BAHASAN 1&2 Marikultur

42
1 TINJAUAN MATA KULIAH Nama Matakuliah : MANAJEMEN MARIKULTURE Kode / SKS : PIB 3217 / 2-1 SKS Prasyarat : Dasar-Dasar Akuakultur (PIB 2211) Limnologi (PIM 2112) Oseanografi (PIM 2113) Biologi Laut (PIB 2154) Status Matakuliah : Wajib Diskripsi mata kuliah : Mata kuliah Manajemen Marikulture merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa program studi Budidaya Perikanan, Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM. Mata kuliah ini diberikan pada semester 6 yang diasuh oleh Team Teaching. Mata kuliah ini dilengkapi dengan praktikum yang dilaksanakan secara klasikal maupun lapangan. Mata kuliah ini membahas tentang batasan dan ruang lingkup manajemen marikulture, manfaat dan potensi pengembangan, teknik pemilihan lokasi (site selection), budidaya molusca, budidaya rumput laut, budidaya ikan-ikan bersirip (fin fish), budidaya teripang, budidaya komoditas lainnya serta manajemen usaha budidaya laut. Kegunaan Mata Kuliah : melengkapi kepentensi lulusan sarjana program studi Budidaya Perikanan Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan mengetahui, memahami, menghayati serta dapat menjelaskan tentang ruang lingkup manajemen marikulture. Mahasiswa dapat dan terampil melakukan budidaya di perairan laut dengan berbagai komoditas seperti, kekerangan, rumput laut dan jenis-

description

ada

Transcript of BAHASAN 1&2 Marikultur

Page 1: BAHASAN 1&2 Marikultur

1

TINJAUAN MATA KULIAH

Nama Matakuliah : MANAJEMEN MARIKULTURE

Kode / SKS : PIB 3217 / 2-1 SKS

Prasyarat : Dasar-Dasar Akuakultur (PIB 2211)

Limnologi (PIM 2112)

Oseanografi (PIM 2113)

Biologi Laut (PIB 2154)

Status Matakuliah : Wajib

Diskripsi mata kuliah : Mata kuliah Manajemen Marikulture merupakan mata

kuliah wajib bagi mahasiswa program studi Budidaya

Perikanan, Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian

UGM. Mata kuliah ini diberikan pada semester 6 yang

diasuh oleh Team Teaching. Mata kuliah ini dilengkapi

dengan praktikum yang dilaksanakan secara klasikal

maupun lapangan. Mata kuliah ini membahas tentang

batasan dan ruang lingkup manajemen marikulture,

manfaat dan potensi pengembangan, teknik pemilihan

lokasi (site selection), budidaya molusca, budidaya

rumput laut, budidaya ikan-ikan bersirip (fin fish),

budidaya teripang, budidaya komoditas lainnya serta

manajemen usaha budidaya laut.

Kegunaan Mata Kuliah : melengkapi kepentensi lulusan sarjana program studi

Budidaya Perikanan

Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan

mengetahui, memahami, menghayati serta dapat

menjelaskan tentang ruang lingkup manajemen

marikulture. Mahasiswa dapat dan terampil

melakukan budidaya di perairan laut dengan berbagai

komoditas seperti, kekerangan, rumput laut dan jenis-

Page 2: BAHASAN 1&2 Marikultur

2

jenis ikan di perairan laut, serta mampu mengelola

usaha budidaya laut.

Susunan Bahan Ajar : Bab I. Pendahuluan dan Ruang lingkup

Bab II. Teknik Pemilihan lokasi (site selection)

Bab III. Budidaya Bivalvia (kekerangan)

Bab IV. Budidaya rumput laut (sea weed)

Bab V. Budidaya Ikan bersirip (fin fish).

Bab VI. Budidaya Teripang (colenterata).

Petunjuk Penggunaan : Bahan ajar ini digunakan sebagai pedoman bagi

mahasiswa yang mengambil mata kuliah manajemen

marikulture. Buku ini merupakan ringkasan dari materi

di tiap-tiap pokok bahasan, oleh karena itu mahasiswa

diharapkan untuk mempelajari lebih lanjut pada

pustaka yang ditulis di tiap-tiap pokok bahasan. Dalam

satu pokok bahasan dapat terdiri dari beberapa sub

pokok bahasan, yang akan diberikan lebih dari 1 kali

pertemuan. Dalam bahan ajar ini di tiap-tiap sub pokok

bahasan akan selalu diberikan test formatif berupa

soal latihan. Oleh karena itu mahasiswa diharapkan

untuk mencoba mengerjakan soal latihan tersebut.

Page 3: BAHASAN 1&2 Marikultur

3

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

PERTEMUAN MINGGU I (SATU)

1 Estimasi Waktu : 2 x 50 menit

2 Pokok Bahasan : Pendahuluan / Ruang lingkup

3 Sub pokok bahasan : Ruang Lingkup mata kuliah Manajemen Marikulture

dan kontrak pembelajaran

4 Tujuan Khusus /

Tujuan Ajar

: 1. Mahasiswa mengetahui tentang rencana

perkuliahan yang meliputi materi, metode/cara

pembelajaran, media yang digunakan, cara

evaluasi. Kesepakatan-kesepakatan yang

disepakati bersama antara dosen dan mahasiswa

hak dan kewajiban serta sanksi.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang ruang

lingkup atau materi yang akan disampaikan dalam

mata kuliah ini meliputi : ruang lingkup, teknik

pemilihan lokasi, teknik dan manajemen budidaya

molusca, budidaya rumput laut, budidaya ikan

bersirip, serta budidaya teripang.

3. Mahasiswa dapat menjelaskan dan membedakan

tentang konsep “water based aquaculture dan land

based aquaculture”

5 Metode Ajar : Tutorial, diskusi,

6 Media ajar : Bahan ajar, tayangan power point, LCD viewer, laptop.

7. Aktivitas mahasiswa : Membaca bahan ajar sebelum kuliah, mendengarkan

dan memperhatikan penjelasan dosen, berdiskusi,

membuat rangkaman dan mengerjakan tugas.

8. Latihan/Evaluasi : Quiz, test formatif

9. Sumber Ajar : Bahan ajar, http://elisa.ugm.ac.id/

Page 4: BAHASAN 1&2 Marikultur

4

A. Pendahuluan

Wilayah negara Republik Indonesia terdiri dari sekitar 62% (5,8 juta Km2) lautan

dan 38% daratan dan memiliki lebih dari 17.000 lebih pulau. Dari luas wilayah

tersebut, Indonesia mempunyai panjang pantai sekitar 81.000 Km. Indonesia

memiliki potensi budidaya laut yang cukup besar. Berdasar perhitungan sekitar 5 Km

dari garis pantai ke arah laut, potensi budidaya laut diperkirakan sekitar 24,53 juta Ha.

Dari potensi budidaya laut tersebut diperkirakan mempunyai potensi produksi sebesar

46,73 juta ton/tahun, sedang sampai dengan tahun 2000 produksi baru dicapai 0,5 juta

ton. Potensi tersebut terbentang dari dari ujung barat bagian Indoensia sampai ke

ujung timur Indonesia. Potensi tersebut terbentang dari dari ujung barat bagian

Indoensia sampai ke ujung timur Indonesia.

Pemanfaatan sumberdaya hayati laut di Indonesia sebagian besar masih dititik

beratkan kepada usaha penangkapan ikan dan biota laut lainnya. Sejalan dengan

pertambahan penduduk dan kemajuan teknologi penangkapan ikan yang ada, maka

dirasakan usaha ini semakin meningkat dan intensif. Keadaan tersebut disatu sisi

dapat meningkatkan produksi, tetapi di sisi lain akan memberikan tekanan yang lebih

berat bahkan akan mengancam kelestarian sumberdaya hayati yang ada. Untuk

mengatasi hal tersebut, selain diperlukan suatu usaha-usaha ke arah budidayanya.

Usaha ini selain untuk memberikan alternatif jalan keluar masalah tersebut, juga

diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi penduduk, perluasan lapangan kerja,

meningkatkan pendapatan nelayan dan petani ikan, dan sekaligus untuk meningkatkan

devisa.

Sampai saat ini teknologi budidaya yang digunakan dalam budidaya laut masih

terbatas pada jaring apung (floating net) atau karamba apung (cage net), sistem rakit

apung dan rakit dasar. Dengan banyaknya teluk-teluk dan daerah l laut yang bersifat

semi tertutup serta pulau-pulau kecil yang dikelilingi oleh mangrove dan terumbu

karang, maka teknologi sea ranching dan sea farming perlu segera di introduksir.

Budidaya laut merupakan salah satu kegiatan budidaya perikanan yang

mendasarkan pada water based aquaculture, mempunyai perbedaan prinsip dasar

dalam pengembangan teknologi budidayanya. Berbeda dengan budidaya ikan di

Page 5: BAHASAN 1&2 Marikultur

5

kolam atau tambak yang mendasarkan pada land based aquaculture, maka budidaya

ikan di laut atau di perairan umum mempunyai perbedaan khsususnya dalam hal :

- Teknik kontruksi wadah pemeliharaan.

- Pengelolaan kualitas air.

- Teknik pemberian pakan.

- Manajemen dan pengendalian kesehatan ikan.

