Bahasa Indonesia SMP.pdf

291
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN QUANTUM PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011 (Penelitian Tindakan Kelas) Skripsi Oleh : RININTA CITRA AYU SARI X1207015 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of Bahasa Indonesia SMP.pdf

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    i

    PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI MELALUI

    PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN QUANTUM

    PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 JATEN

    KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

    (Penelitian Tindakan Kelas)

    Skripsi

    Oleh :

    RININTA CITRA AYU SARI

    X1207015

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ii

    ii

    PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI MELALUI

    PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN QUANTUM

    PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 JATEN

    KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

    (Penelitian Tindakan Kelas)

    Oleh:

    RININTA CITRA AYU SARI

    X1207015

    SKRIPSI

    Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi

    Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

    Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iii

    iii

    PERSETUJUAN

    Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

    Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

    Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

    Sarjana Pendidikan.

    Persetujuan Pembimbing

    Pembimbing I, Pembimbing II,

    Dr. Rr. E. Nugraheni Eko W, S.S, M.Hum Drs. Edy Suryanto, M.Pd.

    NIP 197007162002122001 NIP 196008101986011001

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iv

    iv

    PENGESAHAN

    Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

    Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

    Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

    Sarjana Pendidikan.

    Pada hari : _________________

    Tanggal : _________________

    Tim Penguji Skripsi:

    Nama Terang Tanda tangan

    Ketua : Dr. Andayani, M.Pd.

    Sekretaris : Dra. Raheni Suhita, M.Hum.

    Anggota I : Dr. Rr. E. Nugraheni Eko W, S.S, M.Hum

    Anggota II : Drs. Edy Suryanto, M.Pd.

    Disahkan Oleh :

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    Dekan,

    Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

    NIP 196007271987021001

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    v

    v

    ABSTRAK

    Rininta Citra Ayu Sari. X1207015. Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi

    Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Quantum Pada Siswa Kelas VII B

    SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi,

    Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

    Juni 2011.

    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil

    pembelajaran keterampilan membaca puisi dengan Pendekatan Pembelajaran

    Quantum pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun

    Pelajaran 2010/2011.

    Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian

    kolaboratif antara guru dengan peneliti untuk mengatasi permasalahan dalam

    pembelajaran. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten

    Karanganyar yang berjumlah 31 siswa (16 putra dan 15 putri) dan guru bahasa

    Indonesia kelas VII. Sumber data yang digunakan yaitu: tempat dan peristiwa,

    informan, dan dokumen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan

    (observasi), wawancara mendalam, kajian dokumen, dan angket. Untuk menguji

    validitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber data dan triangulasi

    metode. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis deskripsi komparatif

    dan analisis interaktif berdasarkan indikator yang telah ditetapkan. Pelaksanaan

    penelitian dimulai dari survei awal, siklus I, sampai siklus III. Setiap siklus terdiri

    dari empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3)

    observasi tindakan; dan (4) analisis dan refleksi. Dalam penelitian ini guru kelas

    bertindak sebagai fasilitator pembelajaran dan peran peneliti sebagai pengamat.

    Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) penerapan

    pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan kualitas proses

    pembelajaran membaca puisi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya persentase

    keaktifan, perhatian, konsentrasi, minat, dan motivasi siswa dalam pembelajaran

    menulis argumentasi di setiap siklusnya. Pada siklus I siswa yang aktif sebesar

    45%, siswa yang perhatian dan konsentrasi sebesar 48%, dan siswa yang berminat

    dan termotivasi sebesar 48%. Pada siklus II siswa yang aktif sebesar 61%, siswa

    yang perhatian dan konsentrasi sebesar 58%, dan siswa yang berminat dan

    termotivasi sebesar 48%. Pada siklus III siswa yang aktif sebesar 84%, siswa yang

    perhatian dan konsentrasi sebesar 80%, dan siswa yang berminat dan termotivasi

    sebesar 80%. Selain itu, penerapan pendekatan pembelajaran quantum dapat

    membuat guru mengelola kelas dengan baik ketika pembelajaran, (2) penerapan

    pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam

    membaca puisi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya persentase membaca puisi

    siswa tiap siklusnya, yaitu siklus I sebesar 49%, siklus II sebesar 65% dan siklus III

    84%. Hal ini membuktikan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran quantum

    mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran membaca puisi siswa

    kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vi

    vi

    MOTTO

    Manusia manusia yang tidak pernah miskin, sedikit kaitannya dengan tingkatan

    material maupun spiritual seseorang, melainkan lebih pada seberapa baik dan

    seberapa bisa ia mampu menikmati dan mensyukuri hidupnya. Begitu kemampuan

    menikmati dan mensyukuri terakhir melekat dalam pada kehidupan, maka

    masuklah ia dalam kelompok manusia yang tidak akan pernah miskin.

    (Gede Prama)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vii

    vii

    PERSEMBAHAN

    Kupersembahkan karya ini sebagai wujud

    syukur, rasa cinta, kasih sayang, dan ucapan

    terima kasihku kepada:

    1. Kedua orang tuaku, Heri Setiono dan

    Eny Widjajati yang tak putus-putusnya

    mendoakan siang dan malam dengan

    segenap cinta, kasih sayang, dan perhatian

    yang tak ternilai harganya dari apapun;

    2. Adikku tersayang, Herany Dyah Ayusari

    yang senantiasa mendukung setiap

    langkah yang kulalui dalam hidup ini dan

    memberi keceriaan ketika di rumah;

    3. Figur Rahman Fuad yang selalu

    memberiku semangat dan saling berbagi

    cerita serta keceriaan, semoga kita diberi

    jalan terbaik;

    4. Rekan-rekan almamater

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    viii

    viii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah Swt yang telah

    memberikan nikmat dan karuniaNya kepada kita semua. Atas kehendakNya pula

    skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan mendapatkan gelar

    Sarjana Pendidikan.

    Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan

    dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin

    penyusunan skripsi;

    2. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan

    Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

    Surakarta yang memberikan persetujuan dalam skripsi ini;

    3. Dr. Andayani, M.Pd., Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

    yang memberikan persetujuan juga dalam skripsi ini;

    4. Dr. Rr. E. Nugraheni Eko W, S.S, M.Hum, dan Drs. Edy Suryanto, M.Pd.,

    selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan dengan begitu

    sabar dan memberikan semangat pada penulis serta masukan yang tak ternilai

    harganya;

    5. Dra. Raheni Suhita, M.Hum., selaku pembimbing akademik yang telah

    memberikan motivasi dalam studi penulis;

    6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Pendidikan Bahasa dan Sastra

    Indonesia yang dengan tulus ikhlas memberikan ilmu yang bermanfaat pada

    penulis;

    7. Sri Djoko Widodo, S.H, M.H., selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Jaten

    yang telah memberikan izin peneliti terkait dengan penelitian yang

    dilaksanakan;

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ix

    ix

    8. Katrin Kusala S.Pd., selaku wali kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten sekaligus

    sebagai kolaborator yang dengan senang hati membantu peneliti dalam

    melaksanakan penelitiannya;

    9. Siswa-siswi kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten yang membantu terlaksananya

    penelitian ini;

    10. Sahabat-sahabatku (umi,asih, ika, lia, dan epin) yang selalu memberi semangat

    dan warna dalam hidup;

    11. Figur Rahman Fuad (you know who you are);

    12. Rekan-rekan Mahasiswa Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

    2007 atas persahabatan dan kebersamaan yang menjadi kenangan indah; dan

    13. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak dapat

    penulis sebutkan satu per satu.

    Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di atas mendapat

    pahala dan imbalan dari Allah SWT, amien. Penulis berharap semoga karya ini

    dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menambah khasanah keilmuan dalam

    pelajaran bahasa Indonesia.

    Surakarta, Juni 2011

    Penulis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    x

    x

    DAFTAR ISI

    Halaman

    JUDUL .................................................................................................................... i

    PENGAJUAN ........................................................................................................ ii

    PERSETUJUAN ................................................................................................... iii

    PENGESAHAN .................................................................................................... iv

    ABSTRAK .............................................................................................................. v

    MOTTO ................................................................................................................ vi

    PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

    BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................... 7

    C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7

    D. Manfaat Hasil Penelitian ........................................................................ 8

    BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, PENELITIAN YANG

    RELEVAN, DAN HIPOTESIS TINDAKAN ...................................................... 10

    A. Kajian Pustaka ..................................................................................... 10

    1. Hakikat Kemampuan Membaca Puisi .............................................. 10

    a. Pengertian Kemampuan Membaca Puisi ..................................... 10

    b. Tujuan dan Manfaat Membaca Puisi ........................................... 14

    c. Materi Pembelajaran Membaca Puisi di SMP ............................. 15

    d. Bentuk dan Gaya Membaca Puisi ................................................ 16

    e. Puisi sebagai Salah Satu Materi Apresiasi Sastra ........................ 19

    f. Penilaian dalam Pembelajaran Membaca Puisi ............................ 22

    2. Hakikat Puisi .................................................................................... 28

    a. Pengertian Puisi ............................................................................ 28

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xi

    xi

    b. Ciri ciri Puisi ............................................................................. 29

    c. Unsur - unsur Puisi ....................................................................... 32

    d. Jenis - jenis Puisi .......................................................................... 34

    e. Cara Memilih Puisi untuk Siswa SMP ......................................... 36

