berat (backhoe, excavator, truk, buldozer, dan lain-lain) dan disiapsiagakan pada lokasi yang strategis, sehingga sewaktu-waktu mudah dimobilisasi;13. Penyiapan peralatan dan kelengkapan evakuasi, seperti: speed boat, perahu, pelampung, dan lain-lain.

3.1.c. KESIAPSIAGAAN1. Peningkatan kesiapsiagaan organisasi dan manajemen pengendalian banjir dengan menyiapkan dukungan sumber daya yang diperlukan dan berorientasi kepada pemotivasian individu dalam masyarakat setempat agar selalu siap sedia mengendalikan ancaman/bahaya2. Penyediaan bahan-bahan banjiran untuk keadaan darurat, seperti: karung plastik, bronjong kawat, dan material-material pengisinya (pasir, batu ,dan lain-lain), dan disediakan pada lokasi-lokasi yang diperkirakan rawan/kritis 3. Peramalan banjir dapat dilakukan dengan cara:analisa hubungan hujan dengan banjir (rainfall runoff relationship),metode perambatan banjir (flood routing),metode lainnya.4. Simak informasi terkini melalui TV, radio, atau peringatan tim warga tentang curah hujan dan kondisi air.5. Menyediakan cadangan pangan dan sandang serta peralatan darurat banjir lainnya, antara lain radio baterai, senter, korek gas, dan lilin.6. Siapkan bahan makanan mudah saji dan persediaan air bersih. 7. Siapkan obat-obatan darurat.8. Amankan dokumen penting.

3.2. SAAT TERJADI BENCANATANGGAP DARURAT1. Mendata lokasi dan jumlah korban bencana.2. Pencarian dan penyelamatan korban bencana3. Pelayanan kesehatan darurat kepada korban bencana4. Pengoperasian sistem peringatan banjir (flood warning system), pemberitahuan dini kepada masyarakat tentang kondisi cuaca5. Mengevakuasi dan mengungsikan penduduk ke daerah aman, sesuai yang telah direncanakan6. Menempatkan petugas pada pos-pos pengamatan, penyelenggaraan piket banjir di setiap posko7. Memberikan bantuan pangan, pakaian, dan peralatan kebutuhan lainnya, serta pelayanan 8. Pemantauan tinggi muka air dan debit air pada setiap titik pantau.9. Melaporkan hasil pemantauan pada saat mencapai tingkat siaga kepada dinas/instasi terkait, untuk kemudian diinformasikan kepada masyarakat sesuai dengan Standar Prosedur Operasional Banjir. 10. Gawar/Pemberitaan Banjir (Pemberitaan) dilakukan dengan sirine, kentongan, dan/atau sarana sejenis lainnya dari masing-masing pos pengamatan berdasarkan informasi dari posko banjir.3.3. PASCA BENCANA3.3.a. REHABILITATIFFase rehabilitasi umumnya berlangsung selama 1 bulan dan diikuti fase rekontruksi selama 6 bulan.Tahapan pada fase ini adalah, a. inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana sumber daya air, kerusakan lingkungan, korban jiwa, dan perkiraan kerugian yang ditimbulkan;b. merencanakan dan melaksanakan program pemulihan, berupa: rehabilitasi, rekonstruksi atau pembangunan baru sarana dan prasarana sumber daya air; dan memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar fisik, pendidikan, kesehatan, kejiwaan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, lingkungan, prasarana transportasi, penyusunan kebijakan dan pembaharuan struktur penanggulangan bencana di pemerintahan.3.3.b. REKONSTRUKSIFase ini meliputi pembangunan prasarana dan pelayanan dasar fisik, umum, pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, lingkungan, pembaharuan rencana tata ruang wilayah, sistem pemerintahan dan lainnya yang memperhitungkan faktor risiko bencana.

3.4. PengawasanSalah satu tugas dinas dan/atau badan hukum yang mengelola wilayah sungai adalah melaksanakan pengendalian banjir. Agar tugas tersebut dapat terlaksana sebagaimana mestinya, maka diperlukan pengawasan oleh BPBD provinsi (atau Satkorlak) dan BPBD kabupaten/kota (Satlak) yang meliputi:opengawasan terhadap dampak dari banjiropengawasan terhadap upaya penanggulangannya.

3.5. KelembagaanPengaturan pengendalian banjir di suatu wilayah sungai diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, atau badan hukum sesuai kewenangan masing-masing, yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh BNPB, BPBD provinsi (atau Satkorlak), dan BPBD kabupaten/kota (Satlak).

