Bahasa Indonesia Periode Sastra

45
Bahasa Indonesia Periodisasi Sastra Indonesia Nama : 1. Annisa Fitri F 2. Elma Nadhira K 3. Kresna Devara 4. Luk – Luk Maghfiroh 5. Muhammad Iman Rifki 6. Mutiara Hildadien N 7. Reyhan Pradipta R

description

bahasa indonesia periode sastra

Transcript of Bahasa Indonesia Periode Sastra

Bahasa IndonesiaPeriodisasi Sastra Indonesia

Nama: 1. Annisa Fitri F 2. Elma Nadhira K 3. Kresna Devara 4. Luk Luk Maghfiroh 5. Muhammad Iman Rifki 6. Mutiara Hildadien N 7. Reyhan Pradipta R

XII IPA 3SMA Negeri 66 JakartaPeriodisasi Sastra

Sastra Indonesia berkembang dari waktu ke waktu, bahkan sebelum bahasa Indonesia diresmikan pada 28 Oktober 1928. Pada zaman dahulu bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kerajaan dan bahasa sastra (Purwoko, 2004: 84), hasil-hasil sastra berbahasa Melayu yang tidak tertulis juga sudah ditemukan sejak abad ke-19. Sementara itu, pondasi pendirian sastra Indonesia baru tegak berdiri pada tahun 1920-an dengan munculnya Balai Poestaka. Sejak saat itu sastra berkembang sampai saat ini, sastra Indonesia secara umum terbagi oleh beberapa periode, yaitu angkatan Balai Pustaka, Pujangga Baru, angkatan 1945, angkatan 1950, angkatan 1966, dan angkatan 1970sekarang. Di era 2000-an seperti sekarang mulai dikenal cyber sastra, yaitu sastra yang beredar luas di dunia cyber atau internet. Berikut akan dipaparkan satu demi satu penjelasan terkait periodisasi sastra Indonesia.

1. Angkatan Balai Pustaka (1920)Balai Pustaka didirikan pada tahun 1908, tetapi baru tahun 1920-an kegiatannya dikenal banyak pembaca (Purwoko, 2004: 143). Berawal ketika pemerintah Belanda mendapat kekuasaan dari Raja untuk mempergunakan uang sebesar F.25.000 setiap tahun guna keperluan sekolah bumi putera yang ternyata justru meningkatkan pendidikan masyarakat. Commissie voor de Inlandsche School-en Volkslectuur, yang dalam perkembangannya berganti nama Balai Poestaka, didirikan dengan tujuan utama menyediakan bahan bacaan yang tepat bagi penduduk pribumi yang menamatkan sekolah dengan sistem pendidikan Barat. Sebagai pusat produksi karya sastra, Balai Poestaka mempunyai beberapa strategi signifikan, yaitu:1. merekrut dewan redaksi secara selektif2. membentuk jaringan distribusi buku secara sistematis3. menentukan kriteria literer4. mendominasi dunia kritik sastraPada masa ini bahasa Melayu Riau dipandang sebagai bahasa Melayu standar yang yang lebih baik dari dialek-dialek Melayu lain seperti Betawi, Jawa, atau Sumatera. Oleh karena itu, para lulusan sekolah asal Minangkabau, yang diperkirakan lebih mampu mempelajari bahasa Melayu Riau, dipilih sebagai dewan redaksi. Beberapa diantaranya adalah Armjin Pene dan Alisjahbana. Angkatan Balai Poestaka baru mengeluarkan novel pertamanya yang berjudul Azab dan Sengsara karya Merari Siregar pada tahun 1920-an. Novel yang mengangkat fenomena kawin paksa pada masa itu menjadi tren baru bagi dunia sastra. Novel-novel lain dengan tema serupa pun mulai bermunculan. Adapun ciri-ciri karya sastra pada masa Balai Poestaka, yaitu:1. Gaya Bahasa : Ungkapan klise pepatah/pribahasa.2. Alur : Alur Lurus.3. Tokoh : Plot karakter ( digambarkan langsung oleh narator ).4. Pusat Pengisahan : Terletak pada orang ketiga dan orang pertama.5. Terdapat digresi : Penyelipan/sisipan yang tidak terlalu penting, yang dapat menganggu kelancaran teks.6. Corak : Romantis sentimental.7. Sifat : Didaktis (pendidikan)8. Latar belakang sosial : Pertentangan paham antara kaum muda dengan kaum tua.9. Peristiwa yang diceritakan saesuai dengan realitas kehidupan masyarakat.10. Puisinya berbentuk syair dan pantun.11. Menggambarkan tema pertentangan paham antara kaum tua dan kaum muda, soal pertentangan adat, soal kawin paksa, permaduan, dll.12. Soal kebangsaan belum mengemuka, masih bersifat kedaerahan.Tokoh-tokoh angkatan Balai Pustaka beserta hasil karyanya.Menurut Rosiditokoh-tokoh yang termasuk dalam angkatan Balai Pustaka diantaranya adalah:1. Nur Sutan Iskandar Lahir di Maninjau tahun 1893Hasil karyanya:a.Karangan asliSalah pilih (dikarang dengan nama samaran Nur Sinah tahun 1928), Karena Mertua (tahun 1932), Hulubalang Raja (novel sejarah oleh Teeuw dipandang yang terbaik), Katak Hendak Jadi lembu, Neraka Dunia (1973), Cinta tanah Air (novel yang terbit pada jaman Jepang tahun1944), Mutiara (1946), Cobaan (1947), Cinta dan Kewajiban (dikarang bersama dengan I.Wairata).b. Karangan terjemahanAnjing Setan A. Canon Doyle, Gidang Intan Nabi Sulaiman Rider Haggard, Kasih Beramuk dalam Hati Beatrice Harraday, Tiga Panglima Perang - Alexander Dumas, Graaf De Monto Cristo Alexander Dumas, Iman dan Pengasihan H Sien Klewiex, Sepanjang Gaaris kehidupan R Casimir.c. Karangan saduran Pengajaran Di Swedwn Jan Lightair, Pengalaman Masa Kecil Jan Lighard, Pelik-pelik Kehidupan Jan Lighard, Si Bakil Moliere Lavare, Abu Nawas, Jager Bali, Korban Karena Penciiptaan, Apa Dayaku karena Aku Seoarng Perempuan, Dewi Rimbad. Catatan harian Ujian Masa (21-7-1947 s/d 1-4-1948)2. Abdul MuisLahir di MinangkabauHasil karyannya : Salah Asuhan (1928), Pertemuan Jodoh (1933), Suropati (1950) - novel sejarah, Robert Anak suropati (1953) novel sejarah, Sebatang Kara (Hector Mallot) karangan terjemahan.3. Marah RusliLahir di Padang 7 Agustus 1989 dan meninggal di Bandung 17 Januari 1968.Karya-karyanya: Siti Nurbaya (1922) Sub judul Kasih Tak Sampai, Anak dan Kemenakan (1956), Memang Jodoh La Harni (1952).4. Aman Datuk Majaindo Lahir di Solok pada tahun 1896.Karya-karyanya: Si Doel Anak Betawi (cerita anak-anak), Anak Desa (cerita anak-anak), Si Cebol Rindukan Bulan (1934), Menebus Dosa, Perbuatan Dukun - Rusmala dewi (dikarang bersama S. Harja Sumarta), Sebabnya Rapiah Tersesat (1934), Syair Si Banso (Gadis Durhaka) terbit tahun 1931 Kumpulan Syair, Syair Gul Bakawali (1936) Kumpulan Syair.5. Muhammad Kasim Lahir tahun 1886Karya-karyanya : Pemandangan Dunia Anak-anak, Teman Dukun (kumpulan cerpen), Muda Terung, Pengeran Hindi, Niki Bahtera.6. Tulis Sutan Sati Hasil karyanya:a. Karangan yang berbentuk novel:Tidak Membalas Guna (1932), Memutuskan Pertalian (1932), Sengsara Membaaw Nikmat (1928).b. Cerita lama yang disadur dalam bentuk syair:Siti Marhumah yang Saleh, Syair Rosida.c. Hikayat lama yang ditulis kembali dalam bentuk prosa liris:Sabai Nan Aluih7. Selasih dan Saadah Alim Selasih sering memakai nama samaran Seleguri atau Sinamin.Lahir tahun 1909Karya-karyanya: Kalau Tak Ujung (1933), Pengaruh Keadaan (1973).Saadam AlimKarya-karyanya: Pembalasannya (1941) sebuah sandiwara, Taman Penghibur Hati (1941) kumpulan cerpen, Angin Timur angina Barat (Preal S. Buck) karya terjemahan.8. Merari SiregarHasil karyanya: Azab dan Saengsara (1920)9. I Gusti Njoman Pandji Tisna Karya-karyanya: Ni Rawi Ceti Penjual Orang (1935), I Swasta Setahun di Bedahulu (1941), Sukreni Gadis Bali, Dewi Karuna (1938), I Made Widiadi (Kembali Kepada Tuhan)10. Paulus Supit Hasil karyanya: Kasih Ibu (1932)11. Suman H.SLahir di BengkalisKarya-karyanya: Kasih Tak Terlarai (1929), Percobaan Saetia (1931), Mencari Pencuri Anak Perawan (1932), Kawan Bergelut (1938) Kumpulan Cerpen.12. H.S.MuntuHasil karyanya: Pembalasan (1935), Karena Kerendahan Budi (1941)

