bahan ujian filsafat

download bahan ujian filsafat

of 25

description

filsafat sains

Transcript of bahan ujian filsafat

Positisme merupakan perkembangan lebih lanjut dari empirisme Inggris. Inspirasi filosofis empirisme terhadap positisme dapat terlihat terutama pada prinsip objektivitas ilmu pengetahuan. Empirisme, sebagaimana sudah dijelaskan, yakin bahwa semesta adalah segala sesuatu yang hadir melalui data inderawi. Dengan kata lain, pengetahuan harus berawal dari verifikasi empiris. Positivisme mengembangkan paham empiris yang lebih ekstrim dengan mengatakan bahwa puncak pengetahuan manusia adalah ilmu-ilmu positif atau sains. Ilmu-ilmu yang berangkat dari fakta-fakta yang terverfikasi dan terukur secara ketat. Positivisme tidak bisa dilepaskan dari iklim kultural yang memungkinkan berkembangnya gerakan untuk menerapkan cara kerja sains dalam berbagai bidang kehidupan. Iklim tersebut ditimbulkan oleh revolusi industri di Inggris abad ke-18 yang menimbulkan gelombang optimisme terhadap kemajuan umat manusia berdasarkan keberhasilan teknologi industri. Positivisme yakin bahwa masyarakat akan mengalami kemajuan apabila menghargai sains dan teknologi, serta sangat menjunjung tinggi kedudukan sains dan sangat optimis dengan peran sosialnya bagi kesejahteraan manusia. Slogan positivisme yang amat terkenal berbunyi, savoir pour prevoir, prevoir pour pouvoir, (dari ilmu muncul prediksi dan dari prdiksi muncul aksi). Positivisme dikenalkan oleh dua pemikir Perancis: Henri Saint Simon (1760-1825) dan muridnya Auguste Comte (1798-1857). Comte mengklaim pengetahuan positif-ilmiah adalah pengetahuan yang pasti, nyata, dan berguna. Ia menolak metafisika. Keyakinan positivistik didasarkan pada teori tentang tiga tahap perkembangan sejarah, yaitu: tahap teologis, metafisis, dan tahap perkembangan sejarah.Beberapa ciri positivisme antara lain: bebas nilai, fenomenolisme, nominalisme, reduksionisme, neturalisme, dan mekanisme. Positivisme yang dikembangkan Auguste Comte biasa digolongkan dalam kategori positivisme sosial. Selain positivisme sosial muncul apa yang disebut positivisme evolusioner yang dipelopori oleh Charles Byell, Charles Darwin, Herbert Spencer, Ermst Haeckel, dan Wilhelm Wundt. Perbedaannya positivisme sosial mendasarkan kemajuan pada sains murni, sedangkan positivisme evousioner pada interaksi manusia semesta. Disamping itu berkembang positivisme kritis, yang dipelopori oleh Ermst Mach dan Richard Avenarius.Positivisme logis adalah aliran filsafat ilmu penegtahuan yang lahir pada awal abad 20, di Wina-Austria. Lahirnya positivisme logis mesti didudukkan dalam konteks perkembangan masyarakat di Eropa pada awal abad 20. Mereka beriskukuh bahwa masyarakat harus dibebaskan dari kungkungan teologi dan filsagat. Positivisme logis berorientasi pada ilmu-ilmu alam yang telah mencapai tingkat perkembangan paing tinggi dan mengagumkan. Positivisme logis beranggapan bahwa misi administratif masyarakat secara rasional harus dilandasi pada pengetahuan yang berkesatuan. Positivisme logis dan positivisme klasik mempunyai persamaan, yaitu mereka sama-sama menjunjung tinggi sains dan metode ilmiah dalam memperoleh penegtahuan objektif. Perbedaannya, bila positivisme klasik lebih menaruh perhatian pada bidang pengturan sosial masyarakat secara ilmiah dan adnya gerak kemajuan evolutif dalam alam, maka positivisme logis lebih fokus pada logika dan bahasa ilmiah. Positivisme logis menola metafisika. Prinsip yang dipegang oleh kaum positivisme logis adalah yaitu adanya hubungan mutlak antara bahasa dan dunia kefaktaan, yang dikemukakan oleh Betrand Russell (1889-1951) yang menyebutnya sebagai teori gambar.Kritik terhadap positivisme logis, problem pada positivisme logis adalah asusmsi dasarnya yang mengatakan bahwa makna suatu kata ditentukan oleh pengamatan empiris atau konvensi apriori. Yang dijelaskan WV. Quine, adalah makna ketidakbertentuan, tidak bisa dipastikan oleh satu diantara kriterium tersebut. Yang terjadi menurut Quine adala suatu pruralitas kebermaknaan sesuai dengan pluralitas komunitas bahasa dengan pluralitas intensinya masing-masing.Strukturalisme merupakan airan linguistik yang dpelopori oleh Ferdinand De Saussure (1857-1913), seorang ahli linguistik adal Swiss, dengan proyek menciptakan ilmu bahasa yang mengkaji bahasa sebagai suatu otonom. Yang lain dari strukturalisme adalah gagasan tentang individu yang menurutnya adalah produk dari struktur bahasa.Pascapositivisme merupakan gerakan perlawanan teradap positivisme di berbagai domain mulai ontologi, epistemologi sampai metodologi. Asumsi pascapositivisme adalah, pertama, fakta tidak bebas melainkan bermuatan teori. Kedua, falibilitas teori. Ketiga, fakta tidak bebas, melainkan sarat nilai. Keempat, interaksi antara subjek dan objek penelitian.Antipositivisme, berawal dari Karl Raimund Popper (1902-1994) menemukan prinsip falsifikasi, yaitu pengguguran suatu teori lewat fakta. Status ilmiah suatu teori menurut Popper adalah dapat difalsifikasi. Sains tidak bekerja