bahan somatisasi

32
Pendahuluan Gangguan somatisasi merupakan salah satu gangguan somatoform. Gangguan somatisasi ditandai dengan banyak gejala somatik yang tidak dapat dijelaskan dengan adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Gangguan ini biasanya dimulai sebelum usia 30 tahun, bersifat kronis sehingga bisa berlanjut hingga bertahun-tahun. Diagnosis gangguan somatisasi sesuai dengan kriteria menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR). Terapi untuk gangguan somatisasi dengan terapi psikofarmakologi dan psikoterapeutik. Gangguan somatisasi termasuk dalam gangguan somatoform. Gangguan somatoform adalah kelompok penyakit yang luas dan memiliki tanda serta gejala yang berkaitan dengan tubuh sebagai komponen utama. Gangguan somatisasi telah dikenal sejak zaman Mesir kuno. Nama awal gangguan somatisasi adalah histeria. Pada tahun 1859, Paul Briquet mengamati keragaman gejala dan sistem organ yang terkena serta menguraikan perjalanan gangguan yang biasanya kronis. Karena pengamatan klinis yang tajam, Gangguan ini disebut briquet syndorme. Perempuan dengan gangguan somatisasi jumlahnya melebihi laki- laki 5 hingga 20 kali. Gangguan somatisasi bisa disebabkan oleh faktor psikososial, faktor biologis dan genetik. Diagnosis untuk menegakkan seseorang mengalami gangguan somatisasi adalah sesuai dengan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR) yaitu harus memiliki keluhan sedikitnya, empat gejala nyeri, dua gejala gastrointestinal, satu gejala seksual, dan satu gejala pesudoneurologis, yang

description

Bahan somatisasi

Transcript of bahan somatisasi

Page 1: bahan somatisasi

Pendahuluan

Gangguan somatisasi merupakan salah satu gangguan somatoform. Gangguan

somatisasi ditandai dengan banyak gejala somatik yang tidak dapat dijelaskan dengan

adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Gangguan ini biasanya dimulai

sebelum usia 30 tahun, bersifat kronis sehingga bisa berlanjut hingga bertahun-tahun.

Diagnosis gangguan somatisasi sesuai dengan kriteria menurut Diagnostic and Statistical

Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR). Terapi untuk gangguan somatisasi dengan terapi

psikofarmakologi dan psikoterapeutik.

Gangguan somatisasi termasuk dalam gangguan somatoform. Gangguan somatoform

adalah kelompok penyakit yang luas dan memiliki tanda serta gejala yang berkaitan dengan

tubuh sebagai komponen utama. Gangguan somatisasi telah dikenal sejak zaman Mesir kuno.

Nama awal gangguan somatisasi adalah histeria. Pada tahun 1859, Paul Briquet mengamati

keragaman gejala dan sistem organ yang terkena serta menguraikan perjalanan gangguan

yang biasanya kronis. Karena pengamatan klinis yang tajam, Gangguan ini disebut briquet

syndorme. Perempuan dengan gangguan somatisasi jumlahnya melebihi laki-laki 5 hingga 20

kali. Gangguan somatisasi bisa disebabkan oleh faktor psikososial, faktor biologis dan

genetik. Diagnosis untuk menegakkan seseorang mengalami gangguan somatisasi adalah

sesuai dengan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR) yaitu

harus memiliki keluhan sedikitnya, empat gejala nyeri, dua gejala gastrointestinal, satu gejala

seksual, dan satu gejala pesudoneurologis, yang seluruhnya tidak dapat dijelaskan dengan

pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Page 2: bahan somatisasi

Isi

Anamnesis

Anamnesis psikiatri adalah catatan mengenai kehidupan pasien; catatan ini

memungkinkan seorang psikiter memahami siapa diri pasien, dari mana ia berasal, dan ke

arah mana kecenderungan pasien di masa depan.

a. Data identitas

Data identitas memberikan rangkuman demografik mengenai pasien

berdasarkan nama, usia, status perkawinan, jenis kelamin, perkerjaan, bahasa bila

menggunakan selain bahasa Inggris, latar belakang etnik dan agama selama masih

berkaitan, serta situasi kehidupan terkini. Informasi ini juga dapat mencakup tempat

atau situasi seperti apa saat wawancara berlangsung, sumber informasi, tingkat

kepercayaan sumber informasi, dan apakah gangguan yang dialami saat ini

merupakan episode pertama bagi pasien. Data identitas pasien dimaksukan untuk

memberikan gambaran kasar mengenai karakteristik pasien yang secara potensial

penting yang daoat mempengaruhi diagnosis, prognosis, tatalaksana, dan kepatuhan.1

b. Keluhan utama

Keluhan utama dalam bahasa pasien sendiri, menyatakan mengapa ia datang

atau dibawa untuk memperoleh bantuan. Keluhan ini harus dicatat bahkan apabila

pasien tidak dapat berbicara dan deskripsi mengenai orang yang memberikan

informasi harus disertakan.1

c. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit sekarang memberikan gambaran komprehensif dan

kronologis mengenai kejadian yang mengarahkan ke peristiwa terkini dalam

kehidupan pasien. Bagian riwayat ini mungkin adalah yang paling membantu dalam

menegakkan diagnosis. Kapan awitan episode sekarang, dan apa kejadian pencetus

atau pemicu terdekat yang menimbulkannya? pemahaman mengenai riwayat penyakit

sekarang membantu menjawab pertanyaan, “mengapa sekarang?” Mengapa pasien

datang saat ini? Seperti apa situasi dalam kehidupan pasien saat terjadi awitan gejala

atau perubahan perilaku, dan bagaimana situasi tersebut mempengaruhi pasien

sehingga timbul manifestasi gangguan yang terjadi saat ini? Pemicu apa di masa lalu

yang menjadi bagian rantai peristiwa yang mengarahkan ke kejadian yang baru

Page 3: bahan somatisasi

terjadi? Bagaimana penyakit pasien mempengaruhi aktifitas kehidupannya?

