Bahan Io Untuk Jurnal Dan Makalah

download Bahan Io Untuk Jurnal Dan Makalah

of 24

description

Pokemon Best Wishes! Season 2: Episode N

Transcript of Bahan Io Untuk Jurnal Dan Makalah

https://sibolangitku.wordpress.com/2010/04/12/interaksi-obat-gastrointestinal/

interaksi obat gastrointestinalPostedby:sibolangitkuon:April 12, 2010 In:Uncategorized Tinggalkan sebuah KomentarInteraksi obast paling tidak melibatkan 2 jenis obat, Obat obyek, yakni obat yang aksinya atau efeknya dipengatuhi atau diubah oleh obat lain. Obat presipitan (precipitan drug), yakni obat yang mempengaruhi atau mengubah aksi atau efek obat lain.1. Obat obyekObat-obat yang kemungkinan besar menjadi obyek interaksi atau efeknya dipengaruhi oleh obat lain, umumnya adalah obat-obat yang memenuhi ciri:a. Obat-obat di mana perubahan sedikit saja terhadap dosis (kadar obat) sudah akan menyebabkan perubahab besar pada efek klinik yang timbul. Secara farmakologi obat-obat seperti ini sering dikatakan sebagai obat-obat dengan kurva dosis respons yang tajam (curam; steep dose response curve). Perubahan, misalnya dalam hal ini pengurangan kadar sedikit saja sudah dapat mengurangi manfaat klinik (clinical efficacy) dari obat.b. Obat-obat dengan rasaio toksis terapik yang rendah (low toxic:therapeutic ratio), artinya antara dosis toksik dan dosis terapetik tersebut perbandinganya (atau perbedaanya) tidak besar. Kenaikan sedikit saja dosis (kadar) obat sudah menyebabkan terjadinya efek toksis.Kedua ciri obat obyek di atas, yakni apakah obat yang manfaat kliniknya mudah dikurangi atau efek toksiknya mudah diperbesar oleh obat presipitan, akan saling berkaitan dan tidak berdiri sendiri-sendiri. Obat-obat seperti ini juga sering dikenal dengan obat-obat dengan lingkupterapetik yang sempit (narrow therapeutic range).Obat-obat yang memenuhi ciri-ciri di atas dan sering menjadi obyek interaksi dalam klinik meliputi, antikoagulansia: warfarin, antikonvulsansia (antikejang): antiepilepsi, hipoglikemika: antidiabetika oral seperti tolbutamid, klorpropamid dll, anti-aritmia: lidokain,prokainamid dll, glikosida jantung: digoksin, antihipertensi, kontrasepsi oral steroid, antibiotika aminoglikosida, obat-obat sitotoksik, obat-obat susunan saraf pusat, dan lain-lain.2. Obat presipitanObat-obat presipitanadalah obat yang dapat mengubah aksi/efek obat lain. Untuk dapat mempengaruhi aksi/efek obat lain, maka obat presipitan umumnya adalah obat-obat dengan ciri sebagai berikut:a. Obat-obat dengan ikatan protein yang kuat, oleh karena dengan demikian akan menggusur ikatan-ikatan protein obat lain yang lebih lemah. Obat-obat yang tergusur ini (displaced) kemudian kadar bebasnya dalam darah akan meningkat dengan segala konsekuensinya, terutama meningkatnya efek toksik. Obat-obat yang masuk di sini misalnya aspirin, fenilbutazon, sulfa dan lain lain.b. Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang (inducer)enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam hati. Obat-obat yang punya sifat sebagai perangsang enzim (enzyme inducer) misalnya rifampisin, karbamasepin, fenitoin, fenobarbital dan lain-lain akan mempercepat eliminasi(metabolisme) obat-obat yang lain sehingga kadar dalam darah lebih cepat hilang. Sedangkan obat-obat yang dapat menghambat metabolisme (enzyme inhibator) termasuk kloramfenikol, fenilbutason, alopurinol, simetidin dan lain-lain,akan meningkatkan kadar obat obyek sehingga terjadi efek toksik.c. Obat-obat yang dapat mempengaruhi /merubah fungsi ginjal sehingga eliminasi obat-obat lain dapat dimodifikasi. Misalnya probenesid, obat-obat golongan diuretika dan lain-lain. Ciri-ciri obat presipitan tersebut adalah kalau kita melihat dari segi interaksi farmakokinetika, yakni terutama pada proses distribusi (ikatan protein), metabolisme dan ekskresi renal. Masih banyak obat-obat lain diluar ketiga ciri ini tadi yang dapat bertindask sebagai obat presipitan dengan mekanisme yang berbeda-beda.

