MAKALAH BAHASA INDONESIA “Fonologi dan Morfologi Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia SMP.pdf
-
Upload
kesit-bayuwardhana -
Category
Documents
-
view
30 -
download
7
Transcript of Bahasa Indonesia SMP.pdf
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI MELALUI
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN QUANTUM
PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 JATEN
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011
(Penelitian Tindakan Kelas)
Skripsi
Oleh :
RININTA CITRA AYU SARI
X1207015
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ii
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI MELALUI
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN QUANTUM
PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 JATEN
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011
(Penelitian Tindakan Kelas)
Oleh:
RININTA CITRA AYU SARI
X1207015
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi
Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Rr. E. Nugraheni Eko W, S.S, M.Hum Drs. Edy Suryanto, M.Pd.
NIP 197007162002122001 NIP 196008101986011001
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Pada hari : _________________
Tanggal : _________________
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda tangan
Ketua : Dr. Andayani, M.Pd.
Sekretaris : Dra. Raheni Suhita, M.Hum.
Anggota I : Dr. Rr. E. Nugraheni Eko W, S.S, M.Hum
Anggota II : Drs. Edy Suryanto, M.Pd.
Disahkan Oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP 196007271987021001
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
v
ABSTRAK
Rininta Citra Ayu Sari. X1207015. Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi
Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Quantum Pada Siswa Kelas VII B
SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi,
Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,
Juni 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran keterampilan membaca puisi dengan Pendekatan Pembelajaran
Quantum pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun
Pelajaran 2010/2011.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian
kolaboratif antara guru dengan peneliti untuk mengatasi permasalahan dalam
pembelajaran. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten
Karanganyar yang berjumlah 31 siswa (16 putra dan 15 putri) dan guru bahasa
Indonesia kelas VII. Sumber data yang digunakan yaitu: tempat dan peristiwa,
informan, dan dokumen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan
(observasi), wawancara mendalam, kajian dokumen, dan angket. Untuk menguji
validitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber data dan triangulasi
metode. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis deskripsi komparatif
dan analisis interaktif berdasarkan indikator yang telah ditetapkan. Pelaksanaan
penelitian dimulai dari survei awal, siklus I, sampai siklus III. Setiap siklus terdiri
dari empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3)
observasi tindakan; dan (4) analisis dan refleksi. Dalam penelitian ini guru kelas
bertindak sebagai fasilitator pembelajaran dan peran peneliti sebagai pengamat.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) penerapan
pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran membaca puisi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya persentase
keaktifan, perhatian, konsentrasi, minat, dan motivasi siswa dalam pembelajaran
menulis argumentasi di setiap siklusnya. Pada siklus I siswa yang aktif sebesar
45%, siswa yang perhatian dan konsentrasi sebesar 48%, dan siswa yang berminat
dan termotivasi sebesar 48%. Pada siklus II siswa yang aktif sebesar 61%, siswa
yang perhatian dan konsentrasi sebesar 58%, dan siswa yang berminat dan
termotivasi sebesar 48%. Pada siklus III siswa yang aktif sebesar 84%, siswa yang
perhatian dan konsentrasi sebesar 80%, dan siswa yang berminat dan termotivasi
sebesar 80%. Selain itu, penerapan pendekatan pembelajaran quantum dapat
membuat guru mengelola kelas dengan baik ketika pembelajaran, (2) penerapan
pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam
membaca puisi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya persentase membaca puisi
siswa tiap siklusnya, yaitu siklus I sebesar 49%, siklus II sebesar 65% dan siklus III
84%. Hal ini membuktikan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran quantum
mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran membaca puisi siswa
kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
vi
MOTTO
Manusia manusia yang tidak pernah miskin, sedikit kaitannya dengan tingkatan
material maupun spiritual seseorang, melainkan lebih pada seberapa baik dan
seberapa bisa ia mampu menikmati dan mensyukuri hidupnya. Begitu kemampuan
menikmati dan mensyukuri terakhir melekat dalam pada kehidupan, maka
masuklah ia dalam kelompok manusia yang tidak akan pernah miskin.
(Gede Prama)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini sebagai wujud
syukur, rasa cinta, kasih sayang, dan ucapan
terima kasihku kepada:
1. Kedua orang tuaku, Heri Setiono dan
Eny Widjajati yang tak putus-putusnya
mendoakan siang dan malam dengan
segenap cinta, kasih sayang, dan perhatian
yang tak ternilai harganya dari apapun;
2. Adikku tersayang, Herany Dyah Ayusari
yang senantiasa mendukung setiap
langkah yang kulalui dalam hidup ini dan
memberi keceriaan ketika di rumah;
3. Figur Rahman Fuad yang selalu
memberiku semangat dan saling berbagi
cerita serta keceriaan, semoga kita diberi
jalan terbaik;
4. Rekan-rekan almamater
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah Swt yang telah
memberikan nikmat dan karuniaNya kepada kita semua. Atas kehendakNya pula
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin
penyusunan skripsi;
2. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang memberikan persetujuan dalam skripsi ini;
3. Dr. Andayani, M.Pd., Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang memberikan persetujuan juga dalam skripsi ini;
4. Dr. Rr. E. Nugraheni Eko W, S.S, M.Hum, dan Drs. Edy Suryanto, M.Pd.,
selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan dengan begitu
sabar dan memberikan semangat pada penulis serta masukan yang tak ternilai
harganya;
5. Dra. Raheni Suhita, M.Hum., selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan motivasi dalam studi penulis;
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang dengan tulus ikhlas memberikan ilmu yang bermanfaat pada
penulis;
7. Sri Djoko Widodo, S.H, M.H., selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Jaten
yang telah memberikan izin peneliti terkait dengan penelitian yang
dilaksanakan;
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ix
8. Katrin Kusala S.Pd., selaku wali kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten sekaligus
sebagai kolaborator yang dengan senang hati membantu peneliti dalam
melaksanakan penelitiannya;
9. Siswa-siswi kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten yang membantu terlaksananya
penelitian ini;
10. Sahabat-sahabatku (umi,asih, ika, lia, dan epin) yang selalu memberi semangat
dan warna dalam hidup;
11. Figur Rahman Fuad (you know who you are);
12. Rekan-rekan Mahasiswa Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
2007 atas persahabatan dan kebersamaan yang menjadi kenangan indah; dan
13. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di atas mendapat
pahala dan imbalan dari Allah SWT, amien. Penulis berharap semoga karya ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menambah khasanah keilmuan dalam
pelajaran bahasa Indonesia.