Oleh karena itu dalam mengembangkan teknik budidaya ikan di laut (marine

culture), perlu mempertimbangkan beberapa hal tersebut di atas. Beberapa riset atau

penelitian di bidang budidaya laut terus dikembangkan, untuk mendapatkan teknis

budidaya yang mantap umtuk beberapa komoditas atau kultivan. Berbagai masalah

yang dihadapi dalam pengembangan budidaya laut adalah sebagai salah satu cabang

usaha baru masih terbatasnya pengetahuan teknis dan ketrampilan pelaku usaha,

peraturan yang belum menjamin kelangsungan usaha, dan masih terbatasnya tenaga

terampil. Upaya untuk diseminasi hasil penelitian atau riset di bidang ini terus

dilakukan melalui berbagai tulisan, salah satunya dengan membuat buku ajar untuk

para mahasiswa.

Beberapa jenis biota laut yang memungkinkan untuk dibudidayakan antara lain

ikan kakap, kerapu, tiram, kerang-kerangan, teripang, abalone serta rumput laut.

Potensi Pengembangan Budidaya laut di Indoensia seperti tercantum pada tabel I.1.

Tabel I.1. Potensi Pengembangan Budidaya laut di Indonesia.

No. Propinsi Komoditas Potensi Areal(Ha)

1. NAD Kerapu, rumput laut, kekerangan 203.35

2. Sumatera Utara Kakap, Tiram, Teripang, Rumput laut 734

3. Sumatera Barat Kerapu bebek, kerapu macan, Rumputlaut, tiram mutiara

128

4. Bengkulu Kakap, Tiram, Rumput laut 203

5. Sumaera Selatan Kakap, Tiram 2.785.300

6. Riau Kakap putih, Rumput laut 1.595

7. Jambi Kakap Putih 30

8. Lampung Kakap, Tiram 596.8

9. DKI Jakarta Rumput laut, Kerang Hijau, Kerapu,Kakap, Beronang, Tiram Mutiara

26.4

10. Jawa Barat Kakap, Kerapu, Teripang, Rumput laut 743.7

11. Jawa Tengah Kakap, Kerapu, Teripang, Rumput laut 677.700

12. D.I. Yogyakarta Kakap, Kerapu, Teripang 18.8

Page 6: BAHASAN 1&2 Marikultur

6

13. Jawa Timur Kakap, Kerapu, Teripang, Rumput laut,Kerang Mutiara

640.5

14. Bali Kakap, Kerapu, Teripang, Rumput laut,Tiram Mutiara

39.2

15. Nusa Tenggara Barat Kerapu, Teripang, Rumput laut, Mutiara 152.8

16. Nusa Tenggara Timur Kakap, Kerapu, Tiram, Rumput laut,Mutiara

37.5

17. Sulawesi Utara Kakap, Kerapu, Teripang, Rumput laut,Tiram, Mutiara

143.4

18. Sulawesi Selatan Kakap, Kerapu, Teripang, Rumput laut,Tiram, Mutiara

600.5

19. Sulawesi Tengah Rumput laut, kerang hijau, kerangMutiara, teripang

18.4

20. Sulawesi Tenggara Kakap, Kerapu, Tiram, Teripang,Rumput laut, Mutiara

230

21. Kalimantan Barat Kerapu, kakap putih, Lobster, Teripang 15.52

22. Kalimantan Timur Kerapu, Kakap, Rumput laut, Teripang,Lobster

6.35

23. Kalimantan Tengah Kakap, Tiram 3.708.500

24. Kalimantan Selatan Kakap, Kerapu, Tiram, Kerang, Teripang,Abalon, Rumput Laut

1.962.505

25. Maluku Kakap, Kerapu, Tiram, Teripang,Rumput laut, Mutiara

1.044.100

26. Irian Jaya Kakap, Kerapu, Tiram, Terpang, Rumputlaut, Mutiara

9.938.100

B. Peraturan perundang-undangan.

Pada dasarnya laut adalah milik bersama (common property) , dan secara individu

tidak ada yang memiliki sebagaimana perairan tambak atau kolam. Oleh karena itu

dalam pengelolaannya menganut azas open acces dan diperlukan suatu peraturan

perundangan yang tersendiri. Pada awal milenium ke-3 ditandai dengan terjadinya

perubahan paradigma pembangunan di Indonesia, dari paradigma pembangunan yang

bersifat sentralistik ke pendekatan pembangunan yang bersifat desentralistik atau

otonom. Adanya perubahan ini akan membawa perubahan, berupa pendelegasian

sebagian kewenangan pemerintah pusat ke daerah atau lebih banyak dikenal dengan

otonomi daerah (otda). Adanya perubahan tersebut akan membawa perubahan dalam

pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan. Pasal-pasal yang mengatur

pengelolaan wilayah laut, dimana disebutkan bahwa pemerintah propinsi memiliki

Page 7: BAHASAN 1&2 Marikultur

7

kewenangan untuk mengelola wilayah laut sejauh 12 mil dari pantai. Sedang

pemerintah kabupaten atau kota memiliki kewenangan mengelola wilayah lau sebatas

4 mil dari pantai. Kewenangan tersebut mencakup pengaturan kegiatan-kegiatan

ekplorasi, eksploitasi, konservasi dan dan pengelolaan wilayah laut. Otonomi daerah

adalah suatu kewenangan untuk mengelola, bukan untuk memiliki, sehingga peraturan

yang akan dibuat hendaknya lebih dapat melindungi nelayan dan petani ikan untuk

berusaha secara lestari dan ikut menjaga kelestarian lingkungan.

Dalam perkembangannnya peraturan perundangan tentang budidaya laut dimulai

dengan adanya Keppres nonor 23 tahun 1982, tentang pengembangan budidaya laut di

Indonesia. Dalam keppres ini diatur tentang, ruang lingkup budidaya laut, tujuan,

perijian dan pembinaan. Pada tahun 2007 telah diundangkan UU Nomor 27 tahun

2007 Tentang rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, yang

mengamanatkan kepada pemerintah provinsi dan atau kabupaten/kota untuk

membuat pemanfaatan ruang wilayah laut (pantai) agar tidak terjadi konflik

kepentingan. Dengan adanya zonasi wilayah laut (dimana peruntukan untuk budidaya

dimana untuk penangkapan), akan member kepastian usaha dan kesusuaian perairan

bagi pengembangan budidaya laut.

C. Kebijakan pemerintah dalam budidaya laut

Secara umum kebijakan pembangunan perikanan pada tahun 2009-2014

dituangkan dengan visi Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar

2015, dengan misi Mensejahterakan Masyarakat Kelautan dan Perikanan. Untuk

mencapai visi dan misi tersebut ada 4 grand strategy yang diterapkan antara lain :

1. Memperkuat Kelembagaan dan SDM secara Terintegrasi

2. Mengelola Sumber Daya Kelautan dan Perikanan secara Berkelanjutan

3. Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing Berbasis Pengetahuan

4. Memperluas Akses Pasar Domestik dan Internasional

Potensi perairan laut yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha

budidaya laut diperkirakan mencapai 10 juta Ha, yang terdiri atas potensi budidaya

Page 8: BAHASAN 1&2 Marikultur

8

ikan bersirip (finfish) sebesar 3 juta Ha, kerang-kerangan dan mutiara 5 juta Ha,

teripang 700.000 Ha dan rumput laut 1,85 juta Ha. Potensi tersebar di seluruh

perairan Indonesia.

Usaha budidaya yang sudah berkembang dan teknologinya sudah banyak dikuasai

adalah untuk komoditi kakap putih, tiram mutiara, kerang-kerangan, teripang, kuda

laut dan rumput laut. Sedang beberapa komoditi yang masih terus dikembangkan

budidaya maupun teknologinya adalah kerapu, kakap merah, napoleon, kepiting, ikan

hias maupun lobster (udang karang).

Beberapa kendala dan hambatan yang secara umum banyak dijumpai dalam usaha

budidaya laut adalah :

1. Peraturan perundangan yang belum dapat menjamin kelangsungan usaha

budidaya laut, dan adanya perubahan kewenangan dari pusat ke daeran-daerah.

2. Belum semua wilayah perairan mempunyai rencana tata ruang yang jelas,

sehingga dimungkinkan akan banyak timbul masalah dan konflik kepentingan.

3. Standart mutu produksi yang masih sangat beragam, sehingga menghambat

dalam pemasaran khususnya pasar untuk pasar luar negeri.

4. Penguasaan teknologi yang masih perlu terus ditingkatkan baik di tingkat petani,

maupun para peneliti untuk mendapatkan teknologi yang mantap dan dapat

diterapkan oleh pembudidaya ikan.

Dari berbagai hambatan dan kendala yang ada, maka strategi dalam

pengembangan budidaya laut diarahkan pada upaya :

1. Pemantapan ketahanan pangan sumber protein hewani dari ikan.

2. Pemberdayaan ekonomi rakyat khususnya nelayan dan pembudidaya ikan.

3. Peningkatan ekport hasil perikanan.

Adapun pendekatan yang ditempuh meliputi :

1. Penerapan perundang-undangan secara konsisten, yang meliputi :

a. perijinan

b. tata ruang

c. rencana pengelolaan lingkungan

d. kualitas produk

e. kemitraan.

Page 9: BAHASAN 1&2 Marikultur

9

2. permodalan

3. pemasaran

4. penerapan dan alih teknologi budidaya laut

5. penyediaan sumberdaya manusia

6. pola pengamanan terpadu

7. kelembagaan

8. prasarana

9. peningkatan sistem monitoring, controlling dan survailance

Gerakan Nasional Pembangunan Kelautan dan Perikanan (GERBANG MINA

BAHARI) yang merupakan percepatan pembangunan Kelautan dan perikanan secara

lestari untuk kesejahteraan bagsa, mentargetkan bahwa produksi perikanan sebesar

9,5 juta ton. Sedang dalam program pembangunan kelautan dan perikanan tahun

2004-2009, mengisaratkan bahwa pengembangan budidaya laut terus ditingkatkan

mulai dari rumput laut (gom industri), sampai pengembangan aneka jenis ikan (fin

fish).

