bahan tugas ka nuri.docx
-
Upload
andromeda-spark -
Category
Documents
-
view
5 -
download
2
Transcript of bahan tugas ka nuri.docx
PENDAHULUAN
Hemiplegi adalah gangguan fungsi berupa kelumpuhan separuh tubuh (wajah, lengan, badan,
dan tungkai). Akibat kelainan peredaran darah pada saraf, otak yang letaknya bersebelahan
dengan tubuh yang lumpuh.
Salah satu penyebabnya adalah strok (CVA) yakni serangan mendadak berupa gangguan
suplay darah pada sebagian otak dapat berwujud berupa pengurangan peredaran darah karena
pembuluh darah tersumbat (iscemik) atau perdarahan karena pecahnya pembuluh darah
(Haemoragic strocke) sehingga sel-sel otak setempat mati atau tidak berfungsi sementara dan
dalam keadaan tertentu dapat”menyebabkan kematian penderita secara tiba-tiba. Ischemik strok
penyebabnya yaitu adanya endapan-endapan lemak yang selanjutnya menjadi thrombus sehingga
mempersempit dan menyumbat pembuluh darah dari arteri di leher dan di kepala, sementara
haemoragic strocke penyebabnya adalah hypertensi dan anorisma otak.
Faktor resiko terkenanya hemiplegia:
a. Terkait dengan pola hidup:
1. Perokok
2. Penggunaan obat-obat terlarang
3. Personalitas tipe A (pemarah, pencuriga)
4. Kurang bergerak
5. Kegemukan
6. Kolesterol tinggi dalam darah
b. Terkait dengan penyakit
1. Tekanan darah tinggi
2. PJK dan penyakit jantung lainnya.
3. Atherosclerosis
4. Arteri kepala dan leher
5. Kecenderungan darah menggumpal
6. Diabetes
Dapat dikatakan bahwa pada umumnya faktor resiko tersebut di atas saling terkait satu
dengan yang lainnya dalam membangun stroke, tetapi yang jelas dapat disimpulkan bahwa
hampir seluruh faktor resiko tersebut di atas dapat dicegah dengan Exercise/berolahraga secara
terpola dan teratur, sedini mungkin dan karena FT’s dapat memahami masalah gerak dan fungsi
gerak olahraga yang sesuai dengan kebugaran tubuh/terkait dengan kondisi tertentu secara
profesional, maka tentu saja Fisioterapi diharapkan lebih berperan aktif, bermintra dengan
disiplin lain dalam rnencegah dan mengatasi stroke atau hemiplegia.
PEMAHASAN HEMIPLEGI
A. Pengertian
Hemiplegia adalah suatu keadaan spastic / placcid paralisis lengan dan tungkai separuh badan
akibat gangguan kontralateral fungsi otak.
B. Perubahan Patologi
1. Penyebab
a. CVD: macam-macam tumor atau kondisi peradangan pada otak
b. CVA : Trauma/perdarahan intra cerebralo
c. Emboh pada arteri di otak.
2. Gejala-gejala
a. Stadium akut:
Gejala ini ditandai dengan hilangnya kesadaran secara tiba-tiba yang dinamakan apoplometic
FIT, serangan didahului dengan:
- Sakit kepala, pusing tapi kadang-kadang tidak disertai kelelahan.
- Nafas bersuara berat karena terhalang oleh lidah yang paralisis.
- Pupil mata melebar, kadang-kadang satu pupil Iebih lebar dari yang lain disebabkan oeh
karena paralisis dari otot rectus lateralis pada samping yang berlawanan.
- Semua renux hilang
b. Stadium Placcid/recovery
Gejalanya:
Nadi cepat, suhu tubuh naik, tidak dapat tidur, penderita gelisah/Iemah, sistem rene mulai
ada sedikit, otot yang terkena naccid dalam waktu 2-3 minggu akan kembali utamanya pada
lengan dan jari-jari.