Surakarta, Juni 2011
Penulis
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
x
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL .................................................................................................................... i
PENGAJUAN ........................................................................................................ ii
PERSETUJUAN ................................................................................................... iii
PENGESAHAN .................................................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
MOTTO ................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
D. Manfaat Hasil Penelitian ........................................................................ 8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, PENELITIAN YANG
RELEVAN, DAN HIPOTESIS TINDAKAN ...................................................... 10
A. Kajian Pustaka ..................................................................................... 10
1. Hakikat Kemampuan Membaca Puisi .............................................. 10
a. Pengertian Kemampuan Membaca Puisi ..................................... 10
b. Tujuan dan Manfaat Membaca Puisi ........................................... 14
c. Materi Pembelajaran Membaca Puisi di SMP ............................. 15
d. Bentuk dan Gaya Membaca Puisi ................................................ 16
e. Puisi sebagai Salah Satu Materi Apresiasi Sastra ........................ 19
f. Penilaian dalam Pembelajaran Membaca Puisi ............................ 22
2. Hakikat Puisi .................................................................................... 28
a. Pengertian Puisi ............................................................................ 28
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
xi
b. Ciri ciri Puisi ............................................................................. 29
c. Unsur - unsur Puisi ....................................................................... 32
d. Jenis - jenis Puisi .......................................................................... 34
e. Cara Memilih Puisi untuk Siswa SMP ......................................... 36
3. Hakikat Pendekatan Pembelajaran Quantum ................................... 41
a. Pengertian Pendekatan ................................................................. 41
b. Pengertian Pembelajaran .............................................................. 42
c. Komponen - komponen Pembelajaran ......................................... 44
d. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran ..................... 45
e. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Quantum .......................... 46
f. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Quantum ....................... 47
g. Prinsip -prinsip Utama dalam Pendekatan Pembelajaran Quantum .. 49
h. TANDUR sebagai Metode dalam Pembelajaran Membaca Puisi 51
B. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 56
C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 58
D. Hipotesis Tindakan ............................................................................... 60
BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 62
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 61
B. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................. 62
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................. 63
D. Data dan Sumber Data .......................................................................... 64
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 64
F. Teknik Validitas Data ........................................................................... 66
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 67
H. Indikator Keberhasilan Tindakan ......................................................... 68
I. Prosedur Penelitian ................................................................................ 69
BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 73
A. Deskripsi Kondisi Awal ....................................................................... 75
B. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................... 79
1. Siklus Pertama .................................................................................. 80
a. Perencanaan Tindakan ................................................................. 80
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
xii
b. Pelaksanaan Tindakan .................................................................. 82
c. Observasi dan Interpretasi ............................................................ 84
d. Analisis dan Refleksi ................................................................... 88
2. Siklus Kedua ..................................................................................... 90
a. Perencanaan Tindakan ................................................................. 90
b. Pelaksanaan Tindakan .................................................................. 93
c. Observasi dan Interpretasi ............................................................ 95
d. Analisis dan Refleksi .................................................................. 99
3. Siklus Ketiga ................................................................................. 101
a. Perencanaan Tindakan .............................................................. 101
b. Pelaksanaan Tindakan ............................................................... 103
c. Observasi dan Interpretasi ......................................................... 105
d. Analisis dan Refleksi ................................................................. 108
4. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................. 110
C. Pembahasan ........................................................................................ 111
BAB IV. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ......................................... 124
A. Simpulan ............................................................................................. 124
B. Implikasi ............................................................................................. 125
C. Saran ................................................................................................... 126
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 128
LAMPIRAN
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penilaian Proses Pembelajaran Membaca Puisi ............................................... 23
2. Penilaian Hasil Pembelajaran Membaca Puisi ................................................. 26
3. Pedoman Penskoran Penilaian Hasil ................................................................ 26
4. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian .................................................. 62
5. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa .............................................................. 69
7. Hasil Tindakan Berdasarkan Indikator Ketercapaian ..................................... 110
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Proses Membaca ................................................................................................ 13
2. Kerangka Berpikir Penelitian ............................................................................ 59
3. Pendekatan Analisis Interaktif .......................................................................... 68
4. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ...................................................................... 70
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII ...................................... 132
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ................................................... 134
3. Instrumen Penelitian ........................................................................................ 135
4. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar ............................................. 136
5. Pedoman Wawancara dengan Guru ................................................................ 139
6. Pedoman Wawancara dengan Siswa ............................................................... 141
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................................... 142
8. Daftar Nilai Pratindakan Siswa ....................................................................... 145
9. Catatan Lapangan Survei Awal ....................................................................... 146
10.Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru ........................................ 150
11. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa ..................................... 154
12. Angket Pratindakan Materi Membaca Puisi ................................................. 169
13. Tabel Hasil Pengisian Angket Pratindakan ................................................... 172
7. Refleksi Angket Pratindakan .......................................................................... 176
8. Contoh Angket Pratindakan yang Telah Diisi Siswa ....................................... 177
9. Dokumentasi Pratindakan ............................................................................... 189
10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ................................................ 192
11. Daftar Penilaian Proses Membaca Puisi Siklus I .......................................... 210
12. Daftar Penilaian Hasil Membaca Pusi Siklus I ............................................. 211
13. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I .................................................. 212
14. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I ...................................................... 213
15. Catatan Lapangan Siklus I ............................................................................ 216
16. Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus I ............................................................. 219
17. Dokumentasi Pembelajaran Membaca Puisi Siklus I .................................... 229
18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............................................... 231
19. Daftar Penilaian Proses Membaca Puisi Siklus II ......................................... 247
20. Daftar Penilaian Hasil Membaca Pusi Siklus II ............................................ 248
21. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ................................................. 229
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
xvi
22. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II .................................................... 250
23. Catatan Lapangan Siklus II ........................................................................... 253
24. Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus II ............................................................ 256
25. Dokumentasi Pembelajaran Membaca Puisi Siklus II .................................. 261
26. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ............................................. 263
27. Daftar Penilaian Proses Membaca Puisi Siklus III ....................................... 279
28. Daftar Penilaian Hasil Membaca Pusi Siklus III ........................................... 280
29. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus III ............................................... 281
30. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus III ................................................... 282
31. Catatan Lapangan Siklus III .......................................................................... 285
32. Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus III .......................................................... 287
33. Dokumentasi Pembelajaran Membaca Puisi Siklus III ................................. 297
25. Angket Pascatindakan ................................................................................... 299
26. Tabel Hasil Angket Pascatindakan ................................................................ 301
27. Refleksi Angket Pascatindakan ..................................................................... 303
28. Contoh Angket Pascatindakan yang Telah Diisi Siswa ................................ 304
30. Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Dekan ........................................... 309
31. Surat Putusan Izin Penyusunan Skripsi oleh Dekan FKIP ............................ 310
32. Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Rektor ........................................... 311
33. Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Kepala Sekolah SMP
Negeri 1 Jaten ................................................................................................ 312
34. Surat Keterangan Penelitian dari Kepala Sekolah SMP
Negeri 1 Jaten ................................................................................................ 313
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang
disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan
bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran
bahasa. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Tujuan berkomunikasi
lewat isyarat bahasa ialah pencapaian saling paham antara pembicara dan
pendengar atau antara penulis dan pembaca. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan pemahaman teknik dan tata cara berbahasa karena komunikasi lewat
bahasa yang efektif tergantung dan terikat pada beberapa faktor. Faktor-faktor
penentu dalam komunikasi berbahasa yang efektif ialah (1) kekhasan ciri
hubungan antara para pemakai bahasa atau antara para penutur, (2) waktu dan
tempat pelangsungan komunikasi berbahasa, (3) sarana yang dipakai untuk
berkomunikasi berbahasa, (4) tujuan komunikasi berbahasa, (5) ciri amanat yang
berlangsung, dan (6) lingkungan pemakaian (Jos Daniel Parera, 1991: 3). Selain
itu, pembelajaran bahasa bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan
bernalar, meningkatkan kemampuan wawasan dan meningkatkan keterampilan
berbahasa. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia
baik secara lisan maupun tertulis.
Pelajaran bahasa lebih diutamakan untuk kepentingan komunikasi dengan
memperhatikan kaidah kebahasaa, sedangkan sastra tak hanya berhenti pada
komunikasi namun juga pada nilai moral, emosi, seni, kreativitas, humanitas, dan
penghayatan nilai-nilai kehidupan.
Herman J. Waluyo (2008) menyatakan sastra adalah cabang kesenian
dengan bahasa sebagai mediumnya atau sarananya.Karya seni lainnya
menggunakan suara sebagai mediumnya (seni suara), warna sebagai mediumnya
(seni rupa), gerak sebagai mediumnya (seni tari), dan berperan sebagai
mediumnya (teater). Ditambahkan pula, hakikat karya sastra atau karya seni pada
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
umumnya adalah imajinatif. Artinya, metode yang digunakan untuk
menciptakannya dengan imajinasi (hasil fantasi) penciptannya. Hal ini berarti
bahwa karya seni atau karya sastra tidak diperoleh melalui penelitian,
pengamatan, dan pengalaman empirik namun melalui pengalaman batin ketika
seorang pencipta atau seniman memiliki mood atau passion atau suasana hati
yang luar biasa.
Pelajaran sastra harus dapat menunjang pembelajaran Bahasa Indonesia
pada umumnya sehingga murid-murid harus digiatkan dan dibangkitkan minatnya
agar mereka tertarik serta mau berhubungan dengan karya sastra. Murid-murid
harus membaca puisi, naskah drama, dan novel terutama karya-karya bermutu
agar mereka mendapatkan pemahaman mengenai sastra dengan baik. Ketertarikan
dan hubungan yang terjalin antara murid dan karya sastra tersebut akan
menghasilkan suatu kegiatan apresiasi sastra dari murid.
Menurut Andayani (2008: 1), apresiasi sastra adalah suatu aktivitas
dengan karya sastra secara sungguh-sungguh sampai tumbuh pengertian,
penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap
karya sastra. Selain itu, apresiasi sastra juga dapat berupa tanggapan atau
pemahaman yang intensif terhadap karya sastra. Tanggapan atau pemahaman ini
bersentuhan langsung dengan nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra.
Kegiatan apresiasi karya sastra bukan hanya sekedar kegiatan membaca
kemudian menggemari karya sastra tersebut. Namun, harus sampai pada tahap
yang lebih tinggi yakni tahap pemahaman karya sastra sehingga nilai-nilai yang
terdapat dalam karya sastra dapat dipahami oleh pembaca. Nilai-nilai yang
diungkapkan pengarang melalui karya sastra dapat memperkaya pengalaman,
wawasan, dan kehidupan batin pembaca. Seperti yang dinyatakan oleh Horace
bahwa karya sastra bukan sekedar memberi hiburan (dulce) kepada pembaca,
tetapi juga memberi kemanfaatan (utile) kepada pembaca. Menghibur karena
mementingkan keindahan dan bermanfaat karena karya sastra dicipta melalui
renungan yang sungguh-sungguh dari penciptaan sehingga pesan atau amanat
yang disampaikan pada pembaca dapat berguna.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Herman J. Waluyo (2003: 44) menyatakan bahwa apresiasi puisi
berhubungan dengan kegiatan yang ada sangkut-pautnya dengan puisi, yaitu
mendengar dan membaca puisi dengan penghayatan yang sungguh-sungguh,
menulis puisi, mendeklamasikan, dan menulis resensi puisi. Kegiatan ini
menyebabkan seseorang memahami puisi secara mendalam, merasakan apa yang
ditulis penyair, mampu menyerap nilai-nilai yang terkandung di dalam puisi, dan
menghargai puisi sebagai karya seni dengan keindahan atau kelemahannya.
