Bangkit ISBD CERPEN
-
Upload
bangkid-sudrajad -
Category
Documents
-
view
11 -
download
1
Transcript of Bangkit ISBD CERPEN
![Page 1: Bangkit ISBD CERPEN](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf99b9550346d0339edc51/html5/thumbnails/1.jpg)
Dalam Keterbatasan
“Bangkit” bagiku bukan hanya sebuah kata, tetapi “Bangkit” adalah nama yang telah
diberikan oleh orang tuaku kepada ku. Sebagian orang yang mendengar namaku ini mungkin
berpikir bahwa aku lahir pada hari Kebangkitan Nasional tetapi kenyataannya tidak demikian
sebenarnya aku lahir sepuluh hari sebelum tanggal 20 Mei. Aku lahir pada tanggal 10 Mei
1993 di tanah kelahiranku Mulia. Mulia adalah salah satu nama kota di pedalaman Papua,
yang sekarang pedalaman tersebut lebih dikenal dengan nama Puncak Jaya. Aku terlahir
sebagai anak pertama dari dua bersaudara pada sebuah keluarga yang sederhana, ayah dan
ibuku bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di daerah tempat tinggalku yaitu Nabire.
Saudaraku satu-satunya adalah adik perempuanku, karena hanya memiliki satu saudara
kandung maka tidak heran jika aku sangat dekat dengan adikku kadang sampai sekarang saat
duduk di bangku kuliah karena jauh dari rumah serasa ada yang kurang, sebab tidak ada
orang yang bisa diajak bercanda dan berkelahi seperti adikku, tetapi itulah nasibku sebagai
mahasiswa salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta yang berasal dari luar pulau
jawa yang harus meninggalkan tempat tinggalku yang nyaman demi menuntut ilmu.
Kerinduan pada keluarga dan semua yang di Nabire bukanlah suatu masalah bagiku ,
justru kerinduan tersebutlah yang membuatku terus berpikir untuk tetap bertahan melanjutkan
kuliahku di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), mengapa demikian? karena aku bercita-
cita setelah aku selesai menuntut ilmu di UNY dan kembali ke tanah asalku aku ingin
membanggakan orang tuaku dengan menjadi orang yang sukses dan berguna bagi masyarakat
dengan menjadi seorang pendidik disana.
Sebelumnya saat aku masih kecil tidak terpikir sedikit dibenakku ingin menjadi
seorang guru, saat masih duduk dibangku TK dan SD aku selalu bercita-cita menjadi seorang
polisi, tentara ataupun dokter. Sampai pada suatu saat aku mengalami suatu kejadian yang
berikutnya menjadi alasan dan motivasiku ingin menjadi seorang pengajar.
Hal yang memotivasiku tersebut adalah pengalaman masa kecilku. salah satu yang
masih teringat dibenakku sampai sekarang adalah pengalaman semasa aku duduk di bangku
sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama. Pada masa itu bagiku semua serba sulit,
![Page 2: Bangkit ISBD CERPEN](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf99b9550346d0339edc51/html5/thumbnails/2.jpg)
tidak seperti anak sekolah di daerah-daerah maju di indonesia pada umumnya, pada masa itu
aku dan teman-temanku di Nabire dalam menuntut ilmu penuh sekali dengan cobaan tidak
hanya karena keterbatasan fasilitas serta pendidik disana, pada masa itu alam pun kurang
mendukung untuk kami menuntut ilmu pada saat itu.