semata dengan logika induksi. Logika induksi adalah logika penarikan kesimpulan umum melalui pengumpulan fakta-fakta konkret. Popper pertahankan objektivitasnya. Objektivitas Popperian adalah objektivisme dunia 3 yang terus menerus didera kritik, demi kemauan sains. Konsep Popper dikritik oleh Thomas Kuhn (1922-1996). Menurutnya, ilmu tidak satu, tapi plural. Ilmuwan bekerja dalam satu paradigma yang memuat asumsi ontologis, metodologis, dan struktur nilai. Positivisme adalah sebuah paradigma. Khun mengajukan prinsip ketidakterbandingan. Kesinambungan antar teeori adalah mustahir karena masing-masing bekerja di bawah payung paradigmanya sendiri-sendiri. Bedanya, Popper melihat sejarah sains sebagai gerak evolusioner, sementara Kuhn memandangnya sebagai patahan-patahan revolusioner.Anti positivisme sekolah Frankfurt, merupakan institut yang terdiri dari sejumlah intelektual dari berbagai macam disiplin, mulai dari teologi sampai ffilsafat. Kritik yang laing tajam dari Sekolah Frankfurt adalah pada proyek pencerahan (Aufklarung) yang gagal total, dan terjebak dalam suatu paradoks antropologis. Dari David Hume hingga para filsuf positivistik umumnya mengadopsi ide bahwa pengalamman inderawi yang memberikan dasar pengetahuan ilmiah tidak bisa dikembangkan bagi keputusan-keputusan moral. Hume meyakini bahwa proposisi etis tidak dapat diturunkan dari proposisi faktual. Mahzab Frankfurt menolak dikotomi fakta-nilai karena berpengaruh negatif, baik secara epistemologis maupun soosiologis. Jurgen Habermas, dalam bukunya Knowledge And Human Interst (1971) mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan dan dan kepentingan tidak dapat dipisahkan. Kriteria bebas nilai yang dicanangkan positivisme hanya membuat ilmuwan buta pada kepentingan yang sesungguhnya mendasari suatu penelitian ilmiah. Teori kritis dari Sekolah Frankfurt menolak dualisme kantian (rasio teoretis-rasio praktis, vernuft/verstand). Menurut para pemikir mahzab Frankfurt, khususnya Adorno dan Horkhaimer, pemikiran David Hume, Francis Bacon, Rene Descartes, Immanuel Kant mencapai klimaksnya pada positivisme Auguste Comte.Anti-Fondasionalisme: Richard Rorty dan Paul Feyerabend Tardisi filsafat Barat sejak Yunani kuno memfokuskan pemikiran filosofisnya pada prinsip dasar semesta. Perkembangan selanjutnya, pemikiran tentang fondasi dikembangkan oleh Heracleitos yang mengatakan bahwa yang sejati adalah perubahan, dan menggunakan konsep logos sebagai suatu yang konsisten, yang mendasari segala perubahan tersebut. Dunia sebagaimana dialami manusia secara inderawi adalah dunia yang tterus berubah dan menurut Heracleitos dibalik perubahan tersebut pasti ada suatu yang tetap, permanen, dan universal.Kritik Richard Rorty, Fondasionalisme mendapatkan kritikan pedas dari Richard Rorty (1. 1934), filsuf kenamaan abad ini. Dalam bukunya Philosophy and the Miror of Nature, Rorty mengemukakan bahwa fondasionalisme Locke, Descartes, Kant pada dasarnya merupakan pembakuan suatu aturan epistemik tentang proses mental yang terjadi dalam akal-budi. Mereka berkeyakinan bahwa benak manusia merupakan cermin dari semesta luar dan manusia mampu memperoleh gambaran objektif apabila ia melepaskan diri dari kebersatuan sosial. Singkatnya, mereka mengabaikan interaksi sosial sebagai justifikasi kebenaran dan memandangnya sebagai elemen yang distorsif. Rorty menekankan sikap anti fondasionalismenya dengan mengadopsi ide pragmatisme bahwa aturan-aturan epistemologis pada dasarnya merupakan permasalahn praktik-pratik sosial. Pengetahuan manusia bukanlah suatu cermin semesta, tapi hasil proses interaksi manusia dan semesta, yang legitimasinya tidak berangkat dari kegiatan individual, melainkan sosial. Kebenaran diukur bukan berdasarkan satu patokan epistemik yang universal dan transedental, melainkan berdasarkan bentuk kehidupan masing-masing komunitas. Suatu pendekatan aprioristik semesta adalah sia-sia karena semsta sejati tidak pernah diketahui. Permasalahan kebenaran bukan lagi permasalahan fondasi maupun korespondensi, melainkan permasalahan kesepakatan lokal dalam tiap-tiap komunitas. Pluralisme kebenaran harus terus dijaga supaya jangan terjebak kembali dalam suatu ide tentang fondasi yang totaliter.Kritik Paul Feyerabend (1924-1994), seorang filsuf yang pemikirannya cukup liar. Ini terbukti dengan penolakannya terhadap kesatuan metode atas nama anarkisme metodologis. Ide kontroversial anti metode Feyerabend tertuang dalam bukunya yang berjudul Againrs Method (1988). Dalam buku itu Feyerabend mengemukakan dua asumsi yang salah kaprah dalam wacana filsafat ilmu selama ini. Pertama, terdapatnya bahasa observasi yang independen dari teori. Kedua, kemungkinan teori untuk mengafirmasi semua fakta-fakta yang ada. Feyerabend juga bertolak dari sejarah sains. Menurutnya, penemuan-penemuan sains sering tidak terjadi melalui metode yang ketat, tapi bisa melalui instuisi, kebetulan, imajinasi. Singkatnya, semua elemen ubjektif yang disingkirkan oleh positivisme dari lingkup metodologis. Feyerabend