Dengan demikian, dalam pembelajaran apresiasi puisi pun murid harus
benar-benar dapat membaca puisi dengan baik. Hal tersebut dimaksudkan agar
mereka dapat menghayatinya sehingga dapat menumbuhkan pengertian,
penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap
karya sastra.
Bahasa puisi lebih padat, lebih indah, lebih cemerlang, dan lebih hidup
daripada bahasa prosa ataupun bahasa percakapan sehari-hari. Bahasa puisi
mengandung penggunaan lambang-lambang, metafora, dan bentuk-bentuk intuitif
untuk mengekspresikan gagasan, perasaan, dan emosi (Mustopo dalam Herman J.
Waluyo, Swandono, dan Slamet Mulyono, 2001 : 1). Kepadatan bahasa puisi
sebenarnya sangat berkaitan secara sinkron dan integratif dengan penyair dalam
upaya memadatkan sejumlah pikiran, perasan, dan emosi serta pengalaman hidup
yang diungkapkannya. Kegiatan apresiasi sastra yang dilakukan murid akan
membuat mereka menghayati pikiran, perasan, dan emosi serta pengalaman hidup
penyair.
Menurut Didin Widyartono (2010) membaca puisi merupakan jenis
membaca indah dan salah satu kegiatan apresiasi sastra. Secara tidak langsung,
bahwa dalam membaca puisi, pembaca akan mengenali, memahami, menggairahi,
memberi pengertian, memberi penghargaan, membuat berpikir kritis, dan
memiliki kepekaan rasa. Semua komponen dalam karya sastra dipahami, dihargai
bagaimana persajakannya, irama, citra, diksi, gaya bahasa, dan apa saja yang
dikemukakan oleh pengarang. Pembaca akan berusaha untuk menerjemahkan bait
perbait untuk merangkai makna dari makna puisi yang hendak disampaikan
pengarang. Pembaca memberi apresiasi, tafsiran, interpretasi terhadap teks yang
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dibacanya.Setelah diperoleh pemahaman yang dipandang cukup, pembaca dapat
membaca puisi dengan indah.
Pada silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII disebutkan bahwa
pembelajaran membaca puisi termuat dalam standar kompetensi (SK) membaca
sastra, yang berbunyi memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi
dan buku cerita anak. Adapun kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai adalah
membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik
sesuai dengan isi puisi.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis terhadap kegiatan mengajar di
kelas, penilaian guru terhadap kemampuan membaca puisi murid, hasil angket
dan diskusi antara guru Bahasa Indonesia dan peneliti dapat dikemukakan bahwa
kemampuan membaca, khususnya membaca indah puisi siswa kelas VII B SMP
Negeri 1 Jaten belum menunjukkan hasil yang memuaskan atau maksimal. Hasil
tersebut ditunjukkan dengan pembacaan puisi yang dilakukan oleh murid. Pada
umumnya terkesan seadanya, artinya membaca puisi tidak layaknya seperti orang
membaca puisi. Intonasi, lafal, penghayatan maupun penampilan sangat kurang.
Jarang terlihat murid yang mampu membaca puisi dengan memperhatikan naik
turun, tinggi rendah, dan keras lembut volume suara dalam bacaannya. Para murid
juga malu dan tidak percaya diri ketika membaca puisi di depan kelas. Tidak ada
siswa dengan kemauan sendiri tampil di depan kelas untuk membaca puisi.
Hasilnya, siswa membaca dengan semaunya dan tidak bersungguh-sungguh.
Penghayatan pada saat tampil membaca puisi di depan kelas masih sangat
kurang. Tercermin dari ekspresi saat membaca puisi. Hal itu disebabkan murid
tidak memahami terlebih dahulu puisi yang akan dibaca. Beberapa murid terlihat
menutupi wajahnya dengan buku pada saat membaca puisi. Demikian juga dalam
hal penampilan, siswa kurang memahami pembacaan puisi sebagai sebuah
pertunjukan yang harus memperhatikan tentang teknik, gerakan tubuh, pandangan
mata, dan bloking. Saat membaca puisi, penampilan murid adalah kaki dengan
sikap sempurna, kedua tangan memegang buku hingga pembacaan selesai dan
pandangan mata selalu tertuju pada teks.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Adapun dari segi lafal murid kurang jelas dalam mengucapkan kata-kata,
dari deret belakang bangku hanya terdengar samar, bahkan ada pula yang tidak
terdengar. Tempo rata-rata pembacaan puisi murid terlalu cepat. Hal itu terkesan
bahwa membaca puisi adalah sesuatu yang terlalu memberatkan sehingga
sesegera mungkin menyelesaikan puisi tersebut.
Seseorang yang akan membaca sebuah puisi, sebelumnya harus
memahami dan menghayati isi puisi yang akan dibacanya dengan bersungguh-
sungguh. Dia harus dapat mewujudkan kembali apa yang dikehendaki penyair.
Seorang pembaca puisi adalah perantara antara penyair sebagai pencipta dengan
pendengar sebagai penikmat. Oleh karena itu, tugas seorang pembaca puisi tidak
dapat dikatakan ringan karena pembaca puisi harus berusaha mewujudkan
ide/pesan penyair dengan cara setepat-tepatnya. Persiapan sangat diperlukan
sebelum seseorang tampil membacakan puisi. Persiapan tersebut, antara lain:
memahami isi puisi yang akan dibaca, menghayati makna dari puisi,
mengekspresikan puisi, berlatih membaca sebelum tampil, dan memberi tanda
atau anotasi pada puisi.
Berdasarkan nilai dalam kegiatan membaca indah puisi tersebut diperoleh
deskripsi sebagai berikut: rentangan nilai 44-53 diperoleh 3 siswa; rentangan nilai
54-63 diperoleh 4 siswa; rentangan nilai 64-73 diperoleh 15 siswa; dan rentangan
nilai 74-83 diperoleh 9 siswa. Data tersebut menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran membaca indah puisi hanya 9 siswa dari 31 siswa yang mampu
membaca puisi dengan indah. Jadi, ada 29,03% siswa yang mampu membaca
puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik sesuai dengan
isi puisi (kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan adalah 74).
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, permasalahan tentang
kemampuan membaca puisi timbul karena: (1) siswa kurang antusias dalam
pembelajaran membaca puisi, (2) siswa kurang percaya diri dan masih malu
terhadap kemampuan membacanya karena siswa kurang aktif dalam kegiatan
pembelajaran sejak awal, (3) guru belum menggunakan strategi atau model
pembelajaran yang tepat terhadap kemampuan membacanya, dan (4) guru kurang
memberikan motivasi kepada siswa.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Fakta-fakta di atas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
kemampuan membaca puisi masih kurang optimal. Oleh karena itu, diperlukan
perbaikan yang dapat mendorong seluruh siswa untuk dapat memahami dan
menghayati puisi yang akan dibacanya agar mereka mampu membaca puisi
tersebut dengan indah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar pembelajaran
membaca puisi di sekolah lebih menarik adalah dengan mengubah pendekatan
pembelajaran yang digunakan oleh guru dengan lebih melibatkan keikutsertaan
siswa dalam proses pembelajaran, yakni dengan menerapkan pendekatan
pembelajaran quantum. Pembelajaran tersebut akan lebih mengoptimalkan
kualitas proses dan hasil karena sesuai atau tepat dengan permasalahan yang
terjadi. Selain itu, pembelajaran tersebut lebih menekankan pada proses kreatif,
praktik, interaksi antara siswa dan lingkungan kelas, dan kegiatan berapresiasi.
Berkenaan dengan hal itu, Nyoman S. Degeng (dalam Andayani, 2008:
18-19) menyatakan bahwa indikator keberhasilan pembelajaran terwujud apabila
murid sejahtera dalam belajar. Untuk mewujudkannya maka perlu disajikan
sebuah orkestrasi pembelajaran yang berbentuk aktivitas belajar murid yang
menyenangkan dan menggairahkan. Agus Suprijono (2009: xi) menyatakan
bahwa kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan menggairahkan adalah
pembelajaran dengan suasana socio emotional climate positif. Murid merasakan
bahwa proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang mendera dirinya,
melainkan berkah yang harus disyukurinya. Belajar bukanlah tekanan jiwa pada
dirinya, namun merupakan panggilan jiwa yang harus ditunaikannya.