Tepatnya bulan April, tahun 2004 di kota tempat tinggalku terjadi bencana gempa
bumi yang mempora-porandakan segalanya. Ketika sebagian orang masih tertidur lelap dan
sebagian sedang menjalankan ibadah shalat subuh tiba-tiba terjadi gempa yang sangat keras,
saat itu aku dan keluarga yang sedang nyenyak tertidur pun spontan terbangun dan panik
tidak karuan di dalam rumah, apalagi aku yang tidur di kamar atas aku sangat ketakutan
sampai-sampai menangis tetapi tidak lama kemudian ayahku datang dan menggendongku
turun keluar dari rumah. Saat itu bagi aku benar-benar kejadian yang menakutkan seakan-
akan dunia mau kiamat, saat itu aku melihat bagaimana gempa tersebut mengguncang
bangunan disekitar lingkungan tempat tinggalku bahkan pepohonan pun meliuk-likuk
dibuatnya dan air di kolam-kolam ikan di halaman samping rumahku seakan diobok-obok
sampai airnya terkuras habis keluar. Selain itu aku juga melihat bagaimana orang-orang
disekitar rumahku berhamburan keluar dengan paniknya sembari mengucapkan kalimat
”laillahaillalloh-laillahaillalloh” bahkan ada juga orang yang tidak sempat keluar dan
tertimbun oleh rumah-rumah yang roboh akibat goncangan gempa berkekuatan 7,1 skala
ricter tersebut. Beberaapa jam kemudian saat matahari mulai tinggi terlihatlah dengan jelas
kerusakan akibat gempa tersebut, sebagian kerusakan yang diakibatkan gempa tersebut aku
melihatnya sendiri dan sebagian lagi aku dengar dari kabar orang-orang yang lewat, menurut
kabar dari orang-orang tersebut dari semua bangunan yang mereka katakan roboh ternyata
salah satunya adalah sekolah kami SD Negeri Impres 02 Bumiraya. Sejenak setelah
mendengar kabar tersebut aku yang saat itu masih duduk di bangku kelas lima SD merasa
bingung antara merasa senang atau merasa sedih atas berita yang aku dengar tersebut di satu
sisi aku sedih karena dengan robohnya sekolahku disisi lain aku juga merasa senang karena
dengan robohnya sekolahku kemungkinan aku akan libur panjang.
Beberapa hari setelah kondisi lumayan aman dan evakuasi telah selesai dilakukan
serta gempa susulan sudah jarang terjadi aku dan teman-temanku meminta ijin kepada orang
tua kami untuk berjalan-jalan melihat-lihat bangunan yang rusak akibat gempa , saat di
perjalanan dengan teman-teman aku melihat hampir separuh dari bangunan yang ada di
desaku rusak karena gempa tak terkecuali sekolah SD ku 'SDN 02 Bumiraya, sesuai dengan
berita yang aku dengar ternyata memang benar sekolahku yang dulunya berdiri tegak kini
![Page 3: Bangkit ISBD CERPEN](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf99b9550346d0339edc51/html5/thumbnails/3.jpg)
telah rata dengan tanah, saat itu yang terlihat dari sekolahku hanyalah puing-puing kayu dan
batu serta atap-atap seng yang bertumpukkan seperti bangunan yang habis digusur. Aku
sebenarnya tidak begitu terkejut dengan apa yang aku lihat selain karena telah mendengar
kabar robohnya sekolah kami dari orang-orang, aku pun menyadari bahwa meski berdiri
tegak sekolah kami sebenarnya merupakan bangunan yang sudah tua dan konon sekolah kami
tersebut sudah berdiri sejak zaman awal kepemimpinan Presiden Soeharto.
Selanjutnya karena kondisi sekolah kami yang sudah rata tersebut dan belum ada
bangunan pengganti yang dapat dijadikan tempat belajar mengajar akibatnya kami pun
diliburkan sebulan penuh. Awalnya aku sangat senang dan girang tidak karuan mendengar
kabar tersebut. Hari demi hari aku lalui dengan bermain dengan teman-temanku di masa
liburan tersebut, namun setelah beberapa minggu setelah masa libur aku dan teman-temanku
ternyata mulai merasa bosan dan mulai rindu dengan suasana dan kegiatan belajar mengajar
di sekolah, suasana dimana kami bisa berseragam sama, senam pagi bersama, belajar
sekaligus bermain bersama. Kami pun menanti kapan sekolah kami dapat di bangun kembali
dan kapan kami bisa sekolah lagi. Akhirnya setelah hampir satu setengah bulan kami libur
akhirnya kami bisa sekolah kembali meskipun tidak dalam bangunan sekolah yang
sebenarnya, melainkan pada tenda-tenda yang dibangun di atas bekas lantai bangunan yang
telah roboh sebagai kelas darurat dari hasil swadaya masyarakat.
