Buku Bambu

19
iii KATA PENGANTAR Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan - RI Nomor : P.40/Menhut-II/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan, tercantum bahwa Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan (BP2SDMK) berkedudukan sebagai unsur pendukung dengan tugas melaksanakan penyuluhan dan pengembangan SDM kehutanan dan salah satu fungsinya adalah penyiapan bahan materi penyuluhan kehutanan. Penyiapan materi penyuluhan dilakukan dalam rangka membekali Penyuluh Kehutanan dengan berbagai informasi kebijakan, program dan kegiatan pembangunan kehutanan serta meningkatkan kompetensi yang bersangkutan. Salah satu kebijakan prioritas pembangunan kehutanan adalah mendorong pengembangan hasil hutan bukan kayu antara lain jenis bambu, karena itu penyuluh kehutanan diharapkan menguasai berbagai komponen tentang bambu seperti jenis bamboo, teknik budidaya, prospek serta peluang usaha yang dapat di manfaatkan dari bambu. Buku ini disusun dengan mengambil bahan dari berbagai sumber dan masukan dari tenaga ahli/narasumber, literatur serta pengalaman pengembangan di beberapa tempat. Diharapkan buku ini dapat menjadi acuan dan referensi dalam pendampingan pengembangan usaha bamboo sehingga pelaksanaan penyuluhan dapat berjalan dengan baik dan benar. Pada kesempatan kali ini, kami mengucapkan terima kasih kepada para pihak sehingga buku ini dapat tersusun. Semoga bermanfaat. Kepala Pusat, Ir. Erni Mayana, MM NIP. 19580521 198403 2 001

description

Yusra

Transcript of Buku Bambu

Page 1: Buku Bambu

iii

KATA PENGANTAR

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan - RI Nomor : P.40/Menhut-II/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan, tercantum bahwa Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan (BP2SDMK) berkedudukan sebagai unsur pendukung dengan tugas melaksanakan penyuluhan dan pengembangan SDM kehutanan dan salah satu fungsinya adalah penyiapan bahan materi penyuluhan kehutanan.

Penyiapan materi penyuluhan dilakukan dalam rangka membekali Penyuluh Kehutanan dengan berbagai informasi kebijakan, program dan kegiatan pembangunan kehutanan serta meningkatkan kompetensi yang bersangkutan.

Salah satu kebijakan prioritas pembangunan kehutanan adalah mendorong pengembangan hasil hutan bukan kayu antara lain jenis bambu, karena itu penyuluh kehutanan diharapkan menguasai berbagai komponen tentang bambu seperti jenis bamboo, teknik budidaya, prospek serta peluang usaha yang dapat di manfaatkan dari bambu.

Buku ini disusun dengan mengambil bahan dari berbagai sumber dan masukan dari tenaga ahli/narasumber, literatur serta pengalaman pengembangan di beberapa tempat. Diharapkan buku ini dapat menjadi acuan dan referensi dalam pendampingan pengembangan usaha bamboo sehingga pelaksanaan penyuluhan dapat berjalan dengan baik dan benar.

Pada kesempatan kali ini, kami mengucapkan terima kasih kepada para pihak sehingga buku ini dapat tersusun.

Semoga bermanfaat.

Kepala Pusat,

Ir. Erni Mayana, MM NIP. 19580521 198403 2 001

Page 2: Buku Bambu

v vi

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ............................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................... 1

BAB II MENGENAL TANAMAN BAMBU .................................. 3

A. Morfologi Bambu ................................................ 3 B. Jenis - Jenis Bambu yang Bernilai Ekonomi ............ 3 1. Bambu Apus ................................................. 3 2. Bambu Ater .................................................. 5 3. Bambu Andong .............................................. 6 4. Bambu Betung .............................................. 7 5. Bambu Hitam ................................................ 8 6. Bambu Talang ............................................... 9 C. Manfaat Bambu .................................................. 10

BAB III Budidaya Bambu .................................................... 13

A. Syarat Tumbuh ................................................... 13 B. Perbanyakan Tanaman ......................................... 14 C. Penanaman ....................................................... 17 D. Pemeliharaan ..................................................... 18

BAB IV PANEN DAN PASCA PANEN BAMBU............................. 21

A. Waktu Tebang .................................................... 21 B. Cara Tebang ...................................................... 21 C. Pengawetan ....................................................... 22 D. Penyimpanan ..................................................... 24

BAB V ANALISA EKONOMI BUDIDAYA BAMBU ...................... 25

A. Analisa Usaha Rebung Bambu ............................... 25 B. Analisa Usaha Keranjang Buah ............................. 26

BAB VI ANEKA PRODUK BERBAHAN BAKU BAMBU ................. 27

A. Konstruksi Bambu .............................................. 27 B. Aneka Kerajinan Bambu ...................................... 28 C. Model Bambu ..................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 30

Page 3: Buku Bambu

vii 1

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Bambu Apus (Gigantochloa apus Bl. Ex (Schult.f) Kusrz) .................................................. 4

Gambar 2 Bambu Ater (Gigantochloa atter (Hassk) Kurz ex Munro) ....................................................... 5

Gambar 3 Bambu Andong (Gigantochloa verticillata (Wild) Munro) .......................................................... 6

Gambar 4 Bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schult f.) Backer ex Heyne) ..................................... 7

Gambar 5 Bambu Hitam (Gigantochloa atroviolacea Widj.) ........... 8

Gambar 6 Bambu Talang (Schizostachyum brachycladum Kurz.) ... 9

Gambar 7 Rebung/Tunas Bambu Muda ...................................... 12

Gambar 8 Konstruksi Bambu .................................................... 27

Gambar 9 Aneka Kerajinan Bambu ............................................ 28

Gambar 10 Mabel Bambu .......................................................... 29

I. PENDAHULUAN

Bambu merupakan tanaman yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Khususnya bagi penduduk yang tinggal di pedesaan, tanaman bambu menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan berbagai kegiatan sehari-hari masyarakat. Bambu banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan pembuatan perkakas dapur, bahan pembuatan aneka keperluan pertanian, bahan bangunan, bahan kerajinan dan lain-lain.

