Cr hemoroid
-
Upload
raden-adjeng-palupi -
Category
Documents
-
view
385 -
download
16
Transcript of Cr hemoroid
Case Report (CR)
HEMOROID EKSTERNA + GASTRITIS KRONIK + ANEMIA
Diajukan Oleh :
Sigit Pratama Iusitia N, S. Ked
110.2005.244
Pembimbing :
Dr.Pirma Hutauruk, SpB,FinaCs
SMF BEDAHRSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
OKTOBER 2010
PRESENTASI KASUS
I. Identitas
- Nama : NY. M
- Umur : 50 tahun
- Jenis kelamin : Perempuan
- Agama : Islam
- Pekerjaan : Petani
- Alamat : Tegineneg, Mandar
- Masuk RSAM : 27 September 2010
II. Anamnesa (Autoanamnese dan Alloanamnese 27 September 10)
- Keluhan utama : Keluar darah saat BAB sejak setengah bulan yang lalu.
- Keluhan tambahan : Terdapat benjolan pada lubang anus, rasa tidak nyaman
dianus, nyeri pada ulu hati, kepala pusing, lemah dan
mudah lelah.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSAM dengan keluhan keluar darah pada saat buag air besar (BAB)
sejak setengah bulan yang lalu. Darah menetes berwarna merah terang tidak
bercampur dengan kotoran. Keluhan disertai dengan adanya benjolan pada lubang
anus yang menutupi sebagian lubang anus. Benjolan dirasakan menetap tidak pernah
hilang. Pasien juga mengaku nyeri pada daerah uluhatinya yang sering hilang timbul,
biasanya timbul pada saat pasien telat makan. Akhir-akhir ini kepalanya pasien sering
pusing, badannya terasa lemah dan lesu.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku BAB berdarah dan adanya benjolan pada anus sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya pasien sering BAB jongkok dan mengedan dengan kuat
1
sebab BABnya keras sehingga timbul BAB berdarah, mulanya darah yg keluar sedikit namun lama kelamaan darah yang keluar semakin banyak.
Pasien memiliki riwayat Gastritis sejak 2 tahun yang lalu. Riwayat DM dan Hipertensi disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit seperti pasien.
Pemeriksaan Fisik
Status Present
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos mentis
- Tekanan darah : 120/ 70 mmHg
- Nadi : 100 x/mnt
- Pernapasan : 24 x/mnt
- Suhu : 36,50 C
- Tinggi badan : 150 cm
- Berat badan : 40 kg
- Keadaan gizi : Kurang
Status Generalis
- Kepala
Bentuk : Normochephal, simetris
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Mata : Palpebra tidak oedema, sklera tidak ikterik,
konjungtiva anemis, pupil isokor, refleks cahaya (+ /
+), penglihatan baik.
Hidung : Bentuk normal, simetris, septum tidak deviasi,
kavum nasi mukosa tidak hiperemis, penciuman
baik, sekret tidak ada
2
Telinga : Simetris, liang lapang, serumen (-)
Mulut : Bibir tidak sianosis, basah, tidak pecah –
pecah, lidah kotor, tremor (-), stomatitis (-)
- Leher
Inpeksi : Simetris, trakhea di tengah, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening
Palpasi : Tidak ada pembesaran kalenjar getah bening
dan kelenjar tiroid
- Thoraks
Paru
Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan nafas simetris kiri
kanan
Palpasi : Fremitus taktil dan vokal kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler normal pada seluruh
lapangan paru, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Pulsasi iktus kordis terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba pada sela iga V midklavikula
kiri
Perkusi : Batas atas sela iga II garis mid sternal
Batas kanan sela iga IV garis parasternal kanan
Batas kiri sela iga V midklavikula kiri
Auskultasi : Bunyi jantung I – II murni (+), murmur (-),gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar simetris
Palpasi : Nyeri tekan (+) epigastrium, Hepar dan lien tidak teraba.
3
Perkusi : Tympani (+), nyeri ketuk (+) epigastrium, shifting
dullnes (-)
Auskultasi : Bising usus (+), normal
EKSTREMITAS
- Superior : Telapak tangan pucat, Oedem (-/-)
- Inferior : Telapak kaki pucat, Oedem (-/-)
GENITALIA : Perempuan, tidak ada kelainan
PERIANAL
Inspeksi : Tampak benjolan seperti kembang kol menutupi sebagian anus dengan warna kemerahan,
diameter ± 1,5cm
Palpasi : Konsistensi kenyal, berbatas tegas, mobilitas (+), nyeri tekan (-), darah (+)
Rectal taouche : Massa (-), Nyeri (-), darah (+)
RESUME
Pasien seorang perempuan 50 tahun dengan keluhan BAB berdarah (hematoskezia)
sejak setengah bulan yang lalu, terdapat massa diperianal yang menetap terus
menerus, Pasien juga mengaku nyeri pada daerah uluhatinya yang sering hilang
timbul, biasanya timbul pada saat pasien telat makan. Akhir-akhir ini kepalanya
pasien sering pusing, badannya terasa lemah dan lesu.