D. Rangkuman

Menurunnya produksi perikanan tangkap member indikasi bahwa ketersediaan

sumberdaya ikan di laut semakin mendekati pada titik maksimal. Berbagai upaya untuk

meningkatkan produksi perikanan terus dilakukan, salah satunya melalui upaya

pengembangan usaha budidaya ikan.

Budidaya laut atau marine culture di Indonesia mempunyai potensi yang cukup

besar, sedang sampai saat ini tingkat pemanfaatannya masih sangat kecil.

Pengembangan budidaya laut di Indonesia terus diarahkan pada komoditas-komoditas

ekonomis, dan sesuai dengan pewilayahan dan kewenanangan masing-masing daerah.

Usaha budidaya laut diarahkan kepada usaha yang berorientasi bisnis (aquabisnis),

sehingga harus berorientasi pada pasar dan komoditas yang paling menguntungkan.

Berbagai kebijakan dan peraturan perundangan yang dikeluarkan oleh pemerintah,

dilakukan untuk mendorong pengembangan budidaya laut.

Page 10: BAHASAN 1&2 Marikultur

10

D. Latihan soal-soal :

1. Apa yang disebut dengan budidaya perairan laut itu dan apa bedanya dengan sea

reanching ?

2. Apa keuntungannya social, ekonomi, dan budaya dalam pengembangan budidaya

Laut di Indoensia ?

3. Sebutkan jenis-jenis komoditi yang telah berhasil dibudidayakan dan komoditi apa

saja yang masih dalam taraf pengembangan teknologinya.

4. Bagaimana pendapat saudara tentang peraturan perundang-undangan tentang

Rencana Zonasi Wilayah Laut dan Pulau-pulau kecil dalam kaitannya dengan

pengembangan budidaya laut.

E. Daftar Buku Bacaan

1. Rohmin Dahuri, 2003. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan.Orasi ilmiah Guru Besar Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB, Bogor.

2. Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonensia, 2010. RencanaStrategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik indonesia.

3. Djoko Tribawono, 2002. Hukum Perikanan Indoesia. PT Citra Aditya Bakti,Bandung.

4. Hartati, R. , 1999. Rencana Pengembangan Budidaya Laut di Indonesia. RumusanHasil Seminar Budidaya laut di Gedung Bidakara. Pusat Penelitian danPengembangan Perikanan, Jakarta.

5. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pantaidan Pulau-Pulau Kecil.

6. Anonim, 1982. Petunjuk Teknis Budidaya Laut. Direktorat Bina Sumber HayatiDirektorat Jenderal Perikanan, Jakarta.

7. Keppres Nomor 23 Tahun 1982 Tentang Pengembangan Budidaya Laut di Idonesia.

8. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 473/KPTS/UM/7/82 tentang PetunjukPelaksanaan Pengembangan Budidaya Laut di Perairan Indonesia.

Page 11: BAHASAN 1&2 Marikultur

11

9. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 362/KPTS/RC 401/6/89 tentang KriteriaJenis Kegiatan di Lingkungan Sektor Pertanian yang wajib Diikuti Dengan PIL danPEL.

10. Anonim, 2011. Statistik Perikanan Indonesia. Kementerian Kelautan danPerikanan Republik Indonesia.

Page 12: BAHASAN 1&2 Marikultur

12

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

PERTEMUAN MINGGU II (DUA)

1 Estimasi Waktu : 2 x 50 menit

2 Pokok Bahasan : Ruang lingkup

3 Sub pokok bahasan : Ruang Lingkup mata kuliah Manajemen Marikulture

(Lanjutan), Jenis kultivan dan regulasi tentang

pemanfaatan laut.

4 Tujuan Khusus /

Tujuan Ajar

: 1. Mahasiswa mengetahui dan dapat menjelaskan

berbagai jenis kultivan dan habitat kultivan yang

sudah diusahakan.

2. Mahasiswa mengetahui dan dapat menjelasakan

tentang kebijakan dan regulasi pemerintah tentang

pemanfaatan laut untuk usaha budidaya, zonasi

daerah-daerah potensial.

3. Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang

perbedaan antara sea ranching dan budidaya laut,

serta dapat memberikan contoh-contohnya.

5 Metode : Tutorial, diskusi.

6 Media ajar : Bahan ajar, tayangan power point, gambar.

7 Aktivitas mahasiswa : Membaca bahan ajar sebelum kuliah, mendengarkan

dan memperhatikan penjelasan dosen, berdiskusi,

membuat rangkaman dan mengerjakan tugas.

8. Latihan : Quiz, test formatif

9. Sumber Ajar : Bahan ajar, http://elisa.ugm.ac.id/UU Nomor 27 Tahun 2007

Page 13: BAHASAN 1&2 Marikultur

13

A. Lingkungan Hidup dan Habitat .

Pada dasarnya budidaya binatang dan tumbuhan air adalah suatu usaha untuk

memelihara binatang dan tumbuhan air dalam lingkungan yang terbatas, dan dibuat

sedemikian rupa sehingga tempat yang baru ini, menyerupai dengan habitat asalnya.

Di alam masing-masing organisme memerlukan lingkungan hidup (habitat) tertentu,

dan secara garis besarnya dapat dijelaskan sepeti pada tabel I.2.

Tabel I.2. Habitat Beberapa Jenis Biota Air Laut

No Jenis Biota Habitat

1. Kerang hijau (Mytilusviridis)

Umumnya terdapat pada perairan pantai yang jernihdengan kadar garam yang relatif tinggi. Hidup menempelpada benda lain (subtrat) dengan bantuan bissusnya.Termasuk binatang pemakan plankton.

2. Kerang bulu, kerangdarah (Anadara Sp.)

Bersifat kosmopolitan, terdapat diperairan tropis dan subtropis. Hidup pada perairan pantai dengan dasar lumpuratau lumpur berpasir halus dan biasanya masihdipengaruhi oleh sungai (eustuarine). Mempunyai dayatahan yang tinggi terhadap perubahan kadar garam yangbesar ( 5-35 %o)

3. Tiram (Crassostrea sp.)Hidup pada perairan pantai yang jernih dan relatif tenangdengan dasar perbasir atau dasar agak keras. Tirambersifat euryhialin, tahan terhadap perubahan kadargaram yang tinggi (7-49).

4. Beronang (Siganus sp.)Hidup di sekitar perairan karang yang bervegetasi danrelatif dangkal. Sering juga terdapat di perairan hutanbakau (mangrove area) atau sekitar pelabuhan. Jenis ikanini pemakan plankton.

5. Kerapu (Epinephelus sp)Hidup diperairan karang, dangkal, payau, dan perairanpantai yang dipengaruhi oleh pasang surut. Termasukikan buas, makanannya ikan kecil-kecil dan invertebratadasar.

6. Kakap (Lates sp)Hidup diperairan pantai, muara sungai dan teluk-teluk.Sering tertangkap dalam tambak pemeliharaan bandeng.Termasuk ikan buas, makanannya ikan-ikan kecil danhewan air kecil lainnya.

7. Rumput lautHidup di perairan karang yang dangkal dan jernih dancukup mendapatkan sinar matahari. Rumput laut sebagaithalophyta memerlukan subtrat untuk menempel seperti: karang mati, batu karang, sisa rumah siput, dsb.

Page 14: BAHASAN 1&2 Marikultur

14

Seperti umumnya kegiatan budidaya ikan di air tawar atau payau, maka dalam

menentukan kultivan untuk budidaya di laut, ada beberapa faktor yang perlu

dipertimbangkan. Secara umum faktor-faktor tersebut adalah :

A. Karakter biologi.

Beberapa karakter atau sifat biologi dari kultivan perlu diperhatikan adalah :

a. Laju pertumbuhan.

Produksi budidaya ikan salah satunya akan ditentukan oleh laju

pertumbuhannya. Ikan-ikan atau tumbuhan air yang mempunyai laju

pertumbuhan yang cepat, maka akan mempunyai produksi yang lebih tinggi,

pada masa pemeliharaan yang sama. Laju pertumbuhan kultivan akan

berpengaruh terhadap lama pemeliharaan. Kultivan dengan laju pertumbuhan

yang tinggi diharapkan akan mempunyai masa pemeliharaan yang cepat, untuk

mencapai ukuran panen.

b. Dapat dikembangbiakan secara masal.

Dalam pengembangan budidaya ketersediaan benih akan menjadi faktor

pembatas. Dapat tidaknya kultivan dikembangbiakan secara buatan akan

berpengaruh terhadap penyediaan benih. Tersedianya benih yang tepat waktu

maupun jumlah yang dibutuhkan, mutlak diperlukan dalam budidaya ikan

secara intensif. Beberapa kultivan telah dapat dikembangbiakan secara buatan,

namun ada beberapa diantaranya terpaksa masih tetap mengandalkan benih

dari alam. Selama benih masih tergantung pada alam maka pengembangannya

akan megalami hambatan.

c. Tahan terhadap penyakit.

