BAMBU BETUNG, ANDONG, TEMEN, HITAM, TALI · PDF file · 2012-06-17culm vertically...

8
Bul. Agron. 25 (2) : 15-22 (1997) CARA PENANAMAN SETEK BULUH BAMBU BETUNG, ANDONG, TEMEN, HITAM, DAN TALI (Planting Method of Culm Cuttings of Dendrocalnmus asper, Gignntochlonpsrudoarundinacea, Gigantochloa niter, Gigantochloa atroviolnceae nnd Gigantoclrlon npus) Sandra Arifin Aziz 1) ABSTRACT Experiments of the planting method of two nodes culm cuttings horizontally and one node culm vertically were carried out on Dendrocalamus asper, Gigantochloa pseudoarundinacea, and G. atter (Experiment l), and D. asper, G. atroviolacea, and G. apus (Experiment 2). Factorial Randomized Block Design were used, with the first factor: planting method of two nodes culm cuttings horizontally and one node culm cuttings vertically and bamboo species as the second factor. All combinations were replicated four times. Two nodes culm cuttings planted horizontally was better than one node culm cuttings planted vertically. Gigantochloa atter had the best growth percentage (60 %) and followed by G. pseu- doarundinacea 56 %, D. asper 52 %, G. atroviolncea and G. opus < 10 %. G. apus could not be propagated vertically. Vertical planting with one node in the dry season is not advisable. RINGKASAN Percobaan penanaman setek buluh secara horizontal dua buku dan vertikal satu buku dilakukan pada bambu betung, andong, temen (percobaan l), betung, hitam dan tali (percobaan 2). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial, dengan faktor pertama : cara penanaman setek buluh dua buku secara horizontal dan setek buluh satu buku secara vertikal dan jenis bambu sebagai faktor kedua. Semua kombinasi perlakuan diulang empat kali. Didapatkan bahwa penanaman setek buluh dua buku secara horizontal lebih baik dari setek buluh satu buku secara vertikal. Bambu temen mempunyai persentase turnbuh terbaik (60 %) diikuti berturut-turut oleh barnbu andong 56 %, betung 52%, hitam dan tali < 10 %. Bambu tali belum dapat ditanam secara vertikal. Penanaman secara vertikal tidak disarankan di musim kemarau. PENDAHULUAN Bambu dapat diperbanyak baik secara generatif maupun secara vegetatif. Pembiakan bambu dengan cara generatif mempunyai kendala karena sulit mendapatkan biji bambu. Pembiakan yang umum dilaksanakan pada bambu adalah dengan cara vegetatif. Ter- dapat beberapa cara pembiakan secara vegetatif, yaitu dengan menggunakan anakan atau offset (Banik, 1980), setek buluh, setek cabang dan teknik kultur jaringan (Mc. Clure, 1966; Hasan, 1980; Farelly, 1984). Penggunaan offset dianggap terlalu berat. bulky, sulit ditransportasikan dan setlap rumpun induk hanya bisa menyediakan bahan yang terbatas (Banik, 1980). Di lain pihak tingkat keberhasilannya relatif tinggi (Sindoesoewarno, 1963 ; Sutiyono et al. 1984). Karena kerugian-kerugian di atas, penggunaan akar rimpang sebagai bahan perbanyakan dalam skala besar menjadi tidak praktis (Hasan, 1980). '~taf ~urusan Budidaya Pertanian, Faperta IPB

Transcript of BAMBU BETUNG, ANDONG, TEMEN, HITAM, TALI · PDF file · 2012-06-17culm vertically...

Page 1: BAMBU BETUNG, ANDONG, TEMEN, HITAM, TALI · PDF file · 2012-06-17culm vertically were carried out on ... Bambu temen mempunyai persentase turnbuh terbaik (60 %) diikuti berturut-turut

Bul. Agron. 25 (2) : 15-22 (1997)

CARA PENANAMAN SETEK BULUH BAMBU BETUNG, ANDONG, TEMEN, HITAM, DAN TALI

(Planting Method of Culm Cuttings of Dendrocalnmus asper, Gignntochlon psrudoarundinacea,

Gigantochloa niter, Gigantochloa atroviolnceae nnd Gigantoclrlon npus)

Sandra Arifin Aziz 1)

ABSTRACT

Experiments of the planting method of two nodes culm cuttings horizontally and one node culm vertically were carried out on Dendrocalamus asper, Gigantochloa pseudoarundinacea, and G. atter (Experiment l), and D. asper, G. atroviolacea, and G. apus (Experiment 2). Factorial Randomized Block Design were used, with the first factor: planting method of two nodes culm cuttings horizontally and one node culm cuttings vertically and bamboo species as the second factor. All combinations were replicated four times.

