Bahan Untuk Proposal Tipe Jigsaw Illlaaaa Baruuu

download Bahan Untuk Proposal Tipe Jigsaw Illlaaaa Baruuu

of 38

Transcript of Bahan Untuk Proposal Tipe Jigsaw Illlaaaa Baruuu

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SAINS SISWA KELAS IV DI MIMA MIFTAHUL HUDA PUGER JEMBER

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SAINS SISWA KELAS IV DI MIMA MIFTAHUL HUDA PUGER JEMBER

12 f 2008 pada 4:51 am (Penelitian) Tags: Pendidikan

Imron Fauzi[1]Abstraksi : Penelitian dengan judul Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw telah dilakukan mulai bulan April sampai dengan bulan Mei 2008. Penelitian ini bertujuan untuk Peningkatan aktifitas dan Hasil belajar. Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas IV MIMA MIFATHUL HUDAPuger. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah Jigsaw Learning Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman siswa, yang sebelumnya memperoleh nilai diatas dari 70 hanya sebanyak 7 siswa (27 %) dan pada siklus I mengalami peningkatan, siswa yang memperoleh nilai di atas 70 menjadi sebanyak 23 siswa ( 88 %). Pada siklus II jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas 70 sebanyak 25 siswa ( 97 %).Kata kunci : Jigsaw Learning, Aktifitas, Hasil Belajar.PENDAHULUAN Dalam konteks pembaharuan pendidikan, ada tiga isu utama yang perlu disoroti yaitu pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan efektifitas metode pembelajaran (Nurhadi dan Senduk, 2003 : 1).Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antara pesrta didik dengan guru sebagai pengajar, proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan paedagogi yang mencakup strategi maupun metode mengajar.

Keberhasilan belajar peserta didik yang dicapai dapat diukur melalui penilaian hasil belajar. Salah satu metode mengajar yaitu : Belajar Kooperatif (cooperive learning) yang memerlukan pendekatan pengajaran melalui- penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Nurhadi dan Senduk, 2003 : 20).

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini untuk mengetahui :

Peningkatan hasil belajar Mata Pelajaran SAINS kelas IV dengan metode Jigsaw

Peningkatan aktifitas siswa kelas IV pada proses pembelajaran Jigsaw

Peranan guru dan siswa yang optimal dapat mewujudkan suatu pembelajaran yang benar-benar berbasis kerja sama.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di MIMA Miftahul Huda Puger Jember kelas IV SAINS sebanyak 26 siswa dengan pendekatan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw.

Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti menggunakan tiga siklus, namun, jika ada siklus 1 telah mencapai 90 % telah mencapai nilai 70, maka pelaksanaan siklus selanjutnya dihentikan.

Tahapan siklus meliputi :Tahap perencanaan, antara lain :Masalah yang dihadapi adalah kurang aktif dan minimnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran SAINS

Penelitian ini di lakukan untuk siswa kelas IV di MIMA Miftahul Huda Puger Jember

Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Adapun kriteria yang diterapkan penelitian adalah :

1. 90 % siswa mencapai nilai tuntas minimal 70

2. 90 % siswa aktif dalam proses pembelajaran

3. 10 % siswa tidak tuntas dengan nilai kurang dari 70

Metode yang akan dilakukan antara lain :

1. Jigsaw Learning (Belajar Model Jigsaw)

2. Reading Guide (Panduan Membaca)

3. Team Quiz (Quis Kelompok)

Namun peneliti (saya) lebih memfokuskan pada metode Jigsaw Learning.

Tahap pelaksanaan

Pada tahapan ini guru menerapkan tindakan yang mengacu pada sekenario atau RPP yang telah direncanakan sebelumnya.

Tahap observasi

Pada tahapan ini guru melakukan eksperimen dan evaluasi pada masing-masing kelompok dalam proses pembelajaran tersebut. Guru mencatat semua hasil kegiatan pembelajaran.Tahap refleksi

Pada tahap ini mencakup analisis nilai dan penyimpulan terhadap hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru.HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel I berikut, yang menunjukkan hasil evaluasi awal dari observasi sebelum diadakan tindakan.

Tabel I.

No.Nilai siswaJumlah siswa% siswa

1< 701973 %

2> 70727 %

Jumlah26100 %

Ket :Nilai terendah : 30

Nilai tertinggi : 90

Nilai rata-rata : 57

Dari 26 siswa, ternyata siswa yang belum tuntas yang memperoleh nilai diatas dari 70 sebanyak 7 siswa (27 %), sedangkan yang kurang dari 70 sebanyak 19 siswa ( 73%). Maka perlu adanya Penelitian Tindakan Kelas.

SIKLUS IPerencanaanMempersiapkan materi pelajaran (tentang Tata Surya)Mempersiapkan skenario dengan menggunakan strategi JigsawMempersiapkan bahan bahan bacaan yang telah dibagi menjadi lima kategori yang berbedaPelaksanaanMengedentifikasi keadaan minat dan kesiapan siswa

Membentuk 5 kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 anggota yang karakteristiknya heterogen, sesuai Pembelajaran Kooperatif Jigsaw.

1. Kel. A 1-5 : Tentang Tatasurya

2. Kel. B 6-10 : Tentang Matahari

3. Kel. C 11-15 : Tentang Bumi

4. Kel. D 16-20 : Tentang Bulan

5. Kel. E 21-26 : Tentang Bintang

Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi pelajaran yang telah ditentukan yang berbeda beda

Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari dikelompoknya

Guru mengembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompoknya

Guru menyampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengecek pemahaman mereka.

ObservasiMengevaluasi hasil tidakan kelas, baik pretest, proses, dan postest, baik secara lisan ataupun tulisan.