Status Present
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos mentis
4
- Tekanan darah : 120/ 70 mmHg
- Nadi : 100 x/mnt
- Pernapasan : 24 x/mnt
- Suhu : 36,50 C
- Tinggi badan : 150 cm
- Berat badan : 40 kg
- Keadaan gizi : Kurang
Pemeriksaan Fisik
Mata : Konjungtiva anemis
Ekstremitas
- Superior : Telapak tangan pucat
- Inferior : Telapak kaki pucat
Perianal
Inspeksi : Tampak benjolan seperti kembang kol menutupi sebagian anus dengan warna kemerahan,
diameter ± 1,5cm
Palpasi : Konsistensi kenyal, berbatas tegas, mobilitas (+), Nyeri tekan (-), Darah (+)
Rectal taouche : Spingter ani tonus baik, Massa (-), Nyeri (-), Darah berwarna merah terang (+)
Abdomen
Inspeksi : Datar simetris
Palpasi : nyeri tekan (+) epigastrium, Hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : Tympani (+), nyeri ketuk (+) epigastrium, shifting
dullnes (-)
5
Auskultasi : Bising usus (+), normal
Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium 30 September 2010
Hemoglobin : 5,7 gr %
LED : 10 mm/jam
Leukosit : 6.900 /ul
Diff count
Basofil : 0%
Eosinofil : 0%
Batang : 0%
Segmen : 77%
Limposit : 19%
Monosit : 4%
Trombosit : 412.000/ul
Masa perdarahan : 3 mnt
Masa pembekuan : 9 mnt
SGOT : 24 U/L
SGPT : 11 U/L
Ureum : 34 U/L
Kreatinin : 0,7 U/L
GDS : 100 mg/dl
Diagnosa Banding
- Hemoroid Eksterna + Gastritis kronis + Anemia
- Tumor Perianal + Gastritis Kronis + Anemia
6
Diagnosa Kerja
- Hemoroid Eksterna + Gastritis kronis + Anemia
Pemeriksaan Anjuran
- Pemeriksaan sitologi
Penatalaksanaan
1. Medika Mentosa
Infus RL 20gtt/mnt
Amoksisilin 3 x 500mg
Ranitidin 1amp/12 jam
Kalnek 1amp/12 jam
PCT 3 x 500mg
Transfusi PRC 600 cc
2. Rencana operasi
Hemoroidektomi
Prognosa
Quo ad Vitam : Ad bonam
Quo Ad Funcionam : Ad bonam
Quo Ad Sanationam :Ad bonam
FOLLOW UPTanggal 27/9/2010 28/9/2010 29/9/2010 30/9/2010 1/10/10
Keluhan Keluar darah dari anus,rasa mengganjal dianus, pusing. Nyeri
Keluar darah dari anus,rasa mengganjal dianus, pusing. Nyeri
Keluar darah dari anus,rasa mengganjal dianus, pusing. Nyeri
Keluar darah dari anus,rasa mengganjal dianus, pusing. Nyeri
Keluar darah dari anus,rasa mengganjal dianus, pusing. Nyeri
7
epigastrium (+) epigastrium (+) epigastrium (-) epigastrium (-) epigastrium (-)
Vital Sign :
- TD
- Nadi
- RR
- Suhu
120/70mmHg
100 x/menit
24 x/menit
36,50 C
120/80mmHg
88 x/menit
22 x/menit
36,80 C
110/70mmHg
90 x/menit
22 x/menit
370 C
120/70 mmHg
80 x/menit
20 x/menit
36,60 C
120/80 mmHg
76 x/menit
22 x/menit
36,70 C
Pemeriksaan fisik
Status Lokalis Perianal
Benjolan seperti kembang kol, warna kemerahan,diameter ± 1,5cm ,Konsistensi kenyal, berbatas tegas, mobilitas (+), Nyeri tekan (-), Darah (+)
Benjolan seperti kembang kol, warna kemerahan,diameter ± 1,5cm ,Konsistensi kenyal, berbatas tegas, mobilitas (+), Nyeri tekan (-), Darah (+)
Benjolan seperti kembang kol, warna kemerahan,diameter ± 1,5cm , Konsistensi kenyal, berbatas tegas, mobilitas (+), Nyeri tekan (-), Darah (+)
Benjolan seperti kembang kol, warna kemerahan,diameter ± 1,5cm ,Konsistensi kenyal, berbatas tegas, mobilitas (+), Nyeri tekan (-), Darah (+)
Benjolan seperti kembang kol, warna kemerahan,diameter ± 1,5cm ,Konsistensi kenyal, berbatas tegas, mobilitas (+), Nyeri tekan (-), Darah (+)
Pemeriksaan penunjang
Koncul dr.Spesialis bedah : persiapan operasi dan rencana operasi hemoroidektomi.