Seiring perkembangan jaman, pemanfaatan bambu semakin meningkat, melalui sentuhan teknologi, saat ini bambu telah dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kertas, sumpit (chopstick), plybamboo dan bambu lamina. Produk-produk tersebut di atas secara tidak langsung turut mendorong meningkatnya nilai jual daripada bambu.

Pada masa yang akan datang diperkirakan peranan bambu akan semakin meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk dan kegiatan pembangunan. Disisi lain permintaan akan kayu juga semakin meningkat, tetapi kemampuan produksi hutan belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Dengan demikian bambu merupakan jenis tanaman yang penting untuk dikembangkan.

Semakin meningkatnya penggunaan bambu telah menyebabkan tanaman bambu rakyat dieksploitasi secara besar-besaran, terutama mengarah pada jenis bambu tertentu sesuai dengan permintaan pasar. Akan tetapi hal ini tidak diimbangi dengan usaha perbanyakan dan penanaman kembali. Tidak mengherankan jika beberapa jenis bambu di beberapa daerah terancam kelangkaan, seperti bambu tutul dan bambu hitam.

Saat ini bambu juga sangat diperlukan sebagai bahan baku beberapa industri. Guna keperluan industri seperti industri kertas, sumpit dan rebung kalengan, pemenuhan bahan baku tidak dapat digantungkan terus kepada ketersediaan bambu di alam, untuk dapat

Page 4: Buku Bambu

2 3

berproduksi optimal dan kontinu, bahan baku harus tersedia terus-menerus dalam jumlah yang cukup.

Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan penanaman bambu dalam bentuk perkebunan. Pembudidayaan bambu dapat dilakukan pada lahan-lahan yang tidak produktif. Dengan demikian bambu dapat meningkatkan produktivitas lahan.

II. MENGENAL TANAMAN BAMBU

A. Morfologi Bambu

Tanaman bambu umumnya tumbuh dengan membentuk rumpun, akan tetapi bambu dapat juga hidup secara soliter. Pada jenis-jenis tertentu, bambu memiliki percabangan yang sangat banyak dan membentuk perdu. Ada juga bambu yang memiliki kemampuan memanjat. Bambu yang tergolong besar dan tegak berasal dari spesies Bambusa sp., Dendrocalamus spp. dan Gigantochloa spp.

Dalam kondisi normal, pertumbuhan bambu lurus ke atas dan ujung batang melengkung karena menopang berat daun. Tinggi tanaman bambu berkisar antara 0,3 - 30 m. Dengan diameter batang 0,25 - 25 cm dan ketebalan dindingnya mencapai 25 mm. Batang bambu berbentuk silinder, terdiri dari banyak ruas/buku-buku dan berongga pada setiap ruasnya.

Pada saat umur tanaman masih muda batang bambu masih lunak dan diselimuti semacam pelepah mulai dari pangkal hingga ujung batang. Setelah tanaman dewasa batang bambu keras dan pelepah tersebut mengering sehingga lepas satu per satu dari setiap ruas bambu.

B. Jenis-Jenis Bambu yang Bernilai Ekonomi

1. Bambu Apus

Bambu apus (Gigantochloa apus Bl. Ex (Schult.f) Kurz) dikenal juga dengan nama bambu tali, awi tali atau pring tali. Bambu ini umumnya membentuk rumpun rapat.

Tinggi bambu apus dapat mencapai 20 m dengan warna batang hijau cerah sampai kekuning-kuningan. Batangnya tidak bercabang di bagian bawah. Diameter batang 2,5 - 15 cm, tebal dinding 3 - 15 mm dan panjang ruas 45 - 65 cm. Panjang batang yang dapat dimanfaatkan antara 3 - 15 m.

Page 5: Buku Bambu

4 5

Bentuk batang bambu apus sangat teratur. Pada buku-bukunya tampak adanya penonjolan dan berwarna agak kuning dengan bulu-bulu halus yang menempel di sekitar buku-buku berwarna coklat kehitaman. Pelepah batangnya tidak mudah lepas meskipun umur batang sudah tua.

Jenis bambu ini diduga berasal dari Burma dan sekarang tersebar luas di seluruh kepulauan Indonesia. Bambu apus umumnya tumbuh di dataran rendah tetapi dapat juga tumbuh di pegunungan sampai ketinggian 1.000 m dpl. Bambu ini diperbanyak dengan rimpang atau potongan buluhnya.

Bambu apus berbatang kuat, liat dan lurus. Jenis ini terkenal paling bagus untuk dijadikan bahan baku kerajinan anyaman karena seratnya yang panjang, kuat dan lentur. Ada juga yang menggunakannya sebagai alat musik.

Bambu apus dalam keadaan masih basah berwarna hijau dan tidak keras, kalau sudah kering warnanya menjadi kekuning-kuningan, liat dan tidak mudah putus.

Gambar 1 : Bambu Apus (Gigantochloa apus Bl. Ex (Schult.f) Kurz)

2. Bambu Ater

Bambu ater (Gigantochloa atter (Hassk) Kurz ex Munro) mempunyai beberapa nama daerah antara lain awi temen, pring jawa, pring legi dan pereng keles.

