bahan filsafat

download bahan filsafat

of 30

Transcript of bahan filsafat

Menyoal Konsep Retakan Epistemologis Versi Al-Jabiri Oleh Irwan Masduqi Kritik Nalar Arab versi Abed al-Jabiri mengklasifikasi tipologi pemikiran dalam kebudayaan ArabIslam berdasarkan "retakan epistemologis" (epistemological break/al-qathi'ah al-ma'rifiyyah) antara Andalusia-Maghrib dan Masyriq. Barat dan Timur tidak hanya sekadar perbedaan geografis, tetapi juga mengekspresikan perbedaan epistemologis. Pemikiran yang beredar di kawasan AndalusiaMaghribi merepresentasikan rasionalisme empirik, sementara pemikiran kawasan Masyriq cenderung illuminatif dan irasional. "Retakan epistemologis" termasuk konsep terpenting yang difungsikan oleh al-Jabiri dalam proyek ideologisnya. Konsep tersebut pertama kalinya digagas oleh Gaston Bachelard, filsuf Perancis. Mulamula pandangan hegemonik mainstream ilmuwan Eropa menganggap bahwa ilmu pengetahuan berkembang secara kontinu dan berjalinan. Artinya, penemuan-penemuan baru tak lain merupakan kepanjangan dari penemuan kuno. "Yang kuno" selalu menjadi pondasi bagi "yang baru". Namun, pada babakan selanjutnya, Gaston Bachelard menilai perkembangan ilmu pengetahuan berjalan melalui keterputusan dan diskontinuitas. Gaston Bachelard menjelaskan bahwa konsepsikonsepsi ilmu pengetahuan pada masa tertentu selalu mengalami krisis yang menuntut kemunculan konsepsi-konsepsi yang baru sama sekali. "Yang kuno" tidak memberikan kontribusi bagi "yang baru". "Yang baru" selalu terputus sama sekali dari "yang kuno". Hal ini terbukti dengan sebuah fenomena bahwa ilmu pengetahuan sejak era Galileo telah menyaksikan diskontinuitas yang tak sedikit. "Retakan epistemologis" kemudian didapuk oleh Altuser sebagai pisau analisa yang tajam guna mengiris dan merobek-robek relasi antara Karl Marx dengan Hegel. Hingga tahun 1848-an, Marx dan Hegel bagaikan dua sisi keping mata uang yang tak terpisahkan, keduanya mesra bergandengan. Pemikiran Marx mula-mula senantiasa bergerak di bawah bayang-bayang konsepsi-konsepsi Hegel yang menghegemoni ideologi Jerman. Namun, setelah menganalisis sistem ekonomi kapital, Karl Marx nampak memutus tali-ikatan konseptual dengan Hegel. Das Kapital menjadi master piece yang tak bisa lagi dikorelasikan dengan buku-buku Karl Marx terdahulu. Das Kapital telah merubah Marx menjadi "yang lain"; Marx "yang baru" dan Marx pemenggal epistemologis. Dengan mengadopsi teori "retakan epistemologis", Abed al-Jabiri kemudian membagi corak pemikiran Arab-Islam menjadi dua; pemikiran Andalusia-Maghribi dan pemikiran Masyriq. Pemikiran Masyriq berciri gnostik-irasional yang direpresentasikan oleh Ibn Sina, Suhrawardi, al-Ghazali, Shadr al-Muta`alihin, Syiah Ismailiyyah, dan para penganut filsafat illuminasi. Di sisi lain, pemikiran Andalusia-Maghribi berciri rasional Aristotelian dan empirik yang direpresentasikan oleh Ibn Hazm, Ibn Bajah, Ibn Tufayl, Ibn Rusyd, Ibn Khaldun, al-Syathibi dan Ibn Madha al-Qurthubi. Para raksasa Andalusia-Maghribi dianggap memutus dan memenggal epistemologi pemikiran mereka dari corak pemikiran yang berkembang di Masyriq. Para raksasa Andalusia-Maghribi dinilai telah menyuguhkan pemikiran yang baru sama sekali; sebuah pemikiran yang tak terikat dengan model pemikiran Masyriq. Perlu digaris bawahi, dalam konteks ini al-Jabiri menelaah pemikiran Andalusia-Maghribi dengan pembacaan ideologis, cenderung men-generalisasi dan mengabaikan data-data parsial untuk mewujudkan tujuan penulisan sejarah pengetahuan Andalusia-Maghribi yang integral, sejajar dan berkesinambungan. Al-Jabiri lantas menggatuk-gatukkan pemikiran Ibn Hazm, Ibn Bajah, Ibn Tufayl, Ibn Rusyd, Ibn Khaldun, al-Syathibi, Ibn Madha' al-Qurthubi dan bahkan Ibn Tumart. Para raksasa Andalusia-Maghribi ini kemudian "disejajarkan" di bawah satu payung episteme burhni, walaupun, sejatinya, acap terdapat pertentangan diametral dalam tataran sistem kognitif antara satu sama lain.

Dengan model pembacaan sosio-politis, al-Jabiri melihat bahwa kesejajaran, integralitas dan kebersinambungan pemikiran Andalusia-Maghribi memang sengaja disetting oleh penguasa Dinasti Umawiyyah di Andalusia guna melawan ideologi Dinasti Abasiyyah dan Fathimiyyah. Ideologi Abasiyyah berbasis pada bayni yang secara eklektik diharmonisasikan dengan burhni atau irfni, sedangkan ideologi Dinasti Fathimiyyah berbasis pada irfni. Untuk melampaui ideologi dua Dinasti tersebut, penguasa Dinasti Umawiyyah Andalusia menggagas proyek pemikiran baru yang "berkesinambungan" dan "berkesejajaran" yang mengacu pada rasionalisme-empirik, kausalitas, syllogisme Aristotelian dan maqshid syar'ah. Setelah Dinasti Umawi runtuh, proyek pemikiran ini dilestarikan oleh Dinasti Muwahidin Andalusia sebagai ideologi negara guna melawan ideologi Dinasti Murabithin Andalusia yang bertaqlid buta kepada madzhab Maliki dalam fikih dan antropomorfisme dalam teologi. Ibn Tumart, pioner gerakan Muwahidin, menjadikan pemikiran Andalusia-Maghribi sebagai sample primordial yang memiliki karakteristik doktrin anti taqlid, merujuk langsung teks al-Quran dan Sunnah, menolak analogi dalam bidang hukum dan bahasa, tidak mengharmonisasikan filsafat dan agama secara eklektik, steril dari perdebatan sektarianistik dan Aristotelian murni yang tak terpengaruh Hermetisme, Gnostisisme Persia, neo-Platonisme dan sebagainya. Yahya Muhammed menilai, proyek penulisan sejarah pemikiran yang berkesejajaran dan berkesinambungan memaksa al-Jabiri meletakkan para sarjana Andalusia-Maghribi di bawah satu payung episteme demonstratif Aristotelian. Padahal, sejatinya, Ibn Hazm, al-Syathibi dan Ibn Khaldun adalah penganut bayni dan mengingkari kausalitas Aristotelian. Di pihak lain, Ibn Tufayl sebenarnya memiliki kecenderungan kuat pada episteme irfni. Memang benar bahwa Ibn Hazm menggunakan logika Aristo dalam proses inferensi rasional yurisprudensial (baca: syllogisme), tetapi Ibn Hazm tak menyetujui kausalitas Aristo. Di sisi lain, Ibn Hazm juga bukan Asy'arian sentris yang mengingkari sebab-akibat yang berlaku pada alam natural. Ibn Hazm berada pada posisi berseberangan dengan Asy'ari dan Aristoteles; menolak kausalitas Aristo sekaligus menerima adanya sebab-akibat hukum alam yang tunduk pada sunatullah. Lebih jauh lagi, literalisme Ibn Hazm juga tak dapat disebut sebagai bukti retakan epistemologis fikih Andalusia, sebab Ibn Hazm banyak terpengaruh oleh Dawud al-Dhahiri dari Baghdad. Pembacaan al-Jabiri terhadap skema epistemologi Ibn Khaldun juga problematik. Bagi Yahya, Ibn Khaldun memiliki keunikan epistemologis karena mencangkok varian sistem kognitif. Rasionalismeempirik jadi tumpuan Ibn Khaldun dalam historiografi. Tetapi, dalam teologi, Ibn Khaldun memproklamirkan dirinya sebagai Asy'arian dengan menerima konsep "adat" dan menolak kausalitas Aristo. Ibn Khaldun mengingkari rasionalitas ekstrem para teolog dan filosof yang concern dalam discourse metafisik dengan menawarkan alternatif pendekatan sufistik. Ibn Khaldun menilai akal tidak mampu mencapai monoteisme murni kecuali melalui jalur sufistik yang dapat mengantarkan manusia pada strata penyingkapan intuitif. Dengan demikian, Ibn Khaldun sebenarnya sejajar dengan al-Ghazali; keduanya terpengaruh Hermetisme. Untuk itu, tidak tepat jika al-Jabiri mensejajarkan Ibn Khaldun dengan para filosof Paripatetik. Al-Jabiri pun dinilai gegabah oleh George Tharabisyi ketika mensejajarkan al-Syathibi dengan Ibn Hazm dan Ibn Rusyd di bawah satu payung episteme demonstratif Aristotelian dalam proyek kebudayaan Andalusia-Maghribi. Bagi Tharabisyi, integralitas dan kesejajaran tersebut adalah absurd, sebab, dalam kitab al-I'tishm, al-Syathibi mengkategorikan literalisme Ibn Hazm sebagai bid'ah. Di sisi lain, Ibn Hazm dan al-Syathibi secara epistemologis memiliki pandangan yang sangat berlawanan; Ibn Hazm menolak rasio-legis sebagai basis analogi dan sebagai alternatif Ibn Hazm menawarkan syllogisme Aristotelian, sementara al-Syathibi membangun teori maqshid al-syar'ah di atas bangunan akumulatif rasio-legis analogi.

Di lain pihak, al-Syathibi dan Ibn Rusyd tidak dalam posisi congruent. Hal ini terbukti bahwa alSyathibi, dalam al-I'tishm, mencibir para filosof pemuja akal yang berupaya merasionalisasikan persoalan eskatologis. Kemudian, dalam kitab al-Muwfaqat, al-Syathibi menolak mentah-mentah upaya Ibn Rusyd mensinergikan filsafat dan syariat dalam karyanya Fashl al-Maql fi Ma bayn alSyar'at wa al-Hikmah min al-Itishl. Bagi al-Syathibi, syariat Islam turun dalam konteks umiyyah sesuai dengan konvensi bahasa Arab era kenabian, sehingga syariat harus dipahami sesuai konvensi bahasa Arab dan tidak boleh diinterpretasikan dengan pendekatan filsafat. Alih-alih menghasilkan kualitas interpretasi objektif, filsafat hanya akan mereduksi maksud author teks-teks primer keagamaan. Al-Jabiri, dalam pandangan penulis, pun terjebak dan terjerembab dalam kubangan pandangan parsial, dimana ia hanya melihat sisi rasionalitas al-Syathibi dalam al-Muwfaqat sembari mengabaikan inklinasi sufistik al-Syathibi dalam al-I'thishm. Dalam al-I'tishm, al-Syathibi mengklasifikasi tipologi sufistik menjadi dua; praksis dan filosofis. Tasawuf praksis dinilai memiliki landasan keagamaan, sedangkan tasawuf filosofis adalah bid'ah. Penolakan al-Syathibi terhadap Aristotelianisme Ibn Rusyd dan literalitas Ibn Hazm, serta kecenderungan al-Syathibi pada tasawuf praksis, setidaknya cukup dijadikan hipotesa konklusi bahwa pemikiran al-Syathibi bukanlah kesinambungan dari pemikiran Ibn Hazm dan Ibn Rusyd. Al-Jabiri juga memiliki kerancuan tatkala memandang maqshid al-syarah al-Syatibi, dalam alMuwfaqat, sebagai bentuk gagasan baru yang mengekspresikan retakan epistemologis dari corak ushul fiqh kawasan Masyriq yang dianggap tak mengenal spirit maqshid al-syarah. Menurut hemat penulis, al-Syathibi bukanlah founding father maqshid al-syarah dan ide-idenya bukanlah hal yang sama sekali baru. Tanpa menafikan inovasi-inovasi kreatif yang terdapat dalam al-Muwfaqat, konsep maqshid al-syarah sejatinya merupakan hasil akumulasi pemikiran ushuliyyin sepanjang sejarahnya. Untuk membuktikan argumentasi ini, kita dapat merujuk pada penelusuran genealogis konsep maqshid yang dilakukan oleh penulis dalam Metodologi Utilitarianistik, al-Raysuni dalam Nadhariyyah al-Maqshid 'inda al-Imam al-Syathibi dan Zaghifah dalam al-Maqshid al-'Ammah li alSyar'at al-Islmiyyah. Penelusuran genealogis tersebut sampai pada sebuah penemuan bahwa alSyatibi banyak terpengaruh oleh ushuliyyin kawasan Masyriq, terutama al-Ghazali. Dengan demikian, gagasan retakan epistemologis antara ushul fiqh Andalusia dan Masyriq menjadi tidak dapat dipertanggungjawabkan. Kejanggalan lain dapat ditemui dalam upaya al-Jabiri menggolongkan Ibn Tufayl ke dalam barisan filsuf Aristotelian seperti Ibn Bajah dan Ibn Rusyd. Jika mau jujur, sebenarnya Ibn Tufayl, dalam introduksi karya naratifnya Hay bin Yaqdhan, secara eksplisit menyatakan bahwa filsafat Masyriq Ibn Sina adalah kebenaran yang wajib diikuti. Bahkan, ia mengkritik para filosof yang apatis dengan spirit sufisme.44 Dalam pandangan George Tharabisyi dan Yahya Muhammed, inklinasi sufistik Ibn Tufayl, Ibn Khaldun dan al-Syathibi, serta penolakan mereka terhadap kausalitas Aristo, menunjukkan bahwa kesejajaran dan kebersinambungan pemikiran Andalusia-Maghribi tak lain hanyalah asumsi yang tak mendasar. Kerancauan asumsi al-Jabiri ini, secara langsung, ikut meruntuhkan asumsi retakan epistemologis. Bagaimana pun, Andalusia-Maghribi tak selamanya rasional-empirik, melainkan juga memiliki kecenderungan gnostik seperti halnya dunia Arab Masyriq. Al-Jabiri memiliki teori analisa ideologikal. Teori ini dapat kita terapkan untuk membaca pemikiran al-Jabiri sendiri. Dengan menggunakan teori itu kita dapat menyingkap fungsi ideologis dalam