Bagaimana sifat disfungsi (misalnya detail mengenai perubahan faktor seperti

kepribadian, memori atau cara berbicara)? Adakah gejala psikofisiologis? Bila ada,

harus dijelaskan lokasi, intensitas dan fluktuasinya. Deskripsi mengenai ansietas

pasien saat ini baik menyeluruh dan nonspesifik atau secara spesifik mengenai gejala

tertentu, akan sangat membantu.1

d. Riwayat penyakit dahulu

Bagian riwayat psikiatri riwayat penyakit dahulu merupakan peralihan antara

riwayat penyakit sekarang dan pribadi pasien. Idealnya, catatan mendetail mengenai

kelainan psikologis maupun biologis yang mendasari dan yang telah ada sebelumnya

dijelaskan pada poin ini, dan petunjuk penting dan bukti area fungsi yang rawan pada

pasien juga disertakan. Gejala pasien, derajat ketidak mampuan, jenis tatalaksana

yang diterima , nama tempat rumah sakit dirawat, durasi tiap kali sakit, efek

pengobatan sebelumnya, dan derajat kepatuhan, semuanya harus digali dan dicatat

secara kronologis. Perhatian khusus harus ditujukan kepada episode pertama yang

mengisyaratkan awitan penyakit, karena episode pertama sering memberikan data

yang sangat penting mengenai peristiwa pencetus, kemungkinan diagnosis, serta

kemampuan mengatasi masalah.

Dalam mencatat riwayat medis, seorang psikiater sebaiknya mencari ulasan

medis mengenai gejala dan mencatat semua penyakit medis atau bedah mayor, serta

trauma mayor terutama yang menyebabkan rawat inap. Episode trauma

kranioserebral, penyakit neurologis, tumor, dan gangguan epilepsi, terutama Human

Immunodeficiency Virus (HIV) atau mengidap Acquired Immune Deficiency

Syndrome (AIDS). Perlu diajukan pertanyaan spesifik mengenai adanya gangguan

kejang, episode kehilangan kesadaran, perubahan pola nyeri kepala, perubahan

penglihatan, kebingungan dan disorientasi. Riwayat penyakit sifilis yang relevan dan

penting.

Pernyataan spesifik mengenai gangguan psikosomatik harus ditanyakan dan

dicatat, termasuk dalam kategori ini adalah hay fever, atritis reumatoid, kolitis

ulseratifm asma, hipertiroid, gangguan gastrointestinal, pilek berulang, serta penyakit

kulit. Semua pasien harus ditantakan riwayat penggunaan alkohol dn zat lain,

mencakup detail mengenai kuantitas dan frekuensi penggunaan. 1

e. Riwayat keluarga

Page 4: bahan somatisasi

Pertanyaan mengenai adanya penyakit, rawat inap dan tatalaksana psikiatri

pada anggota keluarga dekat pasien harus dituliskan pada bagian ini. Adakah riwayat

penggunaan alkohol atau zat lain atau perilaku antisosial dalam keluarga. Selain itu

tingkat intelegensi berbagai orang yang tinggal serumah dengan pasien, sejak masa

kanak-kanak hingga saat ini. Mendefinisikan peran riap orang dalam pembentukan

karakter pasien serta hubungan orang tersebut dengan pasien saat ini. Apa saja etnis

keluarga, kebangsaan, dan tradisi keagamaan pasien?

Pertanyaan lain yang dapat memberikan informasi yang berguna adalah

bagaimana sikap pasien terhadap orang tua dan saudara kandungnya? Psikiter harus

meminta pasien untuk mendeskripsikan anggota keluarga. Siapa nama, pekerjaan

saudara kandung dan bandingkan dengan pekerjaan pasien sendiri, siapa yang paling

disukai diantara keluarga dan mengapa. 1

f. Riwayat pribadi

Anamnesis atau riwayat pribadi, biasanya dibagi menjadi periode

perkembangan utama, masa kanak-kanak akhir dan dewasa. Emosi dominan berkaitan

dengan berbagai periode kehidupan (contohnya yang menyakitkan, menyebabkan

stress, atau menimbulkan konflik). 1

1. Riwayat natal dan perinatal; harus mempertimbangkan sifat situasi rumah tempat

pasien dilahirkan serta apakah pasien direncanakan dan diinginkan. Adakah

masalah selama kehamilan ibu dan pelahiran? Bagaimana keadaan fisik dan

emosional ibu saat kelahiran pasien? Adakah masalah kesehatan pada ibu selama

kehamilan? Apakah ibu menggunakan alkohol atau zat lain selama kehamilan?

2. Masa kanak-kanak awal (lahir sampai usia 3 tahun); kualitas interaksi ibu-pasien

selama pemberian makan, latihan pembuangan air penting diketahui. Gangguan

dini pada pola tidur dan tanda kebutuhan yang tidak terpenuhi, seperti

membenturkan kepala atau mengoyangkan tubuh, memberi petunjuk mengenai

kemungkinan adanya deprivasi maternal atau gangguan perkembangan. Adakah

penyakit medis atau psikiatri yang mengganggu hubungan antara ibu dan anak ?

adakah orang selain ibu yang turut mengasuh pasien .

3. Masa kanak-kanak menengah (usia 3 sampai 11 tahun); psikiater kali ini

menanyakan subjek penting seperti identifikasi gender, hukuman yang diberikan

dirumah, dan orang yang menerapkan disiplin dan mempengaruhi pembentukan

awal hati nurani. Tanyakan pengalaman selama sekolah, mengenai persahabatan

dan hubungan pribadi pertama akan sangat berharga, apakah anak mampu

Page 5: bahan somatisasi

bekerjasama dengan rekan sebaya, bersikap adil serta mematuhi peraturan dan

menumbuhkan kesadaran awal dalam dirinya? Pola perilaku asertif, impulsif,

agresif, pasif, ansietas, atau asosial muncul dalam hubungan di sekolah. Riwayat

pasien dalam belajar, membaca dan perkembangan intelektual dan motorik

lainnya, riwayat gangguan belajar, fobia, mimpi buruk, masturbasi dini.