Foto rotgen torak:Cor dan Pulmo dalam batas normal.
(-) HB : 5,7 gr %LED : 10 mm/jam
Leukosit : 6.900 /ul
Trombosit :
412.000/ul
SGOT : 24 U/L
SGPT : 11 U/L
Ureum : 34 U/L
Kreatinin :0,7 U/L
GDS : 100 mg/dl
(-)
Penatalaksanaan : Infus RL 20gtt/mnt
Amoksisilin 3 x 500mg
Ranitidin 1amp/12 jam
Kalnek 1amp/12 jam
PCT 3 x 500mg
Infus RL 20gtt/mnt
Amoksisilin 3 x 500mg
Ranitidin 1amp/12 jam
Kalnek 1amp/12 jam
PCT 3 x 500mg
Infus RL 20gtt/mnt
Amoksisilin 3 x 500mg
Ranitidin 1amp/12 jam
Kalnek 1amp/12 jam
PCT 3 x 500mg
Infus RL 20gtt/mnt
Amoksisilin 3 x 500mg
Ranitidin 1amp/12 jam
Kalnek 1amp/12 jam
PCT 3 x 500mg
Infus RL 20gtt/mnt
Amoksisilin 3 x 500mg
Ranitidin 1amp/12 jam
Kalnek 1amp/12 jam
PCT 3 x 500mg
Rencana transfusi PRC 600cc
Diagnosis Hemoroid Eksterna + Gastitis kronik + susp.anemia
Hemoroid Eksterna + Gastitis kronik + susp.anemia
Hemoroid Eksterna + Gastitis kronik + susp.anemia
Hemoroid Eksterna +
Gastitis kronik +
Anemia
Hemoroid Eksterna +
Gastitis kronik +
Anemia
DISKUSI
8
Apakah dasar diagnosa pada pasien ini?
Hemoroid Exsterna
1. AnamnesisKeluhan keluar darah pada saat buag air besar (BAB) sejak setengah bulan yang lalu. Darah menetes berwarna merah terang tidak bercampur dengan kotoran. Keluhan disertai dengan adanya benjolan pada lubang anus yang menutupi sebagian lubang anus. Benjolan dirasakan menetap tidak pernah hilang
2. Pemeriksaan Fisik
Perianal
Inspeksi: Tampak benjolan seperti kembang kol menutupi sebagian anus
dengan warna kemerahan, diameter ± 1,5cm
Palpasi : Konsistensi kenyal, berbatas tegas, mobilitas (+), Nyeri tekan (-), Darah (+)
Rectal taouche : Spingter ani tonus baik, Massa (-), Nyeri (-), Darah berwarna merah terang (+)
Gastitis kronik
1. AnamnesisPasien juga mengaku nyeri pada daerah uluhatinya yang sering hilang timbul, biasanya timbul pada saat pasien telat makan.Riwayat penyakit gastritis sejak 2 tahun yang lalu.
2. Pemeriksaan FisikAbdomen
Inspeksi : Datar simetris
Palpasi : Nyeri tekan (+) epigastrium, Hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : Tympani (+), nyeri ketuk (+) epigastrium, shifting
dullnes (-)
Auskultasi : Bising usus (+), normal
Anemia
9
1. Anamnesis
Pasien mengeluh akhir-akhir ini kepalanya pasien sering pusing, badannya
terasa lemah dan lesu.
2. Pemeriksaan Fisik
Mata : Konjungtiva anemis
Ekstremitas
- Superior : Telapak tangan pucat
- Inferior : Telapak kaki pucat
3.Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin : 5,7 gr %
Apakah ada kaitannya Anemia pada pasien ini terhadap penyakit hemoroid ?
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama dari hemoroid. Darah yang keluar
berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feces. Hemoroid dan perdarahan
yang terus menerus pada pasien ini sudah berlangsung selama 1 tahun sehingga
menyebabkan pasien ini kekurangan darah atau anemia. Jadi, anemia yang terjadi
pada pasien ini ada kaitan langsung dari penyakit hemoroid yang dideritanya.
Apakah pengobatan terhadap pasien ini sudah sesuai?