pemikiran al-Jabiri terkait dengan pencampuradukan pemikiran Andalusia-Maghribi yang berdalih kebersinambungan, kesejajaran dan integralitas. Bagi al-Jabiri, kebangkitan modern Arab-Islam menuntut upaya pembasisan pemikiran yang integral, sebagaimana yang terjadi dalam sejarah kebangkitan Eropa. Al-Jabiri terpaksa membangun integralitas pemikiran Andalusia-Maghribi yang cenderung rasional-empirik. Dalam waktu bersamaan, pemikiran Arab Masyriq disingkirkan sebab kehadirannya dalam pemikiran kita hingga hari ini senantiasa berbarengan dengan fenomena kejumudan dan kemunduran peradaban Islam. Inklinasi irasionalitas gnostik yang digagas Ibn Sina dan al-Ghazali menyebabkan kebudayaan Arab terbelakang. Hal ini bertolak belakang dengan pemikiran Andalusia-Maghribi yang terbukti telah menjadi inspirasi kebangkitan Eropa. Pada gilirannya, al-Jabiri menyatukan pemikiran rasional Andalusia-Maghribi untuk kemudian direkomendasikan sebagai paket pemikiran yang berpotensi merangsang kebangkitan modern Arab-Islam. Paket pemikiran Andalusia-Maghribi ini memiliki ciri khas yang membedakannya dari corak pemikiran Arab Masyriq. Perbedaan ciri khas pemikiran dua kawasan geografis itu disebut dengan nomenklatur filosofis retakan epistemologis. Selain dibantah oleh George Tharabisyi dan Yahya Muhammed, teori retakan epistemologis juga dikritik oleh Hasan Hanafi dan Ahmad Ali Zahra sebagai sebuah gagasan yang ekstrem. Thaha Abd al-Rahman ikut mengomentari bahwa gagasan tersebut menyebabkan al-Jabiri tersungkur dalam pembacaan parsial yang mengesampingkan data-data yang dianggap tak penting. Hal ini bertolak belakang dengan ambisi al-Jabiri untuk melakukan pembacaan turts secara komprehensif dan multi-disipliner. Sebagai peneliti yang berusaha objektif, penulis harus jujur bahwa gagasan retakan epistemologis tidak seutuhnya salah. Dalam pandangan penulis, al-Jabiri berhasil menggelindingkan argumentasi meyakinkan terkait retakan epistemologis pemikiran Ibn Bajah (Avenpace) serta Ibn Rusyd (Averroes) dalam bidang filsafat dari corak pemikiran Masyriq. Retakan epistemologis tersebut dapat kita lihat pada upaya-upaya Ibn Bajah dalam hal-hal berikut ini: 1) Ibn Bajah berusaha melepaskan dirinya dari discourse harmonisasi eklektik maupun sinkretik antara filsafat dan agama; 2) menolak metode irasional kalangan sufi wilayah Masyriq dalam konsep pencapaian kebahagiaan, seperti metode intuisi dan penyingkapan musyahadat; 3) menolak konsep kenabian non-filosofis al-Farabi dan lain-lain; dan 4) tidak terkontaminasi oleh konsep emanasi. Ibn Rusyd pun memiliki retakan epistemologis dengan filsafat Masyriq sebagai berikut: 1) dalam tataran problematika yang dihadapi, jika para filosof Masyriq sibuk mengharmonisasikan secara eklektik maupun sinkretik antara filsafat dan agama, maka Ibn Rusyd memisahkan keduanya. Artinya, filsafat dan agama memiliki cara masing-masing dalam mencari kebenaran; 2) dalam tataran metodologis, Ibn Rusyd menolak analogi alam gaib dengan alam fisik (qiys al-ghaib ala al-syhid) yang selalu digunakan oleh para teolog dan filosof Masyriq; dan 3) Ibn Rusyd menolak ruh filsafat gnostik Ibn Sina yang kemudian diadopsi oleh al-Ghazali dengan atas nama tasawuf Sunni. Penulis juga tak dapat menutup mata ketika dihadapkan dengan adanya retakan epistemologis antara teori gramatika Ibn Madha al-Qurthubi (w. 592 H) dengan teori gramatika Islam Masyriq yang dipelopori oleh Sibawayh. Ibn Madha adalah salah satu hakim Dinasti Muwahidin dan pakar nahwu revolusioner yang berambisi meruntuhkan hegemoni Sibawayh. Gerakan oposisi pengetahuan Ibn Madha ini disponsori langsung oleh Amir Yaqub, penguasa Muwahidin. Untuk merealisasikan proyek tersebut, Ibn Madha menulis karya berjudul al-Radd ala al-Nuht. Penulis tidak akan mengelaborasi pemikiran Ibn Madha secara detail, sebab pemikirannya telah dipaparkan secara memadahi oleh Sauqi Dhaif.

Karl Marx Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Karl Marx Karl Heinrich Marx (Trier, Jerman, 5 Mei 1818 London, 14 Maret 1883) adalah seorang filsuf, pakarekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia. Walaupun Marx menulis tentang banyak hal semasa hidupnya, ia paling terkenal atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan kelas, yang dapat diringkas sebagai "Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas", sebagaimana yang tertulis dalam kalimat pembuka dari Manifesto Komunis. Daftar isi [sembunyikan]

1 Biografio o o

1.1 Sejarah Hidup dan Pemikiran Karl Marx 1.2 Pendidikan 1.3 Marx dan Pemuda Hegelian

2 Karya-karya Marx 3 Referensi 4 Lihat pula 5 Pranala luar [sunting]Biografi [sunting]Sejarah Hidup dan Pemikiran Karl Marx Karl Marx lahir dalam keluarga Yahudi progresif di Trier, Prusia, (sekarang di Jerman). Ayahnya bernama Herschel, keturunan para rabi, meskipun cenderung seorang deis, yang kemudian meninggalkan agama Yahudi dan beralih ke agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheranyang relatif liberal, untuk menjadi pengacara. Herschel pun mengganti namanya menjadi Heinrich. Saudara Herschel, Samuel seperti juga leluhurnya adalah rabi kepala di Trier. Keluarga Marx amat liberal dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendekiawan dan artis masa-masa awal Karl Marx. Pada tahun 1981 Marx memperoleh gelar doktor filsafatnya dari Universitas Berlin, sekolah yang dulu sangat dipengaruhi Hegel dan para Hegelian Muda , yang begitu suportif, namun kritis terhadap guru mereka. Desertasi doktoral Marx hanyalah satu risalah filosofis yang hambar, namun hal ini mengantisipasi banyak gagasannya kemudian. Setelah lulus ia menjadi penulis di koran radikal-liberal dan dalam kurun waktu sepuluh bulan menjadi editor kepala. Namun, karena posisi politisnya, koran ini ditutup sepuluh bulan kemudian oleh pemerintah. Esai-esai awal yang di publikasikan pada waktu itu mulai merefleksikan sejumlah pandangan-pandangan yang akan

mengarahkan Marx sepanjang hidupnya.[1] Dengan bebas, esai-esai tersebut menyebarkan prinsipprinsip demokrasi, humanisme, dan idealisme muda. Ia menolak sifat abstrak filsafat Hegelian, impian naif komunis utopis, dan para aktivis yang menyerukan hal-hal yang dipandangnya sebagai aksi politik prematur. Ketika menolak aktivis-aktivis tersebut, Marx meletakkan landasan karya abadinya. Marx terkenal karena analisis nya di bidang sejarah yang dikemukakan nya di kalimat pembuka pada buku Communist Manifesto (1848) : Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas. Marx percaya bahwa kapitalismeyang ada akan digantikan dengan komunisme, masyarakat tanpa kelas setelah beberapa periode dari sosialisme radikal yang menjadikan negara sebagai revolusi keditaktoran proletariat(kaum paling bawah di negara Romawi). Marx sering dijuluki sebagai bapak dari komunisme, Marx merupakan kaum terpelajar dan politikus. Ia memperdebatkan bahwa analisis tentang kapitalisme miliknya membuktikan bahwa kontradiksi dari kapitalisme akan berakhir dan memberikan jalan untuk komunisme. Di lain tangan, Marx menulis bahwa kapitalisme akan berakhir karena aksi yang terorganisasi dari kelas kerja internasional. Komunisme untuk kita bukanlah hubungan yang diciptakan oleh negara, tetapi merupakan cara ideal untuk keadaan negara pada saat ini. Hasil dari pergerakan ini kita yang akan mengatur dirinya sendiri secara otomatis. Komunisme adalah pergerakan yang akan menghilangkan keadaan yang ada pada saat ini. Dan hasil dari pergerakan ini menciptakan hasil dari yang lingkungan yang ada dari saat ini. Ideologi Jerman- Dalam hidupnya,Marx terkenal sebagai orang yang sukar dimengerti, ide-ide nya mulai menunjukkan pengaruh yang besar dalam perkembangan pekerja segera setelah ia meninggal. Pengaruh ini berkembang karena didorong oleh kemenangan dari Marxist Bolsheviks dalam Revolusi Oktober Rusia. Namun, masih ada beberapa bagian kecil dari dunia ini yang belum mengenal ide Marxian ini sampai pada abad ke-20. Hubungan antara Marx dan Marxism adalah titik kontroversi. Marxism tetap berpengaruh dan kontroversial dalam bidang akademi dan politik sampai saat ini. Dalam bukunya Marx, Das Kapital (2006), penulis biografi Francis Wheen mengulangi penelitian David McLellan yang menyatakan bahwa sejak Marxisme tidak berhasil di Barat, hal tersebut tidak menjadikan Marxisme sebagai ideologi formal, namun hal tersebut tidak dihalangi oleh kontrol pemerintah untuk dipelajari. Marx Menikah pada tahun 1843 dan segera terpaksa meninggalkan Jerman untuk mencari atmosfir yang lebih liberal di Paris. Disana ia terus menganut gagasan Hegel dan para pendukungnya, namun ia juga mendalami dua gagasan baru sosialisme Prancis dan ekonomi politikInggris. Inilah cara uniknya mengawinkan Hegelianisme, sosialisme, dengan ekonomi politik yang membangun orientasi intelektualitasnya. Yang sama pentingnya adalah pertemuannya dengan orang yang menjadi sahabat sepanjang hayatnya, penopang finansialnya dan kolaboratornya-Friedrich Engels[2]. Anak seorang pemilik pabrik tekstil, Engels menjadi seorang sosialis yang bersifat kritis terhadap kondisi yang dihadapi oleh para kelas pekerja. Banyak kesaksian Marx atas nestapa kelas pekerja berasal dari

