Kembali oleh Fredrik Bratberg
-
Upload
syarahmeidiana -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
description
Transcript of Kembali oleh Fredrik Bratberg
KEMBALI(Tilbakekomstene)
By
Fredrik Brattberg
Translated in English by
Henning Hegland
Diterjemahkan oleh
Syarah Meidiana
Kembali
Di sebuah rumah entah dimana dan kapan
Karakter:
1. Ibu
2. Ayah
3. Gustav (berusia 19 tahun-an)
Ada dua mode dialog, dialog dalam adegan dengan lawan main, dan yang di beri garis bawah berbicara pada penonton
I
Ayah dan Ibu di ruang tamu, ada pintu masuk, pintu menuju kamar Gustav, pintu menuju kamar ayah dan ibu, sebuah jendela. Ayah berdiri di depan jendela. Dia terlihat berantakan dan kurus kering. Ibu duduk di sofa menyulam sambil menonton tv.
Ibu:
Aku tidak tahu kenapa aku menyulam. Untuk siapa aku menyulam.
Aku tidak peduli lagi, kau tidak mau melakukan apa-apa. Kau bahkan tidak mau mengurusi baju kotormu. Dulu kau peduli pada penampilan. Duduklah disini bersamaku, temani aku.
Ayah:
Aku sedang mengawasi anjing tetangga, dia kabur lagi
Ibu:
Entah jadi apa sulaman ini akhirnya, aku hanya menyulam, menyulam, dan menyulam
Ayah:
Saat kau punya anjing, jaga baik-baik! Memang sesulit itu merantai anjing?
Ibu:
Kemari, duduk sini
Ayah:
Beberapa orang seharusnya tidak boleh punya anjing. Bayangkan, mereka tidak mencarinya, merawat dan menjaganya
Ayah terus mencari. Ibu mulai khawatir pada ayahnya yang mencari-cari lewat jendela
Mereka hanya menunggu sampai mereka pulang sendiri, menggonggong dan berdiri di depan pintu
Ibu:
Kenapa tidak kau saja yang mencarinya, kau bisa mencarinya
Ayah:
Itu bukan tugasku. Mereka bisa menjaga anjingnya sendiri
Ibu:
Ya jika memang itu sangat mengganggumu
Ayah:
Tidak, rasanya ini sudah cukup
Pause
Ibu:
Ayo duduk disini, disini bersamaku
Ayah:
Sekarang anjing itu berlari ke jalan, bagaimana jika ditabrak mobil?
Ibu:
Kau sudah berjanji akan berhenti melakukan itu
Ayah:
Aku sedang mengawasi anjing tetangga
Ibu:
Kau selalu berhalusinasi melihat sesuatu tapi tidak ada apa-apa. Itu membuatku khawatir dan aku tidak suka
Ayah:
Memang sesulit itu merantai anjing?
Pause
Lihat ada seseorang datang, sebuah mobil mendekat
Ibu:
Aku yakin mereka akan pergi ke rumah keluarga Pedersens
Ayah:
Tidak, mereka tidak pergi ke sana, ayo lihat sini
Ibu:
Bisa siapa saja kan
Ayah:
Lihat sini, tidak ada yang punya mobil semacam itu di sekitar sini, dan mobil itu tidak belok ke kediaman Pedersens tapi menuju kemari
Ibu bangkit dari sofa dan berdiri di samping Ayah
Ibu:
(Antusias) Sepertinya menuju kemari
Ayah:
Pasti menuju kemari, pasti!
Ibu:
Sudah lama sekali kita tidak menerima tamu semalam ini
Ayah:
Itu pasti dia!
Ibu:
Ya tuhan! Bayangkan jika itu memang dia!
Mobil itu balik arah
Ayah:
Mobil itu tidak balik arah
Ibu:
Mobil itu berbalik arah menuju jalan utama
Ayah:
Belum pasti
Ya
Ya mobil itu berbalik arah
Ibu:
Aku sudah tidak tahan lagi! Kau selalu merasa melihat sesuatu tetapi kau tidak melihat apa-apa. Itu hanya mobil biasa, seseorang mengunjungi orang lain, seseorang berbalik arah ke jalan besar, tidakkah kau mengerti?! Aku sudah tidak tahan lagi!
Kau sudah sakit selama setengah tahun. Kau hanya mau berdiri di jendela. Tapi semua harus kau hentikan, kau tidak boleh bediri disana lagi, aku tidak akan membiarkan kau melakukannya lagi.
Gustav sudah meninggal
Pause
(Lebih lembut) Aku ingin upacara pemakaman untuknya. Aku ingin upacara dimana aku bisa menyatakan bahwa dia sudah meninggal, hanya itu cara agar kita bisa bangkit
Ibu merangkul Ayah dan menenangkannya
Sayang, bisakah kau melakukan ini? Bisakah kau jadi bagian dari ini untuk kebaikanku?
