Bahaya Pestisida Terhadap Manusia

5
BAHAYA PESTISIDA TERHADAP MANUSIA kita semua terpapar dengan pestisida pada dasarnya yang berketerusan. Makanan yang kita makan, terutama buah dan sayuran segar, mengandung residu pestisida. The National Academy of Sciences (NAS) tahun 1987 mengeluarkan laporan tentang pestisida dalam makanan. Pada dasar data dalam penelitian, resiko potensial yang diberikan oleh pestisida penyebab kanker dalam makanan kita lebih dari sejuta kasus kanker tambahan dalam masyarakat Amerika selama hidup. Karena sekitar 30 macam pestisida karsinogen terdapat dalam makanan kita, dan selama ini belum menyebutkan potensi pemaparan terhadap pestisida karsinogen dalam air minum Jenis Pestisida dan potensi bahaya bagi kesehatan manusia No Jenis Pestisida Jenis Penggunaan Potensi Bahaya Pada Kesehatan Manusia 1 Asefat Insektisida Kanker, mutasi gen, kelainan alat reproduksi 2 Aldikard Insektisida Sangat beracun pada dosis rendah 3 BHC Insektisida Kanker, beracun pada alat reproduksi 4 Kaptan Insektisida Kanker, mutasi gen 5 Karbiral Insektisida Mutasi gen, kerusakan ginjal 6 Klorobensilat Insektisida Kanker, mutasi gen, keracunan alat reproduksi 7 Klorotalonis Fungisida Kanker, keracunan alat reproduksi 8 Klorprofam Herbisida Kanker, mutasi gen, pengaruh kronis 9 Siheksatin Insektisida Karsinogen 10 DDT Insektisida Cacat lahir, pengaruh kronis. Sumber : Pesticide Action Network (PAN) Indonesia Badan yang bekerja sebagai pemantau atas pestisida untuk melindungi konsumen (FDA Penatalaksanaan Keracunan Insektisida Penanganan keracunan insektsida organofosfat harus secepat mungkin dilakukan. Keragu-raguan dalam beberapa menit mengikuti pajanan berat akan meningkatkan timbulnya korban akibat dosis letal.(1) Beberapa puluh kali dosis letal mungkin dapat diatasi dengan pengobatan cepat. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan : 1. Bila organofosfat tertelan dan penderita sadar, segera muntahkan penderita dengan mengorek dinding belakang tenggorok dengan jari atau alat lain, dan atau memberikan larutan garam dapur satu sendok makan penuh dalam segelas air hangat. Bila penderita tidak sadar, tidak boleh dimuntahkan karena bahaya aspirasi.

description

bahaya obat

Transcript of Bahaya Pestisida Terhadap Manusia

Page 1: Bahaya Pestisida Terhadap Manusia

BAHAYA PESTISIDA TERHADAP MANUSIA

kita semua terpapar dengan pestisida pada dasarnya yang berketerusan. Makanan yang kita makan, terutama buah dan sayuran segar, mengandung residu pestisida. The National Academy of Sciences (NAS) tahun 1987 mengeluarkan laporan tentang pestisida dalam makanan. Pada dasar data dalam penelitian, resiko potensial yang diberikan oleh pestisida penyebab kanker dalam makanan kita lebih dari sejuta kasus kanker tambahan dalam masyarakat Amerika selama hidup. Karena sekitar 30 macam pestisida karsinogen terdapat dalam makanan kita, dan selama ini belum menyebutkan potensi pemaparan terhadap pestisida karsinogen dalam air minumJenis Pestisida dan potensi bahaya bagi kesehatan manusia No Jenis Pestisida Jenis Penggunaan Potensi Bahaya Pada Kesehatan Manusia1 Asefat Insektisida Kanker, mutasi gen, kelainan alat reproduksi2 Aldikard Insektisida Sangat beracun pada dosis rendah3 BHC Insektisida Kanker, beracun pada alat reproduksi4 Kaptan Insektisida Kanker, mutasi gen5 Karbiral Insektisida Mutasi gen, kerusakan ginjal6 Klorobensilat Insektisida Kanker, mutasi gen, keracunan alat reproduksi7 Klorotalonis Fungisida Kanker, keracunan alat reproduksi8 Klorprofam Herbisida Kanker, mutasi gen, pengaruh kronis9 Siheksatin Insektisida Karsinogen10 DDT Insektisida Cacat lahir, pengaruh kronis.Sumber : Pesticide Action Network (PAN) IndonesiaBadan yang bekerja sebagai pemantau atas pestisida untuk melindungi konsumen (FDA

Penatalaksanaan Keracunan InsektisidaPenanganan keracunan insektsida organofosfat harus secepat mungkin dilakukan.