Two nodes culm cuttings planted horizontally was better than one node culm cuttings planted vertically. Gigantochloa atter had the best growth percentage (60 %) and followed by G. pseu- doarundinacea 56 %, D. asper 52 %, G. atroviolncea and G. opus < 10 %. G. apus could not be propagated vertically. Vertical planting with one node in the dry season is not advisable.

RINGKASAN

Percobaan penanaman setek buluh secara horizontal dua buku dan vertikal satu buku dilakukan pada bambu betung, andong, temen (percobaan l), betung, hitam dan tali (percobaan 2). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial, dengan faktor pertama : cara penanaman setek buluh dua buku secara horizontal dan setek buluh satu buku secara vertikal dan jenis bambu sebagai faktor kedua. Semua kombinasi perlakuan diulang empat kali.

Didapatkan bahwa penanaman setek buluh dua buku secara horizontal lebih baik dari setek buluh satu buku secara vertikal. Bambu temen mempunyai persentase turnbuh terbaik (60 %) diikuti berturut-turut oleh barnbu andong 56 %, betung 52%, hitam dan tali < 10 %. Bambu tali belum dapat ditanam secara vertikal. Penanaman secara vertikal tidak disarankan di musim kemarau.

PENDAHULUAN

Bambu dapat diperbanyak baik secara generatif maupun secara vegetatif. Pembiakan bambu dengan cara generatif mempunyai kendala karena sulit mendapatkan biji bambu. Pembiakan yang umum dilaksanakan pada bambu adalah dengan cara vegetatif. Ter- dapat beberapa cara pembiakan secara vegetatif, yaitu dengan menggunakan anakan atau offset

(Banik, 1980), setek buluh, setek cabang dan teknik kultur jaringan (Mc. Clure, 1966; Hasan, 1980; Farelly, 1984).

Penggunaan offset dianggap terlalu berat. bulky, sulit ditransportasikan dan setlap rumpun induk hanya bisa menyediakan bahan yang terbatas (Banik, 1980). Di lain pihak tingkat keberhasilannya relatif tinggi (Sindoesoewarno, 1963 ; Sutiyono et al. 1984). Karena kerugian-kerugian di atas, penggunaan akar rimpang sebagai bahan perbanyakan dalam skala besar menjadi tidak praktis (Hasan, 1980).

' ~ t a f ~urusan Budidaya Pertanian, Faperta IPB

Page 2: BAMBU BETUNG, ANDONG, TEMEN, HITAM, TALI · PDF file · 2012-06-17culm vertically were carried out on ... Bambu temen mempunyai persentase turnbuh terbaik (60 %) diikuti berturut-turut

Bul. Agron. 25 (2) : 15-22 (1997)

adalah 33.75 %, sedangkan penanaman vertikalhanya 21 % (Aziz et al. 1991). Pumama (1995)menemukan bahwa hanya 16 % yang mampuberakar dari setek yang bertunas (88.33 %) padabambu sembilang (D. giganteus).

Dari hasi1 penelitian Mc. ClUTe (1996)diketahui bahwa setek bu1uh Bambusa vulgarismenunjukkan peningkatan vitalitas sampaiumur buluh lima tahun. Banik (1980) danAustin dan Veda (1983) menyatakan bahwasetek buluh D. strictus yang bernmur kurangdaTi dua tahun memberikan basil terbaik.

Penanaman setek buluh dapatdilakukan dengan tiga cara vertikal, miring, clanhorizontal (Mc. CluTe, 1966; Austin clan Veda,1983; Ma Naixun clan Zhan Wenyan, 1996; OaiQihui, 1996). Menurut Aziz et al. (1991) pad abambu betung, kecepatan munculnya tunas barnclan pertumbuhan akar serta tajuk, relatif lebihcep.at pada penanaman horizontal. Namundemikian pertumbuhan akar clan tajuk daripenanaman vertikal jauh lebih bait daripenanaman horizontal.