memberikan contoh kasus keterpusatan bumi Ptolemeus oleh keterpusatan matahari Copernicus. Ia mensinyalir bahwa teori heliosentrisme berlangsung secara tidak ilmiah, artinya tanpa suatu metode yang ketat. Feyerabend menolak induksi karena induksi menguniversalisir keberagaman prosedur. Gagasan Feyerabend memang cukup radikal karena menggoyahkan otoritas saains yang dibangun mulai dari Aristoteles sampai puncaknya positivisme.Ilmu Manusia dan Ilmu Alam- Pemikiran positivisme meluas ke wilayah ilmu sosial seperti antropologi, sosiologi, dan psikologi. Positivisme mengajukan suatub doktrin yang dikenal dengan doktrin kesatuan ilmu. Doktrin yang mensyaratkan bahwa keabsahan ilmu harus disandarkan pada kesatuan metode dan bahasa. Singkatnya, ilmu sosial, secara epistemologi, metodologis, dan ontologi, wajib mengikuti ilmu alam. Penyamarataan ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial menyebabkan apa yang dinamakan dilema antropologis. Dilema antrolopologis merupakan dilema yang muncul tatkala ilmu-ilmu sosial dilihat dari perspektif ilmu-ilmu alam yang memandang objek-objeknya secara deterministik.Neokantianisme dan Pemilahan ilmu neokantianisme adalah aliran filsafat idelalisme yang muncul di Jerman dalam paruh abad ke-19, dengan slogan kemnali pada Kant! (Otto Liebmann, F. Lange). Neokantian berupaya mengembangkan pemikiran Kant khususnya tentang akal praktis yang berurusan dengan dunia noumena yang selama ini diasingkan Kant ke dalam benda dalam dirinya sendiri. Neokantian berupaya menghasilkan kembali dan mengembangkan unsur-unsur idealis, metafisis, dan dialektis. Neokantian hendak mendekonstruksi cara berpikir dikotomik fenomena/noumena, teoretis/praktis, fakta/moral, dengan memusatkan perhatian pada kekayaan maknawi manusia yang selama ini diasingkan, dimarjinalisasi, dan direduksi ke dalam domain subjektifitas, yang apabila dilihat dari sudut pandang ilmu alam merupakan sesuatu yang distorsif, tak terukur, metafisis, ilusif, dan lain sebagainya. Neokantianisme terpecah menjadi dua aliran utama yaitu: mahzab Marburg dan mahzab Baden.AntirealismeTerjadi perdebatan hebat antara penganut realisme dan antirealisme sejak abad ke-17. Realisme adalah suatu paham tentang semesta luar yang independen dari representasi subjek. Antirealisme, sebaliknya, menolak pandangan tersebut. Semesta adalah konstruksi manusia. Representasi-representasi berupa skema konseptual, kategori, bahasa, maupun teori, bukanlah cermin akurat semesta. Realisme menguasai wacana filsafat ilmu ketika positivisme muncul sebagai teologi epistemik yang sangat dominan, bahkan sampai sekarang. Realisme metafisik adalah sebuah paaham bahwa kita dapat berpikir dan berbicara tentang benda-benda sebagaimana adanya, terlepas dari proses-proses dalam benak kita.Kritik Berkeley Terhadap Realisme John Locke george Berkeley (1685-1753) adalah seorang filsuf sekaligus teolog yang menganut paham empirisme. Ia merumuskan filsafatnya dalam terang teologi dan idealisme. Idealisme adalah antitesa paham materialisme yang menekankan materi sebagai kodrat semesta. John Locke (1632-1704), filsuf empiris lainnya, mengajukan argumen untuk mendukung tesis-tesis materialisme di atas. Ia mengatakan, kita tidak secara langsung menangkap objek pada dirinya, tapi lewat data-data inderawi. Ia menggunakan analogi. Menurut teori Locke, objek pada dirina, meski tidak secara langsung dikenal dalam bentuk data inderawi tersebut. Kesimpulannya, dunia material bukan duplikat dari dunia sensasi yang tidak menambah apa-apa dari dunia sensasi yang tidak menambah apa-apa dari yang tela kita peroleh.Anti Realisme David Hume dan Immanuel Kant Sikap antorealis Hume ditunjukkan dengan sketisismenya terhadap keakuratan representasi manusia dalam menciptakan semesta. Skeptisisme Hume harus dibedakan dengan skeptisisme Descartes. Skpetisisme Hume disebut sebagai consequent scepticism, sikap skeptis yang membawa subjek untuk menyadari kesalahan absolut dari fakultas-fakultas menttal atau ketidakmampuan mereka mencapai kepastian. Sedangkan skeptisisme Descarter disebut antecedent scepticism, sikap skeptis yang sistematik-metodik guna membawa kita pada kepastian apodiktis, tak terbantahkan. Hume menolak argumentasi Locke yang menyatakan bahwa ide merupakan representasi dari objek pada dirinya. Argumentasi-argumentasi skeptis Hume telah membangunkan seorang filsuf Jerman, Immanuel Kant, dari tidur dogmatisnya dalam bilik rasionalisme. Melalui Hume, Kant mengembangkan proyek revolusioner untuk mensintesakan rasionalisme dan empirisme. Kant merumuskan tiga tahap terjadinya pengetahuan manusia. Pertama, tingkat pencerapan inderawi. Kedua, tingkat akal-budi. Ketiga, tingkat budi atau intelek. Kontribusi kant yang amat berharga dalam wacana filsafat ilmu adalah prinsip epistemologi bahwa pengetahuan kita merupakan sebuah konstruksi, yang dibangun oleh kategori-kategori mental dan data-data inderawi. Realisme Naif Posisivisme dan Antirealisme Kontemporer Posivisme disebut sebagai agama humanis.