Batang bambu ater berwarna hijau sampai hijau gelap dengan diameter 5 - 10 cm dan tebal dinding batang 8 mm. Panjang ruasnya antara 40 - 50 cm dan tinggi tanaman mencapai 22 m. Pelepah batangnya mudah gugur. Ruas-ruas bambu ini tampak rata dengan garis putih melingkar pada bekas perlekatan pelepah buluh.

Pada batang yang muda tampak pelepah batang melekat berwarna hijau kekuningan bulu-bulu halus berwarna hitam, kuping pelepah buluh kecil, panjang pelepah 21 - 36 cm dan bentuknya hampir segitiga dengan ujung runcing. Daerah perakaran tidak jauh dari permukaan tanah.

Jenis bambu ater banyak tumbuh di dataran rendah, tetapi dapat juga tumbuh baik di dataran tinggi pada ketinggian 750 m dpl. Bambu ater biasanya digunakan orang untuk dinding rumah, pagar, alat-alat rumah tangga dan kerajinan tangan. Pembuat alat musik bambu atau angklung juga sangat menyukai jenis bambu ini sebagai bahan bakunya. Rebung bambu ater terkenal enak dan biasa dikonsumsi sebagai sayuran.

Gambar 2 : Bambu Ater (Gigantochloa atter (Hassk) Kurz ex Munro)

Page 6: Buku Bambu

6 7

3. Bambu Andong

Bambu andong (Gigantochloa verticillata (Willd) Munro) atau (Gigantochloa pseudo arundinacea (Steud) Widjaya), dikenal dengan sebutan awi gombong, awi surat atau pring surat.

Batang bambu andong berwarna hijau kekuningan dengan garis kuning yang sejajar dengan batangnya. Bambu ini membentuk rumpun tidak terlalu rapat, diameter batangnya sekitar 5 - 13 cm, panjang ruas rata-rata 40 - 60 cm dan ketebalan dinding batangnya 20 mm. Tanaman ini tingginya sekitar 7 - 30 m. Pelepah batang yang muda berwarna hijau pada bagian atas, bagian dalamnya licin mengilap dan kaku seperti kertas. Pelepah batang yang kering warnanya abu-abu dan mudah gugur. Pelepah ini tertutup oleh bulu-bulu halus berwarna coklat tua.

Batang bambu andong digunakan untuk bahan bangunan, chopstick dan untuk membuat berbagai kerajinan tangan.

Gambar 3 : Bambu Andong (Gigantochloa verticillata (Willd) Munro)

4. Bambu Betung

Bambu betung dikenal dengan nama ilmiah (Dendrocalamus asper (Schult. f.) Backer ex Heyne). Mempunyai beberapa nama daerah antara lain awi bitung, pring petung dan pereng petong.

Jenis bambu ini mempunyai rumpun yang agak sedikit rapat. Warna batang hijau kekuning-kuningan. Ukurannya lebih besar dan lebih tinggi dari jenis bambu yang lain. Tinggi batang mencapai 20 m dengan diameter batang sampai 20 cm. Ruas bambu betung cukup panjang dan tebal, panjangnya antara 40 - 60 cm dan ketebalan dindingnya 1 - 1,5 cm.

Jenis bambu ini dapat ditemui di dataran rendah sampai ketinggian 2.000 m dpl. Bambu ini akan tumbuh baik bila tanahnya cukup subur, terutama di daerah yang beriklim tidak terlalu kering.

Bambu betung sifatnya keras dan baik untuk bahan bangunan karena seratnya besar-besar serta ruasnya panjang. Dapat dimanfaatkan untuk saluran air, penampung air aren yang disadap, dinding rumah yang dianyam (gedek atau bilik) dan berbagai jenis barang kerajinan. Rebung bambu betung terkenal paling enak untuk disayur diantara jenis-jenis bambu lainnya.

Gambar 4 : Bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schult. f.) Backer ex Heyne)

Page 7: Buku Bambu

8 9

5. Bambu Hitam

Bambu hitam (Gigantochloa atroviolacea Widj.) dikenal juga dengan sebutan bambu wulung, pring wulung, pring ireng atau awi hideung. Jenis ini disebut bambu hitam karena warna batangnya hijau kehitam-hitaman atau ungu tua.

Rumpun bambu hitam agak jarang. Pertumbuhannyapun agak lambat. Buluhnya tegak dengan tinggi 20 m. Panjang ruas-ruasnya 40 - 50 cm, tebal dinding buluhnya 8 mm dan garis tengah buluhnya 6 - 8 cm.

Bambu hitam tersebar di pulau Jawa dan hidup di dataran rendah hingga ketinggian 650 m dpl. Di Jawa Barat, jenis bambu ini sangat baik untuk dibuat alat musik seperti angklung, gambang atau calung. Bambu hitam dapat juga digunakan untuk furniture dan bahan kerajinan tangan.

Sifat bambu ini dalam keadaan basah kulitnya tidak begitu keras, tetapi setelah kering sangat keras dan warnanya menjadi hitam kecoklatan, daya lenturnya kurang sehingga mudah pecah dan mudah putus.

Gambar 5 : Bambu Hitam (Gigantochloa atroviolacea Widj.)

6. Bambu Talang

Bambu talang (Schizostachyum brachycladum Kurz.) sering juga disebut awi buluh, pereng bulu, buluh nehe, ute wanat atau bulo talang.

Rumpun bambu talang tumbuh rapat. Tinggi batangnya mencapai 15 m dan panjang ruasnya 32 - 50 cm dengan diameter 8 - 10 cm. Warna batang hijau kekuningan, pelepah batang biasanya ditutupi bulu-bulu halus berwarna coklat. Pelepah ini jarang terlepas dari batangnya meski sudah kering. Pada bagian tengah batang dan buku-buku di atasnya tumbuh cabang-cabang. Tanaman ini tumbuh baik di dataran rendah sampai 1.000 m dpl dan menyebar di semua wilayah Indonesia.

