bandang di Desa Omu, Salua. Foto: Martin Dody/ERCB ... · Harga tersebut mulai berangsur-angsur...

8
KAREBA PALU KORO KABAR PENANGANAN BENCANA SULTENG Mei 2019 - II edisi #14 BERHARAP ADA LANGKAH STRATEGIS PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI SIGI P ada 9 April 2019, bertempat di Ruang Aula Kantor Bupati Sigi, diadakan rapat koordinasi terkait penanganan bencana dan banjir bandang di Kabupaten Sigi. Kareba Palu Koro edisi Mei II 2019 menulis bahwa sedikitnya lima wilayah di Kabupaten Sigi terdampak banjir bandang. Kelima wilayah tersebut yaitu Desa Bangga, Desa Balongga, Desa Walanata, Desa Omu, dan Desa Tuva. Kelimanya terbagi dalam dua kecamatan, yaitu Kecamatan Dolo Selatan dan Kecamatan Gumbasa. Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sigi, Asrul Repadjori, setidaknya 640 kepala keluarga di lima desa tersebut terpaksa mengungsi akibat banjir tersebut. Sebanyak 15 orang camat dari wilayah Kabupaten Sigi dan kepala-kepala dinas baik dari tingkat provinsi maupun kabupaten hadir dalam rapat koordinasi tersebut, juga perwakilan- perwakilan dari NGO. Rapat ini diadakan karena pemerintah kabupaten mensinyalir adanya praktik penebangan liar di wilayah Kabupaten Sigi. Praktik-praktik inilah yang dianggap sebagai penyebab terjadinya banjir bandang di wilayah-wilayah tersebut di atas, disamping juga kerusakan alam akibat bencana gempa sebelumnya (28/9/18). Terkait Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dimana kewenangan berada di tingkat pemerintah provinsi dan pemerintah pusat, Bupati Sigi, Muhammad Irwan Lapata menyatakan bahwa bukan kemudian pemerintah di tingkat kabupaten tidak mempunyai kewenangan dan tanggung jawab sama sekali dengan permasalahan lingkungan yang ada. “Oleh karenanya, dari pertemuan awal ini diharapkan akan lahir kesepakatan-kesepakatan atau inovasi-inovasi terkait pengelolaan lingkungan di tingkat daerah (kabupaten),” tambah Irwan. Menyinggung permasalahan banjir yang belum lama ini terjadi di beberapa wilayah Kabupaten Sigi, Irwan mengatakan jika membutuhkan sumberdaya yang banyak untuk penanganan banjir. bersambung ke halaman 6... Bupati Sigi, Muhammad Irwan Lapata (topi hitam) meninjau langsung lokasi banjir bandang di Desa Omu, Salua. Foto: Martin Dody/ERCB

Transcript of bandang di Desa Omu, Salua. Foto: Martin Dody/ERCB ... · Harga tersebut mulai berangsur-angsur...

Page 1: bandang di Desa Omu, Salua. Foto: Martin Dody/ERCB ... · Harga tersebut mulai berangsur-angsur kembali normal ketika kemudian akses jalan di perbatasan Desa Tuva dan Salua kembali

KAREBA PALU KOROKABAR PENANGANAN BENCANA SULTENG

Mei 2019 - II edisi #14

BERHARAP ADA LANGKAH STRATEGIS PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI SIGIPada 9 April 2019, bertempat di Ruang Aula Kantor Bupati

Sigi, diadakan rapat koordinasi terkait penanganan bencana dan banjir bandang di Kabupaten Sigi. Kareba

Palu Koro edisi Mei II 2019 menulis bahwa sedikitnya lima wilayah di Kabupaten Sigi terdampak banjir bandang. Kelima wilayah tersebut yaitu Desa Bangga, Desa Balongga, Desa Walanata, Desa Omu, dan Desa Tuva.