4. Masa kanak-kanak akhir (Pubertas hingga remaja); selama masa kanak-kanak

akhir,seseorang mulai mengembangkan kemandirian dari orangtua melalui

hubungan dengan teman sebaya dan aktifitas kelompok. Psikiter harus mencoba

mendefinisikan nilai yang dianut dalam kelompok sosial pasien dan menentukaan

siapa figur idola pasien sehingga dapat memberikan informasi mengenai citra diri

ideal pasien yang baru muncul. Riwayat sekolah, hubungan dengan guru serta

mata pelajaran favorit, dan minat. Tanyakan adakah masalah emosional atau fisik

yang mungkin pertama kali muncul pada fase ini. Misalnya bagaimana kesadaran

pasien mengenai identitas pribadinya? Seberapa jauh penggunaan alkohol dan zat

lain? Apakah pasien bersikap aktif dan terlibat di sekolah dan dengan teman

sebaya atau apakah ia terasing, menarik diri atau dianggap aneh oleh orang lain?

5. Masa Dewasa;

- Riwayat pekerjaan; pskiater harus mendeskripsikan pilihan pekerjaan pasien,

pelatihan awal, persiapan dan konflik terkait pekerjaan. Wawancara juga harus

menggali perasaan pasien mengenai pekerjaan saat ini dan hubungan di tempat

kerja.

- Riwayat pernikahan dan hubungan; riwayat pernikahan baik secara sah

maupun adat. Hubungan yang signifikan dengan orang yang tinggal bersama

pasien dalam waktu lama juga harus disertakan. Kisah pernikahan dan

hubungan jangka panjang.

- Riwayat pendidikan; informasi ini dapat memberi petunjuk mengenai latar

belakang sosial dan budaya pasien, intelegensi, motivasi dan adanya halangan

dalam pencapaian.

- Agama; latar belakang agama kedua orangtua pasien dan rincian perintah

agama pasien. Apakah sikap keluarga ketat dan permisif, adakah konflik

antara orangtua mengenai pendidikan agama pasien.

- Aktivitas sosial; tanyakan mengenai hubungan sosial pasien, sifat

persahabatan, dengan penekanan pada kedalaman, durasi dam kualitas

hubungan manusia.

Page 6: bahan somatisasi

- Situasi kehidupan terkini, meminta pasien untuk mendeskripsikan mengenai

tempat tinggal mengenai penghuni dan lingkungan.

- Riwayat hukum; apakah pasien pernah ditahan pihak berwajib, bila iya atas

tuduhan apa? Berapa kali, berapa lama?

g. Riwayat sexual

Tanyakan mengenai bagiamana pasien belajar mengenai sex, peranan orang

tua, riwayat masturbasi saat remaja, termasuk fantasi dan perasaan paien terhadap

fantasi. Sifat terhadap sex apakah pemalu, agresif, minder? 1

h. Fantasi dan mimpi

Sigmund Freud menyatakan bahwa mimpi merupakan jalan utama ke alam

bawah sadar. Jika mimpi berulang , tanyakan apakah tema berulang? Apakah pasien

dapat mendeskripsikan makna mimpi tersebut.1

Keluhan Mental

Pemeriksaan status mental merupakan bagian dari pengkajian klinis yang

mendeskripsikan keseluruhan obeservasi yang dilakukan oleh pemeriksa dan kesan yang

didapatkan dari pasien psikiatri saat dilakukan wawancara. Pemeriksaan status mental adalah

gambaran penampilan pasien, cara bicara, tindakan dan pikiran selama wawancara.

a. Deskripsi umum

Penampilan, deskripsikan penampilan pasien dan kesan fisik keseluruhan yang

tercermin dari postur, pembawaan, pakaian dan kerapihannya. Tanda ansietas harus

diperhatikan tangan lembab, dahi berkeringat, postur tegang, mata melebar.

Perilaku dan aktivitas psikomotor yang nyata, aspek kualitatif dan kuantitatif dari

perilaku motorik pasien. Antara lain manerisme, tik, gerakan tubuh, kedutan, perilaku

stererortipik, ekopraksia, hiperaktivitas, agitasi, sikap melawan, fleksibilitas, rigiditas,

gaya berjalan dan kegesitan. Gelisah, meremas-remas tangan, berjalan, mondar-

mandir, dan manifestasi fisik lain harus dijelaskan.

Sikap terhadap pemeriksa, sikap pasien terhadap pemeriksa dapat dideskripsikan

sebagai kooperatif, bersahabat, penuh perhatian, tertarik, blak-blakan, seduktif,

defensif, merendahkan, menyenangkan, suka mengelak, atau berhati-hati, kebingunan,

apatis, bermusuhan, suka melucu.1

b. Mood dan afek

Page 7: bahan somatisasi

Mood didefinisikan sebagai emosi yang menetap dan telah meresao yang mewarnai

persepsi orang tersebut terhadap dunis. Sifat yang biasa digunakan untuk

mendeskrispikan mood adalah berupa depresof, putus asa, mudah tersinggung, cemas,

marah, meluap-luap, euforik, hampa, bersalah, terpesona, sia-sia, rendah diri, takut

atau bingung. Mood dapat labil, berfluktuasi, atau berganti dengan cepat antara dua

ekstrim.1

Afek didefinisikan sebagai responsivitas emosi pasien saat ini, yang tersirat dari

ekspresi wajah pasien, termasuk jumlah kisaran perilaku ekspresif. Afek dapat

dideskripsikan sebagai kisaran normal, menyempit, tumpul, datar. Dalam kisaran afek

yang normal dapat variasi ekspresi wajah, nada suara, pergerakan tangan dan tubuh.

c. Karakterisitik dan gaya bicara

Laporan ini mendeskrisikan karakteristik fisik gaya bicara, gaya bicara dapat

dideskripsikan berdasarkan kuantitas, laju produksi, dan kualitasnya. Pasien dapat

dideskripsikan banyak bicara, cerewet, fasih, pendiam, tidak spontan atau terespon

normalterhadap pertunjuk dari wawancara. Gaya bicara dapat cepat, lambat, tertekan,

tertahan, emosional, dramatis, monoton, keras, berbisik, cadel, terputus-putus, atau

bergumam1

d. Persepsi

Gangguan persepsi, seperti halusinasi dan ilusi mengenai dirinya atau lingkungannya,

dapat dialami oleh seseorang. Sistem sensorik yang terlibat contohnya auditorik,

visual, olfaktorik atau taktil. Tanyakan apakah pasien pernah mendengar suara-suara

atau bunyi-bunyian lain yang tidak didengar orang lain, sensai yang tidak dirasakan

orang lain, pemandangan atau hal yang tidak dilihat orang lain.1

e. Isi pikir dan kecenderungan mental

Pikiran dapat dibagi menjadi dua yaitu isi dan poses. Proses menunjuk pada cara

seseorang menyatukan ide dan asosiasi, yaitu bentuk kerangka pikiran sesorang.