Tiba-tiba Ibu mengerti pada ucapannya, dia harus mengakui bahwa anaknya sudah benar-benar meninggal. Dia menangis
Ayah:
Dua bulan kemudian sebuah upacara pemakaman kami lakukan untuk mengenang Gustav. Sesuai dengan saran pastor, kami menyuruh orang-orang membawa barang yang mengingatkan mereka pada Gustav, barang yang bisa kami masukan ke dalam keranda dan kami kubur. Kami tidak pernah tau bahwa ternyata Gustav memiliki banyak teman, kerandanya begitu penuh dengan salib, foto, lilin, semua hal yang mengingatkan kami padanya
Ibu kembali ke sofa dan menyulam
Ibu:
Sehari setelah pemakaman dia tetap berdiri di depan jendela mencari Gustav. Tetapi Gustav tidak pernah pulang
Duduklah disini bersamaku, temani aku.
Ayah:
Aku sedang mengawasi anjing tetangga, dia kabur lagi
Ibu:
Duduklah di sini
Ayah:
Bayangkan, mereka tidak pergi dan mencarinya
Lihat! Anjing itu main kejalan lagi
Ibu:
Seiring dengan waktu ia semakin jarang memandang keluar jendela, sedikit demi sedikit kami kembali pada kehidupan kami seperti biasanya
Kemari, duduk di sampingku
Ayah duduk di samping ibu
II. Kedua orangtua duduk seperti adegan sebelumnya. Bel berbunyi. Ibu membuka pintu. Ternyata Gustav. Saat ibunya mau memeluk Gustav dia tidak kuasa lalu memeluk kakinya. Ayah berlari mendekati, ayahpun tidak kuasa lalu berlutut di hadapan putranya. Pakaian Gustav kotor dan compang-camping, ia terlihat sudah tidak makan beberapa hari. Wajahnya kotor, air matanya memudarkan sedikit lumpur di pipinya yang tirus.
Gustav:
Bolehkah, bolehkah aku makan sesuatu?
Seolah Gustav menghabiskan kekuatannya untuk mengatakan kalimat tadi, dia pingsan sehingga harus di bantu oleh orang tuanya
Ayah:
Astaga anakku…. Tapi kau kan sudah….
Ibu:
Kau sangat kelaparan
Ayah:
Tentu saja! Kau harus makan. Ayo kita bawa dia ke ruang makan
Ibu:
Di sini, dudukan dia di sini
Mereka mendudukan Gustav di kursi meja makan. Ayah duduk di sampingnya, memegang tangannya, wajahnya, kepalanya, tubuhnya. Ibu membuka kulkas, mencari makanan untuk disediakan
Ayah:
Oh Gustav, Puji Tuhan, Gustav anakku
Ibu:
Tidak ada yang bisa aku sediakan, tidak ada yang enak
Ayah:
Bagaiamana dengan gulai kambing kemarin?
Ibu:
Ya!
Ibu pergi ke dapur
Ayah:
Kami punya gulai kambing nak, tenang saja
Ibu kembali dengan membawa cracker dan semangkuk gulai kambing, diletakannya di depan Gustav. Gustav menyantapnya seperti tidak pernah makan bertahun-tahun
Ibu:
Kue almond dari pemakaman
Ibu ke dapur lalu kembali membawa kue almond
Ayah:
Kau menghidangkan kue almond beku?
Gustav:
Tidak apa-apa
Gustav melahap kue itu. Sementara Gustav makan Ibu berdiri di belakangnya mengusap-usap rambutnya, menciuminya, Ayah menangis
Ibu:
Oh Gustav, Sayang. Betapa aku selalu menangis untumu. Oh Tuhan betapa aku selalu menangis untukmu Gustav
Gustav terus makan, seolah dia tidak pernah makan makanan enak seumur hidupnya, ia akhirnya bicara, sambil tetap mengunyah makanannya
Gustav:
Pasti kalian bertanya-tanya dari mana saja aku?
Ibu:
Ya, kenapa kami tidak mendengar apapun darimu?
Ayah:
Kami sangat resah
Ibu:
Kami ketakutan, Gustav
Gustav:
Aku bersama teman-teman sekelas pergi mendaki gunung. Dan aku tersesat di pegunungan, aku mencoba mencari jalan kembali, tapi semakin aku mencari aku semakin tersesat
Ibu:
Oh Gustav, sayangku
Gustav:
Kelamaan semua semakin memburuk, dan saat itulah hal itu terjadi; longsor yang dahsat menghadang
Ayah:
Astaga
Gustav:
Aku berusaha berlari, tetapi longsornya terlalu besar dan semakin cepat
Gustav kembali fokus pada makanan. Orang tuanya tidak sabar menunggu kelanjutan ceritanya
Ibu:
Lalu?
Gustav:
Aku tidak ingat apa-apa
Ayah:
Tapi apa yang terjadi selanjutnya?
Gustav:
Yang aku ingat adalah pagi ini, aku terbangun di semak-semak dan berjalan kemari
Ibu:
Gustav membawa kita ke tempat dimana dia terbangun setelah di gulung oleh longsor
Ayah:
Untuk kali pertama kami hanya pergi bersama Gustav
Ibu:
Lalu kami membawa polisi
Ayah:
Polisi tidak mengerti
Ibu:
Tidak ada yg mengerti
Ayah:
Tidak masalah, Gustav sudah kembali
Ibu:
Kehidupan bisa dimulai kembali, kehidupan yang normal
Waktu berlalu, Ayah terlihat terawat dengan kemeja putih baru
Gustav:
Ayah, bisakah Ayah keluar membantuku membetulkan sepedaku?
