KEMBALI MANDIRI

23
KEMBALI MANDIRI INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION – JAVA RECONSTRUCTION FUND Proyek Pemulihan Mata Pencaharian INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION – JAVA RECONSTRUCTION FUND Proyek Pemulihan Mata Pencaharian Usaha Kecil dan Mikro yang Mampu Bangkit Kembali Pasca Gempa Yogyakarta dan Jawa Tengah Kisah Pribadi

description

Kisah Pribadi Usaha Kecil dan Menengah yang Mampu Bangkit Kembali Pasca Gempa Yogyakarya dan Jawa Tengah (IOM, 2011)

Transcript of KEMBALI MANDIRI

Page 1: KEMBALI MANDIRI

KEMBALI MANDIRI

INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION – JAVA RECONSTRUCTION FUND

Proyek Pemulihan Mata Pencaharian

INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION – JAVA RECONSTRUCTION FUND

Proyek Pemulihan Mata Pencaharian

Usaha Kecil dan Mikro yang Mampu Bangkit Kembali Pasca Gempa Yogyakarta dan Jawa Tengah

Kisah Pribadi

Page 2: KEMBALI MANDIRI

KEMBALI MANDIRI

INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION – JAVA RECONSTRUCTION FUND

Proyek Pemulihan Mata Pencaharian

Usaha Kecil dan Mikro yang Mampu Bangkit Kembali Pasca Gempa Yogyakarta dan Jawa Tengah

Kisah Pribadi

Page 3: KEMBALI MANDIRI

2 3

Singkatan

Diterbitkan oleh International Organization for Migration (IOM),Yogyakarta

Jl. HOS. Cokroaminoto 109,Yogyakarta 55253, IndonesiaTelp. +62 274 619055-619056Fax. +62 274 619012

www.iom.or.id

ADB Asian Development Bank

BPBD Badan Penanggulangan Bencana Daerah

EC European Commission

IOM International Organization for Migration

JRF Java Reconstruction Fund

Rp Rupiah

UMK Usaha Mikro dan Kecil

USD United States Dollar

Page 4: KEMBALI MANDIRI
Page 5: KEMBALI MANDIRI

6 7

Membangun kembali kehidupan pasca bencana adalah tugas yang tidak mudah, seperti yang dialami masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah setelah dilanda gempa dahsyat pada bulan Mei 2006. Merespon hal ini, Java Reconstruction Fund (JRF) menggalang bantuan untuk upaya pemulihan dan rekonstruksi pemerintah Indonesia. Fasilitasi ini berhasil menghimpun total dana bantuan sekitar 94 juta Dollar Amerika dari Uni Eropa dan Pemerintah Belanda, Inggris Raya, Asian Development Bank, Kanada, Finlandia dan Denmark.

Menyusul kesuksesan pelaksanaan inisiatif hunian sementara yang didanai oleh JRF, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), terpilih kembali sebagai salah satu mitra pelaksana JRF dalam membantu pemulihan mata pencaharian bagi usaha menengah dan kecil (UMK) yang terkena dampak gempa dan sedang berjuang untuk bangkit dan memulihkan usaha dan penghidupan mereka kembali paska bencana.

Kini di tahun ketiga pelaksanaan proyek, IOM telah efektif membantu pemulihan mata pencaharian sekitar 4.300 UMK. Berbagai tanggapan dari pemerintah baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten maupun pemerintah lokal dan perwakilan negara-negara donor, menunjukkan bahwa pelaksanaan proyek telah membuahkan hasil yang sangat baik dan sesuai dengan tujuan akhir menyeluruh pencapaian upaya pemulihan ekonomi dan sosial. Di bulan-bulan terakhir ini, karena proyek akan berakhir pada bulan Juni 2011, IOM memfokuskan diri pada peningkatan kapasitas pemerintah dan melaksanakan strategi penutupan proyek (exit strategy) untuk memastikan keberlanjutan proyek melalui lembaga dan institusi yang terkait di Indonesia.

Menjelang penutupan proyek, dengan bangga saya persembahkan booklet ini yang berisi laporan dari para penerima manfaat yang kami dapatkan secara langsung di lapangan, termasuk perspektif jujur mereka tentang berbagai pencapaian dan perkembangan sekaligus harapan bagi kemajuan mereka. Kisah-kisah ini menunjukkan keberhasilan masyarakat di provinsi Yogyakarta dan Jawa Tengah yang telah mampu bangkit dan membangun kembali kehidupan mereka pasca bencana 2006. Harapan saya, kisah mereka dapat menginspirasi kita dan berbagai inisiatif pemulihan mata pencaharian pasca bencana di masa mendatang baik di Indonesia maupun dunia.

Shamima KhanManagerJava Reconstruction Fund

Denis NihillChief Of Mission IOM Indonesia

Selama beberapa tahun terakhir ini, saya telah melakukan perjalanan ke desa-desa di Jawa untuk bertemu langsung dengan para penerima manfaat dukungan Proyek IOM-JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian. Perjalanan tersebut selalu memberikan pengalaman yang menyenangkan, terlebih karena orang-orang Jawa yang terkenal ramah itu akan dengan cepat menyambut Anda untuk mengunjungi rumah dan menunjukkan tempat kerja mereka lalu menyuguhkan teh manis dan pisang goreng.

Selama kunjungan-kunjungan itu, saya juga sangat terkesan dengan tingginya semangat hidup dan

optimisme yang mereka pancarkan. Jelas bahwa para korban bencana tragis gempa bumi, yang terjadi hampir 5 tahun lalu, kini telah mengalami perkembangan pesat dalam membangun kembali masyarakat dan memulihkan mata pencaharian mereka yang sebelumnya sempat porak-poranda akibat hantaman bencana alam yang datang tiba-tiba.

Dengan dukungan fasilitasi dana bantuan dari multi-donor JRF dan kerjasama yang erat dengan

Pemerintah Indonesia, proyek yang dijalankan IOM ini telah berlangsung tiga tahun lebih dan mendukung sekitar 4.300 usaha mikro dan kecil agar kembali pulih, sebuah proyek yang telah berhasil memberikan kontribusi penting dalam mengembalikan mata pencaharian dan pendapatan masyarakat seperti kondisi sebelum terjadi gempa bahkan menjadi lebih baik lagi.