Sinopsis Novel Siti Nurbaya:

Siti Nurbaya

Dengan maksud yang licik Datuk Maringgih meminjamkan uangnya pada Baginda Sulaiman. Berkat pinjangan uang dari Datuk Maringgih tersebut, usaha dagang Baginda maju pesat. Namun sayang, rupanya Datuk Maringgih menjadi iri hati melihat kemajuan dagang yang dicapai oleh Baginda Sulaiman ini, maka dengan seluruh orang suruhanya, yaitu pendekar lima, pendekar empat serta pendekar tiga, serta yanglainnya Datuk Maringgih memerintahkan untuk membakar toko Baginda Sulaiman. Dan toko Bagindapun habis terbakar. Akibatnya Baginda Sulaiman jauh bangrut dan sekligus dengan hutang yang menunpuk pada Datuk Maringgih.Di tengah-tengah musibah tersebut, Datuk Maringgih menagih hutangnya kepadanya. Jlas, tentu saja Baginda Sulaiman tidak mempu membayarnya. Hal ini memang sengaja oelh datuk Maringgih, sebab dia sudah tahu pasti bahwa Baginda Sulaiman tidak mampu membayarnya. Dengan alasan hutang tersebut, Datuk Maringgih langsung menawarkan bagaimana kalau Siti Nurbaya, Putri Baginda Sulaiman dijadikan istri Datuk Maringgih. Kalau tawaran Datuk Maringgih ini diterima, maka hutangnya lunas. Dengan terpaksa dan berat hati, akhirnya Siti Nurbaya diserahkan untuk menadi istri Datuk Maringgih.Waktu itu Samsulbahri, kekasih Siti Nurbaya sedang menuntut ilmu di Jakarta. Namun begitu, Samsul Bahri tahu bahwa kekasihnya diperistri oleh orang lain. Hal tersebut dia ketahui dari surat yang dikirim oleh Siti Nurbaya kepadanya. Dia sangat terpukul oleh kenyataan itu. Cintanya yang menggebu-gebu padanya kandas sudah. Dan begitupun dengan Siti Nurbaya sendiri, hatinya pun begitu hancur pula, kasihnya yang begitu dalam pada Samsulbahri kandas sudah akibat petaka yangmenimpa keluarganya.Tidak lama kemudian, ayah Siti Nurbaya jatuh sakit karena derita yangmenimpanya begitu beruntun. Dan, kebetulan itu Samsulbahri sedang berlibur, sehingga dia punya waktu untuk mengunjungi keluarganya di Padang. Di samping kepulangnya kekampung pada waktu liburan karena kangennya pada keluarga, namun sebenarnya dia juga sekaligus hendak mengunjungi Siti Nurbaya yang sangat dia rindukan.Ketika Samsulbahri dan Siti Nurbaya sedang duduk di bawah pohon, tiba-tiba muncul Datuk Maringgih di depan mereka. Datuk Maringgih begitu marah melihat mereka berdua yang sedang duduk bersenda gurau itu, sehingga Datuk maringgih berusaha menganiaya Siti Nurbaya. Samsulbahri tidak mau membiarkan kekasihnya dianiaya, maka Datuk Maringgih dia pukul hingga terjerembab jatuh ketanah. Karena saking kaget dan takut, Siti Nurbaya berteriak-teriak keras hingga terdengar oleh ayahnya di rumah yang sedang sakit keras. Mendengar teriakan anak yang sangat dicinatianya itu, dia berusaha bangun, namun karena dia tidak kuat, ayah Siti Nurbaya kemudian jatuh terjerembab di lantai. Dan rupanya itu juga nyawa Baginda Sulaiman langsung melayang.Karena kejadian itu, Siti Nurbaya oleh datuk Maringgih diusir, karena dianggap telah mencoreng nama baik keluarganya dan adat istiadat. Siti Nurbaya kembali ke kampunyanya danm tinggal bersama bibinya. Sementara Samsulbahri yang ada di Jakarta hatinya hancur dan penuh dendam kepada Datuk Maringgih yang telah merebut kekasihnya. Siti Nurbaya menyusul kekasihnya ke Jakarta, naumun di tengah perjalanan dia hampir meninggal dunia, ia terjatuh kelaut karena ada seseorang yang mendorongnya. Tetapi Siti Nurbaya diselamatkan oleh seseorang yang telah memegang bajunya hingga dia tidak jadi jatuh ke laut.Rupanya, walaupun dia selamat dari marabahaya tersebut, tetapi marabahaya sberikutnye menunggunya di daratan. Setibanya di Jakarta, Siti Nurbaya ditangkap polisi, karena surat telegram Datuk Maringgih yang memfitnah Siti Nurbaya bahwa dia ke Jakarta telah membawa lari emasnya atau hartanya.Samsulbahri berusaha keras meolong kekasihnya itu agar pihak pemerintah mengadili Siti Nirbaya di Jakarta saja, bukan di Padang seperti permintaan Datuk Maringgih. Namun usahanya sia-sia, pengadilan tetap akan dilaksanakan di Padang. Namun karena tidak terbukti Siti Nurbaya bersalah akhirnya dia bebas.Beberapa waktu kemudian. Samsulbahri yang sudah naik pangkat menjadi letnan dikirim oleh pemerintah ke Padang untuk membrantas para pengacau yang ada di daerah padang. Para pengacau itu rupanya salah satunya adalah Datuk Maringgih, maka terjadilah pertempuran sengit antara orang-orang Letnan Mas (gelar Samsulbahri) dengan orang-orang Datuk Maringgih. Letnan Mas berduel dengan Datuk Maringgih. Datuk Maringgih dihujani peluru oleh Lentan Mas, namun sebelum itu datuk Maringgih telah sempat melukai lentan Mas dengan pedangnya. Datuk Maringgih meninggal ditempat itu juga, sedangkan letan mas dirawat di rumah sakit.Sewaktu di rumah sakit, sebelum dia meninggal dunia, dia minta agar dipertemukan dengan ayahnya untuk minta maaf atas segala kesalahannya. Ayah Samsulbahri juga sangat menyesal telah mengata-ngatai dia tempo dulu, yaitu ketika kejadian Samsulbahri memukul Datuk Maringgih dan mengacau keluarga orang yang sangat melanggar adat istiadat dan memalukan itu. Setelah berhasil betemu dengan ayahnya, Samsulbahripun meninggal dunia. Namun, sebelum meninggal dia minta kepada orangtuanya agar nanti di kuburkan di Gunung Padang dekat kekasihnya Siti Nurbaya. Perminataan itu dikabulkan oleh ayahnya, dia dikuburkan di Gunung Padang dekat dengan kuburan kekasihnya Siti Nurbaya. Dan di situlah kedua kekasih ini bertemu terakhir dan bersama untuk selama-lamanya.Dengan maksud yang licik Datuk Maringgih meminjamkan uangnya pada Baginda Sulaiman. Berkat pinjangan uang dari Datuk Maringgih tersebut, usaha dagang Baginda maju pesat. Namun sayang, rupanya Datuk Maringgih menjadi iri hati melihat kemajuan dagang yang dicapai oleh Baginda Sulaiman ini, maka dengan seluruh orang suruhanya, yaitu pendekar lima, pendekar empat serta pendekar tiga, serta yanglainnya Datuk Maringgih memerintahkan untuk membakar toko Baginda Sulaiman. Dan toko Bagindapun habis terbakar. Akibatnya Baginda Sulaiman jauh bangrut dan sekligus dengan hutang yang menunpuk pada Datuk Maringgih.Di tengah-tengah musibah tersebut, Datuk Maringgih menagih hutangnya kepadanya. Jlas, tentu saja Baginda Sulaiman tidak mempu membayarnya. Hal ini memang sengaja oelh datuk Maringgih, sebab dia sudah tahu pasti bahwa Baginda Sulaiman tidak mampu membayarnya. Dengan alasan hutang tersebut, Datuk Maringgih langsung menawarkan bagaimana kalau Siti Nurbaya, Putri Baginda Sulaiman dijadikan istri Datuk Maringgih. Kalau tawaran Datuk Maringgih ini diterima, maka hutangnya lunas. Dengan terpaksa dan berat hati, akhirnya Siti Nurbaya diserahkan untuk menadi istri Datuk Maringgih.Waktu itu Samsulbahri, kekasih Siti Nurbaya sedang menuntut ilmu di Jakarta. Namun begitu, Samsul Bahri tahu bahwa kekasihnya diperistri oleh orang lain. Hal tersebut dia ketahui dari surat yang dikirim oleh Siti Nurbaya kepadanya. Dia sangat terpukul oleh kenyataan itu. Cintanya yang menggebu-gebu padanya kandas sudah. Dan begitupun dengan Siti Nurbaya sendiri, hatinya pun begitu hancur pula, kasihnya yang begitu dalam pada Samsulbahri kandas sudah akibat petaka yangmenimpa keluarganya.Tidak lama kemudian, ayah Siti Nurbaya jatuh sakit karena derita yangmenimpanya begitu beruntun. Dan, kebetulan itu Samsulbahri sedang berlibur, sehingga dia punya waktu untuk mengunjungi keluarganya di Padang. Di samping kepulangnya kekampung pada waktu liburan karena kangennya pada keluarga, namun sebenarnya dia juga sekaligus hendak mengunjungi Siti Nurbaya yang sangat dia rindukan.