Beberapa basil penelitian menunjukkanbahwa air clan kelembaban merupakan faktoTyang paling penting dalam pembibitan (Azizet al. 1991 ; Manurung, 1991 ; Haris, 1992 ;Suyanto, 1992).

Menurut Sindoesoewamo (1963),

pembiakan vegetatif dengan menggunakansetek bu1uh mempunyai keuntungan, yaitu tidakper1u merusak atau membongkar rumpun yangada daD daTi satu buluh dapat diperolehbeberapa bib it. Menurut Prastowomanan( 1962), keuntungan lain daTi setek bu1uh adalahbibit dapat dipero1eh relatif 1ebih mudah daDmurah, waktu pengambilan 1ebih cepat,memungkinkan pembiakan bagi areal yang 1uasdaD untuk setek tidur pembentukan rumpunlebih cepat. Kerugiannya adalah persentasetumbuhnya 1ebih rendah daripada offset, kurangtahan kekeringan dan karena dalam ruas-ruasnya tidak cukup tersimpan zat cadanganmakanan, kemampuan tumbuhnya kecil

(Sindoesoewamo, 1963).Menurut Farelly (1984), keberhasilan

penanaman bambu dengan setek bu1uhbergantung pada species bambu yangdigunakan, posisi bu1uh daD umur buluh.

Perbanyakan dengan ouluh menurutUchimura (1980) daD Aziz, Ghu1amahdi daDAdiwirman (1991) merupakan caraperbanyakan yang sejauh ini berhasil untukjenis bambu simpodia1 yang mudah berakar.

Sedangkan perbanyakan dengan menggunakancabang menurut Hasan (1980) clan Aziz, et al.( 1991) kurang berhasil.

Bambu ampe1 (Bambusa vulgaris)dikenal mudah diperbanyak dengan setek buluh,sementara tingkat keberhasilan setek buluhbambu temen (Gigantochola atter), bambuandong (G. pseudoarundinacea) daD bambubetung (Dendrocalamus asper) adalah rendah(Prastowomanan, 1962; Haris, 1992; Suyatno,1992).

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini terdiri daTi duapercobaan, yaitu nercobaan I, pada bambubetung, andong dan temen, dilakukan mulaibulan November 1994 sampai Februari 1995,dan nercobaan 2 pada bambu tali, hitam danbetung dilakukan mulai bulan April sampai Juni1995.

Kedua percobaan menggunakanRancangan Acak Kelompok Faktorial denganfaktor pertama : penanaman setek buluh duabuku secara horizontal clan setek buluh satubuku secara vertikal, clan faktor kedua : jenisbambu. Setiap kombinasi perlakuan diulangempat kali clan masing-masing terdiri dari 10setek buluh.

Menurut Aziz et al. (1991), kemungkin-an bahan setek buluh dengan umur clan bagi-an buluh yang berbeda akan menghasil-kan keberhasilan yang berbeda. Setek dari bagi-an tengah clan ujung buluh memberikan ha-.sil yang lebih baik dibandingkan denganpangkal (Bumarlong, 1980 ; Aziz, et al. 1991 ;Suyanto, 1992).

Keberhasilan perbanyakan bambubetung daTi setek buluh yang ditanam horizontal

Sandra Arifm Aziz 16

Page 3: BAMBU BETUNG, ANDONG, TEMEN, HITAM, TALI · PDF file · 2012-06-17culm vertically were carried out on ... Bambu temen mempunyai persentase turnbuh terbaik (60 %) diikuti berturut-turut

Bul. Agron. 25 (2) : 15-22 (1997)

Setek yang ditanam, bail horizontalmaupun vertikal diberi air ke dalarn ruas-ruasnya, kemudian ditanam. Penanaman hori-zontal dilakukan ::t 10 cm di bawah permukaantanah, sedangkan vertikal, bukunya berada:t 10 cm dibawah permukaan tanah. Lubangpada bambu yang ditanam vertikal kemudianditutup dengan plastik.

Setelah ditanam, permukaan tanahditutup dengan jerami padi, agar kelembabantanah terns teljaga.