paparan Engels dan gagasan-gagasannya. Pada tahun 1844 Engels dan Marx berbincang lama disalah satu kafe terkenal di Prancis dan ini mendasari pertalian seumur hidup keduanya. Dalam percakapan itu Engels mengatakan, Persetujuan penuh kita atas arena teoritis telah menjadi gamblang...dan kerja sama kita berawal dari sini[3]. Tahun berikutnya, Engels mepublikasikan satu karya penting, The Condition of the Working Class in England[4]. Selama masa itu Marx menulis sejumlah karya rumit (banyak diantaranya tidak dipublikasikan sepanjang hayatnya), termasuk The Holy Familydan The German Ideology (keduanya ditulis bersama dengan Engels), namun ia pun menulis The Economic and Philosophic Manuscripts of 1844, yang memayungi perhatiannya yang semakin meningkat terhadap ranah ekonomi[5]. Kendati Marx dan Engels memiliki kesamaan orientasi teoritis, ada banyak perbedaan diantara kedua orang ini. Marx cenderung lebih teoritis, intelektual berantakan, dan sangat berorientasi pada keluarga. Engels adalah pemikir praktis, seorang pengusaha yang rapi dan cermat, serta orang yang sangat tidak percaya pada institusi keluarga. Di tengah-tengah perbedaan tersebut, Marx dan Engels membangun persekutuan kuat tempat mereka berkolabirasi menulis sejumlah buku dan artikel serta bekerja sama dalam organisasi radikal, dan bahkan Engels menopang Marx sepanjang hidupnya sehingga Marx menagbdikan diri untuk petualang politik dan intelektualnya[6]. Kendati mereka berasosiasi begitu kuat dengan nama Marx dan Engels, Engels menjelaskan bahwa dirinya partner junior marx. Sebenarnya banyak orang percaya bahwa Engels sering gagal memahami karya Marx [7]. Setelah kematian Marx, Engels menjadi juru bicara terkemuka bagi teori Marxian dan dengan mendistorsi dan terlalu meyederhanakan teorinya, meskipun ia tetap setia pada perspektif politik yang telah ia bangun bersama Marx. Karena beberapa tulisannya meresahkan pemerintah Prussia, Pemerintahan Prancis pada akhirnya mengusir Marx pada tahun 1945, dan ia berpindah ke Brussel. Radikalismenya tumbuh, dan ia menjadi anggota aktif gerakan revolusioner internasional. Ia juga bergabung dengan liga komunis dan diminta menulis satu dokumen yang memaparkan tujuan dan kepercayaannya. Hasilnya adalah Communist Manifesto yang terbit pada tahun 1848, satu karya yang ditandai dengan kumandang slogan politik [8]. Pada tahun 1849 Marx pindah ke London, dan karena kegagalan revolusi politiknya pada tahun 1848, ia mulai menarik diri dari aktivitas revolusioner lalu beralih ke penelitian yang lebih serius dan terperinci tentang bekerjanya sistem kapitalis. Pada tahun 1852, ia mulai studi terkenalnya tentang kondisi kerja dalam kapitalisme di British Museum. Studi-studi ini akhirnya menghasilkan tiga jilid buku Capital, yang jilid pertamanya terbit pada tahun 1867; dua jilid lainnya terbit setelah ia meninggal. Ia hidup miskin selama tahuntahun itu, dan hampir tidak mampu bertahan hidup dengan sedikitnya pendapatan dari tulisantulisannya dan dari bantuan Engels[9]. Pada tahun 1964 Marx terlibat dalam aktivitas politik dengan bergabung dengan gerakan pekerja Internasional. Ia segera mengemuka dalam gerakan ini dan menghabiskan selama beberapa tahun di dalamnya. Namun disintegrasi yang terjadi di dalam gerakan ini pada tahun 1876, gagalnya sejumlah gerakan revolusioner, dan penyakit yang dideritanya menandai akhir karier Marx. Istrinya meninggal pada tahun 1881, anak perempuannya tahun 1882, dan Marx sendiri meninggal pada tanggal 14 Maret 1883.

[sunting]Pendidikan Marx menjalani sekolah di rumah sampai ia berumur 13 tahun. Setelah lulus dari Gymnasium Trier, Marx melanjutkan pendidikan nya diUniversitas Bonn jurusan hukum pada tahun 1835 pada usia nya yang ke-17, dimana ia bergabung dengan klub minuman keras Trier Tavernyang mengakibatkan ia mendapat nilai yang buruk. Marx tertarik untuk belajar kesustraan dan filosofi, namun ayahnya tidak menyetujuinya karena ia tak percaya bahwa anaknya akan berhasil memotivasi dirinya sendiri untuk mendapatkan gelar sarjana. Pada tahun berikutnya, ayahnya memaksa Karl Marx untuk pindah ke universitas yang lebih baik, yaitu Friedrich-Wilhelms-Universitt di Berlin. Pada saat itu, Marx menulis banyak puisi dan esai tentang kehidupan, menggunakan bahasa teologi yang diwarisi dari ayahnya seperti The Deity namun ia juga menerapkan filosofi atheis dari Young Hegelian yang terkenal di Berlin pada saat itu. Marx mendapat gelar Doktor pada tahun 1841 dengan tesis nya yang berjudul The Difference Between the Democritean and Epicurean Philosophy of Nature namun, ia harus menyerahkan disertasi nya ke Universitas Jena karena Marx menyadari bahwa status nya sebagai Young Hegelian radikal akan diterima dengan kesan buruk di Berlin. Pada tahun 1835, Marx mendaftar di Universitas Bonn untuk belajar hukum, dan di sana ia bergabung dengan Trier Tavern Club, dan sempat menjadi presiden klub, sehingga prestasi sekolahnya buruk. Setahun kemudian, ayah Marx mendesaknya untuk pindah ke Universitas Friedrich-Wilhelms di Berlin, agar dapat lebih serius belajar. Di sini, Marx banyak menulis puisi dan esai tentang kehidupan, dengan menggunakan bahasa teologis yang diperoleh dari ayahnya yang deis. Pada saat itulah ia mengenal filsafat atheis yang dianut kelompok Hegelian-kiri. Marx memperoleh gelar doktor pada tahun 1841 dengan tesis yang bertajuk "Perbedaan Filsafat Alam Demokritos dan Epikurus", tetapi beliau harus menyerahkan tesisnya kepada Universitas Jena karena beliau diamarankan bahwa reputasinya di antara fakultas sebagai seorang Hegelian-kiri akan menyebabkan penerimaan yang buruk di Berlin. Marx mempunyai keponakan yang bernama Azariel, Hans, dan Gerald yang sangat membantunya dalam semua teori yang telah ia ciptakan. [sunting]Marx dan Pemuda Hegelian Di Berlin, minat Marx beralih ke filsafat, dan bergabung ke lingkaran mahasiswa dan dosen muda yang dikenal sebagai Pemuda Hegelian. Sebagian dari mereka, yang disebut juga sebagai Hegeliankiri, menggunakan metode dialektika Hegel, yang dipisahkan dari isi teologisnya, sebagai alat yang ampuh untuk melakukan kritik terhadap politik dan agama mapan saat itu. [sunting]Karya-karya Marx

Manifest der Kommunistischen Partei

Achtzehnte Brumaire [sunting]Referensi

EVOLUSI: INSPIRASI BAGI MARX DAN ENGELS Filsafat Materialisme, yang lahir di Yunani Kuno, memperoleh kemenangan di abad ke-19. Filsafat kuno ini meraih keberhasilannya melalui dua tokoh filsuf Jerman, Karl Marx dan Friedrich Engels. Marx dan Engels berusaha menjelaskan filsafat materialis, yang bertahan hidup selama berabadabad, dengan penjelasan baru bernama dialektika. Secara singkat, dialektika beranggapan bahwa segala perubahan yang terjadi di alam semesta adalah akibat dari konflik persaingan dan kepentingan pribadi antar kekuatan yang saling bertentangan. Marx dan Engels menggunakan dialektika untuk menjelaskan keseluruhan sejarah dunia. Analisis sederhana oleh Marx menyatakan bahwa sejarah kemanusiaan didasarkan pada konflik, dan konflik yang ada saat ini adalah antara kaum buruh dan masyarakat kelas atas. Ia meramalkan bahwa kaum buruh pada akhirnya akan menyadari bahwa harapan satu-satunya adalah agar mereka bersatu dan melakukan revolusi. Marx dan Engels memiliki kebencian mendalam terhadap agama. Sebagai ateis tulen, mereka menegaskan bahwa penghapusan agama adalah perlu demi keberhasilan Komunisme. Saat Marx dan Engels sedang merumuskan pandangannya, muncul perkembangan penting yang dapat memberikan dukungan bagi teori mereka. Darwin muncul ke permukaan dengan bukunya The Origin of Species. Darwin menyatakan bahwa di alam kehidupan, makhluk hidup berevolusi dan bertahan hidup akibat adanya perjuangan untuk mempertahankan hidup. Apa lagi ini kalau bukan dialektika? Lagi pula, ini adalah dialektika yang muncul untuk mengingkari segala peran agama termasuk adanya penciptaan atau Pencipta. Ini adalah kesempatan emas bagi Marx dan Engels. Engels membaca buku Darwin segera setelah terbit dan menulis kepada Karl Marx: (Buku) Darwin, yang kini sedang saya baca, sungguh mengagumkan. Karl Marx menjawab: Ini adalah buku yang berisi dasar berpijak pada sejarah alam bagi pandangan kita. Engels sangat terpengaruh oleh teori Darwin sehingga, dalam upaya memberi sumbangsih pada teori tersebut, ia menulis artikel berjudul: Peran yang Dimainkan Kaum Buruh dalam Peralihan dari Kera ke Manusia. Dengan segera, Engels mengumpulkan seluruh gagasan evolusionisnya dalam sebuah buku berjudul Dialectics of Nature. BUAH KOMUNISME DI UNI SOVYET Pandangan Karl Marx dan Engels tumbuh dan berkembang subur, khususnya setelah kematian mereka. Vladimir Ilyich Lenin adalah yang pertama menerapkan revolusi komunis sebagaimana dicita-citakan Karl Marx. Lenin adalah pemimpin pergerakan komunis Bolshevik di Rusia. Saat itu, rejim Tsar diperintah oleh dinasti Romanov. Kaum Bolshevik di bawah pimpinan Lenin sedang menunggu kesempatan untuk menumbangkan rejim Tsar dengan kekuatan. Kekacauan akibat Perang Dunia Pertama memunculkan peluang yang ditunggu-tunggu kaum Bolshevik. Di bulan Oktober 1917, mereka berhasil mengambil alih kekuasaan. Setelah revolusi, Rusia menjadi ajang perang saudara berdarah antara kaum komunis melawan para pendukung Tsar. Siapapun yang dianggap musuh oleh kaum komunis, termasuk keluarga Romanov, dibunuh secara sadis.

Sebagaimana gurunya, yakni Karl Marx dan Engels, Lenin pun seorang evolusionis tulen, dan seringkali menegaskan bahwa teori Darwin adalah dasar berpijak filsafat materialis dialektika yang ia agungkan. Trotsky adalah nama penting kedua dalam revolusi Bolshevik. Ia juga sangat menekankan pentingnya Darwinisme, dan menyatakan dukungannya kepada Darwin dengan mengatakan. "Penemuan Darwin adalah kemenangan tertinggi dialektika di seluruh alam kehidupan." Joseph Stalin, sang diktator Partai Komunis paling kejam, menggantikan Lenin pada tahun 1924. Menengok tiga puluh tahun pemerintahan teror Stalin, siapapun hampir pasti akan berkata bahwa kebijakan Stalin secara umum adalah untuk membuktikan kekejaman komunisme. Di antara kebijakan pertamanya adalah menghilangkan kepemilikan tanah secara individu. Ia mengerahkan tentara untuk memaksa petani, yang berjumlah 80% dari populasi, agar menggabungkan tanah mereka menjadi lahan-lahan luas kolektif milik pemerintah. Biji-bijian tanaman pangan dipanen oleh tentara bersenjata. Kelaparan pun melanda, merenggut nyawa pria, wanita dan anak-anak. Tapi Stalin terus saja mengekspor stok makanan daripada memberi makan penduduknya. Menurut perhitungan, sekitar sepuluh juta petani tewas dalam tahun-tahun ini. Enam juta orang mati kelaparan di Ukraina. Dua puluh persen penduduk Kazakhstan lenyap. Di Kaukasus saja, angka kematian mencapai satu juta. Stalin mengirim ribuan para penentang kebijakannya ke kamp kerja paksa di Siberia. Kamp-kamp ini, tempat para tahanan dipekerjakan sampai mati, menjadi kuburan bagi kebanyakan mereka. Di samping itu, puluhan ribu orang dibunuh oleh polisi rahasia Stalin. Di wilayah Krimea dan Turkistan, jutaan orang juga dipaksa pindah ke daerah-daerah terpencil di Uni Soviet. Akibat kebijakan berdarah Stalin, sekitar tiga puluh juta orang mati terbunuh. Menurut para ahli sejarah, Stalin merasakan kenikmatan tersendiri dari kekejaman ini. Di kantornya di Istana Kremlin, ia merasa senang ketika memeriksa daftar orang-orang yang dieksekusi dan dibunuh. Selain karena kondisi kejiwaannya, yang menjadikan Stalin pembunuh masal kejam adalah keyakinan kuatnya pada filsafat materialis. Dan dasar berpijak filsafat ini, dalam pengertian Stalin, adalah teori evolusi Darwin. Ia mengatakan:. "Tiga hal yang kita lakukan agar tidak melecehkan akal para pelajar seminari kita. Kita harus mengajarkan mereka usia bumi, asal-usul bumi, dan ajaran-ajaran Darwin." Satu lagi yang menunjukkan keyakinan buta Stalin pada teori evolusi adalah penolakan hukum genetika Mendel oleh sistem pendidikan Soviet. Sejak awal abad ke-20, hukum Mendel telah diterima oleh kalangan ilmuwan kecuali di Uni Soviet. Penemuan ini menggugurkan klaim Lamarck, yang sebagiannya juga diyakini Darwin, tentang pewarisan sifat-sifat dapatan kepada generasi berikutnya. Ilmuwan Rusia Lysenko menganggap hal ini sebagai pukulan berat terhadap teori evolusi, dan merumuskan teori alternatif Lamarckis. Stalin kagum atas ide Lysenko dan kemudian mengangkatnya sebagai kepala lembaga-lembaga ilmiah milik pemerintah. Hingga kematian Stalin, ilmu genetika tidak diterima di lembaga-lembaga ilmiah Uni Soviet. EVOLUSI DAN KOMUNISME CINA Selama pemerintahan totaliter Stalin, rejim komunis lainnya yang berlandaskan Darwinisme didirikan di Cina. Pada tahun 1949, setelah perang saudara yang panjang, kaum komunis memenangkan kekuasaan di bawah pimpinan Mao Tse Tung. Mao mendirikan rezim penindas dan