Ayah:
Tapi kau lebih tau banyak soal sepeda lebih dariku
Gustav:
Ayah bisa membantuku mengganti rantai, Aku juga butuh seseorang membetulkan roda belakangnya.
Ibu:
(Pada ayah) Kalau begitu ganti dulu kemeja putihmu dengan overall, kau tidak mau merusaknya kan?
Ayah:
Ya, aku akan ganti dengan overall
Ibu:
Kau juga Gustav, mana overall-mu?
Ayah memakai overall-nya, Ibu mencari overall Gustav
Gustav:
Sekarang dia bisa melaju lebih cepat setelah aku ganti beberapa bagian intinya
Ibu:
Kau harus hati-hati Gustav, waktu itu aku melihat kau mengendarainya hanya dengan roda belakang! Itu gila! Jangan sekali-kali kau lakukan lagi
Ayah:
Tunggu sampai kau punya motor! Ayahmu juga dulu punya motor loh!
Ibu:
Kalian ini sama saja. Kegilaanmu menurun dari ayahmu
Gustav:
Seharusnya ayah menyimpannya, Aku tidak percaya ayah menjualnya dengan harga 2 juta
Ibu memberinya overall dan melingkarkan scarf ke lehernya
Ibu:
Berjanjilah padaku kau akan berhati-hati
Ayah:
Dulu berbeda dengan sekarang, dulu kami punya kau dan membutuhkan uangnya
Gustav:
Ya tapi untuk 20 juta?
Gustav dan Ayah pergi ke luar
III Waktu berubah, Ibu sedang merapikan meja makan dan menyiapkan makan malam. Ayah pulang dari kantor.
Ayah:
Hey sayang
Ibu:
Hey, bagaimana harimu?
Ayah:
Menu makan malam kita apa?
Ibu:
Gulai kambing
Ayah:
Wah sepertinya lezat
Tadi hariku cukup bagus, Amundsen datang berkunjung
Ibu:
Apa yang dia inginkan?
Ayah:
Hanya bilang “hai”. Sepertinya dia merindukan kita
Ibu:
Apa yang dia lakukan setelah dia pensiun?
Ayah:
Jangan khawatir, dia punya 4 cucu dan akan bertambah 1 lagi dalam beberapa bulan
Ibu:
Hanne-Marte sedang hamil lagi?
Ayah:
Gustav mana?
Ibu:
Entahlah, seharusnya dia sudah pulang
Ayah:
Bukankah dia bubar sekolah jam 2 setiap hari selasa?
Ibu:
Ya, hari ini selasa. Seharusnya dia sudah pulang dari tadi
Ayah:
Seharusnya dia sudah pulang dari 1 jam yang lalu
Ibu:
Kalau begitu kita makan berdua saja, nanti makanannya dingin
Ayah:
Ya, begitu lebih baik
Ibu:
Jika dia sudah pulang nanti dia bisa hangatkan sendiri saja
Mereka makan, Ayah menahan diri untuk tetap duduk tenang, tapi lama kelamaan kehilangan kesabarannya dan berdiri
Ayah:
Aku tidak tahan lagi!
Ibu:
Duduklah, sayang
Ayah:
Dia seharusnya sudah pulang 1 jam yang lalu
Ayah kembali berdiri di jendela awal dia biasa berdiri
Ibu:
Aku yakin dia akan pulang sebentar lagi
Ayah:
Kalau begitu aku akan tetap berdiri di sini sampai dia pulang
Ibu:
Makanannya mulai dingin
Ayah:
Aku akan tetap berdiri disini sampai dia pulang
Awalnya ibu makan sendiri, tetapi kelamaan ibu menghampiri Ayah lalu memeluknya untuk menenangkannya
Ibu:
Malam datang, dan hari pun berganti. Kami belum mendengar kabar apapun dari Gustav. Kami melapor pada polisi. Setelah pencarian berhari-hari di hutan dan di sungai para polisi tidak dapat menemukannya. Gustav hilang tanpa jejak
Ibu duduk di sofa sambil menyulam
Duduklah disini bersamaku, temani aku.
Ayah:
Aku sedang mengawasi anjing tetangga, dia kabur lagi
Ibu:
Kemari, duduk sini
Ayah:
Saat kau punya anjing, jaga baik-baik! Memang sesulit itu merantai anjing?
Ibu:
Waktu berlalu. Gustav belum juga pulang. Saat seorang nelayan melaporkan melihat sebuah perahu terapung kami sepakat dan menerima bahwa kemungkinan besar Gustav terbawa arus dan tenggelam. Kami mengadakan upacara pemakaman untuknya. Dan sesuai dengan saran pastor kami meminta kerabat dan keluarga untuk membawa barang-barang yang mengingatkan mereka pada Gustav. Barang-barang untuk kami masukan kedalam keranda dan dikubur. Ia memiliki banyak teman. Kerandanya penuh dengan bermacam-macam barang
Ayah:
Tidak lama setelah pemakaman aku naik pangkat sehingga aku sudah tidak punya waktu lagi untuk berdiri di depan jendela
Sayang, apa kau lihat flask-disk?
