bahan pencernaan hemoroid
-
Upload
nhara-diahh -
Category
Documents
-
view
103 -
download
9
description
Transcript of bahan pencernaan hemoroid
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HEMOROID
Definisi
Kata “Hemoroid” berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘haem’ : darah, rhoos’ : mengalir. Jadi semua
pendarahan yang ada di anus disebut hemoroid.
Hemoroid adalah pelebaran rasa di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan
patologik. Hanya apabila hemoroid ini menyebabkan keluhan atau penyulit, diperlukan tindakan.
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal dan dapat dibagi menjadi 2,
yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis
superior dan media dan hemoroid eksterna merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai
istilah yang digunakan, maka hemoroid eksterna timbul di sebelah luar otot sfingter ani, dan
hemoroid interna timbul di sebelah dalam sfingter.
Etiologi
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1. Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organik.
Kelainan organik yang menyebabkan gangguan adalah :
• Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga
terjadi hepartensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan
pleksus hemoroidalis .
• Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
• Tomur intra abdomen, terutama didaerah velvis, yang menekan vena sehingga aliranya
terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.
2. Idiopatik,tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya
hemoroid.Faktor faktor yang mungkin berperan :
• Keturunan atau heriditer
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan
hemoroidnya.
• Anatomi
Vena di daerah masentrorium tudak mempunyai katup. Sehingga darah mudah kembali
menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
• Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
- Orang yang pekerjaan nya banyak berdiri atau duduk dimana gaya grapitasi akan
mempengaruhi timbulnya hemoroid.Misalnya seorang ahli bedah.
- Gangguan devekasi miksi.
- Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
- Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
Pada seseorang wanita hamil terdapat 3 faktor yang mempengaruhi timbulnya hemoroid yaitu :
- Adanya tomur intra abdpomen.
- Kelemahan pembuluh darah sewaktu hamil akibat pengaruh perubahan hormonal.
- Mengedan sewaktu partus.
Factor predisposisi terjadinya Hemoroid :
a. Terlalu banyak mengedan saat buang air besar
b. Kebiasaan berjongkok atau duduk terlalu lama
c. Mengangkat beban terlalu berat
d. Wanita hamil yang mengedan saat melahirkan
e. Diare kronik
f. Usia lanjut
g. Hubungan seks peranal
h. Hereditas/ keturunan
i. Sembelit
j. Genetik predisposisi
k. Kurang berolahraga atau imobilisasi
l. Kurang makan-makanan berseerat
Patofisiologi:
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rektum
terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma oleh
feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena
kaya akan asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis.
Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi
pada daerah tersebut dan nekrosis.
a. Hemorrhoid interna:
Sumbatan aliran darah system porta menyebabkan timbulnya hipertensi portal dan terbentuk
kolateral pada vena hemorroidalis superior dan medius. Selain itu Sistem vena portal tidak
mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik.
b. Hemorrid eksterna:
Robeknya vena hemorroidalis inferior membentuk hematoma di kulit yang berwarna
kebiruan, kenyal-keras,dan nyeri. Bentuk ini sering nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf
pada kulit merupakan reseptor nyeri.
Gejala Klinik:
Gejala utama berupa :
a. Perdarahan melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri.
Perdarahan merupakan tanda pertama dari hemoroid interna akibat trauma oleh feses yang
keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses.
b. Prolaps yang berasal dari tonjolan hemaroid sesuai gradasinya.
Hemoroid yag membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar
menyebabkan prolaps. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi dan
disusul reduksi spontan saat defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut, hemoroid interna ini
perlu didorong kembali setelah defekasi agar masuk kembali ke dalam anus.
Gejala lain yang mengikuti :
c. Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.
Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan edema yang meradang.
d. Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.
Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini
disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus.
e. Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi
Jenis-jenis Hemoroid
Hemoroid diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1. Hemoroid eksterna, yaitu hemoroid yang muncul di luar sfingter anal.
2. Hemoroid interna, yaitu hemoroid yang terjadi di atas sfingter anal.
(Brunner & Suddarth, 2001 : 1138)
Hemoroid Eksterna diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
• Akut : pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus (hematoma)ànyeri dan gatal
• Kronik : satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit
pembuluh darah
Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis, yaitu:
1. Derajat I: perdarahan merah segar tanpa nyeri saat defekasi, bila terjadi pembesaran
hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop,
2. Derajat II: menonjol melalui kanalis analis pada saat mengejan ringan, tetapi dapat
masuk kembali secara spontan, pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau
masuk sendiri ke dalam anus secara spontan.
3. Derajat III: pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan
bantuan dorongan jari. Hemoroid menonjol saat mengejan dan harus didorong kembali
sesudah defekasi
4. Derajat IV: prolaps hemoroid yang permanen, rentan, dan cenderung untuk
mengalami trombosis atau infark. Hemoroid menonjol keluar dan tidak dapat
didorong masuk.
Der
ajat
Berd
arah
Meno
njol
Rep
osisi
I (+) (-) (-)
II (+) (+) Spo
ntan
III (+) (+) Man
ual
IV (+) tetap Tida
k
dapa
t
Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior vena porta
sedangkan Pleksus hemoroid eksterna mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui
daerah perineum dan lipat paha ke vena iliaka.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Colok Dubur
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat
diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal.
Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan
colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
2. Pemeriksaan Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop
dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan
penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler
yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya
benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani
dan tumor ganas harus diperhatikan.
3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh
proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan
keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Faeces harus diperiksa terhadap adanya
darah samar.
Terapi Konservativ
Terapi Konservatif diberikan pada hemoroid derajat I dan II dimana bukan ditujuan untuk
menghilangkan pleksus hemoroidalis tapi untuk menghilangkan keluhan. Terapi konservatif
ini diberikan untuk pasien dengan gejala yang minor dan memiliki kebiasaan diet atau
higiene yang tidak normal.
a. Non-farmakologis
Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan memperbaiki cara defekasi.
Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum, perbaikan
pola atau cara defekasi. Perbaikan defekasi disebut Bowel Management Program (BMP)
yang terdiri atas diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku
defekasi (defekasi dalam posisi jongkok/squatting). Makanan berserat akan menyebabkan
gumpalan isi usus besar namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi
keharusan mengedan secara berlebihan.
Selain itu, lakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam anus dalam air
selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari dengan larutan kalium permanganat (PK) 1:10.000
(1 gram bubuk PK dilarutkan dalam 10 liter air). Dengan perendaman ini, eksudat/sisa
tinja yang lengket dapat dibersihkan. Eksudat/sisa tinja yang lengket dapat menimbulkan
iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan.
b. Farmakologi
Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan keluhan dan gejala.
Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat macam, yaitu:
1. Obat yang memperbaiki defekasi
Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber suplement) dan pelicin tinja
(stool softener). Suplemen serat komersial yang yang banyak dipakai antara lain
psylium atau isphaluga Husk (ex.: Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang berasal
dari kulit biji plantago ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Obat ini
bekerja dengan cara membesarkan volume tinja dan meningkatkan peristaltik usus.
Efek samping antara lain ketut dan kembung. Obat kedua adalah laxant atau pencahar
(ex.: laxadine, dulcolax, dll).
2. Obat simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, atau
kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan misalnya Anusol, Boraginol N/S dan
Faktu. Sediaan yang mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang
daerah hemoroid atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct.
3. Obat penghenti perdarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya vena hemoroid
yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan
paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah.
4. Obat penyembuh dan pencegah serangan
Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 3×2 tablet selama 4 hari, lalu 2×2 tablet
selama 3 hari. Pengobatan ini dapat memberikan perbaikan terhadap gejala inflamasi,
kongesti, edema, dan prolaps.
c. Invasif
Bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit dengan tindakan-
tindakan pengobatan yang tidak terlalu invasif. Dilakukan jika pengobatan farmakologis
dan non-farmakologis tidak berhasil.
Prinsip dari tindakan invasif ada 2 yaitu fiksasi dan eksisi. Fiksasi dilakukan pada derajat I
dan II. Dan selebihnya adalah eksisi (Felix, 2006).
Fiksasi terdiri dari:
· Skleroterapi. Dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Metode ini menggunakan zat
sklerosan yang disuntikan para vasal. Setelah itu, sklerosan merangsang pembentukan
jaringan parut sehingga menghambat aliran darah ke vena-vena hemoroidalis.
Akibatnya, perdarahan berhenti. Sklerosan yang dipakai adalah 5% phenol in almond oil
dan 1% polidocanol. Metode ini mudah dilaksanakan, aman dan memberikan hasil baik.
· Rubber band ligation. Kerja dari metode ini adalah akan mengabliterasi lokal vena
hemoroidalis sampai terjadi ulserasi (7-10 hari) yang diikuti terjadinya jaringan parut (3-
4 minggu). Prosedur ini dilakukan pada hemoroid derajat 1-3.
· Infrared thermocoagulation. Prinsipnya adalah mendenaturasi protein melalui efek
panas dari infrared, yang selanjutnya mengakibatkan jaringan terkoagulasi. Untuk
mencegah efek samping dari infrared berupa kerusakan jaringan sekitar yang sehat,
maka jangka waktu paparan dan kedalamannya perlu diukur akurat. Metode ini
diperuntukkan pada derajat 1-2.
· Laser haemorrhoidectomy. Metode ini mirip dengan infrared. Hanya saja mempunyai
kelebihan dalam kemampuan memotong. Namun, biayanya mahal.
· Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation. Metode ini menjadi pilihan
utama saat terjadi perdarahan karena dapat mengetahui secara tepat lokasi arteri
hemoroidalis yang hendak dijahit.
· Cryotherapy. Metode ini kurang direkomendasikan karena seringkali kurang akurat
dalam menentukan area freezing.
Sedangkan eksisi dapat dilakukan dengan beberapa teknik yaitu St. Marks Milligan –
Morgan Technique, Submucosal Haemorrhoidectomy (Parks method), dan yang terbaru
adalah Circular Stapler Anopexy (teknik Longo). Teknik Circular Stapler Anopexy atau
dikenal dengan Procedure for Prolapse and Haemorrhoids (PPH) baru dikembangkan
sekitar tahun 1993. Teknik ini bekerja dengan mendorong jaringan hemoroid yang merosot
ke arah atas dan dijahitkan ke selaput lendir dinding anus. Kemudian sebuah gelang dari
bahan titanium diselipkan di jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk
mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut.
Tindakan Operatif
Indikasi tindakan operatif pada pasien hemoroid adalah penderita dengan keluhan menahun
dan hemoroid derajat III dan IV, Perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan
terapi lain yang lebih sederhana, Hemoroid derajat IV dengan thrombus dan nyeri hebat.
Penderita hemoroid eksterna juga diberikan terapi bedah karena hemoroid eksterna sudah
tidak bisa ditangani dengan tindakan konservatif. Prinsip yang harus diperhatikan dalam
hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar
berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan
tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus digabung dengan rekonstruksi
tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis akibat prolapsus mukosa. Ada
tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional ( menggunakan pisau dan
gunting), bedah laser ( sinar laser sebagai alat pemotong) dan bedah stapler ( menggunakan
alat dengan prinsip kerja stapler).
Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :
a. Bedah konvensional
1. Teknik Milligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik ini
dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa
hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari
rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus
hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter
internus. Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi
elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus
hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya.
Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi cat gut
maka hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis,
maka mukosa dan kulit anus ditutup secara longitudinal dengan jahitan jelujur
sederhana. Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu
waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rectum
yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil
terlalu banyak jaringan
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan
mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan
mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan
kontinuitas mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan
jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan
diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik
ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak mengandung resiko
pembentukan jaringan parut sekunder yang biasa menimbulkan stenosis.
b. Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat
pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri
sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang
minimal. Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena syaraf rasa nyeri ikut terpatri.
Di anus, terdapat banyak syaraf. Pada bedah konvensional, saat post operasi akan terasa
nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut syaraf terbuka akibat serabut
syaraf tidak mengerut sedangkan selubungnya mengerut. Sedangkan pada bedah laser,
serabut syaraf dan selubung syaraf menempel jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut
syaraf tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah
jaringan diangkat, luka bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6
minggu, luka akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan.
c. Bedah Stapler
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse Hemorrhoids (PPH) atau
Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun 1993 oleh dokter
berkebangsaan Italia yang bernama Longo sehingga teknik ini juga sering disebut teknik
Longo. Di Indonesia sendiri alat ini diperkenalkan pada tahun 1999. Alat yang digunakan
sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari lingkaran di
depan dan pendorong di belakangnya. Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami
yang terdapat di saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar.
Kerjasama jaringan hemoroid dan m. sfinter ani untuk melebar dan mengerut menjamin
kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps
jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan
jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih
diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua. Mula-mula
jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang dinamakan dilator,
kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan
ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam
jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan
hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler.
Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat , maka alat akan memotong
jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka
suplai darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan
sendirinya. Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak
mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan
dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit, pasien
pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat.
Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu :
Ø Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan kerusakan
dinding rektum.