3. Komplikasi
a. Static pneumonia terjadi karena posisinya yang menetap atau Iama tidak digerakkan (2-3
minggu)
b. Kontraktur
c. Frozen shoulder
d. Droop pood
e. Scoliosis
f. Droop hand
g. Antropi otot
h. Gangguan psikis
j. Dekubitus
j. Gangguan perkencingan
C. Hambatan Aktivitas Kegiatan Sehari-hari
Pasien tidak bisa makan, minum, ganti pakaian, menyisir rambut, gangguan berjalan.
PENATALAKSANAAN AFR HEMIPLEGI
A. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
a. Statis
Dengan melihat posisi penderita yaitu posisi kepala miring ke sisi yang lumpuh, retraksi
scapula, depresi, adduksi dan internal rotasi shoulder, pronasi lengan bawah, hip internal rotasi
dan sedikit neksi (duduk di kursi roda).
b. Dinamis
Dalam posisi duduk di kursi roda, pasien disuruh menengok kanan, mengangkat kaki yang
Iemah, dan mengangkat pantat, tidak begitu mampu melakukan apa yang diperintahkan.
2. Pemeriksaan khusus
a. Tes motorik
1. Reaksi ADL
2. Reaksi Kesinambungan
3. Reaksi transper
4. Reaksi asosiasi
5. Reaksi gerakan asosiasi
6. Tes kekuatan otot.
b. Tes sensorik
1. Tes rasa sakit
2. Tes rasa posisi
3. Tes arah gerakan
4. Tes gerak
5. Grove tes
6. Tes rasa beda titik
7. Tes rasa vibras,
c. Tes tonus
d. Tes koordinasi
e. Tes reneks
f. Tes koognitif dan psikis
g. Tes spesifik orthopedik Iainnya
3. Tujuan
Supaya penderita dapat melakukan kegiatan hidup sehari-hari (KHS) aktivitas yang
diberikan:
a. Makan
Persiapan:
- Piring, makanan dan sendok khusus
- Kursi dan meja
- Serbet
2) Pelaksanaan:
- Penderita duduk stabil di kursi, kedua siku rapat di atas meja makan.
- Keluarga membantu penderita memegang sendok, menyendok makanan lalu membawa ke
mulut penderita kemudian kembali ke posisi semula.
- Melakukan berulang kali hingga penderita berpengalaman makan sendiri.
b. Minum
1) Persiapan:
- Cangkir khusus
- Kursi dan meja
- Serbet
2) Pelaksanaan:
- Penderita duduk stabil dikursi, kedua siku rapat di atas meja makan.
- Keluarga membantu tangan penderita memegang tangkai/cangkir sedemikian rupa yang
berisi 1/3 gelas air, dibawa ke mulut untuk di minurn, kemudian kembali ke posisi semula.
- Melakukan berulang kali hingga penderita berpengaIaman minum sendiri.
Latihan makan dan minum dimaklumi lambat gerakannya, karena itu dibutuhkan kesabaran
keluarga dalam membantu penderita.
c. Mandi
Persiapan:
- Kursi khusus (bila dibutuhkan)
- Peralatan mandi; sabung. sikat gigi khususnya. Gayung khusus, handuk, sarung dan lain-
lain.
Pelaksanaan:
- Tangan lumpuh memegang sikat gigi dan tangan sehat menaruh odol di sikat gigi.
- Keluarga membantu memegang tangan penderita menggosok gigi sedemikian rupa
sehingga bersih sesuai dengan kemampuan penderita.
- Gunakan tangan sehat, jika tangan sakit sangat sulit digunakan menggosok gigi.
- Keluarga membantu memegang tangan penderita memegang gayung beris 1/3 air kemudian
menyiramkan beberapa kali ke tubuh penderita.
- Hal yang sama keluarga membantu penderita memakai sabung ke seluruh tubuhnya
sekemampuannya, kecuali di wajahnya.
- Keluarga membantu penderita tangan penderita menggunakan handuk ke sekujur tubuh
penderita.
- Lakukan semua kegiatan berungkali hingga penderita berpengalaman melakukannya
sendiri.
Contoh di atas adalah pola kehidupan keluarga pada umumnya, sedangkan penderita yang
menggunakan water bath, shower, maka Iatihannya disesuaikan.
d. BAB (Buang Air Besar)
1) Persiapan:
- Kursi yang khusus yang dilubangi di tengah agak melebar ke depan (bila dibutuhkan)
- Ember berisi air dan gayung serta tersedia sabun cuci tangan.
