BAHASA INDONESIA DALAM KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA …

12
BAHASA INDONESIA DALAM KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA (KBBI): STUDI PERUBAHAN PEMBAKUAN KATA DALAM KBBI EDISI IV INDONESIAN LANGUAGE IN A BIG DICTIONARY OF INDONESIAN LANGUAGE (KBBI): STUDY CHANGES OF WORD STANDARDIZATION IN KBBI EDITION IV Nuryani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jalan Ir. H. Juanda, No. 95, Ciputat, Tangerang Selatan Telp. 085711159218 [email protected] (Makalah diterima tanggal 19 Mei 2020 Disetujui tanggal 18 Mei 2021) Abstrak: Bahasa Indonesia memiliki sejarah panjang dalam proses terbentuknya. Dari sebelum resmi menjadi bahasa Indonesia sampai setelah resmi menjadi bahasa Indonesia telah tercatat beberapa kali bahasa Indonesia mengalami perubahan ejaan. Hal tersebut membawa imbas pada prosee pembakuan kata yang disusun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mendeksripsikan perubahan pembakuan kata dalam KBBI edisi IV. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menyajikan data senatural mungkin. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosiolinguistik yang melihat bahasa dari konteks kemasyarakatan. Dengan demikian, analisis yang dilakukan selain memanfaatkan kajian morfologi juga melibatkan teori perencanaan bahasa. Data dalam penelitian ini berupa kata-kata yang terdapat dalam KBBI edisi IV. Berdasarkan pembahasan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa perubahan dalam pembakuan kata di KBBI edisi IV. Hal tersebut dilakukan oleh lembaga terkait yang didasarkan atas perencanaan bahasa secara terorganisasi oleh lembaga. Kata Kunci: KBBI, edisi IV, dan pembakuan kata Abstract: Indonesia language has a long history in the process of formation. From before officially becoming Indonesian until after officially becoming Indonesian it has been noted several times that Indonesian has experienced soelling changes. This has an impact on the standardization of word compiled in the Big Indonesian Dictionary (KBBI). Therefore, this study was conducted to describe changes in word standardization in KBBI IV edition. The research methode used is a qualitative method by presenting as natural dara as possible. The approach used in this research is sociolinguistics which sees language from a social context. Thus, the analysis carried out in addition to utilizing morphological studies also involve language planning theory. The data in this sudy are in the form of words contained in KBBI IV edition. Based on the discussion, it can be concluded that there are some changes in the standardization of words in KBBI IV edition. This is done by related institutions which are based on organized language planning by the institution. Keywords: KBBI, edition IV, and word standardization

Transcript of BAHASA INDONESIA DALAM KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA …

Page 1: BAHASA INDONESIA DALAM KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA …

BAHASA INDONESIA DALAM KAMUS BESAR BAHASA

INDONESIA (KBBI): STUDI PERUBAHAN PEMBAKUAN KATA

DALAM KBBI EDISI IV

INDONESIAN LANGUAGE IN A BIG DICTIONARY OF INDONESIAN

LANGUAGE (KBBI): STUDY CHANGES OF WORD

STANDARDIZATION IN KBBI EDITION IV

Nuryani

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jalan Ir. H. Juanda, No. 95, Ciputat, Tangerang Selatan

Telp. 085711159218

[email protected]

(Makalah diterima tanggal 19 Mei 2020 — Disetujui tanggal 18 Mei 2021)

Abstrak: Bahasa Indonesia memiliki sejarah panjang dalam proses terbentuknya. Dari

sebelum resmi menjadi bahasa Indonesia sampai setelah resmi menjadi bahasa Indonesia

telah tercatat beberapa kali bahasa Indonesia mengalami perubahan ejaan. Hal tersebut

membawa imbas pada prosee pembakuan kata yang disusun dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mendeksripsikan

perubahan pembakuan kata dalam KBBI edisi IV. Metode penelitian yang digunakan

adalah metode kualitatif dengan menyajikan data senatural mungkin. Pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sosiolinguistik yang melihat bahasa dari konteks

kemasyarakatan. Dengan demikian, analisis yang dilakukan selain memanfaatkan kajian

morfologi juga melibatkan teori perencanaan bahasa. Data dalam penelitian ini berupa

kata-kata yang terdapat dalam KBBI edisi IV. Berdasarkan pembahasan yang dilakukan

maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa perubahan dalam pembakuan kata di

KBBI edisi IV. Hal tersebut dilakukan oleh lembaga terkait yang didasarkan atas

perencanaan bahasa secara terorganisasi oleh lembaga.

Kata Kunci: KBBI, edisi IV, dan pembakuan kata

Abstract: Indonesia language has a long history in the process of formation. From before

officially becoming Indonesian until after officially becoming Indonesian it has been noted

several times that Indonesian has experienced soelling changes. This has an impact on the

standardization of word compiled in the Big Indonesian Dictionary (KBBI). Therefore,

this study was conducted to describe changes in word standardization in KBBI IV edition.