Pada dasarnya Interaksi Obat dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu :1. INTERAKSI FARMASETIKInteraksi ini adalah interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan / disiapkan sebelum obat digunakan oleh penderita.Misalnya interaksi antara obat dan larutan infus IV yang dicampur bersamaan dapat menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan.Bentuk interaksi ini ada 2 macam :Interaksi secara fisik : misalnya terjadi perubahan kelarutanInteraksi secara khemis : misalnya terjadi reaksi satu dengan yang lain atau terhidrolisisnya suatu obat selama dalam proses pembuatan ataupun selama dalam penyimpanan.Beberapa tindakan hati-hati (precaution) untuk menghindari interaksi farmasetik ini mencakup : Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali kalau yakin betul bahwa tidak ada interaksi antar masingmasing obat. Dianjurkan sedapat mungkin juga menghindari pemberian obat bersama-sama lewat infus. Selalu perhatikan petunjuk pemberian obat dari pembuatnya (manufacturer leaflet), untuk melihat peringatanperingatan pada pencampuran dan cara pemberian obat (terutama untuk obat-obat parenteral misalnya injeksiinfus dan lain-lain) Sebelum memakai larutan untuk pemberian infus, intravenosa atau yang lain, perhatikan bahwa tidak ada perubahan warna, kekeruhan, presipitasi dan lain-lain dari larutan. Siapkan larutan hanya kalau diperlukan saja. Jangan menimbun terlalu lama larutan yang sudah dicampur, kecuali untuk obat-obat yang memang sudah tersedia dalam bentuk larutan seperti metronidazol , lidakoin dan lain-lain. Botol ifus harus selalu diberi label tentang jenis larutannya, obat-obat yang sudah dimasukkan, termasuk dosis dan dan waktunya. Jika harus memberi per infus dua macam obat, berikan lewat 2 jalur infus, kecuali kalau yakin tidak ada interaksi. Jangan ragu-ragu konsul apoteker rumah sakit.1. INTERAKSI FARMAKOKINETIKAInteraksi ini adalah akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada absorbsi, metabolisme, distribusi dan ekskresi sesuatu obat oleh obat lain. Dalam kelompok ini termasuk interaksi dalam hal mempengaruhi absorbsi pada gastrointestinal, mengganggu ikatan dengan protein plasma, metabolisme dihambat atau dirangsang dan ekskresi dihalangi atau dipercepat.1. Interaksi dalam proses absorpsiInteraksi dalam proses absorpsi dapat terjadidengan berbagai cara misalnya : Perubahan (penurunan) motilitas gastrointestinal oleh karena obat-obat seperti morfin atau senyawa-senyawa antikolinergik dapat mengubah absorpsi obat-obat lain. Kelasi yakni pengikatan molekul obat-obat tertentu oleh senyawa logam sehingga absorpsi akan dikurangi, oleh karena terbentuk senyawa kompleks yang tidak diabsorpsi. Misalnya kelasi antara tetrasiklin dengan senyawasenyawa logam berat akan menurunkan absorpsi tetrasiklin. Makanan juga dapat mengubah absorpsi obat-obat tertentu, misalnya: umumnya antibiotika akan menurun absorpsinya bila diberikan bersama dengan makanan1. Interaksi dalam proses distribusiInteraksi dalam proses distribusi terjadi terutama bila obat-obat dengan ikatan protein yang lebih kuat menggusur obat-obat lain dengan ikatan protein yang lebih lemah dari tempat ikatannya pada protein plasma. Akibatnya maka kadar obat bebas yang tergusur ini akan lebih tinggi pada darah dengan segala konsekuensinya, terutama terjadinya peningkatan efek toksik. Sebagai contoh, misalnya meningkatnya efek toksik dari antikoagulan warfarin atau obatobathipoglikemik (tolbutamid, kolrpropamid) karena pemberian bersamaan dengan fenilbutason, sulfa atau aspirin. Hampir sama dengan interaksi ini adalah dampak pemakaian obat-obat dengan ikatan protein yang tinggi pada keadaan malnutrisi (hipoproteinemia). Karena kadar protein rendah, maka obat-obat dengan ikatan protein yang tinggi akan lebih banyak dalam keadaan bebas karena kekurangan protein untuk mengikat obat sehingga dengan dosis yang sama akan memberikan kadar obat bebas yang lebih tinggi dengan akibat meningkatnya efek toksik.Disamping itu interaksi dalam proses distribusi dapat terjadi bila terjadi perubahan kemampuan transport atau uptake seluler suatu obat oleh karena obat-obat lain. Misalnya obat-obat antidepresan trisiklik atau fenotiasin akan menghambat transport aktif ke akhiran saraf simpatis dari obat-obat antihipertensif (guanetidin, debrisokuin), sehingga mengurangi/menghilangkan efek antihipertensi.Interaksi dalam proses metabolisme Interaksi dalam proses metabolisme dapat terjadi dengan dua kemungkinan, yaitu :1) Pemacuan enzim (enzyme induction)Suatu obat (presipitan) dapat memacu metabolisme obat lain (obat obyek) sehingga mempercepat eliminasi obat tersebut. Kenaikan kecepatan eliminasi (pembuangan atau inaktivasi) akan diikuti dengan menurunnya kadar obat dalam darah dengan segala konsekuensinya. Obat-obat yang dapat memacu enzim metabolisme obat disebut sebagai enzyme inducer.Dikenal beberapa obat yang mempunyai sifat pemacu enzim ini yakni: Rifampisin, Antiepileptika: fenitoin, karbamasepin, fenobarbital.Dari berbagai reaksi metabolisme obat, maka reaksi oksidasi fase I yang dikatalisir oleh enzim sitokrom P-450 dalam mikrosom hepar yang paling banyak dan paling mudah dipicu.2) Penghambatan enzim (enzyme inhibitor).Metabolisme suatu obat juga dapat dihambat oleh obat lain. Obat-obat yang punya kemampuan untuk menghambat enzim yang memetabolisir obat lain dikenal sebagai penghambat enzim (enzyme inhibitor). Akibat dari penghambatan metabolisme obat ini adalah meningkatnya kadar obat dalam darah dengan segala konsekuensinya, oleh karena terhambatnya proses eliminasi obat. Obat-obat yang dikenal dapat menghambat aktifitas enzim metabolisme obat adalah: kloramfenikol isoniazid simetidin propanolol eritromisin fenilbutason alopurinol, dll.Tergantung dari jenis obat obyek yang mengalami interaksi, yakni terutama obat dengan lingkup terapi yang sempit, maka interaksi metabolisme dapat membawa dampak merugikan. Umumnya secara ringkas dapat dikatakan bahwa : Pemacuan enzim akan berakibat kegagalan terapi, karena kadar optimal tidak tercapai. Penghambatan enzim akan berakibat mengingkatnya kadar obat melampaui ambang toksik.1. Interaksi dalam proses ekskresiInteraksi obat atau metabolitnya melalui organ ekskresi terutama ginjal dapat dipengaruhi oleh obat-obat lain. Yang paling dikenal adalah interaksi antara probenesid dengan penisilin melalui kompetisi sekresi tubuli sehinggan prosessekresi penisilin terhambat, maka kadaar penisilin dapat dipertahankan dalam tubuh. Interaksi probenisid dan penisilin adalah contoh interaksi yang menguntungkan secara terapetik. Klinidin juga menghambat sekresi aktif digoksin dengan akibat peningkatan kadar digoksin dalam darah, kira-kira sampai 2 kali, sehingga terjadi peningkatan kejadian efek toksik digoksin. Salisilat menghambat sekresi aktif metotreksat. Obat-obat diuretika menyebabkan retensi lithium karena hambatan pada proses ekskresinya. Furosemid juga dapat meningkatkan efek toksik ginjal dari aminoglikosida,kemungkinan oleh karena perubahan ekskresi aminoglkosida.1. INTERAKSI FARMAKODINAMIK.Interaksi ini terjadi bila sesuatu obat secara langsung merubah aksi molekuler atau kerja fisiologis obat lain. Kemungkinan yang dapat terjadi :1. Obat-obat tersebut menghasilkan kerja yang sama pada satu organ sinergisme).2. Obat-obat tersebut kerjanya saling bertentangan ( antagonisme ).3. Obat-obat tersebut bekerja independen pada dua tempat terpisah.Interaksi farmakodinamik berbeda dengan interaksi farmakokinetik. Pada interaksi farmakokinetik terjadi perubahan kadar obat obyek oleh karena perubahan pada proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat. Pada interaksi farmakodinamik tidak terjadi perubahan kadar obat obyek dalam darah. Tetapi yang terjadi adalah perubahan efek obat obyek yang disebabkan oleh obat presipitan karena pengaruhnya pada tempat kerja obat. Interaksi farmakodinamik dapat dibedakan menjadi, \ Interaksi langsung (direct interaction) \ Interaksi tidak langsung (indirect interaction)1. Interaksi langsungInteraksi langsung terjadi apabila dua obat atau lebih bekerja pada tempat atau reseptor yang sama, atau bekerja pada tempat yang berbeda tetapi dengan hasil efek akhir yang sama atau hampir sama. Interaksi dua obat pada tempat yang sama dapat tampil sebagai antagonisme atau sinergisme. Interaksi langsung ini dapat terbagi lebih lanjut sebagai berikut.1) Antagonisme pada tempat yang samaAntagonisme adalah keadaan dimana efek dua obat pada tempat yang sama saling berlawanan atau menetralkan. Banyak contoh interaksi seperti ini, misalnya: Pembalikan (penetralan) efek opiat oleh obat nalokson. Pengobatan aritma yang disebabkan intoksikasi antidepresan triklisik dengan obat fisotigmin. Pengobatan keracunan pestisida organofosfat dengan sulfas atropin untuk menetralisir efek-efek kolinergik yang terjadi.2) Sinergisme pada tempat yang samaSinergisme adalah interkasi di mana efek dua obat yang bekerja pada tempat yang sama saling memperkuat. Walaupun banyak contoh interaksi yang merugikan dengan mekanisme ini tetapi banyak pula interaksi yang menguntungkan secara terapetik.Contoh-contoh interaksi ini, misalnya: Efek obat pelemas otot depolarisasi (depolarizing muscle relaxants) akan diperkuat/ diperberat oleh antibiotika aminoglikosida, kolistin dan polimiksin karena keduanya bekerja pada tempat yang sama yakni pada motor end plate otot seran lintang. Kombinasi obat beta-blocker dan Ca ++-channel blocker seperti verapamil dapat menyebabkan aritmia/asistole. Keduanya bekerja pada jaringan konduksi otot jantung yang sama.3) Sinergisme pada tempat yang berbeda dari efek yang sama atau hampir sama.Obat-obat dengan efek akhir yang sama atau hampir sama, walaupun tempat kerja ata reseptornya berlainan, kalau diberikan bersamaan akan memberikan efek yang saling memperkuat. Misalnya : Alkohol dan obat-obat yang berpengaruh terhadap susunan saraf pusat, Antara berbagai obat yang punya efek yang sama terhadap susunan saraf pusat, misalnya depresi susunan saraf pusat. Kombinasi antibiotika, misalnya penisilin dan aminoglikosida Kombinasi beberapa obat antihipertensi1. Interaksi tidak langsungInterkasi tidak langsung terjadi bila obat presipitan punya efek yang berbeda dengan obat obyek, tetapi efek obat presipitan tersebut akhirnya dapat mengubah efek obat obyek. Beberapa contoh antara lain : Interaksi antara obat-obat yang mengganggu agregasi trombosit (salisilat, fenilbutason, ibuprofen, dipiridamol, asam mefenamat, dll.) dengan obat-obat antikoagolan seperti warfarin sehingga kemungkinan perdarahan lebih besar oleh karena gangguan proses hemostasis. Obat-obat yang menyebabkan perlukaan gastrointestinal seperti aspirin, fenilbutason, indometasin, dan obat obat antiinflamasi non-steroid yang lain, bila diberikan pada pasien-pasien yang sedang mendapatkan antikoagulansia seperti warfarin, maka dapat terjadi perdarahan yang masif dari perlukaan tadi. Obat-obat yang menurunkan kadar kalium akan menyebabkan peningkatan efek toksik glikosida jantung digoksin. Efek toksik glikosida jantung ini lebih besar pada keadaan hipokalemia. Tetapi sebaliknya hipokalemia akan mengurangi efek klinik obat-obat antiaritmia seperti lidokain, prokainamid, kinidin, dan fenitoin. Obat presipitan yang mengurangi kadar kalium terutama adalah diuretika. Efek diuresis obat-obat diuretika tertentu seperti furosemid akan berkurang bila diberikan bersama dengan obat obat antiinflamasi non-steroid seperti aspirin, fenilbutason, ibuprofen, indometasin, dll. Kemungkinan oleh karena penghambatan simtesis prostaglandin oleh obat-obat presipitan tersebut, yang sebenarnya diperlukan untuk menimbulkan efek diuretika furosemid.Interaksi obat cukup penting untuk diperhatikan namun cenderung terlupakan karena banyak terlalu fokus pada penyakit yang kompleks sehingga melupakan obat-obat tersebut dapat berinteraksi satu dengan yang lain. Interaksi obat kerap terjadi akibat penggunaan banyak obat, sehingga membahayakan nyawa pasien itu sendiri.Interaksi yang kerap terjadi biasanya adalah interaksi farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Farmakodinamik dapat diartikan efek obat terhadap tubuh sedangkan farmakokinetik adalah nasib obat dalam tubuh.Contoh interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara 2 atau lebih obat yang mengakibatkan adanya kompetensi dalam pendudukan reseptor sehingga meniadakan salah satu efek dari obat yang digunakan.Sedangkan contoh dari interaksi farmakokinetik adalah interaksi yang 2 obat atau lebih yang mengakibatkan obat tertentu cepat dibuang dalam tubuh atau lambat dibuang dalam tubuh, akibatnya waktu paruh obat menjadi berbeda dari biasanya.Akibat dari interaksi obat : Efek Sinergis : 1 + 1 = 10Obat A dan obat B digunakan bersamaan sehingga memberikan efek yang berlipat ganda. Efek Antagonis : 1 + 1 = 1Obat A dan obat B digunakan bersamaan sehingga memberikan efek meniadakan salah satu dari efek obat. Efek Additif : 1 + 1 = 2Obat A dan obat B digunakan bersamaan sehingga memberikan efek ganda.Dalam menyikapi interaksi obat ini, hal2 yang perlu diakali adalah cara pencegahan terjadinya interaksi dengan memainkan waktu pemberian obat, misal Obat A diberikan pada jam 8 dan obat B diberikan pada jam 12.Ada juga teknik-teknik lain dalam mengakali adalah meningkatkan / menurunkan dosis pemberian obat ketika waktu pemberian obat tidak dapat diubah. Misal dosis obat A karena dapat dinetralkan oleh obat B maka dosis obat A diberikan berlebih.BAB IIIPEMBAHASAN1. A.Interaksi GastrointestinalInteraksi gastrointestinal adalah interaksi dua/lebih obat yang diberikan secara bersamaan yang terjadi di dalam saluran pencernaan. Interaksi gastrointestinal umumnya mempengaruhi proses absorpsi obat, sehingga dapat digolongkan dalam interaksi absorpsi yang merupakan bagian dari interaksi farmakokenetik. Seperti halnya interaksi obat lainnya, interaksi gastrointestinal juga ada yang menguntungkan dan ada yang membahayakan.Secara garis besar interaksi ini dapat menjadi menjadi 2 golongan yaitu: Interaksi antara obat-obat Interaksi aantara obat makananFaktor atau kerja terjainya interaksi obat dalam gastrointertinal1. Interaksi LangsungYaitu interaksi secara fisiki / kimia antara obat dalam lumen saluran cerna sebelum diabsorpsi,sehingga mengganggu proses absopsi.1. Perubahan Ph cairan saluran cernaPerubahan Ph pada cairan saluran cerna akan mempengaruhi kelaruan dan absopsi obat-obat yang bersifat asam atau basaMisalnya : Pemberian Natrium bikarbonat bersamaan dengan aspirin akan meningkatkan disolusi aspirin,sehingga absorpsinya juga meningkat. Tetapi akan mengurangi absorpsi dari tetrasiklin.1. Perubahan waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus (motilitas saluran cerna)Umumnya obat diabsorpsi di dalam usus, dimana absorpsi di usus jauh lebih cepat dibandinkan di lambung. Oelh karena itu makin cepat obat sampai ke usus makamakin cepat juga diabsorpsi. Obat-obat yang memperpendek waktu pengosongan lambung akan mempercepat absorpsi obat lain yang diberikan secara bersamaan dan begitu juga sebaliknya obat yang memperpanjang waktu pengosongan lambung akan memperlambat absorpsi obat lain.Contoh : Metoklopramid yang akan mempercepat absorpsi parasetamol, diazepam dan propanolo dan obat antikolinergik, antidepresi trisiklik, beberapa antihistamin antacid gram Al dan analgetik narkotik akan memperlambat absorpsi obat lain.1. Perubahan Flora usus.Secara normal flora usus berfungsi sebagai sebagai: Sintensis vitamin k dan merupakan sumber vitamin K yang penting Memecah sulfasalazim menjadi bagian-bagian yang aktif Sebagai metabolism obat (missal levodova) Hidrolsis ghukuronid yang dieksresi melalui empedu sehingga terjadi sirkulasi enterohepatik yang memperpanjang kerja obat (missal kontrasepsi oral)Pemberian antibiotic spectrum luas (seperti : tetrasiklin, kloranfenikol, ampislin,sulfonamide)akan mempengaruhi flora usus sehingga menghambat sintesa vitamin K oleh mikroorganisme usus.Apabila antibiotic ini diberikan bersama antikoagulan oral maka efek antikoagulan akan meningkat dan dapat terjadi pendarahan.1. Efek toksik pada saluran cernaTerapi kronik dengan asam mefanamat, neomisin dan kolkisin menimbullkan sindrom malabsorpsi yang menyebabkan absorpsi obat lain terganggu1. Mekanisme tidak diketahuiAda beberapa obat mengurangi jumlah absorpsi obat lain dengan mekanisme yang tidak diketahui. Misal :Penobarbital yang dapat mengurangi absopsi griseofulvin dalam saluran cerna.1. B.Interaksi antara obat dengan makananInteraski obat dengan makanan masih belum banyak diketahui, seperti halnya dengan interaksi antara obat dengan obat lain maka interaksi ini juga mempengaruhi absopsi obat.Interaksi antara obat-makanan ini dapat terjadi karena beberapa hal:1. Terjadinya perubahan Ph dalam lambung, sehingga menyebabkan penundaan absorpsi obat.2. Perubahan motilitas usus, missal rifampisin dan isoniazida yang absorpsinya lebih kecil pada pemakaian setelah makan dibandingkan jika obat tersebut diminum pada waktu lambung kosong.3. Terjadinya reaksi kimia yang menbentuk kompleks sama seperti obat-obat yang mengandung kation multivalent, tetrasiklin akan membentuk khelat dengan makanan yang mengandung ion klasium, magnesium atau besi sehingga suasah diabsorpsi.4. Terjadinya pembentukan senyawa N-nitroso (nitrosamine) yang disebut kanserogen. Ini terjadi pada zat makanan yang mengandung nitrit (nitirit biasanya digunakan sebagai pengawet daging dan sosis) dengan aminofenazon.5. Kompetisi untuk mekanisme aktif, dimana absopsi obat dapat dihambat secara kompetititf oleh zat makanan yang bersangutan. Kompetisi ini terjadi pada obat obat yang merupakan analog dari zat makanan, seperti levodopa, metildopa dan 6-merkaptopurin yang diabsorpsi aktif melalui mekanisme yang sama dengan mekanisme yang sama dengan mekanisme bahan makanan.Contoh : absorpsi levodopa dihambat oleh fenilalanin yang berasal dari diet tinggi protein (2g/kg/hari) dan absorpsinya akan meningkat dengan diet rendah protein (0,5 g/kg/hari)1. Selain menghambat absorpsi obat, ada juga obat-obat yang tertentu yang absorpsinya lebih cepat dan sempurna jika diberikan bersama makanan, Misal: spironolakton atau feniton absorpsinya lebih cepat diberikan bersama makanan dan absorpsi griseofulvin (bersiafat lipofil) akan mengikat jika diberikan bersama makanan yang banyak mengandung lemak.Pengolongan Obat-obat yang berinteraksi dalam gastrointestinalNoObat precipitant(A)Obat object (B)Mekanisme kerjaEfek