Ibu:
Flash-disk?
Ayah:
Ya, yang di tancapkan ke USB slot di samping laptop
Ibu:
Yang abu-abu?
Ayah:
Ya, yang abu-abu, ukurannya sebesar ini lah
Ibu:
Coba periksa di saku
Ayah memeriksa sakunya tetapi tidak ada disitu
Ibu:
Periksa di laci meja di kamar, kau biasanya suka meninggalkan barang-barang kecil disana
Ayah masuk ke kamar. Bel pintu berbunyi
IV.
Ayah masih di kamar mencari memory stick, ibu duduk di sofa, lalu membuka pintu, teryata Gustav. Saat melihatnya Ibu memeluknya dengan erat sambil menangis, begitupun ayah yg berlari menghampiri. Pakaian Gustav kotor dan compang-camping, ia terlihat sudah tidak makan beberapa hari. Wajahnya kotor, air matanya memudarkan sedikit lumpur di pipinya yang tirus.
Gustav:
Bolehkah aku makan sesuatu?
Ibu:
Puji Tuhan, oh anakku, kau kembali
Gustav:
BOLEHKAH AKU MAKAN SESUATU?
Ayah dan Ibu memperhatikan Gustav dengan seksama, betapa kurusnya anak mereka
Ibu:
Oh tentu saja, nak. Ayo duduk di sini, di meja makan
Ayah dan Gustav duduk di meja makan, Ibu pergi ke dapur
Ibu:
Kita masih punya sisa semalam, ada kentang dan sosis
Ayah:
Anakku sungguh sulit dipercaya kau kembali
Ibu:
Kau sangat suka sosis
Ayah:
Ceritakan kemana saja kau ini?
Gustav:
Aku belum makan selama beberapa minggu, jika boleh ayah menunggu…
Ibu:
(Pada ayah) Kita harus menunggu sampai dia makan sesuatu
Ibu menyediakan hidangan. Gustav memakannya dengan sangat lahap
Setelah beberapa suap Ayah bertanya
Ayah:
Nah, jadi kemana saja kau?
Gustav tidak menjawab, dia hanya peduli dengan makanannya
Ibu:
Tunda dulu pertanyaanmu, dia masih lapar
Gustav terus makan
Ayah:
Jadi bagaimana?
Ibu:
Jika dia sudah selesai pasti dia bicara
Gustav tetap tidak menjawab dan terus makan, Ayah kehilangan kesabaran dan memukul meja makan dengan kesal
Ayah:
Aku ingin tahu kemana saja anaku!
Ibu memandangnya dengan tatapan tidak setuju, dia mengelus-elus rambut Gustav untuk menetralkan suasana
Ibu:
Kau harus mengerti Gustav, kami sangat mengkhawatirkanmu
Ayah:
(lebih lembut) Ya, kami sangat khawatir
Ibu:
Sekarang coba beritahu kami kemana saja kau selama tiga bulan terakhir?
Ayah:
Mengapa kau tidak pernah menghubungi kami?
Ibu:
Lalu Gustav memberitahu kami tentang perahu. Sepulang sekolah dia pergi ke laut
Gustav:
Aku melihat perahu terapung bebas, lalu aku melompat menaikinya
Ibu:
Perahunya mulai bocor
Gustav:
Semakin lama air semakin naik
Ayah:
Dan perahunya tenggelam
Gustav:
Aku mencoba melawan arus tetapi aku malah semakin hanyut
Ayah:
Lalu ia tidak ingat apapun. Kami tidak mengerti
Ibu:
Kami menceritakan ini pada orang-orang tapi tak satupun yang percaya. Tidak satupun
Ayah:
Mereka kira kami hanya mengada-ada semua kejadian tersebut
Gustav:
Garam
Ayah:
Setelah beberapa hari kemudian Gustav masuk sekolah
Gustav:
Tolong ambilkan garam
Ibu:
Hari berjalan seperti biasanya seolah Gustav tidak pernah hilang
V.
Waktu berlalu. Ibu keluar dari kamar Gustav dengan kacau balau
Ibu:
Aku baru saja dari kamar Gustav …
Ayah:
Ada apa? Apa yang terjadi?
Ibu:
Aku ingin membangunkan dia
Ayah:
Tenang dulu, sayang
Ibu:
Tapi sepertinya…. Dia… tidak…
Ayah:
Tenangkan dirimu, duduk sini
Ayah mendatangi ibu, merangkul dan menuntunnya ke sofa
Ya tenangkan dulu dirimu lalu bicara yang benar
Ibu:
“Gustav waktunya bangun” kataku, tapi dia tidak menjawab!
Ayah:
Oke, tenang.. tenang..
Ayah menuntun Ibu untuk bernafas dengan relax, ibu sangat kacau tapi berusaha mengikuti
Lalu keluarkan, kau akan lebih tenang
Ayah memijat bahu Ibu
Sekarang, apa yang terjadi di kamar Gustav?