    3. Hakikat Pendekatan Pembelajaran Quantum ................................... 41

    a. Pengertian Pendekatan ................................................................. 41

    b. Pengertian Pembelajaran .............................................................. 42

    c. Komponen - komponen Pembelajaran ......................................... 44

    d. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran ..................... 45

    e. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Quantum .......................... 46

    f. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Quantum ....................... 47

    g. Prinsip -prinsip Utama dalam Pendekatan Pembelajaran Quantum .. 49

    h. TANDUR sebagai Metode dalam Pembelajaran Membaca Puisi 51

    B. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 56

    C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 58

    D. Hipotesis Tindakan ............................................................................... 60

    BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 62

    A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 61

    B. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................. 62

    C. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................. 63

    D. Data dan Sumber Data .......................................................................... 64

    E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 64

    F. Teknik Validitas Data ........................................................................... 66

    G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 67

    H. Indikator Keberhasilan Tindakan ......................................................... 68

    I. Prosedur Penelitian ................................................................................ 69

    BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 73

    A. Deskripsi Kondisi Awal ....................................................................... 75

    B. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................... 79

    1. Siklus Pertama .................................................................................. 80

    a. Perencanaan Tindakan ................................................................. 80

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xii

    xii

    b. Pelaksanaan Tindakan .................................................................. 82

    c. Observasi dan Interpretasi ............................................................ 84

    d. Analisis dan Refleksi ................................................................... 88

    2. Siklus Kedua ..................................................................................... 90

    a. Perencanaan Tindakan ................................................................. 90

    b. Pelaksanaan Tindakan .................................................................. 93

    c. Observasi dan Interpretasi ............................................................ 95

    d. Analisis dan Refleksi .................................................................. 99

    3. Siklus Ketiga ................................................................................. 101

    a. Perencanaan Tindakan .............................................................. 101

    b. Pelaksanaan Tindakan ............................................................... 103

    c. Observasi dan Interpretasi ......................................................... 105

    d. Analisis dan Refleksi ................................................................. 108

    4. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................. 110

    C. Pembahasan ........................................................................................ 111

    BAB IV. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ......................................... 124

    A. Simpulan ............................................................................................. 124

    B. Implikasi ............................................................................................. 125

    C. Saran ................................................................................................... 126

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 128

    LAMPIRAN

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiii

    xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Penilaian Proses Pembelajaran Membaca Puisi ............................................... 23

    2. Penilaian Hasil Pembelajaran Membaca Puisi ................................................. 26

    3. Pedoman Penskoran Penilaian Hasil ................................................................ 26

    4. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian .................................................. 62

    5. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa .............................................................. 69

    7. Hasil Tindakan Berdasarkan Indikator Ketercapaian ..................................... 110

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiv

    xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Proses Membaca ................................................................................................ 13

    2. Kerangka Berpikir Penelitian ............................................................................ 59

    3. Pendekatan Analisis Interaktif .......................................................................... 68

    4. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ...................................................................... 70

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xv

    xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII ...................................... 132

    2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ................................................... 134

    3. Instrumen Penelitian ........................................................................................ 135

    4. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar ............................................. 136

    5. Pedoman Wawancara dengan Guru ................................................................ 139

    6. Pedoman Wawancara dengan Siswa ............................................................... 141

    7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................................... 142

    8. Daftar Nilai Pratindakan Siswa ....................................................................... 145

    9. Catatan Lapangan Survei Awal ....................................................................... 146

    10.Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru ........................................ 150

    11. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa ..................................... 154

    12. Angket Pratindakan Materi Membaca Puisi ................................................. 169

    13. Tabel Hasil Pengisian Angket Pratindakan ................................................... 172

    7. Refleksi Angket Pratindakan .......................................................................... 176

    8. Contoh Angket Pratindakan yang Telah Diisi Siswa ....................................... 177

    9. Dokumentasi Pratindakan ............................................................................... 189

    10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ................................................ 192

    11. Daftar Penilaian Proses Membaca Puisi Siklus I .......................................... 210

    12. Daftar Penilaian Hasil Membaca Pusi Siklus I ............................................. 211

    13. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I .................................................. 212

    14. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I ...................................................... 213

    15. Catatan Lapangan Siklus I ............................................................................ 216

    16. Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus I ............................................................. 219

    17. Dokumentasi Pembelajaran Membaca Puisi Siklus I .................................... 229

    18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............................................... 231

    19. Daftar Penilaian Proses Membaca Puisi Siklus II ......................................... 247

    20. Daftar Penilaian Hasil Membaca Pusi Siklus II ............................................ 248

    21. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ................................................. 229

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xvi

    xvi

    22. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II .................................................... 250

    23. Catatan Lapangan Siklus II ........................................................................... 253

    24. Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus II ............................................................ 256

    25. Dokumentasi Pembelajaran Membaca Puisi Siklus II .................................. 261

    26. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ............................................. 263

    27. Daftar Penilaian Proses Membaca Puisi Siklus III ....................................... 279

    28. Daftar Penilaian Hasil Membaca Pusi Siklus III ........................................... 280

    29. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus III ............................................... 281

    30. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus III ................................................... 282

    31. Catatan Lapangan Siklus III .......................................................................... 285

    32. Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus III .......................................................... 287

    33. Dokumentasi Pembelajaran Membaca Puisi Siklus III ................................. 297

    25. Angket Pascatindakan ................................................................................... 299

    26. Tabel Hasil Angket Pascatindakan ................................................................ 301

    27. Refleksi Angket Pascatindakan ..................................................................... 303

    28. Contoh Angket Pascatindakan yang Telah Diisi Siswa ................................ 304

    30. Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Dekan ........................................... 309

    31. Surat Putusan Izin Penyusunan Skripsi oleh Dekan FKIP ............................ 310

    32. Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Rektor ........................................... 311

    33. Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Kepala Sekolah SMP

    Negeri 1 Jaten ................................................................................................ 312

    34. Surat Keterangan Penelitian dari Kepala Sekolah SMP

    Negeri 1 Jaten ................................................................................................ 313

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang

    disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan

    bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran

    bahasa. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Tujuan berkomunikasi

    lewat isyarat bahasa ialah pencapaian saling paham antara pembicara dan

    pendengar atau antara penulis dan pembaca. Untuk mencapai tujuan tersebut

    diperlukan pemahaman teknik dan tata cara berbahasa karena komunikasi lewat

    bahasa yang efektif tergantung dan terikat pada beberapa faktor. Faktor-faktor

    penentu dalam komunikasi berbahasa yang efektif ialah (1) kekhasan ciri

    hubungan antara para pemakai bahasa atau antara para penutur, (2) waktu dan

    tempat pelangsungan komunikasi berbahasa, (3) sarana yang dipakai untuk

    berkomunikasi berbahasa, (4) tujuan komunikasi berbahasa, (5) ciri amanat yang

    berlangsung, dan (6) lingkungan pemakaian (Jos Daniel Parera, 1991: 3). Selain

    itu, pembelajaran bahasa bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan

    bernalar, meningkatkan kemampuan wawasan dan meningkatkan keterampilan

    berbahasa. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk

    meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia

    baik secara lisan maupun tertulis.

    Pelajaran bahasa lebih diutamakan untuk kepentingan komunikasi dengan

    memperhatikan kaidah kebahasaa, sedangkan sastra tak hanya berhenti pada

    komunikasi namun juga pada nilai moral, emosi, seni, kreativitas, humanitas, dan

    penghayatan nilai-nilai kehidupan.

    Herman J. Waluyo (2008) menyatakan sastra adalah cabang kesenian

    dengan bahasa sebagai mediumnya atau sarananya.Karya seni lainnya

    menggunakan suara sebagai mediumnya (seni suara), warna sebagai mediumnya

    (seni rupa), gerak sebagai mediumnya (seni tari), dan berperan sebagai

    mediumnya (teater). Ditambahkan pula, hakikat karya sastra atau karya seni pada

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    umumnya adalah imajinatif. Artinya, metode yang digunakan untuk

    menciptakannya dengan imajinasi (hasil fantasi) penciptannya. Hal ini berarti

    bahwa karya seni atau karya sastra tidak diperoleh melalui penelitian,

    pengamatan, dan pengalaman empirik namun melalui pengalaman batin ketika

    seorang pencipta atau seniman memiliki mood atau passion atau suasana hati

    yang luar biasa.

    Pelajaran sastra harus dapat menunjang pembelajaran Bahasa Indonesia

    pada umumnya sehingga murid-murid harus digiatkan dan dibangkitkan minatnya

    agar mereka tertarik serta mau berhubungan dengan karya sastra. Murid-murid

    harus membaca puisi, naskah drama, dan novel terutama karya-karya bermutu

    agar mereka mendapatkan pemahaman mengenai sastra dengan baik. Ketertarikan

    dan hubungan yang terjalin antara murid dan karya sastra tersebut akan

    menghasilkan suatu kegiatan apresiasi sastra dari murid.

    Menurut Andayani (2008: 1), apresiasi sastra adalah suatu aktivitas

    dengan karya sastra secara sungguh-sungguh sampai tumbuh pengertian,

    penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap

    karya sastra. Selain itu, apresiasi sastra juga dapat berupa tanggapan atau

    pemahaman yang intensif terhadap karya sastra. Tanggapan atau pemahaman ini

    bersentuhan langsung dengan nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra.