Ø Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam jangka
waktu pendek maupun jangka panjang.
Ø Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah dilaporkan.
Ø PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk memperoleh
jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan mungkin terlalu tebal
untuk masuk ke dalam stapler.
HEMOROIDEKTOMI
Suatu tindakan pembedahan dan cara pengangkata pleksus hemoroidalis dan mukosa atau
tanpa mukosa yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebih.
Buang air besar dengan perdarahan berupa darah segar dan tidak bercampur dengan
feses,prolaps hemoroid disertai dengan anal discharge, pruritus ani dan dermatitis disekitar
anus (proktitis).
Indikasi operasi
- Penderita dengan keluhan menahun dan hemoroid derajat III dan IV.
- Perdarahan berulang dan anemia yang tidaksembuh dengan terapi lain yang lebih
sederhana.
- Hemoroid derajat IV dengan thrombus dan nyeri hebat.
Kontra indikasi operasi
- Hemoroid derajat I dan II
- Penyakit Chron’s
- Karsinoma rectum yang inoperable
- Wanita hamil
- Hipertensi portal
Teknik pengangkatan dapat dilakukan menurut 3 metode:
a. Metode Langen-beck(eksisi atau jahitan primer radier)
Dimana semua sayatan ditempat keluar varises harus sejajar dengan sumbu memanjang
dari rectum.
b. Metode White head (eksis atau jahitan primer longitudinal)
Sayatan dilakukan sirkuler, sedikit jauh dari varises yang menonjol
c. Metode Morgan-Milligan
Semua primary piles diangkat
Teknik operasi (Morgan Milligan):
1. Posisi pasien littotomi atau knee-chest (menungging)
2. Anestesia dapat dilakukan dengan general, regional atau lokal anestesia
3. Dilakukan praktoskopi untuk identofikasi hemorrhoid
4. Dibuat insisi triangular mulai dari kulit anal ke arah prosimal hingga pedikel hemorrhoid
5. Jaringan hemorrhoid di eksisi dengan gunting atau pisau, pedikel hemorrhoid diligasi
dengan chromic catgut 3-0
6. Defek kulit dan mukosa dapat dirawat secara terbuka atau dijahit sebagian
7. Tindakan diulang pada bagian yang lain
8. Lubang anus dibiarkan terbuka atau ditampon dengan spongostan
A. PERSIAPAN KLIEN DI UNIT PERAWATAN
I. PERSIAPAN FISIK
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu :
a) Persiapan di unit perawatan
b) Persiapan di ruang operasi
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara
lain:
1) Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan
secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu,
riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status
hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik,
fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang
cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami
stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi,
tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya
haid lebih awal.
2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat
kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan
keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum
pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi
gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi
dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi
yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan
sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada
kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan.
Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar
elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium
serum (normal : 135 – 145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5-5 mmol/l) dan
kadar kreatinin serum (0,70 – 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait
erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa
dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat
dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oliguri/anuria,
insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan
fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
4) Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang
bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan
pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa
berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB).
Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi
(masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area
pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus
pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan
lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan
NGT (naso gastric tube).
5) Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada
daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi
tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan
dan perawatan luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak
memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada
lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan
sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien di berikan
kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman.
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang
akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran
jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya :
apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur femur,
hemoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga
dilakukan pada pemasangan infus sebelum pembedahan.
6) Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang
kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah
yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri
dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak
mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan
memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
7) Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter.
Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk
mengobservasi balance cairan.
8) Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting
sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri
daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :
Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah
operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu
beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini
juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum.
Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien
dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien.
Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
· Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut
ditekuk dan perut tidak boleh tegang.
· Letakkan tangan diatas perut
· Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi
muluttertutup rapat.
· Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara
dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut.
· Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)
· Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif.
Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami
operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu
nafas selama dalam kondisi teranstesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami
rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di
tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk
mengeluarkan lendir atau sekret tersebut.
· Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara :
Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan
melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk.
· Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)
· Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak hanya
batuk dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada
tenggorokan.
· Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi.
· Ulangi lagi sesuai kebutuhan.
· Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan
menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah
operasi dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.
Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi,
pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk
mempercepat proses penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang
pergerakan pasien setalah operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan
tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh.
Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera
bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga
pasien akan lebih cepat kentut/flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan
penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan
terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah
stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada
perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi
dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan
bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri.
Status kesehatn fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien yang akan
mengalami pembedahan, keadaan umum yang baik akan mendukungh dan
mempengaruhi proses penyembuhan. Sebaliknya, berbagai kondisi fisiologis dapat
mempengaruhi proses pembedahan. Demikian juga faktor usia/penuaan dapat
mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor resiko pembedahan. Oleh karena itu
sangatlah penting untuk mempersiapkan fisik pasien sebelum dilakukan
pembedahan/operasi.
Faktor resiko terhadap pembedahan antara lain :
1. Usia
Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut mempunyai
resiko lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah sangat
menurun . sedangkan pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena belum matur-
nya semua fungsi organ.
2. Nutrisi
Kondisi malnutris dan obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan
dibandingakan dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase
penyembuhan. Pada orang malnutisi maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi
yang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut antara
lain adalah protein, kalori, air, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin K,
zat besi dan seng (diperlukan untuk sintesis protein).
Pada pasien yang mengalami obesitas. Selama pembedahan jaringan lemak, terutama
sekali sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan permasalahan
teknik dan mekanik. Oleh karenanya dehisiensi dan infeksi luka, umum terjadi. Pasien
obes sering sulit dirawat karena tambahan berat badan; pasien bernafas tidak optimal
saat berbaring miring dan karenanya mudah mengalami hipoventilasi dan komplikasi
pulmonari pascaoperatif. Selain itu, distensi abdomen, flebitis dan kardiovaskuler,
endokrin, hepatik dan penyakit biliari terjadi lebih sering pada pasien obes.
3. Penyakit Kronis
Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM, dan insufisiensi
ginjal menjadi lebih sukar terkait dengan pemakian energi kalori untuk penyembuhan
primer. Dan juga pada penyakit ini banyak masalah sistemik yang mengganggu
sehingga komplikasi pembedahan maupun pasca pembedahan sangat tinggi.
4. Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin
Pada pasien yang mengalami gangguan fungsi endokrin, seperti dibetes mellitus yang
tidak terkontrol, bahaya utama yang mengancam hidup pasien saat dilakukan
pembedahan adalah terjadinya hipoglikemia yang mungkin terjadi selama pembiusan
akibat agen anstesi. Atau juga akibat masukan karbohidrat yang tidak adekuat pasca
operasi atau pemberian insulin yang berlebihan. Bahaya lain yang mengancam adalah
asidosis atau glukosuria. Pasien yang mendapat terapi kortikosteroid beresiko
mengalami insufisinsi adrenal. Penggunaan oabat-obatan kortikosteroid harus
sepengetahuan dokter anastesi dan dokter bedahnya.
5. Merokok
Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan vaskuler,
terutama terjadi arterosklerosis pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan
darah sistemiknya.
6. Alkohol dan obat-obatan
Individu dengan riwayat alkoholik kronik seringkali menderita malnutrisi dan
masalah-masalah sistemik, sperti gangguan ginjal dan hepar yang akan meningkatkan
resiko pembedahan. Pada kasus kecelakaan lalu lintas yang seringkali dialami oleh
pemabuk. Maka sebelum dilakukan operasi darurat perlu dilakukan pengosongan
lambung untuk menghindari asprirasi dengan pemasangan NGT.
II. PERSIAPAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang antara lain :
a) Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang
(daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized Tomography
Scan), MRI (Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy,
Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio Grafi), ECHO,
EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
b) Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah : hemoglobin, angka leukosit,
limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin dan
globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT BT, ureum kretinin, BUN,
dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit terkaut
dengan kelainan darah.
c) Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh
untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan
untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis
saja.
d) Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD)
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien
dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam
(puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan
pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).
III. PEMERIKSAAN STATUS ANASTESI
Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya akan
mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf. Berikut adalah
tabel pemeriksaan ASA.
1) Tidak ada gangguan organik, biokimia dan psikiatri
2) Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan diseababkan oleh penyakit
yang akan dibedah
3) Penyakit sistemik berat
4) Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang tidak selalu dapat
diperbaiki dengan pembedahan
5) Keadaan terminal dengan kemungkinan hidup kecil, pembedahan dilakukan
sebagai pilihan terakhir.
IV. INFORM CONSENT
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap pasien, hal
lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan
tanggung gugat, yaitu Inform Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus
menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh
karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat
pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi).
Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik
hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien wajib untuk
menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang
dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan
tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum
menandatangani surat pernyataan tersut akan mendapatkan informasi yang detail
terkait dengan segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan
yang akan dijalani. Jika petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak
pasien/keluarganya berhak untuk menanyakan kembali sampai betul-betul paham.
Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak meka penyesalan akan
dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak
sesuai dengan gambaran keluarga.
Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai
cara:
1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien sebelum
operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan
dialami oleh pasien selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll.
2. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan operasi
sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas.
3. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala
prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa
bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi.
4. Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain
karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.
5. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti valium
dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien
dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.
Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi, petugas
kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa lebih
tenang. Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatn
untuk mengantar pasien samapi ke batas kamar operasi dan diperkenankan untuk
menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan kamar operasi.
OBAT-OBATAN PRE MEDIKASI
Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-obatan
permedikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang
cukup. Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium atau diazepam.
Antibiotik profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di operasi. Antibiotik
profilaksis yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama
tindakan operasi, antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam sebelum operasi
dimulai dan dilanjutkan pasca beda 2- 3 kali. Antibiotik yang dapat diberikan adalah
ceftriakson 1gram dan lain-lain sesuai indikasi pasien.
V. PERSIAPAN PASIEN DI KAMAR OPERASI
Persiapan operasi dilakukan terhadap pasien dimulai sejak pasien masuk ke ruang
perawatan sampai saat pasien berada di kamar operasi sebelum tindakan bedah
dilakukan. Persiapan di ruang serah terima diantaranya adalah prosedur administrasi,
persiapan anastesi dan kemudian prosedur drapping.
Di dalam kamar operasi persiapan yang harus dilakukan terhdap pasien yaitu berupa
tindakan drapping yaitu penutupan pasien dengan menggunakan peralatan alat tenun
(disebut : duk) steril dan hanya bagian yang akan di incisi saja yang dibiarkan terbuka
dengan memberikan zat desinfektan seperti povide iodine 10% dan alkohol 70%.
Prinsip tindakan drapping adalah:
· Seluruh anggota tim operasi harus bekerja sama dalam pelaksanaan prosedur
drapping.
· Perawat yang bertindak sebagai instrumentator harus mengatahui dengan baik dan
benar prosedur dan prinsip-prinsip drapping.
· Sebelum tindakan drapping dilakukan, harus yakin bahwa sarung tangan tang
digunakan steril dan tidak bocor.
· Pada saat pelaksanaan tindakan drapping, perawat bertindak sebagai omloop harus
berdiri di belakang instrumentator untuk mencegah kontaminasi.
· Gunakan duk klem pada setiap keadaaan dimana alat tenun mudah bergeser.
· Drape yang terpasang tidak boleh dipindah-pindah sampai operasi selesai dan harus
di jaga kesterilannya.
· Jumlah lapisan penutup yang baik minimal 2 lapis, satu lapis menggunkan kertas
water prof atau plastik steril dan lapisan selanjutnya menggunakan alat tenun steril.
Teknik Drapping :
- Letakkan drape di tempat yang kering, lantai di sekitar meja operasi harus kering
- Jangan memasang drape dengan tergesa-gesa, harus teliti dan memepertahankan
prinsip steril
· Pertahankan jarak antara daerah steril dengan daerah non steril
· Pegang drape sedikit mungkin
· Jangan melintasi daerah meja operasi yang sudah terpasang drape/alat tenun steril
tanpa perlindungan gaun operasi.
· Jaga kesterilan bagian depan gaun operasi, berdiri membelakangi daerah yang tidak
steril.
· Jangan melempar drape terlalu tinggi saat memasang drape (hati-hati menyentuh
lampu operasi)
· Jika alat tenun yang akan dipasang terkontaminasi. Maka perawat omloop bertugas
menyingkirkan alat tenun tersebut.
· Hindari tangan yang sudah steril menyentuh daerah kulit pasien yang belum tertutup.
· Setelah semua lapisan alat tenun terbentang dari kaki sampai bagian kepala meja
operasi, jangan menyentuh hal-hal yang tidak perlu.
· Jika ragu-ragu terhdap kesterilan alat tenun, lebih baik alat tenun tersebut dianggap
terkontaminasi.