Batang bambu talang banyak digunakan untuk bahan atap, dinding dan lantai rumah adat Toraja, selain itu bambu talang juga digunakan untuk rakit, tempat air dan bahan kerajinan tangan seperti ukiran dan anjaman. Konon di Minahasa serat-seratnya dapat dijadikan bahan baku kerajinan tenun bambu untuk membuat kain dan karung.

Gambar 6 : Bambu Talang (Schizostachyum brachycladum Kurz.)

Page 8: Buku Bambu

10 11

C. Manfaat Bambu

Bambu termasuk tanaman yang kaya manfaat. Semua bagian tanaman bambu mulai akar, batang, daun dan rebung dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan.

1. Akar

Beberapa jenis bambu banyak ditanam di kanan-kiri sungai atau di tanah yang berlereng curam. Hal ini dikarenakan akar tanaman bambu dapat berfungsi sebagai penahan erosi.

Akar tanaman bambu juga mampu menjadi filter terhadap keberadaan limbah beracun. Akar-akar serabut tanaman dapat menyaring air yang terkontaminasi limbah beracun, selain itu akar bambu mampu mengikat butir-butir air dalam tanah sehingga keberadaan rumpun bambu seringkali memunculkan sumber-sumber mata air.

2. Batang

Batang bambu merupakan bagian yang paling banyak digunakan untuk dibuat berbagai macam keperluan mulai dari sebagai bahan bangunan, bahan kerajinan dan bahan pembuatan perkakas rumah tangga. Batang bambu baik masih muda maupun sudah tua dalam keadaan bulat atau sudah dibelah-belah dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Batang bambu yang masih bulat dapat dimanfaatkan untuk komponen bangunan rumah, komponen konstruksi jembatan, pipa saluran air dan lain-lain. Batang bambu yang sudah dibelah-belah banyak dimanfaatkan untuk industri kerajinan dalam bentuk anyaman atau ukiran untuk keperluan hiasan, perabot rumah tangga dan lain-lain.

3. Daun

Di kalangan masyarakat pedesaan, daun bambu biasa digunakan sebagai alat pembungkus makanan tradisional,

misalnya tempe dan lain-lain. Daun bambu muda yang tumbuh di ujung cabang dan belum membuka sempurna (masih berbentuk runcing) sering digunakan sebagai obat. Bahan ini sangat mujarab bagi mereka yang tidak tenang pikiran atau malam hari kurang tidur. Cara penggunaannya adalah daun tersebut direbus dengan air kemudian air rebusan diminum.

Dalam perkembangan terakhir di luar negeri, cairan bambu diketahui sangat bermanfaat untuk menyembuhkan lumpuh badan sebelah yang diakibatkan tekanan darah tinggi, hasil uji coba yang dilakukan bertahun-tahun memperkuat hal itu. Negeri Cina belakangan ini telah memproduksi cairan bambu dalam kemasan botol yang banyak diekspor ke luar negeri.

Selain itu, daun bambu yang sudah tua/kering oleh warga masyarakat dibuat kompos dan digunakan sebagai media tanaman khususnya jenis paku-pakuan.

4. Rebung

Rebung bambu merupakan tunas bambu muda yang muncul dari dalam tanah yang tumbuh dari rimpang/rhizoma bambu, umumnya rebung masih diselubungi oleh pelepah daun yang ditutupi bulu-bulu halus berwarna kehitaman. Rebung ada yang berbentuk ramping sampai agak membulat mencapai tinggi hingga 30 cm.

Rebung bambu dapat dimanfaatkan sebagai bahan sayuran segar yang dikemas dan diawetkan sebagai sayuran kaleng. Rebung bambu dalam kaleng merupakan salah satu komoditas ekspor yang diminati masyarakat di Jepang, Korea dan Cina. Rebung bambu yang enak dikonsumsi adalah jenis bambu ater dan bambu betung.

Page 9: Buku Bambu

12 13

Gambar 7 : Rebung/Tunas Bambu Muda

III. BUDIDAYA BAMBU

A. Syarat Tumbuh

Pertumbuhan setiap tanaman sangat dipengaruhi kondisi lingkungan. Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan bambu adalah iklim dan jenis tanah.

1. Iklim

Di Indonesia, tanaman bambu tumbuh dengan baik dan penyebarannya sangat luas. Tanaman bambu bisa dijumpai pada dataran rendah sampai dengan dataran tinggi dengan ketinggian antara 0 - 2.000 m dpl. Tanaman bambu menyukai tempat terbuka dan terkena sinar matahari langsung.

Tanaman bambu tumbuh di berbagai tipe iklim, mulai dari tipe curah hujan A, B, C, D sampai E (Schmidt Fergusson) atau dari iklim basah sampai kering. Semakin basah tipe iklimnya makin banyak jenis bambu yang dapat tumbuh dengan baik, karena untuk pertumbuhannya bambu membutuhkan banyak air. Curah hujan yang dibutuhkan untuk tanaman bambu minimum 1.020 mm per tahun. Kelembaban udara yang dikehendaki minimum 80%. Lingkungan yang sesuai untuk tanaman bambu memiliki suhu berkisar antara 8,8 - 36°C.