PENDEKATAN NON POSITIVISTIK TEORI EVOLUSI PARADIGMA THOMAS KHUNpemikiran thomaskuhnPENDAHULUANMasih segar dalam benak kita akan adanyashifting paradigmsdalam wacana logika dan metafisika. Pemikiran logika telah berkembang dari logika formal Aristoteles, logika matematika Descartes, logika transcendental Kant, hingga logika simbolik Pierce. Dalam metafisika juga terjadi letupan ide-ide daribeing qua being(rasionalisme),being as a perceived being(empirisme),being nothing and becoming(fenomonologi),being and time(eksistensialisme), hinggabeing as process(pragmatisme).Munculnya sebuah buku Structure of Scientific Revolutions pada tahun 1962, yang dikreasi oleh seorang tokoh yang dilahirkan di Cincinnati, Ohaio. Dia adalah Thomas Kuhn. Pada tahun 1922 Kuhn belajar Fisika di Havard University, kemudian melanjutkan studinya di pascasarjana, dan memutuskan pindah ke bidang sejarah ilmu.Structure of Scientific Revolutions, banyak mengubah persepsi orang terhadap apa yang dinamakan ilmu. Jika sebagian orang mengatakan bahwa pergerakan ilmu itu bersifat linier-akumulatif, maka tidak demikian halnya dalam penglihatan Kuhn.Menurut kuhn, ilmu bergerak melalui tahapan-tahapan yang akan berpuncak pada kondisi normal dan kemudian membusuk karena telah digantikan oleh ilmu atau paradigma baru.Demikian selanjutnya. Paradigma baru mengancam paradigma lama yang sebelumnya juga menjadi paradigma baru.Dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan (epistemologi), paradigma epistemologi positivistik telah mengakar kuat selama berpuluh-puluh tahun, hingga akhirnya setelah sekitar dua atau tiga dasawarsa terakhir ini muncul perkembangan baru dalam filsafat ilmu pengetahuan sebagai bentuk upaya pendobrakan atas teori-teori yang lama. Pendobrakan atas filsafat ilmu pengetahuan positivistik ini dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti: Thomas Kuhn, Stepehen Toulmin, serta Imre Lakatos. Ciri khas yang membedakan model filsafat ilmu baru ini dengan model-model terdahulu adalah adanya perhatian besar terhadap sejarah ilmu dan peranan ilmu dalam upaya mendapatkan serta mengonstruksikan bentuk ilmu pengetahuan dan kegiatan ilmiah yang sesungguhnya terjadi. Sejarah ilmu pada dasarnya merupakan disiplin ilmu yang relayif masih baru. Pada awal perkembangannya, bidang ini ditangani dan dikembangkan oleh ahli-ahli dari bidang ilmu lainnya, seperti ahli fisika. Thomas Kuhn sendiri dengan latar belakang orang fisika mencoba memberikan wacana tentang sejarah ilmu ini sebagaistarting pointdan kacamata utama dalam menyoroti permasalahan-permasalahan fundamental dalam epistemologi yang selama ini masih menjadi teka-teki.Dengan kejernihan dan kecerdasan pikirannya, ia menegaskan bahwa sains pada dasarnya lebih dicirikan oleh paradigma dan revolusi yang menyertainya.Dengan konsep pemikirannya ini, Thomas Kuhn tidak hanya sekedar memberikan kontribusi besar dalam sejarah dan filsafat ilmu, tetapi lebih dari itu, dia telah menggagas teori-teori yang mempunyai implikasi luas dalam ilmu-ilmu sosial, seni, politik, pendidikan bahkan ilmu-ilmu keagamaan dll.PEMBAHASANPemikiran Thomas KuhnIstilah paradigma menjadi begitu popular setelah diintroduksikan oleh ThomasKuhn melalui bukunya The Structure of Scientific Revolution,University of ChicagoPress, Chicago,1962 yang membicarakan tentang Filsafat Sains. Khun menjelaskan bahwa Paradigma merupakan suatu cara pandang, nilai-nilai, metode-metode,prinsip dasar atau memecahkan sesuatu masalah yang dianut oleh suatu masyarakatilmiah pada suatu tertentu. Apabila suatu cara pandang tertentu mendapat tantangandari luar atau mengalami krisis (anomalies), kepercayaan terhadap cara pandangtersebut menjadi luntur, dan cara pandang yang demikian menjadi kurang berwibawa,pada saat itulah menjadi pertanda telah terjadi pergeseran paradigma. Untuk lebihjelasnya berikut diuraikan beberapa pemikiran penting dari Thomas Kuhn, yakni:1. Thomas Kuhn bertitik tolak dari subject to subject dalam karya bukunya yangberjudul: The Structure of Scientific Revolutions (1962), yang mengemukakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan bukanlah terjadisecara kumulatif melainkan terjadi secara relatif. Model perkembangan ilmupengetahuan menurut Kuhn adalah:Paradigma I(Normal Science,Anomalies &Crisis,Revolusi)Paradigma INormal ScienceThomas Samuel Kuhn (1922-1996) setelah menulis panjang lebar tentang sejarah ilmu pengetahuan, dan mengembangkan beberapa gagasan penting dalam filsafat ilmu pengetahuan. Ia paling terkenal karena bukunyaThe Structure of Scientific Revolutionsdi mana ia menyampaikan gagasan bahwa sains tidak berkembang secara bertahap menuju kebenaran, tapi malah mengalami revolusi periodik yang dia sebutpergeseran paradigma.Analisis Kuhn tentang sejarah ilmu pengetahuan menunjukkan kepadanya bahwa praktek ilmu datang dalam tiga fase; yaitu:Tahap pertama, tahap pra-ilmiah, yang mengalami hanya sekali dimana tidak ada konsensus tentang teori apapun. penjelasan Fase ini umumnya ditandai oleh beberapa teori yang tidak sesuai dan tidak lengkap. Akhirnya salah satu dari teori ini menang.Tahap kedua,Normal Science.Seorang ilmuwan yang bekerja dalam fase ini memiliki teori override (kumpulan teori) yang oleh Kuhn disebut sebagai paradigma. Dalam ilmu pengetahuan normal, tugas ilmuwan adalah rumit, memperluas, dan lebih membenarkan paradigma. Akhirnya, bagaimanapun, masalah muncul, dan teori ini diubah dalam ad hoc cara untuk mengakomodasi bukti eksperimental yang mungkin tampaknya bertentangan dengan teori asli. Akhirnya, teori penjelasan saat ini gagal untuk menjelaskan beberapa fenomena atau kelompok daripadanya, dan seseorang mengusulkan penggantian atau redefinisi dari teori ini.Tahap ketiga,pergeseran paradigma,mengantar pada periode baru ilmu pengetahuan revolusioner. Kuhn percaya bahwa semua bidang ilmiah melalui pergeseran paradigma ini berkali-kali, seperti teori-teori baru menggantikan yang lama.Menurut Kuhn, ilmu sebelum dan sesudah pergeseran paradigma begitu jauh berbeda melihat teori-teori mereka yangtak tertandingi pergeseran paradigma tidak hanya mengubah satu teori, hal itu akan mengubah cara bahwa kata-kata yang didefinisikan, cara para ilmuwan melihat mereka subjek, dan mungkin yang paling penting pertanyaan-pertanyaan yang dianggap sah, dan aturan-aturan yang digunakan untuk menentukan kebenaran suatu teori tertentu.Anomali dan munculnya penemuan baru (krisis)Data anomali berperan besar dalam memunculkan sebuah penemuan baru yang diawali dengan kegiatan ilmiah. Dalam keterkaitan ini, Kuhn menguraikan 2 macam kegiatan ilmiah yaitu: Puzzle solvingDalam puzzle solving, para ilmuan membuat percobaan dan mengadakan observasi yang tujuannya untuk memcahkan teka-teki, bukan mencari kebenaran. Bila paradigmanya tidak dapat digunakan untuk memecahkan persoalan penting atau malah berefek konflik, maka suatu paradigma baru harus diciptakan/dimunculkan.Penemuan paradigma baruPenemuan baru bukanlah peristiwa-peristiwa terasing, melainkan episode-episode yang diperluas dengan struktur yang berulang secara teratur. Penemuan diawali dengan kesadaran akan anomali, yakni dengan pengakuan bahwa alam dengan suatu cara telah melanggar pengharapan yang didorong oleh paradigma yang menguasai sains yang normal. Kemudian ia berlanjut dengan eksplorasi yang sedikit banyak diperluas pada wilayah anomali. Dan ia hanya berakhir jika teori atau paradigma itu telah disesuaikan sehingga yang