    Kegiatan apresiasi karya sastra bukan hanya sekedar kegiatan membaca

    kemudian menggemari karya sastra tersebut. Namun, harus sampai pada tahap

    yang lebih tinggi yakni tahap pemahaman karya sastra sehingga nilai-nilai yang

    terdapat dalam karya sastra dapat dipahami oleh pembaca. Nilai-nilai yang

    diungkapkan pengarang melalui karya sastra dapat memperkaya pengalaman,

    wawasan, dan kehidupan batin pembaca. Seperti yang dinyatakan oleh Horace

    bahwa karya sastra bukan sekedar memberi hiburan (dulce) kepada pembaca,

    tetapi juga memberi kemanfaatan (utile) kepada pembaca. Menghibur karena

    mementingkan keindahan dan bermanfaat karena karya sastra dicipta melalui

    renungan yang sungguh-sungguh dari penciptaan sehingga pesan atau amanat

    yang disampaikan pada pembaca dapat berguna.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    Herman J. Waluyo (2003: 44) menyatakan bahwa apresiasi puisi

    berhubungan dengan kegiatan yang ada sangkut-pautnya dengan puisi, yaitu

    mendengar dan membaca puisi dengan penghayatan yang sungguh-sungguh,

    menulis puisi, mendeklamasikan, dan menulis resensi puisi. Kegiatan ini

    menyebabkan seseorang memahami puisi secara mendalam, merasakan apa yang

    ditulis penyair, mampu menyerap nilai-nilai yang terkandung di dalam puisi, dan

    menghargai puisi sebagai karya seni dengan keindahan atau kelemahannya.

    Dengan demikian, dalam pembelajaran apresiasi puisi pun murid harus

    benar-benar dapat membaca puisi dengan baik. Hal tersebut dimaksudkan agar

    mereka dapat menghayatinya sehingga dapat menumbuhkan pengertian,

    penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap

    karya sastra.

    Bahasa puisi lebih padat, lebih indah, lebih cemerlang, dan lebih hidup

    daripada bahasa prosa ataupun bahasa percakapan sehari-hari. Bahasa puisi

    mengandung penggunaan lambang-lambang, metafora, dan bentuk-bentuk intuitif

    untuk mengekspresikan gagasan, perasaan, dan emosi (Mustopo dalam Herman J.

    Waluyo, Swandono, dan Slamet Mulyono, 2001 : 1). Kepadatan bahasa puisi

    sebenarnya sangat berkaitan secara sinkron dan integratif dengan penyair dalam

    upaya memadatkan sejumlah pikiran, perasan, dan emosi serta pengalaman hidup

    yang diungkapkannya. Kegiatan apresiasi sastra yang dilakukan murid akan

    membuat mereka menghayati pikiran, perasan, dan emosi serta pengalaman hidup

    penyair.

    Menurut Didin Widyartono (2010) membaca puisi merupakan jenis

    membaca indah dan salah satu kegiatan apresiasi sastra. Secara tidak langsung,

    bahwa dalam membaca puisi, pembaca akan mengenali, memahami, menggairahi,

    memberi pengertian, memberi penghargaan, membuat berpikir kritis, dan

    memiliki kepekaan rasa. Semua komponen dalam karya sastra dipahami, dihargai

    bagaimana persajakannya, irama, citra, diksi, gaya bahasa, dan apa saja yang

    dikemukakan oleh pengarang. Pembaca akan berusaha untuk menerjemahkan bait

    perbait untuk merangkai makna dari makna puisi yang hendak disampaikan

    pengarang. Pembaca memberi apresiasi, tafsiran, interpretasi terhadap teks yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    dibacanya.Setelah diperoleh pemahaman yang dipandang cukup, pembaca dapat

    membaca puisi dengan indah.

    Pada silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII disebutkan bahwa

    pembelajaran membaca puisi termuat dalam standar kompetensi (SK) membaca

    sastra, yang berbunyi memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi

    dan buku cerita anak. Adapun kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai adalah

    membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik

    sesuai dengan isi puisi.

    Berdasarkan hasil pengamatan penulis terhadap kegiatan mengajar di

    kelas, penilaian guru terhadap kemampuan membaca puisi murid, hasil angket

    dan diskusi antara guru Bahasa Indonesia dan peneliti dapat dikemukakan bahwa

    kemampuan membaca, khususnya membaca indah puisi siswa kelas VII B SMP

    Negeri 1 Jaten belum menunjukkan hasil yang memuaskan atau maksimal. Hasil

    tersebut ditunjukkan dengan pembacaan puisi yang dilakukan oleh murid. Pada

    umumnya terkesan seadanya, artinya membaca puisi tidak layaknya seperti orang

    membaca puisi. Intonasi, lafal, penghayatan maupun penampilan sangat kurang.

    Jarang terlihat murid yang mampu membaca puisi dengan memperhatikan naik

    turun, tinggi rendah, dan keras lembut volume suara dalam bacaannya. Para murid

    juga malu dan tidak percaya diri ketika membaca puisi di depan kelas. Tidak ada

    siswa dengan kemauan sendiri tampil di depan kelas untuk membaca puisi.

    Hasilnya, siswa membaca dengan semaunya dan tidak bersungguh-sungguh.

    Penghayatan pada saat tampil membaca puisi di depan kelas masih sangat

    kurang. Tercermin dari ekspresi saat membaca puisi. Hal itu disebabkan murid

    tidak memahami terlebih dahulu puisi yang akan dibaca. Beberapa murid terlihat

    menutupi wajahnya dengan buku pada saat membaca puisi. Demikian juga dalam

    hal penampilan, siswa kurang memahami pembacaan puisi sebagai sebuah

    pertunjukan yang harus memperhatikan tentang teknik, gerakan tubuh, pandangan

    mata, dan bloking. Saat membaca puisi, penampilan murid adalah kaki dengan

    sikap sempurna, kedua tangan memegang buku hingga pembacaan selesai dan

    pandangan mata selalu tertuju pada teks.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    Adapun dari segi lafal murid kurang jelas dalam mengucapkan kata-kata,

    dari deret belakang bangku hanya terdengar samar, bahkan ada pula yang tidak

    terdengar. Tempo rata-rata pembacaan puisi murid terlalu cepat. Hal itu terkesan

    bahwa membaca puisi adalah sesuatu yang terlalu memberatkan sehingga

    sesegera mungkin menyelesaikan puisi tersebut.

    Seseorang yang akan membaca sebuah puisi, sebelumnya harus

    memahami dan menghayati isi puisi yang akan dibacanya dengan bersungguh-

    sungguh. Dia harus dapat mewujudkan kembali apa yang dikehendaki penyair.

    Seorang pembaca puisi adalah perantara antara penyair sebagai pencipta dengan

    pendengar sebagai penikmat. Oleh karena itu, tugas seorang pembaca puisi tidak

    dapat dikatakan ringan karena pembaca puisi harus berusaha mewujudkan

    ide/pesan penyair dengan cara setepat-tepatnya. Persiapan sangat diperlukan

    sebelum seseorang tampil membacakan puisi. Persiapan tersebut, antara lain:

    memahami isi puisi yang akan dibaca, menghayati makna dari puisi,

    mengekspresikan puisi, berlatih membaca sebelum tampil, dan memberi tanda

    atau anotasi pada puisi.

    Berdasarkan nilai dalam kegiatan membaca indah puisi tersebut diperoleh

    deskripsi sebagai berikut: rentangan nilai 44-53 diperoleh 3 siswa; rentangan nilai

    54-63 diperoleh 4 siswa; rentangan nilai 64-73 diperoleh 15 siswa; dan rentangan

    nilai 74-83 diperoleh 9 siswa. Data tersebut menunjukkan bahwa dalam

    pembelajaran membaca indah puisi hanya 9 siswa dari 31 siswa yang mampu

    membaca puisi dengan indah. Jadi, ada 29,03% siswa yang mampu membaca

    puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik sesuai dengan

    isi puisi (kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan adalah 74).

    Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, permasalahan tentang

    kemampuan membaca puisi timbul karena: (1) siswa kurang antusias dalam

    pembelajaran membaca puisi, (2) siswa kurang percaya diri dan masih malu

    terhadap kemampuan membacanya karena siswa kurang aktif dalam kegiatan

    pembelajaran sejak awal, (3) guru belum menggunakan strategi atau model

    pembelajaran yang tepat terhadap kemampuan membacanya, dan (4) guru kurang

    memberikan motivasi kepada siswa.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    Fakta-fakta di atas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran

    kemampuan membaca puisi masih kurang optimal. Oleh karena itu, diperlukan

    perbaikan yang dapat mendorong seluruh siswa untuk dapat memahami dan

    menghayati puisi yang akan dibacanya agar mereka mampu membaca puisi

    tersebut dengan indah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar pembelajaran

    membaca puisi di sekolah lebih menarik adalah dengan mengubah pendekatan

    pembelajaran yang digunakan oleh guru dengan lebih melibatkan keikutsertaan

    siswa dalam proses pembelajaran, yakni dengan menerapkan pendekatan

    pembelajaran quantum. Pembelajaran tersebut akan lebih mengoptimalkan

    kualitas proses dan hasil karena sesuai atau tepat dengan permasalahan yang

    terjadi. Selain itu, pembelajaran tersebut lebih menekankan pada proses kreatif,

    praktik, interaksi antara siswa dan lingkungan kelas, dan kegiatan berapresiasi.