Bersama akan berakhirnya proyek Pemulihan Mata Pencaharian ini, Back on our Feet dirangkum

berdasarkan wawancara dengan 11 orang penerima manfaat yang mewakili sektor-sektor yang berbeda. Kisah-kisah mereka yang kami dapatkan secara langsung dari lapangan ini, memberikan perspekif berharga betapa proyek ini sangat berarti bagi mereka dan telah berkontribusi penting terhadap prestasi yang dicapai banyak usaha mikro dan kecil di Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Semoga Anda menikmati kisah-kisah mereka.

Sambutan – Java Reconstruction Fund (JRF)

Sambutan – International Organization for Migration (IOM)

Page 6: KEMBALI MANDIRI

Alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT dan kerja keras kita semua, proses pemulihan pasca gempa dahsyat 5,9 SR yang melanda DIY dan Jawa Tengah dapat berjalan baik bahkan dianggap sebagai proses pemulihan pasca bencana yang tercepat di dunia. Kehidupan telah pulih kembali bahkan di beberapa aspek menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Kunci sukses dari program pemulihan ini terletak pada penerapan kearifan lokal untuk membangkitkan dan memberdayakan masyarakat, yaitu "gotong royong, saiyeg saeka kapti" atau semangat kebersamaan dan kesadaran saling membantu sesama. Serta bahwa "bantuan dari manapun diarahkan untuk membantu masyarakat agar mampu menolong dirinya sendiri".

Pengalaman menunjukkan bahwa kegiatan pemulihan yang tersulit adalah di bidang ekonomi, terutama mengembalikan mata pencaharian, membangkitkan kembali Usaha Mikro dan Kecil (UMK), membuka akses keuangan dan meningkatkan kapasitas kerja mereka yang sempat kolaps akibat gempa. Bersama ini kami selaku wakil pemerintah mengucapkan terima kasih atas bantuan banyak pihak melalui Java Reconstruction Fund (JRF), sebuah lembaga multi-donor di bawah pengelolaan Bank Dunia yang didanai oleh Komisi Eropa, Bank Pembangunan Asia, Pemerintah Belanda, Kanada, Inggris, Finlandia dan Denmark. JRF telah mendanai proyek rehabilitasi, rekonstruksi fisik dan pemulihan mata pencaharian yang dilaksanakan International Organization for Migration (IOM).

Dukungan dari Proyek IOM-JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian kepada UMK dalam bentuk pelatihan teknis, rehabilitasi infrastruktur mata pencaharian, akses pasar, peningkatan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat, telah membuahkan hasil yang sungguh menggembirakan baik secara kuantitas maupun kualitas. Para penerima manfaat sangat merasakan dampak positifnya, antara lain tumbuhnya rasa percaya diri bahwa mereka mampu lebih mandiri. Keberhasilan ini mestinya tidak berhenti begitu dampingan IOM selesai pada Juni 2011. Perlu dipikirkan berkelanjutannya, meski tanpa bimbingan dari IOM maupun dukungan dana dari JRF. Kita perlu menyiapkan exit strategy agar saat IOM menyelesaikan tugasnya, maka pencapaian proyek pemulihan mata pencaharian ini dapat dilanjutkan oleh siapapun dengan dukungan sumber dana dari manapun. Bukan hal yang mudah tapi dengan kerjasama yang baik dan kerja keras maka semuanya akan dapat kita atasi. Demikian, terimakasih IOM dan JRF.

Ir. Bayudono, M.ScStaff Ahli Gubernur DIY Bidang Pembangunan

Seperti kita ketahui bersama, Proyek IOM-JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian akan berakhir pada 30 Juni 2011. Telah banyak manfaat yang dihasilkan dari proyek ini bagi masyarakat korban gempa bumi 27 Mei 2006. Untuk itu dalam kesempatan ini, mewakili masyarakat Jawa Tengah, kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi atas dukungan pendanaan hibah luar negeri melalui Java Reconstruction Fund (JRF) dan IOM selaku mitra pelaksana proyek yang telah membantu pelaksanaan pemulihan pascagempa di Jawa Tengah.

Proyek IOM-JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian bertujuan merehabilitasi dan merekonstruksi mata pencaharian masyarakat korban gempa melalui pemberdayaan Usaha Mikro Kecil (UMK) sehingga diharapkan minimal mampu kembali ke kondisi yang sama seperti sebelum gempa bumi melalui berbagai kegiatan seperti akses ke lembaga keuangan, penggantian peralatan produksi, perbaikan rumah atau tempat produksi, juga pelatihan-pelatihan seperti desain, manajemen keuangan dan pembukuan untuk meningkatkan daya saing serta pemasaran produk-produk UMK.

IOM sebagai salah satu mitra pelaksana JRF, telah sukses melaksanakan program pemulihan mata pencaharian di 3 Kabupaten yaitu : Klaten, Sukoharjo dan Boyolali.

Berbagai pengalaman dan kesuksesan dari pelaksanaan Proyek IOM-JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian ini perlu dijadikan pembelajaran bersama bagi para pemangku kepentingan baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota terutama dalam menghadapi proyek sejenis di masa mendatang.

Kita juga perlu mempersiapkan strategi penutupan proyek (exit strategy) secara bersama agar pasca berakhirnya dukungan JRF-IOM nanti, pencapaian proyek ini dapat dikelola, dilanjutkan dan dikembangkan oleh pemerintah daerah utamanya Kabupaten Klaten, Boyolali dan Sukoharjo dalam kerangka pembangunan daerah secara reguler.

M. Natsir Noor Effendy, SH, M.Si Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Provinsi Jawa Tengah

8 9

Sambutan – Pemerintah Provinsi DIY

Sambutan – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

Page 7: KEMBALI MANDIRI

Daftar Isi IOM di Yogyakarta dan Jawa Tengah

12 Sektor Pertanian

20 Sektor Pengolahan Makanan

26 Sektor Kerajinan

36 Sektor Peternakan

11 IOM di Yogyakarta dan Jawa Tengah : Sebuah Ringkasan

10 11

Semuanya berubah dalam hitungan detik bagi ribuan rakyat Indonesia pada pagi 27 Mei 2006 itu. Korban jiwa mencapai 5.760 warga ketika sebuah gempa bumi berkekuatan 5,9 skala Richter memporak-porandakan provinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah. Bagi ribuan orang yang beruntung untuk selamat, mata pencaharian mereka musnah.