Kelimanya terbagi dalam dua kecamatan, yaitu Kecamatan Dolo Selatan dan Kecamatan Gumbasa. Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sigi, Asrul Repadjori, setidaknya 640 kepala keluarga di lima desa tersebut terpaksa mengungsi akibat banjir tersebut.

Sebanyak 15 orang camat dari wilayah Kabupaten Sigi dan kepala-kepala dinas baik dari tingkat provinsi maupun kabupaten hadir dalam rapat koordinasi tersebut, juga perwakilan-perwakilan dari NGO. Rapat ini diadakan karena pemerintah kabupaten mensinyalir adanya praktik penebangan liar di wilayah Kabupaten Sigi. Praktik-praktik inilah yang dianggap sebagai penyebab terjadinya banjir bandang di wilayah-wilayah

tersebut di atas, disamping juga kerusakan alam akibat bencana gempa sebelumnya (28/9/18).

Terkait Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dimana kewenangan berada di tingkat pemerintah provinsi dan pemerintah pusat, Bupati Sigi, Muhammad Irwan Lapata menyatakan bahwa bukan kemudian pemerintah di tingkat kabupaten tidak mempunyai kewenangan dan tanggung jawab sama sekali dengan permasalahan lingkungan yang ada.

“Oleh karenanya, dari pertemuan awal ini diharapkan akan lahir kesepakatan-kesepakatan atau inovasi-inovasi terkait pengelolaan lingkungan di tingkat daerah (kabupaten),” tambah Irwan.

Menyinggung permasalahan banjir yang belum lama ini terjadi di beberapa wilayah Kabupaten Sigi, Irwan mengatakan jika membutuhkan sumberdaya yang banyak untuk penanganan banjir.

bersambung ke halaman 6...

Bupati Sigi, Muhammad Irwan Lapata (topi hitam) meninjau langsung lokasi banjir

bandang di Desa Omu, Salua. Foto: Martin Dody/ERCB

Page 2: bandang di Desa Omu, Salua. Foto: Martin Dody/ERCB ... · Harga tersebut mulai berangsur-angsur kembali normal ketika kemudian akses jalan di perbatasan Desa Tuva dan Salua kembali

KAREBA PALU KORO

Banjir bandang di Kabupaten Sigi pada 28 April 2019 masih menyisakan pekerjaan rumah bagi Pemerintah Kabupaten Sigi beserta jajaran yang terkait. Sedikitnya

lima wilayah desa di dua kecamatan yaitu Kecamatan Dolo Selatan dan Gumbasa terdampak cukup parah akibat banjir tersebut.

Di Kecamatan Gumbasa, banjir tidak hanya pada rumah-rumah warga, perkebunan, namun juga akses jalan yang menghubungkan Kecamatan Gumbasa dengan Kecamatan Kulawi di Kabupaten Sigi. Di Kecamatan Gumbasa sediri, akses jalan terputus sedikitnya di tiga titik (29/4/2019).

Yang pertama di Dusun 3 Desa Omu, dimana badan jalan amblas akibat tergerus air. Yang kedua di Dusun 3 Desa Tuva, dimana air meluap hingga melewati badan jalan dan membawa berkubik-kubik potongan kayu, dan yang terakhir di perbatasan antara Desa Tuva, Kabupaten Sigi dengan Desa Salua, Kecamatan Kulawi. Akses jalan di Kecamatan Kulawi pun sempat terputus antara Desa Salua dengan Desa Sadaunta karena longsor di beberapa titik di area perbukitan akibat hujan terus menerus yang menyebabkan banjir (29/4/2019).

Gerak cepat dari pemerintah kabupaten dengan Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Sulawesi Tengah membuat akses jalan dari Desa Omu di Kecamatan Gumbasa hingga Desa Sadaunta di Kecamatan Kulawi dapat kembali dilalui dalam kurun waktu kurang lebih 1 minggu. Kondisi medan yang cukup sulit dan juga banyaknya potongan kayu tidak menghalangi upaya-upaya yang dilakukan untuk mengembalikan akses jalan tersebut.