Ketika Samsulbahri dan Siti Nurbaya sedang duduk di bawah pohon, tiba-tiba muncul Datuk Maringgih di depan mereka. Datuk Maringgih begitu marah melihat mereka berdua yang sedang duduk bersenda gurau itu, sehingga Datuk maringgih berusaha menganiaya Siti Nurbaya. Samsulbahri tidak mau membiarkan kekasihnya dianiaya, maka Datuk Maringgih dia pukul hingga terjerembab jatuh ketanah. Karena saking kaget dan takut, Siti Nurbaya berteriak-teriak keras hingga terdengar oleh ayahnya di rumah yang sedang sakit keras. Mendengar teriakan anak yang sangat dicinatianya itu, dia berusaha bangun, namun karena dia tidak kuat, ayah Siti Nurbaya kemudian jatuh terjerembab di lantai. Dan rupanya itu juga nyawa Baginda Sulaiman langsung melayang.Karena kejadian itu, Siti Nurbaya oleh datuk Maringgih diusir, karena dianggap telah mencoreng nama baik keluarganya dan adat istiadat. Siti Nurbaya kembali ke kampunyanya danm tinggal bersama bibinya. Sementara Samsulbahri yang ada di Jakarta hatinya hancur dan penuh dendam kepada Datuk Maringgih yang telah merebut kekasihnya. Siti Nurbaya menyusul kekasihnya ke Jakarta, naumun di tengah perjalanan dia hampir meninggal dunia, ia terjatuh kelaut karena ada seseorang yang mendorongnya. Tetapi Siti Nurbaya diselamatkan oleh seseorang yang telah memegang bajunya hingga dia tidak jadi jatuh ke laut.Rupanya, walaupun dia selamat dari marabahaya tersebut, tetapi marabahaya sberikutnye menunggunya di daratan. Setibanya di Jakarta, Siti Nurbaya ditangkap polisi, karena surat telegram Datuk Maringgih yang memfitnah Siti Nurbaya bahwa dia ke Jakarta telah membawa lari emasnya atau hartanya.Samsulbahri berusaha keras meolong kekasihnya itu agar pihak pemerintah mengadili Siti Nirbaya di Jakarta saja, bukan di Padang seperti permintaan Datuk Maringgih. Namun usahanya sia-sia, pengadilan tetap akan dilaksanakan di Padang. Namun karena tidak terbukti Siti Nurbaya bersalah akhirnya dia bebas.Beberapa waktu kemudian. Samsulbahri yang sudah naik pangkat menjadi letnan dikirim oleh pemerintah ke Padang untuk membrantas para pengacau yang ada di daerah padang. Para pengacau itu rupanya salah satunya adalah Datuk Maringgih, maka terjadilah pertempuran sengit antara orang-orang Letnan Mas (gelar Samsulbahri) dengan orang-orang Datuk Maringgih. Letnan Mas berduel dengan Datuk Maringgih. Datuk Maringgih dihujani peluru oleh Lentan Mas, namun sebelum itu datuk Maringgih telah sempat melukai lentan Mas dengan pedangnya. Datuk Maringgih meninggal ditempat itu juga, sedangkan letan mas dirawat di rumah sakit.Sewaktu di rumah sakit, sebelum dia meninggal dunia, dia minta agar dipertemukan dengan ayahnya untuk minta maaf atas segala kesalahannya. Ayah Samsulbahri juga sangat menyesal telah mengata-ngatai dia tempo dulu, yaitu ketika kejadian Samsulbahri memukul Datuk Maringgih dan mengacau keluarga orang yang sangat melanggar adat istiadat dan memalukan itu. Setelah berhasil betemu dengan ayahnya, Samsulbahripun meninggal dunia. Namun, sebelum meninggal dia minta kepada orangtuanya agar nanti di kuburkan di Gunung Padang dekat kekasihnya Siti Nurbaya. Perminataan itu dikabulkan oleh ayahnya, dia dikuburkan di Gunung Padang dekat dengan kuburan kekasihnya Siti Nurbaya. Dan di situlah kedua kekasih ini bertemu terakhir dan bersama untuk selama-lamanya.

2. Angkatan Pujangga Baru (1930)Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan Kalau Tak Untung menjadi karya penting sebelum perang.Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu:1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.1. Cirinya adalah1) Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia modern,2) Temanya tidak hanya tentang adat atau kawin paksa, tetapi mencakup masalah yang kompleks, seperti emansipasi wanita, kehidupan kaum intelek, dan sebagainya,3) Bentuk puisinya adalah puisi bebas, mementingkan keindahan bahasa, dan mulai digemari bentuk baru yang disebut soneta, yaitu puisi dari Italia yang terdiri dari 14 baris,4) Pengaruh barat terasa sekali, terutama dari Angkatan 80 Belanda,5) Aliran yang dianut adalah romantik idealisme, dan6) Setting yang menonjol adalah masyarakat penjajahan.

2. Pengarang dan karya sastra yang terkenal dalam angkatan tersebut adalah :1) Sutan Takdir Ali Syhabana (roman Layar Terkembang (1948), Tebaran Mega (1963), Dian Tak Kunjung Padam, Kalah dan Manang, Grota Azzura)2) Amir Hamzah (kumpulan puisi Nyanyian Sunyi (1954), Buah Rindu (1950), Setanggi Timur (1939))3) Armin Pane (novel Belenggu (1654), Jiwa Berjiwa, kumpulan sajak Gamelan Jiwa (1960), drama Jinak-Jinak Merpati (1950))4) Sanusi Pane (drama Manusia Baru, Pancaran Cinta (1926), Puspa Mega (1971), Madah Kelana (1931/1970), Sandhyakala Ning Majapahit (1971), Kertadjaja (1971))5) M. Yamin (drama Ken Arok dan Ken Dedes (1951), Indonesia Tumpah Darahku (1928), Kalau Dewi Tara Sudah Berkata, Tanah Air)6) Rustam Efendi (drama Bebasari (1953), Pertjikan Permenungan (1957))7) Y.E. Tatengkeng (kumpulan puisi Rindu Dendam (1934)8) Hamka (roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck)