Hasil Nilai TerlampirRefleksiRefleksi berisi analisis data dan penyimpulan. Hasil dari analisis tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:Tabel IINo.Nilai siswaJumlah siswa% siswa

1< 70312 %

2> 702388 %

Jumlah26100 %

Ket :Nilai terendah : 60Nilai tertinggi : 90Nilai rata-rata : 77Dari tabel II tersebut menunjukkan bahwa metode Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman siswa, yaitu tampak pada peningkatan siswa yang memperoleh nilai di atas 70 sebanyak 23 siswa ( 88 %) dan yang kurang dari 70 sebanyak 3 siswa (12 %).SIKLUS IIDalam sklus II, selanjutnya mengulang langkah kerja siklus I dengan bimbingan guru. Dengan upaya pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan motivasi kembali agar siswa menjadi lebih aktif.Setelah diadakan tindakan pada siklus II dan dievaluasi, tampak pada tabel berikut:Tabel IIINo.Nilai siswaJumlah siswa% siswa

1< 7013 %

2> 702597 %

Jumlah26100 %

Ket :Nilai terendah : 60

Nilai tertinggi : 100

Nilai rata-rata : 82

Dari tabel III di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman siswa. Pada siklus II jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas 70 sebanyak 25 ( 97 %) dan 1 siswa belum tuntas. Dari hasil observasi aktifitas siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.Secara umum, gambaran nilai siswa sebelum tindakan, tindakan siklus I, dan tindakan siklus II digambarkan sebagai berikut:

Lampiran 1NoNamaUlangan harian

SebelumSiklus 1Siklus 2Siklus 3

1Taufiqurrohman708580

2Ali Wafa657585

3Ain Yuni R.407570

4Dwi Krisnawati758075

5Erwin Sri H508090

6Evi Yustiana358080

7Erine Rosalia P.659090

8Hidayatullah559095

9Intan Indana Z759095

10Inayatul Masliha908590

11Imam Syafii707080

12Lutfiana R.607585

13M. Nurhasyim507070

14M. Irsyadul Ibad306070

15M. Deby K507580

16M. Fathur R.357575

17Nabilatul Ilmin508095

18St. Muslikhatun9090100

19St. Muzayanah657580

20Yunita Anggraini9090100

21Bagus B.557070

22W. Hayuni457075

23M. Robith408090

24Faizatur R.558085

25Aldi S.556570

26Imam Wahyudi306060

Lampiran 2Pokok-pokok Rencana KegiatanNo.Perencanaan Tindakan Pengamatan Refleksi

1Masalah yang dihadapi adalah kurang aktifnya siswa kelas IV dalam mata pelajaran SAINSMetode yang akan dilakukan antara lain:Jigsaw LearningReading Guide Team Quiz Namun peneliti (saya) lebih memfokuskan pada metode Jigsaw Learning.Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario yang telah direncanakanMelakukan observasi dengan memakai format observasiMelakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan, meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan

2Pembelajaran yang akan digunakan adalah Pembelajaran Kooperatif JigsawMenilai hasil tindakan menggunakan nilai ulanganMelakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario, ulangan, dll

3Materi / bahan ajar adalah tentang Tata SuryaMemperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluai, untuk digunakan pada siklus berikutnya.

4Sekenario PBM:Membentuk 5 kelompok Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari dikelompoknyaGuru mengembalikan suasana kelas

Lanjutan No.Perencanaan Tindakan Pengamatan Refleksi

5Bahan yang diperlukan antara lain: bahan bacaan yang berbeda-beda sesuai dengan materi

7Evaluasi yang digunakan adalah lesan dan tulisan

8Observasi yang digunakan adalah hasil ulangan harian

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat diterik kesimpulan bahwa : (1) kualitas pemahaman SAINA siswa kelas IV MIMA Miftahul Huda Puger meningkat dengan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw, ditunjukkan dengan hasil test sebelum tindakan >70 hanya sebanyak 7 siswa (27 %), Siklus I yang memperoleh >70 sebanyak 23 siswa 88%, dan siklus II yang memperoleh >70 sebanyak 25 siswa ( 97 %). (2) membuat siswa lebih aktif, kreatif, penuh semangat dan tidak cepat bosan dalam perspektif pembelajaran.SaranDalam upaya meningkatkan kualitas pemahaman siswa maka disaranakan : (1) Guru SAINS hendaknya menggunakan berbagai macam strategi dalam pembelajaran (2) Evaluasi tidak harus tertulis untuk mendapatkan diskripsi hasil belajara siswa dan (3) Guru harus lebih memotivasi siswanya.DAFTAR PUSTAKA

Hobri. 2007. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jember: DIKNASKhusnuridlo, M. 2008. Petunjuk Praktis Penyusunan Usulan/Proposal PTK. Jember: STAINNurhadi dan Senduk, Agus Gerrad. 2003. Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UMZaini, Hsyam dan Bermawy Munthe. 2005. Strategi Pembelajaran Aktif.Yokyakarta: IAIN Sunan KalijagaBAB I PENDAHULUANPendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkatn aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.

Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam pembelajaran ekonomi. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang guru.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.

Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.

Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup.

Pembelajaran kooperatif terutama teknik Jigsaw dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menyusun makalah dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw dalam Pembelajaran.

BAB II PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAWA.Pembelajaran Cooperative LearningUndang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.

Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.

Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.

Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Menurut Anita Lie dalam bukunya Cooperative Learning, bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :

1.Saling ketergantungan positif.Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.

2.Tanggung jawab perseorangan.Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

3.Tatap muka.Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.

4.Komunikasi antar anggota.Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

5.Evaluasi proses kelompok.Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Urutan langkah-langkah perilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Arends (1997) adalah sebagaimana terlihat pada table berikut ini

Tabel Sintaks Pembelajaran Kooperatif

B. Tujuan Pembelajaran Cooperative LearningTujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu:

1.Hasil belajar akademikDalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2.Penerimaan terhadap perbedaan individuTujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

3.Pengembangan keterampilan sosialTujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

C. Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik JigsawJigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001).

Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.

Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Lie, A., 1994).

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 1997) :

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Gambar. Ilustrasi Kelompok Jigsaw

Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut :

Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

Gambar Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw

Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.

Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan model pembelajaran Cooperative Learning diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran Cooperative Learning.

2. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton.

3. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning.

4. Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.

5. Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.

Agar pelaksanaan pembelajaran Cooperative Learning dapat berjalan dengan baik, maka upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran Cooperative Learning di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.

2. Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas heterogen.

3. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning.

4. Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber.

5. Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.

BAB III PENUTUPA.KesimpulanPembelajaran di sekolah yang melibatkan siswa dengan guru akan melahirkan nilai yang akan terbawa dan tercermin terus dalam kehidupan di masyarakat. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam kelompok secara bergotong royong (kooperatif) akan menimbulkan suasana belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup. Teknik pembelajaran Cooperative Learning dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan dapat meningkatkan kreativitas siswa.

Jigsaw merupakan bagian dari teknik-teknik pembelajaran Cooperative Learning. Jika pelaksanaan prosedur pembelajaran Cooperative Learning ini benar, akan memungkinkan untuk dapat mengaktifkan siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Sampai saat ini pembelajaran Cooperative Learning terutama teknik Jigsaw belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.

B.SaranSudah saatnya para pengajar mengevaluasi cara mengajarnya dan menyadari dampaknya terhadap anak didik. Untuk menghasilkan manusia yang bisa berdamai dan bekerja sama dengan sesamanya dalam pembelajaran di sekolah, model pembelajaran Cooperative Learning perlu lebih sering digunakan karena suasana positif yang timbul akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan sekolah / guru. Selain itu, siswa akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir.

DAFTAR PUSTAKAAnita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.Bambang Sudibyo. 2008. Materi Road Show Dewan Pendidikan Bersama Tim Wajar Dikdas Kabupaten Kuningan. Kuningan : Dewan Pendidikan Kabupaten Kuningan.Daeng Sudirwo. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran Dalam Rangka Otonomi Daerah. Bandung : Andira.Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Pembelajaran Ekonomi Secara Kontekstual Untuk Guru SMP. Jawa Barat : Depdiknas.Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Pembelajaran Geografi Secara Kontekstual Untuk Guru SMP. Jawa Barat : Depdiknas.Dinas Pendidikan Kota Bandung. 2004. Model model Pembelajaran. Bandung : SMP Kartika XI.Lynne Hill. 2008. Pembelajaran Yang Baik. Bulettin PGRI Kuningan (Edisi ke-23 / Juni 2008).Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : Rosda.Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.Syaiful Sagala. 2006. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.*)) Novi Emildadiany adalah mahasiswa tingkat IV pada Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP-Universitas Kuningan. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah seminar Ilmu Manajemen, yang disampaikan oleh Bapak Dr. Uhar Suharsaputra, M.Pd. dan Bapak Akhmad Sudrajat, M.Pd.>>> berbagi di :

Facebook134 LinkedIn Twitter5 Digg

Tentang AKHMAD SUDRAJAT

== seorang praktisi pendidikan di Kabupaten Kuningan yang sedang belajar menjadi diri sendiri ==

Lihat semua tulisan dari AKHMAD SUDRAJAT Catatan ini telah ditulis dalam EDUCATION, KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN dan di-tag dengan Artikel, Berita, News, Opini, Pembelajaran, Pendidikan, Pengetahuan. Penunjuk permalink.

Penataan Tempat DudukSiswaPersiapanMengajar 91 Respon untuk CooperativeLearning-TeknMinggu, 08 Maret 2009

Model Pembelajaran Jigsaw

Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronsons. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.

Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji. Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw dalam matematika, yaitu:

1. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 6 orang

2. Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk membahas topik, wakil ini disebut dengan kelompok ahli

3. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut

4. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya

5. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan

Kunci pembelajaran ini adalah interpedensi setiap siswa terhadap anggota kelompok untuk memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan tes dengan baik.

Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:

1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya

2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat

3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.

Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :

1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.

2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.

3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.

Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.

4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.

Diposkan oleh Agus Adi di 05:33

1 komentar:

p1p1T mengatakan...

mau tny dunk.....buku2 yg membahas tentang model pembelajaran jigsaw apa aja sih? Pengarangnya siap?klo tau judulnya thanks bgt tuh.Plis ksh tau dunk......

23 Mei 2010 02:45 Penelitian Tindak Kelas (PTK) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Materi Pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik (Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas X.2 SMAN 21 Bandung)

Oleh :Yuyun Mulyawati, S.Pd

AbstrakPenelitian ini dilaksanakan di SMAN 21 Kotamadia Bandung, dengan subyek siswa kelas X.2. Judu lpenelitian Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Struktur Atom Dan Sistem Periodik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw di kelas X-2 SMAN 21 Bandung . Waktu pelaksanaan penelitian sesuai dengan jadwal pelajaran yang terdapat di kelas X.2 Pelaksanaan dimulai dari tanggal 19 Juli sampai dengan 27 Agustus 2009, adapun penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalaui fase fase perencanaan, pelaksanaan, observasi dan repleksi sebanyak dua siklus dengan 3 kali pertemuan pelajaran dalam setiap siklusnya.Berdasarkan hasil penelitian, pengamatan dan analisis data yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan :1. Penerapan model pembelajaran koooperatif tipe Jigsaw pada materi Sistem periodik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X..2 SMAN 21 bandung. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar kimia siswa yang diperoleh dari nilai tugas kelompok, nilai tugas individu dan nilai ulangan harian.2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pokok sistem periodik dapat meningkatkan aktivitas siswa, hal ini dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mampu menciptakan kegiatan belajar mengajar yang membangkitkan aktivitas siswa.3. Respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pokok sistem periodik menunjukkan ke arah positif.Kata Kunci : model pembelajaran, jigsaw, struktur atom,sistem periodikA. Latar BelakangIlmu kimia merupakan ilmu yang berperan penting dalam kehidupan manusia.Tujuan pembelajaran kimia dalam kurikulum SMA adalah untuk memahami berbagai peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui hakekat materi serta perubahannya, menanamkan metode ilmiah, mengembangkan kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan.