1Antasid,sediaan FE, Supplement.TetrasiklinInteraksi langsung, terjadi pembentukan kompleks/ khelatAbsopsi tetrasiklin dan obat dengan kation multivalent

2Kolestiramin,Kortikosteroid,tiroksinDigoksin, digitoksinReaksi lansung:obat objek diikat oleh obat precipitant.Jumlah absopsi obat objek

3Kaolin, pectin, Mg trisilikat,Al (OH)3Digoksin, LinkomosinInteraksi langsung:objek diadsorpsi oleh obat precipitant.

4Bentonit (bahan pengisi tablet PAS)RifampisinInteraksi langsung; obat objek diadsorpsi oleh obat precipitantJumlah absorpsi obat objek

5NaHCO3AspirinPerubahan Ph cairan saluran cernaKesempatan disolusi aspirin , Absorpsi

6NaHCO3TetrasiklinPerubahan Ph Cairan saluran cernaNya , kelarutan tetrasiklin

7AbtasidPenisilin G, eritromisinPerubahan Ph Cairan saluran cernaIdemAbsorpsinya Ph Lambung , peng-rusakan obat objek , absorpsinya

8Vitamin CFeIdemPh lambung , absorpsi Fe

9Antikolinergik, Antidepresi trisiklikParasetamol, diazwpam propranolol, fenibutazonPerubahan waktu pengososngan lambung dan transit ususPh lambung , jumlah absorpsi Fe

10Analgesic narkotikParasetamolIdemObat A memperpanjang waktu pengosongan lambung, memperlambat absorpsi obat B.

11Antikolinergik, antidepresi trisiklikLevodopaIdemIdem

12Al(OH)3 gelIsoniazid, klorpromazinIdemObat A waktu pengosongan lambung, biovailabilitas obat B

13LithiumKlorpromazineIdemIdem

14AntikolinergikDigoksinIdemIdem

15Antidepresi trisiklikDikumarolIdemIdem

16MetoklopramidParasetamol diazepamPropranololLevodopaDigoksinIdemIdemObat A waktu transit usus, BA obat B Obat A waktu pengosongan lambung BA obat B

17Mg (OH)2Digoksin, prednisone, dikumarolIdemObat A memperpendek waktu transit usus, BA obat B

18Kolksin (Kronik)Vitamin B12Efek toksik pada saluran cernaIdem

19NeomisinPenisilin digoksinKolesterol asam empedu, vitramin AIdemIdemObat A mengganggu absorpsi obat BIdem

20Al (OH)3Propranolol, indometasinMekanisme tidak diketahuiObat A mengganngu pembentukan misel, absorpsi obat B dihambat