B. Perawatan Pasca Bedah
· Bila terjadi rasa nyeri yang hebat, bisa diberikan analgetika yang berat seperti petidin
· Obat pencahar ringan diberikan selama 2-3 hari pertama pasca operasi, untuk
melunakkan faeses
· Rendam duduk hangat dapat dilakukan setelah hari ke-2 (2 kali sehari), pemeriksaan
colok dubur dilakukan pada hari ke-5 atau 6 pasca operasi. Diulang setiap minggu
hingga minggu ke 3-4, untuk memastikan penyembuhan luka dan adanya spasme
sfingter ani interna
· Lakukan sitbath setiap kali setelah BAB (1-2 minggu setelah operasi)
· Makan diet berserat dan yang adekuat, minum paling sedikit 2000 ml cairan dan
berolahraga ringan.
Komplikasi hemoroidektomi:
1. Komplikasi awal:
a. Rasa nyeri pasca operasi, berlangsung s/d 2-3 minggu. Hal ini terutama karena
insisi dan ligasi pedikel hemoroid.
b. Infeksi luka jarang terjadi; dapat timbul abses (1%), Infeksi nekrotikans berat
jarang ditemukan
c. Perdarahan pasca operasi.
d. Pembengkakan jembatan-jembatan kulit.
e. Inkontinesia berat jangka pendek
2. Komplikasi lanjut terdiri dari:
a. Stenosis ani
b. Terbentuknya skin tag
c. Kekambuhan
d. Fisura Ani. (retakan pada dinding anus yang disebabkan oleh peregangan akibat
lewatnya feses yang keras ataupun trauma) *fisiologi Sylvia 2006
e. Inkontinensia ringan
f. Infark feses, akibat penggunaan narkotika pasca operasi sebagai anti nyeri.
g. Perdarahan akibat pernanahan / infeksi daerah pedikel. Biasanya sehingga ikatan/
jahitan terlepas. Hal in dapat terjadi pada pada hari ke 7-16 pasca operasi.Tidak
ada tindakan sepesifik yang dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi ini.
Biasanya penderita harus menjalani “operasi ulangan “ untuk beberapa ligasi /
jahitan hemostasis dengan di ruang operasi.
Komplikasi Teknik Milligan – Morgan : Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari
eksisi tunika mukosa rectum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit
daripada mengambil terlalu banyak jaringan ( Buku ajar Bedah, David C. Sabiston).
Komplikasi teknik stapler atau Procedur for Prolapse Hemorroids (PPH) atau Hemorroid
circular stapler. Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu :
1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan kerusakan
dinding rektum.
2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam jangka
waktu pendek maupun jangka panjang.
3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah dilaporkan.
4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk memperoleh
jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan mungkin terlalu tebal
untuk masuk ke dalam stapler.
5. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah nyeri permanen (akibat teknik yang kurang
adekuat,inkontinensia alvi sampai dengan fistula rekto vaginal atau rektouretral bila
jaringan yang dieksisi terlalu dalam.mengenai sfingter.
Pencegahan
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hemoroid antara lain:
1. Jalankan pola hidup sehat.
2. Olah raga secara teratur (ex.: berjalan).
3. Makan makanan berserat (buah, sayuran, sereal, suplemen serat, dll) sekitar 20-25
gram sehari.
4. Hindari terlalu banyak duduk.
5. Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll.
6. Hindari hubunga seks yang tidak wajar (seks anal).
7. Minum air yang cukup.
8. Jangan menahan kencing dan berak.
9. Jangan menggaruk dubur secara berlebihan.
10. Jangan mengejan berlebihan.
11. Duduk berendam pada air hangat.
12. Minum obat sesuai anjuran dokter.
13. Lakukan defekasi yang sehat.
Pendidikan kesehatan dan dischard planning .
1. Menjaga Higiene personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama
defekasi.
2. Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam, bila gagal dibantu dengan
menggunakan laksatif yang berfungsi mengabsorbsi air saat melewati usus.
3. Beritahukan klien Tindakan untuk mengurangi pembesaran dengan cara: rendam
duduk dengan salep, supositoria yang mengandung anestesi, astringen (witch hazel)
dan tirah baring.
4. Lakukan sitbath setiap kali setelah BAB paling kurang 1-2 minggu setelah operasi
(untuk pasien pasca operasi)
5. Makan diet berserat yang adekuat, minum paling sedikit 2000 ml cairan dan berolah
raga ringan.
6. Pelembek feses mungkin dibutuhkan setiap hari atau setiap beberapa hari hingga
penyembuhan sempurna.
7. Laporkan gejala-gejala : perdarahan rektal, nyeri terus menerus waktu defikasi,
drainasse yang supuratif.
8. Dietetik dan kebiasaan defekasi “ yang sehat”.
a. Mengingat bahwa hemorroid terjadi karena kebanyakan mengedan secara kronik,
maka upaya utama adalah mencegah konstipasi & diare. Hal ini dapat dicapai
dengan memakan makanan yang berserat dan bercairan tinggi, kalau perlu dengan
suplemen a.l. psyllium. Psyllium bekerja sama dengan air mengencerkan feses dan
menurunkan konstipasi. Apabila masih diperlukan, dapat ditambahkan dengan
pelunak feses. Bagi banyak orang, psyllium juga berfungsi mencegah diare.
b. Banyak orang yang biasa berlama-lama defekasi sambil duduk membaca koran,
merupakan kebiasaan yang buruk karena turut menjadi penyebab hemoroid. Motto:
“ Anda tidak defekasi di perpustakaan karena itu jangan membaca di toilet”
Diagnosa Keperawatan
PRE OPERASI
1) 1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada ujung-ujung saraf nyeri oleh hematoma ditandai
dengan klien
mengeluh nyeri, klien tampak meringis, klien tampak gelisah, klien tampak memposisikan diri untuk
menghindari nyeri.
2. PK: Perdarahan.
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan penurunan konsentrasi plasma darah ditandai dengan
klien tampak
pucat, turgor kulit klien menurun, kulit klien tampak kering
4. Hipertermi berhubungan dengan penurunan konsentrasi plasma darah ditandai dengan klien
mengeluh panas,
suhu tubuh klien meningkat, klien tampak pucat, klien tampak menggigil.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi pada ujung-ujung saraf gatal oleh
hematoma ditandai
dengan klien mengeluh gatal, klien tampak menggaruk-garuk pantatnya.
POST OPERASI
1. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan invasive pembedahan hemoroidektomi ditandai dengan
klien megeluh
nyeri pada luka post op, klien tampak meringis, klien tampak memposisikan diri untuk menghindari
nyeri.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan pajanan patogen.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis pasca pembedahan ditandai dengan klien tampak gelisah,
klien selalu
bertanya-tanya tentang kesembuhannya.
Diagnosa Keperawatan, NOC dan NIC (Pre Operasi) :
1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada ujung-ujung saraf nyeri oleh hematoma ditandai
dengan klien mengeluh nyeri, klien tampak meringis , klien tampak gelisah, klien tampak
memposisikan diri untuk menghindari nyeri.
Tujuan:
Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri klien dapat berkurang dengan
kriteria hasil :
· Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan
· Mengenali gejala-gejala nyeri
· Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya
· Secara subjektif, klien menyatakan penurunan rasa nyeri
· Wajah klien tampak relaks
Intervensi :
1. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lama dan penyebarannya
Rasional : Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi sebagai temuan
pengkajian.
2. Berikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensivitas pada suara –
suara bising dan meningkatkan istirahat/relaksasi.
3. Berikan bantalan flotasi di bawah bokong pada saat duduk
Rasional : Membantu menurunkan nyeri akibat penekanan saat duduk.
4. Berikan kompres hangat pada lokasi nyeri
Rasional : Meningkatkan vasokontriksi, penumpukan resepsi sensori yang selanjutnya
akan menurunkan nyeri di lokasi yang paling dirasakan.
5. Berikan rendaman duduk tiga atau empat kali sehari
Rasional : Menghilangkan rasa sakit dan nyeri dengan merelakskan spasme sfingter
6. Berikan posisi yang nyaman pada klien sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.
7. Berikan analgetik, seperti asetaminofen
Rasional : Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat serta
meningkatkan kenyamanan dan istirahat
2. PK : Perdarahan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, perawat dapat
meminimalkan komplikasi yang terjadi dengan kriteria hasil:
· Nilai Ht dan Hb berada dalam batas normal
· Klien tidak mengalami episode perdarahan
· Tanda-tanda vital berada dalam batas normal
TD: 100 – 120 mm Hg
Nadi: 60-100x/menit
RR: 14 – 25 x/mnt
Suhu: 36 - 370C ± 0,50C
Intervensi :
1. Kaji pasien untuk menemukan bukti-bukti perdarahan atau hemoragi
Rasional : Untuk mengetahui tingkat keparahan perdarahan pada klien sehingga
dapat menentukan intervensi selanjutnya
2. Monitor tanda vital
Rasional : Untuk mengetahui keadaan vital pasien saat terjadi perdarahan.
3. Pantau hasil lab berhubungan dengan perdarahan
Rasional : Banyak komponen darah yang menurun pada hasil lab dapat membantu
menentukan intervensi selanjutnya
4. Siapkan pasien secara fisik dan psikologis untuk menjalani bentuk terapi lain jika
diperlukan
Rasional : Keadaan fisik dan psikologis yang baik akan mendukung terapi yang
diberikan pada klien sehingga mampu memberikan hasil yang maksimal
5. Awasi jika terjadi anemia
Rasional : Untuk menentukan intervensi selanjutnya
6. Kolaborasi dengan dokter mengenai masalah yang terjadi dengan perdarahan : pemberian
transfusi, medikasi
Rasional : mencegah terjadinya komplikasi dari perdarahan yang terjadi dan untuk
menghentikan perdarahan
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan penurunan konsentrasi plasma darah ditandai
dengan klien tampak pucat, turgor kulit klien menurun, kulit klien tampak kering.
Tujuan:
Setelah diberikan askep selama …x 24 jam diharapkan defisit volume cairan dapat diatasi
dengan kriteria hasil :
a. Fluid balance
· TD dalam batas normal (90/60 – 140/80)
· Nadi dalam batas normal
· Masukkan dan haluaran cairan harian seimbang
· BB klien stabil
· Turgor kulit elastis
· Hematokrit dalam batas normal
· Membran mukosa lembab
b. Gastrointestinal function
· Warna feses normal
· Darah dalam feses tidak ada
Intervensi:
A. Fluid Management
1. Monitoring BB klien
Rasional : kekurangan volume cairan menunjukkan tanda berupa penurunan berat
badan.
2. Catat intake dan output cairan
Rasional : memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti dan keefektifan
dari terapi yang diberikan
3. Monitoring status hidrasi (membrane mukosa, nadi, orthostatic dan penurunan
hematokrit )
Rasional : hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi
4. Berikan terapi cairan melalui IV sesuai indikasi
Rasional : tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan
5. Tingkatkan intake cairan per oral
Rasional : mempertahankan hidrasi / volume sirkulasi
B. Gastrointestinal Function
1. Observasi adanya darah pada feses
Rasional : perdarahan berlebih memicu kekurangan volume cairan semakin berat.
2. Dokumentasikan warna, jumlah, dan karakteristik feses
Rasional : perubahan warna, jumlah dan karakteristik feses menunjukkan status
cairan dalam saluran cerna.
3. Penggunaan koagulan sesuai indikasi
Rasional : penggunaan koagulan yang efektif dapat menghentikan perdarahan.
Diagnosa Keperawatan, NOC dan NIC ( Post Operatif) :
1. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan invasive pembedahan hemoroidektomi ditandai
dengan klien megeluh nyeri pada luka post op, klien tampak meringis, klien tampak
memposisikan diri untuk menghindari nyeri.
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan pasien mengatakan
nyeri berkurang, dan tidak terlihat respon nyeri secara verbal pada klien, dengan kriteria
hasil:
· Klien tidak tampak meringis
· Pasien tidak terlihat kesakitan yang ditandai pasien dalam posisi yang nyaman
· Pasien mengatakan nyerinya berkurang menjadi 2 dengan skala nyeri 1 – 5
Intervensi:
Manajemen Nyeri
1. Kaji dan catat kondisi keluhan nyeri klien ( dengan pola P,Q,R,S,T), yaitu dengan
memperhatikan lokasi,
intensitas, frekuensi, dan waktu.
Rasional: Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan
komplikasi.
2. Kaji pengetahuan pasien tentang nyeri dan kepercayaan tentang nyeri.
Rasional: Memudahkan dalam melakukan intervensi, karena kultur atau budaya klien dapat
mempengaruhi
persepsi tentang nyeri.
3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan membatasi pengunjung.
Rasional: Suasana yang tenang dapat mengurangi stimulus nyeri.
4. Kontrol dan kurangi kebisingan
Rasional: Suasana yang tenang dapat mengurangi stimulus nyeri.
5. Ajarkan pasien teknik distraksi
Rasional: Untuk memanajemen atau mengalihkan rasa nyeri pada klien.
6. Kaji riwayat adanya alergi obat
Rasional: Mengetahui apakah ada alergi terhadap obat analgesik.
7. Pastikan pasien menerima analgesic.
Rasional: Memastikan klien menerima obat pereda rasa nyeri
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive (post hemoroidektomi) dan
peningkatan pemajanan lingkungan terhadap pathogen.