2. Tanah

Bambu dapat tumbuh di berbagai kondisi tanah, mulai dari tanah berat sampai tanah ringan, tanah kering sampai tanah becek dan dari tanah subur sampai tanah tandus. Beberapa jenis tanah yang terdapat di pusat bambu di Indonesia adalah jenis tanah campuran antara latosol coklat dengan regosol kelabu serta andosol coklat kekuningan. Perbedaan jenis tanah sangat berpengaruh terhadap kemunculan rebung bambu.

Page 10: Buku Bambu

14 15

Tanaman bambu tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH 5,0 - 6,5. Pada tanah yang subur tanaman bambu akan tumbuh baik karena kebutuhan makanan bagi tanaman tersebut terpenuhi.

B. Perbanyakan Tanaman

Perbanyakan tanaman bambu dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif yaitu dengan menggunakan biji, sedangkan perbanyakan secara vegetatif antara lain dengan stek batang, stek cabang dan stek rizhoma.

1. Perbanyakan Dengan Biji

Di Indonesia, perbanyakan bambu dengan biji tidak dilakukan karena jarang sekali dijumpai tanaman bambu yang berbunga, berbuah dan menghasilkan biji. Secara umum tanaman bambu baru berbunga pada umur 20 sampai dengan 60 tahun, setelah itu tanaman mati.

Disamping itu perbanyakan dengan biji membutuhkan waktu lebih lama (lebih dari 10 tahun) untuk mencapai tingkat perumpunan normal.

2. Perbanyakan Dengan Stek Batang Dan Stek Cabang

Batang dan cabang bambu dimanfaatkan sebagai bahan perbanyakan tanaman karena merupakan sumber potensial untuk menghasilkan tunas dan akar.

Bahan bibit yang berasal dari stek batang dipilih dari batang yang berumur lebih kurang 2 tahun. Bagian yang digunakan adalah bagian bawah sampai dengan bagian tengah batang yang mempunyai tunas dan mata tunas. Bambu dipotong-potong sepanjang 20 cm yaitu 10 cm di atas buku dan 10 cm di bawah buku, selanjutnya stek batang

tersebut disemaikan dengan cara ditancapkan secara rapi pada guludan yang telah dipersiapkan sehingga bagian tunas atau mata tunas tertutup tanah.

Untuk bahan bibit yang berasal dari stek cabang dipilih dari cabang pada batang induk yang berumur sekitar 3 tahun. Cabang dipotong mulai dari pangkal yang menempel pada buku batang hingga kira-kira panjang 75 cm dari pangkal cabang (3-4 ruas cabang). Stek cabang lalu ditanam dalam polibag yang telah disiapkan dan disusun rapi pada bedeng persemaian.

Perbanyakan tanaman dengan stek batang/cabang sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan karena tingkat kelembaban udara yang tinggi sangat membantu pertumbuhan tunas. Pemindahan anakan bibit ke lapangan dilakukan setelah berumur satu tahun.

Adapun keuntungan perbanyakan menggunakan stek batang/cabang antara lain :

a) Bahan bibit yang didapat lebih banyak, b) Bibit diperoleh dengan mudah dan murah, c) Tidak merusak rumpun tanaman induk, d) Waktu pengambilan lebih cepat, e) Kebutuhan bibit untuk areal yang lebih luas lebih

memungkinkan, f) Pembentukan rumpun lebih cepat.

Adapun kerugian dari perbanyakan ini antara lain daya tumbuhnya lebih rendah dibandingkan dengan stek rizhoma, kurang tahan terhadap kekeringan, terbatas untuk jenis-jenis bambu tertentu dan resiko kegagalan cukup besar.

3. Stek Rizhoma

Rizhoma atau rimpang adalah akar-akar yang mampu memberikan pertumbuhan tunas sebagai calon tumbuhan

Page 11: Buku Bambu

16 17

baru. Perbanyakan dengan stek rizhoma ini sudah biasa dilakukan oleh masyarakat, dengan cara ini bibit bambu hasil stek rizhoma bisa langsung di tanam di lapangan dan tidak membutuhkan perlakuan di persemaian.

Hal yang perlu diperhatikan dalam perbanyakan dengan stek rizhoma adalah memilih batang bambu yang telah berumur 2 tahun untuk digunakan sebagai bibit. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pengeringan pada waktu di lapangan.

Selain itu beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan stek rizhoma adalah sebagai berikut :

a) Pada rizhoma yang dipilih harus ada beberapa kuncup tidur,

b) Bibit harus diambil secara hati-hati jangan sampai rusak,

c) Pengumpulan bibit dilakukan sebelum pembentukan rebung-rebung baru,

d) Pengambilan bibit sebaiknya dilakukan pada hari penanaman,

e) Sebaiknya bibit jangan disimpan, kalaupun disimpan harus dalam keadaan lembab.

Setelah dipilih batang yang rizhomanya akan dijadikan bibit dilakukan pemotongan pada buku ke 3 - 4 atau sekitar 100 cm dari tanah, selanjutnya rizhoma digali dipisahkan dari rizhoma induk dan ditanam dilubang tanam yang telah disiapkan.

Dengan cara ini bibit bambu tumbuh lebih cepat dan lebih kuat karena pada akar rimpang banyak mengandung bahan makanan dan air yang diperlukan untuk pertumbuhan tunas.

Akan tetapi perbanyakan dengan cara ini memiliki kekurangan antara lain tidak praktis karena harus menggali dan memisahkan rizhoma dari rizhoma induk, volumenya besar dan berat sehingga sulit dalam penanganan. Ketersediaan rizhoma yang terbatas menjadi kendala untuk digunakan sebagai bibit dalam skala yang besar.

C. Penanaman

Penanaman bambu terdiri dari 2 tahap, yaitu persiapan tanam dan cara penanaman. Penanaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan.

1. Persiapan Tanam

Bambu lazim ditanam di kebun, pekarangan, tanah terlantar dan kanan-kiri sungai.