Ibu:
Mencoba keras untuk tenang, tetapi semakin ia bercerita semakin ia menjadi emosional
Aku mencoba membangunkannya, aku bilang, “Gustav bangun, ayo bangun” tapi dia tidak menjawab, lalu aku masuk ke kamarnya aku guncang-guncang dia aku terus guncang-guncang dia aku guncang-guncang…
Ayah:
Tarik nafas… Keluarkan..
Ibu:
Aku terus mengguncang-guncang tubuhnya tapi dia tidak bangun
Ayah:
Kenapa dia?
Ibu:
Sepertinya dia mati!
Ayah:
Apa kau periksa denyut nadinya?
Ibu:
Ya, nadinya sudah tidak berdenyut lagi
Ayah:
Kau yakin?
Ibu:
Ya, sangat yakin!
Ayah:
Kau mengecek nadinya yang mana? Di pergelangan tangannya?
Ibu:
Di pergelangan tangannya, di lehernya
Ayah:
Dan kau tidak bisa menemukan denyutnya?
Ibu:
Tidak! Dia sudah tidak berdenyut lagi!
Pause
Ayah:
Kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang juga!
Dalam kepanikan mereka memakai jaket dan sepatu dengan rusuh
Ayah:
Mana kunci mobil?
Ibu:
Didalam saku jaket-mu
Ayah:
Tidak ada
Ibu:
Di laci meja di kamar, kau biasanya suka meninggalkan barang-barang kecil disana
Ayah lari kekamar mengambil kunci lalu kembali. Mereka menggotong Gustav dari kamarnya
Ibu:
Walau kami tahu kemungkinan selamat Gustav sangat kecil kami tetap berusaha sekuat tenaga menyelamatkannya
Ayah:
Kami berusaha secepat mungkin membawanya ke unit gawat darurat dimana kami bertemu langsung dengan dokter
Ibu:
Kami duduk di ruang tunggu
Ayah:
Kami duduk disana berjam-jam tanpa mengatakan sepatah kata pada satu sama lain
Ibu:
Akhirnya dokter keluar. Nyawa anak kami sudah tidak mungkin diselamatkan
Ayah:
Anak kami telah pergi
Ibu:
Anak kami telah pergi
Di rumah. Pulang dari rumah sakit
Ayah:
(dengan sangat kesal) Sekarang dia berlari ke jalan, anjing tetangga itu berlari kejalan! Bagaimana jika dia ditabrak mobil?
Ibu:
Beritahu tetangga kita kalau begitu!
Ayah:
Beberapa orang seharusnya tidak boleh punya anjing!
Ibu:
Kalau begitu beritahu tetangga kita bahwa anjingnya kabur ke jalan dan kami hampir menabraknya dalam perjalanan pulang dari rumah sakit!
Ayah:
Ya aku akan menelpon mereka! Sialan!
Ibu:
Ya! Telpon mereka. Katakan bahwa mereka seharusnya bisa menjaganya lebih baik!
Ayah:
(dengan marah) Halo! Ya anjingmu tadi kabur! Anjingmu kabur!
Sementara Ayah marah-marah di telepon Ibu berbicara. Tanpa seorangpun dapat mendengar kata-kata Ayah.
Ibu:
Untuk sementara kami mulai menghargai kebebasan setelah kepergiannya. Kini Gustav sudah tiada. Kami tidak punya anak. Sekarang dunia lebih terbuka untu kita. Kita bisa bepergian lebih sering, bisa menjaga satu sama lain
Ayah:
(masih menelpon) Kalian tidak sadar mobil mondar-mandir di jalan?
Ibu:
Tetap saja semua keuntungan itu terbayang-bayangi oleh rasa kehilangan yang terlalu dalam. Kami tetap memikirkan Gustav. Setiap sore. Setiap hari
Ayah:
(masih di telpon) Oke aku akan mengamankannya! Jika kalian tidak mau aku yang akan mengamankannya! (menutup telpon dengan kasar) Berengsek!
Ayah pergi dengan penuh kemarahan
VI. Waktu berlalu. Bel berbunyi saat ibu membuka ternyata Gustav. Ibu langsung penuh dengan kebahagiaan, ia memeluknya
Pakaian Gustav sangat kotor dan compang-camping. Dia terlihat tidak makan selama berbulan-bulan
Ibu:
Oh Gustav! Ini sangat membahagiakan! Masuklah, sayang
Gustav:
Bolehkah aku makan sesuatu?
Ibu:
Ya tentu saja, ayo ikut ke meja makan.
Gustav mengikuti lalu duduk di meja makan menunggu untuk disuguhi sesuatu
Lihat, rotinya sudah tersedia kau bisa ambil sendiri
Gustav:
Bisa aku makan beberapa potong?
Ibu:
Ya, kau ambil saja sendiri
Gustav:
Ibu tidak memasak yang lain lagi? rolade, misalnya?
Ibu:
Rasanya tadi pagi ibu mengeluarkannya dari kulkas
Gustav pergi mengambil pisau roti lalu memotong beberapa lembar. Ibu pergi kedapur untuk mencari semacam selai
Ini membahagiakan sekali! Kau kembali disini.