Tujuan :
Setelah diberikan askep selama 3 X 24 jam tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil :
· Keadaan temperatur normal
· tidak terdapat tanda-tanda infeksi (kalor,lubor,tumor, dolor,fungsiolaesa)
Intervensi:
1. Pantau suhu dengan teliti dan tanda-tanda infeksi lainnya
Rasional : Mendeteksi kemungkinan infeksi
2. Kaji keadaan luka dan lakukan perawatan luka
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi
3. Tempatkan pasien dalam ruangan khusus
Rasional : Meminimalkan terpaparnya pasien dari sumber infeksi
4. Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci
tangan dengan baik
Rasional : meminimalkan pajanan pada organisme infektif
5. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasive
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
6. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic.
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi
3. Ansietas berhubungan dengan krisis pasca pembedahan di tandai dengan pasien tampak gelisah,
pasien
selalu bertanya-tanya tentang kesembuhannya.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam,di harapkan klien tidak mengalami
ansietas
dengan criteria hasil:
· Monitor insentitas kecemasan
· Menggunakan strategi koping efektif
· Melaporkan penurunan durasidari episode cemas
· Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan
· Mempertahankan penampilan peran
· Mempertahankan hubungan sosial
· Tidak ada manifestasi perilaku kecemasan
Intervensi:
1. Kaji tingkat kecemasan dan diskusikan penyebab bila mungkin.
Rasional: Identifikasi masalah spesifik akan meningkatkan kemampuan individu
untuk menghadapinya dengan lebih realistis.
2. Dorong pasien untuk mengugkapkan perasaan ,ketakutan ,presepsi dan berikan umpan
balik.
Rasional: membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien mengidentifikasi
masalah yang menyebabkan stress.
3. Memberikan informasi faktual mengenai diagnosis,tindakan prognosis
Rasional: keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa control
dan membantu menurunkan ansietas.
4. Intruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Rasional: membantu untuk menurunkan kecemasan pada pasien.
5. Berikan lingkungan tenang dan istirahat
Rasional: membantu menurunkan ansietas
6. Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian, prilaku perhatian.
Rasional: tindakan dukungan dapat membantu pasien merasa stress berkurang.
7. Berikan obat sesuai indikasi
Rasional: dapat digunakan untuk menurunkan ansietas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Hemoroid. http://medlinux.blogspot.com/2009/02/hemoroid.html. (diakses : 7
April 2011).
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
http://ilmukedokteran.blog.ca/2010/12/07/askep-hemoroid-10134695/
http://www.gocb.co.cc/2011/03/askep-hemoroid.html
Johnson, M., 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC), second edition, Mosby,
Philadelphia.
McCloskey,J.C. 2008. Nursing Intervention Classification (NIC), second edition, Mosby,
Philadelphia.
NANDA, 2009. Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2007 – 2008, NANDA
International, Philadelphia.
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
MAKALAH ASKEP HEMOROID
BAB I
LATAR BELAKANG
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat umum
terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena
yang terkena. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang
meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon
menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang disebabkan
oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa waktu setelah
melahirkan. Hemoroid diklasifikasikan menjadi dua tipe. Hemoroid internal yaitu hemoroid yang
terjadi diatas stingfer anal sedangkan yang mun cul di luar stingfer anal disebut hemoroid
eksternal. (Brunner & Suddarth, 1996)
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk.
Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan
meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun keadaan
ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman.
Berdasarkan hal ini kelompok tertarik untuk membahas penyakit hemoroid.
BAB II
PENDAHULUAN
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
· Menurut asal katanya [Yunani, haem = blood (darah), rhoos = flowing (mengalir)]
(Oleh Andra Racikan Utama - Edisi September 2006 (Vol.6 No.2 )
· Masa Vaskular yang menonjol kedalam lumen rektumbagian bawah atau areal perineal
(Sandra M Nettina).
· Adalah pelebaran varises satu segmen / lebih pembuluh darah vena hemoroidales (bacon)
pada poros usus dan anus yang disebabkan karena otot & pembuluh darah sekitar anus / dubur
kurang elastis sehingga cairan darah terhambat dan membesar
(Daldiyono).
· Terjadi pelebaran ( dilatasi ) vena pada anus maupun rectal ( fleksus haemorrhoidalis superior
dan media : haemorrhoid interna dan fleksus haemorrhoidalis inferior : haemorrhoid eksterna ).
· Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal
dari plexus hemorrhoidalis.
· Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi di dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum
terjadi. Pada usia 50 tahunan, sekitar 50 % individu mengalami berbagai tipe hemoroid
berdasarkan luasnya vena yang terkena.
B. Klasifikasi
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
1) Hemoroid Interna
Merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Terdapat pembuluh darah
pada anus yang ditutupi oleh selaput lendir yang basah. Jika tidak ditangani bisa terlihat muncul
menonjol ke luar seperti hemoroid eksterna.
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak
adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini. Jika sudah parah bisa menonjol keluar dan terus
membesar sebesar bola tenis sehingga harus diambil tindakan operasi untuk membuang wasir.
· Hemoroid interna terbagi menjadi 4 derajat :
- Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi / tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya dapat di
temukan dengan proktoskopi.
- Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi seterlah
depikasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
- Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi harus di
dorong
- Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defikasi tidak dapat di
masukan lagi.
2) Hemoroid eksterna
Merupakan varises vena hemoroidalis inferior yang umumnya berada di bawah otot dan
berhubungan dengan kulit. Biasanya wasir ini terlihat tonjolan bengkak kebiruan pada pinggir
anus yang terasa sakit dan gatal. Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya
perluasan hemoroid interna. Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu:
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
- Sering rasa sakit dan nyeri
- Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung saraf pada kulit merupakan
reseptor rasa sakit .
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit
anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
C. Etiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Beberapa factor etiologi telah digunakan, termasuk konstipasi/diare, sering
mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prosfat; fibroma arteri dan tumor rectum.
Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid karena vena
hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam system portal. Selain itu system portal tidak
mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik.
Faktor resiko hemoroid :
1. Keturunan
Dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis
2. Anatomic
Vena darah anorektal tidak mempunyai katup dan plexus hemorhoidalis kurang mendapat
sokongan otot dan fasi sekitarnya
3. Pekerjaan
Orang yang harus berdiri dan duduk lama atau harus mengangkat barang berat, mempunyai
predisposisi untuk hemoroid
4. Umur
Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot sfingter menjadi tipis dan
atonis
5. Endokrin
Misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstermitas dan anus (sekresi hormon kelaksin)
6. Mekanis
Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang meninggi dalam rongga perut.
Misalnya penderita hipertrofi prostat
7. Fisiologis
Bendungan pada peredaran darah portal misalnya pada penderita dekompensiasio hordis atau
sikrosis hepatis
8. Radang
Adalah faktor penting yang menyebabkan fitalitas jaringan di daerah itu berkurang.
D. Patofisiologi
Faktor penyebab faktor-faktor hemoroid adalah mengedan saat defekasi, konstipasi
menahun, kehamilan dan obesitas. Keempat hal diatas menyebabkan peningkatan tekanan intra
abdominal lalu di transmisikan ke derah anorektal dan elevasi yang tekanna yang berulang-ulang
mengakibatkan vena hemoroidalis mengalami prolaps. Hasil di atas menimbulkan gejala gatal
atau priritus anus akibat iritasi hemoroid dengan feses, perdarahan akibat tekanan yang terlalu
kuat dan feses yang keras menimbulkan perdarahan, dan ada udema dan peradangan akibat
infeksi yang terjadi saat ada luka akibat perdarahan.
Mengedan saat defekasi,Konstipasi menahun,Kehamilan,Obesitas
Peningkatan tekanan intra abdominal
Transmisike daerah anorektal
Elevasitekanan yang berulang-ulang
Venaheroidalis mengalami prolaps
Hemoroid
E. Manifestasi Klinis
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri dan sering menyebabkan perdarahan
berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat
akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis.Trombosis adalah pembekuan darah
dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis. Hemoroid
internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan
perdarahan atau prolaps.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur).
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba
apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis
dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini
untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
2. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan
penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita
disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke
dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan
membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya,
letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan.
3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh
proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan
fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
4. Rontgen (colon inloop) dan/atau kolonoskopi.
5. Pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang
G. Penatalaksanaan Medis
Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya. Tetapi hemorroid eksterna selalu
dengan operasi. Konservatif indikasi untuk grade 1-2, < 6 jam, belum terbentuk trombus.
Operatif indikasi untuk grade 3-4, perdarahan dan nyeri.
· Gejala hemorroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan:
· Higiene personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi.
· Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam, bila gagal dibantu dengan menggunakan
laksatif yang berfungsi mengabsorbsi air saat melewati usus.
· Tindakan untuk mengurangi pembesaran dengan cara: rendam duduk dengan salep,
supositoria yang mengandung anestesi, astringen (witch hazel) dan tirah baring.
· Beberapa tindakan nonoperatif untuk hemorroid:
· Foto koagulasi infra merah, diatermi bipolar, terapi laser adalah tehnik terbaru untuk
melekatkan mukosa ke otot yang mendasarinya
· Injeksi larutan sklerosan efektif untuk hemorrhoid yang berukuran kecil.
· Tindakan bedah konservatif hemorrhoid internal
Adalah prosedur ligasi pita karet. Hemorrhoid dilihat melalui anosop, dan bagian proksimal
diatas garis mukokutan dipegang dengan alat. Pita karet kecil kemudian diselipkan diatas
hemorrhoid. Bagian distal jaringan pada pita karet menjadi nekrotik setelah beberapa hari danm
dilepas. Terjadi fibrosis yang mengakibatkan mukosa anal bawah turun dan melekat pada otot
dasar. Meskipun tindakan ini memuaskan beberapa pasien, namun pasien lain merasakan
tindakan ini menyebabkan nyeri dan mengakibatkan hemorroid sekunder dan infeksi perianal.
· Hemoroidektomi kriosirurgi
Adalah metode untuk menghambat hemorroid dengan cara membekukan jaringan hemorroid
selama waktu tertentu sampai timbul nekrosis. Meskipun hal ini kurang menimbulkan nyeri,
prosedur ini tidak digunakan dengan luas karena menyebabkan keluarnya rabas yang berbau
angat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuh.
· Laser Nd: YAG
Digunakan dalam mengeksisi hemorroid eksternal. Tindakan ini cepat dan kurang menimbulkan
nyeri. Hemoragi dan abses jarang menjadi komplikasi pada periode paska operatif.
· Metode pengobatan hemorroid tidak efektif untuk vena trombosis luas, yang harus diatasi
dengan bedah lebih luas.
· Hemorroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringan sisa
yang terlibat dalam proses ini. Selma pembedahan, sfingter rektal biasanya didilatasi secara
digital dan hemorroid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan kemudian
dieksisi. Setelah prosedur operasi selesai, selang kecil dimaukkan melalui sfingter untuk
memungkinkan keluarnya flatus dan darah; penempatan Gelfoan atau kasa Oxigel dapat
diberikan diatas luka kanal.
H. Komplikasi
1. Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan membeku dan terjadi trombosis.
2. Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang karena
disana banyak kotoran yang ada kuman - kumannya.
3. Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar. Perdarahan akut pada umumnya jarang,
hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk
pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami
perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis
dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak
bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak
menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme
adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi(inkarserata/ terjepit) akan mudah
terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada anus atau
nyeri pada saat defikasi.
c. Riwayat penyakit
1. Riwayat penyakit sekarang
Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan beberapa hari
setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
2. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh / terulang kembali. Pada
pasien dengan hemoroid bila tidak di lakukan pembedahan akan kembali RPD, bisa juga di
hubungkan dengan penyakit lain seperti sirosis hepatis.
3. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluaga yang menderita penyakit tersebut
4. Riwayat sosial
Perlu ditanya penyakit yang bersangkutan.
2. Pemeriksaan Fisik
Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardi, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)
Sirkulasi
Gejala : kelemahan/nadi periver lemah
Tanda : Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
Membran kulit
Eliminasi
Gejala : Perubahan pola defekasi
Perubahan Karakteristik
Tanda : Nyeri tekan abdomen , distensi
Karakteristik feses : darah bewarna merah terang (darah segar)
Akonstipasi dapat terjadi
Nutrisi :
Gejala : Penurunan berat badan
Anoreksia
Tanda : konjungtiva pucat, wajah pucat, terlihat lemah
Pola tidur
Gejala : Perubahan pola tidur
Terasa nyeri pada anus saat tidur
Tanda : muka terlihat lelah, kantung mata terlihat gelap
Mobilisasi
Gejala : membatasi dalam beraktifitas
Tanda : wajah terlihat gelisah , banyak berganti posisi duduk dan berbaring
3. Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif
1. Resiko kekurangan nutrisi (defisiensi zat ) berhubungan dengan pecahnya vena plexus
hemmoroidalis ditandai dengan perdarahan yang terus - menerus waktu BAB.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya massa anal atau anus, yang ditandai
benjolan didaerah anus, terasa nyeri dan gatal pada daerah anus.