Sebelum penanaman, dilakukan pembukaan lahan. Lahan dibersihkan dari semak belukar, bebatuan dan kotoran lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengolahan tanah.

Setelah lahan bersih, selanjutnya dibuat lubang tanam dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm atau 40 x 40 x 40 cm dan jarak tanam 4 x 4 m atau 5 x 5 m.

2. Cara Penanaman

Bibit yang telah disiapkan dimasukkan ke lubang tanam dengan posisi tunas atau anakan tegak ke arah atas, lalu ditimbun tanah. Pada saat tanam sebaiknya ditambahkan pupuk urea, TSP dan KCl dengan perbandingan 3 : 2 : 1 sebanyak 600 kg/ha. Pupuk ditaburkan mengelilingi bibit tanaman, setelah itu tanah di sekitar bibit dipadatkan dan ditinggikan 5 - 10 cm.

Page 12: Buku Bambu

18 19

D. Pemeliharaan

Meskipun tidak dilakukan secara intensif, tanaman bambu perlu pemeliharaan, meliputi : pemangkasan, penyiangan, pembumbunan dan pemupukan.

1. Pemangkasan

Pemangkasan pada tanaman bambu dilakukan dengan memotong cabang-cabang bawah hingga setinggi 2 - 3 m. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengalihkan suplai makanan yang sebelumnya ke cabang-cabang dialihkan ke batang utama, sehingga diharapkan dapat diperoleh batang bambu yang diameternya lebih besar dan berkualitas.

Pemangkasan dapat pula membantu aliran udara/aerasi menjadi lebih baik sehingga dapat mengurangi gangguan hama/penyakit, hal ini juga bertujuan untuk menstimulasi pertumbuhan rebung.

Pada tanaman bambu yang dipangkas selain rebung rajin muncul biasanya ukuran bambunyapun lebih besar. Pemangkasan biasanya dilakukan pada awal musim hujan.

2. Penyiangan

Tanaman bambu perlu disiangi agar bebas dari gulma atau tanaman lain yang mengganggu. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabuti rerumputan di sekitar tanaman pokok. Kotoran-kotoran yang sering tersangkut di pokok bambu berupa sampah, bagian tanaman mati dan lain-lain sebaiknya dibersihkan.

3. Pemupukan

Pemupukan pada bambu dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah batang dan membantu pertumbuhan tanaman. Pupuk yang digunakan adalah urea, TSP dan KCl. Dosis pupuk yang digunakan belum ada ketentuan yang pasti

karena berapapun pupuk yang diberikan pasti diserap tanaman bambu. Tanaman bambu tergolong tumbuhan yang banyak menyerap unsur hara, sedangkan unsur hara yang dikembalikan ke tanah relatif kecil.

Pemupukan dilakukan pada awal dan akhir musim penghujan. Sebelum pemupukan, tanah disekitar rumpun digemburkan dan digali terlebih dahulu, selanjutnya pupuk ditaburkan merata melingkari rumpun lalu tanah dirapikan kembali.

4. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan agar mata tunas tidak muncul ke permukaan tanah, karena kalau mata tunas muncul ke permukaan tanah akan kering dan mati. Dalam kaitannya dengan produksi rebung, pembumbunan juga harus dilakukan begitu rebung muncul di permukaan tanah, hal ini dimaksudkan agar terjadi etiolasi sehingga rebung bisa menggelembung besar dan tidak berongga.

Bila pembumbunan terlambat dilakukan dan rebung telah berongga maka asam sianida (HCN) yang terbentuk sudah terlalu banyak, akibatnya rebung menjadi pahit dan keras sehingga tidak enak lagi dikonsumsi.

Cara melakukan pembumbunan adalah dengan menaikkan tanah di sekitar tanaman atau diberi tambahan mulsa. Bersamaan dengan pembumbunan, sebaiknya juga dilakukan penggemburan tanah di sekitar tanaman.

5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang biasa menyerang tanaman bambu adalah hama uret, kumbang bubuk dan rayap. Serangan kumbang bubuk (Dinoderus minutus, D. brevis, Conarthrus filiformis, C. praeustus, Tillus notatus dan Myocalandra exarata) lebih sering dijumpai pada jenis bambu yang memiliki kandungan zat pati tinggi, sebagai contoh adalah bambu ampel.

Page 13: Buku Bambu

20 21

Kandungan pati ini pun berfluktuasi tergantung musim. Kandungan pati tertinggi adalah pada saat rebung muncul, setelah itu kandungan pati akan turun setelah rebung tumbuh. Pada umur 1-2 tahun kandungan zat pati bambu tinggi. Pada umur yang lebih tua kandungannya lebih rendah. Tak heran bila serangan kumbang bubuk lebih banyak dijumpai saat rebung muncul dan tanaman masih berumur 1-2 tahun.

Kumbang bubuk merupakan hama perusak yang paling berbahaya bagi tanaman bambu. Hama ini menggerek sambil memakan jaringan bambu. Penggerekan dilakukan pada bekas potongan melintang batang dinding bambu bagian dalam atau bagian bambu yang pecah dan terluka. Luka pada batang ini dapat terjadi karena pemotongan cabang, pembelahan bambu atau penghalusan ruas.

Seraya menggerek, kumbang bubuk membuat liang sebagai tempat tinggal dan bertelur. Telur di dalam liang nantinya menetas dan menjadi larva, selanjutnya larva berubah lagi menjadi serangga dewasa yang dapat terbang. Siklus saat induk mulai menggerek bambu hingga menghasilkan serangga dewasa baru yang dapat terbang berlangsung sekitar 11-12 minggu, oleh karena dapat terbang maka serangan kumbang bubuk mudah menyebar ke tanaman bambu yang lain.