Terapi Manfaat terapi
Infus RL 20gtt/mnt Membantu memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh
PCT 3 x 500mg Pada pasien ini tidak ada demam dan riwayat demam
sebelumnya, seharusnya pemberian PCT tidak
diperlukan
Ranitidin 1amp/12 jam Raniitidin merupakan kelompok antihistamin H2,
Pemberian ranitidin bertujuan untuk menurunkan
produksi aslam lambung sehingga diharapkan dapat
10
mengurangi faktor yang dapat mengiritasi lambung
yang menyebabkan nyeri pada uluhati.
Kalnek 1amp/12 jam Mengandung asam traneksamat yang berfungsi
untuk menghentikan perdarahan
Amoksisilin 3 x 500mg Meskipun pada gejala klinis dan pemeriksaan lab
tidak ditemukan tanda-tanda infeksi, anti biotik
ini di gunakan sebagai profilaksis terhadap
kemungkinan timbulnya infeksi.
Transfusi PRC 600 cc HB pasien ini 5,7 gr %, transfusi PRC
bertujuan untuk menangulangi anemia
pada pasien ini.
Rencana Hemoroidektomi Hemoroid pada pasien ini sudah menetap dan
menimbulkan komplikasi anemia sehingga
diperlukan tindakan invasif untuk terapi hemoroid
pada pasien ini.
HEMOROID
11
I. PENDAHULUAN
Definisi :
Hemoroid adalah merupakan suatu pelebaran vena yang abnormal ( pelebaran
vena di dalam pleksus hemoroidalis ).
Wasir – begitu awam menyebutnya – memang menjadi momok bagi segelintir
orang yang menderitanya. Benjolan didalam anus yang mau tak mau ’dibawa’ setiap
hari sangat membuat rasa tidak nyaman. Duduk, salah. Berdiri, juga salah. Apalagi
kalau hendak buang hajat, meringis kesakitan.
Hemoroid (wasir) hampir sama bentuknya dengan varises – penyakit yang
biasanya terdapat daerah kaki dikarenakan terlalu lama berdiri. Bedanya, hemoroid
terdapat pada anus. Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih
vena hemoroidalis di daerah anorektal. Tapi itu definisi yang sudah lama alias usang!
Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, kata dr Toar JM Lalisang
SpB-KBD dalam Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran (KPPIK) 2005,
tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsur berupa pembuluh
darah, jaringan lunak dan otot di sekitar anorektal (kanalis anus).
Secara keseluruhan berdasarkan statistik, jumlah tindakan hemoroidektomi
menurun. Puncaknya terjadi tahun 1974 dimana hemoroidektomi dilakukan sebanyak
117 per 100.000 orang. Angka itu menurun 13 tahun kemudian (1987) menjadi 37 per
100.000 orang.
Hemoroid tidak pandang bulu. Baik laki-laki maupun perempuan punya risiko
yang sama. Di sisi lain, risiko hemoroid justru meningkat seiring bertambahnya usia.
Usia puncak adalah 45-65 tahun.
Diet rendah serat di percaya sebagai pokok penyebab konstipasi, sedangkan
konstipasi menyebabkan ketegangan pengeluaran dari tinja.
II. ANATOMI DAN FISIOLOGIS ANOREKTUM
12
Kanalis analis berasal dari proktoderm uang merupakan invaginasi ektoderm,
sedangkan rektum berasal dari ektoderm. Karena perbedaan asal anus dan rektum ini
maka perdarahan, persarafan, serta pengaliran limfenya berbeda juga, demikian pula
epitel yang menutupinya. Rektum dilapisi oleh mukosa glanduler usus sedangkan
kanalis analis oleh anoderm yang merupakan lanjutan dari epitel berlapis gepeng kulit
luar. Tidak ada yang di sebut mukosa usus. Daerah batas rektum dan kanalis analis
ditandai dengan perubahan jenis epitel. Kanalis analis dan kulit dari luar disekitarnya
kaya akan persyarafan sensoris somatik dan peka terhadap nyeri. Darah vena di atas
garis anorektum mengalir melalui sistem porta, sedangkan yang berasal dari anus di
alirkan ke sistem kava melalui cabang arteri iliaka. Distribusi ini manjadi penting
dalam upaya memahami cara penyebaran keganasan dan infeksi serta terbentuknya
hemoroid. Sistem limfe dari rektum mengalirkan isinya melalui pembuluh limf
paraaorta melalui kelenjar limf iliaka interna, sedangkan limf yang berasal dari
kanalis analis mengalir kearah kelenjar inguinal.