Sinopsis Tenggelamnya Kapal Van Der WijckPerdebatan mengenai harta warisan antara Pendekar Sutan dengan mamaknya berujung pada kematian. Akibat membunuh mamaknya, Pendekar Sutan diasingkan dari Batipuh ke Cilacap selama dua belas tahun. Setelah bebas, Pendekar Sutan memilih menetap di Makassar dan menikah dengan Daeng Habibah. Akan tetapi, setelah memperoleh seorang anak bernama Zainuddin, Daeng Habibah meninggal dan, tak lama setelah itu, Zainuddin menjadi yatim piatu.Ketika beranjak remaja, Zainuddin meminta izin kepada pengasuhnya, Mak Base untuk berangkat ke Minangkabau; ia telah lama ingin menjumpai tanah asal ayahnya di Batipuh. Namun, kedatangan Zainuddin tidak mendapatkan sambutan baik di tengah-tengah struktur masyarakat yang bernasabkan kepada ibu itu. Ia dianggap tidak memiliki pertalian darah lagi dengan keluarganya di Minangkabau karena, meskipun berayah Minang, ibunya berasal dari Bugis. Akibatnya, ia merasa terasing dan melalui surat-surat ia kerap mencurahkan kesedihannya kepada Hayati, perempuan keturunan bangsawan Minang yang prihatin terhadapnya.Setelah Zainuddin dan Hayati sama-sama mulai jatuh cinta, Zainuddin memutuskan pindah ke Padang Panjang karena mamak Hayati memintanya untuk keluar dari Batipuh. Sebelum berpisah, Hayati sempat berjanji kepada Zainuddin untuk selalu setia. Sewaktu Hayati berkunjung ke Padang Panjang karena hendak menjumpai Zainuddin, Hayati sempat menginap di rumah sahabatnya, Khadijah. Namun, sekembali dari Padang Panjang, Hayati dihadapkan oleh permintaan keluarganya yang telah sepakat untuk menerima pinangan Azis, kakak Khadijah; Aziz, yang murni keturunan Minang dan berasal dari keluarga terpandang, lebih disukai keluarga Hayati daripada Zainuddin. Meskipun masih mencintai Zainuddin, Hayati akhirnya terpaksa menerima dinikahkan dengan Aziz.Mengetahui Hayati telah menikah dan mengkhianati janjinya, Zainuddin yang sempat berputus asa pergi ke Jawa bersama temannya Muluk, tinggal pertama kali di Batavia sebelum akhirnya pindah ke Surabaya. Di perantauan, Zainuddin menjadi penulis yang terkenal. Pada saat yang sama, Aziz juga pindah ke Surabaya bersama Hayati karena alasan pekerjaan, tetapi rumah tangga mereka akhirnya menjadi berantakan. Setelah Aziz dipecat, mereka menumpang ke rumah Zainuddin, tetapi Aziz lalu bunuh diri dan dalam sepucuk surat ia berpesan agar Zainuddin menjaga Hayati. Namun, Zainuddin tidak memaafkan kesalahan Hayati. Hayati akhirnya disuruh pulang ke Batipuh dengan menaiki kapal Van der Wijck. Di tengah-tengah perjalanan, kapal yang dinaiki Hayati tenggelam, dan setelah Zainuddin mendengar berita itu ia langsung menuju sebuah rumah sakit di Tuban. Sebelum kapal tenggelam, Muluk yang menyesali sikap Zainuddin memberi tahu Zainuddin bahwa Hayati sebetulnya masih mencintainya. Namun tak lama setelah Zainuddin datang, Hayati meninggal. Sepeninggal Hayati, Zainuddin menjadi sakit-sakitan sampai akhirnya meninggal. Jasadnya dimakamkan di dekat pusara Hayati.3. Angkatan 1945Angkatan 45 merupakan angkatan yang lahir pada masa sebelum dan awal kemerdekaan, Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan 45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik idealistik. Sehingga karya sastra angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan. Angkatan ini memiliki konsep seni yang diberi judul Surat Kepercayaan Gelanggang. Konsep ini menyatakan bahwa mereka ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Penulis yang termasuk angkatan 45 adalah Chairil Anwar, Asrul Sani, Idrus, Achdiat K. Mihardja, dan masih banyak penulis lainnya. Karya sastra yang dihasilkan oleh angkatan ini diantaranya yang terkenal adalah Kerikil Tajam, Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma, Atheis, dan banyak lainnya.Angkatan 45 lahir dalam suasana lingkungan yang sangat prihatin dan serba keras, yaitu lingkungan fasisme Jepang dan dilanjutkan peperangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.Ciri Ciri Periodisasi Sastra Angkatan 1945:1. Terbuka2. Pengaruh unsur sastra asing lebih luas3. Corak isi lebih realis, naturalis4. Individualisme sastrawan lebih menonjol, dinamis, dan kritis5. Penghematan kata dalam karya6. Ekspresif7. Sinisme dan sarkasme8. Karangan prosa berkurang, puisi berkembang9. bentuk prosa maupun puisinya lebih bebas,10. prosanya bercorak realisme,11. puisinya bercorak ekspresionisme,12. tema dan setting yang menonjol adalah revolusi,13. lebih mementingkan isi daripada keindahan bahasa, dan14. jarang menghasilkan roman seperti angkatan sebelumnya.

Tokoh-Tokoh Sastra Angkatan 45:

a. Chairil AnwarLahir di Medan, 26 Juli 1922, dan meninggal di Jakarta, 28 April 1949. Chairil menguasai bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Jerman. Karya sastranya dipengaruhi oleh sastrawan dunia yang dia gandrungi, seperti Rainer M. Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, H. Marsman, J. Slaurhoff dan Edgar du Perron.

b. Asrul SaniLahir di Sumatra Barat, 10 Juni 1926, dan meninggal di Jakarta, 11 Januari 2004. Kiprahnya sangat besar pada dunia film Indonesia. Banyak menerjemahkan karya sastrawan dunia seperti: Vercors, Antoine de St-Exupery, Ricard Boleslavsky, Yasunari Kawabata, Willem Elschot, Maria Dermount, Jean Paul Sartre, William Shakespeare, Rabindranath Tagore, dan Nicolai Gogol.

c. Rivai ApinLahir di Padang Panjang pada 30 Agustus 1927, dan wafat di Jakarta, April 1995. Pernah menjadi redaktur Gema Suasana, Siasat, Zenith, dan Zaman Baru. Keterlibatannya dalam Lekra menyebabkan dia ditahan dan baru dibebaskan tahun 1979.

d. IdrusLahir di Padang, 21 September 1921, dan 18 Mei 1979. Sastrawan dunia yang ia sukai: Anton Chekov, Jaroslov Hask, Luigi Pirandello, dan Guy de Maupassant. Pada masa Lekra, Idrus memutuskan pindah ke Malaysiakarena tekanan lembaga tersebut.

e. Achdiat Karta Mihardja Lahir di Jawa Barat, 6 Maret 1911, dan meninggal di Canberra, Australia, 8 Juli 2010. Kiprahnya guru Taman Siswa, redaktur Balai Pustaka, Kepala Jawatan Kebudayaan Perwakilan Jakarta Raya, dan dosen Fakultas Sastra UI.

f. Trisno Sumardjo Lahir 1916, dan meninggal 21 April 1969. Selain sebagai sastrawan, dikenal juga sebagai pelukis.

g. Utuy Tatang Sontani Lahir di Cianjur, 1 Mei 1920 , dan meninggal di Moskwa, 17 September 1979. Ia adalah utusan dalam Konferensi Pengarang Asia-Afrika di Tashkent, Uzbekistan, 1958. Utuy mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di Moskwa.

Penulis dan karya sastra Angkatan 45 : Chairil Anwar Kerikil Tadjam (1949) Deru Tjampur Debu (1949)

Asrul Sani, Rivai Apin Chairil Anwar Tiga Menguak Takdir (1950) Idrus Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948) Aki (1949) Perempuan dan Kebangsaan Pramoedya Ananta Toer Bukan Pasar Malam (1951) Ditepi Kali Bekasi (1951) Gadis Pantai Keluarga Gerilja (1951) Mereka jang Dilumpuhkan (1951) Perburuan (1950) Tjerita dari Blora (1963)

Mochtar Lubis Tidak Ada Esok (1982) Djalan Tak Ada Udjung (1958) Si Djamal (1964) Harimau-Harimau! (1977) Achdiat K. Mihardja Atheis 1958 Trisno Sumardjo Katahati dan Perbuatan (1952) Terjemahan karya W. Shakespeare: Hamlet, Impian di tengah Musim, Macbeth, Raja Lear, Romeo dan Julia, Saudagar Venezia, dll. M.Balfas Lingkaran-lingkaran Retak, kumpulan cerpen (1978) Utuy Tatang Sontani Suling (1948) Tambera (1952) Awal dan Mira drama satu babak (1962)