IV. PANEN DAN PASCA PANEN BAMBU

Panen bambu dilakukan setelah batang bambu cukup tua dan sesuai dengan peruntukkannya. Bambu yang akan digunakan sebagai bahan kerajinan sebaiknya dipilih yang telah berumur 3 tahun. Karena jika bambu masih terlalu muda maka kualitas produk kerajinan kurang baik, untuk itu dalam pemanenan bambu harus memperhatikan antara lain waktu tebang, cara tebang, pengawetan dan lain-lain.

A. Waktu Tebang

Waktu tebang bambu sebaiknya dilakukan pada awal hingga akhir musim kemarau yaitu pada bulan April hingga Juni. Pada bulan tersebut kandungan air dalam batang bambu rendah. Demikian juga kandungan zat patinya juga rendah, sehingga mengurangi intensitas serangan hama penggerek batang bambu yang sangat menyukai zat pati dalam bambu.

Pada musim kemarau, pertumbuhan bambu berkurang bahkan berhenti sehingga batang bambu menjadi keras, dalam keadaan inilah bambu paling baik untuk ditebang.

Hindari juga penebangan bambu pada saat bambu mengeluarkan rebung, karena pada saat demikian, bambu yang sudah tua umurnya mempunyai batang yang lunak karena kandungan air dalam batang tinggi. Batang bambu yang mengeluarkan rebung juga mengandung zat pati yang tinggi sehingga mudah terserang hama penggerek batang bambu (hama bubuk) jika bambu tersebut ditebang.

B. Cara Tebang

Tanaman bambu tumbuh membentuk rumpun. Biasanya batang bambu yang sudah tua berada di bagian dalam rumpun, sedang batang yang muda dan rebung bambu di bagian luar rumpun.

Page 14: Buku Bambu

22 23

mengalir, hal ini sudah sering dilakukan masyarakat pedesaan.

Bambu yang akan digunakan untuk bahan bangunan direndam terlebih dahulu dalam kolam ikan, selokan atau sungai.

Dari penelitian diketahui bahwa bambu yang direndam dalam air kandungan zat patinya akan turun. Perendaman menyebabkan adanya kegiatan kuman dalam air yang dapat mengubah pati menjadi senyawa kimia lain yang mudah larut dalam air.

Perendaman mempengaruhi kekuatan bambu. Semakin lama bambu direndam akan semakin menurunkan kekuatan bambu, oleh karena itu perendaman sebaiknya tidak lebih dari 1 bulan.

Perendaman memberikan hasil yang memuaskan pada bambu yang mempunyai kandungan pati relatif rendah, contoh bambu apus.

2. Pengeringan

Batang bambu yang sudah ditebang dikeringkan dahulu supaya awet. Caranya bambu diangin-anginkan di tempat terbuka atau tempat yang teduh. Pengeringan tergolong praktis dan mudah dilakukan, hanya saja karena butuh tempat yang teduh sehingga untuk pengeringan dalam jumlah banyak agak merepotkan.

3. Pemberian Lapisan

Agar bambu awet dapat juga dilakukan dengan cara memberi lapisan (coating). Bagian yang diberi lapisan adalah bagian dalam bambu yang lunak dan kasar. Cara ini dilakukan pada bambu yang akan dibuat menjadi barang kerajinan. Sebelumnya bambu dipotong dan dibelah sesuai

Untuk itu perlu dilakukan tebang pilih yaitu bambu yang ditebang yang benar-benar sudah tua atau sudah berumur 3 tahun. Dalam pemanenan sebaiknya jangan terlalu banyak menebang batang bambu dalam satu rumpun. Batang yang tersisa hendaknya terbagi merata dalam rumpun atau terpencar.

Dari setiap rumpun diambil maksimal 10 batang dengan meninggalkan minimal 5 batang yang sudah berumur 1 tahun lebih. Hal ini bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup dari rumpun-rumpun bambu.

Penebangan bambu dilakukan serendah mungkin atau rata dengan tanah. Gunakan alat tebang berupa golok atau gergaji potong yang benar-benar tajam. Jika alat kurang tajam akibatnya tekanan potongan dapat membuat bambu rusak, potongan tidak rata, pekerjaan menjadi lebih lama dan tidak efisien.

Agar rumpun mempunyai daya hidup yang besar, akan lebih baik kalau dilakukan rotasi pemanenan 3 tahun sekali. Untuk maksud tersebut, tanaman dibagi dalam 3 blok tebangan. Setiap blok hanya dilakukan penebangan sekali setiap 3 tahun. Dengan demikian batang-batang bambu bisa diproduksi setiap tahun.

C. Pengawetan

Batang bambu baik yang masih berdiri tegak dalam rumpun maupun yang sudah ditebang seringkali diserang hama penggerek batang, untuk mengatasi hal ini, batang bambu yang sudah ditebang perlu diawetkan.

Beberapa cara yang dapat dilakukan agar bambu awet dan bebas dari serangan hama penggerek (bubuk) antara lain perendaman, pengeringan dan pemberian lapisan.

1. Perendaman

Salah satu cara pengawetan yang murah dan sederhana adalah dengan perendaman dalam air tergenang atau

Page 15: Buku Bambu

24 25

V. ANALISA EKONOMI BUDIDAYA BAMBU

Budidaya bambu selain bermanfaat dari sisi konservasi juga dapat memberikan keuntungan finansial. Beberapa hasil olahan rebung bambu terbukti sangat diminati konsumen mancanegara. Demikian juga hasil-hasil kerajinan berbahan baku bambu merupakan salah satu produk ekspor ke Eropa.