menyimpang itu menjadi yang diharapkan. Jadi, intinya bahwa dalam penemuan baru harus ada penyesuaian antara fakta dengan teori yang baru. Dari teori ini Thomas Kuhn memberikan definisi yang berbeda antara discovery dan invention. Yang dimaksud discovery adalah kebaruan faktual (penemuan), sedang invention adalah kebaruan teori (penciptaan) yang mana keduanya saling terjalin erat satu sama lainRevolusi IlmiahPada uraian diatas telah saya singgung tentang revolusi sains (revolusi ilmiah) yang muncul karena adanya anomali dalam riset ilmiah yang dirasakan semakin parah, dan munculnya krisis yang tidak dapat diselesaikan oleh paradigma yang dijadikan sebagai referensi riset. Revolusi sains disini merupakan sebuah episode perkembangan non-kumulatif yang didalamnya terangkum sebuah paradigma lama yang diganti sebagian atau keseluruhan dengan paradigma baru (yang bertentangan). Adanya revolusi sains bukanlah hal yang berjalan mulus tanpa hambatan, namun kerap kali ada pro-kontra serta gesekan-gesekan dari masyarakat yang menyertainya.Dalam pemilihan paradigma tidak ada standar baku melainkan hanyalah menyesuaikan diri terhadap persetujuan masyarakat. Adanya revolusi sains dengan berbagai teori argumentatifnya akan membentuk masyarakat sains. Oleh karena itu, permasalahan paradigma / munculnya paradigma baru sebagai akibat dari revolusi sains tiada lain hanyalah sebuah konsensus atau kesepakatan yang sangat ditentukan oleh retorika di kalangan akademisi atau masyarakat itu sendiri. Sejauh mana paradigma baru itu diterima oleh mayoritas masyarakat sains, maka disitulah revolusi sains (revolusi ilmiah) akan terwujud. Selama proses revolusi, para ilmuan melihat hal-hal baru dan berbeda dengan ketika menggunakan instrument-instrument yang sangat dikenalnya untuk melihat tempat-tempat yang pernah dilihatnya. Seakan-akan masyarakat professional itu tiba-tiba dipindahkan ke daerah lain dimana objek-objek yang sangat dikenal sebelumnya tampak dalam penerangan yang berbeda dan juga berbaur dengan objek-objek yang tidak dikenal. Kalaupun ada ilmuan atau sebagian kecil ilmuan yang tidak mau menerima paradigma yang baru sebagai landasan risetnya, dan ia tetap bertahan pada paradigma yang telah dibongkar yang sudah tidak mendapat legitimasi dari masyarakat sains, maka aktifitas-aktifitas risetnya hanya merupakan taitologi yang tidak nermanfaat sama sekali. Inilah yang dinamakan perlunya revolusi ilmiah.Paradigma II.Menurut Kuhn bahwa ilmu pengetahuan pada waktu tertentu didominasi olehsuatu paradigma tertentu, yaitu suatu pandangan yang mendasar tentang apayang menjadi pokok persoalan (subject matter) dari suatu cabang ilmu.Paradigma tersebut akan berkembang dalam masa normal scienceyaitu suatu periode akumulasi ilmu pengetahuan dimana para ilmuwan bekerja danmengembangkan paradigma yang sedang berpengaruh. Tidak mampunyaparadigma tersebut dalam menjawab berbagai persoalan secara memadai,maka terjadinya pertentangan dan penyimpangan yang terjadi (anomalies) danmemuncak menjadi suatu krisis yang menyangsikan paradigma yangdibangun pertama tadi.pabila krisis sudah sedemikian hebatnya, maka suaturevolusi akan terjadi dan muncullah paradigma baru yang dianggap mampumenyelesaikan persoalan yang terjadi.3. Menurut Kuhn bahwa pendekatan ilmu tidak secara internal (seperti ajaranPositivisme) dan Rasionalisme Kritikal (ajaran Karl Popper), akan tetapisecara eksternal dengan bertolak dari suatu paradigma tertentu yang menjadilandasan dasar disiplin ilmu itu yang akan terjadi bukan Evolusi Ilmiah akantetapi Revolusi ilmiah. Paradigma yang ada akan digantikan oleh paradigmabaru tanpa mengandung unsur-unsur paradigma yang lama.Menurut Kuhn, secara manusiawi maka seseorang tidak akan mau untukmenjatuhkan teori yang dibangunnya sendiri, tetapi justru akanmempertahankannya sehingga munculah silang pendapat dan polemik.Selanjutnya teori itu bukan dilemahkan oleh fakta-fakta, tetapi diamati dandiinterpretasi mengacu pada paradigmanya yang relasi inti bukan subjek-objek tetapi subjek-subjek.Pemikiran Thomas Kuhn juga timbul atas kritikan terhadap ungkapan Karl R.Propper yang berkaitan dengan falsifikasi yang dilakukannya oleh diri sendiri.Menurut logika yang dibangun Kuhn, thesis Popper bahwa grounded theoryyang dibangun, diciptakan dari hasil penemuan secara induktif fakta-faktautama baru tidak mungkin membangun grand theory sebagai pernyataan-pernyataan universal masih bisa diperdebatkan bahkan bisa ditolak.KESIMPULANParadigma ialah apa yang akan kita paparkan dari pengujian perilaku anggota-anggota masyarakat ilmiah yang telah ditentukan sebelumnya.Paradigma dipakai sebagai keseluruhan konstelasi keyakinan, nilai, teknik, dan lain-lain yang telah dilakukan anggota-anggota masyarakat yang telah diakui.Paradigma ini membimbing kegiatan ilmiah dalam masasains normal, dimana para ilmuan berkesempatan menjabarkan dan mengembangkannya secara terperinci dan mendalam, karena disibukkan dengan hal-hal yang mendasar. PadaSains normalmemberi arti secara tegas penelitian yang berdasarkan satu atau lebih melewati prestasi ilmiah, prestasi bahwa komunitas ilmiah tertentu mengakui untuk sementara waktu sebagai menyediakan dasar untuk berlatih lebih lanjut. Dalam tahapan ini, seorang ilmuan tidak bersikap kritis terhadap paradigma yang membimbing aktivitas ilmiahnya, dan selama menjalankan riset ini, ilmuan bisa menjumpai berbagai fenomena yang tidak bisa diterangkan dengan teorinya.Inilah yang disebut dengananomali. Dalam konsep paradigma membantu komunitas ilmiah untukmengikatdisiplin mereka dalam membantu para ilmuwan untuk : membuat jalan penyelidikan. Merumuskan pertanyaan,Memilih metode yang digunakan untuk memeriksa pertanyaan-pertanyaan,Mendefinisikan bidang relevansi,Membangun / menciptakan makna.Sebuah paradigma membimbing seluruh kelompok riset, dan inilah kriteria yang paling jelas menyatakan bidang ilmu. Berbagai transformasi paradigma adalah bagian fari revolusi sains, sedangkan transisi yang berurutan dari paradigma yang satu ke paradigma yang lain melalui revolusi adalah pengembangan yang biasa dan sains yang telah matang.Melihat pengembangan epistemologi dari Thomas Kuhn diatas terutama dalam diversifikasi dalam pengkajian agama Islam sebagai contoh adalah masalah tafsir al-Quran yang begitu prinsip; tentunya revolusi ilmiah yang telah dikembangkan Thomas Kuhn telah membawa perubahann besar dalam peradaban manusia dan Islam. Kuhn telah menarik fakta bahwa para filosof ilmu pada umumnya tidak menghiraukan persoalan hermeneutik yang pokok seperti persoalan tentang apa yang sebenarnya dilakukan oleh seorang ilmuan.Menurut Kuhn rasioanalitas ilmiah yang sebetulnya ambigu itu pada dasarnya bukanlah semata-mata perkara induksi atau deduksi atau juga rasioanalits objektif, melainkan lebih pada perkara interpretasi (hermeneutis) dan persuasi yang cenderung lebih bersifat subjektif.Oleh karena itu, segala yang dikatakan ilmu tentang dunia dan kenyataan sebetulnya terkait erat dengan paradigma dan model atau skema interpretasi tertentu yang digunakan oleh ilmuannya. Cara ilmuan memandang dunia menentukan dunia macam apa yang dilihatnya. Jadi pengetahuan bukanlah foto kopi dari sebuah realitas, melainkan realitas hasil kontruksi manusia. Dan paradigma yang mendasari konstruksi itu diterima dan dipercayai komunitas para ilmuan, bukan karena para ilmuan itu tahu bahwa itu benar, melainkan karena mereka percaya bahwa itu yang terbaik,