The research methode used is a qualitative method by presenting as natural dara as

possible. The approach used in this research is sociolinguistics which sees language from

a social context. Thus, the analysis carried out in addition to utilizing morphological

studies also involve language planning theory. The data in this sudy are in the form of

words contained in KBBI IV edition. Based on the discussion, it can be concluded that

there are some changes in the standardization of words in KBBI IV edition. This is done by

related institutions which are based on organized language planning by the institution.

Keywords: KBBI, edition IV, and word standardization

Page 2: BAHASA INDONESIA DALAM KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA …

JURNAL BÉBASAN, Vol. 8, No. 1, Edisi Juni 2021: 35—46

36

PENDAHULUAN

Manusia menggunakan bahasa

salah satunya adalah untuk kepentingan

membangun interaksi sosial. Interaksi

yang terjadi dapat dipastikan akan selalu

mengalami perkembangan. Perkembangan

yang terjadi pada manusia membuat

perkembangan terjadi juga pada bahasa

yang digunakan. Hal yang sama terjadi

pada bahasa Indonesia dengan segala

perkembangan yang terjadi.

Perkembangan yang dialami oleh bahasa

Indonesia memicu munculnya banyak

istilah yang kemudian dibakukan oleh

lembaga yang berwenang.

Pemerintah sebagai lembaga

negara memiliki tanggung jawab untuk

masalah kebahasaan. Termasuk

pemerintah Indonesia yang bertanggung

jawab terhadap keberlangsungan bahasa

Indonesia. Hal tersebut jelas karena

bahasa Indonesia memiliki kedudukan

sebagai bahasa negara dan bahasa

nasional (Bahtiar, dkk., 2019, hlm. 12)

sehingga membutuhkan peran negara

untuk kemajuan dan keberlangsungannya.

Pemerintah memiliki fungsi sebagai the

language planners yang memiliki tugas

untuk menemukan solusi untuk segala

permasalah kebahasaan (Jendra, 2010,

hlm. 159). Dalam hal itu pemerintah

mendirikan sebuah lembaga yakni Badan

Pengembangan Bahasa dan Pusat

Perbukuan. Banyak tugas yang

diembankan kepada lembaga ini yang

salah satunya adalah membakukan kata

dan menyusunnya dalam sebuah kamus

besar.

Kegiatan pembakuan kata dalam

bahasa Indonesia menjadi salah satu

kegiatan yang penting. Bahasa Indonesia

memiliki sebuah aturan pembakuan dalam

kaitannya dengan penggunaan kata. Kata

yang telah dibakukan atau yang disebut

dengan kata baku perlu digunakan untuk

penulisan dalam konteks formal, seperti

karya ilmiah. Karya ilmiah menjadi materi

yang umum dan penting dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia. Bahkan,

di Sekolah Menengah Pertama untuk mata

pelajaran Bahasa Indonesia terdapat

kompetensi dasar menulis karya ilmiah

sederhana. Pembelajaran tersebut salah

satu tujuannya adalah siswa dapat

menyunting karya tulis (Sakila, 2018, hlm.

234).

Terkait dengan penggunaan

kamus, pada pembelajaran Bahasa

Indonesia di Sekolah Dasar (SD) terdapat

materi yang khusus mengacu pada

penggunaan kamus. Dalam kurikulum

2013 untuk Sekolah Dasar, dalam hal ini

kelas IV, siswa dituntut untuk dapat

mengetahui sekaligus membedakan antara

kosakata baku dan tidak baku disertai

dengan pengetahuan makna kata tersebut.

Page 3: BAHASA INDONESIA DALAM KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA …

Bahasa Indonesia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Nuryani)

37

Informasi ini bisa mereka dapatkan dari

Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan

bimbingan dan arahan guru. Materi

kosakata baku dan tidak baku selalu ada

dalam tiap Kompetensi Dasar (Setiawati,

2016, hlm. 45).

Kegiatan menyunting tentu saja

membutuhkan pengetahuan kebahasaan

yang memadai. Siswa dapat merujuk

setiap penggunaan kata baku dari kamus,

salah satunya adalah KBBI. Kamus

merupakan sumber rujukan yang andal

dalam memahami makna kata suatu

bahasa karena kamus memuat

perbendaharaan kata suatu bahasa, yang

secara ideal tidak terbatas jumlahnya

(2008, hlm. xxv). Untuk itulah, selalu ada

penyempurnaan atau pembaruan demi

pengembangan KBBI. Sebagai contoh

untuk membedakan kata [andal] dan

[handal] maka dapat merujuk pada KBBI

sehingga dapat mengetahui manakah yang

baku di antara keduanya.

Akan tetapi, pada praktiknya

banyak peraturan pembakuan tersebut

yang tidak diketahui oleh masyarakat

sebagai pengguna bahasa. Selain

peraturan mengenai pembakuan, dalam

bahasa Indonesia juga memiliki peraturan

mengenai penggunaan kata yang formal

dan non-formal atau baku dan tidak baku.

