BAHAN LBM 1
-
Upload
adianavikasanti -
Category
Documents
-
view
216 -
download
2
description
Transcript of BAHAN LBM 1
LANDASAN BERFIKIR FILSAFAT
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu
berdasarkan pikiran atau rasio. Hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat adalah 1)
Keheranan; 2) Kesangsian; 3) Kesadaran akan keterbatasan karena merasa dirinya sangat kecil,
sering menderita, dan sering mengalami kegagalan. Hal ini mendorong pemikiran bahwa di luar
manusia yang terbatas, pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.
Dalam kehidupan, adakalanya kita dapat menggolongkan manusia kedalam beberapa jenis
berdasarkan pengetahuannya, yaitu:
Orang yang mengetahui tentang apa yang diketahuinya;
Orang yang mengetahui tentang apa yang tidak diketahuinya;
Orang yang tidak mengetahui tentang apa yang diketahuinya;
Orang yang tidak mengetahui tentang apa yang tidak diketahuinya.
Orang dapat memperoleh pengetahuan yang benar apabila orang tersebut termasuk golongan 1)
dan sekaligus 2) yaitu Orang yang mengetahui tentang apa yang diketahuinya sekaligus Orang
yang mengetahui apa yang tidak diketahuinya. Dengan demikian maka filsafat didorong untuk
mengetahui apa yang telah kita ketahui dan apa yang belum kita ketahui. Pengetahuan diperoleh
dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dari kedua-
duanya.
Tidak semua orang mampu berfilsafat, orang yang akan mampu berfilsafat apabila memiliki sifat
rendah hati, karena memahami bahwa tidak semuanya akan dapat diketahui dan merasa dirinya
kecil dibandingkan dengan kebesaran alam semesta. Filsuf Faust mengatakan : ”Nah disinilah
aku, si bodoh yang malang, tak lebih pandai dari sebelumnya”. Socrates menyadari
kebodohannya dan berkata “yang saya ketahui adalah bahwa saya tak tahu apa-apa”. Sifat
selanjutnya adalah bersedia untuk mengoreksi diri dan berani berterus terang terhadap seberapa
jauh kebenaran yang sudah dijangkaunya. Ilmu merupakan pengetahuan yang kita alami sejak
bangku sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu
berarti kita berterus terang kepada diri sendiri mengenai:
1. Apakah yang sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu?;
2. Apakah ciri-ciri yang hakiki tentang ilmu dibanding dengan yang bukan ilmu?;
3. Bagaimanakah saya tahu bahwa ilmu yang saya ketahui memang benar?;
4. Kriteria apa untuk menentukan kebenaran?;
5. Mengapa kita harus mempelajari ilmu?;
6. Apakah kegunaan ilmu itu?.
Befilsafat adalah merenung, orang berfilsafat diibaratkan seperti seseorang di malam hari yang
cerah memandang ke langit melihat bintang-bintang yang bertaburan dan merenungkan hakekat
dirinya dalam lingkungan alam semesta. Hamlet berkata “Ah Horaito, masih banyak lagi di
langit dan di bumi, selain yang terjaring dalam filsafatmu”. Inilah karakteristik berpikir filsafat
yang pertama yaitu “menyeluruh”.
Seorang yang picik akan merasa sudah memiliki ilmu yang sangat tinggi dan memandang oang
lain lebih rendah, atau meremehkan pengetahuan orang lain, bahkan meremehkan moral, agama,
dan estetika. Orang yang berfilsafat seolah-olah memandang langit sembari merenungkan bahwa
betapa kecil dirinya dibandingkan seisi alam semesta, bahwa betapa diatas langit masih ada
langit, dan akhirnya dia menyadari kekerdilan dan kebodohannya. Seperti Socrates yang berkata
”Ternyata saya tak tahu apa-apa”. Selanjutnya Socrates berpikir filsafati yakni dia tidak percaya
bahwa ilmu yang sudah dimilikinya itu benar dan bertanya-tanya mengenai apakah kriteria untuk
menyatakan kebenaran?, apakah kriteria yang digunakan tersebut sudah benar?, dan apakah
hakekat kebenaran itu sendiri?. Socrates berpikir tentang ilmu secara mendalam dan ini
merupakan karakteristik berpikir filsafat yang kedua yaitu “mendasar”.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut berputar-putar dan melingkar yang seharusnya mempunyai titik
awal dan titik akhir. Namun bagaimana menentukan titik awal?. Akhirnya untuk menentukan
titik awal, kita hanya bisa berspekulasi. Inilah karakteristik berpikir filsafat yang ketiga yaitu
“spekulatif”.