berdarah, sebagaimana sekutunya Stalin yang memberinya banyak dukungan. Hukuman mati yang tak terhitung jumlahnya terjadi di China. Sekitar tiga puluh juta orang mati kelaparan akibat kebijakan kejam Mao. Selama Revolusi Kebudayaan, kelompok pemuda militan yang disebut Pasukan Pengawal Merah Mao menghempaskan negeri ini dalam kekacauan dan ketakutan. Mao menjelaskan landasan filosofis rezimnya dengan menyatakan secara terang-terangan bahwa: Sosialisme Cina didirikan di atas Darwin dan teori evolusi. Ahli sejarah universitas Harvard, James Reeve Pusey juga mengakui pengaruh Darwinis pada Maoisme. Dalam bukunya yang berjudul China and Charles Darwin, Pusey mengatakan: Darwin telah membenarkan perubahan dan revolusi dengan kekerasan. Sungguh, ini adalah satu di antara hal paling berharga yang diberikan Darwin pada China. Dan ini betul-betul sesuai dengan pemikiran Mao Tse Tung. (James Reeve Pusey, China and Charles Darwin, Harvard University Press, Cambridge Massachusetts, 1983, hlm. 450-51) Komunisme telah menyebabkan teror, perang gerilya dan perang saudara di banyak negara. Di Kamboja, Khmer merah komunis membantai hampir sepertiga dari penduduk negeri. Manusia dibunuh hanya karena mengambil sedikit makanan dari lahan pertanian kolektif atau mengucapkan perkataan yang bertentangan dengan komunisme. Bukti-bukti pembantaian Kamboja menampakkan kebiadaban komunisme tanpa perlu dijelaskan lagi. Selama seratus lima puluh tahun, ideologi komunis, yang identik dengan pertikaian dan peperangan, senantiasa berjalan beriringan dengan Darwinisme. Kini, kaum Marxis dan komunis masih merupakan pendukung utama Darwinisme. Di hampir setiap negara, pendukung terdepan teori evolusi cenderung berpandangan Marxis. Mudah dipahami, sebab sebagaimana perkataan Karl Marx sendiri, teori evolusi berisi dasar berpijak pada sejarah alam bagi ideologi materialisnya. KESIMPULAN Darwinisme muncul seratus lima puluh tahun yang lalu. Sejak itu, bencana yang ditimbulkan pada manusia adalah kebrutalan para diktator, rasisme, penyiksaan, penganiayaan dan peperangan. Ini adalah akibat alamiah yang dimiliki Darwinisme dan materialisme terhadap umat manusia. Filsafat gabungan ini, yang menganggap manusia tak lebih dari spesies hewan, yang hanya meyakini materi, dan yang menyatakan bahwa pertikaian adalah hukum alam yang tak berubah, akan menghilangkan sifat kemanusiaan dan menghancurkan masyarakat. Penyebab sesungguhnya dari semua ini adalah keingkaran manusia terhadap Pencipta mereka sendiri. Masyarakat yang berpaling dari Allah, dan terpedaya oleh dogma seperti materialisme, menjadi rentan terhadap segala bentuk kerusakan. Akibatnya, mereka menderita kesengsaraan, ketakutan dan kebinasaan. Allah menyatakan hal ini dalam firman-Nya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Ruum, 30:41) Kedamaian, keadilan dan ketentraman akan terwujud hanya jika Darwinisme dan materialisme diungkap kepada dunia sebagai kebohongan sebagaimana wajah asli mereka, dan ketika manusia mengetahui tujuan penciptaannya, yaitu mengabdi kepada Penciptanya, mengabdi kepada Allah.

A. Pendahuluan Sejarah akan berbeda sekarang ini tanpa Karl Marx. Demikian salah satu kesimpulan Franz Magnis Suseno mengenai pemikiran Karl Marx.[1] Tidak mengherankan jika Michael Hart meletakkan Karl Max di tempat yang tinggi dalam susunan Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam sejarah. Pada masa jayanya, jumlah manusia yang sedikitnya terpengaruh oleh Marxisme mendekati angka 1,3 milyar. Jumlah penganut ini lebih besar dari jumlah penganut ideologi mana pun sepanjang sejarah manusia.[2]

Pengaruh pemikiran Karl Marx tidak bisa diragukan lagi dalam sejarah perjalanan dunia ini. Marx tidak hanya merangsang perubahan cara berpikir, akan tetapi juga mengubah cara manusia bertindak. Seperti dikatakan Marx sendiri, Para filosof hanya menginterpretasikan dunia dalam berbagai cara; masalahnya adalah bagaimana mengubah dunia. Hal inilah yang kemudian membedakan Marx dari filosof lain, misalnya, Auguste Comte atau Martin Heidegger, bahkan David Hume yang hanya sanggup mengubah cara manusia berfikir. Meskipun tidak bisa dipungkiri juga bahwa perubahan pemikiran ini berdampak pada kehidupan masyarakat luas, namun efeknya tidak sebesar Karl Marx. Filsafat Marx lebih diletakkan untuk mengubah dunia. Bahkan sebagai ideologi, Marxisme menyemangati sebagian besar gerakan buruh sejak akhir abad ke-19 dan dalam abad ke-20 yang mendasari kebanyakan gerakan pembebasan sosial.[3] Makalah ini mula-mula akan mengemukakan tentang latar belakang hidup Marx, kemudian perjalanan intelektualnya sebagai penerus Hegel dan pembaruan serta pengkayaan terhadap pemikiran gurunya tersebut. Bagian mengenai Marxisme akan disinggung sesudah pembahasan tentang perkembangan intelektual Marx. B. Biografi Karl Marx Karl Marx, lahir di bulan Mei 1818 di Trier, Jerman. Ayahnya seorang pengacara yang beberapa tahun sebelumnya pindah agama Yahudi menjadi Kristen Protestan. Perpindahan agama ayahnya yang begitu mudah diduga merupakan alasan mengapa Karl Marx tidak pernah tertarik dengan Agama. Ayahnya mengharapkan Marx menjadi notaris sebagaimana ayahnya. Karl Marx sendiri lebih menyukai untuk menjadi Penyair daripada seorang ahli hukum. Hukum merupakan ilmu yang digemari pada saat itu. etengah semester ia bertahan, dan melompat ke Universitas Berlin, fokus pada filsafat. Masih semester dua, Marx sudah masuk kelompok diskusi paling ditakuti di kampus itu, Klub Para Doktor, dan menjadi anggota yang paling radikal. Kelompok ini selalu memakai Filsafat Hegel untuk menyerang kekolotan Prussia. Tak heran, klub ini pun digelari Kaum Hegelian Muda. Namun karena mereka juga menentang agama Protestan, klub ini digolongkan menjadi Hegelian Kiri, lawan Hegelian Kanan, yang menafsirkan Hegel sebagai teolog Protestan. Pada tahun 1841, Marx dipromosikan menjadi doktor dengan disertasi The Difference between The Natural Philosophy of Democritus and Epicurus. Kertas kerja dan pengantar disertasi ini secara jelas menunjukkan Marx sangat Hegelian, dan antiagama. Hal terakhir ini juga yang membuat Marx dicap sesat, dan mulai dijauhi rekan-rekannya. Marx tumbuh di tengah pergolakan politik yang dikuasai oleh kekuatan kapitalis para Borjuis yang menentang kekuasaan aristokrasi feodal dan membawa perubahan hubungan sosial. Meskipun ia memperjuangkan kelas orang-orang tertindas sebagai referensi empiris dalam mengembangkan teori filsafatnya.[4]

Selama hampir setahun ia menjadi pimpinan redaksi sebuah harian radikal 1843, sesudah harian itu dilarang oleh pemerintah Prussia, ia kawin dengan Jenny Von Westphalen, putri seorang bangsawan, dan pindah ke Paris. Di sana ia tidak hanya berkenalan dengan Friedrich Engels (1820-1895) yang akan menjadi teman akrab dan penerjemah teori-teorinya melainkan juga dengan tokoh-tokoh sosialis Perancis. Dari seorang liberal radikal ia menjadi seorang sosialis. Beberapa tulisan penting berasal waktu 1845, atas permintaan pemerintah Prussia, ia diusir oleh pemerintah Perancis dan pindah ke Brussel di Belgia. Dalam tahun-tahun ini ia mengembangkan teorinya yang definitif. Ia dan Engels terlibat dalam macam-macam kegiatan kelompok-kelompok sosialis. Bersama dengan Engels ia menulis Manifesto Komunis yang terbit bulan Januari 1848. Sebelum kemudian pecahlah apa yang disebut revolusi48, semula di Perancis, kemudian juga di Prussia dan Austria. Marx kembali ke Jerman secara ilegal. Tetapi revolusi itu akhirnya gagal. Karena diusir dari Belgia, Marx akhirnya pindah ke London dimana ia akan menetap untuk sisa hidupnya. Di London mulai tahap baru dalam hidup Marx. Aksi-aksi praktis dan revolusioner ditinggalkan dan perhatian dipusatkannya pada pekerjaan teroritis, terutama pada studi ilmu ekonomi. Tahun-tahun itu merupakan tahun-tahun paling gelap dalam kehidupannya. Ia tidak mempunyai sumber pendapatan yang tetap dan hidup dari kiriman uang sewaktu-waktu dari Engels. Keluarganya miskin dan sering kelaparan. Karena sikapnya yang sombong dan otoriter, hampir semua bekas kawan terasing daripadanya. Akhirnya, baru 1867, terbit jilid pertama Das Kapital, karya utama Marx yang memuat kritiknya terhadap kapitalisme (jilid kedua dan ketiga baru diterbitkan oleh Engels sesudah Marx meninggal). Tahun-tahun terakhir hidupnya amat sepi dan tahun 1883 ia meninggal dunia.[5] C. Hegel dan Marx: Awal Perjalanan Intelektual Setidaknya filsafat Hegel mengandung hal yang bernilai seperti: teori tentang gerak yang abadi, perkembangan dari jiwa yang universal, dan terutama metode dialektika.[6] Hal yang disebut terakhir inilah yang akan dijelaskan lebih lanjut. Dialektika berarti sesuatu itu hanya benar apabila dilihat dengan seluruh hubungannya. Dialektika bisa juga dirumuskan sebagai teori tentang persatuan hal-hal yang bertentangan. Contoh yang tepat untuk menjelaskan dialektika adalah dialog. Dalam setiap dialog, terdapat sebuah tesis, yang kemudian melahirkan anti-tesis, dan selanjutnya muncul sintesis. Proses demikian berulang terus menerus.[7] Hegel menyatakan bahwa hukum dialektika ini memimpin perkembangan jiwa. Dunia menurut Hegel berada dalam proses perkembangan.[8] Namun ia tidak menerapkan hukum ini lebih jauh lagi kepada alam dan masyarakat. Hegel adalah seorang idealis. Menurut Hegel, esensi kenyataan bukanlah benda materiil, melainkan jiwa. Idealisme berpandangan metafisika bahwa realitas yang utama adalah ide atau gagasan.[9]

