Baiturrahmah - BST Skizofrenia Paranoid
-
Upload
novan-aryandi -
Category
Documents
-
view
11 -
download
7
description
Transcript of Baiturrahmah - BST Skizofrenia Paranoid
Bed Side Teaching
Senin, 7 September 2015
F20.0 SKIZOFRENIA PARANOID
Oleh
Novan Aryandi (1010070100201)
Yossy Rahmadika (15100707360803050)
PRESEPTOR
dr. Shinta Brisma, Sp.KJ
BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN – UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
RSJ PROF. HB SAANIN PADANG
2015
Bed Side Teaching | 0
BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNBRAH
STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Willy Kurniawan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir :
Padang/24 Maret 1977
Usia : 39 Tahun
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat Pasien : Tabing, Padang
Nama Orang Tua : Sanders Rompas
Alamat Orang Tua : Tabing, Padang
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Minang
Status Pernikahan : Belum menikah
Tanggal masuk : 23 Agustus 2015
Datang diantar : Kakak(Keluarga)
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Keluhan Utama:Pasien datang ke IGD RSJ HB Sa’anin Padang pada tanggal
23 Agustus 2015 diantar oleh keluarga pasien dengan
keluhan utama : Gaduh gelisah dan memaki-maki orang
tuanya jika kehendaknya tidak dipenuhi sejak 2 minggu yll
SMRS.
Riwayat Gangguan Sekarang :
Pasien gaduh gelisah dan memaki-maki orang tuanya jika
kehendaknya tidak dipenuhi sejak 2 minggu yll SMRS, pasien memaki-maki
orang tua nya karena orang tua pasien tidak memberikan uang kepada pasien
untuk membeli rokok dan kopi. Pasien sering curiga kepada orang lain tanpa
sebab, seperti curiga kepada perawat dan dokter, seakan-akan mau dibunuh.
Pasien merasa dirinya paling benar, emosi sering meningkat setiap kali
mendengar suara motor di depan rumah, seolah-olah suara motor tersebut
akan menganiaya pasien. Pasien sering mendengar suara-suara yang
Bed Side Teaching | 1
memanggil-manggilnya sewaktu mandi, menyebabkan mandi pasien tidak
selesai-selesai. Kadang pasien bicara sendiri, mondar-mandir tanpa tujuan di
rumah.
Semenjak masuk RSJ, pasien merasakan jantungnya berdebar-debar,
sesak nafas, perasaan cemas karena pasien tidak mendapatkan rokok dan kopi
selama di Rumah Sakit.
Riwayat Gangguan Sebelumnya :
Tahun 1993, sewaktu SMP pasien pernah jatuh dengan terbentur
kepalanya, sampai penurunan kesadaran dan muntah, semenjak itulah pasien
mulai curiga-curiga dengan orang lain, merasa melihat bayangan garis lurus
berwarna hitam di badannya, suka ketawa-ketawa sendiri, dan emosi tanpa
sebab.
Tahun 1998, pertama kali pasien dirawat di RSJ HB Sa’anin Padang.
Dari tahun 1998-2015 pasien sudah keluar masuk RSJ kurang lebih sudah 7
kali. Gejala setiap kali masuk RSJ sama dengan gejala saat ini.
Kondisi Medik Umum :
Tidak ada keluhan medik umum
Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol :
Merokok (+) 3-4 bungkus per hari
Kopi (+) 4-8 gelas per hari
Alkohol (+) tahun 2011-2012
Ganja (+) pernah sesekali jika diajak teman pasien
Narkoba (+), jenisnya pasien tidak tahu, memakainya sebanyak 4x,
tetapi tidak sampai menyebabkan ketergantungan, alasan memakai
narkoba adalah hanya ikutan teman-teman.
III. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Bed Side Teaching | 2
Pasien lahir secara normal, dengan berat badan normal, tidak ada
komplikasi prenatal dan perinatal
b. Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pada masa kanak-kanak awal, tidak ada kelainan, pasien sewaktu
kanak-kanak bisa berbicara dan merangkak sesuai pada waktunya
c. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (4-11 tahun)
Pada waktu SD, pasien termasuk yang pandai bergaul, tingkat
prestasi pasien di kelas dirasakan cukup
d. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja
Sewaktu SMP, setelah kepala pasien terbentur sampai penurunan
kesadarann dan muntah, prestasi pasien di sekolah semakin
menurun.
e. Masa Dewasa
i. Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah tamat SMA
ii. Riwayat Pekerjaan
Tidak melakukan pekerjaan apapun, pasien hanya di rumah
saja membantu orang tua menyapu dan members-bereskan
rumah.
iii. Riwayat Perkawinan
Pasien belum kawin
iv. Agama
Pasien beragama Islam, kadang-kadang pasien melakukan
shalat 5 waktu
v. Aktivitas Sosial
Pasien dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitar
rumahnya, seperti nongkrong di warung dan bergaul dengan
tukang ojek di dekat rumahnya.
vi. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal bersama ibunya, dimana mata pencaharian
ditanggung oleh anaknya, tingkat ekonomi pasien saat ini
adalah menengah-kebawah
Bed Side Teaching | 3
= Laki-laki = Perempuan
= Pernah Kelainan Jiwa
vii. Riwayat Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan hokum dan pihal
berwajib
viii. Riwayat Psikoseksual
Tidak didapatkan riwayat psikoseksual pasien
ix. Riwayat Keluarga
Ada anggota keluarga pasien yang pernah sakit kejiwaan
sebelumnya, yaitu orang tua pasien (ibu), mulai timbul gejala
akibat : suami nikah lagi, bankrupt, memikirkan kelakuan
anaknya. Ibu pasien pernah dirawat 1 kali di RSJ HB Sa’anin
Padang selama 1 bulan, dan tidak pernah masuk lagi. Sekarang
ibu pasien sembuh sempurna.
Bed Side Teaching | 4
x. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien tahu bahwa dirinya sakit dan pasien harus dirawat di
RSJ
xi. Persepsi Keluarga Tentang Diri dan Kehidupan Pasien
Keluarga pasien benci terhadap pasien karena kelakuan pasien
dan penyakit pasien yang tidak kunjung sembuh, pasien bilang
jika pasien ingin berkunjung ke rumah saudaranya, pasien
langsung diusir
xii. Impian, Fantasi, dan Nilai-nilai
Pasien hanya ingin hidup tenang, bisa membantu orang tua di
rumah tanpa ada keinginan untuk mendapatkan pekerjaan
yang tetap, keinginan menikah dan mencapai cita-cita.
IV. Status Mental
a. Deskrispi Umum
Penampilan
Seorang laki-laki berpenampilan sesuai usia, penampilan
cukup rapi dan bersih.
Perilaku dan Aktivitas Motorik
Perilaku pasien dan aktivitas motorik pasien tenang selama
proses wawancara, berlangsung sangat terbuka terhadap
pewawancara dan cukup tenang.
Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien bersikap kooperatif terhadap pemeriksa selama
wawancara.
b. Mood dan Afek
Mood : Mood Labil
Afek : Afek Labil
Keserasian : Serasi
c. Pembicaraan
Pembicaraan spontan, Volume cukup kuat, Artikulasi yang jelas
Bed Side Teaching | 5
d. Gangguan Persepsi
Halusinasi Auditorik
e. Pikiran
Proses dan Bentuk Pikir : Koheren
Isi Pikir : Waham Kejaran
f. Sensorium dan Kognisi
Kesadaran : Compos Mentis Cooperatif, GCS = 15
Orientasi :
- Waktu : Baik, pasien dapat membedakan waktu pagi,
siang, dan malam
- Tempat : Baik, pasien dapat mengetahui bahwa ia
Berada di RSJ dan tahu dirawat dibagian
kejiwaan
- Orang : Baik, pasien mengenali pemeriksa dan
beberapa perawat
Daya Ingat
- Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien bisa mengingat tanggal lahir dan usia pasien dan
bisa menceritakan kehidupan masa kecilnya
- Daya ingat jangka sedang
Baik, pasien bisa mengingat seluru perjalanan penyakitnya dan
tahu kapan pasien mulai dirawat
- Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien bisa mengingat apa yang pasien makan tadi pagi
- Daya ingat segera
Baik, pasien dapat menyebutkan 3 nama benda yang disebut
pemeriksa 3 menit sebelumnya.