Di bawah ini adalah contoh analisis ekonomi pada budidaya bambu betung per hektar lahan usaha :

A. Analisa Usaha Rebung Bambu

1. Biaya Produksi

a. Biaya Produksi 3 Tahun Pertama

b. Biaya Produksi Setiap Tahun Berikutnya

2. Hasil Produksi

Lahan 1 ha, dengan 100 rumpun. Apabila per rumpun ditanam 10 buluh bambu akan menghasilkan 60 rebung/rumpun/tahun, maka :

kebutuhan. Pemberian lapisan ini biasanya juga dilakukan sebagai finishing barang kerajinan bambu agar lebih menarik.

Karena bambu dipengaruhi oleh kelembaban udara maka bahan pelapisnya harus tahan terhadap air. Zat pelapis yang biasa digunakan adalah pernis, lak atau zat pewarna.

D. Penyimpanan

Bambu yang telah ditebang adakalanya tidak langsung digunakan, untuk itu bambu perlu disimpan terlebih dahulu agar bambu tidak cepat rusak karena hama atau jamur, maka cara penyimpanannya perlu diperhatikan.

Cara penyimpanan bambu yang baik adalah dalam gudang yang sirkulasi udaranya baik, kering dan tidak terpengaruh oleh angin atau hujan. Bambu tidak ditumpuk tetapi disandarkan pada dinding.

1) Pengolahan lahan 100 bedengan (100 rumpun), diameter bedengan 3 m (100 x Rp. 10.000,-)

= Rp. 1.000.000

2) Pemupukan (3 th) : (100 x 3 x Rp. 2.000,-) = Rp. 600.0003) Pemeliharaan (3 th) : (12 x 3 x Rp. 50.000,-) = Rp. 1.800.0004) Pemanenan dll (3 th) = Rp. 450.000

Jumlah Biaya Produksi 3 Th Pertama = Rp. 3.850.000

1) Pemupukan : 100 x Rp. 2.000,- = Rp. 200.0002) Pemeliharaan : 12 x Rp. 50.000,- = Rp. 600.0003) Pemanenan dll = Rp. 450.000

Jumlah Biaya Per Th Berikutnya = Rp. 1.250.000

Page 16: Buku Bambu

26 27

VI. ANEKA PRODUK BERBAHAN BAKU BAMBU

A. Konstruksi Bambu

Gambar 8 : Konstruksi Bambu

a. Hasil rebung pada 3 tahun pertama 100 rumpun x 60 rebung = 6.000 rebung Dengan asumsi berat 1 rebung 0,5 kg dan harga per kg

rebung sebesar Rp. 1.500,- Maka hasil produksi rebung adalah : 3.000 x Rp. 1.500,- = Rp. 4.500.000,- Jadi keuntungan pada 3 tahun pertama adalah : Rp. (4.500.000,- – 3.850.000,-) = Rp. 650.000,-

b. Keuntungan hasil rebung pada setiap tahun berikutnya adalah :

Rp. (4.500.000,- – 1.250.000) = Rp. 3.250.000,-

B. Analisa Usaha Keranjang Buah

Dengan asumsi bahwa 1 ha ditanami 100 rumpun, per rumpun 10 batang, maka seluruhnya ada 1.000 batang bambu.

1 batang bambu berdiameter 10 cm, panjang 6 m dapat dibuat 6 keranjang, dengan nilai jual RP 1.500,-/keranjang.

1. Hasil Produksi

Hasil produksi 1 ha lahan adalah : 1.000 (batang) x 6 (keranjang) x Rp. 1.500,- = Rp. 9.000.000,-

2. Biaya Produksi

Dengan asumsi satu orang pengrajin dapat menyelesaikan 1 batang bambu menjadi 6 keranjang dalam waktu 1 hari, maka 1.000 batang dapat menghasilkan 6.000 keranjang. Apabila ongkos seorang pengrajin Rp. 7.000,-/hari, maka upah pengrajin untuk 6.000 keranjang adalah 6.000/6 x Rp. 7.000,- = Rp 7.000.000,-

3. Keuntungan

Keuntungan usaha keranjang buah adalah Rp. (9.000.000 – 7.000.000) = Rp. 2.000.000,-

Page 17: Buku Bambu

28 29

C. Mebel Bambu

Gambar 10 : Mabel Bambu

B. Aneka Kerajinan Bambu

Gambar 9 : Aneka Kerajinan Bambu

Page 18: Buku Bambu

30 31

DAFTAR PUSTAKA

Nur Berlian V.A, 1995. Jenis dan Prospek Bisnis Bambu. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.Krisdianto dkk., Sari Hasil Penelitian Bambu

Page 19: Buku Bambu

COVER DALAM

MAU TAHU TENTANG BAMBU ?

KEMENTERIAN KEHUTANANBADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN

PUSAT PENYULUHAN KEHUTANAN2012

Materi Penyuluhan Kehutanan

Seri : 6 / 2012

ii

Pengarah : Kepala Pusat Penyuluhan Kehutanan

Penanggung Jawab : Kepala Bidang Metode, Materi dan Alat Bantu Penyuluhan Kehutanan

Penyusun : Dyah Ediningtyas, S.Hut, M.Si Ir. Victor Winarto, M.Si

Design Cover : Jaya Suhendi

Diperuntukkan Bagi Penyuluh Kehutanan

ISBN.

Mau Tahu Tentang Bambu ?

Catatan : Tulisan ini bukan hasil karangan sendiri, melainkan diambil dari berbagai tulisan dan hasil kunjungan lapangan, selanjutnya diperuntukan bagi Penyuluh Kehutanan