Akhirnya kita menyadari bahwa semua pengetahuan yang sekarang ada dimulai dari spekulasi.
Dari serangkaian spekulasi kita dapat memilih buah pikiran yang dapat diandalkan yang
merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan. Dengan demikian lengkaplah 3 karakter
berpikir filsafat yaitu meneyeluruh, mendasar dan spekulatif.
OBJEK MATERIAL DAN OBJEK FORMAL FILSAFAT
Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang berwujud, yaitu segala sesuatu yang ada dan
mungkin ada, baik materi konkret, fisik, maupun yang material abstrak, psikis. Termasuk pula
pengertian abstrak-logis, konsepsional, spiritual, nilai-nilai. Dengan demikian obyek filsafat tak
terbatas, yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Objek material filsafat adalah
segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak. Objek
material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain. Ada yang tampak adalah dunia empiris,
sedangkan ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosof membagi objek
material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran dan
yang ada dalam kemungkinan.
Objek Material filsafat ilmu adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah
disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya secara umum. Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia,
dan akhirat. Objek material filsafat (segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat) setidaknya ada
3 persoalan pokok, 1) Hakikat Tuhan, 2) Hakikat Alam, 3) Hakikat Manusia. Maka ada filsafat
tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam (kosmologi), dan filsafat tentang akhirat
(teologi – filsafat ketuhanan dalam konteks hidup beriman dapat dengan mudah diganti dengan
kata Tuhan). Antropologi, kosmologi dan teologi sekalipun kelihatan terpisah akan tetapi saling
berkaitan juga, sebab pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak dapat dilepaskan dari yang
lain. Ada beberapa pengertian objek material filsafat, yaitu:
1. Segala bentuk pemikiran manusia tentang sesuatu yang ada dan mungkin ada;
2. Segala persoalan pokok yang dihadapi manusia saat dia berpikir tentang dirinya dan
tempatnya di dunia;
3. Segala pengetahuan manusia serta apa yang ingin diketahui manusia.
Dalam hal ini permasalahan yang dikaji oleh filsafat meliputi:
1. Logika ( benar dan salah )
2. Etika ( baik dan buruk )
3. Estetika ( indah dan jelek )
4. Metafisika (zat dan pikiran )
5. Politik ( organisasi pemerintahan yang ideal).
Sedangkan objek formal filsafat ilmu adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah
objek materialnya. Misalnya objeknya “manusia” yang dapat ditinjau dari berbagai sudut
pandang, di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi, dan sebagainya. Objek formal filsafat
ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap
problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara
memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia. Problem inilah yang di
bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis,
epistemologis dan aksiologis. Objek formal filsafat ilmu merupakan sudut pandangan yang
ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana
objek material itu di sorot.
METODE FILSAFAT
Metode dan filsafat mempunyai hubungan erat, karena secara tidak langsung filsafat
membutuhkan metode untuk mempermudah dalam berfilsafat. Untuk mempelajari filsafat ada
tiga macam metode: 1) metode sistematis, 2) metode historis, dan 3) metode kritis menggunakan
filsafat/pemikiran lain.
Menggunakan metode sistematis, berarti seseorang menghadapi dan mempelajari karya filsafat.
Misalnya mula-mula ia menghadapi teori pengetahuan yang terdiri atas beberapa cabang filsafat,
setelah itu ia mempelajari teori hakikat yang merupakan cabang lain. Kemudian ia mempelajari
teori nilai atau filsafat tatkala membahas setiap cabang atau cabang itu, aliran-aliran akan
terbahas. Dengan belajar filsafat melalui metode ini perhatiannya terpusat pada isi filsafat, bukan
pada tokoh atau pun periode.
Adapun metode historis digunakan apabila seseorang mempelajari filsafat dengan cara mengikuti
sejarah, terutama sejarah pemikiran. Metode ini dapat dilakukan dengan membicarakan tokoh
demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah, misalnya dimulai dari membicarakan filsafat
Thales beserta riwayat hidupnya, pokok ajarannya dalam teori pengetahuan, teori hakikat,
maupun dalam teori nilai. Lantas setelah mengetahui Thales dari mulai pemikiranya, dilanjutkan
lagi membicarakan tokoh selanjutnya, misalnya Heraklitus, Pramendes, Sokrates, Demokritus,
Plato, dan tokoh-tokoh lainnya.