Hari demi hari aku dan teman-temanku lalui dengan belajar dalam keadaan yang
seadanya dengan buku-buku dan meja kursi seadanya yang dipungut dari sisa-sisa puing
sekolah kami. Yang mungkin jika dilihat pada kondisi normal meja dan kursi-kursi daur
ulang tersebut jauh dari kata layak untuk digunakan. Selain itu kadang saat turun hujan
ditengah kegiatan belajar mengajar kami harus disibukkan dengan tetesan-tetesan air yang
merembes melalui terpal-terpal tenda. Bahkan kadang saat terjadi hujan dengan angin
kencang tidak jarang ada sebagian tenda kelas darurat yang lepas tali penyangganya atau
bahkan salah satu tiangnya roboh, sehingga menyebabkan air hujan masuk dan membuat
kami berhamburan dan pada akhirnya membuat kami berhenti belajar karena basah kuyup
akibat main hujan-hujanan. Tetapi yang paling memperihatinkan saat itu bagiku bukanlah
aku dan teman-teman sebayaku, melainkan kakak kelas diatasku lah yang menurutku paling
memperihatinkan, karena mereka saat itu kurang dari dua bulan lagi akan menjalani ujian
kelulusan, jadi bisa dibayangkan dengan segala keadaan tersebut tentunya mereka akan
kesulitan untuk menyiapkan segalanya untuk persiapan menghadapi ujian tersebut. Tetapi di
dalam keadaan yang penuh keterbatasan tersebut ada sebagian orang yang mau membantu
![Page 4: Bangkit ISBD CERPEN](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf99b9550346d0339edc51/html5/thumbnails/4.jpg)
kami dan kakak kelas kami untuk mempersiapkan kami menghadapi ujian semester dan ujian
susulan. mereka tidak lain adalah guru-guru kami sendiri yang begitu berjasa di mataku.
Mereka adalah Pak Jadiono, Pak Hadi, Pak Tabang, Pak Mujiono, Bu Maria bogar, dan
kepala sekolah sementara kami Bapak Saragi yang meski masa jabatannya yang singkat
namun dimataku beliau sangat berjasa dan tidak akan ku lupakan budi baiknya. Setiap dari
guru-guru yang ku sebut di atas jujur saja sebelumnya ada yang tidak aku kusukai misalnya
saja Pak Hadi, Pak Hadi dulu dimataku adalah seorang guru yang mata duitan karena Pak
Hadi saat pernah menjabat sebagai kepala sekolah sering melarang kami jajan di luar dan
selalu menyuruh kami untuk jajan di katin sekolah dimana dia menjajahkan makanan
dagangannya yang mana kebanyakan makanannya tidak enak selain itu pak Hadi juga sering
menghukum aku dan teman-temanku hanya karena masalah sepele seperti saat aku tidak
sengaja dengan teman-temanku memecahkan kaca di sekolah, padahal saat itu kami sudah
berjanji untuk mengganti kaca yang picah namun kami masih dihukum dengan pukulan kayu
rotan. Kadang karena sangat bencinya aku pada pak hadi saat itu aku sering membicarakan
hal-hal buruk tentang beliau pada orang lain. Namun setelah melihat pengorbanan Pak Hadi
saat masa-masa sulit kami tersebut aku mulai sadar akan buruknya penilaianku tersebut. Pada
masa sulit kami pasca gempa Pak Hadi banyak membantu kami contohnya sperti saat beliau
yang dengan suka rela meminjamkan ruangan di rumahnya yang memang dekat dengan
sekolah kami untuk tempat kami les pelajaran tambahan terutama saat cuaca kurang
mendukung untuk belajar di bawah tenda-tenda kelas darurat. Dari sini mataku pun terbuka
ternyata dibalik sifatnya yang keras ternyata pak Hadi adalah orang yang baik. Contoh
pengorbanan guruku yang lain adalah pengorbanan dari Pak Tabang, Pak Tabang yang
seharusnya sudah pensiun sekitar setahun lalu sebelum terjadinya gempa rela mengajar di
sekolaku lagi saat diminta bantuan oleh kepala sekolah karena memang keadaan sekolahku
yang kekurangan guru saat itu, beliau tetap mau menyempatkan mengajar meski usianya
sudah renta. Saat itu mungkin aku belum sadar mengapa kami begitu di kekang dan dituntut
untuk terus belajar oleh guru-guru ku. Yang awalnya kami masuk sekolah selama lima jam.