Dari pandangan Hegel tentang dialektika, Marx kemudian menyusun kembali, membangun bangunan pemikiran yang lebih baik dari gurunya tersebut. Marx tidak puas terhadap dialektika Hegel yang berpusat pada ide/roh. Hal ini bagi Marx terlalu abstrak dan tidak menyentuh realitas konkret. Pengertian ini tidak sesuai dengan tesis Karl Marx bahwa filsafat harus mengubah cara orang bertindak. Dalam pandangannya, filsafat tidak boleh statis, tetapi harus aktif membuat perubahan-perubahan karena yang terpenting adalah perbuatan dan materi, bukan ide-ide. Manusia selalu terkait dengan hubungan-hubungan kemasyarakatan yang melahirkan sejarah. Marx membalik dialektika ide Hegel menjadi dialetika materi. Apabila Hegel menyatakan bahwa kesadaranlah yang menentukan realitas, maka Marx mendekonstruksinya dengan mengatakan bahwa praksis materiallah yang menentukan kesadaran.[10] Materialisme adalah teori yang menyatakan bahwa semua bentuk dapat diterangkan melalui hukum yang mengatur materi dan gerak. Meterialisme berpendapat bahwa semua kejadian dan kondisi adalah sebab akibat lazim dari kejadian-kejadian dan kondisi-kondisi sebelumnya. Dengan demikian, materialisme selalu memberikan penekanan bahwa materi merupakan ukuran segalanya, melalui paradigma materi ini segala sesuatu dapat diterangkan.[11] Materialisme dialektis memiliki asumsi dasar bahwa benda merupakan suatu kenyataan pokok, bahwa kenyataan itu benar-benar objektif, tidak semata berada dalam kesadaran manusia. Konsekuensi logisnya adalah pengetahuan realitas secara otomatis menjadi tidak bisa dipisahkan dengan kesadaran manusia. Bahkan materialisme mengakui bahwa kenyataan berada di luar persepsi kita tentangnya, sehingga kenyataan obyektif adalah penentu terakhir terhadap ide.[12] Pembalikan Marx dari idealisme Hegel ke materialisme memang tidak berarti ia meninggalkan dialektika Hegel. Materialisme Marx adalah materialisme dialektis yang meyakini kebudayaan akan mengalami kemajuan. Jika dalam Hegel adalah realisasai total roh absolut, maka dalam Marx kemajuan kualitatif tersebut berupa masyarakat tanpa kelas (masyarakat yang tidak lagi didominasi materi).[13] Visi Marx untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas merupakan gambaran praksis dari ide dasar materialisme sosialisnya. Sistem feodal yang tergantikan oleh sistem kapitalis telah membawa perubahan dalam struktur ekonomi dan sosial. Marx yakin suatu saat, kapitalisme akan menemui kehancuran dan melahirkan sintesis, komunis sebagai ideologi kekuatan baru, masyarakat tanpa kelas.[14] D. Marxisme Marxisme berawal dari tulisan-tulisan Karl Marx. Dalam arti luas, Marxisme berarti paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx. Pandangan-pandangan ini mencakup ajaran Marx mengenai materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya dalam kehidupan sosial.[15] Marxisme lahir dari konteks masyarakat industri Eropa abad ke-19, dengan semua

ketidakadilan, eksploitasi manusia khususnya kelas bahwa/kelas buruh. Menurut analisa Marx, kondisi-kondisi dan kemungkinan-kemungkinan teknis sudah berkembang dan merubah proses produksi industrial, tetapi struktur organisasi proses produksi dan struktur masyarakat masih bertahan pada tingkat lama yang ditentukan oleh kepentingan-kepentingan kelas atas. Jadi, banyak orang yang dibutuhkan untuk bekerja, tetapi hanya sedikit yang mengemudikan proses produksi dan mendapat keuntungan. Karena maksud kerja manusia yang sebenarnya adalah menguasai alam sendiri dan merealisasikan cita-cita dirinya sendiri, sehingga terjadi keterasingan manusia dari harkatnya dan dari buah/hasil kerjanya. Karena keterasingan manusia dari hasi kerjanya terjadi dalam jumlah besar (kerja massa) dan global, pemecahannya harus juga bersifat kolektif dan global. Berbeda dengan model-model sosialisme lama, Marxisme menyatakan dirinya sebagai sosialisme ilmiah. Untuk mendukung klaim tersebut, Marx mendasarkan pada penelitian syarat-syarat objektif perkembangan masyarakat. Marx menolak pendasaran sosialisme pda pertimbangan-pertimbangan moral. Materialisme sejarah merupakan dasar bagi sosialisme ilmiah tersebut. Marx yakin bahwa ia telah menemukan hukum objektif perkembangan sejarah. Objek pencarian materialisme historis adalah hukum-hukum gerakan dan perkembangan masyarakat insani yang paling universal. Marx menciptakan suatu pemahaman sejarah menjadi seperti sains yang pasti dan eksak. Karena hal itulah Marx menyatakan bahwa sosialismenya bersifat ilmiah karena berdasarkan pada pengetahuan hukum-hukum objektif perkembangan masyarakat.[16] Marxisme pada hakekatnya bukanlah merupakan suatu penafsiran terhadap perubahan prosesproses dalam masyarakat, akan tetapi merupakan sebuah terori yang menyatakan bahwa hukum objektif perkembangan masyarakat dapat ditetapkan sama seperti halnya penemuan-penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan sehingga bisa bersifat pasti dan universal. Dengan mengajukan sosialisme ilmiah sebagai penerapan hukum dasar alam pada masyarakat, teori Marx seakan-akan dibenarkan oleh ilmu-ilmu alam, karena memiliki objektivitas seperti ilmu-ilmu alam.[17] E. Kesimpulan dan Kritik Filsafat Karl Marx meruapak salah satu filsafat yang palling berpengaruh di dalam perkembangan sejarah. Kemampuan gagasan Marx untuk berdialektika dengan zaman, menjadikannya pemikir yang tidak pernah sepi dari kritikan dan pujian atasnya. Namun, apapun tanggapan dunia terhadapnya, kehadirannya telah menggerakkan kesadaran kelompok buruh, budak dan aktivis sosialis untuk mengorganisir diri dan berjuang mewujudkan perubahan. Pendapat Karl Marx tentang tujuan akhir berupa masyarakat tanpa kelas sebenarnya merupakan suatu yang paradoks dengan konsep dialektis itu sendiri. Dialektisisme merupakan sebuah proses yang terus menerus sehingga tidak akan tercipta kemandegan. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana mungkin masyarakat tanpa kelas akan terwujud? Bukankah dalam proses bermasyarakat

tetap harus ada pembagian kerja? Teori masyarakat tanpa kelas Marx memang semacam utopisme yang penuh paradoks dalam teori-teorinya. Pandangan Marx tentang sejarah yang saintifik telah mereduksi kemanusian. Mansia hanya menjadi korban dari barang-barang produksi dan tidak lagi memiliki independensi.

KARL MARX A. BIOGRAFI Karl Marx lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818. ayahnya, seorang pengacara, menafkai keluarganya dengan relatif baik, khas kehidupan kelas menengah. Orang tuanya adalah dari pendeta yahudi (rabbi). Tetapi, karena alasan isnis ayahnya menjadi penganut ajaran Luther ketika Karl Marx masih sangat muda. Tahun 1841 Marx menerima gelar doktor filsafat dari Universitas Berlin, Universitas yang sangat di pengaruhi oleh Hegel dan guru - guru muda penganut filsafat Hegel, tetapi berpikir Kritis. Gelar doktor Marx di dapat dari kajian filsafat yang membosankan, tetapi kajian itu mendahului berbagai gagasannya yangmuncul kemudian. Setelah tamat ia menjadi penulis untuk sebuah koran liberal radikal dan dalam tempo 10 bulan ia menjadi editor kepala koran itu. Tetapi karena pendirian politiknya, koran itu kemudian di tutup pemerintah. Esai esai awal yang di terbitkan dalam periode mulai mencerminkan sebuah pendirian yang membiumbing Marx sepanjang hidupnya. Esai-esai tulisan Marx itu secara bebas di taburi prinsip-prinsip demokrasi , ia menolak keabstrakat filsafat hegelian, mimpi naif komunis utopiadan gagasan aktivis yang mendesak apa yang ia anggap sebagai tindakan politik prematur. Dalam menolak gagasn aktivis ini Marx meletakkan landasan bagi gagasan hidup sendiri. Upaya praktis, bahkan dalam mengarahkan massa sekalipun, akan di jawab dengan meriam saat upaya itu di anggap berbah. tetapi, gagasan yang dapat mengarahkan intelektual kitadan yang menaklukkan keyakinan kita, gagasan yang dapat membekukan kita, merupakan belenggu belenggu di mana seorang hanya bisa lepas darinya dengan mengorbankan nyawanya; gagasangagasan itu seperti setan sehingga orang hanya dapat mengatasinya dengna menyerah kepada Marx (Marx, 1842/1977;20) Marx menikah pada 1843 dan tak lama kemudian ia terpaksa meninggalkan jerman untuk dapt suasana yang lebih libaral di Paris. Di Paris ia bergualat dengan gagasan Hegel dan pendukungnya, tetapi ia juga menghadapi dua kumpulan gagasan baru sosialisme Prancis dan politik Ekonomi Inggris. Dengan cara yang unik dia menggabungkan hegelian, sosialisme dan ekonomi politik yang kemudian menentuka orientasi intelektualnya. Hal yang sangat penting pula adalah pertemuannya dengan orang yang kemudian menjadi teman seumur hidupnya, donatur dan kolabolatornyayakni Fredrich Engels (Carver, 1983) Engels anak penguasa pabrik tekstil menjadi seorang sosialis yang mengkritik kondisis kehidupan yang di hadapi kelas buruh. Banyak di antara rasa kasihan Marx kesengsaraan kelas buruh berasal dari paparannya kepada Engels dan gagasannya sendiri. Tahun 1844 Marx dan Engels mengadakan diskusi panjang di sebuah Caf terkenal di Paris dan meletakkan landasan kerja untuk bersahabat seumur hidup. Mengenai diskusi itu Engels berkata kesepakatan lengkap kami dalam dalam semua budang teori menjadi nyata.dan perjanjian kerja sama kami mulai sejak itu(McLellan, 1993:131) di tahun berikutnya Engels menerbitkan karya the condition Of The Working Class in England. Selama periode itu Marx menerbitkan sejumlah karya yang sangat sukar di pahami (kebenyakan belum di terbitkan semasa hidupnya) termasuk the Holy Family dan The German ideology (di tulis bersama Engels)dan ia pun menulis the economic and philosophic manuscripts 1844 yang menandakan perhatiannya terhadap bidang ekonomi main meningkat. Meski Marx dan Engels mempunya orientasi teoritis yang sama, namun ada juga beberapa perbedaan di antara mereka. Marx cenderung menjadi seorang intelektual teoritis yang kurang teratur dan sangat berorientasi kepada keluarga. Engels adalah pemikir praktis, rapi dan pengusaha teratur dan orang yang tak percaya pada lembaga keluarga. Meski mereka berbeda, Marx dan Engels menempa kerja sama yang akrab sehingga mereka berkolabirasi menulis buku dan artikel dan bekerja sama dalam organisasi radikal, dan bahka Engels membantu membiayai Marx selama sisa hidupnya sehingga memungkinkan marx mencurahklan perhatiannya pada kegiatan intelektual dan politiknya. Meski ada asosiasi erat antara nama Marx dan Engels, namun Engels menjelaskan bahwa ia teman junior; Marx mampu berkarya sangat baik tanpa aku. Aku tidak pernah mencapai prestasi seperti yang di capai Marx. Pemahaman Marx lebih tinggi, pengalamannya lebih jauh dan pandangannya lebih luas

serta cepat ketimbang aku. Marx adlah jenius(Engels, di kutip dalam McLellan,1973;131-132) Banyak yang percaya bahwa Engels gagal memahami berbagai seluk beluk Marx. Setelah Marx meninggal, Engels menjadi juru bicara utama bagi teori marxian dan dalam berbagai cara menyimpangkan dan terlalu menyerderhanakannya, meski ia tetap setia terhadap perspektif politik yang ia tempa bersama Marx. Karena beberapa tulisannya telah menggangu pemerintahan prusia, pemerintah perancis(atas permohonan prusia)mengusir Marx tahun 1845 dan karenanya Marx pindah ke Brussel. Radikelismenya meninggkat dan ia menjadi anggota aktif di bidang gerakan revolusioner internasional. Ia pun bergabung dengan liga komunis dan bersama Engels diminta menulis anggaran dasar liga itu, hasilnya adalah manifestor komunis 1848, sebuah karya besar yang di tandai oleh slogan-slogan politik yang termasyur (misalnya kaum burh seluruh dunia bersatulah!!). Tahun 1849 ia pindah ke london dan, mengingat kegagalan revolusi politik tahun 1848, ia menarik diri dari aktivitas revolusioner dan beralis ke kegiatan rsiset yang lebih rinci tentang peran sistem ka[pitalis. Study ini akhirnya menghasilkan tiga jilid buku das kapital.jilid pertama di terbitkan tahun 1867; kedua jilid yang lainya di terbitkan sesudah ia meninggal. Selama riset dan menulis itu ia hidup dalam kemiskinan, membiayai hidupnya secara sederhana dari honorarium tulisannya dan bantuan dana dari Engels. Tahun 1864 Marx terlibat kembali dalam kegiatan politik, bergabung dengan The Internasional, sebuah gerakan buruh internasio nal. Ia segera menonjol dalam gerakan itu dan mencurahkan perhatian selama beberapa tahun untuk gerakan itu. Ia mulai mendapat popularitas, baik sebagai pimpinan internasional maupun sebagai penulis des kapital. Perpecahan gerakan internasional tahun 1876, kegagalan dari berbagai gerakan revolusioner dan penyakit penyakit, akhirnya membuat Marx ambruk. Istrinya wafat tahun 1881 dan anak perempuannya tahun 1882 dan Marx sendiri wafat di tahun 1883.

Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx. Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial dan sistempolitik. Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis. Teori ini merupakan dasar teori komunisme modern. Teori ini tertuang dalam buku Manisfesto Komunisyang dibuat oleh Marx dan sahabatnya, Friedrich Engels. Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum sementara hasil keringat mereka dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh. Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya. Untuk mensejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan. Itulah dasar dari marxisme.

Teori: Ernest Mandel Arsip: Karl Marx Dasar Teori Karl Marx Historical Materialisme Karl Marx - Bagian 2 Ernest Mandel Di luar ekonomi khusus teori-teorinya, utama kontribusi's Marx untuk ilmu-ilmu sosial telah teorinya tentang materialisme historis. titik awal adalah antropologi. Manusia tidak dapat bertahan tanpa organisasi sosial. Organisasi sosial didasarkan pada kerja sosial dan komunikasi sosial. Sosial tenaga kerja selalu terjadi dalam kerangka tertentu tertentu, historis ditentukan, hubungan sosial produksi.Hubungan-hubungan sosial dari produksi menentukan dalam analisis terakhir semua hubungan sosial lainnya, termasuk komunikasi sosial. Hal itu adalah keberadaan sosial yang menentukan kesadaran sosial dan bukan sebaliknya. Sejarah materialisme berpendapat bahwa hubungan produksi yang menjadi stabil dan mereproduksi struktur sendiri yang tidak lagi dapat diubah secara bertahap, sedikit demi sedikit.Mereka adalah mode produksi. Untuk menggunakan bahasa dialektik Hegel, yang sebagian besar diadopsi (dan diadaptasi) oleh Marx: mereka hanya dapat mengubah secara kualitatif melalui pergolakan sosial yang lengkap, sebuah revolusi sosial atau kontra-revolusi. kuantitatif perubahan dapat terjadi dalam mode produksi, tetapi mereka tidak mengubah struktur dasar. Dalam setiap cara produksi, satu set hubungan-hubungan produksi merupakan dasar (infrastruktur) yang dipasang sebuah superstruktur kompleks, meliputi negara dan hukum (kecuali dalam masyarakat tanpa kelas), ideologi, agama, filsafat, seni, moralitas, dll Hubungan produksi adalah jumlah total dari hubungan sosial yang membangun manusia di antara mereka sendiri dalam produksi kehidupan material mereka. Mereka karena itu tidak terbatas pada apa yang sebenarnya terjadi pada titik produksi. Manusia tidak bisa bertahan hidup, yaitu menghasilkan, jika tidak ada bentuk-bentuk khusus dari peredaran barang, misalnya di antara unit produksi (peredaran alat dan bahan baku) dan antara unit produksi dan konsumen. Sebuah alokasi apriori barang lain menentukan hubungan produksi daripada alokasi barang melalui pasar.Sebagian produksi komoditi (apa yang Marx panggilan 'produksi komoditi sederhana' atau

'produksi komoditas kecil' - 'einfache Waren-produktion') juga menyiratkan hubungan lain produksi daripada umum produksi komoditas. Kecuali dalam kasus masyarakat tanpa kelas, cara produksi, berpusat di sekitar hubungan produksi yang berlaku, yang diwujudkan dalam hubungan kelas tertentu yang, dalam analisis terakhir, lebih-menentukan hubungan antara individu. Historical materialisme tidak menyangkal kehendak bebas individu, upayanya untuk membuat pilihan tentang keberadaannya sesuai dengan nafsu pribadinya, kepentingan sebagai dia memahami mereka, keyakinannya, moralnya pilihan dll Apa materialisme historis tidak negara adalah: (1) yang pilihan ini sangat ditentukan oleh kerangka kerja sosial (pendidikan, ideologi yang berlaku dan moral '' nilai-nilai, varian perilaku dibatasi oleh kondisi-kondisi material dan sebagainya); (2) bahwa hasil dari benturan jutaan gairah yang berbeda, kepentingan dan pilihan adalah dasarnya merupakan fenomena logika sosial dan bukan dari psikologi individu. Di sini, kepentingan-kepentingan kelas yang dominan. Tidak ada contoh dalam sejarah sebuah kelas penguasa tidak berusaha mempertahankan kekuasaan kelas, atau dari kelas dieksploitasi tidak mencoba untuk membatasi (dan kadangkadang menghilangkan) eksploitasi itu menderita. Jadi, masyarakat tanpa kelas di luar, perjuangan kelas adalah fitur permanen masyarakat manusia. Bahkan, salah satu tesis utama materialisme historis adalah bahwa "sejarah manusia adalah sejarah perjuangan kelas '(Marx,Manifesto Komunis, 1848). Objek langsung perjuangan kelas ekonomi dan material. Ini adalah perjuangan untuk pembagian produk sosial antara produsen langsung (yang produktif, dieksploitasi kelas) dan orang-orang yang tepat apa yang Marx panggilan produk surplus sosial, residuum produk sosial sekali produsen dan keturunan mereka makan (dalam arti kata besar, yaitu jumlah total barang yang dikonsumsi oleh konsumen kelas itu) dan stok awal alat dan bahan baku direproduksi (termasuk restorasi awal kesuburan tanah). Fungsi kelas penguasa sebagai kelas penguasa dasarnya melalui penyisihan dari produk surplus sosial. Dengan semakin memiliki produk surplus sosial, ia memperoleh sarana untuk mengembangkan dan mempertahankan sebagian besar kegiatan suprastruktural disebutkan di atas, dan dengan melakukan demikian, sebagian besar dapat menentukan fungsi mereka - untuk mempertahankan dan mereproduksi struktur sosial yang diberikan, modus tertentu produksi - dan isinya. Kami mengatakan 'sangat menentukan' dan bukan 'sepenuhnya menentukan'. sebuah "Pertama, ada" imanen dialektis, yaitu gerakan otonom, setiap lingkup kegiatan suprastruktural spesifik.Setiap generasi ilmuwan, seniman, filsuf, theologists, pengacara dan politisi menemukan corpus tertentu ide, bentuk, aturan, teknik, cara berpikir, untuk yang dimulai melalui pendidikan dan latihan saat ini, dll Hal ini tidak dipaksa untuk hanya melanjutkan dan mereproduksi unsurunsur.Hal ini dapat mengubah mereka, memodifikasi mereka, perubahan interkoneksi mereka, bahkan meniadakan mereka. Sekali lagi: materialisme historis tidak menyangkal bahwa ada riwayat yang spesifik ilmu pengetahuan, sejarah seni, sejarah filsafat, sejarah ide-ide politik dan moral, sejarah dan lain-lain agama, yang semuanya mengikuti logika mereka sendiri. Akan mencoba untuk menjelaskan mengapa sejumlah ilmiah, artistik, filosofis, ideologis, yuridis perubahan atau bahkan revolusi terjadi pada saat tertentu dan di negara-negara tertentu, sangat berbeda dari yang lain yang terjadi beberapa abad sebelumnya di tempat lain. Kaitan ini 'revolusi' dengan periode sejarah tertentu adalah perhubungan kepentingan-kepentingan kelas. Kedua, setiap formasi sosial (yaitu negara tertentu di zaman tertentu), sedangkan yang dicirikan oleh hubungan produksi yang dominan (yakni modus produksi tertentu pada tahap tertentu perkembangannya) meliputi hubungan yang berbeda dari produksi yang sebagian besar sisa-sisa masa lalu , tetapi juga kadang-kadang inti mode masa depan produksi. Jadi tidak hanya terdapat kelas penguasa dan karakteristik kelas yang dieksploitasi dari modus produksi yang berlaku (kapitalis dan penerima upah di bawah kapitalisme). Ada juga sisa-sisa dari kelas sosial yang

dominan saat hubungan lain produksi dan yang menang, sementara kehilangan hegemoni mereka, masih bisa bertahan di celah masyarakat baru. Hal ini, misalnya, kasus dengan produsen komoditas kecil (petani, pengrajin, pedagang kecil), pemilik tanah semi-feodal, dan bahkan budakpemilik, di banyak formasi sosial kapitalis sudah dominan di seluruh bagian 19 dan abad ke20.Masing-masing kelas sosial memiliki ideologi sendiri, nilai sendiri agama dan moral, yang terkait dengan ideologi kelas penguasa hegemonik, tanpa menjadi benar-benar diserap oleh ideologi itu. Ketiga, bahkan setelah kelas penguasa tertentu (misalnya feodal atau semi-feodal nobility) telah hilang sebagai kelas penguasa, ideologi yang bisa bertahan melalui kekerasan semata inersia sosial dan rutin (kustom). Kelangsungan hidup rezim ancien tradisional ideologi Katolik di Perancis selama sebagian besar abad ke-19, meskipun sweeping sosial, perubahan politik dan ideologis diantar masuk oleh revolusi Perancis, merupakan ilustrasi peraturan itu. Akhirnya, pernyataan Marx berkuasa bahwa ideologi setiap zaman ideologi kelas yang berkuasa lain prinsip dasar materialisme historis - tidak mengekspresikan lebih daripada kata sebenarnya.Ini menyiratkan bahwa ideologi lain dapat hidup berdampingan dengan ideologi yang berkuasa tanpa hegemoni. Untuk mengutip yang paling penting dari kejadian ini: dieksploitasi dan (atau) tertindas kelas sosial dapat mengembangkan ideologi sendiri, yang akan mulai menantang yang hegemonik yang berlaku. Bahkan, sebuah perjuangan kelas ideologis menyertai dan kadangkadang bahkan mendahului perjuangan kelas politik berbicara dengan benar. Agama dan filosofis perjuangan sebelumnya revolusi borjuis klasik, kritik-kritik sosialis pertama masyarakat borjuis sebelumnya konstitusi partai-partai kelas pekerja pertama dan revolusi, adalah contoh jenis itu. Perjuangan kelas telah sampai sekarang motor besar dalam sejarah. Manusia membuat sejarah mereka sendiri. Tidak ada cara produksi dapat digantikan oleh lain tanpa tindakan yang disengaja oleh kekuatan-kekuatan sosial yang besar, yaitu tanpa revolusi sosial (atau kontrarevolusi).Apakah ini revolusi atau counter-revolusi benar-benar mengarah pada pelaksanaan jangka panjang dari proyek-proyek yang disengaja reorganisasi sosial adalah masalah lain sama sekali.Sangat sering, hasil mereka adalah sebagian besar berbeda dari maksud dari aktor utama. Manusia bertindak secara sadar, tetapi mereka dapat bertindak dengan kesadaran palsu. Mereka tidak selalu mengerti mengapa mereka ingin mewujudkan sosial tertentu dan (atau) rencana politik, mengapa mereka ingin mempertahankan atau untuk mengubah lembaga-lembaga ekonomi atau yuridis, dan terutama, mereka jarang memahami dalam pengertian ilmiah hukum perubahan sosial, material dan sosial prasyarat untuk berhasil melestarikan atau mengubah lembaga tersebut. Memang, Marx mengklaim bahwa hanya dengan penemuan prinsip utama dari materialisme historis telah kami membuat langkah maju yang signifikan terhadap pemahaman hukum-hukum ini, tanpa mengklaim dapat memprediksi 'semua' perkembangan masa depan masyarakat. Perubahan sosial, revolusi sosial dan kontra-revolusi yang lebih lanjut kendala yang terjadi di dalam bahan ditentukan. Tingkat perkembangan kekuatan produktif - yang pada dasarnya alat dan keterampilan manusia, termasuk dampaknya terhadap kesuburan tanah - membatasi kemungkinan perubahan kelembagaan. tenaga kerja budak telah menunjukkan dirinya sebagai sebagian besar tidak kompatibel dengan sistem pabrik didasarkan pada mesin kontemporer.Sosialisme tidak akan durably dibangun di atas dasar bajak kayu dan roda tembikar. Sebuah revolusi sosial umumnya memperluas cakupan untuk pengembangan kekuatan produktif dan mengarah pada kemajuan sosial dalam sebagian besar bidang kegiatan manusia dengan cara penting. Demikian pula, pada masa krisis sosial yang mendalam adalah mengantar ketika ada konflik berkembang antara modus produksi yang berlaku (yaitu tatanan sosial yang ada) di satu sisi, dan pengembangan lebih lanjut dari kekuatan-kekuatan produktif di sisi lainnya. Seperti krisis sosial kemudian akan memanifestasikan dirinya pada semua bidang utama