Apakah itu Realisme Ilmiah? Apakah itu Anti-realisme ilmiah?Realisme ilmiah adalah suatu paham yang ada dalam dunia ilmu pengetahuan. Paham ini menyatakan bahwa objek-objek dalam pengetahuan ilmiah itu benar-benar ada dan terpisah dari ilmuan. Dalam sebuah pengetahuan ilmiah, sering kita dapati suatu istilah-istilah, seperti misalnya Quark, virus, photon, gelombang, dark matter, ruang publik, ruang pribadi, Super ego dan segala macam istilah menunjuk pada objek sdalam suatu ilmu pengetahuan ilmiah. Objek pengetahuan alam atau pengetahuan sosial.

Realisme ilmiah berpendapat bahwa apa-apa yang disebutkan oleh pengetahuan ilmiah itu sebenarnya ada di alam nyata, terpisah dan independen dari peneliti. Objek-objek dan relasi-relasi yang digambarkan oleh ilmu pengetahuan itu ada dan nyata dalam alam nyata. Pendapat ini berarti bahwa manusia dengan ilmu pengetahuannya mampu mengakses alam nyata. Segala yang dikatakan para ilmuan merujuk pada suatu keberadaan di alam nyata, tentu tergantung relatif tergantung pada perkembangan ilmu pada masa itu.Pandangan ini ditentang oleh mereka yang menganut paham Antirealisme. Anti-realisme berpendapat bahwa objek-objek pengetahuan ilmiah eksis sebagaimana di alam nyata. Pandangan ini sebagai contohnya adalah instrumentalisme dan konstruktivisme.Instrumentalisme berpandangan bahwa objek-objek dalam ilmu pengetahuan dinilai dari kebergunaan. Maka dari itu mereka berpendapat bahwa objek-objek ilmu pengetahuan lebih berdasar pada bisa dipercaya daripada kebenaran. Mereka lebih memfokuskan diri pada sisi pragmatisme dari objek-objek itu. Di sisi lain ada Konstruktivisme, Konstruktivisme berpendapat bahwa objek-objek ilmu pengetahuan merupakan hasil konsensus, ini karena fakta-fakta itu diciptakan oleh para ilmuan.Kadang seseorang bisa mempercayai bidang-bidang ilmu tertentu realis sedang bidang bidang lain tidak realis. Sebagai contohnya seseorang bisa mempercayai bagian ilmu alam seperti : Fisika, kimia dan biologi sebagai realis, sedangkan dia bisa berpendapat bidang ilmu seperti psikologi, ekonomi, psikologi sebagai tidak realis.REALISME DAN ANTI REALISMEREALISMEHampir semua pemikiran mengenaiilmukealaman saat ini banyak dipengaruhi oleh pandangan realisme. Sebagai suatu ilmu, sains memang tidak bisa lepas dari realitas objek-objek materi yang terindra. Realisme menempatkan observasi dan eksperimen sebagai suatu hal yang sangat penting di dalam sains.Dengan observasi, ilmuwan dapat meramalkan gejala-gejala alam yang akan terjadi. Misalnya pada zaman dahulu dengan fakta yang cukup, ilmuwan dapat menjelaskan tentang gerhanamatahari.Kaum realis memandang bahwa ketika kita memiliki bukti dan fakta yang sesuai dengan fakta sebelumnya, maka kita akan dapat meramalkan suatu kejadian yang sama seperti kejadian yang pernah ada sebelumnya.Observasi ini memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan. Walaupun sifatnya hanya melulu matematis, namun dengan jalan seperti itu, ilmuwan dapat menyederhanakan realitas yang mereka hadapi. Dengan metode realis kita juga dapat mencapai tingkat rasionalitas yang baik.Kaum realis juga memandang bahwateorisangatlah penting dalam sebuah penelaahan. Observasi yang akurat dan dilakukan dengan sering dapat menghasilkan suatu teori yang baik.Begitu pula teori yang ditemukan melalui observasi tersebut dapat membimbing ilmuwan untuk melakukan penelitian dan penemuan baru yang bermanfaat dan lebih berarti.Namun, pandangan tersebut sangat ditentang oleh anti-realis. Meraka beranggapan bahwa akan banyak ketidakjujuran yang dilakukan oleh ilmuwan ketika fakta yang ditemukan dalam observasi tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.Di sinilah letak kesalahan yang tidak bisa dihindarkan oleh kaum realis. Sains menjadi sesuatu yang tidak objektif, kerena sudah dipengaruhi oleh subjektvitas ilmuwan.Anti-RealisBagi kaum realis, teori dianggap dapat memberikan gambaran tentangduniaapa adanya. Jika suatu teori dianggap berlaku tidak lain karena teori itu dianggap benar dan sesuai dengan realitas. Begitu pula bagi penganut realis, kebenaran merupakan tujuan akhir dari ilmu pengetahuan.Sementara itu, bagi anti-realis ilmu tidak perlu berbicara mengenai masalah kebenaran, sebab kita tidak akan pernah sampai pada kebenaran dari data yang kita observasi. Teori bagi anti-realis dianggap benar sejauh teori itu bermanfaat bagi manusia. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pandangan pragmatisme dan instrumentalis.Perbedaan pandangan di antara keduanya terjadi pula dalam kasus mengenaiplogiston, ether,ataupunelektron. Bagi kaum realis semua itu ada -misalnya elektron. Kita memang tidak bisa mengetahui bagaimana bentuk elektron, namun sejauh ini jejak elektron dianggap sudah cukup menyatakan bahwa elektron ada dan jejaknya bisa diobservasi.Bagi anti-realis, persoalan itu barangkali tidak terlalu penting. Sejauh ini elektron sudah banyak kegunaan, dan tentunya itu sudah masuk kriteria kebenaran menurut anti-realis. Namun pada kenyataanya, anti-realis menolak argumen cosmic coincidence(suatu kondisi yang membuat kejadian alam tidak dapat diobsevasi namun dapat dijelakan oleh teori).Menurut anti-realis elektron hanya bahasa ilmu untuk menjelaskan fenomena yang tidak dapat diobservasi. Oleh karena itu, tidak ada persoalan jika bahasa itu tidak ada kaitannya dengan realitas.Ilmu adalahfenomenabiologis, dan organisme memfasilitasi fenomena tersebut dengan lingkungan. Menurut van Fraassen inilah yang menjadikan setiap perbedaan penjelasan ilmiah bisa terjadi.DIPOSKAN OLEHSANG KREATORDI17.333 KOMENT