21FenobarbitalGriseofulvin, dikumarolIdemObat A absorpsi obat B

22SulfasalazinDigoksinIdemObat A Absorpsi obat BIdemIdem

1. C.Cara mengatasi Interaksi Gastrointestinal.Interaksi obat dapat diatasi jika mengetahui farmakologi dari obat tersebut, baik secara farmakokinetik maupun secara farmakodinamik. Secara farmakokinetik: seperti bagaimana dan dimana obat diabsorpsi, didistribusikan, dimetabolisme, dan diseksresikan. Sedangkan secara farmakodinamik: kita harus tahu mekanisme kerja dari obat serta reseptor yang akan berikatan dengan obat tersebut. Jika kita sudah memahami tersebut, maka kita dapat mengasumsikan nama obat yang boleh diberikan secara bersamaan dan mana yang tidak.Untuk interaksi yang terjadi dalam gastrointestinal dapat diatasi dengan pemberian obat secara selang waktu tergantung mana yang lebih dibutuhkan oelh pasien. Misalnya seorang pasien mendapat resep dari dokter yang isisnya antasida dan digoksin, maka kita lihat bahwa pasien lebih membetuhkan digoksin dibandingkan antacid. Untuk menghidari terjadinya interaksi antara antacid dengan digoksin mana digoksin diminum terlebih dahulu, 1-2 jam berselang baru antacid.BAB IVPENUTUP1. A.KesimpulanInteraski obat/ drugs interaction adalah peristiwa di mana aksi suatu obat diubah atau dipengaruhi oleh obat lain diberikan bersamaan. Atau dapat juga didefinisikan sebagai modifikasi efek satu obat akibat obat lain yang diberikan bersamaan: atau apabila dua atau lebih obat berinteraksi sedemikian rupa sehingga efektivitas atau toksisitas satu obat/lebih berubah.Berdasarkan mekanismenya interaksi dibagi menjadi 3 tipe ; yatiu interaksi farmasetik, interaksi farmakokinetik dan interaksi farmakodinamik. Interaksi gastrointestinal termasuk ke dalam interaksi farmakokinetik yang mempengaruhi kecepatan absopsi dari suatu obat interaksi ini dapat terjadi antara obat dengan obat lain atau obat dengan makanan.Pada interaksi gastrointestinal ada beberapa factor dan mekanisme kerja terjadinya interaksi obat; yaitu: Terjadinya interaksinya langsung antara obat yang satu dengan yang lain, seperti : terbentuknya kompleks, teradsorpsinya obat yang satu oleh obat lain, dll Contoh : tetrasiklin dengan antasida Terjadinya perubahan Ph cairan cerna, sehingga menambah/ mengurangi kelarutan obat tertentu. Contoh: natrium bikarbonat dengan aspirin. Terjadinya perubahan flora usus, dimana obat tertentu dapat merubah fungsi normal dari flora usus. Contoh : antibiotic spectrum luas dengan antikoagulan oral yang meningkatkan penfdarahan. Perubahan waktu pengosongan lambung, dimana obat yang mempercepat pengososngan lambung akan meningkatkan absorpsi obat lain dan sebaliknya. Contoh : metoklopramid dengan parasetamol diazepam dll Terjadinya kompetisi absorpsi aktif dengan makanan yang mempunyai mekanisme absorpsi sama. Contoh Levodopa dengan fenilalanin diet protein tinggi.DAFTAR PUSTAKA1. Ganiswara G. sulistia, et al., 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi 4, cetak ulang 2005, fakultas kedokteran universitas Indonesia, Jakarta. Hal 800 810.2. Mutschler E.1991. Dinamika Obat, farmakologi dan toksikologi, edisi 5, penerbit ITB Bandung. Hal 88-93.3. Iwan darmansjah, 1997. Interaksi Obat yang Klinis Penting, jurnal seminar interaksi obat di Pontianak dan PUKO, pusat Uji Klinik Obat FKUI. RSUPN CM.4. Rusjdi djamal, dkk., 1983. Interaksi Obat dari resep resep pasien di Sumatera Barat. Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam, Universitas Andalas , Padang.5. Dr.R. Soetiono Gapar, 2003. Interaksi Obat Beta Blocker dengan Obat Obat lain, jurnal penelitian, bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara. Medan.