Karya Angkatan 1945:AKU

Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943 - Chairil Anwar

4. Angkatan 1950 1966Angkatan ini dikenal krisis sastra Indonesia. Sejak Chairil Anwar meninggal, lingkungan kebudayaan Gelanggang Seniman Merdeka seolah-olah kehilangan vitalitas. Salah satu alasan utama terhadap tuduhan krisis sastra tersebut adalah karena kurangnya jumlah buku yang terbit. Sejak tahun 1953 , Balai Pustaka yang sejak dulu bertindak sebagai penerbit utama buku-buku sastra, kedudukannya sudah tidak menentu (Rosidi, 1965: 137). Sejak saat itu aktivitas sastra hanya dalam majalah-majalah, seperti Gelanggang/Siasat, Mimbar Indonesia, Zenith, Poedjangga Baroe, dll.Karena sifat majalah, maka karangan-karangan yang mendapat tempat terutama yang berupa sajak, cerpen, dan karangan-karangan lain yang tidak begitu panjang. Sesuai dengan yang dibutuhkan oleh majalah-majalah, maka tak anehlah kalau para pengarangpun lantas hanya mengarang cerpen, sajak, dan karangan lain yang pendek-pendek. Hal itulah yang memunculkan istilah sastra majalah pada masa itu. Berikut pendapat Soeprijadi Tomodihardjo, dalam artikelnya Sumber-Sumber Kegiatan1. Kesusastraan sedang memasuki masa krisis, masalah kualitas dan kuantitas.2. Ekspansi ideologi ke dalam dunia seni mengakibatkan banyak orang meninggalkan nilai-nilai seni yang wajar, dan ideologi politik kian menguat. 3. Seni dan politik adalah pencampuradukan yang lahir dari kondisi masa itu.4. Pada masa itu pula telah lahir organisasi-organisasi kegiatan kesenian yang mengarahkan kegiatanya pada seni sastra dan seni drama.5. Hal ini mengindikasikan seni mendapat perhatian.6. Kesusastraan berhubungan erat dengan adanya tempat berkegiatan, Jakarta di angggap sebagai pusatnya. Anggapan ini diluruskan, Jakarta hanya sebagai pusat produksi dan publikasiDengan demikian, dapat disimpulkan bahwa angkatan 1950 merupakan angkatan yang sepi oleh karya karena sastra Indonesia yang ada dianggap sudah tidak lagi memiliki identitas, kesusasteraan mengalami krisis baik kualitas maupun kuantitas karena lahirnya pesimisme dan penggunaan seni ke ranah politik yang tidak dibarengi dengan tanggung jawab.Ciri-ciri:Puisia. Gaya epik (bercerita) berkembang dengan berkembangnya puisicerita dan balada, dengan gaya yang lebih sederhana.Misalnya:Puisi-puisi karya Rendra, seperti Balada Terbunuhnya AtmoKarpo, Blues untuk Bonnie, atau Nyanyian Angsa.b. Gaya ulangan mulai berkembang.c. Ada gambaran suasana muram karena menggambarkan hidupyang penuh penderitaan.d. Mengungkapkan masalah-masalah sosial seperti, kemiskinan,pengangguran, perbedaan kaya miskin yang besar, belum adanyapemerataan hidup.Contoh:

Blues untuk BonnieKota Boston lusuh dan layukerna angin santer, udara jelek.Dan malam larut yang celaka.Di dalam cafe ituseorang penyanyi Negro tuabergitar dan bernyanyi.Hampir-hampir tanpa penonton.. . . .Ia bernyanyi.Suaranya dalam.Lagu dan kata ia kawinkanlalu beranak seratus makna.Georgia. Georgia yang jauh.. . . .

Puisi Blues untuk Bonnie berbentuk balada. Dari kutipan di atas dapat dilihat adanya gaya ulangan, seperti pada baris kelima. Pada baris kelima tersebut kata eorgia diulang.Puisi Blues untuk Bonnie menggambarkan suasana muram dan penderitaan kaum Negro yang tinggal di gubug-gubug yangbocor.

Masalah yang diungkapkan dalam kutipan puisi di atas adalahmasalah kemiskinan yang dihadapi oleh seorang penyanyi Negro tua.

Prosaa. Tidak terdapat sisipan cerita sehingga alurnya padat.b. Cerita perang mulai berkurang.c. Menggambarkan kehidupan masyarakat sehari-hari.d. Kehidupan pedesaan dan daerah mulai digarap.e. Banyak mengemukakan pertentangan-pertentangan politik.

Pengarang Dan Hasil Karyanya:

1. Ajip RosidiLahir di Jatiwangi, Majalengka, 1938. Sejak berumur 13 tahun sudah menulis dimajalah-majalah sekolah, kemudian di majalah orang dewasa.Karya-karyanya antara lain:

a. Cari Mauatan (kumpulan sajak, 1956)b. Ditengah keluarga (1956)c. Pertemuan Kembali (1960)d. Sebuah Rumah Buat Hari Tuae. Tahun-Tahun Kematian (1955)f. Ketemu di Jalan (kumpulan sajak bersama Sobrone Aidit dan Adnan, 1956)g. Perjalanan Pengantin (prosa,1958)h. Pesta (kumpulan sajak, 1956)

2. Ali Akbar NavisLahir di Padang Panjang, 17 November 1924. Sejak tahun 1950 mulai terlibat dalamkegiatan sastra. Ia keluaran INS Kayu Taman. Karya-karyanya antara lain:

a. Bianglala (kumpulan cerita pendek, 1963)b. Hujan Panas (kumpulan cerita pendek, 1963)c. Robohnya Surau Kami (kumpulan cerita pendek, 1950)d. Kemarau (novel, 1967)

3. Bokor HutasuhutKaryanya Datang Malam (1963)

4. Enday RasyidinKaryanya Surat Cinta

5. NH. DiniNH. Dini, nama lengkapnya Nurhayati Suhardini, lahir 29 Pebruari 1936. Setelahmenamatkan SMA 1956, lalu masuk kursus stewardess, kemudian bekerja di GIA Jakarta.Karya-karyanya banyak mengisahkan kebiasaan barat yang bertentangan dengan timur.Karya-karyanya antara lain:a. Dua Dunia (1950)b. Hati yang Damai (1960)

6. Nugroho NotosusantoLahir di Rembang, 15 Juni 1931. Dia bergerak dalam kemasyarakatan dan pernahmenjadi Tentara Pelajar, lulusan Fakultas sastra UI Jakarta. Karya-karyanya antara lain:

a. Hujan Kepagian (kumpulan cerita pendek, 1958)b. Rasa Sayange (1961)c. Tiga Kota (1959)d. Hujan Tanahku Hijau Bajuku (kumpulan cerita pendek, 1963

7. Ramadhan K.HLahirkan di Bandung, 16 Maret 1927. Namanya mulai muncul sekitar tahun 1952.Karyanya berupa sajak, cerita pendek, dan terjemahan-terjemahan karya Lorca, pengarangSpanyol.Karya-karyanya antara lain:a. Api dan Sirangkab. Priangan si Jelita (kumpulan sajak, 1958, mendapat hadiah BMKM)c. Yerna (terjemahan dari Lorca, 1959)

8. Sitor SitumorangLahir di Tapanuli, 21 Oktober 1924. Dia adalah angkatan 45, yang tetap produktifmenghasikan karya di tahun 50-an. Karya-karyanya antara lain:

a. Pertempuran dan Salju di Paris (1956, mendapat hadiah dari BMKM)b. Jalan Mutiara (kumpulan tiga sandiwara, 1954)c. Surat Kertas Hijau (kumpulan sajak, 1953)d. Wajah Tak Bernama (kumpulan sajak, 1955)e. Jaman Baru (kumpulan sajak)f. Dalam sajak

9. Subagio SastrowardojoKaryanya antara lain:

a. Simphoni (sajak, 1957)b. Kejantanan di Sumbing (1965)c. Perawan Tua (cerpen)d. Daerah perbatasane. Salju.

10. TrisnojuwonoLahir di Yoyakarta, 5 Desember 1929. Dia menamatkan SMA tahun 1947. Sejak 1946masuk Tentara Rajyat Mataram, 1947-1948 anggota Corps Mahasiswa di Magelang danJombang. Tahun 1950 masuk tantara Siliwangi, Combat Intelligence, Kesatuan Komando,Pasukan Payung AURI sampai dapat Brevet.Karya-karyanya antara lain:

a. Laki-laki dan Mesiu (kumpulan cerita pendek, 1951/1957)b. Angin Laut (kumpulan cerita pendek, 1958)c. Di Medan Perang (1962)d. Pagar Kawat Berduri.