Selain faktor pertumbuhan, sintasan juga sangat menentukan terhadap

produksi. Tingkat kematian ikan sangat ditentukan oleh ketahanan ikan

terhadap serangan penyakit. Kultivan yang peka dan tidak tahan terhadap

penyakit akan menyebabkan teknik budidayanya menjadi lebih sulit, dan biaya

yang dikeluarkan menjadi lebih mahal. Ketrampilan petani untuk dapat

mendeteksi adanya penyakit pada kultivan secara dini masih sangat kurang,

Page 15: BAHASAN 1&2 Marikultur

15

disamping itu tanda-tanda adanya serangan penyakit biasanya sulit untuk

diketahui. Oleh karena itu, memilih jenis-jenis kultivan yang tahan terhadap

penyakit atau memproduksi benih yang tahan terhadap serangan penyakit

merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi kematian akibat adanya

serangan penyakit.

d. Jenis dan kebiasaan makan dapat diketahui.

Pakan merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi dan

menentukan pertumbuhan ikan yang pada akhirnya akan berpengaruh

terhadap produksi. Oleh karena itu, jenis pakan dan cara pemberian pakan

yang tepat merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk

memperoleh produksi yang tinggi. Oleh karena itu jenis dan kebiasaan makan

makan kultivan perlu diketahui untuk menentukan jenis pakan yang cocok.

B. Ekologi preferent.

Setiap jenis makhluk hidup akan menghendaki suatu lingkungan hidup tertentu dan

berbeda, satu dengan yang lain. Kesesuaian antara lingkungan (habitat) dengan jenis

kultivannya merupakan modal dasar untuk keberhasilan suatu usaha budidaya. Usaha

untuk memanipulasi (merubah) lingkungan dalam budidaya laut, tidak semudah bila

dibandingkan dengan budidaya air tawar maupun payau. Meningkatkan kesuburan

perairan dalam budidaya di tambak, akan lebih mudah dilakukan apabila dibandingkan

dengan meningkatkan kesuburan perairan laut. Oleh karena itu, pemilihan lokasi

yang cocok dengan kultivan yang dipilih , merupakan langkah awal yang harus

dilakukan untuk memperoleh keberhasilan dalam budidaya laut ini.

C. Konsumen preferent.

Budidaya perairan laut harus diarahkan pada suatu usaha yang komersial, yang

harus dapat mendatangkan keuntungan. Hasil dari usaha ini harus dapat diterima oleh

masyarakat (konsumennya), dengan baik. Pemilihan jenis kultivan, selain

mepertimbangkan aspek-aspek teknis maka aspek pasar (permintaan konsumen) juga

perlu dipertimbangkan. Pasar hasil budidaya laut tidak hanya terbatas pada pasar

lokal, tetapi juga pada pasar nasional bahkan beberapa jenis merupakan komoditi

Page 16: BAHASAN 1&2 Marikultur

16

untuk pasar internasional. Sebagai contoh ikan kerapu, tiram mutiara mempunyai

pangsa pasar yang cukup besar di pasar internasional. Oleh karena itu dalam

mengembangan atau memilih kultivan yang akan dikembangkan, maka perlu

mempertimbangkan akan produk nanti disenangi atau diminta oleh konsumen atau

tidak.

E. Rangkuman

Usaha budidaya laut diarahkan kepada usaha yang berorientasi bisnis (aquabisnis),

sehingga harus berorientasi pada pasar dan komoditas yang paling menguntungkan.

Oleh karena itu perencanaan yang baik harus dilakukan dengan mempertimbangkan

berbagai aspek baik secara phisik, khemis, maupun biologis. Budidaya di laut sulit

untuk dilakukan manipulasi lingkungan, agar sesuai kultivan yang kita pilih. Oleh

karena itu kesesuaian habitat dengan kultivannya merupakan kunci awal keberhasilan

pengembangan budidaya ikan di laut. Sehubungan dengan hal tersebut maka

pengembangannya harus didukung dengan penguasaan teknologi yang tepat, dan

peraturan perundangan-udangan yang jelas mengingat laut adalah milik bersama

(common property)

F. Latihan soal-soal :

1. Apa yang perlu dipertimbangkan dalam memilih kultivan untuk dikembangkan.

2. Karakter biologi perlu dipertimbangkan dalam menentukan jenis kultivan yang

akan dikembangkan, mengapa demikian.

3. Sebutkan jenis-jenis komoditi yang telah berhasil dibudidayakan dan komoditi apa

saja yang masih dalam taraf pengembangan teknologinya.

4. Pengembangan kultivan harus didasarkan pada aspek konsumen preferen, Apa itu

maksudnya

Page 17: BAHASAN 1&2 Marikultur

17

G. Daftar Buku Bacaan

1. Stickney, R.R. and McVey, J.P., 2002. Responsible Marine Aquaculture, WorldAquaculture Society, CABI Publishing

2. Rohmin Dahuri, 2003. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan.Orasi ilmiah Guru Besar Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB, Bogor.

3. Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonensia, 2010. RencanaStrategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik indonesia.

4. Djoko Tribawono, 2002. Hukum Perikanan Indoesia. PT Citra Aditya Bakti,Bandung.

5. Hartati, R. , 1999. Rencana Pengembangan Budidaya Laut di Indonesia. RumusanHasil Seminar Budidaya laut di Gedung Bidakara. Pusat Penelitian danPengembangan Perikanan, Jakarta.

6. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pantaidan Pulau-Pulau Kecil.

7. Anonim, 1982. Petunjuk Teknis Budidaya Laut. Direktorat Bina Sumber HayatiDirektorat Jenderal Perikanan, Jakarta.

8. Keppres Nomor 23 Tahun 1982 Tentang Pengembangan Budidaya Laut di Idonesia.

9. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 473/KPTS/UM/7/82 tentang PetunjukPelaksanaan Pengembangan Budidaya Laut di Perairan Indonesia.

10. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 362/KPTS/RC 401/6/89 tentang KriteriaJenis Kegiatan di Lingkungan Sektor Pertanian yang wajib Diikuti Dengan PIL danPEL.

11. Anonim, 2011. Statistik Perikanan Indonesia. Kementerian Kelautan danPerikanan Republik Indonesia.

12. Hutabarat, J., 1988. Evaluasi Kondisi Bio-Hidrographi Dalam Penentuan LokasiBudidaya Laut.

Page 18: BAHASAN 1&2 Marikultur

18

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

PERTEMUAN MINGGU III (TIGA)

1 Estimasi Waktu : 2 x 50 menit

2 Pokok Bahasan : Teknik pemilihan lokasi (site selection)

3 Sub pokok bahasan : Kriteria calon lokasi Budidaya

4 Tujuan Khusus : 1. Mahasiswa mengetahui dan dapat menjelasakan

syarat-syarat umum pemilihan lokasi untuk

budidaya laut.

2. Mahasiswa mengetahui dan mampu

mengindentifikasi sifat-sifat phisik, kimia dan

biologi perairan yang penting untuk budidaya laut.

5 Metode : Tutorial, diskusi.

6 Media Ajar : Bahan ajar, Tayangan power point, film, gambar, video

7 Aktivitas mahasiswa : Membaca bahan ajar sebelum kuliah, mendengarkan

dan memperhatikan penjelasan dosen, berdiskusi,

membuat rangkaman dan mengerjakan tugas.

8. Latihan/Evaluasi : Test Formatif :

Membuat resume tentang syarat umum pemilihan

lokasi dan alasan-alasannya. Mahasiswa diminta untuk

membuat perencanaan dan simulasi penentuan lokasi

untuk budidaya berdasar sifat phisisk, kimia dan biologi

perairan.

9. Sumber Ajar : Bahan ajar, http://elisa.ugm.ac.id/

Page 19: BAHASAN 1&2 Marikultur

19

A. Pendahuluan

Keberhasilan pengelolaan budidaya laut sangat ditentukan oleh beberapa

faktor, salah satu diantaranya adalah pemilihan lokasi yang tepat dan cocok dengan

kultivan yang akan diusahakanya. Indonesia dengan iklim tropika memungkinkan

hidupnya berbagai jenis biota laut yang jumlahnya sangat banyak. Jenis-jenis biota

tersebut mempunyai sifat dan habitat yang berbeda antara satu dengan yang lain.

Oleh karena itu, lokasi budidaya yang baik dan cocok bagi satu jenis kultivan adalah

lokasi yang mempunyai sifat yang sama atau hampir sama dengan lokasi dimana

kultivan itu hidup secara alami. Pemilihan lokasi yang tepat merupakan langkah awal

keberhasilan usaha dan akan dapat mengurangi biaya untuk memanipulasi lingkungan,

sehingga secara ekonomi akan mengurangi biaya produksi. Dalam pokok bahasan ini

diharapkan mahasiswa akan mengetahui dan mampu untuk menilai suatu lokasi untuk

dijadikan tempat budidaya laut.

Secara umum lokasi yang baik untuk budidaya laut adalah lokasi yang

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Terlindung dari deburan ombak dan angin kencang.

b. Benih dapat diperoleh dalam jumlah yang cukup, kualitas baik, waktu yang tepat

dan berkesinambungan.

c. Adanya pergerakan dan pertukaran air yang cukup baik

d. Tidak kekeringan walaupun pada waktu surut terendah

e. Mudah dicapai dan ada akses transportasi

f. Dekat dengan pusat perekonomian

g. Bebas dari pencemaran

h. Mudah mendapatkan sarana produksi

Syarat-syarat tersebut merupakan persyaratan umum, yang mestinya harus diikuti

dengan pengkajian berbagai sifat perairan dari aspek biologi, phisik, dan kimia. Pada

dasarnya usaha budidaya laut dapat dilakukan di wilayah perairan pantai, yang dibagi

menjadi enam zone yaitu : zone pantai, zone pasang surut, zone sub lithoral, zona

Page 20: BAHASAN 1&2 Marikultur

20

lapisan permukaan, zone lapisan tengah, dan zone perairan dasar (Milne, 1972 cit.