Sejak saat itu IOM telah membantu puluhan ribu korban gempa bumi di Provinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah untuk memulihkan kembali kehidupan mereka melalui bantuan bertarget di bidang bantuan darurat, logistik, hunian sementara dan hunian permanen, rehabilitasi infrastruktur, mata pencaharian dan pengurangan resiko bencana. Selain dari para donor JRF – Komisi Eropa, Asian Development Bank dan Pemerintah Belanda, Kanada, Inggris, Finlandia dan Denmark, IOM juga menerima bantuan dana yang cukup besar dari United States Agency for International Development (USAID), Humanitarian Aid department of the European Commission (ECHO), Australian Agency for International Development (AusAID), Pemerintah Queensland, Palang Merah Belanda, UK Departement for International Development (DFID) dengan total sumber dana yang diterima IOM Yogyakarta sejak 2006 mencapai sekitar 18 juta Dollar AS.

Setelah kesuksesan pelaksanaan proyek awal hunian sementara yang didanai oleh multi-donor JRF, IOM mendapat tambahan dana JRF untuk pelaksanaan proyek bantuan mata pencaharian yang lebih komprehensif dan mencakup berbagai sektor. Proyek ini akan berlanjut hingga 30 Juni 2011.

Di bawah pengelolaan Bank Dunia, IOM telah mendukung pemulihan perekonomian UMK dalam memperbaiki kapasitas operasional pra-gempa. Di bawah fase pertama Proyek Pemulihan Mata Pencaharian IOM-JRF, para penerima bantuan di sektor peternakan, produksi tanaman pangan, pengolahan makanan, kerajinan tangan dan perikanan menjadi target intervensi. IOM memberikan kepada para penerima bantuan tersebut berbagai aset produksi penting melalui pelatihan teknis dan pengembangan usaha serta memfasilitasi akses mereka ke pasar yang lebih luas.

Fase perpanjangan proyek hingga Juni 2011 memungkinkan kelancaran serah terima proyek kepada pemerintah daerah dan masyarakat melalui bantuan peningkatan kapasitas pemerintah, manajemen risiko bencana berbasis masyarakat dan akses permodalan kepada UMK

Page 8: KEMBALI MANDIRI

12 13

Sektor PERTANIAN

Sebuah inovasi baru telah mengubah cara bercocok tanam para petani di pedesaan Yogyakarta dan Jawa Tengah. Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian telah melatih mereka untuk beralih dari metode pertanian konvensional -yang butuh biaya relatif mahal dan berbagai pupuk kimiawi tak ramah lingkungan- ke metode pertanian organik yang lebih hemat dan menggunakan pupuk alami buatan lokal. Para petani dampingan proyek ini, sekarang mulai merasakan manfaatnya. Seiring dengan menurunnya ketergantungan pada pupuk kimia, kualitas kesuburan tanah dan hasil pertanian mereka pun bahkan meningkat.

Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian juga telah mengganti infrastruktur penting guna membantu usaha para petani. Di desa Kebon, Klaten, Jawa Tengah misalnya, rehabilitasi sistem irigasi telah membantu secara langsung lebih dari 120 keluarga petani, menyuplai air untuk 30 % lebih lahan pertanian dan menghemat biaya produksi usaha tani.

Page 9: KEMBALI MANDIRI

Semua pelatihan yang telah saya ikuti, sangat membantu terutama dalam hal

merapikan pembukuan dan mengajarkan kami cara untuk menghitung pengeluaran serta

pendapatan, yang sebelumnya tidak kami lakukan. Soeharto

KISAH PENERIMA MANFAAT

Sektor Pertanian 14

sepenuhnya menerapkan metode organik di masa mendatang.” kata Soeharto sambil menunjukkan bantuan alat-alat pertanian seperti cangkul, pencacah jerami dan alat-alat lainnya untuk memproduksi pupuk organik yang diperoleh Soeharto dari proyek ini.

Menurut perhitungan Soeharto, di saat harga pupuk kimia terus naik seperti sekarang, penggunaan pupuk organik bisa menghemat banyak biaya produksi untuk tiga kali masa tanam dalam setahun – sekali panen rata-rata pendapatan Soeharto adalah Rp 1,8 juta. Sebagai contoh, jika dulu Soeharto harus membeli 4 botol kecil pupuk urea cair seharga Rp 240.000 dalam sekali masa tanam, kini urea cair itu bisa dia ganti dengan 4 liter pupuk organik cair yang harganya hanya Rp 10.000/liter.

Terinspirasi dari pelatihan-pelatihan teknis, Soeharto secara bertahap memakai pupuk organik untuk lahan pertaniannya. Pelatihan pengembangan usaha juga telah mengubah pola berpikirnya tentang pertanian.“ Semua pelatihan yang telah saya ikuti, sangat membantu terutama dalam hal merapikan pembukuan dan mengajarkan kami cara untuk menghitung pengeluaran serta pendapatan, yang sebelumnya tidak kami lakukan”.

Soeharto sebelumnya menggunakan pupuk kimia namun kini telah beralih ke pupuk organik. Petani berusia 66 tahun ini memang mulai akrab dengan tren pertanian organik begitu juga rekan-rekannya sesama petani di desa Sukoharjo, Jawa Tengah. Sebagai sekretaris kelompok tani yang beranggotakan 29 petani dampingan Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian, Soeharto telah menerapkan cara yang lebih ramah lingkungan dan berharap memetik hasil yang meningkat terus-menerus.

Beralih ke pupuk organik yang terbuat dari pupuk kandang dan bisa dengan mudah diperoleh dari sekitar rumah, efeknya tidak hanya baik bagi lingkungan tapi juga otomatis menekan pengeluaran dan akhirnya meningkatkan pendapatan. Keuntungan semacam ini sangat membantu Soeharto yang rumahnya rusak agak parah dan genting-gentingnya berjatuhan saat gempa 2006 terjadi.

“ Dengan beralih ke pola pertanian organik terbukti membawa perubahan yang positif. Hasil pertanian meningkat dan kualiatas kesuburan tanah Saya pun membaik berkat pupuk organik. Saya harap bisa

Page 10: KEMBALI MANDIRI

Kebun yang dipenuhi sayuran organik bukan sekedar kisah sukses di sektor pertanian, tapi juga sebuah 'prestasi' bagi Yuni, salah satu anggota dari 4 kelompok penerima manfaat di Sumberharjo.