Metode kritis digunakan oleh orang yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Pengguna metode
ini haruslah sedikit-banyak telah memiliki pengetahuan filsafat, langkah pertama dengan
memahami isi ajaran, kemudian mengajukan kritiknya. Kritik itu dapat menggunakan
pendapatnya sendiri atau pun orang lain.
CABANG-CABANG FILSAFAT
Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi, yakni apa yang disebut benar dan
apa yang disebut salah (logika), mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk
(etika), serta apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang ini
kemudian bertambah lagi, pertama teori tentang ada: tentang hakikat keberadaan zat, tetang
hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran (metafisika), dan kedua kajian mengenai
organisasi sosial atau pemerintahan yang ideal (politik). Kelima cabang utama ini berkembang
lagi menjadi cabang filsafat yang lebih spesifik mencakup:
1. Epistemologi (filsafat pengetahuan)
2. Etika (filsafat moral)
3. Estetika (filsafat seni)
4. Metafisika
5. Politik (filsafat pemerintahan)
6. Filsafat agama
7. Filsafat ilmu
8. Filsafat pendidikan
9. Filsafat hukum
10. Filsafat sejarah
11. Filsafat matematika
LANDASAN FILSAFAT ILMU: ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik
mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang ilmu pengetahuan yang
mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu-
ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, namun karena permasalahan-permasalahan teknis yang
bersifat khas, maka filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam atau ilmu-ilmu
sosial. Pembagian ini lebih merupakan pembatasan masing-masing bidang yang ditelaah, yakni
ilmu-ilmu alam atau ilmu-ilmu sosial, dan tidak mencirikan cabang filsafat yang bersifat otonom.
Ilmu memang berbeda dari pengetahuan-pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat
perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, di mana keduanya
mempunyai ciri-ciri keilmuan yang sama.
Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan
mengenai hakikat ilmu seperti: Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki
dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia
(seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan? Bagaimana proses
yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-
hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang
disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara atau sarana apa yang membantu kita
dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu
itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah
moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana
kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-
norma moral atau profesional?.
Jika disimpulkan berbagai macam pertanyaan di atas maka yang pertama adalah persoalan-
persoalan yang berkaitan dengan masalah ontologis. Kedua, masuk dalam wilayah kajian
epistemologis. Sedangkan yang ketiga adalah problem aksiologis. Semua disiplin ilmu pasti
mempunyai tiga landasan ini.
Gambar : Bagan Landasan Filsafat Ilmu
MANFAAT DAN PENERAPAN FILSAFAT
Tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran
berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisika (hakikat keaslian). Oleh karena itu, dengan
berfilsafat, seseorang akan lebih menjadi manusia, karena terus melakukan perenungan akan
menganalisa hakikat jasmani dan hakikat rohani manusia dalam kehidupan di dunia agar
bertindak bijaksana. Dengan berfilsafat seseorang dapat memaknai makna hakikat hidup
manusia, baik dalam lingkup pribadi maupun sosial.
Kebiasaan menganalisis segala sesuatu dalam hidup seperti yang diajarkan dalam metode
berfilsafat, akan menjadikan seseorang cerdas, kritis, sistematis, dan objektif dalam melihat dan
memecahkan beragam problema kehidupan, sehingga mampu meraih kualitas, keunggulan dan
kebahagiaan hidup.
Belajar filsafat akan melatih seseorang untuk mampu meningkatkan kualitas berfikir secara
mandiri, mampu membangun pribadi yang berkarakter, tidak mudah terpengaruh oleh faktor
eksternal, tetapi disisi lain masih mampu mengakui harkat martabat orang lain, mengakui
keberagaman dan keunggulan orang lain. Dengan berfilsafat manusia selalu dilatih, dididik untuk
berpikir secara universal, multidimensional, komprehensif, dan mendalam.
Belajar filsafat akan memberikan dasar-dasar semua bidang kajian pengetahuan, memberikan
pandangan yang sintesis atau pemahaman atas hakikat kesatuan semua pengetahuan dan
kehidupan manusia lebih dipimpin oleh pengetahuan yang baik.