    Berkenaan dengan hal itu, Nyoman S. Degeng (dalam Andayani, 2008:

    18-19) menyatakan bahwa indikator keberhasilan pembelajaran terwujud apabila

    murid sejahtera dalam belajar. Untuk mewujudkannya maka perlu disajikan

    sebuah orkestrasi pembelajaran yang berbentuk aktivitas belajar murid yang

    menyenangkan dan menggairahkan. Agus Suprijono (2009: xi) menyatakan

    bahwa kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan menggairahkan adalah

    pembelajaran dengan suasana socio emotional climate positif. Murid merasakan

    bahwa proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang mendera dirinya,

    melainkan berkah yang harus disyukurinya. Belajar bukanlah tekanan jiwa pada

    dirinya, namun merupakan panggilan jiwa yang harus ditunaikannya.

    Pembelajaran menyenangkan menjadikan murid ikhlas menjalaninya.

    Salah satu metode dari pendekatan pembelajaran quantum adalah metode

    TANDUR (Tanamkan. Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan).

    Metode tersebut juga mempertimbangkan segala sistem pembelajaran yang

    berupa interaksi dengan mempertimbangkan perbedaan kondisi murid dan

    mengoptimalkan peristiwa belajar dan berfokus pada hubungan dinamis dalam

    lingkungan kelas serta menciptakan interaksi yang efektif untuk pembelajaran.

    Melalui metode TANDUR, banyak hal positif yang bisa didapat. Bagi

    siswa, mereka akan mampu mengaitkan apa yang mereka dapat di sekolah dengan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah,

    kehidupan sosial di luar rumah, serta kehidupan akademis yang dimiliki oleh

    mereka. Bagi guru, bisa mengubah kelas dari yang biasa menjadi kelas yang

    menarik. Perubahan keadaan ini akan memotivasi dan menumbuhkan minat

    membaca puisi siswa, yakni pada saat membaca puisi di depan kelas murid tidak

    merasa malu dan timbul kepercayan diri pada mereka.

    Keunggulan lain dari pendekatan pembelajaran quantum dengan metode

    TANDUR adalah (1) bisa mengubah keadaan kelas dari kelas biasa menjadi kelas

    yang menarik; (2) bisa memotivasi dan menumbuhkan minat siswa; (3)

    membangun rasa kebersamaan; (4) menumbuhkan dan mempertahankan daya

    ingat; dan (5) merangsang daya dengar siswa.

    Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk melaksanakan

    penelitian tindakan kelas sebagai usaha perbaikan kualitas proses dan hasil

    pembelajaran kemampuan membaca puisi dengan judul: Peningkatan

    Kemampuan Membaca Puisi Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran

    Quantum Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun

    Ajaran 2010/2011.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah penelitian ini

    dapat dirumuskan sebagai berikut :

    1. Apakah penerapan pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan

    kualitas proses pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VII B SMP

    Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011 ?

    2. Apakah penerapan pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan

    kualitas hasil pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VII B SMP

    Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011 ?

    C. Tujuan Penelitian

    Sejalan dengan permasalahan penelitian di atas, tujuan penelitian ini

    adalah untuk meningkatkan kualitas :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    1. Proses pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1

    Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011 melalui penerapan pendekatan

    pembelajaran quantum.

    2. Hasil pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1

    Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011 melalui penerapan pendekatan

    pembelajaran quantum.

    D. Manfaat Hasil Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

    1. Manfaat Teoretis

    a. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan khasanah keilmuan

    pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya dalam

    pembelajaran membaca puisi.

    b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian

    selanjutnya yang berhubungan dengan pendekatan pembelajaran quantum.

    c. Sebagai pengembangan bahan ajar membaca puisi dalam mata pelajaran

    Bahasa Indonesia.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi siswa

    1) Menumbuhkan kesenangan siswa pada karya sastra khususnya

    puisi;

    2) Memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi

    siswa;

    3) Meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca puisi; dan

    4) Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran membaca puisi siswa.

    b. Bagi guru

    1) Dapat meningkatkan kinerja guru dalam mengajar khususnya

    dalam mengatasi kesulitan guru dalam pembelajaran membaca

    puisi; dan

    2) Dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengajarkan materi

    membaca puisi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    c. Bagi sekolah

    1) Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam upaya dalam

    menciptakan inovasi-inovasi pembelajaran bagi guru-guru yang

    lain;

    2) Memberikan kontribusi dalam pengembangan kurikulum sekolah

    berdasarkan indikator-indikator pembelajaran membaca puisi yang

    telah ditentukan; dan

    3) Meningkatkan kualitas pembelajaran membaca puisi baik proses

    maupun hasil.

    d. Manfaat bagi peneliti

    1) Menambah pengalaman peneliti dalam penelitian mengenai

    pembelajaran terutama dalam pembelajaran membaca puisi; dan

    2) Peneliti dapat melakukan kajian-kajian lebih lanjut untuk

    menyusun suatu rancangan pembelajaran membaca puisi dengan

    pendekatan pembelajaran quantum.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR,

    PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN

    HIPOTESIS TINDAKAN

    A. Kajian Pustaka

    1. Hakikat Kemampuan Membaca Puisi

    a. Pengertian Kemampuan Membaca Puisi

    I Gusti Ngurah Bagus, dkk (1981: 6) menyatakan bahwa pemakaian

    bahasa sebagai alat komunikasi merupakan tanda kemampuan berbahasa yang

    hanya dimiliki oleh manusia. Namun, kemampuan berbahasa adalah suatu daya

    yang harus diusahakan dan dipelajari secara formal maupun informal sebelum

    manusia memiliki kemampuan tersebut. Seseorang dikatakan mampu berbahasa

    apabila orang tersebut dapat menggunakan bahasa lisan pada saat mendengarkan

    dan berbicara dan atau dapat menggunakan bahasa tulis pada saat membaca dan

    menulis.

    Sejalan dengan pernyataan tersebut, Suharno, dkk. (2000: 17) mengartikan

    kemampuan sebagai keterampilan proses. Keterampilan proses, yaitu

    keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik,

    dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih

    tinggi. Dengan berbekal keterampilan proses itu, siswa mampu mengikuti

    interaksi dalam kegiatan berbahasa secara penuh.

    Menurut Satumahati (2010) kemampuan adalah tingkatan seberapa bisa

    manusia untuk melakukan suatu hal dengan tenaga, kekuatan dan pengetahuan

    yang dimiliki.

    Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

    kemampuan merupakan kesanggupan individu dalam melakukan suatu kegiatan

    secara maksimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh

    pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui

    media kata-kata atau belajar tulis, yang menuntut agar kelompok kata yang

    merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar

    makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak

    dipenuhi maka pesan yang tersurat dan tersirat tidak akan tertangkap atau

    dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson dalam

    Henry Guntur Tarigan, 2008: 7).

    Farris (dalam Abd.Rouf, 2010) mengungkapkan bahwa membaca sebagai

    pemrosesan kata-kata, konsep, informasi, dan gagasan-gagasan yang

    dikemukakan oleh pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan

    pengalaman awal pembaca. Dengan demikian pengalaman diperoleh apabila

    pembaca mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki

    sebelumnya dengan apa yang terdapat dalam bacaan.

    Ditambahkan pula oleh Syafii (dalam Abd. Rouf, 2010) membaca adalah

    suatu proses yang bersifat fisik atau yang disebut proses mekanik, berupa kegiatan

    mengamati tulisan secara visual, dan suatu proses psikologis berupa kegiatan

    berpikir dalam mengolah informasi.

    Menurut Nurhadi (1987: 13), membaca adalah sebuah proses yang

    kompleks dan rumit. Kompleks, artinya dalam proses membaca terlibat berbagai

    faktor internal dan faktor eksternal pembaca. Faktor internal dapat berupa

    intelegensi (IQ), minat, sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca, dan

    sebagainya.Faktor eksternal bisa dalam bentuk sarana membaca, teks bacaan

    (sederhanaberat, mudahsulit), faktor lingkungan, atau faktor latar belakang

    sosial ekonomi, kebiasaan, dan tradisi membaca.

    Reading as a general process if we keep in mind a few key terms which

    apply to all kinds of reading (Peters, 1991: 3). Ia mengatakan bahwa membaca

    sebagai sebuah proses umum apabila kita menjaga atau mengingat di dalam otak

    kita sebuah kunci atau istilah pendukung untuk menerapkan semua jenis kegiatan

    membaca.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    Walaupun belajar membaca merupakan proses yang kompleks dan rumit,

    itu merupakan salah satu hal yang dapat dicapai oleh otak manusia. Ketika kita

    belajar membaca di tingkat sekolah dasar, mula-mula kita mempelajari huruf-

    hurufnya, kemudian menghubungkan huruf-huruf tersebut menjadi kata-kata.