Hutabarat J., 1988.)

1 2 4

3

5

6

Gambar 2.1 . Pembagian zone pesisir menurut Milne (1972)

Keterangan :1. zone pantai2. zone pasang surut3. zone sub lithoral4. zona lapisan permukaan5. zone lapisan tengah6. zone perairan dasar

B. Sifat-sifat phisik perairan laut.

Sifat phisika, kimia, dan biologi perairan akan berpengaruh terhadap kultivan, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung, misalnya kandungan

oksigen terlarut dalam air yang sangat rendah, akan dapat langsung mematikan ikan.

Sebaliknya, kandungan plankton yang berlebihan dalam suatu perairan selain

berpengaruh baik terhadap ikan karena merupakan pakan alami, tetapi juga

merupakan pesaing ikan dalam pemanfaatan oksigen terutama pada malam hari.

Manipulasi lingkungan yang biasa dilakukan di dalam teknik budidaya payau maupiun

tawar, sangat sulit dilakukan atau bahkan tidak dapat dilakukan untuk budidaya laut

Page 21: BAHASAN 1&2 Marikultur

21

seperti aerasi, penyiponan, pemupukan. Hal-hal tersebut tersebut menunjukkan

betapa pentingnya pemilihan lokasi yang tepat.

Beberapa sifat phisik perairan laut yang perlu dilakukan evaluasi, untuk

menentukan lokasi budidaya laut adalah sebagai berikut :

1. Temperatur air.

Sebagian besar hewan air adalah termasuk hewan berdarah dingin. Oleh karena

itu, temperatur lingkungan (air) sangat berpengaruh terhadap aktivitas

metabolismenya. Evaluasi mengenahi suhu air tidak hanya untuk mengetahui

besarnya suhu air, tetapi juga mengetahui kisaran (fluktuasi) temperatur air yang

terjadi dalam 1 hari (24 jam), untuk mengetahui suhu air minimal dan

maksimalnya. Fluktuasi suhu air yang semakin besar, akan semakin menyulitkan

kultivan untuk dapat menyesuaikan perubahan tersebut, yang pada akhirnya akan

berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme yang selanjutnya akan berpengaruh

terhadap pertumbuhannya. Biasanya, perubahan temperatur/suhu juga akan

mengakibatkan perubahan parameter sifat phisik dan kimia air lainnya.

Dalam keadaan normal temperatur air akan mengalami maksimal selepas

tengah hari, dan temperatur minimal akan terjadi pada malam hari menjelang pagi.

Oleh karena itu, pengamatan suhu air pada waktu-waktu tersebut sangat

diperlukan dalam rangka menentukan lokasi budidaya. Namun pada lokasi –lokasi

tertentu yang dipengaruhi oleh arus mungkin akan lain kejadiannya. Fluktuasi

temperatur di perairan Indonesia (daerah tropika) relatif hampir sama, artinya

perbedaan temperatur minimal dan maksimal tidak terlalu besar. Demikian juga,

perbedaan temperatur air antara musim penghujan dan musim kemarau. Untuk

beberapa perairan mungkin terjadi sedikit perbedaan terutama pada perairan yang

tertutup dan perairan yang mempunyai pasang surut (tidal range) rendah.

Temperatur air juga akan terdistribusi secara vertikal, akibat pengaruh

intensitas matahari yang menembus lapisan perairan, atau juga dapat disebabkan

apabila terjadi hujan yang sangat lebat. Perbedaan temperatur air antara lapisan

atas dan bawah, akan menyebabkan terjadinya perbedaan berat jenis air. Adanya

perbedaan berat antar lapisan air tersebut akan menyebabkan terjadinya arus

vertikal atau lebih sering disebut dengan up-welling atau pengadukan. Apabila

Page 22: BAHASAN 1&2 Marikultur

22

suatu perairan sering terjadi up-welling maka akan terjadi pembalikan antar lapisan

air, sehingga lapisan air pada bagian bawah yang secara kualitas lebih jelek

(oksigen rendah, karbon dioksida tinggi, amoniak tinggi) akan naik ke atas dan akan

menyebabkan kematian bagi kultivan yang ada pada lapisan atas. Pada perairan-

perairan yang sering terjadi up-welling tersebut, harus hati-hati atau bahkan

dihindari untuk tidak dijadikan sebagai lokasi budidaya. Oleh karena itu,

diperlukan suatu evaluasi yang menyeluruh dan detail pada suatu lokasi dan pada

periode waktu tertentu.

2. Salinitas Air.

Distribusi salinitas (kadar garam) sangat ditentukan oleh keberadaan aliran air

tawar yang masuk ke perairan, baik yang berasal dari sungai maupun air hujan

serta tingkat penguapan air. Salinitas biasanya akan terdistribusi baik secara

vertikal maupun secara horisontal. Dalam suatu evaluasi untuk menentukan lokasi

untuk budidaya, distribusi salinitas secara vertikal hanya akan sampai pada

kedalaman 10 m saja. Pada daerah-daerah muara (eustuarine) biasanya air tawar

dari sungai yang masuk ke laut akan berada lapisan yang atas, sedangkan air laut

yang salinitasnya tinggi, karena pengaruh pasang akan masuk ke daratan/sungai

pada lapisan bawah. Oleh karena itu dalam evaluasi daerah-daerah muara sungai,

perlu dicermati adanya lapisan masa air yang salinitasnya berbeda. Distribusi

salinitas di daerah muara ini juga ditentukan oleh kecepatan air tawar masuk ke

sungai, bentuk dasar pantai, serta bentuk alami mulut sungai.

Fluktuasi perubahan salinitas air dan kecepatan perubahannya, juga perlu

diperhatikan. Hal tersebut erat kaitannya dengan sifat kultivan yang akan

dibudidayakan. Kultivan kelompok euryhialin tidak akan terpengaruh secara

significant apabila salinitas air berubah-ubah cukup besar, sebaliknya kelompok

yang stenohialin akan mengalami gangguan apabila salinitas air selalu berubah-

ubah. Perubahan salinitas secara mendadak biasanya terjadi karena pengaruh

banjir terutama pada daerah muara maupun hujan lebat. Hujan lebat biasanya

akan menyebabkan penurunan salinitas secara mendadak pada lapisan permukaan

saja.

Page 23: BAHASAN 1&2 Marikultur

23

3. Pergerakan air.

Pergerakan air di laut dapat berupa gelombang, arus, dan pasang surut..

Gerakan air tersebut dapat terjadi secara vertikal maupun horisontal dan dalam

budidaya laut pergerakan air sangat memegang peranan, antara lain :

a. Untuk mendistribusikan unsur-unsur hara bagi tumbuhan air termasuk

plankton yang ada di perairan itu.

b. Untuk mendistribusikan makanan bagi ikan-ikan yang dipelihara.

c. Untuk mendistribusikan zat-zat yang diperlukan (oksigen, dan sebagainya), bagi

kehidupan kultivan.

d. Untuk mencuci atau membuang sisa pakan dan hasil ekresi, dari dalam tempat

pemeliharaan ke luar tempat pemeliharaan.

Arus di daerah pantai sangat dipengaruhi oleh pergerakan pasang surut,

kecepatan angin. Dari keseluruhan faktor tersebut maka faktor gelombang

merupakan faktor yang paling dominan terhadap pergerakan air. Besar kecilnya

gelombang juga akan berpengaruh terhadap kontruksi karamba atau tempat

pemeliharaan maupun rakit yang harus dibuat. Kecepatan pergerakan air (arus)

dapat dijadikan sebagai dasar untuk menentukan padat penebaran ikan. Hal ini

nanti akan dibicarakan dan dibahas pada bab berikutnya.

Pasang surut air laut dipengaruhi oleh posisi atau kedudukan antara matahari,

bumi dan bulan. Oleh karena itu pasang surut akan selalu berubah waktu dan

besarnya dari hari ke hari dan akan membentuk suatu siklus. Salah satu

pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan perilaku pasang

surut adalah perairan tersebut tidak mengalami kekeringan pada saat surut

terendah. Untuk lokasi karamba atau jaring apung, maka kedalaman pada saat

surut terndah juga perlu diperhatikan. Dalam 1 hari (24 jam) akan terjadi 2 kali

pasang dan 2 kali surut. Sebagai contoh, misal suatu tempat / perairan dimana

pada saat surut terendah mempunyai kedalaman 2 m. Jika kedalaman jaring

apung sebesar 2,5 m, maka pada saat surut terendah bagian bawah jaring apung

akan berada atau menyentuh dasar perairan. Dengan demiian daerah tersebut,

akan menjadi kurang baik apabila akan dijadikan lokasi untuk jaring apung.

Page 24: BAHASAN 1&2 Marikultur

24

Kecepatan angin akan berpengaruh sebesar 1-5 % terhadap arus yang terjadi di

permukaan air sampai kedalaman 0,5 m. Kecepatan dan arus air menjadi sangat

penting untuk diketahui, karena digunakan untuk menghindari terjadinya masa air

yang tidak bergerak (dead water bodies) pada suatu lokasi. Selain berpengaruh

terhadap arus air khususnya arus permukaan, kecepatan angin juga berpengaruh

terhadap kontruksi tempat pemeliharaan. Pada suatu perairan pantai yang

terbuka dan tidak dijumpai wind breaker, maka kontruksi tempat pemeliharaan

harus kuat karena tempat seperti itu biasanya kecepatan angin akan sangat besar.