Jalur yang tersulit adalah pada titik ketiga, yaitu pada perbatasan Desa Tuva dan Desa Salua. Badan jalannya amblas sepanjang kurang lebih seratus meter. Ketika akses bisa dibuka dengan mengeruk bagian lereng bukit pun, titik tersebut masih cukup sulit dilalui akibat rembesan air dari arah lereng yang menyebabkan jalan berlumpur sehingga menyulitkan para pengendara roda dua.

Akses jalan yang sempat terputus tersebut tidak hanya berimbas pada kelancaran transportasi dari dan ke Kecamatan Kulawi, namun juga pada harga beberapa barang. Di Desa Salua, misalnya, menurut Adnan, salah seorang warga, harga bensin bervariasi dari harga lima belas ribu hingga dua puluh ribu.

AKSES JALAN PUTUS, KEBUTUHAN POKOK NAIK

Muldi, pedagang sembako di Desa Bolapapu, Kecamatan Kulawi, sedang menunggu

angkutan untuk membawa barang dagangannya ke Desa Bolapapu. Foto: Martin Dody/ERCB

2

Page 3: bandang di Desa Omu, Salua. Foto: Martin Dody/ERCB ... · Harga tersebut mulai berangsur-angsur kembali normal ketika kemudian akses jalan di perbatasan Desa Tuva dan Salua kembali

KAREBA PALU KORO

“Kalau harga sembako masih aman, gas yang susah karena jalan putus,” kata Adnan.

Imran, warga Desa Bolapapu, Kecamatan Kulawi, misalnya, mengatakan bahwa beberapa hari sejak kejadian, harga bensin eceran mencapai Rp20.000,00 per botol, dari biasanya Rp8.000,00 untuk premium dan Rp10.000,00 untuk pertalite.

“Air mineral yang 1,5 liter kurang lebih jadi Rp15.000,00,” kata Imran.

“Dan gas ukuran 3 kilogram mencapai Rp35 ribu-Rp40 ribu,” tambahnya. Jefri dan Hendrik, warga Desa Tangkulowi menyampaikan hal yang sama terkait harga bahan bakar minyak (BBM).

“Untuk sembako masih cukup wajar harganya,” kata Jefri.Harga tersebut mulai berangsur-angsur kembali normal ketika

kemudian akses jalan di perbatasan Desa Tuva dan Salua kembali longsor akibat hujan deras pada Kamis malam, 16 Mei 2019 akses jalan yang sebelumnya sudah dibuka, kembali terputus kurang lebih sepanjang 70 meter di dekat gapura masuk Desa Salua.

Kareba Palu Koro mencoba melalui titik tersebut pada tanggal 21 Mei 2019 yang lalu. Akses jalan yang sebelumnya sudah dibuka dengan mengeruk bagian lereng kembali longsor, hanya bisa dilalui dengan kendaraan roda dua atau berjalan kaki. Karena kondisi air sungai yang sudah berangsur surut, dimanfaatkan untuk membuka akses jalan melalui sisi sungai. Harus berhati-hati karena lapisan pasir yang agak tebal dan tanjakan yang agak berlumpur menuju ke arah gapura Desa Salua jika dari arah Palu. Cukup sulit untuk dilalui kendaraan roda empat. Sebagian besar kendaraan roda empat yang mengangkut barang memilih berhenti untuk kemudian barang-barangnya dilansir memanfaatkan tukang-tukang ojek setempat untuk menyeberang ke arah Desa Salua. Baru kemudian barang-barang tersebut

dinaikkan kembali ke kendaraan roda empat untuk menuju Kulawi.