Konsep kimia yang digunakan di SMA masih bersifat dasar oleh karena itu belajar kimia sangat menarik bagi siswa jika penajiannya bersifat kongkrit dan melibatkan siswa secara efektif, hal ini terjadi karena ilmu kimia berkembang berdasarkan hasil percobaan para ahli kimia untuk menghasilkan fakta dan teoritis tentang materi yang kebenarannya dapat dijelaskan dengan logika kimia. ( BSNP)

Salah satu pokok bahasan kimia di SMA adalah Struktur Atom dan Sistem Periodik. Pokok bahasan Sruktur Atom dan Sistem Periodik merupakan dasar untuk mempelajari pokok bahasan selanjutnya. Dengan menguasai pokok bahasan Struktur Atom dan sistem Periodik, siswa diharapkan dapat mempelajari pokok bahasan selanjutnya dengan mudah. Dalam memahami suatu materi pembelajaran diperlukan suatu pemahaman konsep.

Jika dilihat dari kenyataan, siswa sering merasa kesulitan dalam memahami pokok bahasan Sruktur Atom dan Sistem Periodik. Hal ini berdasarkan pengalaman dalam mengajarkan pokok bahasan tersebut di kelas X-2, SMAN 21 Bandung, terlihat dari hasil belajar siswa belum optimal. Untuk memecahkan permasalahan tersebut perlu diupayakan suatu perbaikkan dalam proses pembelajaran. Salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh guru adalah dengan menerapkan suatu Model pembelajaran yang diharapkan mampu mengurangi atau bahkan menghilangkan kesulitan siswa dalam memahami pokok bahasan struktur Atom dan Sistem Periodik. Apalagi berdasarkan permaslahan yang dihadapi oleh peneliti dalam proses belajar mengajar adalah rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pembelajaran khususnya dalam konsep struktur atom dan sistem periodik. rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 1.1Rata rata nilai ulangan struktur atom dan sistem periodik

Rata-rata nilai tersebut masih dibawah Kriteria Ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan di SMAN 21 Bandung yaitu 65. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas perlu kiranya diadakan suatu penelitian tindakan kelas .Untuk keperluan tersebut, peneliti mengajukan judul penelitian sebagai berikut Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Struktur Atom Dan Sistem Periodik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw di kelas X-2 SMAN 21 Bandung. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitiannya Bagaimana pembelajaran konsep Struktur Atom dengan menggunakan pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW : 1) Bagaimana peningkatan pemahaman siswa setelah mengikuti pembelajaran Struktur Atom dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW; 2) Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran Struktur Atom dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW.

Sedangkan yang menjadi tujuan Penelitian : 1) Meningkatkan hasil Pembelajaran konsep Sruktur Atom; 2) Meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran Sruktur Atom; 3) Mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran Struktur Atom dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW, Manfaat Penelitian : 1) Bagi siswa : a) Membantu siswea untuk memahami konsep Sruktur Atom dengan maksimal; b) Meningkatkan minat belajar siswa dalam pelajaran kimia; c) Meningkatkan kemampuan belajar yang kritis-aktif; 2) Bagi guru : a) Meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran b) Meningkatkan pemahaman tentang proses pembelajaran; 3) Bagi institusi/sekolah: Memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang penerapan suatu model pembelajaran dalam proses belajar mengajar terutama bidang studi kimia.

B. Metodologi Penelitian

Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Lokasi Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 21 Bandung Jalan Manjah Lega Bandung; 2) Kelas penelitian dilaksanakan di kelas X 2, siswanya berjumlah 38 orang yang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 20 orang perempuan; 3) Mata Pelajaran Sesuai dengan latar belakang pendidikan peneliti, maka penelitian dilaksanakan pada mata pelajaran kimia; 4) Waktu Pelaksanaan Waktu untuk pelaksanaan penelitian sesuai dengan jadwal pelajaran yang terdapat di kelas X. Pelaksanaan dimulai dari tanggal 19 Juli sampai dengan 27 Agustus 2009, atau 3 kali pertemuan jam pelajaran dalam setiap siklusnya.

C. Prosedur PenelitianProsedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas menurut Arikunto, Suharsimi. at.al. (2006:3) mengemukakan Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Jadi PTK bisa dikatakan suatu tindakan yang disengaja untuk mendapatkan kegiatan belajar mengajar dengan hasil yang maksimal yang berfokus pada kegiatan pembelajaran.

Sejalan dengan fokus penelitian tindakan kelas Wardani, I.G.A.K., et.al. (2006:7,6) berpendapat Fokus PTK adalah kegiatan pembelajaran, diperkuat oleh Arikunto, Suharsimi (2006:7) mengemukakan Penelitian tindakan bukan menyangkut materi atau topik pokok bahasan itu sendiri, tetapi menyangkut penyajian topik pokok bahasan yang bersangkutan, yaitu strategi, pendekatan, metode atau cara untuk memperoleh hasil melalui sebuah kegiatan uji coba atau eksperimen. dengan prosedur penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan repleksi serta model PTK Nya adalah Elliot.

D. Data Hasil Penelitian dan Pembahasan1. Siklus Ia. Perencanaan PembelajaranPembelajaran pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi sistem periodik. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yaitu siswa dapat menentukan letak unsur berserta beserta sifat-sifatnya. Waktu pembelajaran untuk siklus I dilakukan selama dua kali pertemuan, termasuk tes. Pelaksanaan pembelajarannya sebagai berikut :

1. Sebelum topik diberikan, Guru memberikan pengenalan dan penerangan terhadap topik yang akan dibahas. Dimaksudkan untuk mengaktifkan siswa agar lebih siap menghadapi pelajaran baru.