11. Muhammad AliLahir di Surabaya, 25 April 1927. Pandidikannya HIS dan kursus-kursus bahasa padamasa Jepang. Dia bekerja di Kotapraja Surabaya, menjadi redaktur Mingguan Pemuda danMingguan Pahlawan (1949-1950). Ia mulai bergerak di bidang Sastra tahun 1942.Karya-karyanya antara lain:

a. Siksa dan Bayangan (Balai Buku Surabaya, 1955)b. Persetujuan dengan Iblisc. Kubur Tak Bertanda (1955)d. Hitam Atas Putih (1959)

12. Iwan SimatupangLahir di Sibolga, 18 Januari 1928. Dia merupakan sastrawan modern yang pernahdimiliki Indonesia. Iwan sangat taat mempraktikan filsafat eksistensialisme dalam karya29karyanya. Ia juga dikenal sebagai penulis puisi, cerpen, esai, dan drama. Iwan adalahsastrawan yang mewakili paradigma postmodernisma dan menganut civil societyinternational. Dalam pandangan Iwan, penyakit kebudayaan seperti etatisme, liberalisme, danindividualisme dapat diselesaikan atau disembuhkan melalui pertolongan orang luar (diantaranya satrawan-penulis) secara proposional, sistematis, dan universal. Esainya banyakmenghiasi majalah-majalah kebudayaan seperti Zenith (1951-1954), Kisah (1953-1957),Mimbar Indonesia, Siasat, dan Sastra (1961-1964).Karya-karyanya antara lain:

a. Bulan Bujur Sangkare. Taman Drama, kemudian dibukukan menjadi Petang di Taman.f. RT Nol /RW Nolg. Lebih Hitam dari Hitam (cerpen, 1959)h. Ziarah, Kering dan Merahnya Merah (1968)

Sinopsis: Judul Buku: Dua DuniaPengarang: Nh. DiniJudulCerpen: Istri PrajuritTerbitan: 2002Jumlah Halaman: 114Cetakan: 3Aku bertanya kepadanya, di mana anaknya? Itulah kata-kata yang ku ucapkan ketika ia keluar menemuiku di pendapa sebuah rumah berbentuk kuno. Matanya kuyu memandangku. Aku tersenyum ada keraguan di hatiku hendak mengatakan ketidak mengertianku atas bicaranya. Lalu kami berbicara hal-hal apa saja mengenai diriku selama ini, tapi percakapan itu kadang-kadang terhenti dengan cara yang kaku. Dia menundukan kepala sesudah menetang mataku agak lama, kemudian kekakuan terasa lagi menyelinapi antara aku dan dia. Lama sekali kami saling diam, nampak olehku kegelisaan yang tersilap diwajahnya yang kurus dan pucat. Dia tetap tak memandang kepadaku. Cuma kadang-kadang saja ditegakkannya kepalanya memandang keluar. Aku mencoba memecah dinding kekakuan saat itu. Dia tetap tak memandang kepadaku. Sekali lagi kudengar keluhannya, kali ini memberat. Dia pun berkata bahwa semua orang sedang menyalahkan dirinya dan mengutuk dirinya dan dia pun berharap agar aku tidak begitu. Digigitnya bibirnya, kesedihan yang tak terderita membayangi seluruh wajahnya. Aku tertegun sejenak. Dia sebentar memandang aku, lalu mengalihkan pandangannya keluar lagi. Ningsih inilah yang dulu menjadi istri Garjo yang merupakan seorang prajurit. Tiga setengah tahun yang lalu ia kawin. Kedudukan Garjo tidak tinggi, bukan sesuatu jabatan penting yang mendapat perhatian masyarakat, karena Garjo Cuma mendapat sebutan dari bapak Ningsih seorang serdadu yang sewaktu-waktu berangkat perang dan menyerahkan nyawanya ketangan musuh. Semua sudah mengingatkan Ningsih tapi Ningsih tidak mempedulikannya, baginya tak akan ada perang lagi di negara ini. Pikirnya dipenuhi kedamaian cinta yang menghendaki kedamaian pula diantara semua orang. Kemudian dia diam memandang kepadaku, aku menatapnya dengan tajam.Garjo meninggal dunia ketika ditugaskan di pos Slawi, daerah tegal dan meninggalkan seorang anak nanik namanya. Ningsih mengetahui itu dari telegram. Kebiasaan hidup senang dan ditolong dalam menyelesaikan segala sesuatu membikin dia tidak tahu apa yang mesti dikerjakan sepeninggalan Garjo. Dia masi di rumah itu juga, tempat yang disewahkan Garjo untuk mereka, sampai kemudian beberapa bulan kemudian ia pergi ke Surabaya. Aku mencuri pandangan Ningsih, tapi dia masi tetap menghindarkan paduan mataku dan dia masi tetap diam pula. Aku memberi saran kepada Ningih agar ia mencobah untuk hidup sendiri dengan tenaganya, apalagi ia punyai ijazah untuk bekerja di kantor dan kawan-kawan Garjo pasti bisa membantunya. Tapi ia takut memulai itu semua, suaranya yang datar rendah menusuk perasaanku, dan aku menghindari pandangannya sebisaku. Aku tersenyum dan mencoba berkata jujur. Aku merasa malu kepada diriku sendiri. Aku mengingkari cinta karena mengkhawatirkan pandangan orang lain. Dan aku merasa terguga oleh kesombonganku sendiri, lalu aku lari dengan kesombongan itu. Akhirnya, aku sadar bahwa itu bukanlah kesombongan, melainkan suatu kesadaran akan harga dirikusebagai perempuan yang mau mengeluarkan tangan dalam kerja bermasyarakat.Kubayangkan bagaimana kebingungan ketika Garjo gugur. Kematian suami yanag menjadi penegak sejak ia keluar dari lingkungan dinding keluarganya. Dia satu-satunya yang bisa kauajak bicara tentang hal-hal yang lucu dalam dinding ini. Dia mengangkat wajahnya mencoba menentang mataku, ada sesuatu yang hendak dikatakan kurasa. Aku memadangnya tenang dan aku tak berani berbuat apa-apa. Juga aku tak berani menyebut kata ketidak hadiran Nani diantara kami. Kutundukan kepalahku, dan kupejamkan mataku menahan kesesakan dadaku. Terlalu banyak yang mau kukatakan, serasa tersekat saja dalam keronkongan. Senyum bibir Nanik masi menggaris dalam ingatanku.Tibah-tibah suaranya mengerasa penuh semangat dan berkata bahwa dia bisa seperti aku dan dia ingin pergi bersamaku pulang kejakarta. Suaranya yang jernih dan tegas.5. Angkatan 1970 - 1980Latar Belakang Lahirnya Angkatan 70-AnMunculnya angkatan 70-an karena adanya pergeseran sikap berpikir dan bertindak dalammenghasilkan wawasan estetik dalam menghasilkan karya sastra bercorak baru, baik di bidangpuisi, prosa maupun drama. Pergeseran ini mulai kelihatan setelah gagalnya kudeta G30 S/PKI.Dalam periode 70-an pengarang berusaha melakukan eksperimen untuk mencoba batas-batasberupa kemungkinan bentuk baik prosa, puisi drama semakin tidak jelas.2. Siapa saja yang memberi nama dan berdasarkan peristiwa apaYang memberi nama angkatan 70-an yaitu:a) Hadi W.M, dan Darui N . Toda.Ciri-ciri yang mencolok dari eksperimentasi yang diperlihatkan karya-karya yang muncul dasawarsa 1970-an itu, dapatlah disebutkan beberapa di antaranya. Untuk novel yang dapat diwakili oleh karya Iwan Simatupang, Putu Wijaya, Kuntowijoyo, dan Budi Darma,12 memperlihatkan adanya kesamaan tema yang mengangkat masalah keterasingan manusia modern dan kehidupan yang absurd. Identitas tokoh menjadi tidak penting yang ditandai dengan penamaan Tokoh Kita (dalam novel-novel Iwan Simatupang) atau cukup disebutkan lelaki setengah baya, penjaga kuburan, buruh pabrik, walikota, pensiunan dan beberapa nama jabatan atau status sosial yang bisa berlaku untuk siapa saja.Latar tempat dan latar waktu juga tidak mengacu pada tempat dan waktu tertentu, sehingga dapat berlaku di mana dan kapan saja. Alur yang dalam novel konvensional selalu harus didasari pada rangkaian peristiwa yang mempunyai pertalian hubungan sebab-akibat (kausalitas), dalam novel-novel tahun 1970-an itu tidak lagi berlaku. Segala peristiwa bisa tumpang-tindih tak ada hubungan sebab-akibatnya (kausalitas).Peristiwa yang dihasilkan lakuan dan pikiran disajikan seketika secara serempak, seolah-olah peristiwa itu datang saling menyergap. Akibatnya, peristiwa itu seperti tidak jelas lagi juntrungannya. Model novel-novel yang seperti inilah yang kemudian disebut sebagai novel arus kesadaran (stream of conciousness), sebuah aliran dalam sastra (terutama prosa) yang menekankan cerita melalui pikiran, perasaan, dan alam bawah sadar tokoh-tokohnya.Untuk cerpen, dapatlah kiranya diwakili oleh karya-karya Danarto, Putu Wijaya, Kuntowijoyo, Fudoli Zaini, dan Umar Kayam13 Lebih khusus lagi pada cerpen-cerpen Danarto, tokoh-tokoh yang muncul bisa apa saja. Air, batu, hewan, tanaman, atau benda dan binatang apapun, bisa saja menjadi tokoh yang juga dapat berdialog dengan tokoh lain. Kumpulan cerpen Danarto, Godlob (1976) dan Adam MaRifat (1982) memperlihatkan adanya penggalian mistisisme Jawa dan tasawuf, sedangkan kumpulan cerpen Kuntowijoyo dan Fudoli Zaini mengedepankan tema-tema sufistik. Yang sangat kuat mengungkapkan warna lokal budaya Jawa tampak pada cerpen-cerpen Umar Kayam, Sri Sumarah dan Bawuk, sementara karya-karya Putu Wijaya yang cenderung menampilkan serangkaian teror mengangkat tema-tema keterasingan manusia perkotaan.Begitulah, cerpen-cerpen Indonesia pada dasawarsa tahun 1970-an seperti sengaja melepaskan diri dari konvensi cerpen sebelumnya. Ada inovasi (pembaruan) dan pemberontakan terhadap wawasan estetik cerpen-cerpen periode sebelumnya. Itulah yang dimaksud dengan adanya kecenderungan baru, baik yang menyangkut tema cerita, tokoh yang ditampilkan, alur cerita, maupun cara penyajiannya.Untuk bidang drama, dapat diwakili oleh karya-karya Arifin C. Noer (10 Maret 194128 Mei 1995), Putu Wijaya, Rendra, Danarto, dan Ikranagara.14 Ciri khas yang menonjol dari karya mereka adalah terbukanya peluang bagi para pemain untuk melakukan improvisasi. Dalam hal ini, para pemain yang dalam konvensi drama sebelumnya harus tunduk dan setia pada teks naskah, kini para pemain itu dibolehkan melakukan improvisasi atau menyampaikan sesuatu di luar teks drama. Bahkan, ada pula naskah drama yang penulisannya bersamaan dengan proses latihan, sehingga begitu proses latihan selama beberapa minggu itu selesai, selesai pula penulisan naskahnya.Jadi, naskah diperlakukan hanya sebatas pegangan dasar, dan ketika pemain mempunyai kesempatan untuk mengembangkan ekspresinya, pemain boleh melakukan improvisasi. Dengan begitu, pemain juga dituntut kreatif memanfaatkan momen-momen tertentu untuk mengekspresikan potensi permainannya.Ciri Ciri dan karya Angkatan 1970 -1980:

Ciri-cirikaryapengarang

Diabaikannya unsur makna

Penuh semangat eksperimentasi

Beraliran surealistik

Dalam drama, pemain sering improvisasiO, Amuk, KapakSutardji Calzoum Bachri

HuklaLeon Agusta

Wajah KitaHamid Jabar

Catatan Sang KoruptorF. Ibrahim

DandandikIbrahim Sattah

Pada masa ini para pengarang sangat bebas bereksprimen dalam penggunaan bahasa dan bentuk.

a. Puisi Struktur Fisik 1) Puisi bergaya mantera menggunakan sarana kepuitisan berupa : ulangan kata, frasa , atau kalimat. 2) Puisi kongkret sebagai eksperimen 3) Banyak menggunakan kata-kata daerah untu memberi kesan ekspresif4) Banyak menggunakan permainan bunyi5) Gaya penulisan yang prosais6) Menggunakan kata yang sebelumnya tabuh

Struktur Temantik 1) Protes terhadap kepincangan masyarakat pada awal industrialisasi 2) Kesadaran bahwa aspek manusia merupakan subjek dan bukan obyek pembangunan3) Banyak mengungkapkan kehidupan batin religuis4) Cerita dan pelukisan bersifat alegoris atau parabel5) Perjuangan hak-hak asasi manusia : kebebasan, persamaan, pemerataan, dan terhindar dari pencemaran teknologi moderen6) Kritik sosial terhadap si kuat yang bertindak sewenang-wenang terhadap mereka yang lemah.

b. Prosa dan DramaStruktur Fisik1. Melepaskan ciri konvensional menggunakan pola sastra absurd dalam tema dan alur serta tokoh maupun latar 2. Menampakan ciri latar kedaerahan warna lokal

Struktur Temantik1. Sosial : Politik , kemiskinan , dll.2. Kejiwaan ,3. Meta fisik.

MEDIA:Pada angkatan 70-an para penulis menggunakan media buku, majalah, maupun koran untuk mempublikasikan karya-karyanya.

Pengarang dan Karya Sastra Angkatan 1970 1980:1. Sutarji Calzoum BachriLahir 24 juni 1941 di rengat , riau. Pendidian terakhirnya adalah jurusan administrasi negara, fakultas sosial dan politik Universitas Padjadjaran Bandung.Puisi , O (1973) , Amuk (1977), Kapak (1979)

2. DanartoLahir 27 juni 1940 di mojowetan , Lulusan ASRI Yogyakarta tahun 1961. Cerpen Rintik (1968)Drama Obrong owok-owok Ebrang ewek-ewek (1976) dan Bel Geduwel (1976) dan Orang jawa naik haji (1984)

3. Budi DarmaLahir 25 april 1937 di rembang , jawa tengah. Ia adalah dosen IKIP Surabaya .Novel Olenka (1983)

4. Putu WijayaLahir di tabanan bali, 11 april 1944 menyelesaikan pendidikan di fakultas hukum UGD (1969).Novelnya Bila malam bertambah malam (1971).Dramanya Laut bernyanyi (1967), Anu (1974), Aduh (1975).

5. Iwan SimatupangLahir di sibolga , sumatera utara tanggal 18 november 1928. Berpendidikan HBS Medan fakultas kedokteran di Surabaya.Prosa Merahnya merah (roman)Kering (roman)Siarah (roman)

6. Emha Ainun NajibLahir 27 mei 1953 di jombang, jawa timur. Pendidikan di pondok pesantren gontor, SMA Yogya dan fakultas ekonomi UGM.

Contoh Hasil Karya Taufik Ismail:Membaca Tanda-Tanda1982Ada sesuatu yang rasanya mulai lepasdari tangandan meluncur lewat sela-sela jari kita

Ada sesuatu yang mulanyatak begitu jelastapi kini kita mulai merindukannya

Kita saksikan udaraabu-abu warnanyaKita saksikan air danauyang semakin surut jadinyaBurung-burung keciltak lagi berkicau pagi hari

Hutan kehilangan rantingRantingkehilangan daunDaunkehilangan dahanDahan kehilangan hutan

Kita saksikan zat asamdidesak asam arangdan karbon dioksid itumenggilas paru-paru

Kita saksikanGunungmemompa abuAbumembawa batuBatumembawa linduLindu membawa longsorLongsormembawa airAir membawa banjirBanjirmembawa air

air mata

Kita telah saksikan seribu tanda-tandaBisakah kita membaca tanda-tanda?

Allah Kami telah membaca gempaKami telah disapu banjirKami telah dihalau api dan hamaKami telah dihujani abu dan batu

AllahAmpuni dosa-dosa kami

Beri kami kearifan membacaSeribu tanda-tanda

Karena ada sesuatu yang rasanyamulai lepas dari tangandan meluncur lewat sela-sela jari

Karena ada sesuatu yang mulanyatak begitu jelastapi kini kamimulai merindukannya.

6. Angkatan Reformasi s.d. 2000 sekarang

Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.

Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra puisi, cerpen, dan novel pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.

Menurut R. D Pradopo terdapat beberapa karakteristik struktur prosa dan puisi pada periode 2000-an, yaitu:1. Memakai alur berbelit-belit, misalnya pada novel Saman karya Ayu Utami,2. Gaya symbol surealistik,3. Memakai gaya bahasa hiperbola,4. Bergaya esaai, mengemukakan tanggapan-tanggapan pribadi terhadap masalah-masalah; Iwan Simantupang dalam Ziarah menyebutnya sebagai novel essai.