Muldi, seorang ibu warga Desa Bolapapu, nampak menunggu barang-barang belanjaannya di dekat gapura Desa Salua. Muldi adalah penjual sembako di Desa Bolapapu. Ia mengatakan bahwa kondisi jalan yang seperti sekarang ini berpengaruh pada harga jual akibat ongkos transportasi yang bertambah.

“Tidak lari Rp500 ribu Mas sekarang. Tidak hanya ongkos mobil, tapi juga untuk bongkar muat bertambah karena tidak bisa sekali,” kata Muldi.

Hal itulah yang menjadikan dasar untuk menaikkan harga barang-barang yang dijual di warungnya.

“Tempe kalau kemarin Rp5.000,00 bisa dapat tiga, sekarang terpaksa perbungkusnya Rp2.000,00,” katanya.

“Pepaya kalau kemarin boleh Rp10.000,00, sekarang Rp13.000,00,” tambahnya. Sebetulnya Muldi tidak sampai hati untuk menaikkan harga, tapi karena keadaan ia terpaksa melakukannya.

“Ya ada yang mengerti, tapi ada juga yang tidak. Apa mau dikata Mas,” kata Muldi.

Yang disampaikan Muldi hanyalah salah satu cerminan permasalahan yang dialami masyarakat di Kabupaten Sigi yang terkena dampak banjir bandang, walaupun tidak secara langsung. Penanganan bencana dan banjir bandang yang telah digagas pada tanggal 9 Mei 2019 oleh Pemerintah Kabupaten Sigi semoga segera membuahkan hasil. Tidak hanya menangani warga dan wilayah yang terdampak, tapi juga mampu menangani hingga ke akar penyebabnya, sehingga tidak terulang lagi bencana banjir yang sama yang menimbulkan kerugian dan dampak cukup besar. (mdk)

Warga harus melalui akses jalan yang cukup sulit di perbatasan Desa Tuva dan Salua

karena badan jalan hanyut diterjang banjir bandang. Foto: Martin Dody/ERCB

3

Page 4: bandang di Desa Omu, Salua. Foto: Martin Dody/ERCB ... · Harga tersebut mulai berangsur-angsur kembali normal ketika kemudian akses jalan di perbatasan Desa Tuva dan Salua kembali

KAREBA PALU KORO

Lere adalah sebuah kelurahan yang terletak di Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah. Wilayah ini terdampak cukup parah oleh bencana gempa dan

tsunami yang terjadi pada 28 September 2018 lalu.Tidak hanya infrastruktur jalan dan tempat-tempat usaha

berupa rumah toko (ruko) untuk berbagai macam usaha, hotel, pom bensin, kios-kios ikan, dan lain-lain yang berada di sepanjang pinggir teluk Palu tersebut, namun rumah-rumah warga pun terhantam tsunami. Untuk sementara, para warga terdampak tinggal di huntara yang letaknya di Kelurahan Lere tersebut. Keinginan warga untuk kembali membangun tempat tinggal dan menempati lahannya sepertinya sulit terwujud. Selain karena mengalami penurunan permukaan tanah (downlift), wilayah Kampung Lere (demikian Kelurahan Lere biasa disebut) yang berada hingga 200 meter dari bibir pantai ditetapkan sebagai zona rawan bencana.

Memasuki Kampung Lere dari arah Donggala, walaupun sudah dilakukan pembersihan puing dan sampah, masih nampak tumpukan puing dan sampah di beberapa titik. Bangunan-

bangunan rusak masih dibiarkan begitu saja di sepanjang jalan yang dulunya jalan utama dari dan menuju ke Donggala ini. Tanda-tanda kegiatan baru nampak ketika mendekati bangunan Palu Grand Mall yang sudah mulai beroperasi kembali akhir tahun lalu.

Kareba Palu Koro berhenti sejenak di seberang masjid terapung, Masjid Arqam Bab Al Rahman. Tampak seorang ibu yang sedang menggulung jala di depan kios kecil dekat masjid tersebut. Ketika dihampiri dan diajak mengobrol, Aca (65), nama ibu tersebut, menyampaikan bahwa jala-jala tersebut habis digunakan untuk menangkap udang.