2. Siswa dibagi menjadi 10 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 dan 4 orang siswa.

3. Bagian topik permasalahan diberikan pada siswa pertama, sedangkan siswa kedua menerima bagian yang kedua, demikian seterusnya dengan berupa soal latihan.

4. Siswa membaca dan mengerjakan bagian mereka masing-masing. Siswa saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok ahli.

5. Setelah selesai, siswa di kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing untuk menjelaskan hasil diskusinya.

6. Kegiatan diakhiri dengan tugas individu.

b. Pelaksanaan TindakanPada siklus I pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan Rencana Persiapan Pembelajaran, yaitu pembelajaran memahami unsur beserta sifat-sifatnya. Pelaksanaan siklus I dilakukan pada hari Selasa tanggal 19 juli 2009 jam pelajaran Kimia di kelas X.2 yang dimulai pukul 11.00 11.45 WIB dan pukul 12.15 13.00 WIB dan hari Kamis tanggal 21 juli 2009 jam 07.00 08.30 WIB.

c. Hasil Observasi Tindakan Siklus I1) Aktivitas SiswaAktivitas yang teramati pada pembelajaran siklus I ini dapat dilihat pada tabel 4.1 bahwa siswa masih kurang dalam berdiskusi atau bertanya antar siswa dalam menyelesaikan soal-soal latihan di kelompok ahli, masih banyak melakukan aktivitas yang tidak relevan, kurang berani mengemukakan pendapat, kurangnya dalam menjelaskan materi kepada anggota kelompok di kelompok asal, sedangkan aktivitas siswa cukup dalam memperhatikan informasi Guru, membaca soal, bertanya pada Guru, menyelesaikan soal latihan di kelompok ahli dan menghargai pendapat orang lain.

Tabel 4.1Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe JigsawSiklus I

2) Tugas Kelompok Siklus IHasil jawaban atau pekerjaan seluruh siswa pada soal latihan terdapat kesalahan dalam unsur dan sifatnya atau karena kurang teliti dalam mengerjakannya siswa mampu berdiskusi dan mengerjakan seluruh soal latihan namun terdapat sebagian siswa yang tidak bersemangat dalam berdiskusi maupun menjelaskannya kepada teman sekelompoknya. Rata-rata skor tugas kelompok siklus I adalah 73,97.

3) Tugas Individu Siklus IHasil tugas individu siklus I diperoleh nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 100. Rata-rata skor siswa diperoleh sebesar 90,59. Ini dimungkinkan karena tugas individu siklus I dikerjakan di rumah maka banyak siswa yang bekerja bersama-sama.

4) Hasil Ulangan Harian Siklus IHasil ulangan harian siklus I diperoleh nilai terendah 25 dan nilai tertinggi 85. Rata-rata nilai siswa diperoleh sebesar 47,26. Ini dimungkinkan karena kurangnya ketelitian dalam mengerjakan soal ulangan.

5) Hasil Belajar Siswa Siklus IRata-rata yang diambil dari tugas kelompok, tugas individu dan ulangan harian siklus I merupakan hasil belajar siswa. Hasil belajar siklus I diperoleh nilai terendah 32,50 dan nilai tertinggi 87,50. Rata-rata diperoleh sebesar 68,74, dengan demikian hasil belajar siklus I dapat melebihi KKM SMA Ngeri 21 Bandung.

d. Refleksi Pelaksanaan Tindakan Siklus IHasil pengamatan selama berlangsungnya pembelajaran tindakan siklus I telah ditemukan beberapa permasalahan maka disusun rencana untuk merancang pembelajaran tindakan siklus I. Refleksi pada pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut :

1. Tingkatkan kesukaran dari tugas kelompok dan tugas individu.

2. Penyajian dari soal latihan kelompok (tugas kelompok) lebih menarik baik dari segi tampilan maupun kualitas soal. Tingkat kesukaran dari semua soal latihan kelompok harus seimbang supaya waktu diskusi dari seluruh kelomok ahli relatif sama untuk menghindari waktu luang yang bisa menimbulkan kegiatan siswa yang tidak relevan ketika pembelajaran berlangsung.

3. Pengamatan yang lebih teliti terhadap jawaban siswa dalam segi valensi unsur unsur.

4. Waktu yang digunakan dalam pembelajaran lebih diefektifkan lagi.

5. Teguran keras terhadap siswa yang melakukan kegiatan tidak relevan dengan pembelajaran.

2. Siklus IIa. Perencanaan PembelajaranPembelajaran tindakan siklus II disusun berdasarkan hasil observasi dan refleksi yang dilakukan pada tindakan siklus I. Masalah yang berhasil diidentifikasi sebagai bahan acuan untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tindakan siklus II. Hasil refleksi dari siklus I dijadikan rencana untuk perbaikan pada pelaksanaan pembelajaran tindakan siklus II.

Pembelajaran pada siklus II dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi Golongan dan perioda . Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yaitu siswa dapat melakukan gololongan unsur dan perioda beserta sifat-sifatnya. Waktu pembelajaran untuk siklus II dilakukan selama dua kali pertemuan, termasuk tes. Pelaksanaan pembelajarannya sebagai berikut :

1. Sebelum topik diberikan, Guru memberikan pengenalan dan penerangan terhadap topik yang akan dibahas. Dimaksudkan untuk mengaktifkan siswa agar lebih siap menghadapi pelajaran baru.

2. Siswa dibagi menjadi 10 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 dan 4 orang siswa.

3. Bagian topik permasalahan diberikan pada siswa pertama, sedangkan siswa kedua menerima bagian yang kedua, demikian seterusnya dengan berupa soal latihan.