3. Personal hygene pada anus kurang berhubungan dengan massa yang keluar pada daerah
eksternal.
Postoperasi
1. Nyeri berhubungan dengan adanya jahitan pada luka operasi dan terpasangnya cerobong
angin.
2. Resikol terjadinya infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
3. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan
dirumah.
Intervensi
Preoperatif
No. Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan
kriteria hasil
Intervensi Rasional
1. Resiko
kekurangan
nutrisi
berhubungan
dengan
pecahnya vena
plexus
hemmoroidalis
ditandai dengan
perdarahan
yang terus -
menerus waktu
BAB.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24
jam, resiko
kekurangan
nutrisi
terpenuhi.
KH:
Tidak
terdapat
anemis,
perdarahan
terhenti
BB tidak
turun.
Observasi tanda-
tanda anemis
Diet rendah sisa
atau serat selama
terjadinya
perdarahan
Berikan
penjelasan tentang
pentingnya diet
kesembuhan
penyakitnya
Beri kompres es
pada daerah
terjadinya
perdarahan
Tanda – tanda anemis
diduga adanykekurangan zat
besi (Hb turun)
Dapat mengurangi
perangsangan pada daerah
anus sehingga tidak terjadi
perdarahan.
Pendidikan tentang diet,
membantu keikut sertaan
pasien dalameningkatkan
keadaan penyakitnya.
Pasien dengan pecahnya
vena plexus hemoriodalis
perlu obat yang dapat
membantu pencegahan
terhadap perdarahan yang
mememrlukan penilaian
terhadap respon secara
Beri obat atau
terapi sesuai dengan
pesanan dokter
periodik.
Pasien dengan pecahnya
vena flexus hemmoroidalis
perlu obat yang dapat
membantu pencegahan
terhadap
perdarahanyangmemerlukan
penilayan terhadap respon
obat tersebut secara
periodik.
2. Defisit personal
hygene pada
anus
berhubungan
dengan massa
yang keluar
pada daerah
eksternal.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2 x 24
jam, terjaganya
kebersihan
anus.
KH:
tidak ada
tanda-tanda
infeksi.
tidak terasa
gatal-gatal
pada daerah
anus.
rasa gatal
pada anus
berkurang
Berikan sit bath
dengan larutan
permagan 1/1000%
pada pagi dan sore
hari. Lakukan
digital(masukan
prolaps dalam tempat
semula setelah di
bersihkan)
Obserpasi keluhan
dan adanya tanda-
tanda perdarahan
anus
Beri penjelasan
cara membersihkan
anus dan menjaga
kebersihanya
Meningkatkan kebersihan
dan memudahkan terjadinya
penyembuhan prolaps.
Peradangan pada anus
menandakan adanya suatu
infeksi pada anus
Pengetahuan tentang cara
membersihkan anus
membantu keikutsertaan
pasien dalam mempercepat
kesembuhanya.
Postoperatif
No. Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan
kriteria hasil
Intervenasi Rasional
1. Nyeri
berhubungan
dengan adanya
jahitan pada
luka operasi dan
terpasangnya
cerobong angin.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2 x 24
jam, gangguan
rasa nyaman
terpenuhi.
KH:
Tidak
terdapat rasa
nyeri pada luka
operasi,.
pasien dapat
melakukan
aktivitas
ringan.
skala nyeri
0-1.
klien
tampak rileks.
Beri posisi tidur
yang menyenangkan
pasien.
Ganti balutan
setiap pagi sesuai
tehnik aseptik
Latihan jalan
sedini mungkin
Observasi daerah
rektal apakah ada
perdarahan
Cerobong anus
dilepaskan sesuai
advice dokter
(pesanan)
Dapat menurunkan
tegangan abdomen dan
meningkatkan rasa kontrol.
Melindungi pasien dari
kontaminasi silang selama
penggantian balutan.
Balutan basah bertindak
sebagai penyerap
kontaminasi eksternal dan
menimbulkan rasa tidak
nyaman.
menurunkan masalah
yang terjadi karena
imobilisasi.
Perdarahan pada jaringan,
imflamasi lokal atau
terjadinya infeksi dapat
meningkatkan rasa nyeri.
Meningkatkan fungsi
fisiologis anus dan
memberikan rasa nyaman
pada daerah anus pasien
karena tidak ada sumbatan.
Pengetahuan tentang
manfaat cerobong anus
Berikan
penjelasan tentang
tujuan pemasangan
cerobong anus (guna
cerobong anus untuk
mengalirkan sisa-
sisa perdarahan yang
terjadi didalam agar
bisa keluar).
dapat membuat pasien
paham guna cerobong anus
untuk kesembuhan lukanya.
2. Resiko
terjadinya
infeksi pada
luka
berhubungan
dengan
pertahanan
primer tidak
adekuat
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2 x 24
jam,resiko
infeksi teratasi.
KH:
tidak
terdapat tanda-
tanda infeksi
(dolor, kalor,
rubor, tumor,
fungsiolesa).
radang luka
mengerin
hasil LAB :
- leukosit
- trombosit
Observasi tanda
vital tiap 4 jam
Obserpasi balutan
setiap 2 – 4 jam,
periksa terhadap
perdarahan dan bau.
Ganti balutan
dengan teknik
aseptik
Bersihkan area
perianal setelah
setiap depfikasi
Respon autonomik
meliputi TD, respirasi, nadi
yang berhubungan denagan
keluhan / penghilang nyeri .
Abnormalitas tanda vital
perlu di observasi secara
lanjut.
Deteksi dini terjadinya
proses infeksi dan /
pengawasan penyembuhan
luka oprasi yang ada
sebelumnya.
Mencegah meluas dan
membatasi penyebaran luas
infeksi atau kontaminasi
silang.
mengurangi / mencegah
kontaminasi daerah luka.
Berikan diet
rendah serat/ sisa dan
minum yang cukup
mengurangi ransangan
pada anus dan mencegah
mengedan pada waktu
defikasi.
3. Kurang
pengetahuan
yang
berhubungan
dengan kurang
informasi
tentang
perawatan
dirumah.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24
jam,kurangnya
pengetahuan
teratas.
KH:
klien tidak
banyak
bertanya
tentang
penyakitna.
Pasien dapat
menyatakan
atau mengerti
tentang
perawatan
dirumah.
keluarga
klien paham
tentang proses
Diskusikan
pentingnya
penatalaksanaan diet
rendah sisa.
Demontrasikan
perawatan area anal
dan minta pasien
menguilanginya
Berikan rendam
duduk sesuai
pesanan
Bersihakan area
anus dengan baik
dan keringkan
seluruhnya setelah
defekasi.
Pengetahuan tentang diet
berguna untuk melibatkan
pasien dalam merencanakan
diet dirumah yang sesuai
dengan yang dianjurkan
oleh ahli gizi.
Pemahaman akan
meningkatkan kerja sama
pasien dalam program
terapi, meningkatkan
penyembuhan dan proses
perbaikan terhadap
penyakitnya.
Meningkatkan kebersihan
dan kenyaman pada daerah
anus (luka atau polaps).
Melindungi area anus
terhadap kontaminasi
kuman-kuman yang berasal
dari sisa defekasi agar tidak
terjadi infeksi.
Melindungi daerah luka
penyakit.
klien
menunjukkan
wajah tenang
Berikan balutan
Diskusikan gejala
infeksi luka untuk
dilaporkan kedokter.
Diskusikan
mempertahankan
difekasi lunak
dengan
menggunakan
pelunak feces dan
makanan laksatif
alami.
Jelaskan
pentingnya
menghindari
mengangkat benda
berat dan mengejan.
dari kontaminasi luar.
Pengenalan dini dari
gejala infeksi dan intervensi
segera dapat mencegah
progresi situasi serius.
Mencegah mengejan saat
difekasi dan melunakkan
feces.
Menurunkan tekanan
intra abdominal yang tidak
perlu dan tegangan otot.
BAB III
TINJAUAN SKENARIO
Tn.D umur 25 tahun,pekerjaan sopir, berobat ke dokter praktek dengan keluhan defekasi
berdarah, darah yang keluar berwarna merah segar, keadaan ini sudah berlangsung selama
setahun yang lalu. Didaerah anus terasa nyeri terutama saat mengedan waktu defekasi. Hasil
pemeriksaan fisik pemeriksaan diagnostik colok dubur ditemui adanya fistel pada anus, daerah
anus berwarna merah, terdapat iritasi kulit perianal yang menimbulkan gatal dan pruritus anus
yang disebabkan karena kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus. Hasil
pemeriksaan TTV TD 120/80 mmHg, nadi 80x/i, RR 20x/i, suhu 37,6 0C, hasil laboratorium
WBC 10 H 103/mm3, RBC 5,07/mm3, HGB 10,49 g/dl,HCT 34,9 L%. Klien dirujuk kerumah
sakit untuk tindakan operatif.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Apa Defenisi dari Hemoroid?
Jawab :
- Menurut asal katanya [Yunani, haem = blood (darah), rhoos = flowing (mengalir)]
(Oleh Andra Racikan Utama - Edisi September 2006 (Vol.6 No.2 )
- Masa Vaskular yang menonjol kedalam lumen rektumbagian bawah atau areal perineal
(Sandra M Nettina).
- Adalah pelebaran varises satu segmen / lebih pembuluh darah vena hemoroidales (bacon)
pada poros usus dan anus yang disebabkan karena otot & pembuluh darah sekitar anus / dubur
kurang elastis sehingga cairan darah terhambat dan membesar
(Daldiyono).
- Terjadi pelebaran ( dilatasi ) vena pada anus maupun rectal ( fleksus haemorrhoidalis superior
dan media : haemorrhoid interna dan fleksus haemorrhoidalis inferior : haemorrhoid eksterna ).
- Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal
dari plexus hemorrhoidalis.
- Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi di dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum
terjadi. Pada usia 50 tahunan, sekitar 50 % individu mengalami berbagai tipe hemoroid
berdasarkan luasnya vena yang terkena.
2. Apakah Etiologi Hemoroid?
Jawab :
- Terlalu banyak duduk
- Kurang mengkonsumsi makanan yang berserat tinggi
- Kehamilan akibat perubahan hormone
- Keturunan penderita wasir
- Hubungan seks yang tidak lazim
- Terlalu lama mengejan
- Diare menahun
- Obesitas
- Batuk berat
- Sembelit
- Menahan BAB terlalu lama
3. Jelaskan Patofisiologi Hemoroid?
Jawab :
- Faktor penyebab faktor-faktor hemoroid adalah mengedan saat defekasi, konstipasi menahun,
kehamilan dan obesitas. Keempat hal diatas menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal
lalu di transmisikan ke derah anorektal dan elevasi yang tekanna yang berulang-ulang
mengakibatkan vena hemoroidalis mengalami prolaps. Hasil di atas menimbulkan gejala gatal
atau priritus anus akibat iritasi hemoroid dengan feses, perdarahan akibat tekanan yang terlalu
kuat dan feses yang keras menimbulkan perdarahan, dan ada udema dan peradangan akibat
infeksi yang terjadi saat ada luka akibat perdarahan.
4. Apakah Manifestasi klinis Hemoroid ?
Jawab :
- Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri dan sering menyebabkan perdarahan berwarna
merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat akibat
inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis.Trombosis adalah pembekuan darah dalam
hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis. Hemoroid internal
tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan perdarahan
atau prolaps.
5. Apakah Klasifikasi Hemoroid ?
Jawab :
- Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
1) Hemoroid Interna
Merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Terdapat pembuluh darah
pada anus yang ditutupi oleh selaput lendir yang basah. Jika tidak ditangani bisa terlihat muncul
menonjol ke luar seperti hemoroid eksterna.
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak
adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini. Jika sudah parah bisa menonjol keluar dan terus
membesar sebesar bola tenis sehingga harus diambil tindakan operasi untuk membuang wasir.
· Hemoroid interna terbagi menjadi 4 derajat :
- Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi / tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya dapat di
temukan dengan proktoskopi.
- Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi seterlah
depikasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
- Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi harus di
dorong
- Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defikasi tidak dapat di
masukan lagi.
2) Hemoroid eksterna
Merupakan varises vena hemoroidalis inferior yang umumnya berada di bawah otot dan
berhubungan dengan kulit. Biasanya wasir ini terlihat tonjolan bengkak kebiruan pada pinggir
anus yang terasa sakit dan gatal. Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya
perluasan hemoroid interna. Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu:
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
- Sering rasa sakit dan nyeri
- Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung saraf pada kulit merupakan
reseptor rasa sakit .
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit
anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
6. Apakah Komplikasi Hemoroid?
Jawab :
1. Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan membeku dan terjadi trombosis.
2. Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang karena
disana banyak kotoran yang ada kuman - kumannya.
3. Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar.
7. Apa saja Pemeriksaan Diagnostic Hemoroid?
Jawab :
- Colok dubur : tidak didapatkan rasa nyeri,tidak teraba tumor,colok dubur harus dilakukan
untuk mendapatkan kelainan lain.