PENDEKATAN PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

A. Hakikat Ilmu Kimia dan Pembelajaran KimiaHakikat ilmu Kimia mencakup dua hal, yaituKimia Sebagai ProdukdanKimia sebagai proses. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip kimia. Kimia sebagai proses meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan Kimia. Keterampilan-keterampilan tersebut disebut keterampilan proses, dan sikap-sikap yang dimiliki para ilmuwan disebut sikap ilmiah.Oleh karena itu, pembelajaran kimia tidak boleh mengesampingkan proses ditemukannya konsep-konsep Kimia. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menjelaskan konsep-konsep kimia ditempuh dengan pendekatan proses. Dalam pendekatan proses pendekatan pembelajaran didasarkan pada anggapan bahwa ilmu kimia itu terbentuk dan berkembang akibat diterapkannya suatu proses, yang dikenal dengan metode ilmiah, dengan menerapkan keterampilan-keterampilan proses Sains, yaitu mulai dari menemukan masalah hingga mengambil keputusan. Dalam perkembangan selanjutnya pendekatan ini lebih dikenal dengan Pendekatan Keterampilan Proses

B. Deskripsi Keterampilan ProsesKeterampilan-keterampilan proses tersebut dapat diklasifikasikan sebagai keterampilan-keterampilan :1. Mengamati :ialah melakukan pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakaninderanya. Mengamati merupakan dasar bagi semua keterampilan proses lainnya.2. Menafsirkan pengamatan :ialah menarik kesimpulan tentatif dari data yang dicatatnya.3. Meramalkan :ialah prakiraan yang didasarkan pada hasil pengamatan yang reliabel. Ramalan berarti pula mengemukaan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati berdasarkan penggunaan pola yang ditemukan sebagai hasil pengamatan.4. Menggunakan alat dan bahan :ialah mengetahui konsep dan mengapa mengapa menggunakan alat dan bahan.5. Menerapkan konsep :ialah menggunakan generalisasi yang telah dipelajarinya pada situasi baru, atau untuk menerangkan apa yang diamatinya.6. Merencanakan penelitian :ialah merancang kegiatan yang dilakukan untuk menguji hipotesis, memeriksa kebenaran atau memperlihatkan prinsip-prinsip atau fakta-fakta yang telah diketahuinya.7. Mengkomunikasikan hasil penelitian :ialah keterampilan menyampaikan gagasan atau hasil penemuannya kepada orang lain.8. Mengajukan pertanyaanialah bertanya apa, mengapa dan bagaimana, pertanyaan untuk minta penjelasan dan pertanyaan yang berlatar belakang belakang hipotesis.