2) Pelaksanaan:
- Kursi diletakkan di atas landasan WC yang lubang kursinya sejajar ke bawah mulut WC
(bila dibutuhkan).
- Penderita duduk sambil di atas kursi, sehingga tinja penderita jatuh persis di lubang WC.
- Tangan yang sehat merangsang sekitar tulang ekor penderita, agar tinja cepat keluar.
- Keluarga membantu penderita memegang tangan sakit penderita memegang gayung untuk
membasuh pantat secara berulangkali.
- Lakukan berulangkali sampai penderita berpengalaman membersihkan diri ketika BAB.
Jika penderita sudah dapat jongkok, maka aktivitas BAB sedikit dengan AKS orang pada
umumnya yang disesuaikan denqan kemampuan penderita.
e. Berpakaian
1) Persiapan:
- Baju kaos
- Baju biasa
2) Pelaksanaan:
- Untuk baju kaos dan baju biasa pelaksanaannya hampir sama.
- Tangan sehat memasukkan lengan baju ke tangan sehat dan tangan sakit sedangkan untuk
baju biasa tangan sehat membantu tangan sakit masukkan tangan sakit ke lengan baju.
- Tangan sehat membantu tangan sakit meletakkan tangan sakit ke atas di dinding.
- Tangan sehat memasangkan dan merapikan baju ke sekujur tubuh bersama tangan sakit.
- Melepas baju:
Tangan sehat meletakkan tangan sakit ke atas dinding.
Tangan sehat mengangkat , pinggiran baju kebahagiaan bawah,ke atas kepala, sekaligus
mengeluarkan leher baju dari kepala.
Tangan sehat membantu tangan sakit mengeluarkan lengan baju dan tangan sakit sekaligus
merapikan baju keluar dari tubuh. Sedangkan untuk baju biasa tangan sehat membantu tangan
sakit mengeluarkan tangan sakit dari lengan.
- Lakukan berulang kali sehingga penderita berpengalaman (memakai dan melepas celana)
1. Persiapan
- Celana pendek/celana panjang
2. Pelaksanaan:
- Penderita duduk di pinggir/tempat tidur
- Tangan sehat membantu tangan sakit memasukkan celana ke tungkai sakit dan tungkai
sehat.
- Penderita mengangkat pantat sehingga seluruh celana terpasang di perut.
- Tangan sehat membantu tangan sakit memasang rosleting dan kancing celana hingga
terpasang dengan sempurna.
- Melepas celana:
• Tangan sehat membantu tangan sakit membuka rosleting/kancing celana.
• Penderita sedikit mengangkat pantat agar celana dapat ditarik keluar dari tubuh atas kerja
sama antara tangan sehat dan tangan sakit.
• Cara lain dapat dilakukan dalam posisi tidur.
f. Menyisir rambut
1) Persiapan
- Sisir khusus
- Cermin kecil (jika dibutuhkan)
2) Pelaksanaan:
- Penderita duduk di kursi menghadap ke cermin
- Keluarga memegang tangan sakit penderita, membantu penderita menyisir rambut dari
samping, depan dan belakang.
- Lakukan berulangkali hingga penderita berpengalaman sendiri menyisir rambut.
g. Memotong Kuku
1) Persiapan
- Alat pemotong kuku
2) Pelaksanaan
- Penderita duduk di kursi
- Keluarga memegang tangan sakit penderita membantu memotong kuku jari sehat penderita.
- Penderita sendiri memotong kuku jari sakit keluarga hanya memfiksasi jari sakit penderita.
h. Menuntun Penderita Berpindah Tempat
1) Persiapan:
- Dorongan mental kepada penderita agar rasa percaya diri muncul
- Kursi dimana penderita akan duduk setelah berpindah tempat.
2) Pelaksanaan
Keluarga membantu penderita dengan cara:
• Satu tangan keluarga memegang tangan sakit pendenta seolah-olah bersalaman
• Tangan yang lain keluarga memegang ikat pinggang/stage penderita.