Proses pikir, pasien dapat memiliki ide yang banyak atau miskin ide, dapat terjadi

proses pikir yang cepat, bisa juga ekstrim, cara berpikir lambat, atau tertahan. Pikiran

dapat samar-samar atau kosong. Apakah pasien benar-benar memberikan jawaban

terhadap pertanyaan yang diajukan, dan apakah pasien mampu berpikir ke arah

tujuan, jawaban yang relevan atau tidak. Apakah pasien memiliki asosiasi longgar

(contohnya, apakah ide yang diungkapkan tampak tidak berhubungan atau

berhubungan secara idiosikratik)? Gangguan kontinuitas pikir meliputi pernyataan

yang bersifat tangensial, sirkumstansial, meracau, suka mengelak, atau perseveratif.

Page 8: bahan somatisasi

Blocking adalah suatu interupsi pada jalan pemikiran sebelum ide itu selesai

diungkapkan. Sirkumstansialitas mengisyaratkan hilangnya kemampuan berpikir yang

mengarah kertujuan, dalam mengemukakan suatu ide, pasien menyertakan banyak

detail yang tidak relevan dan komentar tambahan namun pada akhirnya kembali ke

ide semula. Tangensialitas merupakan suatu gangguan berupa hilangnya benang

merah pembicaraan pada seorang pasien dan kemudian ia mengikuti pikiran tangesial

yang dirangsang oleh berbagai stimulus eksternal dan internal yang tidak relevan dan

tidak pernah kembali ke ide semula. Gangguan proses pikir dapat tercermin dari word

salad (hubungan antarpemikiran yang tidak dapat dipahami atau inkoheren), classing

association (asosiasi berdasarkan rima), punning (assosiasi berdasarkan makna

ganda), neologisme (kata-kata baru yang diciptakan oleh pasien melalui kombinasi

atau pemadatan kata-kata lain).1

Isi pikir. Gangguan isi pikir meliputi waham (keyakinan yang tak sesuai dengan

realitas tak sejalan dengan intelegensi dan latar belakang budaya, dipertahankan terus

tak bisa dikoreksi), preokupasi (kecenderungan terhadap ide tertentu), obsesi(pikiran

yang menetap secara patologik dan tak tertahankan, disadari dan berkaitan dengan

ansietas), kompulsi (hal yang dikerjakan berulang-ulang, dalam suatu repetisi, dan

dengan urutan tertentu). Apakah pasien punya fobia, rencana, niat, ide berulang

mengenai bunuh diri, gejala hipokondriakal, dan antisosial.1

f. Sensorium dan Kognisi

Bagian ini berusaha mengkaji fungsi organik dan intelegensi pasien, kemampuan

berfikir abstrak. Serta derajat tilikan dan daya nilai.1

Kesadaran. Gangguan kesadaran biasanya mengindikasikan adanya kerusakan

organik pada otak. Kesadaran fungsional individu untuk mengadakan relasi dan

limitasi terhadap lingkungannya melalui pancaindera. Kesadaran sensorium

(neurologik) keadaan fungsi kognitif dan indera khusus. Kesadaran psikiatrik

(kwalitatif) persepsi yang dipengaruhi oleh emosi dan pikiran seseorang. Kesadaran

psikiatris tampak tak terganggu; tampak biasa, wajar, tenang, tidak ada sikap atau

perilaku aneh. Kesadaran pskitari tampak terganggu yaitu perilaku kacau, katatonik.

Orientasi dan Memori. Gangguan orientasi biasanya berdasarkan waktu, tempat dan

orang. Fungsi ingatan biasanya dibagi menjadi 4 area, yaitu ingatan jangka panjang,

menengah dan pendek serta retensi ingatan dan pengingatan segera. Jangka panjang

data masa kanak-kanak, peristiwa penting yang diketahui terjadi saat pasien berusia

muda dan bebas penyakit, masalah pribadi dan materi yang netral; Jangka menengah

Page 9: bahan somatisasi

beberapa bulan terakhir; Jangka pendek beberapa hari terakhir, apa yang dilakukan

kemarin, sehari sebelumnya; retensi memori dan pengingatan segera kemampuan

untuk mengulang enam angka yang ditekankan pemeriksa. Seringkali pada gangguan

kognitif, ingatan jangka pendek terganggu lebih dulu dan ingatan jangka panjang

terganggu belakangan

Konsentrasi dan perhatian. Konsentrasi pasien dapat terganggu karena berbagai

alasan. Gangguan kognitif, ansietas, depresi dan stimulus internal, seperti halusinasi

auditorik dan semuanya dapat berperan menyebabkan gangguan konsentrasi.

Pikiran abstrak. Pikiran abstrak adalah kemampuan untuk menangani konsep-

konsep. Pasien mungkin memiliki gangguan dalam membuat konsep atau menangani

ide.

Informasi dan intelegensi. Bila dicurigai adanya kemungkinan gangguan kognitif,

apakah pasien mengalami kesulitan dalam tugas mental, seperti menghitung

kembalian uang. Tingkat pendidikan pasien dan status ekonomi harus

diperhitungkan.1

g. Impulsivitas

Pengkajian mengenai impuls penting untuk memastikan kesadaran pasien akan

perilaku sosial yang pantas dan merupakan ukuran potensi bahaya pasien terhadap

dirinya sendiri dan orang lain. Pasien mungkin tidak mampu mengendalikan impuls

akibat suatu gangguan kognitif atau psikotik atau merupakan hasil suatu defek

karakter yang kronik seperti yang dijumpai pada gangguan kepribadian.1

h. Daya Nilai dan Tilikan

Daya nilai. Mengkaji aspek kemampuan pasien untuk melakukan penilaian sosial.