Konsentrasi dan Perhatian
Baik, pasien dapat melakukan perhitungan 100-7-7-7 dengan
benar, tidak merasa pusing saat berhitung.
Bed Side Teaching | 6
Kemampuan membaca dan menulis
Baik, pasien dapat membaca dan menulis apa yang disuruh
oleh pemeriksa.
Kemampuan visuospasial
Baik, pasien dapat menyebutkan jalan ke alamat rumahnya
secara rinci.
Pikiran Abstrak
Baik, pasien dapat menyebutkan persamaan diantara 2 buah
benda seperti persamaan “apel” dan “tomat”
Intelegensia dan Kemampuan Informasi
Baik, sesuai dengan tingkat pendidikannya
g. Kemampuan Pengendalian Impuls
Saat wawancara, kemampuan pengendalian impuls pasien baik
h. Daya Nilai dan Tilikan
- Daya nilai sosial dan uji daya nilai
Daya Nilai Sosial : Baik
Uji Daya Nilai : Baik
- Penilaian Realita
Baik
- Tilikan
Derajat lima, tilikan intelektual mengakui bahwa dirinya sakit
an tahu bahwa penyebabnya adalah perasaan irrasional dan
gangguan-gangguan yang dialami, tetapi tidak memakai
pengetahuan tersebut untuk pengalaman di masa datang.
i. Taraf Dapat Dipercaya
Pasien dapat dipercaya
Bed Side Teaching | 7
V. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut
Status Interna
- Kesadaran : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Status Gizi : Cukup
- Tanda-tanda vital
a. Tekan Darah : 110/80 mmhg
b. Frekuensi Nadi : 88 x/menit
c. Frekuensi Nafas : 22 x/menit
d. Suhu : 36,50C
Status Neurologis
- Tanda meningeal : Kaku kuduk (-) brudzinki 1,2 (-)
- Nervus I-XII : Tidak ada kelainan
- Peningkatan TIK : Tidak Ada
- Reflek Fisiologis
a. KPR : (++)
b. APR : (++)
c. Bisep : (++)
d. Trisep : (++)
- Reflek Patologis
a. Babinski : (-)
b. Gordon : (-)
c. Chaddok : (-)
d. Scheffer : (-)
e. Hoffman : (-)
Motorik
555 555
555 555
Sensorik : Baik
Bed Side Teaching | 8
- Tanda efek Ekstrapiramidal
a. Tremor : Tidak ada
b. Akatisia : Tidak ada
c. Bradikinesia : Tidak ada
d. Cara Berjalan : Tidak ada
e. Keseimbangan : Tidak ada
f. Rigiditas : Tidak ada
- Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
o Hemoglobin : 14 gr%
o Leukosit : 6.000/mm
o Trombosit : 262.000/mm
o Hematokrit : 36,2 vol%
- Pemeriksaan Psikiatri Tambahan
Tidak dilakukan pemeriksaan tembahan terhadap os
VI. Formulasi Diagnostik
Berdasarkan pemeriksaan, pada pasien ditemukan riwayat gejala dan
perilaku yang bermakna menimbulkan penderitaan maupun hendaya dalam
kehidupan pasien. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pasien mengalami
gangguan jiwa.