    Pada saat itu, kita membaca satu demi satu kata. Setelah sampai pada tahap

    tersebut, sebagian besar dari kita tidak mengalami kemajuan lagi dalam kegiatan

    membaca. Ada beberapa upaya untuk meningkatkan kemampuan kita dalam hal

    membaca. Bobbi DePorter dan Hernacki (2003: 252-259) menyatakan bahwa

    terdapat upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan, antara lain: (1)

    mengkondisikan keadaan mental dan fisik sebelum membaca. Meluangkan waktu

    beberapa saat untuk menyesuaikan pikiran dan tubuh; (2) Meminimalkan

    gangguan membaca. Dimulai dengan mencari tempat yang tenang dan nyaman

    untuk membaca. Musik dapat pula membantu bagi sebagian orang namun dapat

    pula menjadi penghambat konsentrasi dalam membaca. Apabila menginginkan

    musik, pemilihan jenis musik pun juga harus dilakukan karena tempo musik

    berpengaruh pada denyut jantung, otak kanan, dan kiri; (3) Duduk dengan sikap

    yang tegak. Hal ini berhubungan dengan tulang punggung saat membaca karena

    jika salah memposisikan tulang saat membaca dan berlangsung lama, akan

    mengakibatkan tulang punggung tumbuh tidak normal; (4) Menggunakan jari atau

    alat penunjuk. Seseorang ketika membaca secara alamiah akan bergerak

    mengikuti benda yang bergerak, maka bila ada penunjuk yang bergerak maka

    akan membantu gerak mata dalam melihat teks-teks bacaan secara cepat; dan (5)

    Melihat sekilas terlebih dahulu teks yang akan dibaca. Kegiatan ini bertujuan

    untuk mendapat harapan dan pikiran yang berguna untuk menuntun pemahaman

    saat kegiatan membaca.

    A. Teeuw (1983: 12) mengemukakan bahwa membaca dan menilai sebuah

    karya sastra bukanlah sesuatu yang mudah. Setiap pembaca roman atau puisi, baik

    modern ataupun klasik, pasti pernah mengalami kesulitan, merasa seakan-akan

    tidak memahami apa yang dikatakan ataupun dimaksudkan oleh pengarangnya.

    Kita dapat mengatakan bahwa proses membaca, yaitu memberi makna pada

    sebuah teks tertentu, yang kita pilih, atau yang dipaksakan kepada kita (dalam

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    Graphi

    c

    input

    Aural

    input

    Oral

    reading

    meanin

    g

    pengajaran misalnya) adalah proses yang memerlukan pengetahuan sistem kode

    yang cukup rumit, kompleks, dan aneka ragam.

    Kode pertama yang kita kuasai jika ingin mampu memberi makna pada

    teks tertentu adalah kode bahasa yang dalam teks itu.Kode ini mengharuskan kita

    mampu membaca teks dengan sebaik-baiknya, melalui tata bahasa dan

    kosakatanya. Kode kedua adalah diperlukan penguasaan kode kebudayaan secara

    eksplisit dan implisit saat terciptanya teks tersebut. Jika pembaca tidak

    mengetahui latar kebudayaan penciptaan teks tersebut, maka orang tersebut hanya

    akan terdiam tidak mengerti maknanya. Kode terakhir adalah penguasaan kode

    sastra yang lebih khas.Kode ini sangat sulit dibedakan dengan kode kebudayaan

    namun pada prinsipnya pembaca harus mampu membedakannya.Masalah urutan

    kata, pilihan kata, struktur kalimat, pemakaian bunyi, dan unsur tata bahasa pada

    teks tidak hanya ditentukan oleh kode bahasa dan budaya tetapi juga kode sastra.

    Ditambahkan oleh Strang (dalam Abu Wahidji, dkk., 1985: 6), kegiatan

    membaca dibangun oleh lima kemampuan, yakni: (a) kemampuan mengerti yang

    dibaca, (b) kecakapan rekonstruksi makna, (c) menilai apa yang dibaca, (d)

    aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, dan (e) sikap belajar membaca. Strang

    menyimpulkan hal tersebut dari teori Jap dan Strang (dalam Abu Wahidji, dkk.,

    1985: 6)yang mendasarkan teorinya sendiri pada taksonomi Bloom. Menurutnya,

    gambaran proses membaca dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

    + recoding decoding

    Gambar 1 : Proses Membaca

    Dari pengertian kemampuan dan membaca di atas, dapat disimpulkan

    bahwa kemampuan membaca pada dasarnya merupakan suatu proses

    kesanggupan individu baik fisikmaupun psikologis yang dilakukan oleh individu

    tersebut untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui makna yang

    terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis secara maksimal. Makna

    itu akan berubah karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda

    yang akan dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    tersebut. Selain itu, dalam pemaknaan apa yang dibaca menuntut beberapa kode,

    yakni (1) kode bahasa, (2) kode kebudayaan, dan (3) kode kode sastra.

    Kegiatan fisik pada saat membaca disebut proses mekanik yang berupa

    kegiatan mengamati tulisan secara verbal sedangkan kegiatan psikologis berupa

    kegiatan berpikir dalam mengolah informasi.

    Hornby (dalam Didin Widyartono, 2010) menyatakan bahwa kegiatan

    membaca puisi merupakan upaya apresiasi puisi. Secara tidak langsung, bahwa

    dalam membaca puisi, pembaca akan berusaha mengenali, memahami,

    menggairahi, memberi pengertian, memberi penghargaan, membuat berpikir

    kritis, dan memiliki kepekaan rasa. Semua aspek dalam karya sastra dipahami,

    dihargai bagaimana persajakannya, irama, citra, diksi, gaya bahasa, dan apa saja

    yang dikemukakan oleh media. Pembaca akan berusaha untuk menerjemahkan

    bait per bait untuk merangkai makna dari makna puisi yang hendak disampaikan

    pengarang. Pembaca memberi apresiasi, tafsiran, interpretasi terhadap teks yang

    dibacanya setelah diperoleh pemahaman yang dipandang cukup, pembaca dapat

    membaca puisi.

    Sawali Tuhusetya (dalam Maria Utami, 2010: vii-x) menyatakan bahwa

    pembelajaran apresiasi sastra merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan

    untuk mengembangkan, menyuburkan, dan mengakarkan pendidikan karakter.

    Melalui pembelajaran sastra yang optimal, siswa akan dibawa pada situasi

    pembelajaran yang memungkinkan mereka untuk menafsirkan, menilai,

    menemukan, dan mengkonstruksi materi ajar yang mereka terima sesuai dengan

    pengalaman belajar yang mereka temukan.

    b. Tujuan dan Manfaat Membaca Puisi

    Nurhadi (dalam Laodesyamri, 2010) mengatakan tujuan membaca dibagi

    menjadi dua, umum dan khusus. Secara umum tujuan membaca adalah mendapat

    informasi, memperoleh pemahaman, dan memperoleh kesenangan. Secara khusus

    tujuan membaca adalah memperoleh informasi yang faktual, memperoleh

    keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, memberikan penilaian

    kritis terhadap karya tulis seseorang, memperoleh kenikmatan emosi, dan mengisi

    waktu luang.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    Lebih lanjut Waples (dalam Laodesyamri, 2010) menyatakan beberapa

    tujuan membaca, yakni: (1) mendapat alat atau cara praktis mengatasi masalah,

    (2) mendapat hasil yang berupa prestis yaitu agar mendapat rasa lebih bila

    dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulannya, (3) memperkuat

    nilai pribadi atau keyakinan, (4) mengganti pengalaman estetika yang sudah

    usang, dan (5) menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan, atau penyakit

    tertentu.

    Aidh bin Abdullah al-Qarni (dalam Wijaya Kusumah, 2010)

    mengungkapkan tentang banyaknya manfaat membaca, yaitu : (1) Menghilangkan

    kecemasan dan kegundahan, (2) Ketika membaca, seseorang terhalang masuk ke

    dalam kebodohan, (3) Kebiasaan membaca membuat seseorang terlalu sibuk

    untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja, (4)

    Mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata, (5) Membantu

    mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir, (6) Meningkatkan

    pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman, (7)

    Mengambil manfaat dari pengalaman orang lain, (8) Mengembangkan

    kemampuannya, baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun

    untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup, (9)

    Menyegarkan pemikiran dari keruwetan dan menyelamatkan waktu agar tidak sia-

    sia, dan (10) Menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai tipe dan

    pendekatan kalimat, lebih lanjut lagi membaca bisa meningkatkan kemampuan

    untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis diantara baris

    demi baris (memahami apa yang tersirat).

    Dengan demikian tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari

    serta memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan. Makna

    (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita

    dalam membaca (Henry Guntur Tarigan, 2008: 9).

    c. Materi Pembelajaran Membaca Puisi di SMP

    Materi pembelajaran membaca di Sekolah Menengah Pertama di kelas VII

    semester I diarahkan pada standar kompetensi memahami ragam teks nonsastra

    dengan berbagai cara membaca dengan kompetensi dasar menemukan makna kata

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    tertentu dalam kamus secara cepat dan tepat sesuai dengan konteks yang

    diinginkan melalui kegiatan membaca memindai, menyimpulkan isi bacaan

    setelah membaca cepat 200 kata per menit, dan membacakan berbagai teks

    perangkat upacara dengan intonasi yang tepat sedangkan standar kompetensi

    kedua dan memahami isi berbagai teks bacaan sastra dengan membaca dengan

    kompetensi dasar menceritakan kembali cerita anak yang dibaca dan

    mengomentari buku cerita yang dibaca.