Daya nilai sosial ; manifestasi nyata perilaku yang membahayakan pasien dan

bertentangan dengan perilaku yang diterima di masyarakat. Daya nilai dengan

pengujian ; prediksi pasien tentang apa yang akan dilakukannya pada situasi imajiner.

Tilikan. Tingkat kesadarandan pemahaman pasien akan penyakitnya. Tilikan

intelektual tampak ketika pasien mampu mengakui bahwa dirinya sakit dan menyadari

bahwa kegagalan mereka dalam beradaptasi sebagian disebabkan oleh perasaan

mereka sendiri yang tidak rasional tanpa mampu mengatasinya. True insight

pengertian akan realitas objektif dari suatu situasi disertai dengan motivasi dan

cetusan emosi untuk mengatasinya. Impaired Insight berkurangnya kemamouan untuk

mengerti realitas objektif dari suatu situasi. 1

Page 10: bahan somatisasi

Pemeriksaan

Pemeriksaan Fisik

Sifat keluhan pasien penting untuk menentukan dibutuhkan atau tidaknya suatu pemeriksaan

fisik lengkap.

Pemeriksaan Fisik Umum

1. Suhu.

2. Tekanan darah

3. Nadi

4. Frekuensi napas

5. Kesadaran

Pemeriksaan Fisik Khusus

Mata, telinga, hidung dan tenggorok

Ketajaman visual, diplopia, gangguan pendengaran, tinitus, glositis, dan gangguan

pengecapan termasuk dalam wilayah ini. Pasien dalam pengobatan antipsikotik yang

melaporkan riwayat kedutan di sekitar mulut atau gerakan lidah yang mengganggu mungkin

berada pada tahap awal diskinesia tardif dan potensial reversibel. Penglihatan terganggu

dapat akibat tioridazin dosis tinggi. Adanya riwayat glaukoma merupakan kontraindikasi

pemberian obat-obatan yang memiliki efek antikolinergik. Afonia dapat bersifat histerikal.

Stadium akhir penyalahgunaan kokain dapat menyebabkan perforasi septum nasi dan sesak

napas. Episode dipoplia mungkin menandakan skelerosis multipel. Gangguan waham lebh

sering terjadi pada orang dengan gangguan pendengaran dibanding dengan orang normal.1

Sistem Kardiovascular

Takikardi, palpitasi dan aritmia jantung adalah tanda ansietas yang paling sering dikeluhkan

pasien. Feokromostioma biasanya menimbulkan gejala yang menyerupai gangguan ansietas,

seperti detak jantung yang cepat, tremor, dan pucat. Pasien dengan kecurigaan penyakit

jantung sebaiknya menjalani pemeriksaan elektrokardiogram sebelum diberikan obat-obatan

Page 11: bahan somatisasi

trisiklik dan lithium. Riwayat nyeri substernal harus diperiksa dan dokter harus senantiasa

ingat bahwa nyeri substernal harus diperiksa dan ingat bahwa stress psikologik dapat memicu

nyeri dada tipe angina pada arteri koroner yang normal.1

Sistem Gastrointestinal

Penjelasan bagian ini mencakup topik seperti nafsu makan, perasaan menderita sebelum dan

sesudah makan, pilihan makanan, diare, muntah, konstipasi, penggunaan pencahar, dan nyeri

abdomen. Riwayat penurunan berat badan sering dijumpai pada gangguan depresif, namun

depresif dapat menyertai penurunan berat badan yang disebabkan oleh kolitis ulseratif,

enteritis regional, dan kanker. Anoreksia nervosa disertai dengan penurunan berat badan yang

sangat banyak dengan selera makan yang normal. Penyalahgunaan pencahar dan muntah

yang diinduksi lazim ditemui pada bulimia nervosa. Konstipasi dapat disebabkan oleh

ketergantungan opioid serta obat psikotropika yang mempunyai efek samping antikolinergik.

Penyalahgunaan kokain atau amfetamin menyebabkan hilangnya nafsu makan dan

penurunan berat badan. Penambahan berat badan dapat terjadi dalam keadaan stress atau

dalam kaitannya dengan depresi atipikal. 1

Pemeriksaan Neurologis

Selama proses anamnesis , tingkat kesadaran dan atensi pasien terhadap detil pemeriksaan,

pemahaman, ekspresi wajah, cara bicara, postur dan cara berjalan perlu diperhatikan.

Pemeriksaan neurologis dilaksanakan dengan senantiasa mengingat dua tujuan untuk

memperoleh tanda yang mengarah adanya disfungsi serebri fokal yang berbatas tegas serta

untuk memperoleh tanda yang mengisyaratkan adanya penyakit serebri difus bilateral. Tujuan

pertama dicapai melalui pemeriksaan neurologis rutin, yang terutama dirancang untuk

mengungkapkan asimetri fungsi motorik, persepsi, dan reflex pada kedua sisi tubuh yang

disbebakan oleh penyakit hemisferik fokal. Tujuan kedua tercapai dengan mencari untuk

memperoldeh tanda yang selama ini dikaitkan dengan disfungsi otak difus atau penyakit

lobus frontal. Tanda ini meliputi reflek menghisap, mencucur, palmomental, dan refleks

gangguan genggam serta menetapnya repon terhadap ketukan di dahi.1 Pemeriksaan sensorik

permukaan ventral dilakukan seperti biasa; jika perlu untuk menetukan persepsi sensorik

dorsal, dan pada apasien dapat dicurigai mempunyai lesi medula spinalis, pasien dapat

diputar ke sisinya dengan bantuan asisten. 1

Pemeriksaan Penunjang

Page 12: bahan somatisasi

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan darah, urin dan yang sesuai

dengan keluhan pasien. Pemeriksaan darah dilakukan untuk memeriksa apakah terdapat

gangguan organik dan menilai komplikasi. Selain itu dapat juga dilakukan uji yang lain yaitu:

Uji Fungsi Tiroid

Tersedia beberapa uji fungsi tiroid tiroksin (T4) dan Tiroid Stimulating Hormon (TSH). Uji

fungsi tiroid digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan hipertiroid dan hipotiroid yang

dapat muncul dengan gejala depresi.1

Uji Fungsi Ginjal

Bersihan kreatinin mendeteksi kerusakan ginjal secara dini dapat dipantau secara serial untuk

mengikuti perjalanan penyakit ginjal.1

Uji Endokrin Lain

Banyak hormon lain yang memengaruhi perilaku. Pemberian hormon secara eksogen telah

terbukti memengaruhi perilaku dan penyakit endokrin yang telah dikenal menyebabkan

gangguan mental. Selain hormon tiroid, hormon tersebut meliputi hormon prolaktin hipofisis

anterior, hormon pertumbuhan, somatostatin, hormon pelepas gonadotropin, serta steroid

seks-luteinizing hormone, follicle-stimulating hormone, testosteron, estrogen. 1

Elektrokardiogram

Elektrokardiogram merupakan manifestasi gelombang depolarisasi dan repolarisasi jantung

pada permukaan tubuh. Gelombang P mencerminkan aktiviras atrium; komplek QRS

mencerminkan aktivitas ventrikel; dan gelombang T bertepatan dengan repolarisasi

ventrikel.3

Endoskopi

Endoskopi merupakan suatu alat yang digunakan untukmemeriksa organ di dalam tubuh

manusia. Pemeriksaan endoskopi untuk mendiagnsis kelainan-kelainan organ di dalam tubuh

antara lain saluran pencernaan, saluran perkemihan, rongga mulut, rongga abdomen, dan lain-

lain.4

Evaluasi Multiaksial

Page 13: bahan somatisasi

DSM IV-TR merupakan suatu sistem multiaksial yang mengevaluasi pasien menurut

sejumlah variabel dan mengandung lima aksis. Aksis I dan Aksis II meliputi seluruh

klasifikasi gangguan mental: 17 klasifikasi mayor dan lebih dari 300 gangguan spesifik dalam

banyak kasus, pasien mengalami gangguan pada kedua aksis tersebut.

Aksis I. Aksis I terdiri dari gangguan klinis dan kondisi lain yang menjadi fokus perhatian

klinis.1

Aksis II. Aksis II terdiri dari gangguan kepribadian dan retardasi mental. Kebiasaan

penggunaan mekanisme defensi tertentu dapat ditayakan pada aksis II.1

Aksis III. Aksis III mencatat adanya gangguan fisik atau kondisi medis umum lain yang

muncul selain gangguan mental. Kondisi fisik tersebut dapat bersifat kausatif (contohnya

gangguan ginjal menyebabkan derilium), akibat dari suatu gangguan mental (misalnya

gastritis alkohol sekunder terhadap suatu ketergantungan alkohol), atau tidak berhubungan

dengan gangguan mental.1

Aksis IV. Aksis IV digunakan untuk mengkode masalah gangguan sosial dan lingkungan

yang secara signifikan berperan dalam timbulnya atau eksaserbasi gangguan saat ini. Evaluasi

stresor didasarkan pada pengkajian dokter terhadap stress akibat stressor psikososial yang

akan dialami oleh orang pada umumnya dengan norma sosiokultural dan situasi yang sama.

Penilaian ini didasarkan pada besarnya perubahan yang ditimbuljan oleh stressor dalam

kehidupan orang tersebut, derajat sampai sejauh mana kejadian tersebut masih diinginkan dan

berada di bawah kendali orang tersebut, serta jumlha stressor. Stressor dapat bersifat positif

(misalnya kenaikan jabatan) dan negatif (misalnya kehilangan orang yang dicintai). Informasi

mengenai stressor mungkin berperan penting dalam memformulasi rencana terapi yang

mencakup upaya untuk menghilangkan stressor psikosossial atau membantu pasien

mengatasinya.1

Aksis V. Aksis V berupa skala pengkajian fungsi secara umum yang digunakan dokter untuk

menilai tingkat kemampuan pasien untuk berfungsi secara keseluruhan selama waktu tertentu

(contohnya tingkat kemampuan pasien untuk berfungsi selama setidaknya beberapa bulan

dalam setahun terakhir). Kemampuan untuk berfungsi dianggap merupakan gabungan tiga

area mayor berfungsi secara sosial. Berfungsi secara okupasional dan berfungsi secara

psikologis. Skala Global Assessment of Functioning (GAF), berdasarkan kesinambungan

antar kesehatan mental dengan penyakit mental, merupakan skala dengan nilai dari 0-100,

Page 14: bahan somatisasi

100 menggambarkan tingkat tertinggi kemampuan berfungsi dalam semua area. Orang

dengan tingkat kemampuan berfungsi yang tinggi sebelum mengalami episode suatu

penyakit umumnya memiliki prognosis yang lebih baik dibanding mereka yang memiliki

tingkat kemampuan berfungsi rendah.1

Working Diagnosis

Gangguan somatisasi ditandai dengan banyak gejala somatik yang tidak dapat dijelaskan

dengan adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Ganguan ini biasanya pada

usia sebelum 30 tahun , dapat berlanjut hingga tahunan dan dikenali menurut Diagnostic and

Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR) sebagai”kombinasi gejala nyeri,

gastrointestinal, seksual, serta pseuodoneurologis”. Gangguan somatisasi berbeda dengan

gangguan somatoform lainnya karena banyaknya keluhan dan banyaknya sistem organ yang

terlibat (contohnya gastrointestinal dan neurologis). Gangguan ini bersifat kronis dan disertai

dengan penderitaan psikologis yang signifikan, hendaya fungsi sosial dan pekerjaan, serta

perilaku mencari bantuan medis yang berlebihan.1,5

Untuk diganosis gangguan somatisasi, DSM-IV-TR mengharuskan awitan gejala sebelum 30

tahun. Selama jalanan gangguan, pasien harus memiliki keluhan sedikitnya, empat gejala

nyeri, dua gejala gastrointestinal, satu gejala seksual, dan satu gejala pesudoneurologis, yag

seluruhnya tidak dapat dijelaskan dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium.1

Tabel 1. Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Somatisasi1

A. Riwayat banyak keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 taun yang terjadi selama sutau

periode beberapa tahun dan menyebabkan pencarian terapi atau hendaya fngsi sosial,

pekerjaa atau area fungsi penting lain yang signifikan.