Ada Nutella, kau suka Nutella
Ibu memberikan Nutella. Gustav makan dengan rakus
Ibu memeriksa isi kulkas Ya Tuhan banyak sekali makanan basi. (membaca tanggal) 20 April, wah sudah lama sekali (membuangnya ke tong sampah lalu mulai sibuk menbuang-buang isi kulkasnya ke tong sampah) Kami senang sekali kau kembali, nak (membawa label) 15 April (membuangnya) kami begitu kehilangan tanpamu, sudah 4 bulan sejak kau pergi (mencium isi karton susu yang sudah basi) (membuangnya) Kami sungguh sangat senang, anak ibu akhirnya pulang (melihat sesuatu yang sangat busuk) Ya ampun sudah berjamur! (membuangnya)
Gustav:
Ayah kemana?
Ibu:
Ayah masih di kantor
Gustav:
Akankah ibu menelponya?
Ibu:
Apa?
Gustav:
Akankah ibu menelpon ayah untuk memberitahukan kepulanganku?
Ibu:
Ya tentu saja
Gustav:
Telpon ayah dan katakan aku sudah pulang
Ibu:
Ya akan ibu telpon segera
Ibu menutup kulkas lalu menelpon. Tapi tidak ada jawaban
Ibu:
Ayah tidak menjawab, sepertinya dia sedang rapat
Gustav:
Tapi ia membawa handphone kan?
Ibu:
Tapi dia pasti sedang sibuk
Gustav:
Tapi dia membawa handphone
Ibu:
Iya dia membawa handphone
Gustav:
Untuk berjaga-jaga
Ibu:
Ya tentu saja dia membawa handphone
Gustav:
Kalau begitu coba hubungi
Ibu:
Mungkin akan aku coba
Gustav:
Ya telpon handphone-nya lalu katakan aku sudah pulang
Ibu:
Akan ibu lakukan
Gustav:
Ya, lakukanlah
Ibu:
Akan aku lakukan
Gustav:
Lakukan
Ibu:
Tapi dia sedang rapat
Gustav:
Kalau begitu coba hubungi
Ibu:
Mungkin akan aku coba
Gustav:
Ya telpon handphone-nya lalu katakan aku sudah pulang
Ibu:
Akan ibu lakukan. Akan aku katakana padanya kau sudah pulang
Ibu memijit beberapa nomor sambil terus memperhatikan Gustav yang masih terus makan dengan lahap
Menelpon handphone-nya tentu saja
Aku menelpon ayahnya dan bercerita bahwa Gustav sudah pulang. Ia sangat senang
Gustav:
(memanggil ayahnya seolah ayahnya ada di kamar) Ayah..
Ibu:
Sayangnya dia tidak bisa pulang lebih cepat, tapi ia berjanji akan menghabiskan besok sore bersama-sama
Gustav:
Ayah!
Ibu:
Gustav kembali menjadi Gustav yang dulu. Gustav yang selalu kami kenal
Ayah keluar dari kamar
Ayah:
Ada apa, nak?
Gustav:
Ayo kita betulkan sepedaku, ganti rantainya
Ayah:
Kau bicara apa?
Gustav:
Ayo kita ke halaman
Ayah:
Untuk apa ke halaman?
Gustav:
Kita betulkan sepedaku
Ayah:
Baiklah kalo itu maumu
Gustav:
Ayo ke halaman, pakai overall-mu
Ayah:
Kapan kau punya itu? Kado ulang tahun?
Gustav:
Ibu, ayah bertanya apakah overall ini kado ulang tahunku
Ibu:
Oh ya?
Gustav:
Kau tahu kan yah, ini kado ulang tahunku yang ke 16. Ayo kita keluar
Ayah:
Keluar kemana?
Gustav:
Ke halaman
Menyeret ayahnya ke halaman.
Ayah:
(dalam perjalanan keluar) Dia selalu menyeretku kehalaman untuk mengerjakan sesuatu, memperbaiki sesuatu
Ibu:
Dan esoknya ia selalu pergi dengan backpack dan beberapa buku. Dan selalu pulang terlambat
Ibu pergi ke dapur
VII.
Ibu sedang memasak makan malam, ada beberapa panci di kompor. Ada telpon. Ibu mengangkatnya
Ibu:
Yah, halo…. Ya… ya…. Ya bisa jadi itu anak saya… berambut gelap… ya benar… ya masih bersekolah….seharusnya dia sudah pulang sekarang…… Kecelakaan?.... dia meninggal… sebentar… tunggu sebentar
Berlari ke dapur, mencari sarung tangan oven lalu mengeluarkan hidangan dari oven, ia letakan di meja makan
(bicara di telepon lagi) Anda yakin anak saya yang meninggal?.... ya itu memang dia... tunggu sebentar
Mengangkat rebusan kentang, menyaringnya. Mengaduk pot sebelahnya, mematikan api. Meletakan kentang-kentang di sebelahnya
(berbicara di telpon) Maaf, ya… saya akan segera kesana
Memakai sepatu dan jaket. Ibu berdiri di depan kaca dan memakai lipstick
Ibu exit. Stage kosong beberapa saat. Ibu kembali membawa Gustav yang sudah mati, tubuhnya luka-luka dan bersimbah darah. Ibu meletakannya di tengah-tengah ruang keluarga. Setelah itu ibu meletakan kembali alat-alat makan Gustav dan melanjutkan memasak.