- Proktoskopi : ditentukan lokal dan gradasi Hemoroid interna yang selanjutnya digunakan
untuk menentukan cara pengobatannya.
8. Apa Penatalaksanaan Hemoroid?
Jawab :
- Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya. Tetapi hemorroid eksterna selalu dengan
operasi. Konservatif indikasi untuk grade 1-2, < 6 jam, belum terbentuk trombus. Operatif
indikasi untuk grade 3-4, perdarahan dan nyeri.
· Gejala hemorroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan:
· Higiene personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi.
· Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam, bila gagal dibantu dengan menggunakan
laksatif yang berfungsi mengabsorbsi air saat melewati usus.
· Tindakan untuk mengurangi pembesaran dengan cara: rendam duduk dengan salep,
supositoria yang mengandung anestesi, astringen (witch hazel) dan tirah baring.
· Beberapa tindakan nonoperatif untuk hemorroid:
· Foto koagulasi infra merah, diatermi bipolar, terapi laser adalah tehnik terbaru untuk
melekatkan mukosa ke otot yang mendasarinya
· Injeksi larutan sklerosan efektif untuk hemorrhoid yang berukuran kecil.
· Tindakan bedah konservatif hemorrhoid internal
Adalah prosedur ligasi pita karet. Hemorrhoid dilihat melalui anosop, dan bagian proksimal
diatas garis mukokutan dipegang dengan alat. Pita karet kecil kemudian diselipkan diatas
hemorrhoid. Bagian distal jaringan pada pita karet menjadi nekrotik setelah beberapa hari danm
dilepas. Terjadi fibrosis yang mengakibatkan mukosa anal bawah turun dan melekat pada otot
dasar. Meskipun tindakan ini memuaskan beberapa pasien, namun pasien lain merasakan
tindakan ini menyebabkan nyeri dan mengakibatkan hemorroid sekunder dan infeksi perianal.
· Hemoroidektomi kriosirurgi
Adalah metode untuk menghambat hemorroid dengan cara membekukan jaringan hemorroid
selama waktu tertentu sampai timbul nekrosis. Meskipun hal ini kurang menimbulkan nyeri,
prosedur ini tidak digunakan dengan luas karena menyebabkan keluarnya rabas yang berbau
angat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuh.
· Laser Nd: YAG
Digunakan dalam mengeksisi hemorroid eksternal. Tindakan ini cepat dan kurang menimbulkan
nyeri. Hemoragi dan abses jarang menjadi komplikasi pada periode paska operatif.
· Metode pengobatan hemorroid tidak efektif untuk vena trombosis luas, yang harus diatasi
dengan bedah lebih luas.
· Hemorroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringan sisa
yang terlibat dalam proses ini. Selma pembedahan, sfingter rektal biasanya didilatasi secara
digital dan hemorroid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan kemudian
dieksisi. Setelah prosedur operasi selesai, selang kecil dimaukkan melalui sfingter untuk
memungkinkan keluarnya flatus dan darah; penempatan Gelfoan atau kasa Oxigel dapat
diberikan diatas luka kanal.
9. Apakah Hemoroid merupakan penyakit keturunan atau menular?
Jawab :
- Hemoroid merupakan penyakit keturunan bukan penyakit menular.
10. Apakah Hemoroid bias terjadi pada anak-anak?
Jawab :
- Bisa, tetapi Hemoroid pada anak jarang terjadi dan biasanya jinak, namun jika Hemoroid
ditemukan, kita harus mencurigai adanya hipertensi porta. Tidak ada laporan adanya trombosis
dan komplikasi pada anak dengan Hemoroid oleh karena itu harus dikelola dengan konservatif.
11. Apakah Hemoroid bisa menyebabkan kematian?
Jawab :
- Hemoroid tidak menyebabkan kematian, namun hemoroid dapat mengurangi lama kehidupan.
12. Jika Hemoroid terjadi pada ibu hamil bagaimana cara penanganannya?
Jawab :
- Penanganan Hemoroid pada wanita hamil terdiri dari kombinasi dari perbaikan pola hidup
dan pemberian obat-obatan ,jika diperlukan tindakan operasi untuk Hemoroid yang sulit diatasi
dengan secara konservatif,sebaiknya ditunda sampai janin viable (dapat hidup) dan dianjurkan
dengan anestesi (bius lokal).
13. Mengapa penderita Hemoroid defekasinya berdarah?
Jawab :
- Karena mengalami pelebaran pada vena Hemiroidalis,yaitu penonjolan pada anus sehingga
pada sa’at defekasi sangat sulit,sehingga menyebabkan tonjolan tersebut pecah dan defekasi pun
berdarah, dan darah berwarna merah segar karena mengandung banyak zat asam.
14. Setelah dilakukan tindakan operatif apakah pasien dapat sembuh total?
Jawab :
- Penyakit Hemoroid dapat sembuh secara total,jika dilihat dari etiologinya maka setelah
tindakan operatif harus bisa menghindari penyebab sekaligus factor pencetus dan harus juga
banyak melakukan penkes seperti makan makanan yang berserat dengan prosedur yang benar
dan tepat sehingga tidak menimbulkan infeksi.
15. Bagaiamana insidensi atau kejadian hemoroid di Indonesia ?
Jawab :
- Hemoroid dikenal masyarakat sebagai penyakit wasir/ambeien, merupakan penyakit yang
sering dijumpai, dan telah ada sejak jaman dahulu. Sepuluh juta orang di Indonesia menderita
Hemoroid, dengan prevelensi lebih dari 4%. Penelitian menunjukkan bahwa ada 1,5 juta resep
untuk penyakit hemoroid setiap tahunnya. Masyarakat banyak yang belum mengerti bahkan tidak
tahu mengenai gejala dan komplikasi yang timbul dari penyakit ini.
16. Bagaimana perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang beresiko terkena penyakit
Hemoroid?
Jawab :
- Hemoroid tidak pandang bulu,baik laki-laki maupun perempuan punya resiko yng
sama.resiko Hemoroid justru meningkat seiring bertambahnya usia.usia puncak adalah 45-65
tahun.jadi intinya perbandingan antara laki-laki dan perempuan sama.
17. Askep Hemoroid?
Jawab :
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada anus atau
nyeri pada saat defikasi.
c. Riwayat penyakit
1. Riwayat penyakit sekarang
Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan beberapa hari
setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
2. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh / terulang kembali. Pada
pasien dengan hemoroid bila tidak di lakukan pembedahan akan kembali RPD, bisa juga di
hubungkan dengan penyakit lain seperti sirosis hepatis.
3. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluaga yang menderita penyakit tersebut
4. Riwayat sosial
Perlu ditanya penyakit yang bersangkutan.
2. Pemeriksaan Fisik
Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardi, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)
Sirkulasi
Gejala : kelemahan/nadi periver lemah
Tanda : Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
Membran kulit
Eliminasi
Gejala : Perubahan pola defekasi
Perubahan Karakteristik
Tanda : Nyeri tekan abdomen , distensi
Karakteristik feses : darah bewarna merah terang (darah segar)
Akonstipasi dapat terjadi
Nutrisi :
Gejala : Penurunan berat badan
Anoreksia
Tanda : konjungtiva pucat, wajah pucat, terlihat lemah
Pola tidur
Gejala : Perubahan pola tidur
Terasa nyeri pada anus saat tidur
Tanda : muka terlihat lelah, kantung mata terlihat gelap
Mobilisasi
Gejala : membatasi dalam beraktifitas
Tanda : wajah terlihat gelisah , banyak berganti posisi duduk dan berbaring
3. Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif
1. Resiko kekurangan nutrisi (defisiensi zat ) berhubungan dengan pecahnya vena plexus
hemmoroidalis ditandai dengan perdarahan yang terus - menerus waktu BAB.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya massa anal atau anus, yang ditandai
benjolan didaerah anus, terasa nyeri dan gatal pada daerah anus.
3. Personal hygene pada anus kurang berhubungan dengan massa yang keluar pada daerah
eksternal.
Postoperasi
1. Nyeri berhubungan dengan adanya jahitan pada luka operasi dan terpasangnya cerobong angin.
2. Resikol terjadinya infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
3. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan dirumah.
Intervensi
Preoperatif
No. Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan
kriteria hasil
Intervensi Rasional
1. Resiko
kekurangan
nutrisi
berhubungan
dengan
pecahnya vena
plexus
hemmoroidalis
ditandai dengan
perdarahan
yang terus -
menerus waktu
BAB.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24
jam, resiko
kekurangan
nutrisi
terpenuhi.
KH:
Tidak
terdapat
anemis,
perdarahan
terhenti
BB tidak
turun.
Observasi tanda-
tanda anemis
Diet rendah sisa
atau serat selama
terjadinya
perdarahan
Berikan
penjelasan tentang
pentingnya diet
kesembuhan
penyakitnya
Beri kompres es
pada daerah
terjadinya
perdarahan
Beri obat atau
terapi sesuai dengan
pesanan dokter
Tanda – tanda anemis
diduga adanykekurangan zat
besi (Hb turun)
Dapat mengurangi
perangsangan pada daerah
anus sehingga tidak terjadi
perdarahan.
Pendidikan tentang diet,
membantu keikut sertaan
pasien dalameningkatkan
keadaan penyakitnya.
Pasien dengan pecahnya
vena plexus hemoriodalis
perlu obat yang dapat
membantu pencegahan
terhadap perdarahan yang
mememrlukan penilaian
terhadap respon secara
periodik.
Pasien dengan pecahnya
vena flexus hemmoroidalis
perlu obat yang dapat
membantu pencegahan
terhadap
perdarahanyangmemerlukan
penilayan terhadap respon
obat tersebut secara
periodik.
2. Defisit personal
hygene pada
anus
berhubungan
dengan massa
yang keluar
pada daerah
eksternal.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2 x 24
jam, terjaganya
kebersihan
anus.
KH:
tidak ada
tanda-tanda
infeksi.
tidak terasa
gatal-gatal
pada daerah
anus.
rasa gatal
pada anus
berkurang
Berikan sit bath
dengan larutan
permagan 1/1000%
pada pagi dan sore
hari. Lakukan
digital(masukan
prolaps dalam tempat
semula setelah di
bersihkan)
Obserpasi keluhan
dan adanya tanda-
tanda perdarahan
anus
Beri penjelasan
cara membersihkan
anus dan menjaga
kebersihanya
Meningkatkan kebersihan
dan memudahkan terjadinya
penyembuhan prolaps.
Peradangan pada anus
menandakan adanya suatu
infeksi pada anus
Pengetahuan tentang cara
membersihkan anus
membantu keikutsertaan
pasien dalam mempercepat
kesembuhanya.
Postoperatif
No. Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan
kriteria hasil
Intervenasi Rasional
1. Nyeri
berhubungan
Setelah
dilakukan
Beri posisi tidur
yang menyenangkan
Dapat menurunkan
tegangan abdomen dan
dengan adanya
jahitan pada
luka operasi dan
terpasangnya
cerobong angin.
tindakan
keperawatan
selama 2 x 24
jam, gangguan
rasa nyaman
terpenuhi.
KH:
Tidak
terdapat rasa
nyeri pada luka
operasi,.
pasien dapat
melakukan
aktivitas
ringan.
skala nyeri
0-1.
klien
tampak rileks.
pasien.
Ganti balutan
setiap pagi sesuai
tehnik aseptik
Latihan jalan
sedini mungkin
Observasi daerah
rektal apakah ada
perdarahan
Cerobong anus
dilepaskan sesuai
advice dokter
(pesanan)
Berikan
penjelasan tentang
tujuan pemasangan
cerobong anus (guna
cerobong anus untuk
meningkatkan rasa kontrol.
Melindungi pasien dari
kontaminasi silang selama
penggantian balutan.
Balutan basah bertindak
sebagai penyerap
kontaminasi eksternal dan
menimbulkan rasa tidak
nyaman.
menurunkan masalah
yang terjadi karena
imobilisasi.
Perdarahan pada jaringan,
imflamasi lokal atau
terjadinya infeksi dapat
meningkatkan rasa nyeri.
Meningkatkan fungsi
fisiologis anus dan
memberikan rasa nyaman
pada daerah anus pasien
karena tidak ada sumbatan.
Pengetahuan tentang
manfaat cerobong anus
dapat membuat pasien
paham guna cerobong anus
untuk kesembuhan lukanya.
mengalirkan sisa-
sisa perdarahan yang
terjadi didalam agar
bisa keluar).
2. Resiko
terjadinya
infeksi pada
luka
berhubungan
dengan
pertahanan
primer tidak
adekuat
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2 x 24
jam,resiko
infeksi teratasi.
KH:
tidak
terdapat tanda-
tanda infeksi
(dolor, kalor,
rubor, tumor,
fungsiolesa).
radang luka
mengerin
hasil LAB :
- leukosit
- trombosit
Observasi tanda
vital tiap 4 jam
Obserpasi balutan
setiap 2 – 4 jam,
periksa terhadap
perdarahan dan bau.