INTERAKSI OBAT PADA PROSES METABOLISME

Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Interaksi bisa terjadi antara obat dengan obat, obat dengan makanan, obat dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan infuse.Karena kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki, umumnya innteraksi obat dihindari karena kemungkinan mempengaruhi prognosis. Namun, ada juga interaksi yang sengaja dibuat, misal pemberian probenesid dan penisilin sebelum penisilin dibuat dalam jumlah besar. Contoh interaksi obat yang kini digunakan untuk memberikan manfaat adalah pemberian bersamaan karbidopa dan levodopa (tersedia sebagai karbidopa/levodopa). Levodopa adalah obat antiParkinson dan untuk menimbulkan efek harus mencapai otak dalam keadaan tidak termetabolisme. Bila diberikan sendiri, levodopa dimetabolisme di jaringan tepi di luar otak, sehingga mengurangi efektivitas obat dan malah meningkatkan risiko efek samping. Namun, karena karbidopa menghambat metabolisme levodopa di perifer, lebih banyak levodopa mencapai otak dalam bentuk tidak termetabolisme sehingga risiko efek samping lebih kecil.Mekanisme Interaksi ObatPemberian suatu obat (A) dapat mempengaruhi aksi obat lainnya (B) dengan satu dari dua mekanisme berikut:1.Modifikasi efek farmakologi obat B tanpa mempengaruhi konsentrasinya di cairan jaringan (interaksi farmakodinamik).2.Mempengaruhi konsentrasi obat B yang mencapai situs aksinya (interaksi farmakokinetik).a.Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena indeks terapi obat B sempit (misalnya, pengurangan sedikit saja efek akan menyebabkan kehilangan efikasi dan atau peningkatan sedikit saja efek akan menyebabkan toksisitas).b.Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena kurva dosis-respon curam (sehingga perubahan sedikit saja konsentrasi plasma akan menyebabkan perubahan efek secara substansial).c.Untuk kebanyakan obat, kondisi ini tidak ditemui, peningkatan yang sedikit besar konsentrasi plasma obat-obat yang relatif tidak toksik seperti penisilin hampir tidak menyebabkan peningkatan masalah klinis karena batas keamanannya lebar.d.Sejumlah obat memiliki hubungan dosis-respon yang curam dan batas terapi yang sempit, interaksi obat dapat menyebabkan masalah utama, sebagai contohnya obat antitrombotik, antidisritmik, antiepilepsi, litium, sejumlah antineoplastik dan obat-obat imunosupresan.Menurut jenis mekanisme kerja, interaksi obat dibedakan menjadi 2 bagian :a)Interaksi secara farmasetik (inkompatibilitas)Interaksi farmasetik atau disebut juga inkompatibilitas farmasetik bersifat langsung dan dapat secara fisik atau kimiawi, misalnya terjadinya presipitasi, perubahan warna, tidak terdeteksi (invisible), yang selanjutnya menyebabkan obat menjadi tidak aktif. Contoh: interaksi karbcnisilin dengan gentamisin terjadi inaktivasi; fenitoin dengan larutan dextrosa 5% terjadi presipitasi; amfoterisin B dengan larutan NaCl fisiologik, terjadi presipitasi.b)Interaksi farmakodinamik.Interaksi ini hanya diharapkan jika zat berkhasiat yangsalingmempengeruhi bekerja sinergis atau antagonis pada suatu reseptor, pada suatu organ membran atau pada suatu rangkaian pengaturan. Jika sifat-sifat farmakodinamika yang kebanyakan dikenal baik, dari obat-obat yang diberikan secara bersamaan diperhatikan interaksi demikian dapat berguna secara terapeutik apabila menguntungkan atau dapat dicegah apabila tidak diinginkan.Pada prinsipnya interaksi obat dapat menyebabkan dua hal penting. Yang pertama, interaksi obat dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat obat, baik melalui penghambatan penyerapannya atau dengan mengganggu metabolisme atau distribusi obat tersebut di dalam tubuh. Yang kedua, interaksi obat dapat menyebabkan gangguan atau masalah kesehatan yangserius, karena meningkatnya efek samping dari obat-obat tertentu. Risiko kesehatan dari interaksi obat ini sangat bervariasi, bisa hanya sedikit menurunkan khasiat obat namun bisa pula fatal.c) Interaksi FarmakokinetikaInteraksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain perubahan dalam farmakokinetika obat tersebut, seperti Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi (ADME) obat. Kemungkinan lain, interaksi obat merupakan hasil dari sifat-sfat farmakodinamik obat tersebut,misal, pemberian bersamaan antara antagonis reseptor dan agonis untuk reseptor yang sama.a.Interaksi pada proses absorpsiMekanisme interaksi yang melibatkan absorpsi gastrointestinal dapat terjadi melalui beberapa cara: (1) secara langsung, sebelum absorpsi; (2) terjadi perubahan pH cairan gastrointestinal; (3) penghambatan transport aktif gastrointestinal; (4) adanya perubahan flora usus, (5) efek makanan, dan (6) motilitas saluran cerna.1.Interaksi langsung; yaitu terjadi reaksi/pembentukan senyawa kompleks antar senyawa obat yang mengakibatkan salah satu atau semuanya dari macam obat mengalami penurunan kecepatan absorpsi. Contoh: interaksi tetrasiklin dengan ion Ca2+, Mg2+, Al2+dalam antasid yang menyebabkan jumlah absorpsi keduanya turun.2.Perubahan pHInteraksi dapat terjadi akibat perubahan harga pH oleh obat pertama, sehingga menaikkan atau menurukan absorpsi obat kedua. Contoh: pemberian antasid bersama penisilin G dapat meningkatkan jumlah absorpsi penisilin G3.Mekanisme interaksi melalui penghambatan transport aktif gastrointestinal misalnya grapefruit juice, yakni suatu inhibitoprotein transporter uptake pump di saluran cerna akan menurunkan bioavailabilitas beta-bloker dabeberapa antihistamin (misalnya, fexofenadinjika diberikan bersama-sama. Pemberian digoksibersama inhibitor transporter efflux pumpglikoprotein (a.l. ketokonazol, amiodaronequinidin) akan meningkatkan kadar plasmdigoksin sebesar 60-80% dan menyebabkaintoksikasi (blokade jantung derajat-3) menurunkan ekskresinya lewat empedu, dapat menurunkan sekresinya oleh sel-sel tubulus ginjaproksimal4.Adanya perubahan flora usus, misalnya akibat penggunaan antibiotika berspektrum luas yang mensupresi flora usus dapat menyebabkan menurunnya konversi obat menjadi komponen aktif. Efek makanan terhadap absorpsi terlihat misalnya pada penurunan absorpsi penisilin, rifampisin, INH, atau peningkatan absorpsi HCT, fenitoin, nitrofurantoin, halofantrin, albendazol, mebendazol karena pengaruh adanya makanan.5.Makanan juga dapat menurunkan metabolism lintas pertama dari propranolol, metoprolol, dan hidralazine sehingga bioavailabilitas obat-obat tersebut meningkat, dan makanan berlemak meningkatkan absorpsi obat-obat yang sukar larut dalam air seperti griseovulvin dan danazol6.Motilitas saluran cerna. Pemberian obat-obat yang dapat mempengaruhi motilitas saluan cerna dapat mempegaruhi absorpsi obat lain yang diminum bersamaan. Contoh: antikolinergik yang diberikan bersamaan dengan parasetamol dapat memperlambat parasetamol.

b.Interaksi pada proses distribusiDi dalam darah senyawa obat berinteraksi denganproteinplasma. Seyawa yang asam akan berikatan dengan albumin dan yang basa akan berikatan dengan 1-glikoprotein. Jika 2 obat atau lebih diberikan maka dalam darah akan bersaing untuk berikatan dengan proteinplasma,sehingga proses distribusi terganggu (terjadi peingkatan salah satu distribusi obat kejaringan). Contoh: pemberian klorpropamid dengan fenilbutazon, akan meningkatkan distribusi klorpropamid.Mekanisme interaksi yang melibatkan proses distribusi terjadi karena pergeseran ikatan protein plasma. Interaksi obat yang melibatkan proses distribusi akan bermakna klinik jika: (1) obat indeks memiliki ikatan protein sebesar > 85%, volume distribusi (Vd) obat < 0,15 I/kg dan memiliki batas keamanan sempit; (2) obat presipitan berikatan dengan albumin pada tempat ikatan (finding site) yang sama dengan obat indeks, serta kadarnya cukup tinggi untuk menempati dan menjenuhkan binding-site nya. Contohnya, fenilbutazon dapat menggeser warfarin (ikatan protein 99%; Vd = 0,14 I/kg) dan tolbutamid (ikatan protein 96%, Vd = 0,12 I/kg) sehingga kadar plasma warfarin dan tolbutamid bebas meningkat. Selain itu, fenilbutazon juga menghambat metabolisme warfarin dan tolbutamid.c.Interaksi pada proses metabolismBanyak interaksi obat disebabkan oleh perubahan dalam metabolisme obat. Satu sistem yang terkenal dalam interaksi metabolisme adalah sistem enzim yang mengandungcytochromeP450 oxidase. Sebagai contoh, ada interaksi obat bermakna antara sipfofloksasin dan metadon. Siprofloksasin dapat menghambat cytochrome P450 3A4 sampai sebesar 65%. Karena ini merupakan enzim primer yang berperan untuk memetabolisme metadon, sipro bisa meninggikan kadar metadon secara bermaknad. Interaksi pada proses eliminasi1.Gangguan ekskresi ginjal akibat kerusakan ginjal oleh obat. jika suatu obat yang ekskresinya melalui ginjal diberikan bersamaan obat-obat yang dapat merusak ginjal, maka akan terjadi akumulasi obat tersebut yang dapat menimbulkan efek toksik. Contoh: digoksin diberikan bersamaan dengan obat yang dapat merusak ginjal (aminoglikosida, siklosporin) mengakibatkan kadar digoksin naik sehingga timbul efek toksik.2.Kompetisi untuk sekresi aktif di tubulus ginjal Jika di tubulus ginjal terjadi kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk sistem trasport aktif yangsama dapat menyebabkan hambatan sekresi. Contoh: jika penisilin diberikan bersamaan probenesid maka akan menyebabkan klirens penisilin turun, sehingga kerja penisilin lebih panjang.3.Perubahan pH urin. Bila terjadi perubahan pH urin maka akan menyebabkan perubahan klirens ginjal. Jika harga pH urin naik akan meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat asam lemah, sedangkan jika harga pH turun akan meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat basa lemah. Contoh: pemberian pseudoefedrin (obat basa lemah) diberikan bersamaan ammonium klorida maka akan meningkatkan ekskersi pseudoefedrin. Terjadi ammonium klorida akan mengasamkan urin sehingga terjadi peningkatan ionisasi pseudorfedrin dan eliminasi dari pseudoefedrin juga meningkat.