Pengamatan dilakukan pada persen-tase tumbuh, waktu keluar tunas, jumlahtunas/setek, panjang tunas, jumlah ranting,panjang ranting, bobot kering akar clan tajuk.

BASIL DAN PEMBABASAN

Percobaan 1

ditanam horizontal pada akhir percobaan. Halini menunjukkan bahwa walaupun pada 7 MSTpersen tumbuh penanaman vertikal nyata lebihtinggi (67.33 %) dibandingkan penanamanhorizontal (44.33 %), tetapi kondisi penanamanvertikal tidak menunjang pertumbuhan bibit.Diperkirakan hal ini disebabkan oleh kelemba-ban disekitar setek yang kurang pada per-tumbuhan vertikal dibandingkan penanamanhorizontal.

Buluh yang digunakan pada percobaanini berumur ::!: 1 tahun, sehingga didapatkanbasil yang cukup bail. Ini sesuai denganpemyataan Boontawe ( 1988), bahwa buluhyang berumur satu tahun mempunyai aktivitastumbuh yang paling besar.

Cara penanaman vertikal memberikanpersentase tumbuh tanaman yang nyata lebihbail daTi penanaman horizontal sampaipengamatan minggu ke- 7 untuk semua jenisbambu yang dicoba. Das (1988) menyatakanbahwa setek satu buku selain mempunyai hargayang lebih murah, dapat diandalkan daDmudah ditransportasikan, juga mempunyaikeberhasilan pembibitan yang tinggi.

Persentase tumbuh yang jauh lebihbesar daTi basil percobaan sebelumnya padatahun 1989 (Aziz ef al., 1991) yang dilakukanpada bambu betung (vertikal 21 % danhorizontal 33.75 %) diperkirakan akibatperlakuan bahan setek yang lebih berhati-hatidaTi saat penebangan sampai penanaman dipercobaan, yaitu dengan menjaga kelembabandaTi bahan setek tersebut. Tambac dan Victucio(1991) menyatakan bahwa setek buluh dua bukumempunyai keberhasilan tumbuh yang tinggipada bambu ampel dan betung, sedangkan seteksatu buku hanya pada bambu anpel. Berbedadengan basil penelitian ini yaitu 77 % untuksatu buku dan 43 % untuk dua buku padabambu lemen, penelitian Tombac dan Victucio(199 I ) mempunyai persentase keberhasilanpenbibitan bambu temen yang lebih rendah.

Dari pengamatan pada penanamanvertikal terlihat kecenderungan bahwa bahansetek yang mempunyai diameter yang besarmempunyai keberhasilan tumbuh yang lebihbail daripada yang berdiameter lebih kecil.

Sampai dengan tujuh mingu setelahtanam (MST), persentase tumbuh bambu temenWItuk penanaman vertikal adalah 77 %(Tabel I). Namun, pada akhir percobaandidapatkan jumlah tunas bambu temenyang terendah (12.900 cm). Hal inimenyebabkan bobot kering akar daD bobotkering tajuknya terendah dibandingkanperlakuan lainnya (Tabel 2).

Buluh yang digunakan pada percobaanini berumur :t 1 tahun, sehingga didapatkanbasil yang cukup baik. Ini sesuai denganpemyataan Boontawe (1988), bahwa buluhyang berumur satu tahun mempunyai aktivitastumbuh yang paling besar.

Cars penanaman vertikal memberikanpersentase tumbuh tanaman yang nyata lebihbaik daTi penanaman horizontal sampaipengamatan minggu ke- 7 untuk semua jenisbambu yang dicoba. Das (1988) menyatakanbahwa setek satu buku selain mempWIyai hargayang lebih murah, dapat diandalkan daDmudah.

Bambu temen yang ditanam vertikalmempunyai bobot kering akar dan tajuk yangterendah diikuti oleh bambu temen yang

Cara Penanaman. 17

Page 4: BAMBU BETUNG, ANDONG, TEMEN, HITAM, TALI · PDF file · 2012-06-17culm vertically were carried out on ... Bambu temen mempunyai persentase turnbuh terbaik (60 %) diikuti berturut-turut

Bul. Agron. 25 (2) : 15-22 (1997)

Tabel Persentase Setek Tumbuh pada Bambu Betung, Andong daD Temen yang Ditanam Vertikaldan Horizontal

Jumlah tunas setek daD panjang tunasterpanjang rata-rata sampai pengamatan ke- 7tidak dipengaruhi oleh jenis bambu daD carapenanaman.