Demikian juga dengan peraturan

mengenai penyerapan dari bahasa asing ke

dalam bahasa Indonesia. Namun, masih

banyak ditemukan masyarakat pengguna

bahasa yang dengan seenaknya

menggunakan bahasa Inggris meskipun

kata tersebut sudah ada padanannnya

dalam bahasa Indonesia (Rosidi, 2010,

hlm. 75). salah satu faktor hal tersebut

terjadi adalah pengguna bahasa tidak

mengenal kata tersebut atau kemungkinan

malas melihat dalam kamus. Lebih lanjut

Rosidi menyampaikan jika pengguna

bahasa tersebut berasal dari kalangan

wartawan maka kata tersebut akan

menjadi terkenal. Rosidi memberikan

contoh seperti kata “opti” yang berasal

dari kata “Option” yang sebenarnya kita

memiliki kata “pilihan”.

Penelitian ini fokus pada

perubahan pembakuan kata dalam kamus.

Oleh karena itu, masalah dalam artikel ini

adalah bagaimana perubahan pembakuan

kata dalam KBBI edisi IV dan edisi V.

edisi IV dipilih dengan pertimbangan edisi

tersebut sudah diubah dengan edisi V

yang tentu saja di edisi V masih terus

berkembang. Edisi V masih akan terus

mengalami perkembangan dan pembaruan

karena sistem yang diterapkan oleh Badan

Bahasa yang mengharapkan masukan dari

masyarakat.

KAJIAN TEORI

A. Perencanaan Bahasa

Page 4: BAHASA INDONESIA DALAM KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA …

JURNAL BÉBASAN, Vol. 8, No. 1, Edisi Juni 2021: 35—46

38

Permasalahan yang terkait dengan

kamus akan selalu ada dan selalu

berkembang. Perkembangannya mengikuti

perkembangan manusia dalam berbagai hal.

Tentu saja perkembangan tersebut tidak akan

lepas dari permasalahan yang muncul. Salah

satu kegiatan perencanaan yang selalu

dilakukan adalah kegiatan pemutakhiran kata

dalam kamus. Di dalamnya termasuk kegiatan

dan telaah mengenai pembakuan kata. Telaah

mengenai pembakuan kata tidak hanya

mempertimbangkan struktur internal kata

melaikan juga mengenal telaah luar. Telaah

luar tersebut menyangkut fungsi bahasa baku

dalam suatu masyarakat dan sikap masyarakat

itu sendiri terhadap bahasa baku (Moeliono,

tanpa tahun, hlm. 37).

Nababan menyampaikan bahwa

dalam bahasa terdapat dua aspek, yakni aspek

bentuk dan makna. Aspek bentuk meliputi

bunyi sementara aspek makna meliputi

leksikal (1984, hlm. 3). Kedua aspek yang

terdapat dalam bahasa itulah yang

memunculkan permasalahan dalam berbagai

hal. Salah satu yang melatarbelakangi

kemunculan permasalahan adalah latar

belakang keilmuan dan penggunaan bentuk

bahasa tersebut. Oleh karena itu, perlu

dilakukan perencanaan yang matang guna

menetapkan sebuah kata atau bahasa terkait

dengan statusnya.

Perencaan bahasa merupakan kegiatan

yang dapat dilakukan oleh berbagai pihak.

Meskipun demikian, perlu lembaga khusus

yang resmi untuk melakukan perencaan

bahasa secara matang. Perencanaan bahasa

yang dilakukan oleh lembaga tersebut tentu

dapat melibatkan pihak lain. Pihak lain yang

dapat terlibat dalam kegiatan perencanaan

bahasa adalah dari pribadi maupun dari

lembaga kebahasaan masyarakat (Jendra,

2009, hlm. 160). Ketiganya tentu memiliki

peran masing-masing dalam kegiatan

perencanaan bahasa termasuk di dalamnya

memecahkan permasalahan perkamusan.

Perencanaan bahasa hakikatnya

merupakan kegiatan mencari solusi atas

permasalahan kebahasaan yang ditemukan di

dalam masyarakat. Rubin (1971)

menyampaikan bahwa perencanaan bahasa

fokus pada solusi untuk memutuskan

permasalahan kebahasaan mengenai tujuan,

makna, dan hasilnya untuk memecahkan

permasalahan. Oleh karena itu, lembaga

pemerintah perlu melibatkan pihak-pihak

perencana bahasa di atas untuk mendapatkan

masukan sehingga dapat memutuskan dengan

baik.

Istilah perencanaan bahasa juga dapat

digunakan untuk menyebut sebagai kegiatan

membimbing perkembangan bahasa ke arah

yang diinginkan oleh perencana bahasa.

perencanaan tidak hanya semata-mata

meramalkan masa depan bahasa berdasarkan

apa yang diketahui pada masa lampau

melainkan juga merupakan usaha yang terarah

untuk mempengaruhi dan menentukan masa

depan bahasa (Aslinda dan Syafyahya, 2007,

hlm. 111).

B. Pembakuan Kata

Berbahasa memerlukan kejelian

dalam memilih kata supaya maksud dan

Page 5: BAHASA INDONESIA DALAM KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA …

Bahasa Indonesia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Nuryani)

39

tujuan dapat tersampaikan secara jelas.