Aksis I
Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien pernah mengalami
trauma kepala secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum
menunjukan gangguan jiwa. Oleh karena itu, gangguan mental organik dapat
difikirkan (F00-09)
Pada pasien di temukan riwayat pemakaian NAPZA sehingga didiagnosis
gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif dapat
difikirkan (F10-19)
Bed Side Teaching | 9
Pada pasien ditemukan adanya waham kejaran, afek labil, dan halusinasi
auditorik. Berdasarkan gejala tsb, maka pasien dapat didiagnosa sebagai
skizofrenia paranoid (F20.0), pada pasien juga ditemukan waham kebesaran
tetapi tidak menonjol, dapat di differential diagnose skizoafektif tipe manic
(F25.0)
Aksis II
Dari riwayat kepribadian pasien didapatkan pribadi yang matur dan tidak
ada retardasi mental
Aksis III
Pada pasien ini tidak ditemukan kondisi medik umum cukup bermakna
sehingga aksis III pada pasien ini tidak dapat didiagnosis.
Aksis IV
Pada pasien ditemukan gejalanya sering kambuh jika keinganan pasien
tidak terpenuhi yaitu meminta uang kepada keluarganya untuk membeli rokok
dan kopi. Jadi, pada pasien di temukan masalah dengan “primary suport
gruop” (keluarga),
Aksis V
Pada aksis V, hubungan sosial ( mengunjungi pasien, mengikuti masa
orientasi masih dapat dilakukan sebelum masuk RSJ sehingga penilaian
Global Assesment of Functioning (GAF) Scale pada pasien didapatkan pada
nilai 60-51 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang. Dengan Highest
Level of The Year : 70
VII. Formulasi Multiaksial
Aksis I : F.20.0 Skizofrenia Paranoid
DD/ F.25.0 Skizoafektif tipe manik
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah dengan “primary support group”
Aksis V : Global Assesment of Functiong (GAF) Scale = 60-51
Highest Level of The Year = 70
Bed Side Teaching | 10
VIII.Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Qou ad bonam : dubia ad bonam
Qou ad Sanation : dubai ad bonam
IX. Penatalaksanaan
A. Psikoterapi
a. Kepada pasien
i. Psikoterapi Suportif
Memberikan kehangatan, empati dan optimistic kepada
pasien. Membantu pasien mengidentifikasi dan menekspresikan
emosinya serta membantu untuk ventilasi. Mengidentifikasi faktor
presipitasi dan membantu mengoreksinya. Membantu memecahkan
problem eksternal terarah
ii. Psikoedukasi
Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak tentang
gangguan yang dideritanya, diharapkan pasien mempunyai
kemampuan yang semakin efektif untuk mengenali gejala,
mencegah munculnya gejala, dan segera mendapatkan pertolongan.
b. Kepada keluarga
i. Penyakit yang diderita pasien
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif,
infornative, dan edukatiftentang penyakit pasien (penyabab, gejala,
dan hubungan antar gejala dan perilaku ,perjalan penyakit serta
prognosis) . pada akhirnya diharapkan keluarga bisa mendukung
proses penyembuhan dan mencegah ke kambuhan.
ii. Terapi
Memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan
pada pasien(kegunaan obat terhadp gejala pasien dan efek samping
yang mungkin timbul pada pengobatan). Selain itu juga ditekankan
pentingnya pasien control dan minum obat secara teratur.
Bed Side Teaching | 11
B. Farmakoterapi
a. Risperidon diberikan 2 kali sehari 2 mg per oral. Dosis risperidon
dapat ditingkatkan, diturunkan ataupun dikombinasi dengan obat
antipsikotik lainnya sesuai pantauan gejala klinis pasien.
b. Diazepam diberikan 2 kali sehari 1 mg per oral. Pemberian
diazepam dalam dosis rendah sebagai anti-anxietas (anti-cemas)
pada pasien.
c. THP diberikan 2 kali sehari 2 mg per oral kapan perlu. Jika
didapatkan gejala-genjala ektrapiramidal.
Bed Side Teaching | 12