Percobaan 2

Pada akhir pengamatan, jumlah tunas,jumlah ranting, bobot keling akar dan tajuktidak dipengharuhi oleh cara penanaman danjenis bambu yang ditanam (Tabel 3).

Jenis bambu mempengaruhi panjangrantulg daD panjang tunas. Bambu hitammempunyai tunas panjang (5.393 cm) diikutibetung daD tali, masing-masing berturut-turut3.842 dan 0.431 cm. Sedangkan panjangrantulg betung dan tali tidak berbeda (1.882 cmdaD 1.891 cm) tetapi berbeda dengan bambuhitam (1.268 cm).

8ambu tali tidak tumbuh tunasnya padatanaman vertikal, yang berarti cara pembibitanini tidak cocok untuk bambu tali. Contohtanaman yang diambil untuk bambu betung daDhitam yang ditanam vel1ikal tidak mempunyaiakar. Kemungkinan dengan penambahan waktupengamatan akan memberikan basil yang lebihbaik.

Dari beberapa percobaan yang telahdilakukan, diketahui bahwa jumlah tunas danranting yang lebih banyak akan menunjukkankeberhasilan tumbuh bib it yang lebih baik.Pada Tabel 3 diperoleh informasi bahwa jumlahtunas bambu betung dan hitam yang ditanamve11ikal memang sang at rendah.

Bambu tali yang ditanam vertikal tidaktumbuh tunasnya, tetapi tumbuh ranting dancabang-cabang bahan setek. Ini sesuai dengan

penemuan Stapleton (1985) bahwa, kompetisiyang besar daTi tunas-tunas yang tidak akanberakar mengurangi pembentukan akar. Pem-bentukan akar terjadi pada buku-buku dasar daTicabang, hal ini berbeda daTi yang dikemuka-kan oleh PROSEA (1995), bahwa akar keluardaTi buku bu1uh. Panjang ranting penanamanvertika1 nyata lebih tinggi dibandingkan yangditapam horizontal, tetapi panjang tunaspenanaman horizontal lebih tinggi daTipenanaman vert~al. Tunas kelihatannya lebihmempengaruhi keberhasilan pertumbuhandibandingkan ran~'ing

Bambu yang ditanam horizontal lebihbaik tumbuhnya dibandingkan yang ditanamvertikal untuk panjang tunas. Penanamanhorizontal pada bambu hitam mempunyaipanjang tunas tertinggi (9.177 cm) yang tidakberbeda dengan betting (7.294 cm) yangditanam hol1zontal, diikuti oleh bambu hit amyang ditanam vertikal (1.608) cm). Bambuhitam pertumbuhannya tidak rapat, rumpunnyabiasanya lebih kecil daTi jenis-jenis bambu lainkarena hanya satu rebung yang muncul daTibu1uh yang lama, sedangkan bambu tali bisalebih daTi dua rebung yang muncul daTi buluhyang lama (Widjaja, 1987). Kedua jenis bambuini mempunyai percabangan yang beradadibagian atas buluh, pada buku 8-11 padabambu tali dan buku ke-l0 pada bambu hitam(PROSEA, 1995). Kemungkinan besar per-cabangan yang lebih banyak sampai mendekatipangkal buluh, bisa dijadikan acuan bahwa jenisatau rumpun bambu tersebut mudah diper-banyak secara vegetatif

Kondisi tanaman di pembibitan kurangbaik dibandingkan percobaan 1, karena curah

18Sandra Arifin Aziz

Page 5: BAMBU BETUNG, ANDONG, TEMEN, HITAM, TALI · PDF file · 2012-06-17culm vertically were carried out on ... Bambu temen mempunyai persentase turnbuh terbaik (60 %) diikuti berturut-turut

Bul. Agron. 25 (2) : 15-22 (1997)

hujan yang tidak menunjang pada saatpenanaman di bulan Juni, yaitu 593 rom (April),489.6 mm (Mei) dan 197.7 mm (Juni) perbulan.