Untuk itu dibutuhkan pengetahuan dan

pemahaman akan adanya aturan

kebahasaan. Ketika berada pada situasi

yang formal maka menggunakan bahasa

yang formal dan sebaliknya. Terlebih

dalam era perdagangan bebas seperti saat

ini, tidak lantas membuat bahasa

Indonesia digunakan secara serampangan.

Dikatakan oleh Wati (2015, hlm. 165)

bahwa berbahasa denga baik dan benar

merupakan hal yang mutlak pada pasar

terbuka MEA. Lebih lanjut Wati

menyampaikan bahwa pada masa ini di

bidanag peradaban berbahasa sudah

selayaknya kaidah kebahasaan diterapkan

sebagaimana mestinya.

Hal tersebut tentu juga merujuk

pada adanya Undang-undang kebahasaan,

yakni UU No.24 tahun 2009. Dalam

undang-undang tersebut mengatur tentang

penggunaan bahasa Indonesia dalam

berbagai ranah. Salah satunya adalah

penggunaan bahasa dalam tataran formal.

Bahasa dalam tataran formal adalah

bahasa yang digunakan sesuai dengan

kaidah dan aturan yang ditetapkan.

Pada saat ini Indonesia

menggunakan Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Indonesia (PUEBI) untuk

menggantikan Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD) (Bahtiar, dkk.,

2019, hlm. 12). Banyak hal yang diatur

dalam pedoman tersebut. Salah satunya

adalah pembakuan kata yang terkait

dengan penyerapan kata asing. Meskipun

demikian, dalam proses membakukan

sebuah kata tentu tidak hanya terkait

dengan kata serapan dari bahasa asing

melainkan juga kata-kata umum yang

sering dipakai tetapi kebakuannya belum

banyak diketahui oleh masyarakat sebagai

pengguna bahasa.

Masyarakat sebagai pengguna bahasa

tentu disediakan banyak sekali pilihan kata

(diksi). Hal tersebut tentu memudahkan

masyarakat dalam melakukan komunikasi.

Akan tetapi, pada kenyataannya justru

banyaknya diksi yang tersedia membuat

proses komunikasi terkadang justru

terhambat. Salah satu penyebabnya adalah

banyaknya makna yang dikandung dalam

sebuah kata (Bahtiar, dkk., 2019, hlm. 70).

Untuk itu, jika dalam kegiatan formal

diusahakan untuk menggunakan kata yang

memiliki makna sesuai dengan kamus

guna menyederhanakan dalam

penyampaikan makna. Akan tetapi,

menggunakan kata yang memiliki makna

gramatikal juga diperbolehkan karena

dapat membangun sebuah konstruksi

kalimat secara tepat dan baku.

C. KBBI

Perkembangan kata yang terus

mengalami pemutakhiran guna

menyeimbangkan dengan kemajuan

kehidupan manusia telah diantisipasi dengan

Page 6: BAHASA INDONESIA DALAM KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA …

JURNAL BÉBASAN, Vol. 8, No. 1, Edisi Juni 2021: 35—46

40

sedemikian rupa di dalam kamus. Meskipun

demikain, tidak menjadikan masyarakat

pengguna bahasa menggunakan kata tersebut

secara benar baik secara lisan maupun tertulis.

Rosidi (2010, hlm. 76) menyampaikan bahwa

orang-orang (terutama kaum elit)

menggunakan atau mengucapkan kata-kata

dari bahasa Inggris tetap dengan cara Inggris

meskipun kata-kata tersebut telah masuk ke

dalam kamus termasuk KBBI. Rosidi

memberikan contoh orang tetap mengucapkan

“prodak” untuk mengucapkan kata “produk”

sesuai dengan yang ditulis di dalam kamus.

Di Indonesia telah memiliki sistem

perkamusan yang cukup mapan yakni dengan

hadirnya Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI). Selain KBBI, sistem pembakuan juga

tertuang dalam buku Tata Bahasa Baku

Bahasa Indonesia (TBBBI). Dengan

keberadaan buku tersebut maka siapapun

dapat dengan mudah mempelajari bahasa

Indonesia, termasuk di dalamnya mengenai

tata bahasa (Widodo, 2015). Untuk itulah

pembakuan kata dalam bahasa Indonesai

harus tetap diperhatikan guna kemajuan

bahasa Indonesia di kancah internasional.

Kamus Besar Bahasa Indonesia saat

ini telah masuk pada edisi V. Perkembangan

KBBI tentu saja terkait dengan jumlah lema

yang ada di dalamnya. Lema akan terus

berkembang jumlahnya seiring dengan

berkembanganya pengetahuan dan pemikiran

manusia. Dilansir dari lama wikipedia

setidaknya KBBI telah mengalami empat kali

perubahan atau pemutakhiran (belum yang

edisi V). Pemutakhiran yang dilansir dari

laman wikipedia meliputi:

1. Edisi Pertama (1988)

Edisi pertama merupakan hasil

pengembangan dari Kamus Bahasa

Indonesia yang terbit pada tahun 1983.