dan kegiatan sosial: politik, ideologi, moral dan hukum, serta dalam bidang kehidupan ekonomi berbicara dengan benar. Historical materialisme dengan demikian memberikan tolok ukur untuk kemajuan manusia: pertumbuhan kekuatan produktif, terukur melalui pertumbuhan rata-rata produktivitas tenaga kerja, dan jumlah, umur panjang dan keterampilan dari spesies manusia. Stick ini mengukur sama sekali tidak abstrak dari prasyarat alam untuk kelangsungan hidup manusia dan pertumbuhan manusia (dalam arti luas konsep). Juga tidak abstrak dari karakter bersyarat dan sebagian kemajuan tersebut, dalam hal organisasi sosial dan alienasi individu. Dalam analisis terakhir, pembagian masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial antagonis menolak, dari sudut pandang materialisme historis, sebuah pembatasan kebebasan manusia yang tak terelakkan. Bagi Marx dan Engels, tolok ukur yang nyata kebebasan manusia, yaitu kekayaan manusia, bukan 'kerja produktif'; ini hanya menciptakan materi pra-kondisi untuk kebebasan itu.Tolok ukur yang nyata adalah waktu luang, bukan dalam arti 'waktu untuk melakukan apa-apa' tapi dalam arti waktu dibebaskan dari keharusan besi untuk memproduksi dan mereproduksi kehidupan material, dan oleh karena itu sekali pakai untuk semua putaran-dan pengembangan bebas dari individu bakat, keinginan, kapasitas, potensi, setiap manusia. Selama masyarakat terlalu miskin, selama barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan dasar terlalu langka, hanya sebagian masyarakat dapat dibebaskan dari kebutuhan untuk mencurahkan sebagian besar hidupnya untuk 'bekerja untuk penghidupan' (yaitu kerja paksa, dalam arti / antropologi sosiologis dari kata tersebut, yaitu sehubungan dengan keinginan, aspirasi dan bakat, tidak status yuridis tenaga kerja berikat). Yang pada dasarnya apa yang merupakan kebebasan dari kelas yang berkuasa dan mereka gantungan-on, yang 'dibayar untuk berpikir', untuk membuat, untuk menemukan, untuk mengelola, karena mereka telah menjadi bebas dari kewajiban untuk membakar roti sendiri, menenun pakaian mereka sendiri dan membangun rumah mereka sendiri. Setelah kekuatan produktif dikembangkan cukup jauh untuk menjamin kepuasan manusia semua kebutuhan dasar mereka dengan 'kerja produktif' terbatas pada sebagian kecil seumur hidup (kerja setengah hari atau kurang), maka kebutuhan bahan dari pembagian masyarakat dalam kelas menghilang. Lalu, masih ada dasar obyektif untuk bagian dari masyarakat untuk memonopoli administrasi, akses informasi, pengetahuan, tenaga kerja intelektual. Oleh karena itu, materialisme historis menjelaskan kedua alasan mengapa masyarakat kelas dan perjuangan kelas muncul dalam sejarah, dan mengapa mereka akan menghilang di masa depan dalam masyarakat tanpa kelas dari produsen demokratis diri administrasi terkait. Historical materialisme karena itu berisi upaya menjelaskan asal-usul, fungsi dan masa depan melenyap negara sebagai institusi yang spesifik dan juga sebagai upaya untuk menjelaskan politik dan aktivitas politik pada umumnya, sebagai ekspresi dari konflik sosial yang berpusat di sekitar berbeda sosial kepentingan (terutama, tetapi tidak hanya, orang-orang dari kelas sosial yang berbeda; pecahan penting dari kelas, serta kelompok sosial non-kelas, juga ikut bermain). Bagi Marx dan Engels, negara tidak ada dengan masyarakat manusia sebagai manusia, atau dengan 'masyarakat terorganisir' atau bahkan dengan 'masyarakat beradab' dalam abstrak, juga bukan hasil dari setiap kontrak sosial sukarela menyimpulkan '' antara individu. Negara adalah jumlah total dari aparat, kelompok khusus yaitu orang yang terpisah dari sisanya (mayoritas) masyarakat, yang cocok untuk diri mereka sendiri fungsi sebuah represif atau bersifat integratif yang semula dilaksanakan oleh semua warga negara. Proses keterasingan terjadi dalam kaitannya dengan munculnya kelas-kelas sosial. Negara adalah alat untuk mengembangkan, melestarikan dan mereproduksi struktur kelas tertentu, dan bukan penengah netral antara kepentingan kelas antagonis.

Munculnya masyarakat tanpa kelas karena itu erat, bagi pengikut materialisme historis, dengan proses melenyap negara, yaitu devolusi bertahap untuk seluruh masyarakat (self-management, self-administrasi) dari semua fungsi khusus hari ini dilaksanakan oleh aparat khusus, yaitu pembubaran dari aparat. Marx dan Engels membayangkan kediktatoran proletariat, bentuk terakhir dari negara dan kekuasaan kelas politik, sebagai alat untuk memastikan transisi dari masyarakat kelas untuk masyarakat tanpa kelas. Seharusnya itu sendiri menjadi sebuah negara dari jenis yang khusus, mengatur hilangnya bertahap sendiri. Kami katakan di atas bahwa, dari sudut pandang materialisme historis, objek langsung dari perjuangan kelas adalah pembagian produk sosial antara kelas sosial yang berbeda. Bahkan perjuangan kelas politik dalam analisis akhir yang melayani tujuan utama, tetapi juga mencakup bidang yang lebih luas dari konflik sosial. Karena semua kegiatan negara memiliki beberapa bantalan pada stabilitas relatif dari formasi sosial tertentu, dan aturan kelas yang diajukan, perjuangan kelas dapat mencakup semua bidang politik dari kebijakan luar negeri untuk masalah pendidikan dan konflik agama. Hal ini tentu harus dibuktikan melalui analisis saksama, dan tidak memproklamasikan sebagai aksioma atau mengungkapkan kebenaran. Ketika dilakukan berhasil, latihan seperti dalam analisis kelas dan kelas definisi politik, sosial dan bahkan menjadi karya sastra perjuangan mengesankan penjelasan historis, seperti misalnya Marx Perjuangan Kelas di Perancis 1848-1850, Jerman Engels 'Perang Petani, Franz Mehring's Die Lesssing Legende, TrotskySejarah Revolusi Rusia, dll Next section Ernest Mandel adalah seorang ekonom Marxis kunci dan teori lama politcal dan pemimpin Internasional Keempat. Dia meninggal pada tahun 1995.

Properti (Kepemilikan) Dalam Perspektif Materialisme Dialektika Historis Menurut Karl Marx Kepemilikan (istilah yang dipakai Karl Marx dalam menyebut hak milik pribadi, selanjutnya tulisan ini memakai istilah kepemilikan) dalam pandangan Karl Marx, merupakan konsekwensi logis dari sistem pembagian kerja yang di barengi dengan penemuan alat produksi baru. Dua hal tersebut, menyebabkan lompatan hasil produksi yang pada akhirnya menghasilkan surplus value (nilai lebih) yang terkristal dalam bentuk kepemilikan. Asal muasal sistem kepemilikan, sangat jelas tergambar dalam teori materialisme historis. Dalam teori tersebut, Karl Marx menyatakan pola perkembangan sistem sosial masyarakat terbagi dalam lima tahap. Tahap pertama, terbentuknya sistem komunal primitif. Kedua, tahap terbentuknya pembagian kerja dan kepemilikan dalam sistem perbudakan. Ketiga tahap terbentuknya masyarakat feodalisme. Keempat tahap terbentuknya masyarakat kapitalis dan kelima tahap terbentuknya masyarakat sosialis komunis. Materialisme Dialektika Historis Materialisme dialektis adalah pandangan khusus kaum materialis terhadap alam, manusia dan kehidupan yang dibangun diatas landasan materi. Pandangan ini menjelaskan bahwa segala apa yang ada dialam ini berasal dari satu sumber yaitu materi. Dan setiap pergerakan yang terjadi di alam ini diatur melalui hukum materi. Selain itu, pandangan ini juga dibangun diatas landasan adanya (kontradiksi) diantara materi. Secara bahasa dialektika berasal dari bahasa Yunani dialogos yang artinya percakapan dan perdebatan. Sedangkan menurut istilah artinya cara pandang seseorang agar sampai pada hakekat sesuatu dengan mengambil nilai-nilai kontradiksi terhadap lawan, hingga mampu menglahkannya. Materialisme historis adalah suatu proses intepretasi sejarah manusia dengan dasar materi. Menurut Marx, sejarah ummat manusia sejak zaman primitif dibentuk oleh faktor-kebendaan. Sederhananya disini Marx menganggap sejarah manusia sebagai materi yang memuat berbagai kontradiksi dan berjalan sesuai dengan hukum materi. Sehingga kalau kita pelajari lebih dalam lagi maka kita akan sampai pada satu kesimpulan bahwa teori materialisme historisnya Marx sangat terpengaruh oleh teori evolusinya Darwin yang mengatakan peperangan/pertentangan adalah asal dari kehidupan. Teori ini dimulai dari satu kaidah bahwa produktifitas materi adalah asas kehidupan manusia dan sejarahnya. Marx memandang bahwa menjadi keharusan bagi manusia untuk menjadi pusat yang mampu menempatkannya dalam kehidupan ini, sebagaimana iua dituntut untuk mampu menciptakan sejarah. Sebagaimana diketahui bahwa hidup ini tidak lain hanya sebatas makan, minum, tempat tinggal, pakaian dan sebagainya, maka kerja sejarah adalah bagaimana mampu menciptakan sarana-sarana yang layak untuk memenuhi kebutuhan tadi. Kongkritnya kerja menciptakan materi. Oleh karena itu, kekuatan manusia untuk mampu menciptakan materi merupakan unsur yang paling penting dalam kehidupan. Karena ia merupakan ukuran dari segala sesuatu. Dalam teori Materialisme Historis ini, Marx membagi perjalanan sejarah manusia kedalam lima fase , sebagai berikut: fase pertama, yaitu sistem hidup bersama. Fase ini adalah fase perpindahan manusia dari alam hewannya menuju tingkat sempurna. Disini manusia mulai memciptakan alat-alat kerja/berburu. Oleh kerena itu Sistem hidup bersama sangat cocok sekali pada fase ini karena ia dituntut untuk saling tolong menolong dalam menciptakan alat dan berjuang menghadapi berbagai macam gejala alam. Jadi kebersamaan mereka adalah kekuatan utama mereka untuk bisa bertahan hidup. Namun setelah manusia mengenal sisitem bercocok tanam yang menuntut manusia untuk