Keadaan kekeringan ini sudah diusahakan untukdiatasi dengan penyiraman di bulan Juni daDpemberian mulsa.

Keterangan

Cara Penanaman19

Page 6: BAMBU BETUNG, ANDONG, TEMEN, HITAM, TALI · PDF file · 2012-06-17culm vertically were carried out on ... Bambu temen mempunyai persentase turnbuh terbaik (60 %) diikuti berturut-turut

Bul. Agron. 25 (2): 15-22 (1997)

Tabel 3. Panjang Tunas, Panjang Ranting, lumlah Tunas, lumlah Ranting, Bobot Kering Akar danBobot Kering Tajuk Bambu Betung, Hitam dan Tali yang Ditanam Vertikal dan Horizontalpada Minggu ke-l 0

Angka-angka yang diikuti oleh hw"Uf kecil yang berbeda merupakan pengaruh interaksi yang nyata berbedapacta taraf kesalahan lima persen. Angka-angka yang diikuti oleh huruf besar yang berbeda pacta kolomatau baris yang sarna merupakan pengaruh faktor tunggal yang nyata berbeda pacta uji BNT lima persen.

Keterangan

setek buluh dua buku yang ditanam secarahorizontal.

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Austin, P. daD K. Veda. 1983. Bamboo. JohnWeather Hill, Inc. New York. 216 p.

Aziz, S.A., M. Ghulamahdi daD Adiwinnan.1991. Kemungkinan cara pembibitandaD pemberian Rootone F padaperbanyakan bambu betung (Dendroca-lamus asper (Shult f) Backer exHeyne). Laboratorium EkotisiologiTanaman. Jurusan Budidaya Pe11anian,Faperta, IPB. Bogor.

Cara penanaman horizontal denganbahan setek buluh dua buku lebih baikdibandingkan penanaman vertikal satu buku.

Bambu temen mempunyai persentasetumbuh bibit yang lebih bail (60 %) dibanding-kan, berturut-turut daTi yang terbaik, bambuandong 56 %, betung 52 %, hitam <10 %, dantali < 10 %. Bambu tali belum dapat ditanamsecara vertikal.

Penanaman di musim kemarau tidakdisarankan untuk cara pembibitan ini. Kalau-pun alan dilakukan sebaiknya dengan memakai

20Sandra Arifin Aziz

Page 7: BAMBU BETUNG, ANDONG, TEMEN, HITAM, TALI · PDF file · 2012-06-17culm vertically were carried out on ... Bambu temen mempunyai persentase turnbuh terbaik (60 %) diikuti berturut-turut

Bul. Agron. 25 (2) : 15-22 (1997)

Banik, R. L. 1980. PJ'opagation of bamboo byclonal methods and by seeds. l!1 G.Lessard & Chouinard (eds.), BambooResearch in Asia, p. ]39-]50.Procedding of a workshop 28-30 May,1981. Singapore.

Boontawe, B. 1988. Status of bamboo researchand depelopment III Thailand l!1 I. V.R.Rao, R. Guanaharan and C.B. Sastry(eds. ), Ba mboo current research.Proceedings of The International Work-shop, 14-18 Nov, ]988. India.

Manurung, H.D.J. 1991. Pengaruh zat pengaturtumbuh IAA, ffiA dan NAA terhadappertumbuhan setek cabang bambubetting (Dendrocalamus asper (Schultf) Backer ex Heyne). Karya Ilmiah.Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta,IPB. Bogor.

Ma Naizun and Zhan Wenyan. 1996. Bamboosiviculture. l!1 Fu Maoyi and XiaoJinghua (eds.), p. 34-43, Cultivation andUtilization on Bamboos. The ResearchInstitute of Subtripical Foresty, ThaChinese' Academy of Forestry. P.RShina.

Mc. Clure, F.A. 1966. The bamboos - a freshperspective. HaJvard University Press.Cambridge, Masschusetts. 347 halo

Pra stowomanan , H. ] 962. Kemungkinanbambu untuk memenuhi kebutuhanbahan mentah pabrik kertas. LembagaPenelitian Kehutanan. Bogor. 132 halo

Bumarlong, A.A. ]980. Country report ofPhilliphines. l!1 G. Lessards and A.Chouinard (eds.), Bamboo Resarch inAsia. p. 69-80. Proceedings of aworkshop 28-30 May 1980. Singapore.