    Pada semester II, diarahkan pada standar kompetensi memahami wacana

    tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai dengan

    kompetensi dasar mengungkapkan hal-hal yang dapat diteladani dari buku

    biografi yang dibaca secara intensif, menemukan gagasan utama dalam teks yang

    dibaca, dan menemukan informasi secara cepat dari tabel/diagram yang dibaca

    dan standar kompetensi memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca

    puisi dan buku cerita anak dengan kompetensi dasar membaca indah puisi dengan

    menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi

    dan menemukan realitas kehidupan anak yang terefleksi dalam buku cerita anak

    baik asli maupun terjemahan.

    d. Bentuk dan Gaya Membaca Puisi

    Setiap bentuk dan gaya membaca puisi selalu menuntut adanya ekspresi

    wajah, gerakan kepala, gerakan tangan, dan gerakan badan. Keempat ekspresi dan

    gerakan tersebut harus memperhatikan (1) jenis acara: pertunjukkan, pembuka

    acara resmi, performance-art, dll, (2) pencarian jenis puisi yang cocok dengan

    tema: perenungan, perjuangan, pemberontakan, perdamaian, ketuhanan,

    percintaan, kasih sayang, dendam, keadilan, kemanusiaan, dll, (3) pemahaman

    puisi yang utuh, (4) pemilihan bentuk dan gaya baca puisi, (5) tempat acara:

    indoor atau outdoor, (6) audien, (7) kualitas komunikasi, (8) totalitas

    performansi: penghayatan, ekspresi, (9) kualitas vokal, (10) kesesuaian gerak, dan

    (11) jika menggunakan bentuk dan gaya teaterikal, harus memperhatikan (a)

    pemilihan kostum yang tepat, (b) penggunaan properti yang efektif dan efisien,

    (c) setting yang sesuai dan mendukung tema puisi, (d) musik yang sebagai musik

    pengiring puisi atau sebagai musikalisasi puisi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    Suwignyo (dalam Didin Widyartono, 2010) mengemukakan bahwa bentuk

    dan gaya baca puisi dapat dibedakan mejadi tiga, yaitu (1) bentuk dan gaya baca

    puisi secara poetry reading, (2) bentuk dan gaya baca puisi secara deklamatoris,

    dan (3) bentuk dan gaya baca puisi secara teaterikal.

    Ciri khas dari bentuk dan gaya baca puisi secara poetry reading adalah

    diperkenankannya pembaca membawa teks puisi. Adapun posisi dalam bentuk

    dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan dengan (1) berdiri, (2) duduk, dan (3)

    berdiri, duduk, dan bergerak. Jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca dengan

    posisi berdiri, maka pesan puisi disampaikan melalui gerakan badan, kepala,

    wajah, dan tangan. Intonasi baca seperti keras-lemah, cepat-lambat, tinggi-rendah

    dilakukan dengan cara sederhana. Bentuk dan gaya baca puisi ini relatif mudah

    dilakukan. Jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi duduk,

    maka pesan puisi disampaikan melalui (1) gerakan-gerakan kepala: menengadah,

    menunduk menoleh, (2) gerakan raut wajah: mengerutkan dahi, mengangkat alis,

    (3) gerakan mata: membelakak, meredup, memejam, (4) gerakan bibir:

    tersenyum, mengatup, melongo, dan (5) gerakan tangan, bahu, dan badan,

    dilakukan seperlunya. Di lain pihak, intonasi baca dilakukan dengan cara (1)

    membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat katakata

    tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu. Jika pembaca

    memilih bentuk dan gaya baca puisi duduk, berdiri, dan bergerak, maka yang

    harus dilakukan pada posisi duduk adalah (1) memilih sikap duduk dengan santai,

    (2) arah dan pandangan mata dilakukan secara bervariasi, dan (3) melakukan

    gerakan tangan dilakukan dengan seperlunya. Adapun hal yang dilakukan pada

    saat berdiri adalah (1) mengambil sikap santai, (2) gerakan tangan, gerakan bahu,

    dan posisi berdiri dilakukan dengan bebas, dan (3) ekspresi wajah: kerutan dahi,

    gerakan mata, senyuman dilakukan dengan wajar. Yang dilakukan pada saat

    bergerak adalah (1) melakukan dengan tenang dan terkendali, dan (2)

    menghindari gerakan-gerakan yang berlebihan. Intonasi baca dilakukan dengan

    cara (1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat

    katakata tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    Ciri khas dari bentuk dan gaya baca puisi secara deklamatoris adalah

    lepasnya teks puisi dari pembaca. Jadi, sebelum mendeklamasikan puisi, teks

    puisi harus dihafalkan. Bentuk dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan dengan

    posisi (1) berdiri, (2) duduk, dan (3) berdiri, duduk, dan bergerak.

    Jika deklamator memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi berdiri,

    maka pesan puisi disampaikan melalui (1) gerakan-gerakan tangan: mengepal,

    menunjuk, mengangkat kedua tangan, (2) gerakan-gerakan kepala: melihat ke

    bawah, atas, samping kanan, samping kiri, serong, (3) gerakan-gerakan mata:

    membelalak, meredup, memejam, (4) gerakan-gerakan bibir: tersenyum,

    mengatup, melongo, (5) gerakan-gerakan tangan, bahu, badan, dan raut muka

    dilakukan dengan total. Intonasi baca dilakukan dengan cara (1) membaca dengan

    keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat kata-kata tertentu, (3)

    membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu. Jika deklamator memilih bentuk

    dan gaya dengan posisi duduk, berdiri, dan bergerak, maka yang dilakukan pada

    posisi duduk adalah (1) memilih posisi duduk dengan santai, kaki agak ditekuk,

    posisi miring dan badan agak membungkuk, dan (2) arah dan pandangan mata

    dilakukan bervariasi: menatap dan menunduk. Adapun yang dilakukan pada posisi

    berdiri (1) mengambil sikap tegak dengan wajah menengadah, tangan menunjuk,

    dan (2) wajah berseri-seri dan bibir tersenyum.Yang dilakukan pada saat bergerak

    (1) melakukan dengan tenang dan bertenaga, dan (2) kaki dilangkahkan dengan

    pelan dan tidak tergesa-gesa. Intonasi dilakukan dengan cara (1) membaca dengan

    keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat kata-kata tertentu, dan (3)

    membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.

    Ciri khas bentuk dan gaya baca puisi teaterikal bertumpu pada totalitas

    ekspresi, pemakaian unsur pendukung, misal kostum, properti, seting, musik, dll.,

    meskipun masih terikat oleh teks puisi/tidak. Bentuk dan gaya baca puisi secara

    teaterikal lebih rumit daripada poetry reading maupun deklamatoris. Puisi yang

    sederhana apabila dibawakan dengan ekspresi akan sangat memesona. Ekspresi

    jiwa puisi ditampakkan pada perubahan tatapan mata dan sosot mata. Gerakan

    kepala, bahu, tangan, kaki, dan badan harus dimaksimalkan. Potensi teks puisi dan

    potensi diri pembaca puisi harus disinergikan. Pembaca dapat menggunakan efek-

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    efek bunyi seperti dengung, gumam, dan sengau diekspresikan dengan total.

    Lakuan-lakuan pembaca seperti menunduk, mengangkat tangan, membungkuk,

    berjongkok, dan berdiri bebas diekspresikan sesuai dengan motivasi dalam puisi.

    Aktualisasi jiwa puisi harus menyatu dengan aktualisasi diri pembaca. Inilah

    bentuk dari gaya baca puisi yang paling menantang untuk dilakukan.

    Cara mengucapkan puisi harus tunduk kepada aturan-aturan, yakni di

    mana harus ditekankan atau dipercepatkan, di mana harus dikeraskan, harus

    berhenti, dimana harus dilambatkan atau dilunakkan, di mana harus diucapkan

    biasa dan sebagainya. Jadi, bila kita mendeklamasikan puisi, maka harus dipakai

    tanda-tanda tersendiri. Tanda/ anotasi tersebut antara lain: (-------) diucapkan

    biasa saja, (/) berhenti sebentar untuk bernafas/ biasanya pada koma atau di

    tengah baris, (//) berhenti agak lama/biasanya koma di akhir baris yang masih

    berhubungan artinya dengan baris berikutnya, (///) berhenti lama sekali biasanya

    pada titik baris terakhir atau pada penghabisan puisi, (^) suara perlahan sekali

    seperti berbisik, (^^) suara perlahan saja, (^^^) suara keras sekali seperti berteriak,

    (V) tekanan kata pendek sekali, (VV) tekanan kata agak pendek, (VVV) tekan

    kata agak panjang, (VVVV) tekan kata agak panjang sekali, (____/) tekanan

    suara meninggi, dan (____) tekanan suara agak merendah.

    e. Puisi sebagai Salah Satu Materi Apresiasi Sastra

    Sejalan dengan pernyataan Didin Widyartono, Sawali (dalam Maria

    Utami, 2010: vii-x) mengemukakan bahwa pembelajaran apresiasi sastra yang

    penting dan strategis adalah puisi. Melalui pembelajaran apresiasi puisi yang

    optimal, siswa secara tidak langsung akan mendapatkan nutrisi dan gizi batin

    yang akan mampu memberikan imbas positif terhadap perkembangan kepribadian

    dan karakter mereka. Dengan puisi, hati dan perasaan siswa akan terlibat secara

    intens dan emosional ke dalam teks puisi yang mereka pelajari, sehingga

    kepekaan murni mereka menjadi lebih tersentuh dan terasah. Dengan cara

    demikian, tanpa melalui pola instruksional dan indoktrinasi yang monoton dan

    membosankan, siswa secara tidak langsung akan belajar mengenal, memahami,

    dan menghayati berbagai macam nilai kehidupan, untuk selanjutnya mereka

    aplikasikan dalam ranah kehidupan nyata sehari-hari.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    Membaca puisi ialah memahami apa yang terdapat dalam puisi atau apa

    yang ingin disampaikan penyair lewat puisinya. Suharianto (dalam Nanang

    Ismail, 2010) menyatakan bahwa membaca puisi tidak hanya menyuarakan

    lambang-lambang bahasa saja, tetapi lebih dari pada itu. Membaca puisi pada

    hakikatnya menyuarakan kembali apa yang pernah dirasakan, dipikirkan, atau

    dialami penyairnya. Oleh karena itu, pembaca puisi sebelumnya harus

    menginterpretasikan apa yang ada di balik puisi. Ekspresi dan emosi yang lahir

    merupakan hasil interpretasi pembaca terhadap puisi.