Berfilsafat ialah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan menggunakan
pemikiran secara serius. Plato menghendaki kepala negara seharusnya seorang filsuf. Belajar
filsafat merupakan salah satu bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan memecahkan
masalah secara serius, menemukan akar persoalan yang terdalam, menemukan sebab terakhir
satu penampakan. Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan
memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari, memberikan pandangan yang luas,
merupakan sarana latihan untuk berpikir sendiri, memberikan dasar-dasar untuk hidup kita
sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti
sosiologi, Ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.
Manfaatnya filsafat adalah sebagai alat mencari kebenaran dari gejala fenomena yang ada,
mempertahankan, menunjang dan melawan/berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia. Memberikan
ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan. Menjadi sumber inspirasi dan
pedoman untuk kehidupan. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam
berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dll.
Jadi untuk memahami landasan filosofik dalam memahami berbagai konsep dan teori suatu
disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan
pula bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam 2 fungsi, yaitu: Sebagai confirmatory theories yaitu
berupaya mendeskripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of
explanation yakni berupa menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar sederhana.
Apabila dijabarkan, berikut ini manfaat atau kegunaan dari filsafat secara umum:
1. Diperoleh pengertian yang mendalam tentang manusia dan dunia
2. Diperoleh kemampuan untuk menganalisis secara terbuka dan kritis tentang berbagai
gejala dari bermacam pandangan
3. Diperoleh dasar metode dan wawasan yang lebih mendalam serta kritis dalam
melaksanakan studi pada ilmu-ilmu khusus
4. Diperoleh kenikmatan yang tinggi dalam berfilsafat (Plato)
5. Dengan berfilsafat manusia berpikir dan karena berpikir maka manusia ada. Menurut Rene
Descartes : karena berpikir maka saya ada (cogito ergo sum)
6. Diperoleh kesadaran akan kepentingan yang memberi semangat kepada seluruh usaha
peradaban (Alfred North Whitehead)
7. Filsafat merupakan sumber penyelidikan berdasarkan eksistensi tentang manusia (Maurice
Marleau Ponty)
Kegunaan filsafat secara khusus ( dalam lingkungan sosial budaya Indonesia menurut Franz
Magnis Suseno), meliputi:
1. Menghadapi tantangan modernisasi melalui perubahan pandangan hidup, nilai-nilai dan
norma filsafat agar dapat bersikap terbuka dan kritis;
2. Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kebudayaan, tradisi, dan filsafat
Indonesia serta untuk mengimplementasikannya;
3. kritik yang membangun terhadap berbagai ketidakadilan sosial dan pelanggaran hak asasi
manusia;
4. Merupakan dasar yang paling luas dan kritis dalam kehidupan intelektual di lingkungan
akademis;
5. Menyediakan dasar dan sarana bagi peningkatan hubungan antar umat beragama
berdasarkan Pancasila..
Manfaat lainnya dalam kaitannya terhadap ilmu:
1. Agar tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual;
2. Kritis terhadap aktivitas ilmu / keilmuan;
3. Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu terus menerus sehingga
ilmuwan tetap berada dalam koridor yang benar;
4. Mempertanggungjawabkan metode keilmuwan secara logis dan rasional;
5. Memecahkan masalah keilmuwan secara cerdas dan valid;
6. Berfikir sintesis aplikatif (lintas ilmu kontekstual);
PENERAPAN FILSAFAT
Penerapan filsafat dalam sisi humanisme yaitu mengembangkan manusia dari segi keterampilan
dan praktek hidup, sedangkan dari sisi aspek akademik yaitu menekankan nilai kognitif dan ilmu
murninya. Keduanya merupakan aspek penting yang tidak dapat dipisahkan karena berperan
untuk terus menganalisa dan mengkritisi aspek akademik dan humanis demi sebuah pendidikan
yang utuh dan seimbang.
PERANAN FILSAFAT
1. Pendobrak: Berabad-abad manusia tertawan dalam penjara tradisi, kebiasaan, dan mistik.
Dengan filsafat, manusia mendobrak penjara tersebut dan menyadarkan bahwa kehidupan
dalam penjara adalah kehidupan yang tidak benar.