Seperti kebanyakan perempuan lainnya di desa Sumberharjo, DIY, Yuni sedang memperluas wawasannya dalam bisnis pertanian organik dengan dukungan Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian. Yuni yang pernah menjadi TKW di beberapa negara Asia ini yakin dirinya kini telah dibekali dengan teknik dan keterampilan usaha yang cukup untuk memajukan bisnis sayuran organik.

“ Pertanian organik telah banyak membantu masyarakat di desa kami khususnya kaum perempuan karena dapat memberikan lapangan kerja dan penghasilan tambahan. Menurut saya, prospek untuk sayuran organik di pasaran cukup cerah karena selain sehat, rasanya juga lebih enak ” kata Yuni sambil memandangi kebun sayuran organiknya melalui jendela depan rumahnya.

Rumah Yuni mengalami retak-retak s a a t g e m p a t e r j a d i s e h i n g g a mengharuskan mereka tinggal di tenda darurat selama sebulan. Awal 2009, Yuni mulai menerima pelatihan metode pertanian organik dan pengembangan usaha. Dari penjualan pada tahap awal berbisnis sayur organik, Yuni mendapat penghasilan tambahan sekitar Rp 150.000/ bulan.

Kini, meskipun dengan kebun yang tidak terlalu luas, Yuni bisa menjual berbagai sayur organik seperti cabai, kacang panjang, terong, sawi, bayam dan tomat ke para pelanggan yang dikenal Yuni dari kerabatnya, karyawan salah satu kampus di Yogyakarta. Yuni berangan-angan suatu saat bisa mewujudkan rencana besarnya, seiring meningkatnya permintaan pasar akan produk-produk organik. “ Saya sangat berharap bisa mensuplai sayuran organik dalam kapasitas yang lebih besar dan stabil, juga memiliki merk sendiri sehingga bisa memasarkannya ke supermarket dan pasar retail. ”

Saya sangat berharap bisa mensuplai sayuran organik

dalam kapasitas yang lebih besar dan stabil, juga memiliki merk sendiri

sehingga bisa memasarkannya ke supermarket dan pasar retail.

KISAH PENERIMA MANFAAT

Sektor Pertanian 16

Yuni

Page 11: KEMBALI MANDIRI

S. T. Waluyo Saluran irigasi yang telah diperbaiki itu sangat membantu kami. Memudahkan para petani untuk memperoleh pengairan yang lancar selama tiga kali masa tanam

19KISAH PENERIMA MANFAAT

Sektor Pertanian

Untuk mendapatkan harga jual yang layak, Waluyo punya trik tersendiri. Dia menyimpan stok berasnya dulu, menunggu hingga supplai beras di pasar menurun, baru dia menjualnya karena pada saat-saat seperti itu harga beras biasanya relatif mahal. “ Ada banyak simpanan kalo baru saja panen seperti sekarang, “ kata Waluyo sambil berdiri di dekat berkarung-karung beras miliknya yang ditumpuk di ruang tamu. Hasil panennya sekarang meningkat, yang dulu rata-rata 800 kg kini menjadi 1,2 ton.

Diperkuat juga dengan pelatihan-pelatihan teknis pertanian yang diterima dari proyek ini, para petani di desa Kebon berharap hasil yang terus membaik. “ Penambahan saluran irigasi juga sangat membantu kami. Memudahkan para petani untuk memperoleh pengairan yang lancar selama tiga kali masa tanam ( terutama di 4 bulan terakhir setiap tahunnya) karena pada masa itu biasanya sangat sulit untuk mendapatkan air. Saya optimis produktivitas dan pendapatan para petani di sini bisa berangsur meningkat.”

Hasil kerja keras bertahun-tahun bisa hilang begitu saja dalam hitungan detik – S. T. Waluyo, seorang petani padi di desa Kebon, Klaten pernah mengalaminya. Tidak hanya rumahnya yang rusak saat gempa mengguncang, tapi sistem irigasi -dimana lahan pertaniannya bergantung- juga rusak parah. Tempat tinggal dan mata pencaharian yang porak-poranda, tidak pernah terlintas dalam bayangan Waluyo. “Para petani di sini termasuk saya sempat trauma setelah guncangan gempa bumi. Tidak hanya karena banyak rumah yang roboh tapi juga karena rusaknya infrastruktur yang mendukung mata pencaharian kami, salah satunya saluran irigasi.”

Waluyo adalah salah satu dari puluhan petani yang hadir dalam acara peresmian dibukanya sistem irigasi baru yang telah direhabilitasi oleh Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian dan dibangun bersama para pekerja lokal di bulan Desember 2009. Sistem irigasi tersebut kini bisa menyediakan air untuk 37 hektar lahan dan meningkatkan 30 % produksi pertanian di sana. Hasilnya, biaya operasional dapat ditekan hingga menghemat biaya sekitar Rp 400.000/tahun per petani.

Page 12: KEMBALI MANDIRI

21

PENGOLAHAN MAKANAN

Sektor

Pelatihan keterampilan usaha kepada 71 orang perempuan dari desa Terong, Kabupaten Bantul, Provinsi D.I. Yogyakarta, memiliki dampak yang signifikan. Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian yang salah satunya berfokus pada pemberdayaan perempuan, membuat para perempuan desa Terong yang sebelumnya hanya bergantung pada hasil pertanian kini terbantu mengembangkan usaha mereka ke sektor pengolahan makanan. Sekarang mereka dapat membanggakan aneka macam produk makanan ringan —terbuat dari pisang, singkong dan kacang—dengan merk 'NIKIMON", yang semakin populer di pasaran.

Para perempuan desa Terong dilibatkan dalam Tim Promosi Desa sebagai upaya memperluas akses pasar. Menanggapi meningkatnya permintaan akan produk NIKIMON, Tim Promosi Desa juga telah membuka sebuah toko di desa Terong pada bulan Juni 2010. Bermitra dengan beberapa mini market setempat, kelompok produsen NIKIMON ini telah mencapai omzet sebesar Rp 31,5 juta dalam jangka waktu enam bulan di tahun 2010, ini berarti tambahan penghasilan sebesar Rp 5,2 juta per bulan untuk kelompok dan masyarakat desa Terong.