• Kaki sehat penderita ditetakkan agak ke belakang, sehingga 2/3 tubuh penderita saat berdiri
tertumpuk pada tungkai sehat penderita, kaki sakit diletakkan agak kedepan.
• Penderita agak menunduk ke depan sambil menunggu aba-aba 1,2,3 lalu penderita berdiri
dengan mendapat bantuan tenaga dari keluarga (hati-hati lutut sakit tetap lurus).
• Instruksikan agar penderita menumpukan berat badannya pada tungkai yang sakit.
• Penderita muIai melangkah berjalan peIan-pelan menuju ke kursi yang sudah disiapkan
dengan bantuan dan pengawasan ketat dari keIuarga.
• Proses duduk hampir sama dengan beranjak berdiri yakni penderita sedikit menunduk
kemudian menyatukan pantat dengan pelan ke kursi dengan penumpuan berat badan Iebih pada
tungkai sehat.
B. Kemampuan yang harus diperhatikan pada Pasien/Penilaian
1 Fungsi sensorik dan tangan, penglihatan dan pendengaran dengan sentuhan benda tajam
(tumpul, panas dan dingin)
a. Apakah penderita dapat melihat di waktu ia melakukan kegiatan
b. Apakah penderita bisa mendengar adanya bunyi di dekatnya.
2. Fungsi motorik dari anggota atas/bawah
Dengan kegiatannya, apakah penderita mampu untuk memegang, meraih, melepas.
3. Fungsi kecerdasan
Apakah penderita mampu untuk dapat melakukan kegiatannya misalnya: berpakaian,
merajut, menenun dan sebagainya.
4. Toleransi pekerjaan
Toleransi pekerjaan, apakah penderita dalam melakukan pekerjaan yang dapat bertahan lama.
C. Pemberian Alat Bantu
Dengan suatu alat bantu oleh jadi pasien memungkinkan dapat melakukan sesuatu kegiatan
dalam program rehabititasi di mulai jauh lebih cepat, alat bantu harus diberikan secepat
mungkin. Kegiatan yang sesuai menurut kemampuan atau sesuai kebutuhan penderita supaya ia
sejauh mungkin melakukan kegiatan hidupnya serta menolong pada fungsi fisik sebaik mungkin.
Misalnya:
1) Alat bantu berjalan dengan tongkat itripot dan paravel bor
2) Mencegah cacat dengan alat bantu Cuck Up Splint, Back Splint.
3) Latihan makan sendiri dengan memakai alat pembantu untuk makan yaitu dariplastik dan
kain yang dibuat seperti gelang dimana sendok bisa masuk.
4) Latihan dengan tulisan dimana penderita memakai alat pembantu menulis seperti alat
pembantu, bentuk dan bahannya sama dengan untuk makan.
D. Evaluasi
a. Pasien bisa melakukan aktivitas sehari-hari.
b. Pasien dalam posisi tubuh seperti semula
c. Bisa berjalan tanpa bantuan.
E. Saran (Home Program)
Fisioterapi berperan meminimalkan gangguan fungsi dan bahkan mengatasi gangguan fungsi
gerak pada penderita hemiplegi serta memelihara atau meningkatkan kesehatan atau kebugaran
penderita:
1. Memberikan dorongan mental kepada penderita agar rasa percaya dirinya dapat muncul
kembali sehingga dapat menstabilkan jiwanya
2. Mengatasi gangguan tonus otot pada anggota tubuh yang lumpuh dengan jalan:
a. Merangsang tonus otot yang lemah agar anggota tubuh yang lumpuh dapat bergerak, cepat:
- Perut otot ditekan dan didorong
- Aproksimasi lengan, badan dan tungkai sekaligus mengoreksi postur.
b. Menurunkan tonus otot yang berlebihan agar pola gerak normal, muncul caranya:
- Mengukur otot yang tegang selama 3 x 30 detik, 3 x sehari
- Mengatur posisi netral anggota tubuh saat istirahat
- Kompres hangat.
c. Memelihara jarak gerak sendi tubuh yang lumpuh agar sendi tidak kaku dan urat/otot tidak
memendek, caranya:
- Lakukan gerakan pasif 3 x setiap sendi pada sekujur anggota tubuh yang lumpuh.