Keragu-raguan dalam beberapa menit mengikuti pajanan berat akan meningkatkan timbulnya korban akibat dosis letal.(1)Beberapa puluh kali dosis letal mungkin dapat diatasi dengan pengobatan cepat. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan :

1. Bila organofosfat tertelan dan penderita sadar, segera muntahkan penderita dengan mengorek dinding belakang tenggorok dengan jari atau alat lain, dan atau memberikan larutan garam dapur satu sendok makan penuh dalam segelas air hangat. Bila penderita tidak sadar, tidak boleh dimuntahkan karena bahaya aspirasi.

2. Bila penderita berhenti bernafas, segeralah dimulai pernafasan buatan. Terlebih dahulu bersihkan mulut dari air liur, lendir atau makanan yang menyumbat jalan nafas. Bila organofosfat tertelan, jangan lakukan pernafasan dari mulut ke mulut.

3. Bila kulit terkena organofosfat, segera lepaskan pakaian yang terkena dan kulit dicuci dengan air sabun.

4. Bila mata terkena organofosfat, segera cuci dengan banyak air selama 15 menit.

Page 2: Bahaya Pestisida Terhadap Manusia

Pengobatan1. Segera diberikan antidotum Sulfas atropin 2 mg IV atau IM. Dosis besar ini tidak

berbahaya pada keracunan organofosfat dan harus dulang setiap 10 – 15 menit sampai terlihat gejala-gejala keracunan atropin yang ringan berupa wajah merah, kulit dan mulut kering, midriasis dan takikardi. Kewmudian atropinisasi ringan ini harus dipertahankan selama 24 – 48 jam, karena gejala-gejala keracunan organofosfat biasanya muncul kembali. Pada hari pertama mungkin dibutuhkan sampai 50 mg atropin. Kemudian atropin dapat diberikan oral 1 – 2 mg selang beberapa jam, tergantung kebutuhan. Atropin akan menghialngkan gejala –gejala muskarinik perifer (pada otot polos dan kelenjar eksokrin) maupun sentral. Pernafasan diperbaiki karena atropin melawan brokokonstriksi, menghambat sekresi bronkus dan melawan depresi pernafasan di otak, tetapi atropin tidak dapat melawan gejala kolinergik pada otot rangka yang berupa kelumpuhan otot-otot rangka, termasuk kelumpuhan otot-otot pernafasan.

2. PralidoksimDiberikan segera setelah pasien diberi atropin yang merupakan reaktivator enzim

kolinesterase. Jika pengobatan terlambat lebih dari 24 jam setelah keracunan, keefektifannya dipertanyakan.(1)

Dosis normal yaitu 1 gram pada orang dewasa. Jika kelemahan otot tidak ada perbaikan, dosis dapat diulangi dalam 1 – 2 jam. Pengobatan umumnya dilanjutkan tidak lebih dari 24 jam kecuali pada kasus pajanan dengan kelarutan tinggi dalam lemak atau pajanan kronis. (1) Pralidoksim dapat mengaktifkan kembali enzim kolinesterase pada sinaps-sinaps termasuk sinaps dengan otot rangka sehingga dapat mengatasi kelumpuhan otot rangka.

D. Penatalaksanaan KeracunanUntuk mengatasi keracunan karena toksikan, tindakan yang perlu dilakukan adalah stabilisasi pasien, dekontaminasi, dan pemberian antidotum.