Page 13: KEMBALI MANDIRI

Wasiyem

Sekarang, sedikit demi sedikit, keadaan usaha kami meningkat

Usaha produksi tahu Wasiyem sempat tersendat akibat gempa 2006. Tapi berkat kegigihannya bertahan, kini usahanya bisa berkembang maju. Pekerjaan memproduksi tahu dirasa Wasiyem "tidak menarik" ketika ia pertama kali memulai sektor ini bersama suaminya di desa Kaliwiru, Yogyakarta akhir 1980-an. Alasannya adalah akses pasar yang terbatas, keuntungan yang didapat tidak sebanding dengan kerja keras sejak pagi buta ditambah lagi perjalanan jauh dengan sepeda untuk menjual tahu ke pasar setempat. Hidup jadi semakin susah pasca gempa bumi yang mengakibatkan kerusakan pada rumah dan tempat produksi tahu keluarga Wasiyem sehingga memaksa mereka sementara hidup di tenda.

Masa-masa sulit itu telah berlalu. Meski usaha mereka tetap mengharuskan Wasiyem dan suaminya bekerja keras, bangun pagi-pagi buta untuk membuat tahu lalu menjualnya ke pasar (untungnya, sekarang dengan sepeda motor) tapi kini Wasiyem yakin usahanya memiliki prospek sejak mereka menjadi salah satu penerima manfaat dari Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian IOM-JRF. " Iya, perlahan keadaan usaha kami meningkat sekarang," kata Wasiyem.

Penggantian peralatan kerja dan perbaikan yang signifikan di lingkungan tempat produksi telah meningkatkan efisiensi dan kebersihan produk tahu milik Wasiyem. Kelas-kelas pelatihan teknis yang diberikan proyek ini membantu memperbaiki kualitas dan keragaman produk tahu, sedangkan perubahan pengemasan produk telah memikat pelanggan baru. Kini, Wasiyem juga merupakan salah satu dari 40 produsen tahu di desa Kaliwiru yang melalui bantuan peningkatan kapasitas, berhasil mendapatkan sertifikasi PIRT (Produksi Pangan Industri Rumah Tangga) dari Departemen Kesehatan RI.

Wasiyem, 42 tahun, secara bertahap menerapkan

keahlian yang didapatkan dari kelas pelatihan pengembangan usaha dengan harapan keuntungan usahanya akan semakin baik. Dari berjualan produk tahunya, rata-rata Wasiyem mendapatkan Rp 400.000 per hari. Namun jika dikalkulasi ulang, pendapatan itu hanya memberikan laba bersih Rp 50.000 karena biaya produksi yang tinggi. "Sebelumnya saya tidak terpikir tentang mengembangkan usaha. Sekarang, setidaknya pengetahuan kami sudah bertambah dan kami tahu bahwa ada peluang untuk usaha kami bisa maju," ujar Wasiyem optimis.

Page 14: KEMBALI MANDIRI

Ponisih

Bantuan non-keuangan itu bagus karena menyemangati kami untuk mengembangkan usaha. Pengetahuan adalah modal abadi. Itu yang kami rasakan tentang dampak berkelanjutanpelatihan IOM di sini.

24KISAH PENERIMA MANFAAT

Sektor Pengolahan makanan

Seperti 71 perempuan lainnya yang kini bekerja untuk Dengan semangat mengembangkan usaha, warga Terong NIKIMON, Ponisih adalah ibu rumah tangga biasa. Sehari- bercita-cita mendapatkan keuntungan bisnis sebesar ambisi hari dia juga membantu suaminya bertani. Pasca gempa kewirausahaan mereka. "Bantuan non-keuangan itu bagus 2006 yang menghancurkan rumah dan melumpuhkan mata karena menyemangati kami untuk terus mengembangkan pencaharian, dalam beberapa bulan keluarga Ponisih pun usaha. Pengetahuan adalah modal abadi. Itu yang kami

terpaksa bergantung pada bantuan pemerintah dan donor. rasakan tentang dampak berkelanjutan dari pelatihan-

"Saat itu kami dan warga lainnya harus tinggal di tenda pelatihan IOM di sini."

selama dua bulan. Kami hanya memikirkan bagaimana bisa bertahan hidup, tidak dapat bekerja karena mata pencaharian sehari-hari kami hancur."

Semangat kewirausahaan sangat terasa di desa Terong, Permintaan atas produk mereka semakin meningkat. tempat tinggal Ponisih. Keberhasilan NIKIMON, sebuah Pemilihan merk yang cerdas—NIKIMON, singkatan dari merk makanan kecil yang diciptakan oleh para penerima istilah berbahasa Jawa 'Niki Mawon' yang artinya pilih ini bantuan Proyek Pemulihan Mata Pencaharian, telah saja—membuat produk ini mudah dikenal masyarakat. mendorong semangat warga Terong untuk mencapai Kelompok produsen, yang mayoritas adalah perempuan, kini kesuksesan yang lebih besar. juga sibuk memasok sekolah-sekolah setempat dan toko-

toko terkenal di Yogyakarta dengan makanan ringan produk Ponisih (39), ibu dua anak ini adalah ketua salah satu dari mereka. "Suatu hari nanti, kalau pemasaran kami sudah luas,

lima kelompok pengolah makanan di Terong yang kami bisa memproduksi NIKIMON lebih banyak lagi. Kami memproduksi makanan ringan terkenal NIKIMON, terdiri juga berharap bisa mendirikan pabrik pengolahanan dari aneka jenis keripik pisang, olahan singkong dan camilan makanan dan mendapat keuntungan yang lebih banyak," kacang. kata Ponisih.

Page 15: KEMBALI MANDIRI

26

KERAJINANSektor

produksi dan gerai jual, juga telah memperluas akses pasar bagi para pengusaha kecil ini.

Mengawali upaya memperluas pasar dan menjaga keberlanjutan bisnis, para pengusaha kecil juga telah membentuk tim promosi mereka sendiri, yang disebut Tim Promosi Desa. Tim yang dibentuk dengan dukungan IOM's Marketing and Promotional Task Force (IMPROTA) ini telah membangun jaringan usaha yang penting dengan berbagai kementerian dan departemen pemerintahan, asosiasi dagang, pembeli potensial, masyarakat luas dan institusi swasta.

Ungkapan 'memasarkan produk secara luas' ternyata memberi makna baru bagi usaha kecil pedesaan di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Di bawah Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian, kelompok-kelompok kecil produsen berbagai produk kerajinan berkesempatan memasarkan produk mereka ke seluruh Indonesia. Ratusan pengrajin telah diikutsertakan dalam pameran dagang berskala nasional, membantu kemajuan 'orientasi pasar' di antara para pengusaha kecil yang selama ini masih menjalankan usaha mereka secara tradisional. Aktivitas lain, seperti program 'Wisata Gratis' yang disponsori oleh IOM ke berbagai rumah

Page 16: KEMBALI MANDIRI

Sri Asiyati

Bantuan IOM telah membangun kemandirian

dan mempersiapkan mental wirausaha kami jika suatu saat proyek dampingan ini berakhir.