Kamus tersebut baru memuat sebanyak

62.100 lema.

2. Edisi Kedua (1991)

Edisi ini merupakan revisi dari edisi

pertama dan telah memuat lema sebanyak

72.000.

3. Edisi Ketiga (2005)

Edisi ketiga memuat sebanyak 78.000

lema. Akan tetapi, masih banyak kosa

kata yang belum terwadahi dalam edisi

ini. Hal tersebut dikarenakan dalam

KBBI memuat kata-kata dan istilah yang

umum. Sementara itu, untuk kata atau

istilah khusus di bidang tertentu terdapat

kamus tersendiri.

4. Edisi Keempat (2008)

Edisi keempat memuat lebih dari 90.000

lema dengan memasukkan kata-kata atau

istilah yang belum terwadahi dalam edisi

sebelumnya.

Sementara itu, untuk edisi V resmi

diluncurkan pada 17 November 2016 di

Bandung oleh Kepala Badan Pengembangan

dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa),

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

Prof. Dr. Dadang Sunendar

(http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanba

hasa/node/2194). Sampai saat ini, lembaga

tersebut terus melalukan pemutakhiran

terhadap KBBI V guna menyeimbangkan

Page 7: BAHASA INDONESIA DALAM KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA …

Bahasa Indonesia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Nuryani)

41

dengan kemajuan di berbagai bidang. Entri

total yang telah tercatat dalam pemutakhiran

KBBI Daring edisi V adalah sebanyak

112.579

(https://kbbi.kemdikbud.go.id/Beranda/Pemut

akhiran). Ke depannya sangat dimungkinkan

untuk terus bertambah mengingat

pemutakhiran KBBI Edisi V terus dilakukan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif kualitatif yang berusaha

menyajikan data secara apa adanya yang

berupa kata-kata dan bersifat non-angka.

Data dalam penelitian ini adalah kata-kata

yang terdapat dalam KBBI Edisi IV dan

Edisi V. Data dari kedua edisi tersebut

kemudian diperbandingkan untuk melihat

perubahan pembakuannya. Berdasarkan

data yang telah dikumpulkan kemudian

dianalisis secara kualitatif. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah

teknik dokumentasi dan kepustakaan.

Untuk menyajikan data peneliti

menggunakan instrumen berupa tabel.

Tabel tersebut digunakan untuk

menyajikan data secara keseluruhan

sebelum dilakukan analisis.

Pada KBBI Edisi IV memuat

sekitar 90.000 lema. Sementara itu pada

KBBI Edisi V sudah memuat hampir

112.579 lema dan terus masih dilakukan

pemutakhiran. Oleh sebab itu, dalam

artikel ini tidak akan mengambil data

secara keseluruhan. Data yang diambil

hanya data yang mengalami perubahan

pembakuan dan diambil secara acak. Hal

tersebut dilakukan karena banyak sekali

lema yang mengalami pembakuan dari

Edisi IV ke Edisi V. Dengan demikian,

data yang disajikan hanya diambil

sebagian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata-kata yang terdapat dalam

sebuah kamus bukanlah kata-kata yang

dimunculkan secara tiba-tiba.

Budiwiyanto menyampaikan bahwa

kamus menjelaskan apa arti kata dan

menunjukkan bagaimana kata itu bekerja

sama untuk membentuk kalimat. Oleh

karena itu, diperlukan beberapa langkah

guna sebuah kata dapat dimasukkan ke

dalam kamus. Demikian juga dengan

KBBI yang harus melalui beberapa

tahapan guna menambahkan lema di

dalamnya. Lebih lanjut Budiwiyanto

menjelaskan bahwa informasi yang

disajikan dalam kamus itu diperoleh dari

dua sumber utama, yaitu introspeksi dan

observasi. Introspeksi berarti melihat ke

dalam otak kita sendiri dan mencoba

mengingat semua yang kita tahu tentang

kata. Sementara itu, observasi berarti

memeriksa contoh-contoh nyata dari

bahasa yang digunakan (dalam surat

kabar, novel, blog, twit, dsb.) sehingga

Page 8: BAHASA INDONESIA DALAM KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA …

JURNAL BÉBASAN, Vol. 8, No. 1, Edisi Juni 2021: 35—46

42

kita dapat mengamati bagaimana orang

menggunakan kata-kata ketika mereka

berkomunikasi satu sama lain

(http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lama

nbahasa/content/korpus-dalam-

penyusunan-kamus).

Pada edisi awal KBBI diterbitkan

hanya memuat sekitar 62.000 lema dan

kemudian bertambah menjadi 90.000 lema

di edisi IV. Perkembangan tersebut

tentunya ada pengaruh dari berbagai

bidang. Mengingat begitu banyak lema

yang terdapat dalam KBBI Edisi IV maka

tidak semua lema menjadi data dalam

penelitian ini. Data dalam penelitian ini

akan diambil secara acak dengan

pertimbangan di atas..