Ganti balutan
dengan teknik
aseptik
Bersihkan area
perianal setelah
setiap depfikasi
Berikan diet
rendah serat/ sisa dan
minum yang cukup
Respon autonomik
meliputi TD, respirasi, nadi
yang berhubungan denagan
keluhan / penghilang nyeri .
Abnormalitas tanda vital
perlu di observasi secara
lanjut.
Deteksi dini terjadinya
proses infeksi dan /
pengawasan penyembuhan
luka oprasi yang ada
sebelumnya.
Mencegah meluas dan
membatasi penyebaran luas
infeksi atau kontaminasi
silang.
mengurangi / mencegah
kontaminasi daerah luka.
mengurangi ransangan
pada anus dan mencegah
mengedan pada waktu
defikasi.
3. Kurang Setelah Diskusikan Pengetahuan tentang diet
pengetahuan
yang
berhubungan
dengan kurang
informasi
tentang
perawatan
dirumah.
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24
jam,kurangnya
pengetahuan
teratas.
KH:
klien tidak
banyak
bertanya
tentang
penyakitna.
Pasien dapat
menyatakan
atau mengerti
tentang
perawatan
dirumah.
keluarga
klien paham
tentang proses
penyakit.
klien
menunjukkan
wajah tenang
pentingnya
penatalaksanaan diet
rendah sisa.
Demontrasikan
perawatan area anal
dan minta pasien
menguilanginya
Berikan rendam
duduk sesuai
pesanan
Bersihakan area
anus dengan baik
dan keringkan
seluruhnya setelah
defekasi.
Berikan balutan
Diskusikan gejala
infeksi luka untuk
dilaporkan kedokter.
berguna untuk melibatkan
pasien dalam merencanakan
diet dirumah yang sesuai
dengan yang dianjurkan
oleh ahli gizi.
Pemahaman akan
meningkatkan kerja sama
pasien dalam program
terapi, meningkatkan
penyembuhan dan proses
perbaikan terhadap
penyakitnya.
Meningkatkan kebersihan
dan kenyaman pada daerah
anus (luka atau polaps).
Melindungi area anus
terhadap kontaminasi
kuman-kuman yang berasal
dari sisa defekasi agar tidak
terjadi infeksi.
Melindungi daerah luka
dari kontaminasi luar.
Pengenalan dini dari
gejala infeksi dan intervensi
segera dapat mencegah
progresi situasi serius.
Diskusikan
mempertahankan
difekasi lunak
dengan
menggunakan
pelunak feces dan
makanan laksatif
alami.
Jelaskan
pentingnya
menghindari
mengangkat benda
berat dan mengejan.
Mencegah mengejan saat
difekasi dan melunakkan
feces.
Menurunkan tekanan
intra abdominal yang tidak
perlu dan tegangan otot.
18. Penkes apa yang diberikan pada penderita Hemoroid?
Jawab :
- Perubahan pola diet yaitu perbanyak konsumsi cairan dan makanan berserat untuk
mengurangi potensial konstifasi, pembengkakan, dan menurunkan pembengkakan pada rectum
dan anus selama BAB.
- Aktifitas yaitu penderita Hemoroid sebaiknya tidak duduk terlalu lama.
DAFTAR PUSTAKA
Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.
Djuhari,Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Doenges (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta: Balai Penerbit.
Lauralee,Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Parakrama,Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson. 1984. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
Robbins, Stanley L. 1989. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC
Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat umum
terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena
yan terkena. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang
meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon
menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang disebabkan
oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa waktu setelah
melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikan menjadi dua tipe. Hemoroid internal yaitu hemorod
yang terjadi diatas stingfer anal sedangkan yang muncul di luar stingfer anal disebut hemorod
eksternal. (Brunner & Suddarth, 1996)
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk.
Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan
meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun keadaan
ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman.
Berdasarkan hal ini kelompok tertarik untuk membahas penyakit hemoroid.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dalam pembuatan makalah ini, masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa Definisi dari Hemoroid?
1.2.2 Apa Etiologi dari Hemoroid?
1.2.3 Bagaimana Patofisiologia dari Hemoroid?
1.2.4 Bagaiman Pathway dari Hemoroid?
1.2.5 Manifestasi Klinis dari Hemoroid?
1.2.6 Apa Pemeriksaan Diagnostik dari Hemoroid?
1.2.7 Bagaimana Penatalaksanaan Medis dari Hemoroid?
1.2.8 Asuhan Keperawatan Hemoroid?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Bertolak pada rumusan masalah di atas maka makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1.3.1 Apa Definisi dari Hemoroid itu?
1.3.2 Apa Etiologi dari Hemoroid?
1.3.3 Bagaimana Patofisiologis dari Hemoroid?
1.3.4 Bagaimana Pathway dari Hemoroid?
1.3.5 Manifestasi Klinis dari Hemoroid?
1.3.6 Apa Pemeriksaan Diagnostik dari Hemoroid?
1.3.7 Bagaiman Penatalaksanaan Medis dari Hemoroid?
1.3.8 Asuhan Keperawatan Hemoroid?
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun dengan melakukan study pustaka dari berbagai buku panduan
keperawatan khususnya pada Keperawatan Medikal Bedah.
Sistematika penulisan dari makalah ini adalah Bab I Pendahuluan terdiri dari: latar belakang,
tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II berisi pembahasan dan Bab
III terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi
namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah
hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat awam. Sudah pasti
kehadirannya akan mengundang segelintir rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu
aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial.
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh darah,
walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir mirip dengan
varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah pembuluh darah kaki,
sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah vena hemoroidalis di daerah
anorektal. (dr.delken kuswanto)
2.2 Etiologi
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang menyebabkan
gangguan adalah :
a. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi
hipertensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus
hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan vena sehingga aliranya
terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.
2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya
hemoroid
Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah kembali
menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan
mempengaruhi timbulnya hemoroid.
* Gangguan defekasi dan miksi.
* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis,
konstipasi dan kehamilan.
4) Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan
tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.
Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salling berkaitan.
2.3 Patofisiologi
Pada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan keluhan. Akan timbul
bila ada penyulit seperti perdarahan , trombus dan infeksi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rektum
terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma oleh
feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena
kaya akan asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis.
Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi
pada daerah tersebut dan nekrosis.
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
1. Hemoroid interna, merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media.
2. Hemoroid eksterna,merupakan varises vena hemoroidalis inferior.
1. HEMOROID INTERNA
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak adanya
serabut serabut rasa sakit di daerah ini.
Hemoriud interna terbagi menjadi 4 derajat :
- Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya
dapat di temukan dengan proktoskopi.
- Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi
setelah defekasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
- Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi harus
di dorong.
- Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defekasi tidak
dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul thrombus yang di ikuti infeksi dan
kadang kadang timbul perlingkaran anus, sering di sebut dengan Hemoral Inkaresata karena
seakan - akan ada yang menyempit hemoriod yang keluar itu, pada hal pendapat ini salah karena
muskulus spingter ani eksternus mempunyai tonus yang tidak berbeda banyak pada saat
membuka dan menutup. Tapi bila benar terjadi, inkaserata maka setelah beberapa saat akan
timbul nekrosis tapi tidak demikiaan halnya. Lebih tepat bila di sebut dengan perolaps hemoroid.
2. HEMOROID EKSTERNA.
Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi
hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya adalah
hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
- Sering rasa sakit dan nyeri
- Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung - ujung saraf pada kulit merupakan
reseptor rasa sakit.
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus
yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
2.4 Pathway
Hemoroid
Ekterna
Jika ada bekuan darah
Trombosis
Peradangan, dan Edema
Bengkak, kebiru-biruan pada anus dan berdarah.
Pembesaraan V.HemoroidalisNyeri
Perdarahan saat BAB dan tanpa nyeri (karena pada daerah ini tidak ada serabut
nyeri)
Anemia defisiensi Besi
Keluarnya masa pada daerah analPerdarahanAliran vena balik terganggu
Tekanan perifer meningkat – pelebaran V.Hemoroidalis (hemoroid)
Kehamilan
Berdiri dan duduk terlalu lama
Kongesti vena plexsusHipertensi portal (sirosis
hepatis)
Sering angkat beban berat
KonstipasiHemoroid interna
Konstipasi dan mengedan dalam jangaka yang lama
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala utama berupa :
Perdarahan melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri.
Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.
Gejala lain yang mengikuti :
Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.
Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.
Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur)
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba
apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis
dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini
untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
Anoskopy
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan
penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita
disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke
dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan
membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya,
letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan.
Pemeriksaan Proktosigmoidoskopy
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh
proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan
fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
Rontgen (colon inloop) atau Kolonoskopy
Laboratorium : - Eritrosit
- Leukosit
- Hb
2.7 Komplikasi
Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah kelur menetes dan memancar. Perdarahan akut pada umumnya jarang,
hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk
pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami
perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis
dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak
bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak
menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme
adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata / terjepit) akan
mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.
Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehingga lama - lama darah akan membeku dan terjadi trombosis.
Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang karena
disana banyak kotoran yang ada kuman – kumannya.
2.8 Penatalaksanaan Medis
1 ) Operasi Herniadectomy
2 ) Non operatif
Untuk derajat I dan II
Diet tinggi serat untuk melancarkan BAB.
Obat – obat suposituria untuk membantu pengeluaran BAB dan untuk melunakan feces.
Anti biotik bila terjadi infeksi.
Ijeksi skloretika ( Dilakukan antara mokosa dan varises dengan harapan timbul fibrosis dan
hemoroid lalu mengecil ).
“ Rubber Band Ligation “ yaitu mengikat hemoroid dengan karet elastic kira – kira I minggu,
diharapkan terjadi nekrosis.
Untuk derajat III dan IV
Dapat dilakuakan
Pembedahan
Dapat dilakukan pengikatan atau ligation.
Dapat dilakukan rendam duduk.
Dengan jalan suntikan”Sklerotika” ujntuk mengontrol pendarahan dan kolaps (keluar) hemoroid
interna yang kecil sampai sedang.
Bila seorang datang dengan derajat IV tidak boleh langsung di lakukan oprasi, harus di
usahakan menjadi derajat III dulu. Dengan cara duduk berendam dengan cairan PK 1/10.000
selama 15 menit, kemudian di kompres dengan larutan garam hipertonik sehingga edema keluar
dan kotoran keluar. Biasanya setelah dua minggu akan menjadi derajat III.
Pada wanita hamil, karena akan sembuh setelah kehamilan berakhir, maka tidak perlu di
adakan oprasi karena akan membahayakan janin dan varisesnya pun juga akan hilang. Bila ada
perdarahan lakukan pengikatan sementara, setelah partus baru di adakan tindakan defenitif.
3) Terapi Bedah
Bedah Konvensional
Saat ini ada tiga teknik yang biasa digunakan yaitu:
1. Teknik Milligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Basis massa hemoroid
tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian
dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis. Penting untuk
mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi elips dibuat
dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis internus dan
eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara
keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah
kulit dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara
longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu. Striktura
rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak.
Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan.
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan mengupas
seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan mengadakan reseksi
sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan jahitan
jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem.
Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering
digunakan karena caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut
sekunder yang biasa menimbulkan stenosis. Dalam melakukan operasi diperlukan narkose yang
dalam karena sfingter ini harus benar-benar lumpuh.
Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat
pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga
tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang minimal. Pada
bedah dengan laser, nyeri berkurang karena saraf rasa nyeri ikut terpatri. Di anus, terdapat
banyak saraf. Pada bedah konvensional, saat post operasi akan terasa nyeri sekali karena pada
saat memotong jaringan, serabut saraf terbuka akibat serabut saraf tidak mengerut sedangkan
selubungnya mengerut. Sedangkan pada bedah laser, serabut saraf dan selubung saraf menempel
jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi,
dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi direndam
cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan
hanya dengan rawat jalan.
Bedah Stapler
Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri
dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya
adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan m.sfingter ini
untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik
PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan
dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan
hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang dinamakan
dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan
ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan
dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid
tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar
sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara
otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut
terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak mengganggu fungsi
anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif,
tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di
rumah sakit semakin singkat.
2.9 Asuhan Keperawatan
2.9.1 Pengkajian
1. Identitas pasien.
Nama :
Jenis kelamin : > pada Laki-laki
Agama :
Umur : 40 – 55 thn
Status :
Tanggal lahir :
Suku Bangsa :
2. Keluhan utama.
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada anus
atau nyeri pada saat defikasi.
3. Riwayat penyakit.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar
dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau terulang kembali. Dan
pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan kembali
RPD.
4. Pola kebiasaan dan pemeliharaan kesehatan.
a. Pola Nutrisi
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi
badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan
kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS.
b. Pola Istirahat dan Tidur
Adanya nyeri otot dan dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan
rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit yang banyak orang mondar-mandir.
c. Pola Aktivitas
Akibat nyeri otot pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping
itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya. Dan untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya
sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.
d. Pola Eleminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi
sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak
bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen
menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
5. Pemeriksaan fisik.
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel
pada tempat tidur.