2. Pembebas: Filsafat bukan hanya mendobrak penjara tersebut, tetapi juga berhasil
membawa keluar manusia dari penjara tersebut dan meninggalkan kebodohan, kepicikan,
ketidakteraturan, kesesatan berpikir serta menuju ke dunia rasionalitas yang bebas dari hal-
hal yang mengekang akal budi manusia
3. Pembimbing: Filsafat kemudian membimbing manusia untuk berpikir rasional, luas,
mendalam, sistematis, integral, dan koheren.
4. Pendidikan:Dalam pendidikan Filsafat berperan untuk terus menganalisa dan mengkritisi
aspek akademik (menekankan nilai kognitif dan ilmu murni) dan humanis
(mengembangkan manusia dari segi ketrampilan dan praktik hidup) demi sebuah
pendidikan yang utuh dan seimbang.
PEMBAGIAN FILSAFAT
Aliran/Mahzab Filsafat
1. Aliran Natural Phylosophi, yang menghargai alam dan wujud setinggi-tingginya dan
menganggap bahwa alam bersifat abadi;
2. Aliran Ketuhanan, mengakui zat-zat yang metafisik;
3. Aliran Mistik, menganjurkan manusia jangan hanya menjangkau alam inderawi tetapi juga
alam non inderawi agar sempurna;
4. Aliran Kemanusiaan, menghargai manusia setinggi mungkin karena kesanggupan manusia
memperoleh pengetahuan.
Berikut ini beberapa pembagian filsafat menurut beberapa para ahli :
Alcuinus, salah seorang tokoh “Filsafat Scholastik” pada zaman abad pertengahan membagi
filsafat sebagai berikut :
1. Bagian fisika yang menyelidiki apakah sebab-sebabnya sesuatu itu ada.
2. Bagian etika yang menentukan tata hidup.
3. Bagian logika yang mencari dasar-dasar untuk mengerti.
Al-Kindi ahli pikir dalam filsafat islam membagi filsafat menjadi tiga bagian yaitu :
1. Ilmu fisika, tingkatan terendah;
2. Ilmu matematika, tingkatan tengah;
3. Ilmu ketuhanan, tingkatan tertinggi.
Al-Farabi dan Ibnu Sina membagi dua bagian yaitu filsafat teori dan filsafat praktek.
1. Prof. DR. M. J. Langeveld membagi filsafat dalam tiga lingkungan masalah, yaitu :
2. Lingkungan masalah-masalah keadaan (metafisika, manusia dan lain-lain);
3. Lingkungan masalah-masalah pengetahuan (teori pengetahuan, teori kebenaran, logika);
4. Lingkungan masalah-masalah nilai (teori nilai, etika, estetika, yang bernilai berdasarkan
religi).
Prof. Alburey Castell membagi filsafat ke dalam enam bagian sebagai berikut :
1. Masalah theologies;
2. Masalah metafisika;
3. Masalah epistimologi;
4. Masalah etika;
5. Masalah politik;
6. Masalah sejarah.
H.De Vos membagi filsafat ke dalam sembilan golongan sebagai berikut :
1. Logika;
2. Metafisika;
3. Ajaran tentang ilmu pengetahuan;
4. Filsafat alam;
5. Filsafat kebudayaan;
6. Filsafat sejarah;
7. Etika;
8. Estetika;
Plato membedakan filsafat atas tiga bagian sebagai berikut :
1. Dialetika, tentang ide-ide atau pengertian-pengertian umum;
2. Fisika, tentang dunia materil;
3. Etika, tentang kebaikan.
Aristoteles membagi 4 cabang yaitu :
1. Logika;
2. filsafat teoritis;
3. filsafat praktis;
4. filsafat peotika;
CIRI-CIRI FILSAFAT
1. Radikal, berpikir sampai ke akar-akarnya;
2. Universal, berpikir tentang hal-hal yang bersifat umum dan bukan parsial;
3. Konseptual, hasil generalisasi dari pengalaman individual;
4. Koheren dan konsisten, sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir logis dan tidak mengandung
kontradiksi;
5. Sistematik, kebulatan dari sejumlah unsur yang saling berhubungan menurut tata
pengaturan untuk mencapai sesuatu maksud;
6. Komprehensif, mencakup secara menyeluruh, misalnya alam semesta secara keseluruhan;
7. Bebas, hasil dari pemikiran yang bebas dari berbagai prasangka sosial, historis, kultural,
maupun religious;
8. Bertanggung jawab, terhadap hati nurani dan kepada orang lain.