Ayah pulang dari kantor
Ayah:
Sayang, aku pulang
Ibu:
Ya
Ayah:
Aku sudah mendengar soal kecelakaan itu
Ibu:
Oh ya?
Ayah:
Ya, mereka menelponku di kantor
Ibu:
Ya, sangat mengerikan
Menyadari mayat Gustav yang tergeletak begitu saja
Ayah:
Kau membawanya kesini?
Ibu:
Oh ya ampun, aku tidak tahu apa yang aku lakukan
Ayah:
Harusnya kau bawa dia ke rumah duka
Ibu:
Aku sedang sibuk memasak, aku kira…
Ayah:
Dia tidak boleh ada di sini
Ibu:
Tidak, tentu saja tidak
Ayah:
Bawa dia ke rumah sakit, mengapa tidak kau lakukan?
Ibu:
Maafkan aku, sayang. Tidak terpikirkan olehku
Ayah:
Kau menjemputnya lalu membawanya kemari begitu saja?
Ibu:
Ya sudahlah, sudah terjadi. Kita selesaikan saja nanti
Ayah:
Kamu pikir kamu bisa membawanya kemari lalu memajangnya, begitu?
Ibu:
Tidak, tidak sama sekali
Ayah ke dapur melihat-lihat masakan istrinya
Ayah:
Aku sudah bicara dengan pastor
Ibu:
Dia bilang apa?
Ayah:
Katanya, upacara pemakamannya kita masalkan saja dengan orang lain
Ibu:
Oh ya, pemakaman dengan sedikit pengunjung itu menyedihkan
Ayah:
Kau tahu siapa yang akan dikubur bersamannya?
Ibu:
Tidak, bagaimana bisa aku tahu?
Ayah:
Andreas Karlsen
Ibu:
Teman sekolahmu dulu?
Ayah:
Iya, dia sudah lama sakit
Ibu:
Oh… padahal dia pria yang baik
Ayah:
Ya, dia pria yang menyenangkan. Aku dulu sering bermain bersamanya. Saat aku masih kecil
Ibu:
Dia pernah datang berkunjung kan?
Ayah:
Rasanya pernah
Ibu:
Kalau tidak salah di hari natal beberapa tahun silam. Ya, setelah hari natal
Ayah:
Oh ya benar
Ibu:
Sayang sekali yaa
Ayah:
Ya, sulit dipercaya
Ibu:
Gustav juga
Ayah:
Ya, Gustav juga. Dia masih sangat muda
Ibu:
Ya, sangat muda
Pause
Ayah:
Kita harus membawanya pergi dari sini. Ayo kita bawa ke rumah duka
Ibu:
Ya ayo kita bawa pergi
Ayah:
Dia tidak boleh ada di sini
Ayah menggusurnya ke luar
VIII.
Belum sampai menuju pintu keluar Gustav hidup kembali
Ayah:
Oh tidak, dia hidup lagi!
Ibu:
Apa maksudmu?
Ayah:
Gustav hidup lagi!
Gustav:
Aku hidup lagi! Astaga aku hidup lagi!
Ibu:
Kalau begitu, ayo kita makan bersama
Ibu menyiapkan alat makan, tapi hanya untuknya dan suaminya
Gustav:
Tadi aku mengalami kecelakan
Ibu:
Wah makanannya mulai dingin
Gustav:
Yah, tadi aku sedang berjalan pulang tiba-tiba seorang pria menabraku dengan mobilnya sangat kencang
Ayah:
Tidak apa-apa, dingin sedikit
Gustav:
Aku melihat mobil itu sebelumnya, tapi seketika aku merasa benturan yang sangat hebat
Ayah dan Ibu duduk
Gustav:
Sekarang aku sudah kembali! Ya ampun ibu. aku sudah pulang kenapa ibu tidak menyiapkan piring untukku?
Ibu:
(pada ayah) Dia bilang apa?
Ayah:
Aku benar-benar tidak tau, sayang
Ibu:
Kau bicara apa? Ayo duduk Gustav
Gustav:
Tapi mana piringku? Mengapa ibu tidak menyiapkan piring untukku?
Ibu:
Kau bilang apa?
Gustav:
Kemana piringku?
Mereka makan
Gustav:
KEMANA PIRINGKU?!
Ibu:
Kemana piringmu?
Ayah:
Kenapa kau harus berteriak?
Ibu:
Kau tidak perlu berteriak
Ayah:
Kau menyakiti telinga ayah
Ibu:
Kemana piringmu? Kenapa aku tidak menyiapkannya? Gustav, aku tidak sanggup melahirkan lagi ingatan tentangmu setiap aku menyiapkan piring untukmu
Ayah:
Sudah sangat lama, sudah 20 tahun yang lalu. Ibumu sudah lelah mengingat-ngingat
Ibu:
Itu semua memang menyakitkan. Kau harus bisa memaafkan ibu
Gustav memakan kentang
Ibu:
Apa yang kau lakukan?