Pembelajaran menyenangkan menjadikan murid ikhlas menjalaninya.
Salah satu metode dari pendekatan pembelajaran quantum adalah metode
TANDUR (Tanamkan. Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan).
Metode tersebut juga mempertimbangkan segala sistem pembelajaran yang
berupa interaksi dengan mempertimbangkan perbedaan kondisi murid dan
mengoptimalkan peristiwa belajar dan berfokus pada hubungan dinamis dalam
lingkungan kelas serta menciptakan interaksi yang efektif untuk pembelajaran.
Melalui metode TANDUR, banyak hal positif yang bisa didapat. Bagi
siswa, mereka akan mampu mengaitkan apa yang mereka dapat di sekolah dengan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah,
kehidupan sosial di luar rumah, serta kehidupan akademis yang dimiliki oleh
mereka. Bagi guru, bisa mengubah kelas dari yang biasa menjadi kelas yang
menarik. Perubahan keadaan ini akan memotivasi dan menumbuhkan minat
membaca puisi siswa, yakni pada saat membaca puisi di depan kelas murid tidak
merasa malu dan timbul kepercayan diri pada mereka.
Keunggulan lain dari pendekatan pembelajaran quantum dengan metode
TANDUR adalah (1) bisa mengubah keadaan kelas dari kelas biasa menjadi kelas
yang menarik; (2) bisa memotivasi dan menumbuhkan minat siswa; (3)
membangun rasa kebersamaan; (4) menumbuhkan dan mempertahankan daya
ingat; dan (5) merangsang daya dengar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk melaksanakan
penelitian tindakan kelas sebagai usaha perbaikan kualitas proses dan hasil
pembelajaran kemampuan membaca puisi dengan judul: Peningkatan
Kemampuan Membaca Puisi Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran
Quantum Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun
Ajaran 2010/2011.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah penerapan pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VII B SMP
Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011 ?
2. Apakah penerapan pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan
kualitas hasil pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VII B SMP
Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011 ?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan penelitian di atas, tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan kualitas :
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
1. Proses pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1
Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011 melalui penerapan pendekatan
pembelajaran quantum.
2. Hasil pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1
Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011 melalui penerapan pendekatan
pembelajaran quantum.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan khasanah keilmuan
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya dalam
pembelajaran membaca puisi.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan pendekatan pembelajaran quantum.
c. Sebagai pengembangan bahan ajar membaca puisi dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1) Menumbuhkan kesenangan siswa pada karya sastra khususnya
puisi;
2) Memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi
siswa;
3) Meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca puisi; dan
4) Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran membaca puisi siswa.
b. Bagi guru
1) Dapat meningkatkan kinerja guru dalam mengajar khususnya
dalam mengatasi kesulitan guru dalam pembelajaran membaca
puisi; dan
2) Dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengajarkan materi
membaca puisi.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
c. Bagi sekolah
1) Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam upaya dalam
menciptakan inovasi-inovasi pembelajaran bagi guru-guru yang
lain;
2) Memberikan kontribusi dalam pengembangan kurikulum sekolah
berdasarkan indikator-indikator pembelajaran membaca puisi yang
telah ditentukan; dan
3) Meningkatkan kualitas pembelajaran membaca puisi baik proses
maupun hasil.
d. Manfaat bagi peneliti
1) Menambah pengalaman peneliti dalam penelitian mengenai
pembelajaran terutama dalam pembelajaran membaca puisi; dan
2) Peneliti dapat melakukan kajian-kajian lebih lanjut untuk
menyusun suatu rancangan pembelajaran membaca puisi dengan
pendekatan pembelajaran quantum.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR,
PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN
HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Kemampuan Membaca Puisi
a. Pengertian Kemampuan Membaca Puisi
I Gusti Ngurah Bagus, dkk (1981: 6) menyatakan bahwa pemakaian
bahasa sebagai alat komunikasi merupakan tanda kemampuan berbahasa yang
hanya dimiliki oleh manusia. Namun, kemampuan berbahasa adalah suatu daya
yang harus diusahakan dan dipelajari secara formal maupun informal sebelum
manusia memiliki kemampuan tersebut. Seseorang dikatakan mampu berbahasa
apabila orang tersebut dapat menggunakan bahasa lisan pada saat mendengarkan
dan berbicara dan atau dapat menggunakan bahasa tulis pada saat membaca dan
menulis.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, Suharno, dkk. (2000: 17) mengartikan
kemampuan sebagai keterampilan proses. Keterampilan proses, yaitu
keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik,
dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih
tinggi. Dengan berbekal keterampilan proses itu, siswa mampu mengikuti
interaksi dalam kegiatan berbahasa secara penuh.
Menurut Satumahati (2010) kemampuan adalah tingkatan seberapa bisa
manusia untuk melakukan suatu hal dengan tenaga, kekuatan dan pengetahuan
yang dimiliki.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan merupakan kesanggupan individu dalam melakukan suatu kegiatan
secara maksimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata atau belajar tulis, yang menuntut agar kelompok kata yang
merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar
makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak
dipenuhi maka pesan yang tersurat dan tersirat tidak akan tertangkap atau
dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson dalam
Henry Guntur Tarigan, 2008: 7).
Farris (dalam Abd.Rouf, 2010) mengungkapkan bahwa membaca sebagai
pemrosesan kata-kata, konsep, informasi, dan gagasan-gagasan yang
dikemukakan oleh pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan
pengalaman awal pembaca. Dengan demikian pengalaman diperoleh apabila
pembaca mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki
sebelumnya dengan apa yang terdapat dalam bacaan.
Ditambahkan pula oleh Syafii (dalam Abd. Rouf, 2010) membaca adalah
suatu proses yang bersifat fisik atau yang disebut proses mekanik, berupa kegiatan
mengamati tulisan secara visual, dan suatu proses psikologis berupa kegiatan
berpikir dalam mengolah informasi.
Menurut Nurhadi (1987: 13), membaca adalah sebuah proses yang
kompleks dan rumit. Kompleks, artinya dalam proses membaca terlibat berbagai
faktor internal dan faktor eksternal pembaca. Faktor internal dapat berupa
intelegensi (IQ), minat, sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca, dan
sebagainya.Faktor eksternal bisa dalam bentuk sarana membaca, teks bacaan
(sederhanaberat, mudahsulit), faktor lingkungan, atau faktor latar belakang
sosial ekonomi, kebiasaan, dan tradisi membaca.
Reading as a general process if we keep in mind a few key terms which
apply to all kinds of reading (Peters, 1991: 3). Ia mengatakan bahwa membaca
sebagai sebuah proses umum apabila kita menjaga atau mengingat di dalam otak
kita sebuah kunci atau istilah pendukung untuk menerapkan semua jenis kegiatan
membaca.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Walaupun belajar membaca merupakan proses yang kompleks dan rumit,
itu merupakan salah satu hal yang dapat dicapai oleh otak manusia. Ketika kita
belajar membaca di tingkat sekolah dasar, mula-mula kita mempelajari huruf-
hurufnya, kemudian menghubungkan huruf-huruf tersebut menjadi kata-kata.
Pada saat itu, kita membaca satu demi satu kata. Setelah sampai pada tahap
tersebut, sebagian besar dari kita tidak mengalami kemajuan lagi dalam kegiatan
membaca. Ada beberapa upaya untuk meningkatkan kemampuan kita dalam hal
membaca. Bobbi DePorter dan Hernacki (2003: 252-259) menyatakan bahwa
terdapat upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan, antara lain: (1)
mengkondisikan keadaan mental dan fisik sebelum membaca. Meluangkan waktu
beberapa saat untuk menyesuaikan pikiran dan tubuh; (2) Meminimalkan
gangguan membaca. Dimulai dengan mencari tempat yang tenang dan nyaman
untuk membaca. Musik dapat pula membantu bagi sebagian orang namun dapat
pula menjadi penghambat konsentrasi dalam membaca. Apabila menginginkan
musik, pemilihan jenis musik pun juga harus dilakukan karena tempo musik
berpengaruh pada denyut jantung, otak kanan, dan kiri; (3) Duduk dengan sikap
yang tegak. Hal ini berhubungan dengan tulang punggung saat membaca karena
jika salah memposisikan tulang saat membaca dan berlangsung lama, akan
mengakibatkan tulang punggung tumbuh tidak normal; (4) Menggunakan jari atau
alat penunjuk. Seseorang ketika membaca secara alamiah akan bergerak
mengikuti benda yang bergerak, maka bila ada penunjuk yang bergerak maka
akan membantu gerak mata dalam melihat teks-teks bacaan secara cepat; dan (5)
Melihat sekilas terlebih dahulu teks yang akan dibaca. Kegiatan ini bertujuan
untuk mendapat harapan dan pikiran yang berguna untuk menuntun pemahaman
saat kegiatan membaca.