1. Inspeksi
- Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.
- Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
- Warna benjolan terlihat kemerahan.
- Benjolan terletak di dalam ( internal ).
2. Palpasi
Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan melakuakan rektal
tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan ditemukan benjolan tersebut dengan
konsistensi keras, dan juga ada perdarahan.
6. Informasi penunjang.
Pemeriksaan laboratorium
- Hb 14,3 N : 14-18 mg/dl - Lekosit 12-700 N : 4000 – 11.000 - Elektrolit :
1. K 2,8 N : 3,6 – 5,5 mmol/L
2. Na 137,6 N : 135 – 155 mmol/L
3. Cl 107 N : 70 – 108 mmol/L
Diagnostik
- Kolonoscopy
- Anoskopy
2.9.2 Analisa Data
No Data Penunjang Etiologi Masalah
1 DS:1. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu terasa sangat nyeri dan keluar darah segar bersama dengan feses,bahkan darah menetes saat BAB.
2. Klien mengeluh BAB terakhir saat keras,sehingga harus mengedan karena hemoroid klien kambuh lagi.
3. Klien mengeluh pola BAB memang tidak normal dari dulu,klien BAB 1-2 kali /minggu, walupun sering makan sayur dan buah-buahan.
4. Klien mengatakan saat ini hampir seminggu belum BAB karena takut meresakan nyeri dan perdarahan seperti sebelumnya.
DO:1. Distensi abdomen (+)2. Teraba massa pada regio bawah abdomen.
3. Pemeriksaan anus adanya benjolan dibawah kulit kanalis analis yang nyeri, tegang, berwarna kebiru–biruan, berukuran 1 cm, benjolan harus didorong dengan tangan agar masuk kedalam anus.
Data tambahan :
1. Pola BAB tidak teratur.
2. Karakteristik feses (warna: kuning kecoklatan, konsistensi: lembek berampas)
Pembesaran Vena
Hemoroidalis
Konstipasi
2 DS:1. Klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah anus.2. Klien mengeluh nyeri pada saat duduk dan berbaring terutama saat tidur malam hari.
3. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu terasa sangat nyeri dan keluar darah srgar bersama dengan feses,bahkan darah menetes saat BAB.
DO:
1.TTV :
TD = 120/80 mmHg
2. Distensi abdomen (+)
3. Pemeriksaan anus adanya benjolan dibawah kulit kanalis analis yang nyeri, tegang, berwarna kebiru–biruan, berukuran 1 cm, benjolan harus didorong dengan tangan agar masuk kedalam anus.
Data tambahan :1. skala nyeri 62. klien tampak meringis3. klien tampak memegangi daerah nyeri.4. klien tidak dapat tidur.
Adanya hemoroid
pada daerah anal
Nyeri
3 DS : klien mengeluh BAB seminggu yang lalu karena keluar darah segar bersama feses bahkan darah menetes saat BAB DO : 1. TTV : TD = 120/80 mmHg 2. Klien tampak lemah3. Konjungtiva pucat 4. hasil lab : Hb= 8,9 gr/dl
Pecahnya Vena
Hemoroidalis
Perdarahan
V.Hemoroidalis
Data Tambahan :1. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas mandiri.2. Klien cepat lelah setelah beraktivitas.3. Banyaknya aktifitas klien yang dibantu oleh orang lain
2.9.3 Diagnosa Keperawatan
PRE OPERATIF
1. Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis.
2. Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus.
3. Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis yang ditandai dengan perdarahan
waktu BAB.
POST OPERATIF
1. Gangguan rasa nyaman nyeri pada luka operasi berhubungan dengan adanya jahitan pada luka
operasi dan terpasangnya cerobong anus.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan dirumah.
2.9.4 Rencana Tindakan Keperawatan
PRE OPERATIF
No.Dx
KeperawatanTujuan Intervensi Rasional
1. Konstipasi
berhubungan
dengan
pembesaran
vena
hemoroidalis.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan konstipasi teratasi.KH:
a.Pola BAB normal (1-2x/minggu).
b.Konsistensi feses lunak.
c.Warna feses kuning.
d.Klien tidak takut untuk BAB.
e.Tidak ada nyeri pada saat BAB.
1.Berikan dan anjurkan minum kurang lebih 2 liter/hari.2.Berikan posisi semi fowler pada tempat tidur.3.Anjurkan mengkonsumsi makana tinggi serat.4.Auskultasi bunyi usus.
5.Hindari makanan yang membentuk gas.6.Kurangi / batasi makana seperti produk susu.7.Berikan laktasif sesuai program dokter.
1.Mencegah dehidrasi secara oral.
2.Meningkatkan usaha evakuasi feses.
3.Makanan tinggi serat dapar melancarkan proses defekasi.
4.Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.5.Menurnnkan distres gastrik dan distensi abdomen.
6.Makanan ini diketahui sebagai penyebab konstipasi.7.Membantu melancarkan proses defekasi.
2. Nyeri
berhubungan
dengan adanya
hemoroid pada
daerah anal.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri teratasi.
1.Berikan Posisi yang nyaman.
2.Berikan bantalan dibawah bokong saat
1.Minimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi.
2.Meminimalkan tekanan di bawah bokong/meningkatkan
KH:a.Wajah pasien tampak meringis.b.Skala nyeri berkurang 0-3 atau hilang.c.Klien dapat istirahat tidur.d.TTV Normal TD: 100/80 mmHg
duduk.
3.Observasi tanda-tanda vital.
4.Ajarkan teknik untuk menguranyi rasa nyeri seperti membaca, menarik nafas panjang, menonton TV, dll.
5.Berikan kompres dingin pada daerah anus 3-4 jam dilanjutkan dengan redam duduk hangat 3-4 x/hari.
6.Berikan lingkungan yang tenang.
7.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik, pelunak feses dan dilakukan hemoroidectomi.
relaksasi.
3.Untuk menentukan intervensi selanjutnya.
4.Pengalihan perhatian melalui kegiatan-kegiatan.
5.Meningkatkan relaksasi.
6.Menurunkan ketidaknyamanan fisik.
7.Mengurangi nyeri dan menurunkan rangsang saraf simpatis dan untuk mengangkat hemoroid.
3. Perdarahan
berhubungan
dengan
pecahnya vena
hemoroidalis
yang ditandai
dengan
perdarahan
waktu BAB.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kekurangan nutrisi terpenuhi.KH:a.Konjungtiva klien merah muda.
b.Hb Normal (12-14 g/dl).
c.Tidak ada
1.Observasi TTV.
2.Monitor banyaknya perdarahan klien.
3.Kaji ulang tingkat toleransi aktifiitas klien.
4.Memandirikan klien dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Kolaborasi:
1.Untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2.Untuk menentukan tingkat kehilangan cairan.
3.Untuk mengetahui tingkat kelemahan klien.
4.Mengurangi ketergantungan aktifitas klien dengan bantuan perawat.
perdarahan v.hemoroid.
d.Dapat melakukan aktivitas mandiri.
e.Klien tidak cepat lelah setelah beraktivitas.
f.Aktifitas klien sudah tidak dibantu oleh perawat.
1.Konsultasikan nutrisi untuk klien dengan ahli gizi.
2.Berikan vitamin K dan B12 sesuai indikasi.
3.Konsultasi dengan ahli gizi.
4.Berikan cairan IV.
Kolaborasi:
1.Untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang tepat pada klien.
2.Untuk membantu proses pembekuan darah dan Untuk meningkatkan produksi sel darah merah.
3.Untuk menentukan diet yang tepat bagi klien.
4.Untuk menggantikan banyaknya darah yang hilang selama perdarahan.
POST OPERATIF
1. Gangguan rasa
nyaman nyeri
pada luka
operasai
berhubungan
dengan adanya
jahitan pada
luka operasi dan
terpasangnya
cerobong anus.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam berkurangnya rasa nyeri pada daerah pasca operasi.
KH:
a.tidak terdapat rasa nyeri pada luka operasi
b.pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan
c.sekala nyeri 0-3
d.klien tampak rileks
1. Beri posisi tidur yang menyenangkan pasien.2. Ganti balutan setiap pagi sesuai tehnik aseptik
3. Latihan jalan sedini mungkin
4. Observasi daerah rektal apakah ada perdarahan
1. Dapat menurunkan tegangan abdomen
2. Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan. Balutan basah bertindak sebagai penyerap kontaminasi eksternal
3. Menurunkan masalah yang terjadi karena imobilisasi
4. Perdarahan pada jaringan, inflamasi lokal atau terjadinya infeksi dapat meningkatkan rasa nyeri
5. Pengetahuan tentang
5. Berikan penjelasan tentang tujuan pemasangan cerobong anus (untuk mengalirkan sisa-sisa perdarahan yang di dalam bisa keluar)6. Cerobong anus dilepas sesuai advice dokter
manfaat cerobong anus dapat membuat pasien paham guna cerobong anus untuk kesembuhan lukanya
6. Meningkatkan fungsi fisiologis anus dan memberikan rasa nyaman pada daerah anus pasien karena tidak ada sumbatan
2. Resiko infeksi
berhubungan
dengan
pertahanan
primer tidak
adekuat.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam infeksi tidak terjadi.
KH:
a.tidak terdapat tanda-tanda infeksi (dolor, kalor, rubor, tumor, fungsiolesa)
b.TTV Normal (TD: 120/80 mmHg, N: 96 x/menit, S: 36,7 OC, RR: 18 x/menit)
c.luka mengering
1. Observasi tanda vital
2. Observasi balutan setiap 2 jam, periksa terhadap perdarahan dan bau.
3. Ganti balutan dengan teknik aseptik
4. Bersihkan area perianal setelah setiap defekasi5. Berikan diet rendah serat dan minum yang cukup
1. Respon autonomik meliputi TD, respirasi, nadi yang berhubungan dengan keluhan / penghilang nyeri . Abnormalitas tanda vital perlu di observasi secara lanjut
2. Deteksi dini terjadinya proses infeksi dan / pengawasan penyembuhan luka oprasi yang ada sebelumnya
3. Mencegah meluas dan membatasi penyebaran luas infeksi atau kontaminasi silang
4. Mengurangi / mencegah kontaminasi daerah luka
5. Mengurangi rangsangan pada anus dan mencegah mengedan pada waktu defekasi
3. Kurang
pengetahuan
Setelah dilakukan tindakan
1. Diskusikan pentingnya
1. Pengetahuan tentang diet berguna untuk
berhubungan
dengan
kurangnya
informasi
perawatan
dirumah.
keperawatan selama 2 x 24 jam klien dapat melakukan perawatan area anal dirumah.
KH:
a.pasien mengerti tentang perawatan dirumah
b.keluarga mengerti tentang proses penyakit dan perawatannya
c.pasien menunjukkan wajah tengang
penatalaksanaan diet rendah sisa atau serat.
2. Demontrasikan perawatan area anal dan minta pasien menguilanginya
3. Berikan rendam duduk
4. Bersihakan area anus dengan baik dan keringkan seluruhnya setelah defekasi
melibatkan pasien dalam merencanakan diet dirumah yang sesuai dengan yang dianjurkan oleh ahli gizi
2. Pemahaman akan meningkatkan kerja sama pasien dalam program terapi, meningkatkan penyembuhan dan proses perbaikan terhadap penyakitnya
3. Meningkatkan kebersihan dan kenyaman pada daerah anus (luka atau polaps)
4. Melindungi area anus terhadap kontaminasi kuman-kuman yang berasal dari sisa defekasi agar tidak terjadi infeksi
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang
diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih
dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid adalah
timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga
aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan komplikasi,diantaranya
adalah terjadi trombosis, peradangan, dan terjadi perdarahan. Hemoroid juga dapat menimbulkan
cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang penyakit dan pengobatannya.
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang menyebabkan
gangguan adalah :
a. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi
hepartensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus
hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
c. Tomur intra abdomen, terutama didaerah velvis, yang menekan vena sehingga aliranya
terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.
2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya
hemoroid
Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer
b. Anatomi
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan
mempengaruhi timbulnya hemoroid. Misalnya seorang ahli bedah.
* Gangguan devekasi miksi.
* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis, konstipasi dan kehamilan.
3.2 SARAN
Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan pengobatannya pada
penderita hemoroid. Menginformasikan tentang pencegahan-pencegahan terjadinya hemoroid
dengan cara :
1. Makan makanan tinggi serat, vitamin K, dan vitamin B12.
2. Sarankan untuk tidak banyak duduk atau kegiatan yang menenkan daerah bokong.
3. Sarankan untuk tidak terlalu kuat saat mengedan karena dapat menambah besar hemoroid.
4. Sarankan agar mengurangi makan makanan pedas yang dapat mengiritasi hemoroid.
5. Sarankan untuk melakukan hemoroidektomi apabila stadium hemoroid telah mencapai derajat 3
hemoroid interna untuk mencegah terjadinya infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.
Djuhari, Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Doenges Moorhouse Geissle. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta: Balai Penerbit.
Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Parakrama, Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson. 1984. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
Robbins, Stanley L. 1989. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC
Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.