“Ini hasil tangkapan tadi malam,” kata Aca sambil menunjuk udang-udang merah berukuran kecil dan sedang yang dijajakan di kios miliknya.

Di kios tersebut ada seorang ibu yang terlihat sedang memilah-milah udang hasil tangkapan sebelum kemudian dipajang di kios tersebut. Namanya Hajar (68). Aca dan Hajar adalah kakak beradik. Per kilogram udang merah tersebut dijual dengan harga Rp70.000,00. Namun juga bisa dibeli dengan eceran, tidak harus

Hajar dan cucunya sedang memilah udang hasil tangkapan malam

sebelumnya untuk dijual. Foto: Martin Dody/ERCB

KISAH NELAYAN DI KAMPUNG LERE

4

Page 5: bandang di Desa Omu, Salua. Foto: Martin Dody/ERCB ... · Harga tersebut mulai berangsur-angsur kembali normal ketika kemudian akses jalan di perbatasan Desa Tuva dan Salua kembali

KAREBA PALU KORO

kiloan.“Suami saya meninggal karena tsunami, jadi ya ini cari nafkah

dengan menjual udang merah, ikan bete-bete hasil tangkapan anak dan keponakan,” kata Aca.

“Sambil juga bantu gulung jala biar siap untuk melaut,” tambahnya.

“Kebetulan bisa kumpulkan modal, selain hasil tangkapan sendiri, kami juga beli (udang) dari nelayan-nelayan lain untuk kemudian kami jual,” Hajar menambahkan.

Mata pencaharian utama masyarakat Kampung Lere adalah sebagai nelayan. Bencana gempa dan tsunami yang terjadi sekitar enam bulan yang lalu (28/9/2018) tidak hanya menghancurkan rumah dan bangunan di radius 500 meter dari bibir pantai, namun juga perahu-perahu milik para nelayan di Kampung Lere tersebut.

“Dulu banyak perahu disini, berjajar di pinggir pantai. Juga kios-kios untuk menjual hasil-hasil tangkapan dari laut,” kata Agus (32), putra dari Hajar.

Beruntung pemerintah setempat memberikan bantuan perahu kepada para nelayan di Kampung Lere. Ada sekitar 30 unit kapal yang diberikan.

“Perahu-perahu yang masih bisa diselamatkan diperbaiki dengan bahan-bahan dari perahu-perahu yang rusak,” kata Agus.

Kehidupan nelayan yang sudah turun-temurun tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Menurut Agus, para nelayan di Kampung Lere sudah kembali melaut sekitar 3-4 bulan terakhir.

“Tidak bisa terus berdiam, harus mencari nafkah untuk keluarga,” kata Agus.

“Tapi kalau sedang musim ombak besar begini kami hanya cari udang merah ini, karena terlalu berisiko juga kalau melaut sampai ke tengah,” tambahnya.

Kehidupan sebagai nelayan inilah yang membuat para warga di Kampung Lere tidak dengan mudah menerima begitu saja tawaran hunian tetap dari pemerintah setempat. Lokasi pembangunan hunian tetap yang berjarak kurang lebih 20 kilometer dari Kampung Lere menjadi keberatan utama para warga.