Gustav:
Aku ingin makan kentang
Ibu:
Tiga untuk ayahmu dan dua untuk ibu, tidak ada lagi
Ayah:
Ibumu tidak sanggup melahirkan lagi ingatan tentangmu setiap ia menghitung kentang.
Ibu:
Tidak. Kau harus bisa memaafkan ibu, itu semua terlalu menyakitkan
Gustav memasukan kentang itu ke mulutnya
Ibu:
Gustav! Apa-apaan kau!
Ayah:
Muntahkan lagi Gustav!
Ibu:
Tiga untuk ayahmu dan dua untuk ibu, tidak ada lagi
Gustav tersedak, ia tidak bisa bernafas
Gustav:
To..to..long.. aku…
Ayah:
Mencuri kentang buatan ibumu sendiri!
Ayah dan ibu lanjut makan tanpa mempedulikan Gustav yang tersedak
Gustav:
Aku ti..tidak bi..sa.. ber..nafas
Ayah:
Kelakuan macam apa itu?!
Ibu:
Entah, aku juga tidak pernah melihat hal yang seperti itu sebelumnya
(Pause) (melirik Gustav) Dia mengingatkanku pada suatu gerakan apa ya namanya?
Ayah:
Gerakan bagaimana?
Ibu:
Kau berdiri di belakang lalu menekan dadanya dengan sangat kencang dan cepat
Ayah:
Heimlich! Tapi kau bukan menekan dadanya, tapi diafragma atasnya
Ibu:
Oh ya diafragma atas. Seperti bagaiamana caranya?
Ayah:
Ayo sini biar aku contohkan
Ayah mencoba gerakannya pada Ibu. Sementara Gustav terbaring di lantai mencoba bernafas
Ibu:
Ya, benar! Seperti itu!
Ayah:
Kau bisa merasakannya?
Ibu:
Ya, sayang
Gustav:
To...
Ayah:
Lalu nanti makananya akan loncat lewat tenggorokan
Ibu:
Oh beritu ya
Ibu lagsung duduk. Saat ayah akan duduk dia menyadari Gustav sudah mati di lantai
Ayah:
Bagus! Sekarang aku punya ruangan untuk berolah raga
Ibu:
Kenapa?
Ayah:
Kamar lama Gustav bisa aku jadikan ruangan olah raga. Lihat, dia sudah mati di lantai
Ayah pergi ke pintu depan
Ibu:
Baiklah, tapi apa yang kau lakukan?
Ayah:
Aku ingin mulai bebenah
Ibu:
Ya, lebih baik makan dulu
Ayah keluar lalu kembali dengan beberapa barbel
Ibu:
Aku juga berpikir untuk menyimpan mesin jahitku disana, beri sedikit ruang yah
Ayah:
Ya, masih agak luas
Ayah masuk ke kamar Gustav, mengeluarkan beberapa barang-barangnya.
Ibu melihat Gustav hidup kembali
Ibu:
Oh.. tidak.. tidak.. tidak.. dia hidup lagi!
Ayah:
Sial! (keuar dari kamar dan melihat anaknya hidup lagi)
Ayah memasukan barang-barang Gustav lagi. Ibu mencekik Gustav
Ibu:
Kau keluarkan saja barang-barangnya, biar aku yang membereskan ini
Ayah masuk ke kamar Gustav. Mengeluarkan barang-barangnya. Ibu masih mencekik Gustav.
Ayah:
Apa kau butuh bantuan
Ibu:
Ya, dia sangat kuat
Ayah:
Biar aku saja
Ayah mengambil alih mencekiknya
Ibu:
Ah, rasanya tanganku mau lepas
Ibu:
Coba goyang-goyangkan tanganmu
Ibu menggoyang-goyangkan tangannya
Ibu:
Tanganku yang sebelah sini selalu bermasalah, seharusnya tidak terlalu sering digunakan
Ayah:
Kau harus mendengarkan tubuhmu, jika memang sudah tidak kuat lagi jangan terlalu dipaksakan
Anak ini sulit sekali mati……… nah mati.
Ibu:
Gustav mati
Ayah melepaskan tangan dari lehernya
Ibu:
Dan hidup kembali
Ayah:
Dia hidup kembali dalam hitungan menit
Gustav bangun
Ibu:
Semakin lama kejadiannya semakin cepat, Gustav bahkan dapat menahan dirinya sendiri sebelum dia jatuh
Lampu pada Gustav semakin hilang, tinggal menyoroti Ayah dan Ibu
Ayah:
Kematian bagaikan kedutan di wajahnya. Dia mati, dan sedetik berikutnya dia hidup lagi
Ibu:
Lalu kecepatannya semakin bertambah, dari seratus perdetik menjadi seribu perdetik, sampai kelamaan ia semakin pucat dan menghilang
Ayah:
Akhirnya, setelah kepergiannya menjadi secepat kecepatan cahaya ia menjadi tidak terlihat
Ibu:
Gustav menghilang
Ayah:
Gustav menghilang
Ibu:
Kita tidak lagi merindukannya… kami sudah tidak peduli lagi
Ayah:
Gustav benar-benar menghilang
*tamat*