Oai Qihui. ] 996. Orientation Cultivation ofBamboos. l!1 I. V.R. Rao, R.Guanaharan and C.B. Sastry (eds.),Bamboo current research. Proceedingsof The International Wokshop, ] 4-] 8Nov, 1988. India.

Pr'osea. 1995. Bamboo. l!! S. Dt'ansfield and E.A. Widjaya (eds.), Plant Resources ofSouth East Asia no. 7. Backhuiys,Liedeu. 189 p.

PUIllama, B.G. 1995. Pengaruh pupukGandasil-D terhadap keberhasilanperakaran setek batang bambusembilang (Delldrocalamus gigallteusMunro). Karya Ilmia. JurusanBudidaya Pel1anian, Faperta, IPB.Bogor.

Sindoesoewamo, R.D. 1963. Penanaman daDpenebangan barnbu dalarn hutanKalisetail. Laporan Lembaga PenelitianHutan. bogor.

Stapleton, C.M.A. 1985. Studies on vegetativepropagation of Bambusa and dendro-calamus species by culm cuttings. InA.N. Rao; C. Dhanarajan, and C.B.

Sustl"y (eds.), p. 146-] 59, RecentResarch on Bamboo. Proceeding of the111tema-tional Bamboo Wokshop, Oct 6-14, 1985. Hongshore, P.R. China.

Das, A.N. 1988. Bamboo research in Nepal. InFu Maoyi and Xiao Jianghua (eds.), p.

44-54, Cultivation and Utilization onBamboos. The Research Institute of

Subtropical Forestry, The ChineseAcademy of Forestry. P.R. China.

Farelly, D. 1984. The book of bamboo. SierraClub books. San Fransisco. 322 p.

Haris, R.Z. 1992. Pengaruh jumlah buku

terhadap keberhasilan set~k bambuandong. Karya ilmia. Jurusan BudidayaPertanian, Faperta, IPB. Bogor.

Hasan, S.M. 1980. Lesson from past studies onthe propagation of bamboo. In G.

Lessard and A. Chouinard ( eds. ),Bamboo Research in Asia. P. 131-]38.

Proceeding of a workshop 28-30 May,1980. Singapore.

Cara Penanam,Ul21

Page 8: BAMBU BETUNG, ANDONG, TEMEN, HITAM, TALI · PDF file · 2012-06-17culm vertically were carried out on ... Bambu temen mempunyai persentase turnbuh terbaik (60 %) diikuti berturut-turut

Bul. Agron. 25 (2) : 15-22 (1997)

Widjaya, E.A. 1987. Arevision of Ma1esianGigantochloa (Poacea Bambosoidae).Reinwardtia, vol 10, part 3. 1987:291-380.

Sutiyono. Hendromono, M. Warkani daD I.Sukardi. 1992. Teknik budidayatanaman bambu. Badan Penelitian daDPengembangan Kehutanan. Bogor. 13halo

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih penulis sampaikankepada Direktorat Pembinaan Penelitian danPengabdian pada Masyarakat, Direktorat Jen-deral Pendidikan Tinggi, Depa11emen pendidik-an dan Kebudayaan, Republik Indonesia, yangtelah membiayai penelitian ini lewat dana HibahBersaing Ill. Tak lupa pula penulis menyam-paikan terima kasih kepada Johan dan YudaKurniawan yang telah membantu padapelaksanaan percobaan ini.

Suyanto, A. 1992. Pengaruh jumlah terhadapkeberhasi]an setek bambu temen. Karyallmiah. Jurusan Budidaya Pertanian,Faperta, IPB. Bogor.

Tamboc, C.C and F.D. Virtucia. 1991.Bamboo research and depelopment in

the Phillipines. ill Bamb9o in Asia andPasific. Nov, 27-30. IDRC-FAO andUNDP. 1995.

Uchimura, E. 1980. Ba,mboo cuitivar. ~G.Lessard and A.'c" Chouinard (eds.),Bamboo Research in i\:sia. Proceedingsof a Workshop 28-30 May, 1980.

Singapore.

22Sandra Arifin Aziz