4. Siswa membaca dan mengerjakan bagian mereka masing-masing. Siswa saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok ahli.

5. Setelah selesai, siswa di kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing untuk menjelaskan hasil diskusinya.

6. Kegiatan diakhiri dengan tugas individu.

b. Pelaksanaan TindakanPada siklus II pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan Rencana Persiapan Pembelajaran, yaitu melakukan penentuan golongan unsur dan periode serta valensi. Pelaksanaan siklus II dilakukan pada hari Selasa tanggal 26 juli 2009 dan hari Kamis tanggal 28 juli 2009 yang dimulai pukul 11.00 11.45 WIB dilanjutkan pukul 12.15 13.00 WIB.

c. Hasil Observasi Tindakan Siklus II1) Aktivitas SiswaHasil observasi yang dilakukan oleh observer pada tindakan siklus II selama satu kali pertemuan terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe JigsawSiklus II

Aktivitas yang teramati pada pembelajaran siklus II ini dapat dilihat pada tabel 4.2 bahwa aktivitas bertanya pada Guru dan melakukan yang tidak relevan mengalami penurunan sedangkan yang lainnya mengalami peningkatan sehingga rata-rata aktivitas siswa yang didapat menjadi 3,15.

2) Tugas Kelompok Siklus IIHasil jawaban atau pekerjaan seluruh siswa pada tugas kelompok siklus II telah tuntas meskipun ada sebagian siswa yang mengerjakan soal latihan secara perlahan namun cermat sesuai dengan yang telah dijelaskan oleh Guru, sebagian siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan mengerjakan sebagian lagi soal latihan sehingga Guru harus lebih sering membimbing dan mengarahkan siswa dibanding pada waktu pengerjaan tugas kelompok siklus I. Rata-rata nilai tugas kelompok siklus II diperoleh adalah 96,18..

3) Tugas Individu Siklus IIHasil tugas individu siklus II diperoleh nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 95. Rata-rata skor siswa diperoleh sebesar 80,17. Tugas individu pada siklus II mengalami penurunan dimungkinkan karena kurangnya ketelitian dalam mengerjakannya.

4) Hasil Ulangan Harian Siklus IIHasil ulangan harian siklus II diperoleh nilai terendah 35 dan nilai tertinggi 90. Rata-rata nilai siswa diperoleh sebesar 57,06.

5) Hasil Belajar Siswa Siklus IIRata-rata yang diambil dari tugas kelompok, tugas individu dan ulangan harian siklus II merupakan hasil belajar siswa. Hasil belajar siklus II diperoleh nilai terendah 41,25 dan nilai tertinggi 91,25. Rata-rata diperoleh sebesar 72,62, dengan demikian hasil belajar siklus II dapat melebihi KKM SMA Negeri 21 Bandung.

d. Refleksi Pelaksanaan Tindakan Siklus IIPermasalahan-permasalahan yang ditemukan selama berlangsungnya pembelajaran tindakan siklus II menjadi acuan dalam menyusun Rencana Persiapan Pengajaran untuk merancang tindakan siklus II. Refleksi pada pelaksanaan siklus II adalah :

1. Tingkat kesukaran dari soal tugas kelompok dan ulangan harian harus benar-benar sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

2. Alokasi waktu untuk seluruh aktivitas harus menjadi bahan pertimbangan dalam menemukan banyaknya materi dan soal yang disajikan.

3. Bimbingan dan pengarahan yang lebih teliti terhadap jawaban siswa.

4. Di akhir pembelajaran diadakan diskusi kelas untuk membahas dan mengoreksi jawaban tugas kelompok.

3. Siklus IIIa. Perencanaan PembelajaranPembelajaran tindakan siklus III disusun berdasarkan hasil observasi dan refleksi yang dilakukan pada tindakan siklus II. Masalah yang berhasil diidentifikasi sebagai bahan acuan untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tindakan siklus III. Hasil refleksi dari siklus II dijadikan rencana untuk perbaikan pada pelaksanaan pembelajaran tindakan siklus III.

Pembelajaran pada siklus III dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi golongan Unsur dan periode . Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yaitu siswa dapat melakukan ideentifikasi sifat sifat unsur. Waktu pembelajaran untuk siklus III dilakukan selama dua kali pertemuan, termasuk tes. Pelaksanaan pembelajarannya sebagai berikut :

1. Sebelum topik diberikan, Guru memberikan pengenalan dan penerangan terhadap topik yang akan dibahas. Dimaksudkan untuk mengaktifkan siswa agar lebih siap menghadapi pelajaran baru.

2. Siswa dibagi menjadi 10 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 dan 4 orang siswa.

3. Bagian topik permasalahan diberikan pada siswa pertama, sedangkan siswa kedua menerima bagian yang kedua, demikian seterusnya dengan berupa soal latihan.

4. Siswa membaca dan mengerjakan bagian mereka masing-masing. Siswa saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok ahli.

5. Setelah selesai, siswa di kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing untuk menjelaskan hasil diskusinya.

6. Kegiatan diakhiri dengan diskusi kelas dan siswa diberi tugas individu yang dikerjakan di rumah.

b. Pelaksanaan TindakanKegiatan pembelajaran pada siklus III berisi pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan Rencana Persiapan Pengajaran yang terdapat pada lampiran A, Tindakan siklus III dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 2 Agustus 2009 jam 11.00 11.45 WIB dilanjutkan pukul 12.15 13.00 WIB dan hari Selasa tanggal 9 Agustus 2009 jam 07.00 s.d 08.30 WIB.

c. Hasil Observasi Tindakan Siklus III1) Aktivitas SiswaHasil observasi yang dilakukan oleh observer pada tindakan siklus III selama satu kali pertemuan terlihat pada tabel berikut :Tabel 4.3Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe JigsawSiklus III

Aktivitas yang teramati pada pembelajaran siklus III ini dapat dilihat pada tabel 4.3 bahwa aktivitas membaca soal-soal latihan, berdiskusi atau bertanya antar siswa dalam menyelesaikan soal-soal latihan di kelompok ahli, mengerjakan soal-soal latihan di kelompok ahli dan menjelaskan materi / soal kepada anggota kelompok di kelompok asal mengalami peningkatan. Sedangkan berperilaku yang tidak relevan mengalami penurunan tetapi yang lainnya tetap sehingga rata-rata aktivitas siswa yang didapat menjadi 3,33.