A. Teeuw (1983: 12) mengemukakan bahwa membaca dan menilai sebuah
karya sastra bukanlah sesuatu yang mudah. Setiap pembaca roman atau puisi, baik
modern ataupun klasik, pasti pernah mengalami kesulitan, merasa seakan-akan
tidak memahami apa yang dikatakan ataupun dimaksudkan oleh pengarangnya.
Kita dapat mengatakan bahwa proses membaca, yaitu memberi makna pada
sebuah teks tertentu, yang kita pilih, atau yang dipaksakan kepada kita (dalam
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Graphi
c
input
Aural
input
Oral
reading
meanin
g
pengajaran misalnya) adalah proses yang memerlukan pengetahuan sistem kode
yang cukup rumit, kompleks, dan aneka ragam.
Kode pertama yang kita kuasai jika ingin mampu memberi makna pada
teks tertentu adalah kode bahasa yang dalam teks itu.Kode ini mengharuskan kita
mampu membaca teks dengan sebaik-baiknya, melalui tata bahasa dan
kosakatanya. Kode kedua adalah diperlukan penguasaan kode kebudayaan secara
eksplisit dan implisit saat terciptanya teks tersebut. Jika pembaca tidak
mengetahui latar kebudayaan penciptaan teks tersebut, maka orang tersebut hanya
akan terdiam tidak mengerti maknanya. Kode terakhir adalah penguasaan kode
sastra yang lebih khas.Kode ini sangat sulit dibedakan dengan kode kebudayaan
namun pada prinsipnya pembaca harus mampu membedakannya.Masalah urutan
kata, pilihan kata, struktur kalimat, pemakaian bunyi, dan unsur tata bahasa pada
teks tidak hanya ditentukan oleh kode bahasa dan budaya tetapi juga kode sastra.
Ditambahkan oleh Strang (dalam Abu Wahidji, dkk., 1985: 6), kegiatan
membaca dibangun oleh lima kemampuan, yakni: (a) kemampuan mengerti yang
dibaca, (b) kecakapan rekonstruksi makna, (c) menilai apa yang dibaca, (d)
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, dan (e) sikap belajar membaca. Strang
menyimpulkan hal tersebut dari teori Jap dan Strang (dalam Abu Wahidji, dkk.,
1985: 6)yang mendasarkan teorinya sendiri pada taksonomi Bloom. Menurutnya,
gambaran proses membaca dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
+ recoding decoding
Gambar 1 : Proses Membaca
Dari pengertian kemampuan dan membaca di atas, dapat disimpulkan
bahwa kemampuan membaca pada dasarnya merupakan suatu proses
kesanggupan individu baik fisikmaupun psikologis yang dilakukan oleh individu
tersebut untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui makna yang
terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis secara maksimal. Makna
itu akan berubah karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda
yang akan dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
tersebut. Selain itu, dalam pemaknaan apa yang dibaca menuntut beberapa kode,
yakni (1) kode bahasa, (2) kode kebudayaan, dan (3) kode kode sastra.
Kegiatan fisik pada saat membaca disebut proses mekanik yang berupa
kegiatan mengamati tulisan secara verbal sedangkan kegiatan psikologis berupa
kegiatan berpikir dalam mengolah informasi.
Hornby (dalam Didin Widyartono, 2010) menyatakan bahwa kegiatan
membaca puisi merupakan upaya apresiasi puisi. Secara tidak langsung, bahwa
dalam membaca puisi, pembaca akan berusaha mengenali, memahami,
menggairahi, memberi pengertian, memberi penghargaan, membuat berpikir
kritis, dan memiliki kepekaan rasa. Semua aspek dalam karya sastra dipahami,
dihargai bagaimana persajakannya, irama, citra, diksi, gaya bahasa, dan apa saja
yang dikemukakan oleh media. Pembaca akan berusaha untuk menerjemahkan
bait per bait untuk merangkai makna dari makna puisi yang hendak disampaikan
pengarang. Pembaca memberi apresiasi, tafsiran, interpretasi terhadap teks yang
dibacanya setelah diperoleh pemahaman yang dipandang cukup, pembaca dapat
membaca puisi.
Sawali Tuhusetya (dalam Maria Utami, 2010: vii-x) menyatakan bahwa
pembelajaran apresiasi sastra merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan
untuk mengembangkan, menyuburkan, dan mengakarkan pendidikan karakter.
Melalui pembelajaran sastra yang optimal, siswa akan dibawa pada situasi
pembelajaran yang memungkinkan mereka untuk menafsirkan, menilai,
menemukan, dan mengkonstruksi materi ajar yang mereka terima sesuai dengan
pengalaman belajar yang mereka temukan.
b. Tujuan dan Manfaat Membaca Puisi
Nurhadi (dalam Laodesyamri, 2010) mengatakan tujuan membaca dibagi
menjadi dua, umum dan khusus. Secara umum tujuan membaca adalah mendapat
informasi, memperoleh pemahaman, dan memperoleh kesenangan. Secara khusus
tujuan membaca adalah memperoleh informasi yang faktual, memperoleh
keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, memberikan penilaian
kritis terhadap karya tulis seseorang, memperoleh kenikmatan emosi, dan mengisi
waktu luang.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Lebih lanjut Waples (dalam Laodesyamri, 2010) menyatakan beberapa
tujuan membaca, yakni: (1) mendapat alat atau cara praktis mengatasi masalah,
(2) mendapat hasil yang berupa prestis yaitu agar mendapat rasa lebih bila
dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulannya, (3) memperkuat
nilai pribadi atau keyakinan, (4) mengganti pengalaman estetika yang sudah
usang, dan (5) menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan, atau penyakit
tertentu.
Aidh bin Abdullah al-Qarni (dalam Wijaya Kusumah, 2010)
mengungkapkan tentang banyaknya manfaat membaca, yaitu : (1) Menghilangkan
kecemasan dan kegundahan, (2) Ketika membaca, seseorang terhalang masuk ke
dalam kebodohan, (3) Kebiasaan membaca membuat seseorang terlalu sibuk
untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja, (4)
Mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata, (5) Membantu
mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir, (6) Meningkatkan
pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman, (7)
Mengambil manfaat dari pengalaman orang lain, (8) Mengembangkan
kemampuannya, baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun
untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup, (9)
Menyegarkan pemikiran dari keruwetan dan menyelamatkan waktu agar tidak sia-
sia, dan (10) Menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai tipe dan
pendekatan kalimat, lebih lanjut lagi membaca bisa meningkatkan kemampuan
untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis diantara baris
demi baris (memahami apa yang tersirat).
Dengan demikian tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari
serta memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan. Makna
(meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita
dalam membaca (Henry Guntur Tarigan, 2008: 9).
c. Materi Pembelajaran Membaca Puisi di SMP
Materi pembelajaran membaca di Sekolah Menengah Pertama di kelas VII
semester I diarahkan pada standar kompetensi memahami ragam teks nonsastra
dengan berbagai cara membaca dengan kompetensi dasar menemukan makna kata
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
tertentu dalam kamus secara cepat dan tepat sesuai dengan konteks yang
diinginkan melalui kegiatan membaca memindai, menyimpulkan isi bacaan
setelah membaca cepat 200 kata per menit, dan membacakan berbagai teks
perangkat upacara dengan intonasi yang tepat sedangkan standar kompetensi
kedua dan memahami isi berbagai teks bacaan sastra dengan membaca dengan
kompetensi dasar menceritakan kembali cerita anak yang dibaca dan
mengomentari buku cerita yang dibaca.
Pada semester II, diarahkan pada standar kompetensi memahami wacana
tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai dengan
kompetensi dasar mengungkapkan hal-hal yang dapat diteladani dari buku
biografi yang dibaca secara intensif, menemukan gagasan utama dalam teks yang
dibaca, dan menemukan informasi secara cepat dari tabel/diagram yang dibaca
dan standar kompetensi memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca
puisi dan buku cerita anak dengan kompetensi dasar membaca indah puisi dengan
menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi
dan menemukan realitas kehidupan anak yang terefleksi dalam buku cerita anak
baik asli maupun terjemahan.
d. Bentuk dan Gaya Membaca Puisi
Setiap bentuk dan gaya membaca puisi selalu menuntut adanya ekspresi
wajah, gerakan kepala, gerakan tangan, dan gerakan badan. Keempat ekspresi dan
gerakan tersebut harus memperhatikan (1) jenis acara: pertunjukkan, pembuka
acara resmi, performance-art, dll, (2) pencarian jenis puisi yang cocok dengan
tema: perenungan, perjuangan, pemberontakan, perdamaian, ketuhanan,
percintaan, kasih sayang, dendam, keadilan, kemanusiaan, dll, (3) pemahaman
puisi yang utuh, (4) pemilihan bentuk dan gaya baca puisi, (5) tempat acara:
indoor atau outdoor, (6) audien, (7) kualitas komunikasi, (8) totalitas
performansi: penghayatan, ekspresi, (9) kualitas vokal, (10) kesesuaian gerak, dan
(11) jika menggunakan bentuk dan gaya teaterikal, harus memperhatikan (a)
pemilihan kostum yang tepat, (b) penggunaan properti yang efektif dan efisien,
(c) setting yang sesuai dan mendukung tema puisi, (d) musik yang sebagai musik
pengiring puisi atau sebagai musikalisasi puisi.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Suwignyo (dalam Didin Widyartono, 2010) mengemukakan bahwa bentuk
dan gaya baca puisi dapat dibedakan mejadi tiga, yaitu (1) bentuk dan gaya baca
puisi secara poetry reading, (2) bentuk dan gaya baca puisi secara deklamatoris,
dan (3) bentuk dan gaya baca puisi secara teaterikal.