Interaksi Obat pada Proses MetabolismeInteraksi pada proses metabolisme merupakan kasus yang paling banyak terjadi, dimana sekitar 50-60% obat yang digunakan dalam terapi dapat slaing berinteraksi pada enzim yang sama. Diantara enzim metabolisme yang lebih banyak terlibat adalah enzim-enzim mikrosomal pada fase-1, yaitu yang melakukan proses oksidasi, reduksi, dan hidroksilasi obat khususnya isoform CYP3A. enzim CYP lainnya juga terlibat dalam interaksi obat, namun presentasinya lebih kecil dibandingkan keterlibatan CYP3A. ada dua mekanisme interaksi pada enzim metabolisme-inhibisi dan induksi enzim, dan hal ini dapat terjadi di saluran usus dan hati sebagai organ-organ utama metabolisme obat. Efek inhibisi atau induksi enzim terhadap obat lain akan bermakna klinik.1.Jika inhibitor atau induser diberikan dalam waktu yang cukup misalnya beberapa hari untuk inhibitor, dan lebih dari satu minggu untuk inducer untuk menampakkan aksinya. Normalisasi enzim ke keadaan semula setelah penghentian inhibitor atau inducer memerlukan waktu yang relative lebih cepat untuk inhibitor, dan lebih lama untuk induser enzim-tergantung beberapa lama induksi enzim berlangsung.2.Jika inhibitor atau induser diberikan dengan dosis besar (refaltif terhadap jumlah enzim), akan mempengaruhi aktivitas enzim memetabolismee secara signifikan.3.Tergantung beberapa jenis enzim yang terlibat dalam metabolisme obat . jika suatu obat (substrat) hanya dimetabolismee oleh satu jenis enzim saja, maka inhibisi atau induksi enzim tersebut akan memberikan efek yang signifikan terhadap obat. Misalnya atorvastatin dimetabolismee oleh CYP3A, dan inhibisi enzim oleh itrakonazol menyebabkan AUC atorvastatin meningkat 3-4 kali lipat.4.Penyesuaian kembali dosis obat, setelah diubah ketika proses inhibisi dan induksi berlangsung, amat diperlukan untuk mencegah kegagalan terapi.5.Efek inhibisi atau induksi enzim metabolisme terhadap hasil terapi sulit diperkirakan jika terjadi pada pemetabolismee lambat, cepat, atau ultra cepat (poor, extensive, dan ultra rapid metabolizer). Selain itu, karena kapasitas metabolisme dipengaruhi berbagai variabel (usia, jenis kelamin, kehamilan, genetic, jenis, dan intensitas patologi) maka manifestasi klinik juga akan tergantung seberapa besar pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap enzim metabolisme.Metabolisme obat terdiri dari 2 jalur utama dari proses biokimia yang berbeda, yaitu metabolisme fase I dan fase II. Sedangkan pengaruh terhadap CYP-mediated metabolism adalah mekanisme utama dari interaksi dua obat satu sama lainnya. Interaksi ini diakibatkan oleh pemacuan biosintesis atau penghambatan akitifitas enzim yang terlibat dalam metabolisme fase I.