Pemutakhiran kata dilakukan oleh

Badan Pengembangan dan Pembinaan

Bahasa sebanyak dua kali dalam setahun,

yakni pada bulan April dan Oktober.

Pemutakhiran terakhir dilakukan pada

bulan April 2020

(https://kbbi.kemdikbud.go.id/Beranda/Pemut

akhiran). Kegiatan tersebut akan terus

dilakukan mengingat sifat bahasa yang

fleksibel dan terus berkembang. Tidak

dapat dipungkiri bahwa perkembangan

teknologi menjadi salah satu hal yang

mendorong perkembangan bahasa. Hudaa

(2017) mengatakan bahwa arus sibernitas

memungkinkan bahasa Indonesia

berkembang pesat menambah jumlah

kosakata yang masuk di dalam KBBI.

Pemadanan kata asing ke dalam bahasa

merupakan suatu ciri khas tersendiri dari

bahasa Indonesia yang tidak dimiliki oleh

bahasa asing lainnya.

Pada kesempatan yang lain, Hudaa

(2019: 5) memberikan simpulan bahwa

pemutakhiran bahasa dipengaruhi oleh

perkembangan zaman dan disesuaikan

dengan kaidah yang berlaku di dalam

bahasa Indonesia. Munculnya kosakata

asing dan kemudian dipadankan atau

diserap ke dalam bahasa Indonesia

menjadi bukti bahwa bahasa Indonesia

memiliki kaidah pembakuan kata yang

disepakati. Utnuk itulah pembaruan

pembakuan kata dalam kamus selalu

diperlukan guna mengembangkan bahasa

Indonesia dalam kancah internasional

menuju bahasa Indonesia sebagai bahasa

internasional. Selain itu, perubahan

pembakuan kata juga dilakukan

mengingat telah adanya kaidah-kaidah

mengenai bahasa Indonesia yang telah

diatur dengan baik.

Kegiatan pemutakhiran bahasa

yang dilakukan oleh Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

terus berlangsung. Untuk itulah data

dalam artikel ini sangat terbatas. Hal

tersebut dipengaruhi oleh perkembangan

kata yang cukup signifikan dan

memungkinkan untuk mengalami

Page 9: BAHASA INDONESIA DALAM KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA …

Bahasa Indonesia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Nuryani)

43

perubahan pembakuan. Selain itu,

keterbatasan data dalam artikel ini

dilakukan juga supaya membuka peluang

penelitian lain selama dilakukan

pemutakhiran oleh lembaga yang

berwenang.

Terdapat beberapa kata yang

mengalami perubahan pembakuan. Hal

tersebut wajar dilakukan mengingat

terdapat kegiatan berupa perencanaan

bahasa yang di dalamnya salah satu

kegiatannya adalah pembakuan. Seperti

terdapat pada kata apkir yang maknanya

adalah ditolak atau ditampik. Kata ini

umum diucapkan dengan fonem “p” tetapi

pada pembakuannya bentuk kata ini

adalah afkir. Dengan begitu, terjadi

pembiasaan pengucapan dari fonem “p”

ke fonem “f”. Meskipun demikian, pada

kenyataannya masyarakat cenderung abai

dengan pengucapan sehingga tidak jarang

hal tersebut berpengaruh pada kegiatan

penulisan. Keabaian tersebut salah

satunya adalah adanya faktor kebiasaan

berbahasa masyarakat yang di dalamnya

terjadi interferensi.

Pemutakhiran tidak hanya terkait

dengan kebiasaan berbahasa yang terdapat

dalam masyarakat. Seperti contoh kata

ramadan yang selalu digunakan oleh

masyarakat adalah romadhon. Hal

tersebut membuat masyarakat pengguna

bahasa menuliskan sesuai dengan yang

diucapkan. Hal itu mungkin bukan sesuatu

yang salah mengingat bahasa Indonesia

merupakan bahasa yang antara

pengucapan dengan penulisan sama. Akan

tetapi, pada proses penyerapan tetap harus

mengikuti kaidah yang berlaku. Seperti

contoh kata di atas jika sesuai dengan

kaidah pembakuan maka dituliskan

dengan ramadan bukan romadhon.

Masyarakat Indonesia mayoritas

menganut agama Islam. Oleh sebab itu,

tidak mengherankan jika terdapat 9 dari

10 kata serapan bahasa Indonesia adalah

diserap dari bahasa Arab. Meskipun

demikian, penyerapan tetap dilakukan

dengan mengikuti kaidah yang berlaku

dalam bahasa Indonesia. Seperti contoh

pada kata Alquran yang dalam KBBI

Edisi V dibakukan menjadi Al-Qur’an

yang pada KBBI Edisi sebelumnya

dengan pembakuan yang berbeda. Hal

tersebut terjadi karena adanya

pengembangan pengetahuan dan

pembaruan pembakuan yang dilakukan

oleh lembaga yang berwenang.