Arteri hemoroidalis superior adalah kelanjutan langsung arteri mesenterika
inferior. Arteti ini membagi diri menjadi dua cabang utama kiri dan kanan. Cabang
yang kanan bercabang lagi. Letak ketiga cabang terakhir ini mungkin dapat
menjelaskan letak hemoroid dalam yang khas yaitu dua buah di setiap seperempat
sebalah kanan dan sebuah di seperempat di sebalah kiri. Arteri hemoroidalis medialis
merupakan percabangan anterior arteri iliaka interna sedangkan arteri hemoroidalis
inferior adalah cabang dari arteri pudenda interna.
Vena hemoroidalis superior berasal dari plekus hemoroidalis internus dan berjalan
kearah cranial kedalam vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui vena lenalis
ke vena porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan rongga perut menentukan
tekanan didalamnya. Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah kedalam vena
pudenda interna dan kedalam vena iliaka interna dan sistem kava.
Pembesaran vena hemoroidalis dapat menimbulkan keluhan hemoroid.
III.ETIOLOGI
13
Darah yang berasal dari pleksus hemoroidalis akan dialirkan ke vena mesenterika
inferior, kemudian ke vena porta masuk ke hepar.
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik
dari vena hemoroidalis. Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis dibagi menjadi :
1. Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelainan organic.
a. Hepar pada sirosis hepatis
Fibrosis jaringan akan meningkatkn resistnsi aliran vena ke heepar
sehingga terjadi hipertensi portal, maka akan terbentuk kolateral antara
lain ke esofagus dan pleksus hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misal akibat trombosis.
c. Tumor intra abdomen, terutama di daerah pelvis yang menekan vena
sehingga aliran terganggu, misal tumor ovarium, tumor rektum, dsb.
2. Idiopatik, tidak jelas asalnya kelaina organik, hanya ada faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya hemoroid, antara lain :
a. Keturunan / herediter
Dalam hal ini yang menurun adalah kelemahan dinding pembuluh darah
dan bukan hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah anorektal dan pleksus hemoroidalis kurang mendapat
sokongan otot dan fasia di sekitarnya sehingga darah mudah kembali,
menyebabkan tekanan di pleksus hemoroidalis.
c. Pekerjaan
Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk lama atau harus
mengangkat barang berat, gaya gravitasi akan mempengaruhi timbulnya
hemoroid, misalnya polosi lalu lintas, ahli bedah, dll.
d. Umur
Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh juga otot
spingter menjadi tipis dan atonis.
e. Endokrin
Misal pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus.
14
f. Mekanis
Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang meninggi
dalam romgga perut, misal pada orang yang sering mengedan, hipertropi
prostat, asites, obesitas, kehamilan, dll.
g. Radang
Adalah faktor penting yang menyebabkan vitalitas jaringan di daerah itu
berkurang.
IV. KLASIFIKASI
Menurut asalnya hemoroid dibedakan menjadi :
a. Hemoroid Eksternum
Letaknya distal dari linea pectinea dan diliputi oleh kulit biasa, yang merupakan
benjolan karena dilatasi vena hemoroidalis inferior.
Ada tiga bentuk yang sering dijumpai :
1. Bentuk hemoroid biasa tapi letaknya distal linea pectinea.
2. Bentuk trombosis atau benjolan hemoroid yang terjepit, bentuk ini sering
sangat nyeri dan gatal oleh karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan
reseptor nyeri.
3. Bentuk skin tags, berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari
jaringan penyambung dan pembuluh darah.
b. Hemoroid Internus
Letaknya proksimal dari linea pectinea dan diliputi oleh lapisan epitel dari
mukosa, yang merupakan benjolan vena hemoroidalis superior dan media.
Hemoroid internum ini merupakan bantalan muskuler di dalam jaringan subkutan
pada rektum d\sebelah dalam. Pada pemeriksaan rektal toucher paling banyak di
temukan hemoroid pada jam 3, 7 dan 11 yang oleh Miles di sebut three primary
haemorrhoidal areas.
Secara klinik Hemoroid internus di bagi atas 4 derajat, yaitu
Derajat I
15
Varises satu atau lebih vena hemoroidalis interna dengan gejala perdarahan
merah segar tanpa disertai dengan nyeri pada waktu defekasi. Pada stadium
awal ini tidak terdapat prolaps dan pada pemeriksaan anoskopi terlihat
hemoroid yang membesar menonjol kedalam lumen. Sebagai petunjuk ialah
adanya diare atau konstipasi untuk beberapa lama. Perdarahan merupakan
gejala yang pertama kali timbul, yang membuat seseorang sadar bahwa ia
menderita hemoroid.
Derajat II
Perdarahan atau taanpa perdarahn, tetapi seseuadah defkasi terjadi prolaps
hemoroid yang dapat masuk sendiri atau secara spontan. Ini di anggap sebagai
derajat selanjutnya dari hemoroid yang hanya berdarah tanpa ada keluhan.