Interaksi obat dengan makanan Interaksi antara obat & makanan dapat terjadi ketika makanan yang kita makan mempengaruhi obat yang sedang kita gunakan, sehingga mempengaruhi efek obat tersebut. Interaksi antara obat & makanan dapat terjadi baik untuk obat resep dokter maupun obat yang dibeli bebas, seperti obat antasida, vitamin dll. Kadang-kadang apabila kita minum obat berbarengan dengan makanan, maka dapat mempengaruhi efektifitas obat dibandingkan apabila diminum dalam keadaan perut kosong. Selain itu konsumsi secara bersamaan antara vitamin atau suplemen herbal dengan obat juga dapat menyebabkan terjadinya efek samping.Beberapa contoh interaksi obat dan makananTidak semua obat berinteraksi dengan makanan. Namun, banyak obat-obatan yang dipengaruhi oleh makanan tertentu dan waktu Anda memakannya. Berikut adalah beberapa contohnya: Jus jeruk menghambat enzim yang terlibat dalam metabolisme obat sehingga mengintensifkanpengaruh obat-obatan tertentu. Peningkatan pengaruh obat mungkin kelihatannya baik, padahal tidak. Jika obat diserap lebih dari yang diharapkan, obat tersebut akan memiliki efek berlebihan. Misalnya, obat untuk membantu mengurangi tekanan darah bisa menurunkan tekanan darah terlalu jauh. Konsumsi jus jeruk pada saat yang sama dengan obat penurunkolesteroljuga meningkatkan penyerapan bahan aktifnya dan menyebabkan kerusakan otot yang parah. Jeruk yang dimakan secara bersamaan dengan obat anti-inflamasi atauaspirinjuga dapat memicu rasa panas dan asam di perut. Kalsiumatau makanan yang mengandung kalsium, seperti susu dan produk susu lainnya dapatmengurangi penyerapan tetrasiklin. Makanan yang kaya vitamin K (kubis, brokoli, bayam, alpukat, selada) harus dibatasikonsumsinya jika sedang mendapatkan terapi antikoagulan (misalnya warfarin), untukmengencerkan darah. Sayuran itu mengurangi efektivitas pengobatan dan meningkatkan risiko trombosis (pembekuan darah). Kafeinmeningkatkan risiko overdosis antibiotik tertentu (enoxacin, ciprofloxacin,norfloksasin).Untuk menghindari keluhan palpitasi, tremor, berkeringat atau halusinasi, yangterbaik adalah menghindari minum kopi, teh atau soda pada masa pengobatan.Interaksi obat dengan obatInteraksi Famakokinetik1.Interaksi pada proses absorpsiInteraksi dala absorbs di saluran cerna dapat disebabkan karenaa.Interaksi langsung yaitu terjadi reaksi/pembentukan senyawa kompleks antar senyawa obat yang mengakibatkan salah satu atau semuanya dari macam obat mengalami penurunan kecepatan absorpsi.Contoh: interaksi tetrasiklin dengan ion Ca2+, Mg2+, Al2+dalam antasid yang menyebabkan jumlah absorpsi keduanya turun.b.Perubahan PhInteraksi dapat terjadi akibat perubahan harga pH oleh obat pertama, sehingga menaikkan atau menurukan absorpsi obat kedua.Contoh: pemberian antasid bersama penisilin G dapat meningkatkan jumlah absorpsi penisilin Gc.Motilitas saluran cernaPemberian obat-obat yang dapat mempengaruhi motilitas saluan cerna dapat mempegaruhi absorpsi obat lain yang diminum bersamaan.Contoh: antikolinergik yang diberikan bersamaan dengan parasetamol dapat memperlambat parasetamol.2.Interaksi pada proses distribusiDi dalam darah senyawa obat berinteraksi dengan protein plasma. Seyawa yang asam akan berikatan dengan albumin dan yang basa akan berikatan dengan 1-glikoprotein. Jika 2 obat atau lebih diberikan maka dalam darah akan bersaing untuk berikatan dengan protein plasma,sehingga proses distribusi terganggu (terjadi peingkatan salah satu distribusi obat kejaringan).Contoh: pemberian klorpropamid dengan fenilbutazon, akan meningkatkan distribusi klorpropamid.3.Interaksi pada proses metabolismea.Hambatan metabolismePemberian suatu obat bersamaan dengan obat lain yang enzim pemetabolismenya sama dapat terjadi gangguan metabolisme yang dapat menaikkan kadar salah satu obat dalam plasma, sehingga meningkatkan efeknya atau toksisitasnya.Cotoh: pemberian S-warfarin bersamaan dengan fenilbutazon dapat menyebabkan mengkitnya kadar Swarfarin dan terjadi pendarahan.b.Inductor enzimPemberian suatu obat bersamaan dengan obat lain yang enzim pemetabolismenya sama dapat terjadi gangguan metabolisme yang dapat menurunkan kadar obat dalam plasma, sehingga menurunkan efeknya atau toksisitasnya.Contoh: pemberian estradiol bersamaan denagn rifampisin akan menyebabkan kadar estradiol menurun dan efektifitas kontrasepsi oral estradiol menurun.4.Interaksi pada proses eliminasia.Gangguan ekskresi ginjal akibat kerusakan ginjal oleh obatjika suatu obat yang ekskresinya melalui ginjal diberikan bersamaan obat-obat yang dapat merusak ginjal, maka akan terjadi akumulasi obat tersebut yang dapat menimbulkan efek toksik.Contoh: digoksin diberikan bersamaan dengan obat yang dapat merusak ginjal (aminoglikosida, siklosporin) mengakibatkan kadar digoksin naik sehingga timbul efek toksik.b.Kompetisi untuk sekresi aktif di tubulus ginjalJika di tubulus ginjal terjadi kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk sistem trasport aktif yangsama dapat menyebabkan hambatan sekresi.Contoh: jika penisilin diberikan bersamaan probenesid maka akan menyebabkan klirens penisilin turun, sehingga kerja penisilin lebih panjang.c.Perubahan pH urinBila terjadi perubahan pH urin maka akan menyebabkan perubahan klirens ginjal. Jika harga pH urin naik akan meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat asam lemah, sedangkan jika harga pH turun akan meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat basa lemah.Contoh: pemberian pseudoefedrin (obat basa lemah) diberikan bersamaan ammonium klorida maka akan meningkatkan ekskersi pseudoefedrin. Terjadi ammonium klorida akan mengasamkan urin sehingga terjadi peningkatan ionisasi pseudorfedrin dan eliminasi dari pseudoefedrin juga meningkat.Inhibisi enzim metabolismeMerupakan mekanisme utama dari interaksi obat pada fase metabolisme yang mampu mengakibatkan pengaruh klinik yang signifikan. Inhibisi enzim menurunkan kecepatan metabolisme obat, yang kemudian dapat meningkatkan jumlah obat dalam tubuh yang berdampak terjadinya akumulasi dan berpotensi mengakibatkan efek toksik. Bersifat reversibel - irreversibel. Penghambatan Reversibel dapat dikelompokkan pada mekanisme inhibisi kompetitif, noncompetitif, atau uncompetitif. Penghambatan enzim secara kompetitif ditandai dengan terjadinya kompetisi antara substrat dan inhibitor pada sisi aktif enzim yang sama. Penghambatan enzim secara nonkompetitif tidak dapat diatasi dengan peningkatan konsentrasi substrat. Pada inhibisi noncompetitive, inhibitor terikat pada bagian lain dari enzim, yang dapat mengakibatkan komplek enzim substrat tidak dapat menghasilkan produk hasil metabolisme. Penghambatan secara uncompetitive terjadi ketika inhibitor terikat pada sisi aktif komplek enzim substrat yang belum jenuh (jarang terjadi). Pada irreversible inhibition, bentuk intermediate dari ikatan adalah berupa ikatan kovalen dengan CYP protein atau pada komponen heme, yang dapat mengakibatkan inaktifasi yg bersifat permanen. ontoh dari irreversible inhibitors adalah antibiotik macrolide (erythromycin and troleandomycin), yang dapat menghambat secara irreversibel CYP3A4 dengan membentuk komplek inhibitor-metabolit yg sangatstabil.

Induksi enzim metabolismeInduksi biosintesis enzim akan meningkatakan clearence (intestinaldan heppar) dari obat yang dimetabolisme oleh enzim yang dipacu, yang selanjutnya akan mepengaruhi konsentrasi dalam plasma. Pada banyak kasus, peningkatan biosintesis enzim diakibatkan oleh peningkatan transkripsi genetik dari enzim yang dipacu melalui aktifasi nuclear reseptor. Rifampin sering digunakan sebagai model/prototype dalam penelitian interaksi obat, terutama untuk obat-obat yang dimetabolisme oleh CYP3A4, yang kemudian untuk diamati profil metabolismenya. Contoh efek klinik signifikan yang dihasilkan oleh interaksi obat akibat peacuan enzim ini adalah resiko kegagalan terapi dan berkembangnya resistensiviruspada pasienHIVyang diterapi denganprotease inhibitor(ritonavir/CYP3A4 substrate) dan efavirenz (CYP3A4 inducer) tanpa penyesuaian dosis.Profil Kurva Kadar Obat Dalam Darah karena Pengaruh Induksi dan Inhibisi Enzim

Penatalaksanaan Interaksi ObatLangkah pertama dalam penatalaksanaan interaksi obat adalah waspada terhadap pasien yang memperoleh obat-obatan yang mungkin dapat berinteraksi dengan obat lain. Langkah berikutnya adalah memberitahu dokter dan mendiskusikan berbagai langkah yang dapat diambil untuk meminimalkan berbagai efek samping obat yang mungkin terjadi. Strategi dalam penataan obat ini meliputi :1.Menghindari kombinasi obat yang berinteraksi.Jika risiko interaksi obat lebih besar daripada manfaatnya, maka harus dipertimbangkan untuk memakai obat pengganti.2.Menyesuaikan dosisJika hasil interaksi obat meningkatkan atau mengurangi efek obat, maka perlu dilaksanakan modifikasi dosis salah satu atau kedua obat untuk mengimbangi kenaikan atau penurunan efek obat tersebut.3.Memantau pasienJika kombinasi obat yang saling berinteraksi diberikan, pemantauan diperlukan.4.Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnyaJika interaksi obat tidak bermakna klinis, atau jika kombinasi obat yang berinteraksi tersebut merupakan pengobatan yang optimal, pengobatan pasien dapat diteruskan tanpa perubahan (Fradgley, 2003).DAFTAR PUSTAKA

Jung D. 1985.Clinical Pharmacokinetics. Moduls YogyakartaMelader A, Dabielson K, Schereten B,et al.Enhancement by food of Canrenone biovailability form spironolactone.Clin Pharmacol Ther 199; 22:100-103.Mutschler, E., 1985,Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi, 88-93, Penerbit ITB,BandungSulistia, dkk, 2007,Famakologi dan Terapi,862-872, UIPress, Jakarta

http://ndrasendana.blogspot.co.id/2014/07/interaksi-obat-pada-proses-metabolisme.html