Terdapat istilah transliterasi yang

nerujuk pada pengalihaksaraan dari aksara

Arab ke aksara latin. Istilah itu terkadang

mengalami kerancuan dengan kegiatan

penyerapan. Secara sederhana, kedua

bentuk itu kadang dianggap serupa oleh

masyarakat Indonesia. Akan tetapi, kedua

bentuk itu memiliki perbedaan yang

Page 10: BAHASA INDONESIA DALAM KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA …

JURNAL BÉBASAN, Vol. 8, No. 1, Edisi Juni 2021: 35—46

44

signifikan. Transliterasi hanya mengalih

aksarakan bahasa aslinya ke dalam huruf

Latin. Misalnya saja bahasa Arab ke huruf

Latin atau huruf Mandarin ke huruf Latin

agar mudah dibaca. Sebaliknya, serapan

merupakan suatu bentuk transliterasi yang

sudah disempurnakan sesuai dengan

kaidah bahasa Indonesia yang benar.

Sebagai contoh beberapa kata yang sudah

dipaparkan sebelumnya seperti:

Ramadhan-Ramadan, sholat-salat,

musholla-musala, dll (Hudaa, 2019, hlm.

3). Melihat perbedaan keduanya maka

kegiatan pembakuan lebih terkait dengan

penyerapan dan bukan menggunakan

tataran transliterasi. Seperti contoh pada

data di atas, yakni pada kata ustad,

kemudian di KBBI Edisi V dibakukan

dengan ustaz. Kata ustad adalah merujuk

pada bentuk transliterasi sementara kata

ustaz adalah kata yang dibakukan sesuai

dengan kaidah penyerapan dalam bahasa

Indonesia. akan tetapi, kata ustad pada

KBBI edisi sebelumnya merupakan

bentuk baku dan mengalami perubahan

pembakuan pada edisi selanjutnya.

Selain karena adanya faktor

transliterasi dan penyerapan, di Indonesia

juga terdapat faktor kondisi kebiasaan

yang terjadi di masyarakat. Seperti contoh

pada data di atas adalah kata puyonghai

yang dibakukan menjadi puyunghai.

Selain karena adanya faktor kaidah

pembakuan masyarakat Indonesia

cenderung mengalami kesulitan untuk

menyebutkan bunyi [o] di tengah suku

kata. Oleh sebab itu, masyarakat lebih

terbiasa mengucapkan puyunghai

sehingga kata baku yang ditemukan juga

berbentuk puyunghai. Berbeda halnya

dengan kata jamaah yang di KBBI Edisi

V dibakukan dengan bentuk jemaah.

Dalam pemakaian sehari-hari masyarakat

lebih terbiasa menggunakan kata jamaah

dibandingkan kata jemaah. Terlebih lagi

dengan adanya fenomena Ustaz Maulana

yang viral dengan jargon tersebut.

Dengan begitu, masyarakat tidak terbiasa

menggunakan bentuk bakunya, yakni

jemaah. Hal tersebut tentu ada faktor yang

melatarbelakangi. Salah satunya adalah

nilai rasa yang tercipta di masyarakat.

Mayoritas umat Islam menganggap bahwa

kata jemaah atau jemaat adalah umum

atau lazim digunakan oleh pemeluk agama

Kristen atau Katolik. Dengan anggapan

yang demikian maka banyak pengguna

bahasa yang beragama Islam cenderung

memilih menggunakan kata jamaah

meskipun kata tersebut tidak baku. Akan

tetapi, hal tersebut tidak menjadi

permasalahan selama tidak digunakan

dalam tataran formal yang mengharuskan

menggunakan bahasa secara standar dan

kaidah yang disepakati.

Page 11: BAHASA INDONESIA DALAM KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA …

Bahasa Indonesia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Nuryani)

45

Mayoritas masyarakat Indonesia

adalah penganut agama Islam. Hal itu

tentu saja menjadi pertimbangan tersendiri

atas masuknya pengaruh bahasa Arab ke

dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu,

tidak jarang ditemukan kata yang diserap

ke dalam bahasa Indonesia dengan

dilakukan proses pembakuan. Seperti kata

musholla yang sangat akrab bagi

masyarakat Indonesia. Kata tersebut

dibakukan ke dalam bentuk musala yang

didasarkan pada faktor sistem bunyi

bahasa Indonesia. Sistem bunyi dalam

bahasa Indonesia adalah yang dituliskan

itulah yang diucapkan. Dengan diucapkan

musala maka dibakukan dalam KBBI

dengan musala juga. Jikalau ada yang

mengucapkan dengan musholla maka itu

dikarenakan faktor kebiasaan dan unsur

religious. Demikian juga dengan kata

aqiqah yang dibakukan dengan bentukan

akikah. Pembakuan ini muncul di KBBI

karena huruf “q” dari bahasa Arab

dibakukan dengan huruf “k” dalam

bahasa Indonesia. Hal yang sama terjadi

juga pada kata-kata serapan yang berasal

dari bahasa Arab seperti faqir, taqwa,

maupun sodaqoh yang masing-masing

dibakukan menjadi “fakir”, “takwa”, dan

“sedekah”. Berdasarkan hal tersebut dapat

disampaikan bahwa kegiatan pembakuan

tidak hanya terkait dengan upaya

penyerapan melainkan juga sebagai upaya

membuat keteraturan dalam sistem sebuah

Bahasa.