Jauh dari tempat tinggal asal, jauh dari laut sebagai sumber mata pencaharian mereka. Memang tidak memungkinkan bagi para warga untuk membangun kembali tempat tinggal mereka ketika wilayahnya masuk ke zona rawan bencana 200 meter dari bibir pantai. Namun solusi untuk merelokasi ke tempat yang jauh dari sumber penghidupan mereka hendaknya perlu dikaji ulang pula, karena tidaklah mudah mengubah seorang nelayan menjadi seorang petani, misalnya, yang sudah mendarah daging secara turun-temurun. (mdk)

Sumino dari LPTP memberikan materi kajian risiko bencana dalam

Salah satu kios penjual udang dan ikan di Kampung Lere. Foto: Martin Dody/ERCB

5

Page 6: bandang di Desa Omu, Salua. Foto: Martin Dody/ERCB ... · Harga tersebut mulai berangsur-angsur kembali normal ketika kemudian akses jalan di perbatasan Desa Tuva dan Salua kembali

KAREBA PALU KORO

“Banjir bandang di Sigi membuat kerusakan yang masif. Penyebab (banjir) bukan terjadi baru saja, namun bisa jadi sudah tahunan. Ketika gempa, bukit longsor, pohon tumbang hingga menyebabkan dampaknya lebih besar. Untuk penanganan masih kurang sumber dayanya,” kata Irwan.

Diakui bahwa sejak Kabupaten Sigi berdiri, belum pernah terjadi banjir bandang sebesar yang terjadi 28-29 April 2019 lalu. Namun demikian, pemerintah kabupaten tidak ingin saling menyalahkan namun mendorong kebersamaan untuk mengatasi, misalnya dalam mengatasi aktivitas penebangan liar dan penambangan pasir di kawasan sungai.

“Saya tidak menuduh adanya penebangan liar. Tapi melihat kondisi kayu-kayu yang hanyut tersapu banjir, dari potongannya, bukan seperti kayu yang tercerabut dari akarnya,” kata Irwan.

“Memang ketika dibahas selalu terkait masalah matapencaharian. Tapi tolong dihentikan, siapapun yang melakukan, entah pengusaha atau saudara,” Irwan menegaskan.

Penegasan juga disampaikan oleh Irwan terkait praktik penambangan pasir di wilayah sungai, bahwa semua pihak didorong untuk menghentikan praktik-praktik tersebut terutama di wilayah yang berdekatan dengan bangunan jembatan.

Wakil Bupati Sigi, Paulina, mengharapkan adanya sanksi yang

Berita Foto

Berharap Ada...Sambungan halaman 1...

6

Page 7: bandang di Desa Omu, Salua. Foto: Martin Dody/ERCB ... · Harga tersebut mulai berangsur-angsur kembali normal ketika kemudian akses jalan di perbatasan Desa Tuva dan Salua kembali

KAREBA PALU KORO

Berita FotoAca sedang menggulung jala yang

sebelumnya digunakan untuk menjala udang di perairan Teluk Palu. Aca adalah salah satu dari perempuan di Kampung Lere yang membantu dalam mencari nafkah keluarga dengan menjemur dan menjual hasil tangkapan ikan atau udang. Kehidupan sebagai nelayan di Kampung Lere sudah berlangsung turun temurun. Segala keterbatasan akibat bencana tsunami yang menerjang tujuh bulan yang lalu tidak menyurutkan semangat mereka untuk kembali mencari nafkah di laut. Foto: Martin Dody/ERCB

lebih keras yang dimasukkan ke dalam peraturan daerah bagi para perambah hutan. Selain itu, penguatan dan advokasi untuk masyarakat yang tinggal di sekitar hutan juga dibutuhkan dan diharapkan banyak pihak dapat terlibat.

“Masyarakat juga diharapkan untuk tidak takut melaporkan jika melihat praktik perambahan hutan,” kata Paulina.

Sigi HijauKegiatan-kegiatan yang sudah direncanakan dan masuk ke dalam Program

Sigi Hijau didorong pelaksanaannya, seperti program penanaman 5.000 pohon per desa. Diharapkan pemanfaatan dana desa bisa lebih dimaksimalkan untuk mendukung program tersebut dan dimasukkan ke rencana-rencana pembangunan desa.

bersambung ke halaman 8...