Ciri khas dari bentuk dan gaya baca puisi secara poetry reading adalah
diperkenankannya pembaca membawa teks puisi. Adapun posisi dalam bentuk
dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan dengan (1) berdiri, (2) duduk, dan (3)
berdiri, duduk, dan bergerak. Jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca dengan
posisi berdiri, maka pesan puisi disampaikan melalui gerakan badan, kepala,
wajah, dan tangan. Intonasi baca seperti keras-lemah, cepat-lambat, tinggi-rendah
dilakukan dengan cara sederhana. Bentuk dan gaya baca puisi ini relatif mudah
dilakukan. Jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi duduk,
maka pesan puisi disampaikan melalui (1) gerakan-gerakan kepala: menengadah,
menunduk menoleh, (2) gerakan raut wajah: mengerutkan dahi, mengangkat alis,
(3) gerakan mata: membelakak, meredup, memejam, (4) gerakan bibir:
tersenyum, mengatup, melongo, dan (5) gerakan tangan, bahu, dan badan,
dilakukan seperlunya. Di lain pihak, intonasi baca dilakukan dengan cara (1)
membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat katakata
tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu. Jika pembaca
memilih bentuk dan gaya baca puisi duduk, berdiri, dan bergerak, maka yang
harus dilakukan pada posisi duduk adalah (1) memilih sikap duduk dengan santai,
(2) arah dan pandangan mata dilakukan secara bervariasi, dan (3) melakukan
gerakan tangan dilakukan dengan seperlunya. Adapun hal yang dilakukan pada
saat berdiri adalah (1) mengambil sikap santai, (2) gerakan tangan, gerakan bahu,
dan posisi berdiri dilakukan dengan bebas, dan (3) ekspresi wajah: kerutan dahi,
gerakan mata, senyuman dilakukan dengan wajar. Yang dilakukan pada saat
bergerak adalah (1) melakukan dengan tenang dan terkendali, dan (2)
menghindari gerakan-gerakan yang berlebihan. Intonasi baca dilakukan dengan
cara (1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat
katakata tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Ciri khas dari bentuk dan gaya baca puisi secara deklamatoris adalah
lepasnya teks puisi dari pembaca. Jadi, sebelum mendeklamasikan puisi, teks
puisi harus dihafalkan. Bentuk dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan dengan
posisi (1) berdiri, (2) duduk, dan (3) berdiri, duduk, dan bergerak.
Jika deklamator memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi berdiri,
maka pesan puisi disampaikan melalui (1) gerakan-gerakan tangan: mengepal,
menunjuk, mengangkat kedua tangan, (2) gerakan-gerakan kepala: melihat ke
bawah, atas, samping kanan, samping kiri, serong, (3) gerakan-gerakan mata:
membelalak, meredup, memejam, (4) gerakan-gerakan bibir: tersenyum,
mengatup, melongo, (5) gerakan-gerakan tangan, bahu, badan, dan raut muka
dilakukan dengan total. Intonasi baca dilakukan dengan cara (1) membaca dengan
keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat kata-kata tertentu, (3)
membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu. Jika deklamator memilih bentuk
dan gaya dengan posisi duduk, berdiri, dan bergerak, maka yang dilakukan pada
posisi duduk adalah (1) memilih posisi duduk dengan santai, kaki agak ditekuk,
posisi miring dan badan agak membungkuk, dan (2) arah dan pandangan mata
dilakukan bervariasi: menatap dan menunduk. Adapun yang dilakukan pada posisi
berdiri (1) mengambil sikap tegak dengan wajah menengadah, tangan menunjuk,
dan (2) wajah berseri-seri dan bibir tersenyum.Yang dilakukan pada saat bergerak
(1) melakukan dengan tenang dan bertenaga, dan (2) kaki dilangkahkan dengan
pelan dan tidak tergesa-gesa. Intonasi dilakukan dengan cara (1) membaca dengan
keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat kata-kata tertentu, dan (3)
membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.
Ciri khas bentuk dan gaya baca puisi teaterikal bertumpu pada totalitas
ekspresi, pemakaian unsur pendukung, misal kostum, properti, seting, musik, dll.,
meskipun masih terikat oleh teks puisi/tidak. Bentuk dan gaya baca puisi secara
teaterikal lebih rumit daripada poetry reading maupun deklamatoris. Puisi yang
sederhana apabila dibawakan dengan ekspresi akan sangat memesona. Ekspresi
jiwa puisi ditampakkan pada perubahan tatapan mata dan sosot mata. Gerakan
kepala, bahu, tangan, kaki, dan badan harus dimaksimalkan. Potensi teks puisi dan
potensi diri pembaca puisi harus disinergikan. Pembaca dapat menggunakan efek-
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
efek bunyi seperti dengung, gumam, dan sengau diekspresikan dengan total.
Lakuan-lakuan pembaca seperti menunduk, mengangkat tangan, membungkuk,
berjongkok, dan berdiri bebas diekspresikan sesuai dengan motivasi dalam puisi.
Aktualisasi jiwa puisi harus menyatu dengan aktualisasi diri pembaca. Inilah
bentuk dari gaya baca puisi yang paling menantang untuk dilakukan.
Cara mengucapkan puisi harus tunduk kepada aturan-aturan, yakni di
mana harus ditekankan atau dipercepatkan, di mana harus dikeraskan, harus
berhenti, dimana harus dilambatkan atau dilunakkan, di mana harus diucapkan
biasa dan sebagainya. Jadi, bila kita mendeklamasikan puisi, maka harus dipakai
tanda-tanda tersendiri. Tanda/ anotasi tersebut antara lain: (-------) diucapkan
biasa saja, (/) berhenti sebentar untuk bernafas/ biasanya pada koma atau di
tengah baris, (//) berhenti agak lama/biasanya koma di akhir baris yang masih
berhubungan artinya dengan baris berikutnya, (///) berhenti lama sekali biasanya
pada titik baris terakhir atau pada penghabisan puisi, (^) suara perlahan sekali
seperti berbisik, (^^) suara perlahan saja, (^^^) suara keras sekali seperti berteriak,
(V) tekanan kata pendek sekali, (VV) tekanan kata agak pendek, (VVV) tekan
kata agak panjang, (VVVV) tekan kata agak panjang sekali, (____/) tekanan
suara meninggi, dan (____) tekanan suara agak merendah.
e. Puisi sebagai Salah Satu Materi Apresiasi Sastra
Sejalan dengan pernyataan Didin Widyartono, Sawali (dalam Maria
Utami, 2010: vii-x) mengemukakan bahwa pembelajaran apresiasi sastra yang
penting dan strategis adalah puisi. Melalui pembelajaran apresiasi puisi yang
optimal, siswa secara tidak langsung akan mendapatkan nutrisi dan gizi batin
yang akan mampu memberikan imbas positif terhadap perkembangan kepribadian
dan karakter mereka. Dengan puisi, hati dan perasaan siswa akan terlibat secara
intens dan emosional ke dalam teks puisi yang mereka pelajari, sehingga
kepekaan murni mereka menjadi lebih tersentuh dan terasah. Dengan cara
demikian, tanpa melalui pola instruksional dan indoktrinasi yang monoton dan
membosankan, siswa secara tidak langsung akan belajar mengenal, memahami,
dan menghayati berbagai macam nilai kehidupan, untuk selanjutnya mereka
aplikasikan dalam ranah kehidupan nyata sehari-hari.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Membaca puisi ialah memahami apa yang terdapat dalam puisi atau apa
yang ingin disampaikan penyair lewat puisinya. Suharianto (dalam Nanang
Ismail, 2010) menyatakan bahwa membaca puisi tidak hanya menyuarakan
lambang-lambang bahasa saja, tetapi lebih dari pada itu. Membaca puisi pada
hakikatnya menyuarakan kembali apa yang pernah dirasakan, dipikirkan, atau
dialami penyairnya. Oleh karena itu, pembaca puisi sebelumnya harus
menginterpretasikan apa yang ada di balik puisi. Ekspresi dan emosi yang lahir
merupakan hasil interpretasi pembaca terhadap puisi.