Lama-kelamaan akan berkembang manjadi derajat III.
Derajat III
Hemoroid menonjol saat mengedan dan harus di sorong kembali sesudah
defkasi. Dalam hal ini perdarahan tidak menjadi kriteria, mungkin saja varises
keluar dan harus mendorong kembali tanpa adanya perdarahan.
Derajat IV
Hemoroid yang menonjol keluar dan tidak dpat di dorong masuk. Hal ini
menimbulkan keadaan sakit seehingga penderita pasti akan datang berobat.
Biasanya pada derajat IV ini terdapat trombus yang di ikuti infeksi.
V. GAMBARAN KLINIS
Pleksus hemoroidalis yang melebar ini terletak di bawah mukosa rektum, tepat di
atas lapisan muskularis sphinter ani eksternus. Tanpa adanya trombus atau infeksi,
pada saat di lakukan colok dubur tidak akan terba apa-apa karena rectum yang
menutup menyebabkan varises kempes ( tidak terisi darah ). Bila aada trombus atau
infeksi, terba suatu pelebaran dari trombus, atau m ukosa yang menebal.
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna akibat trauma
oleh feces yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur
16
dengan feces, dapat hanya berupa garis pada feces atau kertas pembersih sampai pada
perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah.
Biasanya penderita datang berobat karena perdarahan atau buang air besar
berdarah atau terjadi prolaps hemoroid di sertai gejala tambahan anal discharge,
pruritus ani, dermatitis di sekitar anus atau proktitis. Nyeri hanya timbul apabila
terdapat trombosis yang luas dan radang pruritus ani di sebabkan oleh karena
kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus.
Gambar
Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akkhirnya dapat menonjol
keluar menyebabkan prolaps. Awalnya ini terjadi bersamaan defekasi dan dapat
kembali secara spontan, pada tahap selanjutnya pasien dapat memasukkan kembali
benjolan tersebut setelah defekasi. Pada akhirnya hemoroid dapat berkembang dan
menonjol secara permanen dan tidak dapat dimasukkan kembali.
Anamnesis harus di kaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yang
membutuhkan tekanan intraabdominal yang tinggi ( mengejan ), juga sering pasien
harus duduk berjam-jam di WC, dan dapat disertai dengan rasa nyeri yang merupakan
gejala radang.
17
Hemoroid yang berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps permanen,
terlihat dengan keluarnya mukus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam.
VI. PEMERIKSAAN
Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi, apalagi telah terjadi
trombosis.
Colok dubur
Pada pemeriksaan colok dubur hemoroid interna lunak dan tidak dapat diraba
dengan jari, kecuali bila sangat besar sebab tekanan vena didalamnya tidak cukup
tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Kalau sering prolaps selaput lendir akan
menebal. Bila ada koreng maka akan sakit sekali dalam perabaan. Trombosis dan
fibrosis pada perabaan padat dengan dasar yang lebar. Colok dubur diperlukan
untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
Anuskopi
Penilaian dengan anuskopi untuk melihat internus yang tidak menonjol keluar,
penderita dalam posisi litotomi. Anuskop dan penyumbatnya dimasukan dan
diputar sedalam mungkin untuk mengamati keempat kuadran, penyumbat
diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat ebagai
struktur vaskuler yang menonjolkedalam lumen, dan akan meninjol pada ujung
anuskop, bila belum tanpa benjolan maka anuskop ditarik sedikit keluar, bila
perlu penderita disuruh mengejan supaya benjolan dapat kelihatan sebesar-
besarnya. Pada anuskop dapat dilihat warna selaput lendir yang merah meradang
atau perdarahan. Banyaknya benjolan, tingkatnya, letaknya dan dasarnya. Dan
keadaan lain dalam anus harus diperhatikan misalnya polip, fisura ani, atau tumor
ganas.
Proktosigmoidoskopi
Perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan tidak diakibatkan proses
radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.
VII. DIAGNOSA BANDING
18
Perdarahan rektum yang merupakan manifestasi utama hemoroid interna juga
terjadi pada karsinoma kolorektum, penyakit divertikel, polip, kolitis ulseratif, dan
kelainan lain pada kolon dan rektum. Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan,
foto barium kolon dan kolonoskopi perlu dipilihh secara selektif, bergantung pada
keluhan dan gejala penderita.
VIII. KOMPLIKASI
Komplikasi penyakit ini adalh perdarahan hebat, abses, fistula dan inkarserata.
Untuk hemoroid eksterna, pengobatannya selalu operatif. Tergantung keaadaan, dapat
dilakukan eksisi aatau insisi trombus serta pengeluaran trombus.
Komplikasi jangka panjang adalah striktur ani karena eksisi yang berlebihan.