28KISAH PENERIMA MANFAAT

Sektor Kerajinan

gempa besar ini. Industri anyaman agel Tuksono sebenarnya baku dan kadang mengumpulkan lalu melakukan finishing sudah ada sejak tahun 1990-an tapi waktu itu umumnya produk-produk agel setengah jadi dari pengrajin lain. Dengan hanya memproduksi tikar. Kini, jenis produk yang dihasilkan begini, dia tetap bisa mendapat penghasilan saat bahan baku jauh lebih variatif. Mulai dari tas, dompet, karpet dan kotak agel sedang mahal. Menurut Asiyati, keterampilan hiasan berbagai ukuran. Produk-produk agel ini sudah sering pembukuan dan manajemen usaha sangat bermanfaat dalam diikutkan berbagai pameran di seluruh Indonesia dan tak praktik pengembangan bisnisnya. “ Bantuan IOM telah jarang juga menarik perhatian pembeli serta eksportir manca membangun kemandirian dan mempersiapkan mental negara. wirausaha kami jika suatu saat program dampingan ini

berakhir. Kami yakin jika kerajinan agel ini dikelola dan

Asiyati dalam sebulan mampu membuat 150 item dikembangkan dengan serius, bisa berpotensi menjadi industri besar di kabupaten Kulon Progo karena produk anyaman agel produk anyaman agel, dengan penghasilan bersih sekitar Rp kami ini unik “, jelas Asiyati. 500.000/bulan. Selain membuat, dia juga menyuplai bahan

Tas-tas, berbagai dompet dan kotak anyaman yang cantik sudah menerapkan teknik-teknik pewarnaan dan finishing buatan Sri Asiyati menarik banyak pembeli. Teknik baru untuk meningkatkan kualitas serta menghasilkan produk

pewarnaan dan finishing yang dikembangkan melalui yang lebih varitatif dan kreatif. Pokoknya, kami terus mencoba

pelatihan-pelatihan teknis Proyek IOM - JRF untuk agar kualitas produk kami bisa memenuhi standar kualitas eksport. “ Pemulihan Mata Pencaharian telah membuat para pengrajin

agel di desa Tuksono, DIY bisa meningkatkan kualitas produk Perluasan target pasar tersebut bukan lagi sebuah mimpi. mereka.

Dengan dampingan Komponen Akses Pasar dari Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian, intensitas Asiyati (30) dan sebanyak 292 pengrajin agel penerima keikutsertaan bagi UMK di beberapa ajang pameran industri manfaat proyek ini di desanya, berharap bisa meningkatkan pun meningkat dan ini sangat membantu pengembangan kualitas produk mereka agar bisa membuka lebar peluang kewirausahaan bagi desa Tuksono yang pernah dilanda pasar dan mendapat keuntungan yang lebih besar. “ Saya

Page 17: KEMBALI MANDIRI

Semangat semacam ini adalah kemajuan pesat dibandingkan kondisi pasca gempa. Rumah Dalmini hancur dan keluarganya terpaksa tinggal di tenda selama 3 bulan. Peralatan kerjanya juga rusak sehingga dia tidak bisa membatik, pekerjaan yang ditekuninya sejak kecil. Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian lalu mengganti peralatan yang rusak dan memberikan pelatihan keterampilan usaha, seperti teknik pewarnaan.

Salah satu bukti hasil strategi pemasaran baru yang dikembangkan bersama dukungan Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian, yaitu total penjualan selama 4 bulan terakhir (hingga pertengahan 2010) yang mencapai Rp 61,7 juta – sekitar Rp 15,4 juta di antaranya disimpan sebagai dana bersama (investasi) kelompok. Pelatihan manajemen usaha ini juga membantu para pengrajin batik mampu mempertahankan masa depan bisnis mereka. “ Kalau bukan karena proyek IOM – JRF ini, saya tidak yakin kami bisa memperkenalkan batik kami ke provinsi lain di luar Kebon, bahkan hingga keluar negeri.” kata Dalmini.

Istilah yang dulu asing, seperti “strategi pemasaran” dan “penetrasi pasar”, kini fasih diucapkan para pengrajin batik di desa Kebon - terutama Dalmini. Menurut perempuan 37 tahun ini, pelatihan pengembangan usaha dari Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian telah memberi dampak besar bagi desanya, sebuah daerah di Klaten, Jawa Tengah yang pernah rusak cukup parah oleh gempa.

Sebanyak 169 pengrajin batik dampingan

IOM di desa Kebon telah secara aktif terlibat dalam Tim Promosi Desa, terus berusaha membawa produk Batik Kebon mereka ke berbagai pameran di seluruh Indonesia. Mereka juga telah dikunjungi ratusan wisatawan yang datang ke desa Kebon berkat promosi showroom baru mereka yang cukup gencar. Para pengrajin batik Kebon sangat antusias menyambut potensi keuntungan besar yang ditawarkan produk batik mereka -yang dibuat dengan cara dan bahan tradisional- itu. “Batik Kebon memiliki prospek yang bagus dan berpotensi bisa populer di pasar yang lebih luas karena produk kami unik dan motifnya bagus.”

Dalmini

Kalau bukan karena proyek IOM – JRF ini, Saya tidak yakin kami bisa memperkenalkan

batik kami ke provinsi lain di luar Kebon, atau bahkan ke negara lain.

30KISAH PENERIMA MANFAAT

Sektor Kerajinan

Page 18: KEMBALI MANDIRI

Warjiyo

Saya yakin jika ditunjang dengan akses pemasaran yang luas, angka penjualan

kami akan meningkat karena produk-produk perhiasan perak kami selain modelnya unik,

harganya juga terjangkau.

32KISAH PENERIMA MANFAAT

Sektor Kerajinan

Yogyakarta menjadikan pembentukan jaringan pasar yang lebih luas, harus diprioritaskan.

Para perajin perak telah terlibat aktif dalam memasarkan produk mereka – mulai dari bros, kalung, gelang, cincin, dll – di berbagai pameran tingkat nasional. Mereka juga menerima kunjungan wisatawan berbagai negara ke rumah produksi dan gerai jual melalui program Wisata Gratis, bagian dari Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian. Rumah Warjiyo pun berfungsi ganda sebagai rumah produksi sekaligus gerai jual yang didirikan bersama Tim Promosi Desa.