Ditambahkan pula bahwa, membaca puisi atau poetry reading juga
berupaya untuk menangkap curahan perasaan, buah pikiran, dan pengalaman
batin penyair yang tertuang dalam karya sastra berbentuk puisi. Membaca puisi
yang baik selalu didahului interpretasi yang tepat seperti yang diinginkan
penyairnya. Apapun yang dilakukan pembaca oleh puisi di depan publik
sebenarnya merupakan pencerminan perasaan, pikiran, dan pengalaman batin
penyairnya. Kesedihan, kegembiraan, kebencian, semangat yang menyala-nyala,
dan kebahagiaan pembaca puisi sebenarnya merupakan manifestasi pengalaman
batin penyairnya.
Suharianto (dalam Nanang Ismail, 2010) menambahkan pula bahwa
selama membaca puisi di depan publik atau hadirin yang dapat dilihat atau
didengar tidak dapat ditinggalkan. Semua yang terlahir pada waktu membaca
puisi, baik teknik vokal maupun performance atau penampilan adalah sesuatu
yang wajar sesuai dengan tuntunan puisi yang dibacanya. Bila puisi yang dibaca
menghendaki semangat yang menyala-nyala, maka pembaca puisi harus
bersemangat. Pembaca puisi akan bersedih, bila puisi yang dibacanya menuntut
untuk bersedih. Dengan demikian interpretasi puisi yang dilakukan pembaca puisi
sudah tepat, bila sudah mencerminkan apa yang diharapkan penyairnya. Jadi,
membaca puisi ialah membaca suatu karya sastra berupa puisi dengan
memperhatikan irama, volume suara, mimik, dan kinesik yang tepat sesuai
dengan isi puisi.
Irama adalah suatu gerak yang teratur, suatu rentetan bunyi berulang dan
menimbulkan variasi bunyi yang menciptakan gerak yang hidup.Irama dalam
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
bahasa ialah pergantian naik-turun, panjang-pendek, keras-lembut ucapan bunyi
bahasa dengan teratur. Berdasarkan itu, irama dapat diartikan sebagai pergantian
berturut-turut secara teratur. Irama dapat dibagi menjadi dua bentuk: ritme dan
metrum. Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap
disebabkan oleh jumlah suku kata yang sudah tetap, sehingga alun suara menjadi
tetap. Apabila pertentangan bunyi mengalun dengan teratur, tetapi tidak
merupakan jumlah suku kata yang tetap dan hanya menjadi gema dari dendang
penyair dan deklamator, maka irama tersebut disebut ritme (M. Atar Semi, 1993:
120-121).
Bonita. D Sampurno (2010) menyatakan bahwa volume suara adalah
kekerasan suara yang dihasilkan oleh pembaca puisi. Volume suara yang
dihasilkan saat membacakan sebuah puisi sebaiknya disesuaikan dengan situasi.
Volume suara pun bisa berubah dari berbisik, lantang, hingga teriak yang
bertujuan untuk mengekspresikan atau menggugah emosi pendengar.
Mimik atau action dalam sebuah deklamasi puisi sangat besar
pengaruhnya terhadap pembentukan suasana pembacaan puisi. Seorang pembawa
puisi yang berhasil ia akan mengemukan sesuatu action atau mimik itu sesuai
dengan perkembangan kata demi kata dalam tiap baris dan tidak bertentangan
dengan jiwa dan isi kata-kata kalimat dalam puisi. Terjadinya kontradiksi antara
apresiasi dan action menimbulkan kesan yang mungkin bisa menjadi bahan
tertawaan pendengar puisi.
Kartomiharjo (dalam Muhammad Zakii Al-aziz, 2010) menyatakan bahwa
kinesik adalah ilmu yang mempelajari isyarat yang menggunakan berbagai bagian
tubuh. Kinesik terdiri dari ekspressi wajah, sikap tubuh, gerakan jari-jemari,
tangan, lengan, pundak, goyangan pinggul, dan gelengan kepala.
Maria Utami (2010: 41) berpandangan bahwa setidaknya ada 9 karakter
yang bisa dikembangkan melalui pembelajaran apresiasi puisi, di antaranya: (1)
cinta Tuhan, (2) bertanggung jawab, mempunyai amanah, disiplin, dan mandiri,
(3) bersikap jujur, (4) bersikap hormat dan santun, (5) mempunyai rasa kasih
sayang dan peduli, (6) percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah, (7)
mempunyai rasa keadilan dan sikap kepemimpinan serta mampu bekerja sama,(8)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
baik, rendah hati dan mengampuni, dan (9) mempunyai toleransi dan cinta damai.
Pandangan ini cukup menarik dan sesuai jika dikaitkan dengan situasi kekinian
yang dinilai menunjukkan adanya kecenderungan perilaku anomali sosial yang
menghinggapi kaum remaja yang semakin mengabaikan nilai-nilai luhur baku.
f. Penilaian dalam Pembelajaran Membaca Puisi
Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui keberhasilan (proses dan
hasil) dari suatu pogram kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria (Sarwiji
Suwandi, 2010: 7). Teknik penilaian yang tepat memerlukan data yang berkaitan
dengan objek penelitian yang dilakukan.
Untuk mengkur keberhasilan tujuan pembelajaran dapat dilihat dari nilai
(baik proses maupun hasil) yang dicapai oleh siswa. Oleh karenanya, diperlukan
penilaian yang sesuai yang dapat mengukur hal tersebut. Format penilaian yang
biasa digunakan dalam pengajaran sastra ada beberapa, di antaranya adalah teknik
penilaian unjuk kerja. Format penilaian ini merupakan penilaian yang dilakukan
dengan mengamati kegiatan sis dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok
digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut siswa
melakukan tugas tertentu misalnya membaca puisi. Untuk mengamati unjuk kerja
peserta didik adalah dengan menggunakan instrumen skala penilaian (rating
scale). Sarwiji Suwandi (2010: 74) menemukakan bahwa rating scale merupakan
penilaian unjuk kerja yang memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap
penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana
pilihan kategori lebih dari dua. Skala penilaian tersebut terentang dari tidak
sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten; 2 = cukup
kompeten; 3 = kompeten; dan 4 = sangat kompeten.
1) Penilaian Proses Pembelajaran
Penilaian proses dapat dilihat dari sikap siswa ketika mengikuti kegiatan
pembelajaran. Sikap bermula dari perasaan suka atau tidak suka yang terkait
dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/obyek. Sikap juga
merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki
seseorang. Sikap dapat dibentuk sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang
diinginkan.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Nana Sujana (2008: 56) mengungkapkan bahwa apa yang dicapai oleh
siswa merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya melalui program dan
kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses mengajar.
Ini berarti bahwa hasil (prestasi) belajar siswa tidak terlepas dari proses
belajar yang dialaminya. Lebih lanjut Sarwiji Suwandi (2010: 80-81)
mengungkapkan bahwa secara umum obyek/sikap yang perlu dinilai dalam
proses pembelajaran meliputi beberapa hal, yakni sikap terhadap materi
pelajaran (motivasi mengikuti pelajaran, keseriusan, semangat); sikap
terhadap guru/pengajar (interaksi, respon); dan sikap terhadap proses
pembelajaran (perhatian, kerjasama, konsentrasi, dsb.).
Berdasarkan hal tersebut maka pedoman penilaian proses yang digunakan
dalam pembelajaran apresiasi puisi adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Penilaian Proses Pembelajaran
(Diadaptasi dari Sarwiji, 2010 : 130)
a) Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria
berikut.
1 = sangat kurang 4 = baik
2 = kurang 5 = amat baik
3 = cukup
b) Menghitung nilai
Nilai = Skor perolehan siswa x 100 = ....
Skor maksimal (15)
c) Keterangan diisi dengan kriteria berikut.
(1) Nilai = 10 29 sangat kurang (4) Nilai = 70 89 baik
(2) Nilai = 30 49 kurang (5). Nilai = 90 100 sangat baik
No Nama
Siswa
Keaktifan
siswa
selama
apersepsi
Keaktifan
danperhatian
siswa pada saat
guru
menyampaikan
materi
Minat dan
motivasi siswa
saat mengikuti
kegiatan
pembelajaran
Skor Nilai Ket.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
(3) Nilai = 50 69 cukup
1) Keaktifan siswa selama apersepsi
Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya atau sangat aktif selama apersepsi
(menyanyikan lagu dengan semangat dan merespon setiap
stimulus yang diberikan guru saat apersepsi dengan baik)
Skor 4 : Jika siswa aktif selama apersepsi (ikut menyanyikan lagu dan
cukup merespon stimulus yang diberikan guru saat apersepsi)
Skor 3 : Jika siswa cukup aktif pada saat apersepsi (ikut menyanyikan
lagu namun tidak merespon stimulus yang diberikan guru)
Skor 2 : Jika siswa kurang aktif pada saat apersepsi (ikut menyanyikan
lagu namun tidak serius dan sama sekali tidak mau merespon
stimulus yang diberikan guru saat apersepsi).
Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak aktif (sama sekali tidak mau
menyanyi dan merespon pertanyaan atau stimulus saat
apersepsi).
2) Keaktifan dan perhatian siswa pada saat mengikuti pelajaran
Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya memperhatikan pada saat guru
menyampaikan materi dan aktif bertanya, menjawab, menamai,
serta memberikan tanggapan (terjadi interaksi), dan
mengerjakan setiap tugas.
Skor 4 : Jika siswa memperhatikan saat guru menyampaikan materi dan
sesekali mau bertanya, menjawab, serta menamai memberikan
tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.
Skor 3 : Jika siswa hanya memperhatikan saat guru menyampaikan
materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, serta
memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.
Skor 2 : Jika siswa kurang memperhatikan serta kurang fokus saat guru
menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya,
menjawab, menamai serta memberikan tanggapan.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak memperhatikan guru saat
menyampaikan materi (sibuk beraktivitas sendiri seperti
berbicara atau membuat gaduh).
3) Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran
Skor 5 : Jika siswa tampak bersungguh-sungguh dan menunjukkan
adanya kesenangan dalam mengerjakan setiap tugas yang
diberikan; tampak antusias, senang serta bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk, secara
sukarela membacakan pekerjaan yang dibuat).
Skor 4 : Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru serta
tampak bersemangat dan antusias dalam mengikuti
pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk).
Skor 3 : Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan namun
kurang bersemangat dan antusias dalam pembelajaran (kurang
serius).
Skor 2 : Jika siswa hanya sekedar mengerjakan tugas yang diberikan dan
terlihat tidak bersemangat dalam pembelajaran (ogah-ogahan,
meletakkan kepala di meja).
Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak mau mengerjakan tugas yang
diberikan dan sama sekali tidak bersemangat (tampak bosan,
tertidur).
2) Penilaian Hasil Pembelajaran
Nana Sujana (2008:3) mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar
adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa
dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang dinilai
adalah hasil belajar siswa yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
Burhan Nurgiyantoro (2009: 326) menyatakan bahwa tes kesastraan
(termasuk puisi) mencangkup tes kognitif, tef afektif, dan tes psikomotorik.
Tes kognitif berhubungan dengan kemampuan proses berpikir. Ranah afektif
berhubungan dengan sikap, pandangan, dan nilai-nilai yang diyakini
seseorang. Tes psikomotorik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
aktivitas otot, fisik atau gerakan anggota badan. Lebih lanjut dikemukakan
bahwa tes-tes yang disusun guru tersebut hendaklah disesuaikan dengan
tujuan pengajaran kebahasaaan dan kesastraan yang hendak dicapai.
Sebagaimana yang telah diungkapkan bahwa tes atau penilaian yang
digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran maka
penilaian hasil dalam pembelajaran membaca indah puisi di kelas VII B ini
didasarkan pada hasil pekerjaan siswa memahami dan membaca indah puisi
dalam bentuk kegiatan membaca indah dengan irama, volume suara, mimik,
dan kinesik sesuaidengan isi puisi. Hal tersebut disesuaikan dengan
kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan sekolah di semester II
dengan materi puisi. Di samping itu, pada pedoman penskoran tiap aspek juga
dinilai sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Pada materi ini KKM yang
ditentukan adalah 74, ini berarti bahwa siswa dinyatakan tuntas dalam
pembelajaran jika mendapatkan nilai 74. Dalam penelitian ini peneliti
mengadaptasi format dan bobot penilaian hasil pembelajaran menulis puisi
sebagai berikut.
Tabel 2. Penilaian Hasil Pembelajaran
No Nama siswa Aspek yang Dinilai Skor Nilai
Irama Volume
Suara
Mimik Kinesik
(Diadopsi dari Sarwiji Suwandi, 2010 : 78)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tabel 3. Pedoman Penskoran
No Aspek yang dinilai Skor
1. Penggunaan Irama
Penggunaan irama baik dan dapat menciptakan keindahan Penggunaan irama cukup baik dan cukup dapat menciptakan
keindahan
Penggunaan irama kurang baik dan kurang dapat menciptakan keindahan
Belum dapat menggunakan irama dengan baik (Penggunaan irama sama sekali tidak menciptakan keindahan)
Skor 1 4
4
3
2
1
2. Volume Suara
Volume suara sangat sesuai dengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi
Volume suara cukup sesuaidengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi
Volume suara kurang sesuai dengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi
Volume suara sama sekali tidak sesuai dengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi
Skor 1 4
4
3
2
1
3. Mimik
pengekspresian atau perubahan ekspresi wajah sesuai dengan isipuisi yang dibaca (sangat menghayati)
ekspresi atau perubahan ekspresi wajah sudah cukup sesuai dengan isipuisi yang dibaca (cukup menghayati)
ekspresi atau perubahan ekspresi wajah kurang sesuai dengan isipuisi yang dibaca (kurang menghayati)
ekspresi atau perubahan ekspresi wajah sama sekali tidak sesuai dengan isipuisi yang dibaca (tidak menghayati)
Skor 1 4
4
3
2
1
4. Kinesik
Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan atau wajah sesuai dengan isi puisi yang dibaca
Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan atau wajah cukup sesuai dengan isi puisi yang dibaca
Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan atau wajah kurang sesuai dengan isi puisi yang dibaca
Sama sekali tidak menggerakkan tangan, anggota badan atau wajah sesuai dengan isi puisi yang dibaca
Skor 1 4
4
3
2
1
Skor maksimal 1, 2, 3, 4 16
Nilai siswa = skor maksimum siswa X 100
16
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2. Hakikat Puisi
a. Pengertian Puisi
Puisi adalah salah satu karya seni sastra yang dapat dikaji dari berbagai
macam aspek, struktur dan unsurnya, jenis dan kesejarahannya. Sepanjang zaman,
puisi selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Hal ini mengingat
hakikatnya sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara konvensi dan
pembaharuan/inovasi.
Puisi merupakan bentuk karya sastra yang paling tua. Karya-karya besar
dunia yang bersifat monumental ditulis dalam bentuk puisi seperti Mahabaratha
dan Ramayana yang berasal dari India. Puisi tidak hanya dipergunakan untuk
penulisan katya-karya besar, namun puisi juga sangat erat dalam kehidupan kita
sehari-hari.
Menurut Rifaterre (dalam Maria Utami, 2010: 1), puisi selalu berubah-
ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetiknya. Meskipun
sampai sekarang orang tidak dapat memberikan definisi setepatnya apakah puisi
itu tetapi untuk memahaminya perlu diketahui ancar-ancar pengertian puisi.
Menurut Jabrohim (dalam Maria Utami, 2010: 1), puisi merupakan bentuk
ekspresi dan konsentrasi rasa dan pengalaman jiwa penyair. Oleh karena itu, puisi
merupakan jenis/genre sastra paling pekat dan padat. Efek yang terjadi pada
keadaan puisi dari kondisi yang semacam itu adalah bahwa puisi itu singkat,
padat, konotatif, poliinterpretabel, ekspresif, dan penuh kata irasional serta
nongramatik.
Coleridge (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2003: 7) mengemukakan
bahwa puisi adalah kata-kata yang indah dalam susunan terindah. Penyair atau
pengarang memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya,
misalnya seimbang, simetris antara satu unsur dengan unsur yang lain yang sangat
erat hubungannya.
Richards (dalam Henry Guntur Tarigan, 1984: 9-10) menyatakan puisi
mengandung suatu makna keseluruhanyang merupakan perpaduan antara tema
penyair (yaitu mengenai inti pokok puisi itu), perasannya (yaitu sikap penyair
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
tehadap bahan atau objeknya), nada (yaitu sikap sang penyair terhadap pembaca
atau penikmatnya), dan amanat (yaitu maksud dan tujuan sang penyair).
Brahim (dalam Suminto A. Sayuti, 1985: 14) bahwa unsur-unsur yang
membangun sebuah puisi meliputi imajinasi, emosi, dan bentuknya yang
khas.Senada dengan pernyataan di atas, William J. Grace (dalam Suminto A.
Sayuti, 1985: 14) menyatakan bahwa watak puisi lebih mengutamakan intuisi,
imajinasi dan sintesa dibandingkan dengan prosa yang lebih mengutamakan
pikiran, konstruksi, dan analisa.
Dari beberapa