berkelompok dan dikemudian hari memunculkan perang antar kelompok, maka berahirlah sistem hidup bersama. Dan mulailah manusia memasuki fase kedua yaitu sistem perbudakan. Dengan munculnya berbagaimacam kelompok, maka sistem perbudakan adalah lompatan besar yang mampu mendorong manusia maju kedepan. sistem ini biasanya dibangun diatas dua asas: perang dan agama. Perang diamainkan oleh para raja, sedangkan agama dimainkan oleh para rahib. Sedangkan masyarakat pada umumnya menjadi budak yang dikerjakan untuk menciptakan materi. Namun di Eropa terjadi hubungan yang sadis terhadap kaum budak, seabagaimana dikenal dalam sejarah. Sehingga keadaan ini mengundang kaum budak untuk melakukan pemberontakan melawan kaum feodal. Walaupun pemberontakan mereka tidak mampu menggulingkan kaum feodalis, Namun dengan perkembangan materi dan ekonomi adanya penemuan alat pembajak dari besi berakhirlah sistem perbudakan, karena ketika itu peran manusia digantikan oleh alat. Maka dari sini mulailah manusia memasuki fase ketiga yaitu sistem feodal. Dengan penguasaan terhadap wilayah atau tanah, yang seluas-luasnya, manusia ketika itu mampu menciptakan materi/komoditi dengan jumlah yang sangat besar. Sehingga hal ini mampu mengantarkannya pada kemakmuran. Akan tetapi sistem ini menjadi neraka bagi para petani sebagai pengelola tanah. Nasib mereka terlantarkan, bahkan tidak sedikit dari mereka yang mati karena kelaparan. Sementara itu para penguasa bisa menikmati hasil dari pertaniannya. Maka mulailah kaum petani memberontak melawan kaum feodalis untuk menuntut segala kedholiman dan kejahatan yang menimpa mereka. Walaupun pemberontakan itu tidak berarti apa-apa karena kuatnya posisi kaum feodalis yang berlindung dibalik benteng dan tentara. Namun dengan perkembangan materi dan ekonomi yang menemukan berbagai alat yang mampu menggantikan kerja tangan dan juga dengan meluasnya pemasaran perdagangan Eropa, maka sistem feodal runtuh. Dari sinilah mulai memasuki fase keempat, yaitu sistem kapitalis. Dibawah naungan sistem ini terjadinya kemajuan yang pesat dalam berbagai sisi kehidupan, khususnya bidang ilmu dan teknologi. Karena sistem ini akan selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk demi meraih untung yang banyak. Begitu juga memalalui sistem ini terbentuknya manajemen baru produksi dengan saling bekerjasamanya sekolompok individu didalam satu pekerjaan. Juga berkembangnya sarana informasi dan tranfortasi untuk mendistribusikan barang-barang produksi didalam maupun luar negri. Namun lagi-lagi kemajuan dan kemakmuran yang dicapai hanya dinikamati oleh sebagian kolompok saja, yaitu para pemilik modal. Bahkan realitas yang ada menunjukan yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Dengan kata lain sistem kapitalis telah membagi masyarakat kedalam dua kelompok, kaum borjuis dan proletar. Keduanya saling bertentangan memperebutkan kesejahteraan masing-masing. Oleh kerena itu Marx memandang bahwa harus ada sistem baru yang menggantikan sistem kapitalis dengan sistem yang tanpa kelompok dan mampu memperhatikan kesejahteraan kaum buruh. Sistem inilah yang ia sebut dengan sistem sosialis-dengan bentuk sempurnanya yaitu komunisme. Dan inilah fase kelima dari sejarah perjalanan hidup manusia. Sistem ekonomi komunis dibangun diatas lima landasan: pertama, menutup hak kepemilikan individu. Kedua, menghilangkan kelas/kasta dalam masyarakat. Ketiga, memusatkan beban masyarakat kepada Negara. Keempat, persamaan dalam upah. Kelima, menerapkan semboyan dari semua sesuai dengan kemampuannya, dan untuk semua sesuai dengan kebutuhannya. Keenam, memberantas setiap bentrokan yang terjadi dimasyarakat. Ketujuh, menghilangkan sistem pemerintahan dimasa depan dan sebagai gantinya mendirikan masyarakat sosialis yang saling bekerjasama. penulis zikril hakim

refrensi: 1.Ahmad Suhelmy, Pemikiran Politik Barat,Jakarta, PT.Gramedia Pustaka Utama, 2007 2. Andy Muawiyah Ramly, Peta Pemikiran Karl Marx, Yogyakarta, LKIS, 2000 3. Ernest Mandel, Tesis-Tesis Pokok Marxisme, Yogyakarta, Resist Press, 2006 4. Muhammad Hambaly, Pemikiran Karl Marx Mengenai Kepemilikan (Analisis Kritis Ekonomi Islam), dalam:http://tanmalaka83.wordpress.com/2008/07/03/pemikiran-karl-marxtentang-kepemilikan/ 5. http://www.interfidei.or.id/pdf/DS28872.pdf http://filsafat.kompasiana.com/2010/05/02/karl-marx-dengan-segala-pemikirannya/ http://sudhew.wordpress.com/2008/07/23/karl-marx-perjuangan-kelas-dan-revolusi/ http://marx83.wordpress.com/category/filsafat-ilmu/page/2/

Diposkan oleh sunny di 09:18 . Kamis, 02 April 2009 Label: DIALEKTIKA DIALEKTIKA Metode Marx dikenal dengan nama-yang diperkenalkan oleh Engels-"dialektika materialisme"; yang memadukan materialisme dengan dialektika kepada suatu bentuk kesatuan organik (Dutt, 1964) Dialektika secara etimologis, dalam kata Yunani, berarti suatu seni berdiskusi dengan aturan-aturan khusus atau "seni berdebat" atau disebut juga seni penyelidikan kebenaran opini (Mayo, 1960). Metode dialektika dikembangkan dengan serius oleh kalangan Hegelian. Dialektika Hegel sebenernya mengikuti suatu silogisme. Argumen Hegel meyatakan(Mayo, 1960): 1. Ide-ide berkembang melalui proses dialektika 2. Dunia eksternal merupakan perwujudan dunia ide (kesadaran/ "Ide Absolut") 3. maka dunia eksternal berkembang atau berproses secara dialektik

Dialektika Hegel yang idealis ini ditolak Marx karena mendeduksikan hokum dialektika bukan dari kenyataan tapi dari kesadaran. Marx merubah "dialektika subjektif" Hegel ke "dialektika onjektif" Pengaruh Hegel ini mensintesis pengaruh Feuerbach yang berhasil dalam mengatasi materialisme

mekanis , tapi gagal memahami materi yang bekembangan secara dialektis, yaitu perkembangan dari tahap kuantitaif ke tahap kualitatif. Ini berarti pengintegrasian materi dapat merubah pada suatu hal sama sekali baru. Dengan cara ini berati kehidupan berasal dari materi dan kesadaran manusia berasal dari kehidupan organis (Bertens,1983). Dialektika berarti "ilmu khusus" yang mencurahakan perhatiannya pada masalah hukum umum tentang gerak, perubahan, dan perkembangan. Engels memaksudkan perkembangan / perubahan itu adalah mencakup Alam, masayarakat dan pemikiran manusia. Dialektika disebut juga "teori ilmiah" ( a scientific teory), sebuah "metoda kognisi" (a methode of cognition) dan sebuah "petunjuk aksi" (aguide to action). Ia merupakan pengetahuan tentang hukum-hukum perkembangan yang memungkinkan menganilis masa lalu (sejarah), mengerti dengan benar apa yang terjadi sekarang dan meramalkan masa depan (Dutt, 1964) Menurut Plekhanov, bapak marxisme Rusia & juga guru Lenin, dialektik bukan hanya ditemukan pada evolusi biologis tetapi juga dalam fenomena geologi, dan Lenin perubahan dialektik ini terbukti juga dalam sejarah. Penggunaan metodologi materialisme dialektik ini selanjutnya banyak digunakan pada fenomena kebihupan sosial, sehingga namanya juga dikenal sebagai "histories materialisme". Histors materialisme dapat disimpulakan mempunyai dua ciri dasar (Siswanto, 1998) yaitu (1) historis materialisme mempelajari hokum objektif umum yang mengatur perkembangan masyarakat manusia, yaitu menyelidiki fase -fase sejarah dunia, formasi-formasi sosial-ekonomi dan sebabsebab objektif kemunculan dan kemusnahan dan (2) histories materialisme selalu mempertmbangkan tata-hubungan keberadaan sosial dengan kesdaran sosial. Beberapa tesis dasar historis materialisme (Lenina Ilitskaya, 1978): 1. Produksi benda-benda dan sarana-sarana produksi materil atau sistem produksi adalah basis sejarah. Ideologi tidak lebih daripada terjemahan barang-barang material yangmengendap dalam kepala manusia. 2. Sejarah buakan aktifitas individu tapi aktifitas massa, group, kerja semua orang. Masyarakat merupakan kompleks fenomena tertinggi yang terjadi karena berbagai relasi dan koneksi. 3. Sejarah merupakan sebuah proses yang objektif. Sejarah berkembang seperti halnya proses berkembangnya alam, bebas dari intensi manusia 4. Sejarah berkembang dari tahap paling rendah kepada tahap yang paling tinggi melalui pertentangan dan perjuangan kelas menuju masyarakat komunis, yaitu maysrakat tanpa kelas. http://www.forumsains.com/agama-dan-filosofi/waspadai-filsafat-materialisme/ Materialisme dialektis adalah pandangan khusus kaum materialis terhadap alam, manusia dan kehidupan yang dibangun diatas landasan materi. Pandangan ini menjelaskan bahwa segala apa yang ada dialam ini berasal dari satu sumber yaitu materi. Dan setiap pergerakan yang terjadi di alam ini diatur melalui hukum materi. Selain itu, pandangan ini juga dibangun diatas landasan adanya (kontradiksi) diantara materi. Secara bahasa dialektika berasal dari bahasa Yunani dialogos yang artinya percakapan dan perdebatan. Sedangkan menurut istilah artinya cara pandang seseorang agar sampai pada hakekat sesuatu dengan mengambil nilai-nilai kontradiksi terhadap

lawan, hingga mampu menglahkannya. Materialisme historis adalah suatu proses intepretasi sejarah manusia dengan dasar materi. Sederhananya disini Marx menganggap sejarah manusia sebagai materi yang memuat berbagai kontradiksi dan berjalan sesuai dengan hukum materi. Sehingga kalau kita pelajari lebih dalam lagi maka kita akan sampai pada satu kesimpulan bahwa teori materialisme historisnya Marx sangat terpengaruh oleh teori evolusinya Darwin yang mengatakan peperangan/pertentangan adalah asal dari kehidupan. Teori ini dimulai dari satu kaidah bahwa produktifitas materi adalah asas kehidupan manusia dan sejarahnya. Marx memandang bahwa menjadi keharusan bagi manusia untuk menjadi pusat yang mampu menempatkannya dalam kehidupan ini, sebagaimana iua dituntut untuk mampu menciptakan sejarah. Sebagaimana diketahui bahwa hidup ini tidak lain hanya sebatas makan, minum, tempat tinggal, pakaian dan sebagainya, maka kerja sejarah adalah bagaimana mampu menciptakan sarana-sarana yang layak untuk memenuhi kebutuhan tadi. Kongkritnya kerja menciptakan materi. Oleh karena itu, kekuatan manusia untuk mampu menciptakan materi merupakan unsur yang paling penting dalam kehidupan. Karena ia merupakan ukuran dari segala sesuatu. Dalam teori Materialisme Historis ini, Marx membagi perjalanan sejarah manusia kedalam lima fase, sebagai berikut: fase pertama, yaitu sistem hidup bersama. Fase ini adalah fase perpindahan manusia dari alam hewannya menuju tingkat sempurna. Disini manusia mulai memciptakan alat-alat kerja/berburu. Oleh kerena itu Sistem hidup bersama sangat cocok sekali pada fase ini karena ia dituntut untuk saling tolong menolong dalam menciptakan alat dan berjuang menghadapi berbagai macam gejala alam. Jadi kebersamaan mereka adalah kekuatan utama mereka untuk bisa bertahan hidup. Namun setelah manusia mengenal sisitem bercocok tanam yang menuntut manusia untuk berkelompok dan dikemudian hari memunculkan perang antar kelompok, maka berahirlah sistem hidup bersama. Dan mulailah manusia memasuki fase kedua yaitu sistem perbudakan. Dengan munculnya berbagaimacam kelompok, maka sistem perbudakan adalah lompatan besar yang mampu mendorong manusia maju kedepan. sistem ini biasanya dibangun diatas dua asas: perang dan agama. Perang diamainkan oleh para raja, sedangkan agama dimainkan oleh para rahib. Sedangkan masyarakat pada umumnya menjadi budak yang dikerjakan untuk menciptakan materi. Namun di Eropa terjadi hubungan yang sadis terhadap kaum budak, seabagaimana dikenal dalam sejarah. Sehingga keadaan ini mengundang kaum budak untuk melakukan pemberontakan melawan kaum feodal. Walaupun pemberontakan mereka tidak mampu menggulingkan kaum feodalis, Namun dengan perkembangan materi dan ekonomi adanya penemuan alat pembajak dari besi berakhirlah sistem perbudakan, karena ketika itu peran manusia digantikan oleh alat. Maka dari sini mulailah manusia memasuki fase ketiga yaitu sistem feodal. Dengan penguasaan terhadap wilayah atau tanah, yang seluas-luasnya, manusia ketika itu mampu menciptakan materi/komoditi dengan jumlah yang sangat besar. Sehingga hal ini mampu mengantarkannya pada kemakmuran. Akan tetapi sistem ini menjadi neraka bagi para petani sebagai pengelola tanah. Nasib mereka terlantarkan, bahkan tidak sedikit dari mereka yang mati karena kelaparan. Sementara itu para penguasa bisa menikmati hasil dari pertaniannya. Maka mulailah kaum petani memberontak melawan kaum feodalis untuk menuntut segala kedholiman dan kejahatan yang menimpa mereka. Walaupun pemberontakan itu tidak berarti apa-apa karena kuatnya posisi kaum feodalis yang berlindung dibalik benteng dan tentara. Namun dengan perkembangan materi dan ekonomi yang menemukan berbagai alat yang mampu menggantikan kerja tangan dan juga dengan meluasnya pemasaran perdagangan Eropa, maka sistem feodal runtuh. Dari sinilah mulai memasuki fase keempat, yaitu sistem kapitalis. Dibawah naungan sistem ini terjadinya kemajuan yang pesat dalam berbagai sisi kehidupan, khususnya bidang ilmu dan teknologi. Karena sistem ini akan selalu berusaha unt