Pada masa ini, banyak sekali muncul pengarang wanita. Mereka umumy menulis dengan ungkapan perasaan dan pikiran yang tajam dan bebas. Ada diantara mereka yang sangat berani menampilkan nuansa-nuansa erotik, hal-hal yang sensual bahkan seksual, yang justru lebih berani dibandingkan para sastrawan seumumnya. Ada di antara mereka yang mengusung ideologi kebebasan wanita (woman libs) yang dulu pernah dilakukan oleh Nh.Dini (namun ungkapan-ungkapan Dini tetap literik, tidak vulgar). Sebenarnya minus idiom-idiom vulgar karya meraka termasuk berbobot, seperti juga prosa liris karya Linus Suryadi berjudul Pengakuan Pariyem. Di bagian-bagian tertentu karya Jenar Mahesa Ayu dan Ayu Utami bahkan sangat puitis serta filosofis, menampilkan ungkapan-ungkapan yang bernas dan cerdas, dengan imajinasi-imajinasi yang kaya renungan, mungkin juga humanis dan religius. Jadi mengandung hal-hal kontroversial.

Konstruksi Wacana Gender dan Seksualitas dalam Sastra dan Film. Misal saja representasi perempuan urban dalam film Mengejar Mas-Mas. Wajah sosialita wanita urban dalam film Quicky Express dan Arisan Brondong. Sastra Cyber dan Pengajaran Sastra. Misal saja karya urban kinetik tipografi dalam Puisi Siber. Refleksi kehidupan urban dalam novel Internet 253 yang disebut Fiksyen hiperteks. Karya sastra cyber tidak hanya memberikan suatu contoh tetapi membuat para siswa untuk lebih berani dalam berbicara serta mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dalam melakukan suatu pementasan. Penggunaan teknologi dapat kita gunakan untuk kemajuan sastra. Sastra atau seni islami dalam kajian lintas budaya.

Sastra islami dalam transformasi lintas genre yaitu representasi cinta, seks, dan perkawinan dalam novel dan film Ayat-ayat Cinta. Kontesisasi perempuan dalam masyarakat urban. Suara perempuan urban dalam cerpen-cerpen karya Djenar Maesa Ayu. Masa pembebasan kritik sastra Indonesia (sejak 1998) memperlihatkan gejala perkembangan kritik sastra yang makin beragam sejalan dengan dinamika kehidupan sosial politik yang dianggap mendukung kebebasan berekspresi di berbagai bidang kehidupan masyarakat, termasuk bidang sastra, baik di kalangan masyarakat maupun di lingkungan akademis. Tokoh-tokohnya juga semakin banyak sehingga tidak tampak ketokohan yang berpusat pada beberapa orang kritikus. Di antara mereka itu muncullah nama-nama baru, seperti Faruk H.T., Manneke Budiman, Maman S. Mahayana, Pamusuk Eneste, Suminto A. Sayuti, Sugihastuti, dan Wahyudi Siswanto. Apakah kedudukan dan peran mereka akan semakin kukuh di masa mendatang merupakan persoalan tersendiri.

Setelah air bah melanda novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan, kini peristiwa yang sama dengan tema berbeda menerjang nove Sabda dari Persemayaman karya Tengku Muhammad Dhani Iqbal. Novel ini ditulis dengan semangat berfilsafat yang menggelegak. Maka, didalamnya terbentanglah pemikiran filsafat sejak zaman Thales Anaximenes. Dan terus mengalir menuju gelombang ketiga Alvin Toffler hingga ke teori quantum, bootstrap dan teori chaos.

Dari sudut deskripsi filsafat, novel ini jelas bermaksud menyajikan hamparan panorama filsafat. Dengan cara itu, pengarang tidak hanya menyampaikan pemikiran filsafat yang disetujui atau tidak disetujuinya, tetapi juga menempatkannya sebagai corong sistem pendidikan dinegeri ini. Jadi disana akan dijumpai kritik atas positivisme Karl Marx, kekaguman pada cogito ergo sum nya Descrates atau paparan gagasan para filsuf. Diantara itu gambaran hingar bingar gerakan mahasiswa, masuk sebagai protes atas sistem pendidikan kita. Dua gagasan besar itulah yang hendak diangkat Iqbal dalam novelnya ini.

Di Indonesia, cara itu juga sudah banyak dilakukan novelis kita beberapa diantaranya, periksa saja, misalnya, Atheis-Achdiat Karta Mihardja yang menampilkan tokoh hasan yang pencari, Rusli yang Atheis dan Anwar yang chauvinis. Sementara itu, dalam debu cinta bertebaran Achdiat mengangkat perdebatan filsafat dan estetika dalam dunia seni. Gua Biru Grota Azzura-Sutan Takdir Alisjahbana, lain lagi. Disana, mengangkat problem politik dan kebudayaan yang berantakan akibat pemerintahan yang represif dan korup. Sementara ali audah dalam jalan terbuka menyajikan kegelisahan tokoh utamanya dalam mencari tuhan. Lebih rumit lagi sejumlah karya iwan simatupang, khasnya ziarah. Filsafat eksistensialisme yang melekat dalam diri tokoh kita seperti menyatu dalam segala tindakan tokoh itu. Sementara Kuntowodjoyo dalam Khotbah Di atas Bukit menampilkan tokoh barman yang sedang bergulat dalam lingkaran panteisme jawa dan filsafat eksistensialisme.

Pada tahun 2002 dikeluarkan wacana tentang lahirnya sastrawan angkatan 2000-an, sebuah buku tebal tentang angkatan 2000-an yang disusun dan diterbitkan di Gramedia Jakartapada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, essais, dan kritikus sastra dimasukkan kedalam angkatan 2000-an, termasuk mereka yang mulai menulis pada tahun 1980. Karya sastra angkatan 2000-an mulai memunculkan fiksi fiksi yang bersifat islami. Para sastrawan mengikuti perkambangan jaman yang dituntut adanya keberanian dan kreatifitas untuk berkarya. Dalam karya para sastrawan dari setiap angkatan tentunya memilki perbedaan apa lagi untuk mengikuti perkembangan zaman, perbedaan itu dapat kita temukan dari segi karakteristik karya sastra yang di buatnya.

Ciri - Ciri karya sastra angkatan 2000-an yang mencakup semua genre, di antaranya:1. Menggunakan kata-kata maupun frase yang bermakna konotatif2. Banyak menyindir keadaan sekitar baik sosial, budaya, politik, atau lingkungan3. Revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan kecenderungan ke puisi kongkret yang di sebut antromofisme4. Kritik sosial sering muncul lebih keras5. Penggunaan estetika baru6. Karya cenderung vulgar,7. Mulai bermunculan fiksi-fiksi islami,8. Munculnya cyber sastra di Internet, dan9. Ciri-ciri bahasa diambil dari bahasa sehari-hari yaitu ke rakyat jelataan10. Sudah memasukkan filsafat dalam karya sastranya.

Karya dan pengarang tahun 2000 Ayu Utami Saman (1998) Larung (2001) Seno Gumira Ajidarma Atas Nama Malam Sepotong Senja untuk Pacarku Biola Tak Berdawai Dewi Lestari Supernova 1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001) Supernova 2.1: Akar (2002) Supernova 2.2: Petir (2004) Raudal Tanjung Banua Pulau Cinta di Peta Buta (2003) Ziarah bagi yang Hidup (2004) Parang Tak Berulu (2005) Gugusan Mata Ibu (2005) Habiburrahman El Shirazy Ayat-Ayat Cinta (2004) Diatas Sajadah Cinta (2004) Ketika Cinta Berbuah Surga (2005) Pudarnya Pesona Cleopatra (2005) Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007) Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007) Dalam Mihrab Cinta (2007) Andrea Hirata Laskar Pelangi (2005) Sang Pemimpi (2006) Edensor (2007) Maryamah Karpov (2008) Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas (2010) Ahmad Fuadi Negeri 5 Menara (2009) Ranah 3 Warna (2011) Tosa Lukisan Jiwa (puisi) (2009) Melan Conis (2009)

Contoh Karya Sastra Ahmadun Yosi Herfanda:SAJAK EMBUNhanya karena cinta embun menetesdari ujung bulu matamu, membasahirumput dan daun-daun, lalu meresapke jantungku. cacing-cacing pun berzikirpadamu, mensyukuri kodratnya tiap waktu

siapa yang menolak bersujud padamuyang tak bersyukur karena karuniamu?barangkali hanya orang-orang congkak ituorang-orang yang berjalan dengan kepalamendongak ke langit sambil melirikdengan cibiran harimau

hanya karena cinta hujan menetesdari sudut pelupuk matamu, membasahi rambutkumenyusup ke pori-pori tubuh, syaraf dan nadimenghijaukan kembali taman hatikuburung-burungpun bernyanyi karenakuberzikir dan bersujud padamu ya allah, ampuni adaku padamu!Yogyakarta, 1990/2007