    Ditambahkan pula bahwa, membaca puisi atau poetry reading juga

    berupaya untuk menangkap curahan perasaan, buah pikiran, dan pengalaman

    batin penyair yang tertuang dalam karya sastra berbentuk puisi. Membaca puisi

    yang baik selalu didahului interpretasi yang tepat seperti yang diinginkan

    penyairnya. Apapun yang dilakukan pembaca oleh puisi di depan publik

    sebenarnya merupakan pencerminan perasaan, pikiran, dan pengalaman batin

    penyairnya. Kesedihan, kegembiraan, kebencian, semangat yang menyala-nyala,

    dan kebahagiaan pembaca puisi sebenarnya merupakan manifestasi pengalaman

    batin penyairnya.

    Suharianto (dalam Nanang Ismail, 2010) menambahkan pula bahwa

    selama membaca puisi di depan publik atau hadirin yang dapat dilihat atau

    didengar tidak dapat ditinggalkan. Semua yang terlahir pada waktu membaca

    puisi, baik teknik vokal maupun performance atau penampilan adalah sesuatu

    yang wajar sesuai dengan tuntunan puisi yang dibacanya. Bila puisi yang dibaca

    menghendaki semangat yang menyala-nyala, maka pembaca puisi harus

    bersemangat. Pembaca puisi akan bersedih, bila puisi yang dibacanya menuntut

    untuk bersedih. Dengan demikian interpretasi puisi yang dilakukan pembaca puisi

    sudah tepat, bila sudah mencerminkan apa yang diharapkan penyairnya. Jadi,

    membaca puisi ialah membaca suatu karya sastra berupa puisi dengan

    memperhatikan irama, volume suara, mimik, dan kinesik yang tepat sesuai

    dengan isi puisi.

    Irama adalah suatu gerak yang teratur, suatu rentetan bunyi berulang dan

    menimbulkan variasi bunyi yang menciptakan gerak yang hidup.Irama dalam

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    37

    bahasa ialah pergantian naik-turun, panjang-pendek, keras-lembut ucapan bunyi

    bahasa dengan teratur. Berdasarkan itu, irama dapat diartikan sebagai pergantian

    berturut-turut secara teratur. Irama dapat dibagi menjadi dua bentuk: ritme dan

    metrum. Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap

    disebabkan oleh jumlah suku kata yang sudah tetap, sehingga alun suara menjadi

    tetap. Apabila pertentangan bunyi mengalun dengan teratur, tetapi tidak

    merupakan jumlah suku kata yang tetap dan hanya menjadi gema dari dendang

    penyair dan deklamator, maka irama tersebut disebut ritme (M. Atar Semi, 1993:

    120-121).

    Bonita. D Sampurno (2010) menyatakan bahwa volume suara adalah

    kekerasan suara yang dihasilkan oleh pembaca puisi. Volume suara yang

    dihasilkan saat membacakan sebuah puisi sebaiknya disesuaikan dengan situasi.

    Volume suara pun bisa berubah dari berbisik, lantang, hingga teriak yang

    bertujuan untuk mengekspresikan atau menggugah emosi pendengar.

    Mimik atau action dalam sebuah deklamasi puisi sangat besar

    pengaruhnya terhadap pembentukan suasana pembacaan puisi. Seorang pembawa

    puisi yang berhasil ia akan mengemukan sesuatu action atau mimik itu sesuai

    dengan perkembangan kata demi kata dalam tiap baris dan tidak bertentangan

    dengan jiwa dan isi kata-kata kalimat dalam puisi. Terjadinya kontradiksi antara

    apresiasi dan action menimbulkan kesan yang mungkin bisa menjadi bahan

    tertawaan pendengar puisi.

    Kartomiharjo (dalam Muhammad Zakii Al-aziz, 2010) menyatakan bahwa

    kinesik adalah ilmu yang mempelajari isyarat yang menggunakan berbagai bagian

    tubuh. Kinesik terdiri dari ekspressi wajah, sikap tubuh, gerakan jari-jemari,

    tangan, lengan, pundak, goyangan pinggul, dan gelengan kepala.

    Maria Utami (2010: 41) berpandangan bahwa setidaknya ada 9 karakter

    yang bisa dikembangkan melalui pembelajaran apresiasi puisi, di antaranya: (1)

    cinta Tuhan, (2) bertanggung jawab, mempunyai amanah, disiplin, dan mandiri,

    (3) bersikap jujur, (4) bersikap hormat dan santun, (5) mempunyai rasa kasih

    sayang dan peduli, (6) percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah, (7)

    mempunyai rasa keadilan dan sikap kepemimpinan serta mampu bekerja sama,(8)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    38

    baik, rendah hati dan mengampuni, dan (9) mempunyai toleransi dan cinta damai.

    Pandangan ini cukup menarik dan sesuai jika dikaitkan dengan situasi kekinian

    yang dinilai menunjukkan adanya kecenderungan perilaku anomali sosial yang

    menghinggapi kaum remaja yang semakin mengabaikan nilai-nilai luhur baku.

    f. Penilaian dalam Pembelajaran Membaca Puisi

    Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui keberhasilan (proses dan

    hasil) dari suatu pogram kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria (Sarwiji

    Suwandi, 2010: 7). Teknik penilaian yang tepat memerlukan data yang berkaitan

    dengan objek penelitian yang dilakukan.

    Untuk mengkur keberhasilan tujuan pembelajaran dapat dilihat dari nilai

    (baik proses maupun hasil) yang dicapai oleh siswa. Oleh karenanya, diperlukan

    penilaian yang sesuai yang dapat mengukur hal tersebut. Format penilaian yang

    biasa digunakan dalam pengajaran sastra ada beberapa, di antaranya adalah teknik

    penilaian unjuk kerja. Format penilaian ini merupakan penilaian yang dilakukan

    dengan mengamati kegiatan sis dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok

    digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut siswa

    melakukan tugas tertentu misalnya membaca puisi. Untuk mengamati unjuk kerja

    peserta didik adalah dengan menggunakan instrumen skala penilaian (rating

    scale). Sarwiji Suwandi (2010: 74) menemukakan bahwa rating scale merupakan

    penilaian unjuk kerja yang memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap

    penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana

    pilihan kategori lebih dari dua. Skala penilaian tersebut terentang dari tidak

    sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten; 2 = cukup

    kompeten; 3 = kompeten; dan 4 = sangat kompeten.

    1) Penilaian Proses Pembelajaran

    Penilaian proses dapat dilihat dari sikap siswa ketika mengikuti kegiatan

    pembelajaran. Sikap bermula dari perasaan suka atau tidak suka yang terkait

    dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/obyek. Sikap juga

    merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki

    seseorang. Sikap dapat dibentuk sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang

    diinginkan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    39

    Nana Sujana (2008: 56) mengungkapkan bahwa apa yang dicapai oleh

    siswa merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya melalui program dan

    kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses mengajar.

    Ini berarti bahwa hasil (prestasi) belajar siswa tidak terlepas dari proses

    belajar yang dialaminya. Lebih lanjut Sarwiji Suwandi (2010: 80-81)

    mengungkapkan bahwa secara umum obyek/sikap yang perlu dinilai dalam

    proses pembelajaran meliputi beberapa hal, yakni sikap terhadap materi

    pelajaran (motivasi mengikuti pelajaran, keseriusan, semangat); sikap

    terhadap guru/pengajar (interaksi, respon); dan sikap terhadap proses

    pembelajaran (perhatian, kerjasama, konsentrasi, dsb.).

    Berdasarkan hal tersebut maka pedoman penilaian proses yang digunakan

    dalam pembelajaran apresiasi puisi adalah sebagai berikut.

    Tabel 1. Penilaian Proses Pembelajaran

    (Diadaptasi dari Sarwiji, 2010 : 130)

    a) Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria

    berikut.

    1 = sangat kurang 4 = baik

    2 = kurang 5 = amat baik

    3 = cukup

    b) Menghitung nilai

    Nilai = Skor perolehan siswa x 100 = ....

    Skor maksimal (15)

    c) Keterangan diisi dengan kriteria berikut.

    (1) Nilai = 10 29 sangat kurang (4) Nilai = 70 89 baik

    (2) Nilai = 30 49 kurang (5). Nilai = 90 100 sangat baik

    No Nama

    Siswa

    Keaktifan

    siswa

    selama

    apersepsi

    Keaktifan

    danperhatian

    siswa pada saat

    guru

    menyampaikan

    materi

    Minat dan

    motivasi siswa

    saat mengikuti

    kegiatan

    pembelajaran

    Skor Nilai Ket.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    40

    (3) Nilai = 50 69 cukup

    1) Keaktifan siswa selama apersepsi

    Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya atau sangat aktif selama apersepsi

    (menyanyikan lagu dengan semangat dan merespon setiap

    stimulus yang diberikan guru saat apersepsi dengan baik)

    Skor 4 : Jika siswa aktif selama apersepsi (ikut menyanyikan lagu dan

    cukup merespon stimulus yang diberikan guru saat apersepsi)

    Skor 3 : Jika siswa cukup aktif pada saat apersepsi (ikut menyanyikan

    lagu namun tidak merespon stimulus yang diberikan guru)

    Skor 2 : Jika siswa kurang aktif pada saat apersepsi (ikut menyanyikan

    lagu namun tidak serius dan sama sekali tidak mau merespon

    stimulus yang diberikan guru saat apersepsi).

    Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak aktif (sama sekali tidak mau

    menyanyi dan merespon pertanyaan atau stimulus saat

    apersepsi).

    2) Keaktifan dan perhatian siswa pada saat mengikuti pelajaran

    Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya memperhatikan pada saat guru

    menyampaikan materi dan aktif bertanya, menjawab, menamai,

    serta memberikan tanggapan (terjadi interaksi), dan

    mengerjakan setiap tugas.

    Skor 4 : Jika siswa memperhatikan saat guru menyampaikan materi dan

    sesekali mau bertanya, menjawab, serta menamai memberikan

    tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.

    Skor 3 : Jika siswa hanya memperhatikan saat guru menyampaikan

    materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, serta

    memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.

    Skor 2 : Jika siswa kurang memperhatikan serta kurang fokus saat guru

    menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya,

    menjawab, menamai serta memberikan tanggapan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    41

    Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak memperhatikan guru saat

    menyampaikan materi (sibuk beraktivitas sendiri seperti

    berbicara atau membuat gaduh).

    3) Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran

    Skor 5 : Jika siswa tampak bersungguh-sungguh dan menunjukkan

    adanya kesenangan dalam mengerjakan setiap tugas yang

    diberikan; tampak antusias, senang serta bersemangat dalam

    mengikuti pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk, secara

    sukarela membacakan pekerjaan yang dibuat).

    Skor 4 : Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru serta

    tampak bersemangat dan antusias dalam mengikuti

    pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk).

    Skor 3 : Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan namun

    kurang bersemangat dan antusias dalam pembelajaran (kurang

    serius).

    Skor 2 : Jika siswa hanya sekedar mengerjakan tugas yang diberikan dan

    terlihat tidak bersemangat dalam pembelajaran (ogah-ogahan,

    meletakkan kepala di meja).

    Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak mau mengerjakan tugas yang

    diberikan dan sama sekali tidak bersemangat (tampak bosan,

    tertidur).

    2) Penilaian Hasil Pembelajaran

    Nana Sujana (2008:3) mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar

    adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa

    dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang dinilai

    adalah hasil belajar siswa yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.

    Burhan Nurgiyantoro (2009: 326) menyatakan bahwa tes kesastraan

    (termasuk puisi) mencangkup tes kognitif, tef afektif, dan tes psikomotorik.

    Tes kognitif berhubungan dengan kemampuan proses berpikir. Ranah afektif

    berhubungan dengan sikap, pandangan, dan nilai-nilai yang diyakini

    seseorang. Tes psikomotorik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    42

    aktivitas otot, fisik atau gerakan anggota badan. Lebih lanjut dikemukakan

    bahwa tes-tes yang disusun guru tersebut hendaklah disesuaikan dengan

    tujuan pengajaran kebahasaaan dan kesastraan yang hendak dicapai.

    Sebagaimana yang telah diungkapkan bahwa tes atau penilaian yang

    digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran maka

    penilaian hasil dalam pembelajaran membaca indah puisi di kelas VII B ini

    didasarkan pada hasil pekerjaan siswa memahami dan membaca indah puisi

    dalam bentuk kegiatan membaca indah dengan irama, volume suara, mimik,

    dan kinesik sesuaidengan isi puisi. Hal tersebut disesuaikan dengan

    kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan sekolah di semester II

    dengan materi puisi. Di samping itu, pada pedoman penskoran tiap aspek juga

    dinilai sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Pada materi ini KKM yang

    ditentukan adalah 74, ini berarti bahwa siswa dinyatakan tuntas dalam

    pembelajaran jika mendapatkan nilai 74. Dalam penelitian ini peneliti

    mengadaptasi format dan bobot penilaian hasil pembelajaran menulis puisi

    sebagai berikut.

    Tabel 2. Penilaian Hasil Pembelajaran

    No Nama siswa Aspek yang Dinilai Skor Nilai

    Irama Volume

    Suara

    Mimik Kinesik

    (Diadopsi dari Sarwiji Suwandi, 2010 : 78)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    43

    Tabel 3. Pedoman Penskoran

    No Aspek yang dinilai Skor

    1. Penggunaan Irama

    Penggunaan irama baik dan dapat menciptakan keindahan Penggunaan irama cukup baik dan cukup dapat menciptakan

    keindahan

    Penggunaan irama kurang baik dan kurang dapat menciptakan keindahan

    Belum dapat menggunakan irama dengan baik (Penggunaan irama sama sekali tidak menciptakan keindahan)

    Skor 1 4

    4

    3

    2

    1

    2. Volume Suara

    Volume suara sangat sesuai dengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi

    Volume suara cukup sesuaidengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi

    Volume suara kurang sesuai dengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi

    Volume suara sama sekali tidak sesuai dengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi

    Skor 1 4

    4

    3

    2

    1

    3. Mimik

    pengekspresian atau perubahan ekspresi wajah sesuai dengan isipuisi yang dibaca (sangat menghayati)

    ekspresi atau perubahan ekspresi wajah sudah cukup sesuai dengan isipuisi yang dibaca (cukup menghayati)

    ekspresi atau perubahan ekspresi wajah kurang sesuai dengan isipuisi yang dibaca (kurang menghayati)

    ekspresi atau perubahan ekspresi wajah sama sekali tidak sesuai dengan isipuisi yang dibaca (tidak menghayati)

    Skor 1 4

    4

    3

    2

    1

    4. Kinesik

    Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan atau wajah sesuai dengan isi puisi yang dibaca

    Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan atau wajah cukup sesuai dengan isi puisi yang dibaca

    Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan atau wajah kurang sesuai dengan isi puisi yang dibaca

    Sama sekali tidak menggerakkan tangan, anggota badan atau wajah sesuai dengan isi puisi yang dibaca

    Skor 1 4

    4

    3

    2

    1

    Skor maksimal 1, 2, 3, 4 16

    Nilai siswa = skor maksimum siswa X 100

    16

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    44

    2. Hakikat Puisi

    a. Pengertian Puisi

    Puisi adalah salah satu karya seni sastra yang dapat dikaji dari berbagai

    macam aspek, struktur dan unsurnya, jenis dan kesejarahannya. Sepanjang zaman,

    puisi selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Hal ini mengingat

    hakikatnya sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara konvensi dan

    pembaharuan/inovasi.

    Puisi merupakan bentuk karya sastra yang paling tua. Karya-karya besar

    dunia yang bersifat monumental ditulis dalam bentuk puisi seperti Mahabaratha

    dan Ramayana yang berasal dari India. Puisi tidak hanya dipergunakan untuk

    penulisan katya-karya besar, namun puisi juga sangat erat dalam kehidupan kita

    sehari-hari.

    Menurut Rifaterre (dalam Maria Utami, 2010: 1), puisi selalu berubah-

    ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetiknya. Meskipun

    sampai sekarang orang tidak dapat memberikan definisi setepatnya apakah puisi

    itu tetapi untuk memahaminya perlu diketahui ancar-ancar pengertian puisi.

    Menurut Jabrohim (dalam Maria Utami, 2010: 1), puisi merupakan bentuk

    ekspresi dan konsentrasi rasa dan pengalaman jiwa penyair. Oleh karena itu, puisi

    merupakan jenis/genre sastra paling pekat dan padat. Efek yang terjadi pada

    keadaan puisi dari kondisi yang semacam itu adalah bahwa puisi itu singkat,

    padat, konotatif, poliinterpretabel, ekspresif, dan penuh kata irasional serta

    nongramatik.

    Coleridge (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2003: 7) mengemukakan

    bahwa puisi adalah kata-kata yang indah dalam susunan terindah. Penyair atau

    pengarang memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya,

    misalnya seimbang, simetris antara satu unsur dengan unsur yang lain yang sangat

    erat hubungannya.

    Richards (dalam Henry Guntur Tarigan, 1984: 9-10) menyatakan puisi

    mengandung suatu makna keseluruhanyang merupakan perpaduan antara tema

    penyair (yaitu mengenai inti pokok puisi itu), perasannya (yaitu sikap penyair

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    45

    tehadap bahan atau objeknya), nada (yaitu sikap sang penyair terhadap pembaca

    atau penikmatnya), dan amanat (yaitu maksud dan tujuan sang penyair).

    Brahim (dalam Suminto A. Sayuti, 1985: 14) bahwa unsur-unsur yang

    membangun sebuah puisi meliputi imajinasi, emosi, dan bentuknya yang

    khas.Senada dengan pernyataan di atas, William J. Grace (dalam Suminto A.

    Sayuti, 1985: 14) menyatakan bahwa watak puisi lebih mengutamakan intuisi,

    imajinasi dan sintesa dibandingkan dengan prosa yang lebih mengutamakan

    pikiran, konstruksi, dan analisa.

    Dari beberapa