SIMPULAN

Berdasarkan pada analisis yang

telah dilakukan maka didapatkan beberapa

simpulan. Kegiatan pemutakhiran kata

yang dilakukan oleh lembaga pemerintah

dilakukan guna mendukung

perkembangan bahasa Indonesia.

Pemutakhiran dilakukan salah satunya

dengan terus melakukan pembaruan

terhadap pembakuan kata-kata yang

terdapat dalam KBBI. Pembakuan kata

yang terdapat dalam kamus dilakukan atas

dasar beberapa faktor, antara lain

kebiasaan berbahasa masyarakat, aktif dan

tidaknya kata tersebut di lingkungan

sosial, dan masukan dari berbagai pihak.

Kegiatan pembakuan juga dilakukan

melalui beberapa cara, antara lain

penyerapan dan penerjemahan. Setelah

dilakukan kegiatan pembakuan maka

sistem bahasa Indonesia akan semakin

teratur. Hal tersebut tentu sangat

bermanfaat guna mendukung perjalanan

bahasa Indonesia menuju bahasa

internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zainal dan S. Amran Tasai. (2009).

Cermat Berbahasa Indonesia untuk

Perguruan Tinggi. Jakarta:

Akademika Pressindo

Page 12: BAHASA INDONESIA DALAM KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA …

JURNAL BÉBASAN, Vol. 8, No. 1, Edisi Juni 2021: 35—46

46

Aslinda dan Leni Syafyahya. (2007).

Pengantar Sosiolinguistik. Bandung:

Refika Aditama

Bahtiar, Ahmad., Nuryani, dan Syihaabul

Hudaa. (2019). Khazanah Bahasa:

Memaknai Bahasa Indonesia dengan

Baik dan Benar. Bogor: In Media.

Budiwiyanto, Adi. “Korpus dalam

Penyusunan Kamus”.

(http://badanbahasa.kemdikbud.go.

id/lamanbahasa/content/korpus-

dalam-penyusunan-kamus).

Diunduh pada 5 Mei 2020.

Hudaa, Syihaabul. (2017). “Peranan

Lingkungan dalam Pemelajaran

Bahasa Indonesia sebagai Bahasa

Kedua.” Disampaikan dalam Seminar

Internasional di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Hudaa, Syihaabul. (2019). “Transliterasi,

Serapan, dan Padanan Kata: Upaya

Pemutakhiran Istilah dalam Bahasa

Indonesia” dalam Sebasa: Jurnal

Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Volume 2, Nomor 1, Mei

2019.

Jendra, Iwan Indrawan Made. (2009).

Sociolinguistics: The Study of

Societies’ Langauge. Yogyakarta:

Graha Ilmu

Kurniawati, Wati. (2015). “Olah Kata dalam

Media Luar Ruang sebagai Industri

Kreatif” dalam Ranah: Jurnal Kajian

Bahasa, Volume 4, Nomor 2,

Desember 2015.

Moeliono, Anton. M. Tanpa Tahun. “Bahasa

Indonesia dan Pembakuannya (Suatu

Tinjauan Sosiolinguistik). Seminar

Bahasa Indoneaia. Jakarta.

Nababan, P.W.J. (1984). Sosiolinguistik Suatu

Pengantar. Jakarta: Gramedia

Nuryani dan Dona Aji Karunia Putra. (2013).

Psikolinguistik. Tangerang Selatan:

Mahzab Ciputat.

Rosidi, Ajip. (2010). Bahasa Indonesia

Bahasa Kita Akan Diganti dengan

Bahasa Inggris? Cetakan keempat.

Jakarta: Pustaka Jaya

Rubin, Joan and Jernudd, H.B. (1971). Can be

Planned?. Honolulu: The University

Press of Hawaii.

Sakila. (2018). “Metode Karya Wisata: Upaya

Meningkatkan Kemampuan Siswa

pada Pembelajaran Menulis Karya

Ilmiah” dalam Bebasan, Volume 5,

Nomor 2, Desember 2018.

Setiawati, Sulis. (2016). “Penggunaan Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

dalam Pembelajaran Kosakata Baku

dan Tidak Baku pada Siswa Kelas IV

SD dalam Jurnal Gramatika: Jurnal

Penelitian Bahasa dan Sastra

Indonesia, V2.i1.

Widodo, Supriyanto. (2015). “Bahasa

Indonesia menuju Bahasa

Internasional”.

www.badanbahasa.kemdikbud.go.id.

Diakses pada 18 April 2020.

Wikipedia. (2019). Kamus Besar Bahasa

Indonesia.

id.m.wikipedia.org/wiki/kamusbesarb

ahasaindonesia. Diunduh pada 23

Desembere 2019.

https://kbbi.kemdikbud.go.id/Beranda/Pemuta

khiran. Diunduh pada 5 Mei 2020.

(http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanba

hasa/node/2194). Diunduh pada 5 Mei

2020.