IX. PENCEGAHAN
Menghindari faktor-faktor yang mendukung terjadinya penyulit ini, seperti
mengurangi mengedan dengan cara mengkonsumsi makanan berserat tinggi ( sayur-
sayuran dan buah-buahan ), sehingga feces tidak keras. Akan tetapi jika hal ini tidak
berhasil bisa dibantu dengan pencahar.
X. PENANGANAN
Sekali melebarnya pembuluh vena rektum dan hemoroid telah terbentuk maka
akan sulit untuk dihilangkan secara komplit dan cenderung untuk kambuh, dengan
lebih sedikit ketegangan pada tempat terbentuk pertama, dengan kebiasaan yang baik
dan terapi medik sederhana biasanya dapat mengontrol hemoroid dengan baik, dan
bedah hanya disarankan pada kasus yang parah.
Terapi yang dapat dilakukan :
19
1. Non Operatif
Dilakukan untuk hemoroid derajat I dan II
Menangani hemoroid tak melulu perlu tindakan invasif. Dengan obat juga bisa.
Namun, pemilihan jenis terapi (obat atau invasif) sangat bergantung dari keluhan
penderita serta derajat hemoroidnya. Tidak ada indikasi mutlak dalam terapi invasif
dan diusahakan menjadi pilihan terakhir.
Salah satu obat hemoroid adalah diosmin dan hesperidin yang dimikronisasi.
Layaknya noradrenalin, obat ini mengakibatkan kontraksi vena, menurunkan
ekstravasasi dari kapiler dan menghambat reaksi inflamasi terhadap prostaglandin
(PGE2, PGF2). Kehadiran obat ini tentu memberi angin segar bagi penderita
hemoroid yang takut atau enggan dioperasi. Sebuah studi acak bahkan membuktikan
obat ini sama efektif dengan rubber band ligation. Malah dengan efek samping lebih
kecil.
Bila obat sudah tak mempan atau terjadi perdarahan dan prolaps, tindakan invasif
menjadi pilihan terakhir. Prinsip dari tindakan invasif ada 2 yaitu fiksasi dan eksisi.
Fiksasi dilakukan pada derajat I dan II. Dan selebihnya eksisi.
Fiksasi
Meliputi skleroterapi, rubber band ligation, cryosurgery, infrared
thermocoagulation, photocoagulation, dan Doppler ultrasound guided haemorrhoid
artery ligation.
Skleroterapi. Dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Metode ini
menggunakan zat sklerosan yang disuntikan para vasal. Setelah itu, sklerosan
merangsang pembentukan jaringan parut sehingga sehingga menghambat aliran
darah ke vena-vena hemoroidalis. Akibatnya, perdarahan berhenti. Sklerosan yang
dipakai adalah 5% phenol in almond oil dan 1% polidocanol. Metode ini mudah
dilaksanakan, aman dan memberikan hasil baik.
Rubber band ligation. Kerja dari metode ini adalah akan mengabliterasi lokal
vena hemoroidalis sampai terjadi ulserasi (7-10 hari) yang diikuti terjadinya jaringan
parut (3-4 minggu). Prosedur ini dilakukan pada hemoroid derajat 1-3.
20
Infrared thermocoagulation. Prinsipnya adalah mendenaturasi protein melalui
efek panas dari infrared, yang selanjutnya mengakibatkan jaringan terkoagulasi.
Untuk mencegah efek samping dari infrared berupa kerusakan jaringan sekitar yang
sehat, maka jangka waktu paparan dan kedalamannya perlu diukur akurat. Metode ini
diperuntukkan pada derajat 1-2.
Laser haemorrhoidectomy. Metode ini mirip dengan infrared. Hanya saja
mempunyai kelebihan dalam kemampuan memotong. Namun, biayanya mahal.
Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation. Metode ini menjadi
pilihan utama saat terjadi perdarahan karena dapat mengetahui secara tepat lokasi
arteri hemoroidalis yang hendak dijahit.
Cryotherapy. Metode ini kurang direkomendasikan karena seringkali kurang
akurat dalam menentukan area freezing.
Eksisi
Terdapat beberapa teknik yaitu St. Marks Milligan – Morgan technique,
submucosal haemorrhoidectomy (Parks method), dan yang terbaru adalah circular
stapler anopexy (teknik Longo).
Teknik circular stapler anopexy atau dikenal dengan procedure for prolapse and
haemorrhoids (PPH) baru dikembangkan sekitar tahun 1993. Teknik ini bekerja
dengan mendorong jaringan hemoroid yang merosot ke arah atas dan dijahitkan ke
selaput lendir dinding anus. Kemudian sebuah gelang dari bahan titanium diselipkan
di jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi
jaringan hemoroid tersebut.