1. Stabilisasi PasienPemeriksaan saluran nafas, pernafasan, dan sirkulasi merupakan evaluasi primer yang harus dilakukan serta diikuti evaluasi terhadap tanda dan symptom toksisitas kolinergik yang dialami pasien. Dukungan terhadap saluran pernafasan dan intubasi endotrakeal harus dipertimbangkan bagi pasien yang mengalami perubahan status mental dan kelemahan neuromuskular sejak antidotum tidak memberikan efek. Pasien harus menerima pengobatan secara intravena

Page 3: Bahaya Pestisida Terhadap Manusia

dan monitoring jantung.  Hipotensi yang terjadi harus diberikan normal salin secara intravena dan oksigen harus diberikan untuk mengatasi hipoksia. Terapi suportif ini harus diberikan secara paralel dengan pemberian antidotum.2. DekontaminasiDekontaminasi harus segera dilakukan pada pasien yang mengalami keracunan. Baju pasien harus segera dilepas dan badan pasien harrus segera dibersihkan dengan sabun. Proses pembersihan ini harus dilakukan pada ruangan yang mempunyai ventilasi yang baik untuk menghindari kontaminasi skunder dari udara.

Pelepasan pakaian dan dekontaminasi dermal mampu mengurangi toksikan yang terpapar secara inhalasi atau dermal, namun tidak bisa digunakan untuk dekontaminasi toksikan yang masuk dalam saluran pencernaan. Dekontaminasi pada saluran cerna harus dilakukan setelah kondisi pasien stabil. Dekontaminasi saluran cerna dapat melalui pengosongan orogastrik atau nasogastrik, jika toksikan diharapkan masih berada di lambung. Pengosongan lambung kurang efektif jika organofosfat dalam bentuk cairan karena absorbsinya yang cepat dan bagi pasien yang mengalami muntah.

Arang aktif 1g/kg BB harus diberikan secara rutin untuk menyerap toksikan yang masih tersisa di saluran cerna. Arang aktif harus diberikan setelah pasien mengalami pengosongan lambung. Muntah yang dialami pasien perlu dikontrol untuk menghindari aspirasi arang aktif karena dapat berhubungan dengan pneumonitis dan gangguan paru kronik.

3. Pemberian Antidotuma)      Agen Antimuskarinik

Agen antimuskarinik seperti atropine, ipratopium, glikopirolat, dan skopolamin biasa digunakan mengobati efek muskarinik karena keracunan organofosfat. Salah satu yang sering digunakan adalah Atropin karena memiliki riwayat penggunaan paling luas. Atropin melawan tiga efek yang ditimbulkan karena keracunan organofosfat pada reseptor muskarinik, yaitu bradikardi, bronkospasme, dan bronkorea.

Page 4: Bahaya Pestisida Terhadap Manusia

Pada orang dewasa, dosis awalnya 1-2 mg yang digandakan setiap 2-3 menit sampai teratropinisasi. Untuk anak-anak dosis awalnya 0,02mg yang digandakan setiap 2-3 menit sampai teratropinisasi. Tidak ada kontraindikasi penanganan keracunan organofosfat dengan Atropin.

b)      Oxime

Oxime adalah salah satu agen farmakologi yang biasa digunakan untuk melawan efek neuromuskular pada keracunan organofosfat. Terapi ini diperlukan karena Atropine tidak berpengaruh pada efek nikotinik yang ditimbulkan oleh organofosfat. Oxime dapat mereaktivasi enzim kholinesterase dengan membuang fosforil organofosfat dari sisi aktif enzim.

Pralidoxime adalah satu-satunya oxime yang tersedia. Pada regimen dosis tinggi (2 g ivload diikuti 1g/jam selam 48 jam), Pralidoxime dapat mengurangi penggunaan Atropine total dan mengurangi jumlah penggunaan ventilator. Dosis yang direkomendasikan WHO, minimal 30mg/kg iv bolus diikuti >8mg/kg/jam dengan infus.Efek samping yang dapat ditimbulkan karena pemakaian Pralidoxime meliputi dizziness, pandangan kabur, pusing, drowsiness, nausea, takikardi, peningkatan tekanan darah, hiperventilasi, penurunan fungsi renal, dan nyeri pada tempat injeksi. Efek samping tersebut jarang terjadi  dan tidak ada kontraindikasi pada penggunaan Pralidoxime sebagai antidotum keracunan organofosfat.