Warjiyo yakin dapat mempertahankan peluang ekspansi pasar yang diciptakan oleh proyek ini. Setelahnya, produk-produk perak mereka akan benar-benar dapat mencatatkan nama Pampang di dalam peta perhiasan dunia. “ Saya yakin jika ditunjang dengan akses pemasaran yang lebih luas, angka penjualan kami akan meningkat karena produk-produk perhiasan perak kami selain modelnya unik, harganya juga terjangkau “.

Warjiyo punya mimpi agar desanya, Pampang, tercatat dalam peta dunia industri perhiasan. Pria berusia 35 tahun, salah satu dari 98 pengrajin perak dampingan Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Livelihood inipun bercerita tentang Pampang dan produknya yang cantik. Sektor kerajinan perak Pampang sempat tersendat setelah gempa. Walaupun kerusakan infrastruktur di sana tidak separah desa-desa lainnya, namun Kota Gede, tempat Warjiyo biasa mengirim produknya untuk dijual, rusak cukup parah. “ Saya tidak bisa menjual produk saya ke pengepul perak seperti dulu. Butuh waktu enam bulan sebelum industri di sana pulih kembali.”

Proyek ini tidak hanya telah mendorong kebangkitan industri di Pampang tetapi juga membangun rasa kebersamaan antar pengrajin, yang semula bekerja sendiri-sendiri namun sekarang tergabung dan bekerja sama dalam empat kelompok produsen perak. Bantuan penggantian alat-alat produksi – baik yang diberikan untuk setiap pengrajin maupun mesin finishing untuk masing-masing kelompok - telah meningkatkan produktivitas. Akan tetapi jarak Pampang dari pusat perhiasan dan pergadangan di

Page 19: KEMBALI MANDIRI

Kartiyem

Saya sangat ingin kain lurik dari Tegalsari nantinya akan lebih terkenal

dalam skala nasional... atau siapa tahu juga bisa

go international!

34KISAH PENERIMA MANFAAT

Sektor Kerajinan

Alat penenun sudah seperti sahabat lama bagi Kartiyem. Sebuah ATBM (alat tenun bukan mesin) kuno setinggi 1,5 meter dan terbuat dari kayu yang kini sudah berusia 83 tahun itu tampak masih terawat dengan baik di sudut dapurnya. Alat yang juga disebut 'tustel' ini didapat Kartiyem secara turun - temurun dari nenek kemudian ibunya. Kartiyem mulai belajar menenun sejak usia 12 tahun.

Rusaknya tustel milik Kartiyem karena gempa bumi, sempat membuat Kartiyem tidak bisa menenun kain lurik dan usahanya pun mandeg. Sebagai bagian dari bantuan pasca gempa, Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian lalu memberikan 77 buah Tustel baru kepada para penenun tradisional di desa Tegalsari, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Bantuan puluhan ATBM baru yang diberikan di bawah Komponen Penggantian Aset proyek ini, memungkinkan para penenun– termasuk Kartiyem (43) – dapat membuat kain lurik yang lebih lebar, juga dengan motif dan warna yang lebih variatif. “ Saya yakin, industri lurik di desa kami

ke depannya akan bisa lebih berkembang. Dengan ATBM dan teknik-teknik baru, kini kami bisa membuat kain lurik yang lebih halus juga dengan motif dan warna lebih variatif sehingga bagus untuk bahan busana. “

Kartiyem yang suaminya meninggal dalam kecelakaan kerja di tahun 2002 ini berharap, produk-produk kain lurik barunya nanti akan bisa meningkatkan pemasukan. Selama ini pendapatan Kartiyem dari membuat kain lurik rata-rata Rp 400.000/bulan, itulah mengapa dia masih harus bertani demi mencukupi kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah dua anaknya.

Kartiyem telah mampu melewati masa-masa sulit saat dia dan keluarganya harus tinggal di tenda darurat selama 2 minggu, saat mata pencaharian, alat-alat produksi dan tempat tinggalnya juga rusak akibat gempa. Kini bersama dampingan proyek ini, Kartiyem berusaha bangkit. “ Saya sangat ingin kain lurik dari Tegalsari nantinya lebih terkenal di tingkat nasional. Atau.. siapa tahu suatu saat malah bisa go international ! “ kata Kartiyem menutup ceritanya dengan optimis

Page 20: KEMBALI MANDIRI

PETERNAKANSektor

Inovasi baru kini telah merambah daerah pedesaan di Yogyakarta dan Jawa Tengah dimana kehidupan, mata pencaharian dan lingkungan saling berdampingan. Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian telah memperkenalkan teknologi biogas kepada masyarakat pedesaan. Ditenagai oleh limbah ternak yang mudah ditemui di lingkungan masyarakat setempat, teknologi ini memberikan bahan bakar hemat dan ramah lingkungan untuk kebutuhan memasak dan usaha produksi. Reaktor biogas yang dibangun di bawah tanah membantu masyarakat secara langsung di sejumlah desa. Selain itu, unit biogas keliling dipamerkan dalam tiap kunjungan ke desa-desa untuk menunjukkan

manfaat penggunaan biogas dan memberi pelatihan warga untuk pembuatan proyek biogasnya sendiri.

IOM mengembangkan teknologi rintisan ini dengan menggandeng Kebun Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Pertanian (KP4) Universitas Gadjah Mada, sebagai solusi energi berkelanjutan yang mendukung mata pencaharian dan lingkungan di sekitar masyarakat. Iwan Setiawan dari KP4 UGM menjelaskan, dua manfaat utama dari proyek biogas ini adalah terciptanya energi alternatif yang ekonomis dan pengurangan risiko kesehatan lingkungan.

36

Page 21: KEMBALI MANDIRI

KISAH PENERIMA MANFAAT

Sektor Peternakan

Mugiyono

Kegiatan produksi kami sekarang sangat teratur. Kami merawat ternak bersama-sama, yang selain menambah pemasukan keuangan, juga dapat memperkuat perencanaan dan semangat gotong royong masyarakat.