Pergerakan air secara vertikal perlu mendapat perhatian dalam memilih lokasi.

Pergerakan air secara vertikal dapat terjadi karena adanya stratifikasi temperatus

air, atau terjadi karena ada up-welling. Pergerakan air vertikal karena up-welling

biasanya terjadi lebih lama, dan pada daerah tertentu yaitu pada daerah-daerah

pertemuan arus. Arus vertikal biasanya akan mengaduk seluruh lapisan air, dimana

air pada lapisan bawah akan naik dan lapisan air atas akan turun. Lapisan air

bawah bisanya mempunyai kandungan oksigen yang rendah, amoniak yang tinggi,

sehingga akan sangat membahayakan bagi kultivan khususnya binatang air.

4. Penetrasi sinar matahari

Penetrasi sinar matahari penting artinya dalam mempengaruhi suhu air dan

merupakan enersi utama yang diperlukan dalam proses photosyntesa plankton dan

tumbuhan air. Phytoplankton sebagai primary produser sangat penting artinya bagi

terbentuknya siklus makanan dalam suatu perairan. Penetrasi sinar matahari juga

sangat dipengaruhi oleh kekeruhan air, dimana kekeruhan air ini dapat disebabkan

karena pakan alami (plankton) atau karena partikel tersuspensi atau partikel

lempung. Kekeruhan yang berlebihan selain akan menghambat penetrasi sinar

matahari juga akan berakibat terganggunya proses pernafasan bagi ikan.

Dalam budidaya bivalvia keberadaan pakan alami menjadi sangat penting,

karena dalam budidaya ini tidak mengenal pemberian makanan tambahan. Untuk

pemilihan lokasi budidaya rumput laut, keberadaan sinar matahari mutlak

diperlukan. Pada umumnya seluruh perairan di Indonesia tidak begitu masalah

dengan penetrasi sinar matahari ini.

Page 25: BAHASAN 1&2 Marikultur

25

C. Sifat-sifat kimia perairan laut

1. Kandungan oksigen terlarut

Kandungan oksigen terlarut di dalam air sangat diperlukan untuk respirasi atau

bernafas binatang air termasuk ikan, bivalvia dan crustacea. Di perairan laut

oksigen terlarut berasal dari hasil photosintesa phytplankton dan tumbuhan air

serta berasal dari proses kelarutan langsung dari udara, melalui proses agitasi

maupun difusi.

Tingkat kejenuhan kelarutan oksigen di suatu perairan sangat ditentukan oleh

kondisi temperatur dan salinitas air yang ada pada suatu saat. Tingkat kejenuhan

oksigen yang ideal untuk aktivitas budidaya laut adalah sekitar 80 – 90% dari level

oksigen pada temperatur dan salinitas tertentu. Oksigen terlarut dapat menurun

secara drastis pada malam hari, apabila pada perairan terebut mengandung

plankton yang cukup tinggi. Perairan yang mengandung plankton cukup tinggi

biasanya berada pada suatu perairan yang subur, seperti daerah muara

(eustuarine) atau daerah-daerah pertemuan arus. Namun demikian, pertumbuhan

plankton yang luar biasa (bloom) yang terjadi di perairan laut relatif lebih rendah

bila dibanding dengan pertumbuhan yang terjadi di kolam atau di tambak. Oleh

karena itu, pengurangan oksigen terlarut karena proses respirasi akan relatif kecil.

Pengurangan oksigen terlarut yang lain adalah proses perombakan bahan organik

yang terjadi terutama di dasar perairan, respirasi oleh biofauling dan zooplankton

serta binatang air lainnya. Secara umum kelarutan oksigen di perairan laut akan

sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan perairan tawar.

Kecepatan pergerakan air akan mempunyai peranan yang penting dalam

penyediaan oksigen terlarut di dalam air. Pergerakan air akan mempunyai peran

sebagai penyedia oksigen melalui penggantian masa air. Masa air yang

mempunyai kandungan oksigen rendah akan digantikan dengan masa air yang

mempunyai kandungan okesigen yang lebih tinggi. Pergerakan air dalam laut ini

akan disama fungsikan seperti kecepatan debit air masuk di kolam atau di tambak.

Page 26: BAHASAN 1&2 Marikultur

26

Dalam menentukan kepadatan ikan yang akan ditebar (stocking density)

kandungan oksigen terlarut dan kecepatan pergerakan air, akan menjadi

pertimbangan penting dan hal ini akan dibicarakan pada pokok bahasan yang lain.

2. Kandungan karbondioksida bebas. (CO2 bebas)

Kelarutan karbondioksida bebas di dalam air akan membentuk kesetimbangan

dengan kelarutan oksigen di dalam air . Kenaikan kelarutan karbondioksida bebas

akan menurunkan kelarutan oksigen di dalam air. Karbondioksida akan diperlukan

oleh tumbuhan air (termasuk di dalamnya rumput laut) untuk proses

photosyntesa. Sedang karbondioksida bebas ini dihasilkan oleh biota air dari

proses respirasi, perombakan bahan organik, dan hasil kelarutan langsung dari

udara. Kelarutan CO2 yang tinggi di dalam air akan dapat menekan kelarutan

oksigen, yang pada akhirnya akan merugikan hewan air termasuk ikan. Kelarutan

CO2 yang tinggi secara langsung juga dapat berpengaruh kurang baik bagi ikan.

Namun demikian, CO2 ini mempunyai sifat yang labil sehingga dengan adanya

gerakan-gerakan air akan menyebabkan CO2 ini akan menguap keluar dari air.

Pada umumnya untuk perairan-perairan yang cukup gerakan airnya, akan

mempunyai keseimbangan kelarutan CO2 dan O2 yang baik.

3. Nitrat, phospat dan Amoniak.

Kandungan nitrat, phospat, dan amoniak di dalam perairan merupakan salah

satu indikator, terjadinya perombakan bahan organik di dalam air. Nitrat dan

phospat merupakan salah satu senyawa yang diperlukan oleh plankton dan

tumbuhan air untuk kehidupannya. Di perairan pantai keberadaan nitrat dan

phospat selain dipengaruhi oleh perombakan bahan organik di dalam perairan itu,

juga dipengaruhi oleh aliran air sungai yang masuk ke dalam laut. Jumlah nitrat

dan phospat di dalam air akan menentukan tingkat kesuburan perairan.

Amoniak, sampai dengan batas tertentu akan bersifat racun bagi ikan dan

binatang air lainnya. Tingkat peracunanan amoniak juga dipengaruhi oleh

konsentrasi gas-gas lain di dalam air, seperti oksigen terlarut dan karbondioksida

bebas, dan suhu air.

Page 27: BAHASAN 1&2 Marikultur

27

4. pH air.

Tingkat keasaman air yang biasanya dinayatakan dengan nilai pH, akan

berpengaruh terhadap biota yang hidup di dalamnya. Biota air biasanya akan

mempunyai tingkat toleransi tertentu terhadap perubahan pH air. Pengamatan pH

air tidak hanya ingin mendapatkan nilai pH pada suatu waktu tertentu, melainkan

juga untuk mengetahui seberapa besar tingkat perubahannya (range) dalam suatu

waktu. pH air laut biasanya akan berkisar pada nilai 7 – 8, dan nilai ini akan

dipengaruhi oleh besarnya senyawa asam yang terbentuk (misalnya dari

perombakan bahan organik) dan juga dipengaruhi oleh besarnya nilai

karbondioksida bebas di dalam air. Nilai pH air yang selalu berubah-ubah dari

waktu ke waktu, akan berpengaruh kurang baik bagi biota perairan. Perubahan

nilai pH juga sangat tergantung dari nilai alkalinitas air (baca bahan ajar limnologi).

D. Rangkuman

Pemilihan lokasi merupakan salah satu kunci dalam keberhasilan budidaya laut, hal

ini disebabkan karena manipulasi lingkungan laut masih dianggap sulit dan

memerlukan biaya yang besar. Beberapa parameter yang perlu dilakukan evaluasi

dalam menentukan lokasi bdidaya laut adalah hal yang bersifat teknis dan non teknis.

Hal-hal teknis seperti sifat phisik, kimia, biologi air, ketersediaan benih, dan sarana

dan prasarana. . Sedang hal yang bersifat non teknis seperti keadaan pasar,

keamanan, serta peraturan perudangannya.

E. Latihan

1. Sebutkan ruang lingkup mata kuliah manajemen marikulture

2. Apa manfaat budidaya laut bagi perkembangan ekonomi indonesia dan

kesejahteraan masyarakat.

3. Sebutkan sifat phisik perairan yang berpengaruh terhadap aktivitas budidaya laut

dan jelaskan bagaimana perannya.

4. Sebutkan sifat kimia perairan yang berpengaruh terhadap aktivitas budidaya laut

dan jelaskan bagaimana perannya.

Page 28: BAHASAN 1&2 Marikultur

28

F. Daftar Buku Bacaan :

1. Hutabarat, J., 1988. Evaluasi Kondisi Bio-Hidrographi Dalam Penentuan LokasiBudidaya Laut. Universitas Diponegoro, Semarang.

2. Anonim, 1982. Petunjuk Teknis Budidaya Laut. Direktorat Bina Sumber HayatiDirektorat Jenderal Perikanan, Jakarta.

3. Stickney, R.R. and McVey, J.P., 2002. Responsible Marine Aquaculture, World

Aquaculture Society, CABI Publishing.