2) Tugas Kelompok Siklus IIIHasil jawaban atau pekerjaan seluruh siswa pada tugas kelompok siklus III telah tuntas meskipun ada sebagian siswa yang mengerjakan soal latihan secara perlahan namun cermat sesuai dengan yang telah dijelaskan oleh Guru, sebagian siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan mengerjakan sebagian lagi soal latihan sehingga rata-rata nilai tugas kelompok siklus III menurun menjadi 90,59..

3) Tugas Individu Siklus IIIHasil tugas individu siklus III diperoleh nilai terendah 30 dan nilai tertinggi 100. Rata-rata skor siswa diperoleh sebesar 80,59. Tugas individu pada siklus III mengalami peningkatan meskipun cuma 0,42 dari rata-rata nilai tugas individu siklus II.

4) Hasil Ulangan Harian Siklus IIIHasil ulangan harian siklus III diperoleh nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 95. Rata-rata nilai siswa diperoleh sebesar 65,88. Rata-rata nilai ulangan harian siklus III mengalami peningkatan dibandingkan dengan rata-rata nilai ulangan harian siklus II.

5) Hasil Belajar Siswa Siklus IIIRata-rata yang diambil dari tugas kelompok, tugas individu dan ulangan harian siklus III merupakan hasil belajar siswa. Hasil belajar siklus III diperoleh nilai terendah 48,75 dan nilai tertinggi 92,50. Rata-rata diperoleh sebesar 75,74, dengan demikian hasil belajar siswa pada tindakan siklus III dapat melebihi KKM di SMAN 21 Bandung.

d. Refleksi Pelaksanaan Tindakan Siklus IIHasil analisis observasi di atas, pada kegiatan ini peneliti yang dibantu oleh observer melakukan perbaikan pada pelaksanaan tindakan siklus III, yaitu : siswa ditekankan terhadap ketelitian terhadap golongan nsur dan perioda dengan valensinya dari setiap jawaban soal, siswa harus memahami dengan benar penggunaan dari semua soal Kimia.

4. Analisis, Refleksi dan Rekomendasi Keseluruhan Pelaksanaan Tindakana. Analisis Keseluruhan TindakanAnalisis untuk keseluruhan tindakan dilakukan terhadap seluruh pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe Jigsaw pada materi pokok Struktur atom.

1) Siklus IPada siklus I siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal latihan, karena mungkin mereka belum terbiasa mengerjakan soal-soal kimia dengan berkelompok. Pada pembelajaran siklus I ini, siswa berdiskusi atau mempelajari materi, mengerjakan soal dalam tugas individu dan soal-soal latihan secara kelompok. Nilai tugas kelompok dan tugas individu telah tuntas, tetapi dari hasil ulangan harian dapat dilihat masih banyak siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan.

2) Siklus IIPada siklus II, siswa mulai memahami pengerjaan dalam tugas kelompok dan tugas individu. Siswa telah mampu mengerjakan soal-soal yang diberikan sehingga nilai rata-rata tugas kelompok siswa pada siklus II mengalami peningkatan dibanding dengan siklus I, sedangkan nilai rata-rata tugas individu siswa mengalami penurunan. Meskipun demikian untuk nilai rata-rata ulangan harian siswa mengalami peningkatan walaupun hasil belajar belum mencapai KKM. Dari hasil ulangan harian dapat dilihat bahwa siswa telah mampu dalam mengerjakan soal-soal atau permasalahan yang diberikan.

3) Siklus IIIPada siklus III, siswa telah mampu mengerjakan soal-soal dalam tugas kelompok dan tugas individu, meskipun dalam nilai rata-rata tugas kelompok mengalami penurunan, sedangkan nilai rata-rata tugas individu mengalami peningkatan. Begitu pula nilai rata-rata ulangan harian yang mengalami peningkatan dibanding dengan siklus sebelumnya, dikarenakan siswa telah terbiasa mengerjakan soal-soal permasalahan yang diberikan.

b. Refleksi dan Rekomendasi Keseluruhan TindakanPeneliti dan observer merefleksi dan merekomendasikan hasil tindakan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada pembelajaran materi pokok Struktur atom, yaitu :

1. Tingkat kesulitan dan banyaknya materi yang akan dibahas dalam pembelajaran harus jadi pertimbangan dalam menentukan alokasi waktu untuk seluruh kegiatan belajar mengajar.

2. Pembuatan soal latihan yang akan digunakan dalam diskusi kelompok harus dibuat sebaik mungkin agar mudah dipahami siswa dan soal-soalnya dapat melatih kemampuan dan pemahaman siswa dalam menyelesaikan permasalahan kimia

3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas siswa. Aktivitas belajar siswa yang tinggi menjadi faktor pendukung keberhasilan belajar siswa.

4. Secara keseluruhan aktivitas siswa dan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada tiap siklus pembelajaran terlihat mengalami peningkatan.