3.6. OrganisasiPengendalian banjir merupakan sebagian tugas yang diemban oleh pengelola sumber daya air wilayah sungai. Untuk melaksanakan tugas tersebut, di dalam struktur organisasi pengelola sumber daya air wilayah sungai terdapat unit yang menangani pengendalian banjir.Tugas-tugas unit yang menangani pengendalian banjir adalah:a. Melaksanakan pengumpulan data, pembuatan peta banjir, penyusunan rencana teknis pengendalian banjir;b. Melaksanakan analisis hidrologi dan penyebab banjir;c. Melaksanakan penyusunan prioritas penanganan daerah rawan banjir;d. Melaksanakan pengendalian bahaya banjir, meliputi tindakan darurat pengendalian dan penanggulangan banjir;e. Menyusun dan mengoperasikan sistem peramalan dan peringatan dini banjir;f. Melaksanakan persiapan, penyusunan, dan penetapan pengaturan dan petunjuk teknis pengendalian banjir; dang. Menyiapkan rencana kebutuhan bahan untuk penanggulangan banjir.

3.7.Sumber Daya PendukungPersonila. Kelompok tenaga ahliTenaga ahli yang diperlukan adalah tenaga ahli yang memenuhi kualifikasi di bidang sumber daya air, antara lain: bidang hidrologi, klimatologi, hidrolika, sipil, elektro mekanis, hidrogeologi, geologi teknik, dan tenaga ahli lainnya yang berhubungan dengan masalah banjir.b. Kelompok tenaga lapanganDalam pelaksanaan pengendalian banjir, dibutuhkan petugas lapangan dalam jumlah cukup, utamanya untuk kegiatan pemantauan dan tindakan turun tangan.

3.8. Sarana dan PrasaranaPeralatan dan bahan dalam rangka pengendalian banjir terdiri dari:peralatan hidrologi dan hidrometri (antara lain: peralatan klimatologi, AWLR, ARR, extensometer);peralatan komunikasi (antara lain: radio komunikasi, telepon, faksimili);alat-alat berat dan transportasi (antara lain: bulldozer, excavator, truk);perlengkapan kerja penunjang (antara lain: sekop, gergaji, cangkul, pompa air);perlengkapan untuk evakuasi (antara lain: tenda darurat, perahu karet, dapur umum, obat obatan);bahan banjiran (a.l. karung plastik, bronjong kawat, bambu, dolken kayu).

3.9. DanaDalam pengendalian banjir, diperlukan alokasi dana yang diupayakan selalu tersedia. Dana yang diperlukan tersebut harus dialokasikan sebagai dana cadangan yang bersumber dari APBN, APBD, atau sumber dana lainnya. Dana cadangan disediakan sesuai ketentuan yang berlaku.

3.10. KoordinasiLembaga KoordinasiBerkaitan dengan pengendalian banjir, lembaga koordinasi yang ada adalah Tim Penanggulangan Bencana Alam. Pada tingkat nasional adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada tingkat provinsi adalah BPBD provinsi (jika belum dibentuk dikoordinir oleh Satkorlak PB), dan pada tingkat kabupaten/kota adalah BPBD kabupaten/kota (jika tidak dibentuk dikoordinir oleh Satlak PB).Obyek yang dikoordinasikan dalam pengendalian serta penanggulangan banjir dapat dipisahkan menjadi tahapan sebelum banjir, saat banjir, dan sesudah banjir.Sebelum Banjira.Perencanaan rute evakuasi dan tempat penampungan penduduk.b.Perencanaan program penyelamatan dan pertolongan kepada masyarakat.c.Perencanaan rute pengiriman material penanggulangan pada tempat-tempat kritis.d.Perencanaan rute pengiriman logistik kepada masyarakat.e.Perencanaan jenis dan jumlah bahan serta peralatan banjiran.f.Penyiapan sarana dan prasarana pendukung serta Sumberdaya Manusia.Saat Banjira.Evakuasian penduduk sesuai dengan prosedur.b.Memberikan bantuan kepada penduduk.Sesudah Banjira.Pemulihan kembali pemukiman penduduk, prasarana umum, bangunan pengendali banjir, dan lain-lain.b.Pengembalian penduduk ke tempat semula.c.Pengamatan, pendataan kerugian dan kerusakan banjir.Mekanisme KoordinasiKoordinasi dalam pengendalian banjir dilakukan secara bertahap melalui BPBD kabupaten (Satlak PB), BPBA, dan BNPB. Dalam forum koordinasi tersebut, dilakukan musyawarah untuk memutuskan sesuatu yang sebelumnya mendengarkan pendapat dari anggota yang mewakili instansi terkait.Sistem PelaporanDinas/Instansi/Badan hukum pengelola wilayah sungai melaporkan hal-hal sebagai berikut:a.Karakteristik banjir (antara lain: hidrologi banjir, peta daerah rawan banjir, banjir bandang);b.Kejadian banjir (antara lain: waktu, lokasi, lama dan luas genangan banjir);c.Kerugian akibat banjir (antara lain: korban jiwa, harta benda, sosial ekonomi);d.Kerusakan (antara lain: sarana dan prasarana, permukiman, pertanian, perikanan, lingkungan);e.Penanggulangan darurat; danf.Usulan program pemulihan secara menyeluruh.Laporan tersebut di atas disampaikan kepada Bupati/Walikota/Gubernur/Menteri sesuai dengan jenis dan tingkatannya.

1