4. Bardach, J.E. 1977. Sustainable Aquaculture, John Wiley & Sons, Inc.

Page 29: BAHASAN 1&2 Marikultur

29

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

PERTEMUAN MINGGU IV (EMPAT)

1 Estimasi Waktu : 2 x 50 menit

2 Pokok Bahasan : Teknik pemilihan lokasi (site selection)

3 Sub pokok bahasan : Analisis tropik-saprobik, dan habitat berbagai kultivan

4 Tujuan Khusus /

Tujuan Ajar

: 1. Mahasiswa mengetahui dan dapat menjelasakan

konsepsi analisis tropic saprobik.

2. Mahasiswa mampu melakukan simulasi analisis

tropic saprobik untuk menentukan lokasi budidaya

laut.

3. Mahasiswa mampu mengenali habitat berbagai

jenis kultivan penting

5 Metode : Tutorial, diskusi, simulasi

6 Media Ajar : Bahan ajar, tayangan power point, gambar, data hasil

pengamatan

7. Aktivitas Mahasiswa : Membaca bahan ajar sebelum kuliah, mendengarkan

dan memperhatikan penjelasan dosen, melakukan

simulasi berdiskusi.

8. Latihan/Evaluasi : Test formatif : Mahasiswa diminta untuk melakukan

simulasi analisis trosap dengan data yang sudah

disediakan, untuk menentukan kesesuaian lokasi untuk

budidaya laut.

9. Sumber Ajar : Bahan ajar, http://elisa.ugm.ac.id/Data pengamatan

Page 30: BAHASAN 1&2 Marikultur

30

A. Pendahuluan

Analisis tropic-saprobic adalah salah satu cara untuk menentukan kesesuaian calon

lokasi budidaya ikan, yang mendasarkan pada tingkat tropic atau penyusunan bahan

organik (derajat produktivitas primer) dan tingkat saprobic yang menggambarkan

tingkat perombakan bahan organik dalam suatu perairan. Kesesuaian lokasi

mendasarkan pada parameter indek tropic dan indek saprobic perairan. Analisis trosap

(tropic-saprobic) bukan menjadi satu-satunya parameter untuk menentukan

kesesuaian perairan untuk budidaya laut, melainkan menjadi suatu pertimbangkan dari

aspek biologi perairan. Mendasarkan pada kriteria trosap atau tingkat pencemaran

maka suatu perairan digolongkan menjadi kelompok polisaprobic, oligosaprobic, dan

mesosaprobic.

B. Sifat biologi air dan analisis trosap

Sifat biologi air yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi adalah

kemelimpahan plankton, jumlah dan jenis vegetasi yang dapat tumbuh khususnya di

dasar perairan. Kemelimpahan plankton yang tumbuh akan menunjukkan subur

tidaknya suatu perairan. Untuk pemilihan lokasi budidaya bivalvia (kerang-kerangan)

maka kemelimpahan plankton akan menjadi pertimbangan penting, dibanding dengan

pemilihan lokasi untuk budidaya ikan. Pada lokasi perairan yang dasar perairannya

gersang dan tidak ditumbuhi oleh sedikitpun tanaman air, akan menjadi petunjuk

bahwa pada daerah tersebut tidak subur dan kurang baik apabila dijadikan sebagai

lokasi pemeliharaan rumput laut.

Benthos adalah mikroorganisme atau organisme kecil yang hidup di dasar perairan.

Keberadaan benthos dalam perairan sangat diperlukan, untuk menguraikan berbagai

bahan organik yang mengendap ke dasar perairan. Untuk memilih lokasi untuk

berbagai jenis kerang yang hidupnya di dasar perairan, kualitas dan kuantitas benthos

perlu dipertimbangkan.

Page 31: BAHASAN 1&2 Marikultur

31

Dengan memperhatikan biota air yang tumbuh di suatu perairan khususnya untuk

kelompok plankton dan benthos, maka akan dapat dikembangkan suatu analisis yang

disebut dengan analisis trosap. Analisis trosap berasal dari kata analisis trophik dan

analisis saprobik. Trophik berasal dari kata trophism, yang mencerminkan derajat

produktivitas primer. Sedang saprobik berasal dari kata saprobity yang mencerminkan

derajat dekomposisi dari berbagai bahan organik yang ada di dalam air. Oleh karena

itu trophik-saprobik (trosap) merupakan metoda analisis struktur komunitas jasad

renik untuk evaluasi kualitas air, terutama ditinjau dari derajat pencemaran dan

tingkat kesuburan dalam suatu badan air.

1. Prinsip dasar analisis trosap

Analisis trosap bertumpu pada evaluasi terhadap parameter penyubur (trophic

indicators) dan parameter pencemar (saprobic indicators) guna menilai kualitas air

dan kelayakan bagi lokasi budidaya laut.

2. Parameter biotik dan abiotik yang diukur adalah :

a. Kemelimpahan dan keanekaragaman plankton

b. Kemelimpahan dan keanekaragaman benthos

c. Sifat phisik dan kimia air.

3. Tata urutan langkah untuk analisis trosap dapat dilihat pada bagan 1, sebagai

berikut :

a. Penetapan titik sampling

b. Mengambil contoh (sampling) dan pengawetan contoh plankton dan benthos

c. Pengukuran parameter phisik dan kimia air

d. Pengamatan contoh plankton dan benthos

e. Pengolahan dan analisis data

f. Penilaian (lokasi terpilih, jenis kultivan)

Penentuan titik sampling perlu memperhatikan beberapa hal antara lain :

1. Wilayah perairan yang akan menjadi wilayah kajian

2. Faktor-faktor ekternal, yang diduga dapat mempengaruhi kualitas perairan,

misalnya muara sungai, aktivitas penambangan, pelayaran, atau kegiatan lain

3. Peta arus air

4. Pengaruh musim

Page 32: BAHASAN 1&2 Marikultur

32

Bagan alir analisis trosap seperti pada gambar berikut ini :

Penetapan titik sampling

Sampling planktondan benthos

Pengamatan sifatphisik dan kimia air

Pengamatanlaboratorium

Pengolahan dan analisisdata

Aspek lain :Evaluasi kelayakan - Hukum dan

peraturan- Sosial-ekonomi

Kesimpulan

Bagan 2.1. Tahapan jalur analisis trosap

Berdasar tingkat pencemarannya, suatu perairan dapat dikelompokan seperti

pada tabel di bawah ini :

Page 33: BAHASAN 1&2 Marikultur

33

Tabel II. 1. Pengelompokan organisme indikator kualitas air.

Kelompok Tipe Perairan Organisme Indikator

Kelompok AKelompok BKelompok CKelompok DKelompok E

PolisaprobikAlpha MesosaprobikBetha MesosaprobikOligosaprobik-

31 organisme (lihat gambar A)17 organisme (lihat gambar B)22 organisme (lihat gambar C)23 organisme (lihat gambar D)Organisme yang tidak termasukA, B, C, dan D.

1C + 3D + 1B – 3AIndek Saprobik : SI = -------------------------

1A + 1B + 1C + 1D

di mana :SI : Saprobic indexA : Jumlah (banyaknya) genera atau spesies organisme polisaprobikB : Jumlah (banyaknya) genera atau spesies organisme alpha

mesosaprobikC : Jumlah (banyaknya) genera atau spesies organisme beta

mesosaprobikD : Jumlah (banyaknya) genera atau spesies organisme oligosaprobik

Indek Trophik-Saprobik

1(nC) + 3(nD) + 1(nB) – 3(nA) nA + nB + nC + nD + nETSI : --------------------------------------- X -----------------------------

1(nA) + 1(nB) + 1(nC) + 3(nD) nA + nB + nC + nD

di mana :TSI : Trophic Saprobic Indexn : Jumlah individu organisme pada setiap kelompok saprobitasnA : Jumlah individu penyusun kelompok polisaprobiknB : Jumlah individu penyusun kelompok alpha mesosaprobiknC : Jumlah individu penyusun kelompok betha mesosaprobiknD : Jumlah individu penyusun kelompok oligosaprobiknE : Jumlah individu penyusun kelompok selain A, B, C dan D.