5. Analisis Hasil Angket SiswaAngket yang digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw disebarkan setelah pelaksanaan pembelajaran materi pokok Struktur atom berakhir. Berdasarkan hasil analisis angket pada lampiran dapat diketahui bahwa siswa memberikan respon positif terhadap seluruh pernyataan. Skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 69 atau skor rata-ratanya sebesar 4,60. Siswa memiliki respon positif terhadap pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Skor terendah yang diperoleh siswa adalah 48 atau skor rata-ratanya 3,2. Siswa memiliki respon positif terhadap pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.D. Pembahasan Hasil Penelitian1. Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JigsawMempelajari topik tertentu yang berbeda. Siswa bertemu dengan anggota-anggota dari kelompok lain yang mempelajari topik yang sama untuk saling bertukar pendapat dan informasi (kelompok ahli). Setelah selesai bertukar pendapat mereka kembali ke kelompok semula untuk menjelaskan hasil yang didapat kepada teman-teman di kelompoknya (kelompok asal) untuk memperoleh gambaran mengenai pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, data diperoleh berdasarkan hasil observasi yang dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dalam upaya meningkatkan hasil belajar melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.Setiap aktivitas siswa pada tiap siklus diberi skor rata-rata pengamatan dari tiga observer. Rata-rata skor pengamatan aktivitas siswa pada saat pembelajaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini, berdasarkan tabel di bawah ini diperoleh bahwa aktivitas siswa mengalami perubahan yang positif dari setiap siklusnya, rata-rata skor pengamatan sktivitas siswa untuk tiap siklus dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran

Gambar 4.1

2. Hasil BelajarUntuk menentukan tercapainya tujuan pendidikan dan pembelajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian yang disebut juga dengan evaluasi. Untuk mengetahui hasil belajar pada penelitian ini dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, apakah terdapat peningkatan atau tidak dilihat dari kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas kelompok, tugas individu, dan ulangan harian setiap siklus. Apabila terdapat peningkatan dari siklus I sampai siklus III, maka dikatakan hasil belajar siswa meningkat.

Hasil tugas kelompok, tugas individu dan ulangan harian dianalisis dengan menggunakan analisis ketercapaian hasil belajar. Hasil belajar ini berdasarkan KKM dan kriteria belajar siswa yang ada di SMAN 21 Bandung. Setelah dianalisis, maka diperoleh gambaran hasil tugas kelompok, hasil tugas individu, hasil ulangan harian dan hasil belajar siswa sebagai berikut :

Tabel 4.5.Rata-rata Tugas Kelompok

Gambar 4.2

Berdasarkan tabel dan diagram terlihat bahwa rata-rata nilai tugas kelompok siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 25,52. Sedangkan dari siklus II ke siklus III terdapat penurunan sebesar 0,08. Jadi rata-rata nilai tugas kelompok dari siklus I ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 25,45.

Tabel 4.6Rata-rata Tugas Individu

Gambar 4.3

Berdasarkan tabel dan diagram terlihat bahwa rata-rata nilai tugas individu siswa mengalami kenaikan dari siklus I ke siklus II sebesar 10,42. Sedangkan dari siklus II ke siklus III terdapat penurunan sebesar 10.00. Jadi rata-rata nilai tugas individu dari siklus I ke siklus III mengalami kenaikan sebesar 0,42.

Tabel 4.7Rata-rata Ulangan Harian

Gambar 4.4

Berdasarkan tabel dan diagram di atas terlihat bahwa rata-rata nilai ulangan harian siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 9,85. Sedangkan dari siklus II ke siklus III rata-rata nilai ulangan harian mengalami peningkatan sebesar 8,82. Jadi rata-rata nilai ulangan harian dari siklus I ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 18,67.

Tabel 4.8Rata-rata Hasil Belajar

Gambar 4.5

Berdasarkan tabel dan diagram terlihat bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 9,08. Begitu pula hasil belajar siswa terdapat peningkatan sebesar 9,12 dari siklus II ke siklus III terdapat peningkatan sebesar 3,12. Jadi rata-rata nilai tugas individu dari siklus I ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 11,00.Secara umum hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa. Hal ini dapat dilihat dari grafik nilai akhir tiap siswa dari hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, sebagai berikut :

E. SIMPULAN DAN SARAN1. SimpulanBerdasarkan hasil penelitian, pengamatan dan analisis data yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan :

1. Penerapan model pembelajaran koooperatif tipe Jigsaw pada materi Sistem periodik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas x.2 SMAN 21 bandung. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar kimia siswa yang diperoleh dari nilai tugas kelompok, nilai tugas individu dan nilai ulangan harian.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pokok sistem periodik dapat meningkatkan aktivitas siswa, hal ini dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mampu menciptakan kegiatan belajar mengajar yang membangkitkan aktivitas siswa.

3. Respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pokok sistem periodik menunjukkan ke arah positif.

2. SaranBerdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka penulis menyarankan :

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat diterapkan oleh guru kimia untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, karena penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan beberapa keuntungan diantaranya : meningkatkan kemampuan siswa dalam berdiskusi, mengemukakan pendapat, menghargai pendapat orang lain, bekerja dalam kelompok ahli, menjelaskan kepada kelompok asal, bekerja secara individu soal-soal yang dipelajari siswa secara benar lebih banyak, siswa terbiasa dengan jawaban dari soal-soal latihan yang variatif.

2. Keberhasilan belajar kimia siswa tidak hanya tertumpu pada banyaknya waktu guru dalam menjelaskan seluruh materi secara detail, tetapi tergantung pada keseriusan dan ketekunan siswa dalam mempelajari kimia.

DAFTAR PUSTAKAArikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.Arikunto, S. et. al. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.Depdiknas. (2006). Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Kimia . Jakarta : Ditjen Manajemen Pendidikan Daar dan Menengah.Ibrahim, Muslim. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press.Karli, Hilda dan Margaretha, S.Y. (2002). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Bina Media Informasi.Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya.Tim Penelitian Proyek PGSM. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jawa Tengah : tidak diterbitkan.Wardani, I. G. A. K. et. al. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.