B. Masing-masing kriteria berikut ini harus dipenuhi dengan setiap gejala terjadi pada

waktu kapanpun dan selama perjalanan gangguan:

(1) Empat gejala nyeri: riwayat nyeri berkaitan dengan sedikitnya empat tempat

dan fungsi yang berbeda (contoh: kepala, abdomen, punggung, sendi,

ekstreitas, dada, rektum, selama mentruasi, selama hubungan seksual, atau

selama berkemih

(2) Dua gejala gastrointestinal: riwayat sedikitnya dua gejala gastrointestinal

selain nyeri (contoh: mual, kembung, seksual muntah, selain selama hamil,

diae atau intoleransi terhadap beberapa makanan berbeda)

Page 15: bahan somatisasi

(3) Satu gejala seksual: riwayat sedikitnya satu gejala atau reproduksi selain

nyeri (contoh: ketidakpedulain terhadap seks, disfungsi ereksi atau ejakulasi,

menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah

sepanjang hamil

(4) Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sedikitnya satu gejala atau defisit yang

mengesankan keadaan neurologis tidak terbatas pada nyeri (gejala konversi

seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau kelemahan

lokal, kesulitan menelan atau benjolan di tonggorok, afonia, retensi urin,

halusinasi, hilangnya sensasi raba atau nyeri, penglihatan ganda, buta, tuli,

kejang, gejala disasosiatif seperti amnesia, atau hilangnya kesadara selain

pingsan)

C. Baik (1) atau (2) :

(1) Setelah penelitian yang sesuai, setiap gejala kriteria B tidak dapat dijelaskan

secara utuh dengan keadaan medis umum yang diketahui atau efek langsung suatu

zat (contoh: penyalahgunaan obat, pengobatan)

(2) Jika terdapat keadaan medis umum, keluhan fisik, atau hendaya sosial atau

pekerjaan yang diakibatkan jauh melebihi yang diperkirakan dari anamnesis,

pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium

D. Gejala dihasilkan tanpa disengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau

malingering)

Gambaran klinis pasien dengan gangguan somatisasi memiliki banyak keluhan somatik dan

riwayat medis yang rumit dan panjang. Mual dan muntah, kesulitan menelan, nyeri di lengan

dan tungkai, napas pendek tidak berkaitan dengan olahraga, amnesia, dan komplikasi selama

kehamilan serta menstruasi adalah gejala yang paling lazik ditemui.1 Diagnosis gangguan

somatisais digunakan untuk individu-individu yang bbanyak mengalami keluhan somatik,

berulang-ulang dan berlangsung lama, yang jelas bukan karena sifat fisik yang aktual.

Individu-individu dengan gangguan ini menolak pandangan bahwa penyebab dari keluhan-

keluhan mereka adalah faktor psikologis dan mereka tetap mencari pengobatan medis.5

Gejala pseudoneurologis mengesankan, tetapi tidak patognomonik, untuk adanya gangguan

neurologis. Penderitaan osikologis dan masalah interpersonal menonjol pada gangguan ini:

ansietas dan depresi adalah keadaan psikiatri yang paling sering. Ancaman bunuh diri lazim

ada tetapi bunuh diri yang sesungguhnya jarang terjadi. Jika bunuh diri biasanya sering

terkait dengan penyalahgunaan zat. Pasien secara klasik, tapi tidak, selalu, menggambarkan

keluhan dengan cara yang dramatik, emosional, dan berlebihan dengan bahasa yang jelas dan

Page 16: bahan somatisasi

berwarna; mereka dapat bingung dengan urutan waktu dan tidak dapat membedakan secara

jelas gejala saat ini dan yang lalu. Pasien perempuan dengan gangguan somatisasi dapat

berpakaian dengan cara ekshibisionistik. Pasien dianggap sebagai seseorang yang tidak

mandiri, terpusat pada diri sendiri, haus pemujaan dan manipulatif. 1,5

Different Diagnosis

Klinisi harus selalu menyingkirkan keadaan medis nonpsikiatri yang dapat menjelaskan

gejala pasien. Sejumlah gangguan medis sering menunjukkan kelainan yang sementar dan

nonspesifik pada kelompok usia yang sama. Gangguan medis ini mencakup sklerosis multiple

(MS), miastenia gravis, systemic lupus erythematosus (SLE), Acquired immune deficiency

syndrome (AIDS), porfiria akut intermiten, hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, dan infeksi

sistemik kronik. Awitan berbagai gejala somatik pada pasien yang berusia lebih dari 40 tahun

harus dianggap disebabkan oleh keadaan medis nonpsikiatri sampai pemeriksaan medis yang

mendalam telah dilengkapi.

Banyak gangguan jiwa dipertimbangkan dalam diagnosis banding, yang dipersulit

pengamatan bahwa sedikitnya 50 persen pasien dengan gangguan somatisasi juga memiliki

gangguan jiwa lain bersamaan. Pasien dengan gangguan depresif berat, gangguan ansietas

menyeluruh, dan skizofrenia semuanya dapat memiliki keluhan awal yang berpusat pada

gejala somatik. Meskipun demikian, pada semua gangguan ini, gejala depresi, ansietas, atau

psikosis akhirnya mendominasi keluhan somatik. Walaupun pasien dengan gangguan panik

dapat mengeluhkan banyak gejala somatik yang berkaitan dengan serangan paniknya, mereka

tidak terganggu oleh gejala somatik di antara serangan panik.

Diantara semua gangguan somatoform, hipokondriasis, gangguan konversi dan

gangguan somatisasi nyeri, pasien dengan hipokondriasis memiliki keyakinan salah bahwa

mereka memiliki penyakit tertentu, sedangkan pasien dengan gangguan somatisasi

mengkhawatirkan banyak gejala. Gejala gangguan konversi terbatas pada satu atau dua

sistem neurologis bukannya gejala gangguan somatisasi yang sangat beragam. Gangguan

nyeri terbatas pada satu atau dua keluhan gejala nyeri.