Indek Keanekaragaman spesies (H)

H = Pi. Ln Pi

Page 34: BAHASAN 1&2 Marikultur

34

Dimana :Pi : ni/N (peluang spesies i dari total individu)s : Jumlah spesiesni : jumlah individu tiap spesiesN : Total individu

Gambar berbagai organisme indikator untuk berbagai kelompok tipe perairan adalah

sebagai berikut :

Page 35: BAHASAN 1&2 Marikultur

Gambar 2.2. Indikator organisme(Sumber : Anggoro, S., 1988. )

1. Zoogloea ramigera2. Sarcina paludosa3. Streptococcus margaritaceus4. Beggiatoa alba5. Chlorobacteriumaggregatum6. Sphaerotilus natans7. Achromatium oxaliferum8. Chromatium okenii9. Oscillatoria putrida10. Trigonomonas compressa11. Spirulina jenneri12. Euglena viridis13. Bodo putrinus14. Tetramitus pyriformis

35

Gambar 2.2. Indikator organisme polysaprobik(Sumber : Anggoro, S., 1988. )

Streptococcus margaritaceus

Chlorobacteriumaggregatum

15. Hexotricha caudata16. Enchelys vermicularis17. Claucoma scintillans18. Claucona scintillans19. Trimyema compressa20. Metopus sp.21. Vorticella microstoma22. Saprodinium dentatum23. Caenomorpha medusula24. Colpidium colpoda25. Sphaerotilus nacana26. Larva of Eristalis tenak27. Lamprocystis roceopersicina28. Rotaria neptunia

29. Pelomyxa palustris30. Tubifex rivulorum31. Chironomus thummi

Pelomyxa palustrisTubifex rivulorumChironomus thummi

Page 36: BAHASAN 1&2 Marikultur

36

Gambar 2.3. Indikator organisme alpha mesosaprobik(Sumber : Anggoro, S., 1988. )

1. Lemtomitus lacteus2. Oscilatoria formosa3. Nitzchia palen4. Chilomonas paramecium5. Hanezchia amphyioxys6. Stephanodiscus hantzchii

7. Urunema marinum8. Chilodonella uncinata9. Closterium acerosum,10. Colpoda cucullus11. Anthophysa vegetans12. Vorticella convallaris

13. Stentor coeruleus14. Stratiomys chamaeleon15. Spirostomum ambiguum16. Herpobdella atomaris17. Sphaerium corneum

Page 37: BAHASAN 1&2 Marikultur

37

Gambar 2.4. Indikator organisme betha mesosaprobik(Sumber : Anggoro, S., 1988. )

1. Asterionella formosa2. Oscillatoria rubrncens3. Oscillatoria redekei4. Melosira varians5. Coleps hirtus6. Scenedesmus quadricauda7. Aspidisca lynceus8. Pediastrum boryanum

9. Euplotes charon10. Vorticella campanulla11. Synura uvella12. Tabellaria fenestrata13. Paramecium bursaria14. Uroglena volvox15. Stylaria lacustris16. Polycelis cormuta

17. Hydropsyche lepida18. Cloeon dipterum (larva)19. Spirogyra crassa20. Brachionus urceus21. Cladophora crispata22. Actinosphaerium eichhorni

Page 38: BAHASAN 1&2 Marikultur

Gambar 2.5. Indikator organisme oligosaprobik(Sumber : Anggoro, S., 1988. )

1. Cyclotella bodanica2. Synedra acus3. Microterias truncata4. Halteria cirrifera5. Surrirella spiralis6. Tabellaria sp.7. Bulbochaeta mirabilis8. Strombidinopsis gyrans

38

Gambar 2.5. Indikator organisme oligosaprobik(Sumber : Anggoro, S., 1988. )

9. Staurastrum punctualtum10. Ulothrix zonata11. Mallomonas caudata12. Vorticella nebulifera13. Cladophora glomerata14. Euastrum oblongum15. Fontinalis antipyretica16. Planaria gonocephala

17. Perla bipunctata (larva)18. Oligoneuria rhenana (larva)19. Notholca longispina20. Batrachospernum vagus21. Lemmanea annulata22. Holopedium gibberum23. Copepoda

bipunctata (larva)Oligoneuria rhenana (larva)Notholca longispinaBatrachospernum vagusLemmanea annulataHolopedium gibberumCopepoda

Page 39: BAHASAN 1&2 Marikultur

39

Kriteria penilaian tingkat saprobitas didasarkan pada petunjuk Lee et. al (1978) dan

Knobs (1978) seperti tercantum pada tabel berikut ini :

Tabel II.2. Kriteria penilaian tingkat saprobitas untuk menilai kelayakan lokasibudidaya laut

Nilai Parameter Tingkat Indikasi

SI dan TSI H Saprobitas

< -3 s/d –2 < 1,0 Polisaprobik 1. Pencemaran berat2. Kesuburan sulit dimanfaatkan3. Tidak cocok untuk budidaya laut

< -2 s/d +0,5 1 – 1,5 Alpha mesosaprobik1. Pencemaran sedang sampai

berat2. Kesuburan sulit dimanfaatkan3. Tidak cocok untuk lokasi

budidaya

> +0,5 s/d 1,5 >1,5-2,0 Betha mesosaprobik1. Pencemaran sedang sampai

ringan2. Kesuburan dapat dimanfaat-kan3. Dapat dimanfaatkan untuk lo-kasi

budidaya kerang, tiram, kakap,bandeng dan rumput laut

> +1,5 s/d >2,0 >2,0 Oligosaprobik1. Pencemaran ringan atau belum

tercemar2. Kesuburan dapat dimanfaat-kan3. Cocok untuk lokasi budidaya

rumput laut, kerang, tiram, ikandan udang.

C. Rangkuman

Pemilihan lokasi merupakan salah satu kunci dalam keberhasilan budidaya laut.

Beberapa parameter yang perlu dilakukan evaluasi dalam menentukan lokasi

budidaya laut adalah hal yang bersifat teknis dan non teknis. Hal-hal teknis seperti

sifat phisik, kimia, biologi air, ketersediaan benih, dan sarana dan prasarana. .

Sedang hal yang bersifat non teknis seperti keadaan pasar, keamanan, serta

peraturan perudangannya. Salah satu metoda yang dikembangkan dalam

kaitannya dengan pemilihan lokasi ini adalah analisis trosap. Dalam analisis

Page 40: BAHASAN 1&2 Marikultur

40

dilakukan evaluasi terhadap kondisi perairan dengan mempertimbangkan hal-hal

yang bersifat non teknis.

D. Latihan.

Dalam suatu penelitian untuk menilai kelayakan suatu lokasi untuk budidaya laut

dan menentukan jenis kultivan yang cocok, telah dilakukan pengamatan terhadap sifat

phisik, kimia dan biologi air. Data hasil pengamatan seperti tersaji di bawah ini :

Parameter Lokasi I Lokasi II

Phisik-kimia1. Salinitas (ppt)2. Kekeruhan3. PH4. DO (ppm)5. Arus /gelombang

BiologiPlankton dan benthos

Hambatan lain

25 – 30rendah

7 – 83 – 5

lemah

a. 500 copepodab. 1000 Cyclotellac. 500 Tabellariad. 200 Brachionuse. 200 Uroglena volvox

. 200 Oscillatoria formosa

a. 100 Stentor coerolus

b. 100 Zoogloea

c. 100 Rhizosolenia

Nihil

25 – 30rendah

6 – 82 – 5 ppm

lemah

a. 100 Copepodab. 200 Asterionellac. 500 Oscillatoria rubescentd. 1000 Colpoda cuculuse. 2000 Oscilatoria putridaf. 3000 Chironomus thummig. 500 Rotatoria neptuniah. 200 Spaerotillusi. 50 Rhizosolenia

Nihil

Cara penyelesaian :

1. Dikelompokan organisme pengamatan plankton dan benthos, berdasarkan tingkat

saprobitasnya dan gunakan gambar 2 samapi 5 untuk identifikasinya.

2. Hitung nilai SI dan TSI, menggunakan rumus yang ada

3. Buat matriks evaluasinya

4. Tentukan kultivan apa yang dapat dibudidayakan .

Page 41: BAHASAN 1&2 Marikultur

41

Pengelompokan organisme menurut tingkat saprobitasnya (Lokasi I)

Kelompok Organisme Jenis Jumlah

A. Polisaprobik Zoogloea 100

nA = 100

B. Alpha mesosaprobik Oscillatoria formosaStentor coerolus

200100

nB = 300

C. Betha mesosaprobik BrachionusAsterionella

2001000

nC = 1200

D. Oligosaprobik CopepodaCyclotellaTabellaria

5001000

500

nD = 2000

E. lain-lain Rhizosolenia 100

nE = 100

1C + 3D + 1B – 3ASI = --------------------------

1A + 1B + 1C + 1D

1(1200) + 3(2000) + 1(300) – 3(100)= -----------------------------------------------

1(100) + 1(300) + 1(1200) + 1(2000)

= 2,0

1(nC) + 3(nD) + 1(nB) – 3(nA) nA + nB + nC + nD + nETSI = --------------------------------------- X -----------------------------

1(nA) + 1(nB) + 1(nC) + 3(nD) nA + nB + nC + nD

1(1200) + 3(2000) + 1(300) – 3(100) 100 + 300 + 1200 + 2000 + 100TSI = ------------------------------------------- x --------------------------------------

1(100) + 1(300) + 1(1200) + 1 (2000) 100 + 300 + 1200 + 2000

TSI = 2,05

Page 42: BAHASAN 1&2 Marikultur

42

Matrik Evaluasi :

Lokasi = ISI = 2,0TSI = 2,05Tingkat Saprobitas = Betha mesosaprobik/OligosaprobikSalinitas = NormalOksigen terlarut = normalPH = normalLain-lain = normal

Kesimpulan :

1. Lokasi tersebut layak secara teknis untuk budidaya laut

2. Kultivan yang dapat dibudidayakan antara lain : rumput laut, tiram., kerang, dan

ikan (beronang, kerapu, kakap)

Tugas Pekerjaan : Kerjakan dengan cara seperti contoh untuk lokasi II

E. Daftar Buku Bacaan :

a. Anggoro, S., 1988. Analisis Tropik Saprobik (Trosap) Untuk Menilai KelayakanLokasi Budidaya laut. Universitas Diponegoro, Semarang.

b. Ruswahyuni, 1988. Hewan Makro Benthos dan Kunci Indentifikasi Polychaeta.Universitas Diponegoro, Semarang.

c. Alim Isnansetyo, Kurniastuti, 1995. Teknik Kultur Phytoplankton danZooplankton. Pakan Untuk Pembenihan Organisme Laut. Kanisius Yogyakarta.