C. Beberapa hal Penting dalam Pendekatan Keterampilan Proses pada Pembelajaran Kimia1. Keterampilan Berpikir yang Tergolong Keterampilan Proses SainsKeterampilan proses sains itu ialah keterampilan intelektual atau keterampilan berpikir (Dahar,2003), adapun pengertian dan lingkup setiap keterampilan berpikir itu urutannya sama dengan urutan keterampilan proses sains.a) MengamatiMengamati merupakan suatu keterampilan berpikir fundamental yang menjadi dasar utama dari pertumbuhan sains. Mengamati merupakan suatu kemampuan menggunakan semua indera yang harus dimiliki oleh setiap orang. Dalam kegiatan ilmiah mengamati berarti memilih fakta-fakta yang relevan dengan tugas tertentu dari hal-hal yang diamati, atau memilih fakta-fakta untuk menafsirkan peristiwa tertentu. Dengan membandingkan hal-hal yang diamati, berkembang kemampuan untuk mencari persamaan dan perbedaan.b) Menafsirkan PengamatanHasil-hasil pengamatan tidak akan berguna, bila tidak ditafsirkan. Karena itu dari mengamati langsung, lalu mencatat setiap pengamatan secara terpisah, kemudian menghubung-hubungkan hasil-hasil pengamatan itu, lalu mungkin ditemukan pola-pola tertentu dalam satu seri pengamatan. Penemuan pola ini merupakan dasar untuk menyarankan kesimpulan-kesimpulan atau generalisasi-generalisasi. Kemampuan untuk menemukan pola-pola ini merupakan kegiatan ilmiah yang perlu dikembangkan pada anak sedini mungkin.c) MeramalkanSains tidak akan demikian pesat berkembang bila dalam sains tidak dikenal istilah meramalkan. Karena itu meramalkan merupakan salah satu kemampuan penting dalam sains. Dengan menggunakan pola yang ditemukan dari salah satu seri pengamatan, para ilmuwan mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang akan datang, atau yang belum diamati. Jadi, bertitik tolak dari menafsirkan hasil-hasil pengamatan dapat dikembangkan kemampuan untuk meramalkan yang merupakan salah satu

contoh mengambil kesimpulan atau inferensi. Proses peramalan merupakan suatu proses penalaran yang berdasarkan pengamatan.d) Menggunakan Alat / BahanMelakukan percobaan dalam sains membutuhkan alat dan bahan. Berhasilnya suatu percobaan kerapkali tergantung pada kemampuan memilih dan menggunakan alat yang tepat secara efektif. Pengalaman menggunakan alat dan bahan merupakan pengalaman konkrit yang dibutuhkan siswa untuk menerima gagasan-gagasan baru. Suatu syarat penting dalam belajar bagi siswa yang masih pada tingkat operasional konkrit itu.e) Menerapkan KonsepMenerapkan konsep yang merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau menerapkan konsep itu pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi merupakan tujuan pendidikan sains yang penting. Dalam menerapkan konsep untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi, perlu dianggap bahwa setiap penjelasan yang diberikan itu bersifat sementara, dan dapat diuji, jadi berupa hipotesis. Kerap kali dapat disarankan beberapa alternative hipotesis, semuanya menunjang kenyataan, tetapi perlu disadari siswa, bahwa hipotesis-hipotesis itu harus diuji.f) Merencanakan PenelitianKemampuan untuk merencanakan suatu penelitian merupakan suatu unsur yang penting dalam kegiatan ilmiah. Setelah melihat suatu pola atau hubungan dari pengamatan-pengamatan yang dilakukan, perlu kesimpulan sementara atau hipotesis yang dirumuskan itu diuji. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk merencanakan suatu percobaan yang meliputi kemampuan untuk menentukan alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan, menentukan variabel-variabel, menentukan yang mana di antara variabel-variabel itu harus dibuat tetap, bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan untuk mengambil kesimpulan, merupakan kegiatan-kegiatan yang perlu dilatihkan sejak dini.g) BerkomunikasiSains terbuka bagi semua orang yang mampu memahaminya, dan dinilai oleh siapa saja yang mau menilainya. Sebagai implikasinya, para ilmuwan diharapkan

menguraikan secara jelas dan cermat apa yang telah mereka lakukan, sehingga dapat diuji oleh para ilmuwan lain. Karena itu dalam pendidikan sains siswa-siswa sejak dini dilatih untuk dapat melaporkan hasil-hasil percobaannya secara sistematis dan jelas. Juga diharapkan mereka dapat menjelaskan hasil-hasil percobaan mereka pada teman-temannya, mendiskusikanya, dan menggambarkan hasil pengamatannya dalam bentuk grafik, tabel dan diagram. Semua kegiatan ini termasuk kemampuan berkomunikasi, suatu kemampuan yang perlu dikembangkan dalam mendidik calon-calon ilmuwan masa yang akan dating.h) Mengajukan PertanyaanDari penelitian Piaget dan Bruner, terungkap bahwa anak itu dapat berpikir secara tingkat tinggi bila ia mempunyai cukup pengalaman secara konkrit dan bimbingan yang memungkinkan pengembangan konsep-konsep dan menghubungkan fakta-fakta yang diperlukan. Dapat dikatakan bahwa kualitas pertanyaan yang diajukan siswa menunjukkan rendah tingginya tingkat berpikir siswa.2. Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Penggunaan Pendekatan Keterampilan ProsesUntuk menggunakan pendekatan keterampilan proses ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : Dalam menyusun silabus, keterampilan proses perlu dikembangkan bersama-sama dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip kimia. Kedelapan keterampilan proses tsb diperkirakan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dari sekolah dasar hingga menengah. Dalam pembelajaran kimia, keterampilan proses diatas tidak perlu sesuai urutan. Setiap metode dan pendekatan pada pembelajaran kimia dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses Kemungkinan pengembangan keterampilan proses pada metode ceramah lebih sedikit dibanding metode eksperimen

D. Perlunya Pendekatan Keterampilan ProsesDari uraian di atas telah diketahui bahwa keterampilan proses ialah keterampilan intelektual atau keterampilan berpikir, dengan mengembangkan keterampilan proses dalam pembelajaran maka: Membuat siswa berpikir. Membuat siswa kreatif. Dapat menolong siswa untuk belajar Keterampilan proses sains juga diperlukan dalam kegiatan ilmiah di sekolah maupun di kemudian hari.