Psikosomatik

Kedokteran psikosomatik menganggap faktor psikologis penting di dalam timbulnya semua

penyakit. Meskipun demikian peranannya di dalam predisposisi, mulainya, perkembangan

atau perburukan suatu penyakit. Pada sejumlah kasus, stress dapat mencetuskan atau

Page 17: bahan somatisasi

memperburuk gangguan. Hampir semua sistem organ tubuh dapat terkena dan gangguan yang

disebutkan bersifat representatif dan bukan definif. Pada gangguan psikosomatik tedapat

beberapa gangguan spesifik:1

1. Penyakit Gatroesofagus Reflux Disease (GERD)

GERD merupakan gangguan esofagus yang paling lazim ditemukan dan berperan

pada sebagian besar konsumsi antasid yang dijual bebas. Gejala yang dominan adalah

nyeri ulu hati yang dapat disertai dengan regurgitasi dan nyeri.

2. Penyakit ulkus lambung

Ulkus lambung dapat mengacu pada ulserasi mukosa yang meliputi lambug bagian

distal dan duodenum bagian proksimal. Gejala penyakit ulkus lambung mencakup

rasa nyeri atau perih epigastrium seperti terbakar yang terjadi 1 sampai 3 jam setelah

makan dan diredakan dengan makanan atau antasid. Gejala yang mnyertai dapat

mencakup mual, muntah, dispepsia, atau tanda perdarahan gastrointestinal seperti

hematemesis dan melena.

3. Penyakit Jantung Koroner

Gangguan psikiatrik sering terjadi sebagai komplikasi atau keadaan komorbid orang

dengan penyakit kardiovascular. Depresi, ansietas, delirium, dan gangguan kognitif

terutama sering terjadi. Karena pengaturan jantung otonom sangat sensitif terhadap

stres emosional akut sepertu kemarahan besar, rasa takut atau sedih, tidak megejutkan

jika emosi tiba-tiba, terutama ansietas memperngaruhi jantung.

Keadaan takut dan kemarahan akut menurunkan aliran darah melalui segmen koroner

aterosklerotik dan mncetuskan spasme koroner, sehingga menyebabkan gerakan

dinding ventrikel kiri yang abnormal serta bukti elektrokardiografik adanya iskemia

miokardium. Stress mental akut dapat menyebabkan angina saat adanya arteria

koronaria yang normal, sebagai akibat spasme arteria koronaria.

Stressor

1. Organobiologik.

Sejumlah studi mengemukakan bahwa pasien memiliki perhatian yang khas dan

hendaya kognitif yang menghasilkan persepsi dan penilaian input somatosensorik

yang salah. Sejumlah studi pencitraan otak melaporkan adanya penurunan

metabolisme lobus frontalis dan hemisfer nondominan. Data genetik menunjukkan

Page 18: bahan somatisasi

bahwa gangguan somatisasi dapat memiliki komponen genetik. Penelitian sitokin,

suatu area baru studi ilmu neurologi dasar, dapat relevan dengan gangguan somatisasi

dan gangguan somatoform lain. Sitokin adalah molekul pembawa pesan yang

digunakan sistem imun berkomunikasi di dalam dirinya dan dengan sistem saraf,

termasuk otak. Contoh sitokin adalah interleukin, faktor necrosis tumor, dan

interferon. 1

2. Psikososial

Faktor psikosiosial melibatkan interpretasi gejala sebagai komunikasi sosial,

akibatnya adalah menghindari kewajiban, mengekspresikan emosi, atau

menyimbolkan suatu perasaan atau keyakinan. Perspektif perilaku pada gangguan

somatisasi menekankan bahwa pengajaran orang tua, contoh dari orang tua, dan adat

istiadat dapat mengajari beberapa anak untuk lebih melakukan somatisasi daripada

oranglain. 1

Penatalaksanaan

Non-framakologik

Gangguan somatisasi paling baik diterapi ketika pasien memilki satu dokter utamanya. Ketika

lebih dari satu klinisi, pasien memiliki kesempatan lebih untuk mengekspresikan keluhan

somatiknya. Dokter harus mengatur jadwal pertemuan teratur dengan onterval satu bulan

sekali, dan harus memberikan respon pada keluhan somatiknya. Setelah diagnosis somatisasi

ditegakan maka dokter harus mendengar keluhan somatisasi pasien namun bukan sebagai

keluhan fisik melainkan sebagai ekspresi emosi. Meskipun penyakit sungguhan dapat benar

terjadi, oleh karena itu harus dinilai gejala mana yang harus diperiksa. Pelayanan primer

untuk gangguan somatisasi adalaah meningkatkan kesadaran pasien akan kemungkinan faktor

psikologis terlibat. Pada lingkungan psikoterapi, pasien dibantu beradaptasi dengan

gejalanya, mengekspresikan emosi yang mendasari dan membangun strategi alternatif untuk

mengekspresikan perannya.1

Farmakologi

Memberikan obat psikotropik ketika gangguan somatoform timbul bersamaan dengan

gangguan mood atau gangguan ansietas selalu memiliki resiko, tetapi juga diindikasikan

terapi psikofarmakologi dan terapi psikoterapeutik pada gangguan yang timbul bersamaan.

Page 19: bahan somatisasi

Obat harus diawasi karena cenderung pasien dengan somatisasi menggunakan obatnya

dengan tidak teratur dan tidak dapat dipercaya.1

Page 20: bahan somatisasi

Penutup

Page 21: bahan somatisasi

Daftar Pustaka

1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan dan Sadock; buku ajar psikiatri klinis. Ed 2. Jakarta:

EGC. 2010. h.

2. Willms JL, Schneiderman H, Algranati PS. Diagnosis fisik: evaluasi diagnosis dan

fungsi di bangsal. Jakarta : EGC. 2005. H.572-3 .

3. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Kumpulan kuliah farmakologi. Jakarta:

EGC. 2009. H. 393

4. Priyanto A, Lestari S. Endoskopi gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika. 2009.h.

13

5. Semiun Y. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Canisius. 2006. H. 378-80