7

Page 8: bandang di Desa Omu, Salua. Foto: Martin Dody/ERCB ... · Harga tersebut mulai berangsur-angsur kembali normal ketika kemudian akses jalan di perbatasan Desa Tuva dan Salua kembali

KAREBA PALU KORO

Kareba Palu Koro adalah media penyebaran informasi terkait penanganan bencana di Sulawesi Tengah yang dikelola oleh Jaringan Emergency Response Capacity Building (ERCB) pada masa tanggap darurat hingga masa rehabilitasi pasca bencana gempa, tsunami, dan likuifaksi 28 September 2018 di Palu, Sigi, dan Donggala, Sulawesi Tengah. Media ini didukung oleh pendanaan dari SHO dan Cordaid dan terbit dua mingguan.

Pemimpin Redaksi: Arfiana Khairunnisa (ERCB Indonesia)

Redaksi: Martin Dody Kumoro

Saran dan masukan dapat dikirimkan melalui [email protected] atau dialamatkan ke Jl. Karanja Lembah, Lorong BTN Polda, Samping Perum Kelapa GadingDesa Kalukubula, Kec. Sigi Biromaru, Kab. Sigi, Sulteng

REDAKSIONAL

Dengan dukungan:

Berharap Ada...Sambungan halaman 7...

Suasana Rapat Koordinasi Penanganan Bencana dan Banjir Bandang Kabupaten Sigi yang

dipimpin langsung oleh Bupati Sigi, Muhammad Irwan Lapata. Foto: Martin Dody/ERCB

Terkait dengan Program Sigi Hijau ini, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Afit Lamakarate, mengatakan bahwa saat ini Program Sigi Hijau sedang dalam tahap penyusunan Peraturan Daerah sebagai payung hukum pelaksanaannya. Untuk pelaksanaan penamanan 5.000 pohon diakui memang belumlah maksimal.

“Sudah dimulai di Kecamatan Palolo, namun belum maksimal memang. Yang menjadi kendala saat itu adalah penentuan tempatnya, dimana pohon-pohon itu akan ditanam,” kata Afit.

Dari pertemuan yang berlangsung selama hampir tiga jam tersebut muncul kesepakatan dari pemerintah kabupaten Sigi beserta jajarannya untuk lebih serius dan tegas terkait permasalahan-permasalahan yang timbul yang berhubungan dengan penanganan dan pengelolaan lingkungan hidup di wilayah Kabupaten Sigi khususnya. Berbagai usulan muncul. Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Palu-Poso, Encum, mengatakan bahwa pemerintah daerah tetap bisa berkontribusi dalam penanganan kawasan hutan walaupun kewenangan utama di tingkat pusat.

“Agar fungsi-fungsi hutan kembali optimal seperti fungsi konservasi, fungsi produksi,

dan fungsi hutang lindung, maka dibutuhkan penanganan-penanganan yang baik secara vegetatif maupun konservasi tanah dan air,” kata Encum.

Terkait dengan penanganan di sektor konservasi, maka berbagai pihak perlu bersinergi dalam melaksanakan penanganannya.

Penambahan sumber daya manusia, dalam hal ini personel Polisi Hutan, penegakan hukum adat, serta penyediaan sumber mata pencaharian bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan maupun bantaran sungai menjadi pemikiran bersama dalam pertemuan tersebut.

Terkait penggunaan dana desa, Direktur Eksekutif Karsa Institute, Rahmat Saleh menyampaikan bahwa dana desa bisa digunakan untuk memberikan insentif ke desa bagi yang melakukan pengelolaan lingkungan yang baik.

“Perlu dimasukkan variabel baru ke dalam dana desa yaitu lingkungan hidup dan bencana alam,” kata Rahmat yang lebih akrab disapa Oyong ini.

Diharapkan dalam pertemuan-pertemuan berikutnya, sudah tersusun langkah-langkah konkrit terkait penanganan lingkungan hidup di tingkat daerah, dalam hal ini di wilayah Kabupaten Sigi. (mdk)

8