Berubah menjadi 7 jam yang mana 5 jam adalah waktu normal sekolah dan 2 jam adalah
kelas tambahan di sore hari. Mungkin jam tambahan ini dilakukan karena saat itu kami sudah
tertinggal pelajaran akibat hampir dua bulan libur karena bencana gempa. Perubahan ini
dilaksanakan setiap hari kecuali hari minggu dan jumat selama kurang lebih dua bulan
sebelum kami ujian.
![Page 5: Bangkit ISBD CERPEN](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf99b9550346d0339edc51/html5/thumbnails/5.jpg)
Setelah ujian semester dilaksanakan kami pun kembali libur. Setelah hari libur selesai
dan aku pun mulai masuk sekolah, aku dikagetkan dengan jumlah teman-temanku yang
berkurang menjadi sedikit, dari awalnya berjumlah hampir 20 orang sekarang hanya tinggal
tersisa sekitar 12 orang. Ternyata ketujuh orang temanku tersebut pindah ke sekolah lain
bahkan ada pula yang pindah ke kota asal daerahnya. Dari ketujuh temanku yang pindah
tersebut dua diantaranya adalah teman karibku yang kadang juga menjadi musuhku saat di
bangku SD, dialah Yanus dan Eni. Yanus adalah orang asli Papua pertama yang membuatku
tidak takut pada orang asli papua dan Eni mungkin adalah perempuan pertama yang
membuatku tertarik pada lawan jenis. Kehilangan teman-teman saat itu begitu berat bagiku,
tetapi apalah daya, orang tua mereka mungkin memutuskan pindah dengan tujuan agar anak-
anak mereka mendapat pendidikan yang lebih baik, karena saat itu memang pendidikan
didaerahku sedang mengalami masa yang lumayan berat.
Setelah hampir setahun semenjak kejadian gempa dengan dicicil sedikit demi sedikit
akhirnya sekolahku dapat dibangun kembali meski tidak sebesar sekolahku sebelumnya tetapi
aku sangat mensyukurinya, tidak lama kemudian bantuan lain dari pemerintah juga mulai
berdatangan seperti seragam baru, tas baru dan juga buku-buku baru untuk mengisi
perpustakaan. Saat itu fasilitas yang kami dapatkan sudah lumayan mencukupi alhasil
kamipun dapat belajar dengan baik dan akhirnya dapat lulus dengan nilai yang lumayan baik
pula.
Setelah lulus dari SD aku melanjutkan sekolah di SMP N 3 Nabire yang kini telah
berganti nama menjadi SMP N 2 Wanggar yang jaraknya cukup dekat dari rumahku, aku
masuk ke sekolah ini karena memang tidak ada banyak pilihan sekolah menengah tingkat
pertama yang dapat dipilih di daerahku. untuk satu distrik atau kecamatan kebanyakan hanya
memiliki satu sekolah menengah pertama terkecuali di daerah kota. Tidak jauh berbeda
dengan sekolah SD ku sekolah SMP ku ini ternyata sebagian gedungnya juga memakai
bangunan darurat sebagai kelasnya, hal ini dilakukan karena pada saat itu bangunan lama
yang berdiri meski sebagian masih utuh tetapi ada diantaranya sudah tidak layak ditempati
akibat gempa yang pernah terjadi. Tembok-tembok gedung lama tersebut penuh dengan
retakan-retakan yang mengangah. Akibatnya kami yang masih murid baru tersebut harus
menempati kelas darurat yang mungkin jika dilihat dari luar seperti kandang sapi. Kelas kami
ini tidak memakai lantai melainkan hanya tanah yang kadang saat hujan menjadi becek dan
saat kering berdebu serta saat ditinggal libur tumbuh rumput liar dimana-mana.