38

Mugiyono tidak punya pilihan selain menjual dulu dilakukan secara perseorangan di Desa sapinya demi mencukupi kebutuhan keluarganya Semoyo, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi D.I. setelah gempa bumi menghancurkan rumah Yogyakarta, kini telah terorganisir secara lebih mereka. “ Itu adalah masa-masa sulit dan saya agak modern, efisien dan aman melalui pembentukan putus asa tentang masa depan kami. Mata koperasi dan pembangunan kandang sapi yang pencaharian saya kacau selama empat bulan pasca dikelola bersama.gempa. Butuh waktu cukup lama untuk pulih secara keuangan karena kami tidak bisa bekerja.” Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata

Pencaharian juga memberikan sapi sebagai bentuk Masa depan kini lebih cerah bagi Mugiyono, 52 bantuan langsung untuk memulihkan modal,

tahun. Dengan bantuan Proyek IOM - JRF untuk sambil memberikan pelatihan kepada para peternak Pemulihan Mata Pencaharian, peternakan sapi yang sapi tentang teknik modern dan bagaimana

memanfaatkan limbah ternak menjadi pupuk organik. persaingan dengan daging impor, tapi kelompok ini telah Mereka kini menggunakan pupuk tersebut di tanah merancang sebuah strategi. “Kami harus sangat berhati-hati pertanian mereka, juga menjualnya untuk menambah memilih masa jual ternak kami karena harga pasaran daging pendapatan. “Kegiatan produksi kami sekarang sangat yang tak menentu,” jelas Mugiyono. “Kadang-kadang saat

teratur. Kami merawat ternak kami bersama-sama. Hal ini kita menjual seekor sapi yang awalnya dihargai Rp 5 juta tapi selain menambah pemasukan keuangan, juga dapat dua bulan kemudian harganya bisa turun jadi Rp 4,6 juta. memperkuat perencanaan usaha ternak dan persatuan Karena itu, biasanya kami menjual sapi-sapi yang gemuk saat masyarakat.” harga di pasaran tinggi. Kemudian saat harga turun, sapi-sapi

itu tidak kami jual tapi kami kawinkan agar bisa mendapat Kelompok Mugiyono bercita-cita memiliki sapi sebanyak anakan dan jumlah sapi kami berlipat.”

40 ekor sehingga bisa menjadi pemasok daging sapi secara permanen di pasaran. Tantangan usaha mereka kini adalah

Page 22: KEMBALI MANDIRI

Pariman

Saya ingin meneruskan apa yang telah dilakukan oleh proyek IOM yaitu membangun sistem kerja bersama.

Saya harap kami bisa melanjutkan dan menerapkan semua pengetahuan

yang sudah kami dapatkan.

KISAH PENERIMA MANFAAT

Sektor Peternakan40

Ketertarikan Pariman pada peternakan kambing berawal kondisi kesehatan dan kebersihan lingkungan karena ternak-sejak dia pulang kampung setelah mengalami cedera tangan ternak mereka dialokasikan jauh dari permukiman.saat masih bekerja sebagai tukang kayu di Jakarta, ibukota Indonesia. Pariman lalu berniat menekuni usaha peternakan Pariman yakin kelompoknya bisa menggandakan jumlah kambing bersama Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata kambing ternak mereka, dan seiring dengan itu, laba yang Pencaharian yang telah memberikan pelatihan teknik mereka peroleh. Seekor kambing yang awalnya dibeli dengan peternakan, penggemukan, pengembangan usaha dan harga Rp 600.000, setelah digemukkan bisa dijual dengan bagaimana cara memproduksi pupuk organik dari limbah harga dua kali lipat. Cita-cita Pariman adalah memiliki 30 kotoran kambing. Kelompok Pariman dan 11 kelompok yang ekor kambing suatu hari nanti. “Saya juga ingin meneruskan lain juga mendapatkan masing-masing empat kambing dan apa yang telah dilakukan oleh proyek IOM - JRF yaitu bantuan untuk membangun kandang. Sekitar 230 peternak membangun sistem kerja bersama. Saya harap kami bisa

kambing di desa Krakitan, Klaten telah membentuk 12 melanjutkan dan menerapkan semua pengetahuan yang

kelompok dan merawat ternak mereka secara bersama, sudah kami dapatkan.”

sehingga mendapatkan keuntungan berupa efektifitas kerja dan pemanfaatan stok pakan, sekaligus meningkatkan

Memimpin sebuah kelompok peternak kambing di desa Krakitan, Klaten sudah biasa dilakukan oleh Pariman. Pria berusia 35 tahun ini tidak keberatan saat diserahi tanggung jawab lebih untuk menggemukkan dan merawat 10 ekor kambing milik kelompoknya, bantuan dari Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian. “Saya menikmati saja saat menjalankan tanggung jawab lebih untuk mengurus kandang, menjaga kebersihannya, memberikan pakan dan merawat kambing-kambing kelompok kami.”

Sebagai ketua RT, Pariman memang telah terbiasa mendapat tanggung jawab yang besar. Setelah gempa bumi, dia ikut sibuk membantu warga yang cedera, memperbaiki rumah-rumah yang rusak dan membantu melakukan survey untuk distribusi bantuan. Atap rumahnya sendiri roboh dan seperti banyak warga di Kabupaten Klaten, hidupnya pun menjadi susah.

Page 23: KEMBALI MANDIRI

Kredit

42 43

Terima Kasih Kepada :

Diterbitkan oleh International Organization for Migration (IOM),Yogyakarta

Jl. HOS. Cokroaminoto 109,Yogyakarta 55253, IndonesiaTelp. +62 274 619055-619056Fax. +62 274 619012

www.iom.or.id

Penulis : Simon Gladman, Virgi FatmawatiEditor (Bahasa) : Diana Setiawati, Matahari FarransahatEditor (English) : Johan Grundberg, Ciara Cribben, Mohamad MarjiPenerjemah : Virgi Fatmawati, Mirna AdzaniaDesain/Layout : Darunawan TandangFotografer : Hindrawan

Lembaga donor JRF : Komisi Eropa, Asian Development Bank (ADB), Pemerintah Belanda, Pemerintah Inggris, Pemerintah Kanada, Pemerintah Finlandia dan Pemerintah Denmark.

Para anggota sekretariat JRF dan World Bank sebagai administrator dana bantuan JRF.

Pemerintah Republik Indonesia, Pemerintah Provinsi D.I.Yogyakarta dan Jawa Tengah serta seluruh Pemerintah Daerah di tingkat kabupaten, kecamatan dan desa yang menjadi target dari Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian.

Para penerima manfaat yang telah berpartisipasi dalam pembuatan buku ini.