PPH memiliki beberapa keuntungan dibandingkan operasi konvensional
diantaranya nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan
cepat karena hanya menghabiskan 12-45 menit, dan pasien dapat pulih lebih cepat
paska operasi. Namun risiko perdarahan, trombosis, serta penyempitan saluran anus
masih dapat terjadi.
21
Kontraindikasi PPH adalah fistula anus, bengkak, gangren, penyempitan anus,
prolaps jaringan hemoroid yang tebal, serta pada pasien dengan gangguan koagulasi
(pembekuan darah).
Komplikasi yang dapat timbul paska tindakan invasif adalah perdarahan
sekunder, selulitis, abses, fistula, fissura, dan inkontinensia.
Hemoroid bukan penyakit yang tak mungkin dicegah. Diet tinggi serat seperti
banyak sayur dan buah akan membuat feses lembek sehingga tidak perlu mengedan
saat buang hajat.
Di Negeri Paman Sam, angka kejadian hemoroid berkisar 4%. Celakanya, 80%
diantaranya adalah pekerja kantoran! Indonesia sendiri belum mempunyai data pasti.
Namun, bukan tidak mungkin sebagian besar para pekerja kantoran di negara kita
juga mempunyai benjolan ini di anusnya.
2. operatif
Hemoroidektomi
Operasi ini merupakan terapi bedah untuk penderita yang mengalami keluhan
menahun dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah ini juga
dapat dilakukan pada penderita dengan perdarahan berulang dan anemia yang
tidak sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita
hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis dan kesakitan hebat dapat
ditolong ssegera dengan hemoroidektomi.
Prinsip yang harus diperhatikan pada hemoroidektomi adalh eksisi yang hanya
dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin
dilakukan pada anoderm dan kulit yamg normal dengan tidak mengganggu
sphingter anus.
Tindak Bedah Lain
Dilatasi anus yang dilakukan dalam anestesi dimasukan untuk memutuskan
jaringan ikat yang diduga menyebabkan obstruksi jalan keluar anus atau spasme
yang merupakan faktor penting dalam pembentukan hemoroid. Metode dilatasi
22
menurut Lord ini kadang disertai dengan penyulit inkontinensia sehingga tidak
dianjurkan.
Hemoroid eksterna yang mengalami trombosis
Keadaan ini bukan hemoroid dalam arti sebenarnya tetapi merupakan
trombosis vena hemoroidalis eksterna yang terletak subkutan di daerah kanalis
analis.
Trombosis dapat terjadi karena tekanan tinggi di vena tersebut misalnya
ketika mengangkat barang berat, batuk bersin, mengedan atau partus. Vena
lebar yang menonjol tersebut dapat terjepit sehingga kemudian terjadi
trombosis. Keadaan ini di tandai dengan adanya benjolan dibawah kulit
kanalis analis yang nyeri sekali, tegang, berwarna kebiru-biruan, berukuran
dari beberapa milimeter sampai satu atau dua sentimeter garis tengahnya.
Benjolan ini dapat unilobuler, dan dapat pula mltilokuler atau beberapa
benjolan.
Pada awal timbulnya trombosis ini sangat nyeri, kemudian nyeri berkurang
dalam waktu dua sampai tiga hari bersamaan dengan edema akut. Ruptur
spontan dapat terjadi diikuti dengan perdarahan, resolusi spontanpun dapat
terjadi tanpa terapi setelah dua sampai empat hari.
Therapy :
Keluhan dapat dikurangi dengan rendam duduk menggunakan larutan hangat,
salep yang mengandung analgesik untuk mengurangi nyeri atau gesekan pada
waktu berjalan, dan sedasi. Istirahat ditempat tidur dapat membantu mempercepat
berkurangnya pembengkakan.
Pasien yang datang sebelum 48 jam dapat ditolong dan berhasil baik dengan cara
segera melakukan trombus atau melakukan eksisi lengkap secara hemoroidektomi
dengan anestesi lokal.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. R. Syamsuhidajat & Win de Jong : Anorektum dalam Buku Ajar Ilmu Bedah,
Edisi Revisi, EGC, Jakarta, 1997, 910-915.
2. Jusi D & Dahlan M, Hemoroid SubBab Bedah Vaskuler Dalam Kumpulan
Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Ilmu Bedah FKUI / RSCM, Jakarta,
1995, 226-271.
3. Dardjat M.T & Achijkat A.K, Hemoroid SubBab Bedah Digestif, Dalam
Kumpulan Kuliah Bedah Khusus, Aksara Medisina, Jakarta, 1997, 5-10.
4. Kapita selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI, Jilid 2, Jakarta, 2000,
321-323.
5. Www. Google. Com
6. Www. Yahoo. Com
24