![Page 6: Bangkit ISBD CERPEN](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf99b9550346d0339edc51/html5/thumbnails/6.jpg)
Saat itu ada seorang guru yang perihatin pada keadaan kami, dia adalah kepala
sekolah kami Bu Neli Toisuta. Bu Neli mengusulkan pada kami apakah mau jika kami
melakukan kerja bakti gotong royong untuk memperbaiki keadaan kelas kami. Kemudian bu
neli melakukan rapat dan akhirnya kamipun melaksanakan program yang diusulkan tersebut.
Setiap hari kamis pagi dan jumat kami berseragam baju penjas baju ini tidak ditujukan untuk
melakukan kegiatan olahraga seperti yang dilakukan oleh anak SMP lain pada umumnya
seperti senam, yospan dan lain-lain. Kami pada hari kamis dan jumat pagi melakukan olah
raga dengan cara kami sendiri. Di hari kamis pagi kami kerja bakti mengangkat pasir untuk
menimbun ruangan kami yang becek dengan alat seadanya seperti ember dan karung, dan di
hari Jumatnya kami kerja bakti merobohkan bangunan lama yang sudah mau runtuh
selanjutnya kami mengangkat papan-papan dan balok-balok kayu serta pasir dan batu yang
nantinya akan digunakan para pekerja untuk membangun kelas kami yang baru. Hal ini kami
lakukan tanpa tekanan karena mungkin sebagian dari kami menyadai bahwa jika hanya
berdiam diri tentu tidak akan menghasilkan perubahan. Dari kerja keras yang rutin kami
lakukan ini akhirnya membuahkan hasil. Saat semester kedua kelas tujuh kami telah dapat
menempati kelas baru kami yang baru dibangun, selain itu kami juga telah membuat lapangan
basket sederhana dari kerja bakti rutin yang kami lakukan ini. Bagi kami ini adalah kepuasan
tersendiri, kepuasan dimana kami bisa menghasilkan sesuatu yang kiranya tidak hanya
bernmanfaat bagi kami sendiri melainkan juga bagi adik-adik kelas kami nantinya. Masa
berharga penuh perjuangan ini aku alami hanya sampai pada masa SMP karena pada masa
SMA kehidupanku sebagai belajar berjalan seperti kehidupan pelajar pada umumnya.
Inilah mungkin sedikit pengalamanku tentang bagaimana perjuanganku dan teman-
temanku serta guru-guruku dalam menghadapi keterbatasan yang diakibatkan karena gempa
yang pernah terjadi di kota tempat tinggalku, pengalaman yang kemudian mulai
menyadarkanku akan pentingnya keberadaan seorang pendidik untuk menuntun anak
didiknya termasuk saat menghadapi masa-masa sulit seperti yang pernah aku dan teman-
temanku alami, aku mungkin tidak bisa membayangkan apa yang terjadi apabila saat itu tidak
ada sosok seperti mereka. Pengalaman inilah yang kemudian menginspirasiku untuk menjadi
seorang pendidik, pengalaman yang membuat aku ingin dapat menyertai, membimbing, dan
mengajar anak-anak di daerah terpencil seperti dimana aku tinggal. Dimana mungkin saja di
tempat itu juga terdapat anak-anak yang kurang beruntung tetapi mereka tetap memiliki
semangat belajar dan semangat berjuang yang tinggi di dalam keterbatasan pendidikan yang
![Page 7: Bangkit ISBD CERPEN](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf99b9550346d0339edc51/html5/thumbnails/7.jpg)
mereka alami, aku tidak ingin semangat dan daya juang mereka padam karena keterbatasan
yang mereka alami.
Oleh karena itu melalui cerita ini aku ingin berpesan kepada pembaca dan pada diri ku
sendiri khususnya bahwa kita sebagai calon pendidik hendaknya mulai berpikir untuk tidak
hanya membimbing dan mendidik mereka yang memiliki kelebihan tetapi hendaknya kita
juga membimbing dan mendidik mereka yang memiliki keterbatasan. “Karena sesungguhnya
generasi yang kuat adalah mereka yang tidak akan meninggalkan generasi yang lemah.”
Nama : Bangkit Sudrajad
NIM : 11302241046
Prodi : Pendidikan fisika subsidi 2011
TTL : Mulia, 10 Mei 1993